Pukul :………………..
Tempat :………………..
TESIS
OLEH :
NAMA : GALUH ISMAYANTI
NIM : 10012682125058
OLEH :
NAMA : GALUH ISMAYANTI
NIM : 10012682125058
TESIS
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
(S2) Magister Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sriwijaya
Oleh :
GALUH ISMAYANTI
10012682125058
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Koordinator Program Studi Magister (S2)
Ilmu Kesehatan Masyarakat
iii
HALAMAN PERSETUJUAN
Karya tulis ilmiah berupa Hasil Penelitian Tesis dengan judul “Evaluasi Program
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) Demam Berdarah Dengue Di Kota
Palembang” telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Hasil Penelitian Tesis
Program Studi Magister (S2) Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sriwijaya pada tanggal 17 Oktober 2022 dan dinyatakan
sah untuk melanjutkan Ujian Tesis.
Palembang, 24 Oktober 2022
Ketua :
1. Prof. dr. Chairil Anwar,DAP&E.,Sp.ParK.,Ph.D ( )
NIP. 195310041983031002
Anggota :
iv
HALAMAN PERNYATAAN INTEGRITAS
NIM : 10012682125058
Menyatakan bahwa Laporan Tesis saya merupakan hasil karya sendiri didampingi
tim pembimbing dan bukan hasil penjiplakkan/plagiat . Apabila ditemukan unsur
penjiplakkan /plagiat dalam tesis ini, maka saya bersedia menerima sanksi
akademik dari Universitas Sriwijaya sesuai aturan yang berlaku.
Demikian, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa ada paksaan
dari siapapun.
v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
NIM : 10012682125058
Demikian, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa paksaan dari
siapapun.
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto dalam hidup saya adalah “Hidup itu adalah seni menggambar tanpa
penghapus”.
Gelar saya, pendidikan saya, ilmu saya, saya persembahkan hanya untuk kedua
orang tua saya.
vii
HEALTH POLICY ADMINISTRATION
POSTGRADUATE FACULTY OF PUBLIC HEALTH
SRIWIJAYA UNIVERSITY
Thesis, October 28, 2021
Galuh Ismayanti
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) is a disease that has the potential to cause
Extraordinary Events (KLB). The government has made efforts to control DHF, one
of which is through the PSN program. Evaluation is very necessary to find out how
the implementation of the PSN program is following the planned objectives and
whether the PSN program can control the breeding of mosquito larvae which will
reduce the number of dengue cases in Palembang City. The method used in this
study is a qualitative method, with an analytical descriptive approach. This study
uses the CIPP evaluation model by evaluating the context, input, process, and
product which are one unit that determines the success of a program. In this study,
the source of information was obtained from informants. The selection of all
informants was done by purposive sampling. Informants in this study amounted to
16 people. Based on the results of research in the form of interviews observations,
and document review for the Evaluation of the Dengue Fever Mosquito Nest
Eradication Program (PSN) in Palembang City in 2022, in general, it has gone well
but is still constrained by budget, SOPs related to eradicating mosquito nests that
do not yet exist and lack of community participation. The results of this study are
expected for the Palembang City Health Office to provide a special budget for the
mosquito nest eradication program, make a special SOP regarding the eradication
of mosquito nests to facilitate the task of program managers, as well as improve
coordination, participation, and empowerment of the community by making a
larva-free village competition and providing a reward for villages that have been
declared larva-free by the Puskesmas so that the community in the village is more
enthusiastic about eradicating mosquito nests in their environment.
Keywords: DBD, PSN, Aedes Mosquitoes, and CIPP Monitoring
viii
ADMINISTRASI KEBIJAKAN KESEHATAN
PASCASARJANA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Tesis, 28 Oktober 2022
Galuh Ismayanti
ABSTRAK
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang memiliki
berpotensi menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB). Pemerintah telah membuat
upaya pengendalian DBD salah satunya melalui program PSN. Evaluasi sangat
diperlukan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan program PSN mengikuti
tujuan yang direncanakan dan apakah program PSN dapat mengontrol
perkembangbiakan jentik nyamuk yang akan mengurangi jumlah DBD kasus di
Kota Palembang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif, dengan pendekatan deskriptif analitis. Penelitian ini menggunakan model
evaluasi CIPP dengan mengevaluasi konteks, input, proses, dan produk yang
merupakan satu kesatuan yang menentukan keberhasilan suatu program. Dalam
penelitian ini, sumber informasi diperoleh dari informan. Pemilihan semua
informan dilakukan secara purposive sampling. Informan dalam penelitian ini
berjumlah 16 orang. Berdasarkan hasil penelitian berupa wawancara, observasi, dan
review dokumen untuk Evaluasi Program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
Demam Berdarah di Kota Palembang Tahun 2022, ini secara umum sudah berjalan
dengan baik namun masih terkendala anggaran, SOP terkait pemberantasan sarang
nyamuk yang belum ada dan kurang masyarakat partisipasi. Hasil penelitian ini
diharapkan untuk Kota Palembang Dinas Kesehatan menyiapkan anggaran khusus
program pemberantasan sarang nyamuk, membuat SOP khusus tentang
pemberantasan sarang nyamuk untuk memudahkan tugas pengelola program, serta
meningkatkan koordinasi, partisipasi, dan pemberdayaan masyarakat dengan
menjadikan rumah bebas jentik lomba desa dan pemberian reward bagi desa yang
telah dinyatakan bebas jentik oleh Puskesmas sehingga masyarakat di desa tersebut
lebih semangat membasmi sarang nyamuk di lingkungannya.
Kata Kunci: DBD, PSN, Nyamuk Aedes Aegypti dan Evaluasi CIPP
ix
KATA PENGANTAR
x
xi
Demikianlah penulis akhiri semoga proposal tesis ini bisa dapat membantu
saudara dalam mencari referensi menulis. Penulis menyadari bahwa hasil penelitian
tesis ini jauh dari kata sempurna untuk itu kritik dan saran sangat diperlukan untuk
membangun sebagai bahan pembelajaran kedepan.
Penulis
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xii
DAFTAR ISI
xvii
DAFTAR GAMBAR
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
xix
DAFTAR ISTILAH
Ae : Aedes
Den : Dengue
HI : House Index
IR : Insidence Rate
Kab : Kabupaten
xx
xxi
1
2
Dari seluruh kabupaten/kota yang ada di Indonesia (514 kab/kota), terdapat 376
kabupaten/kota (73,15%) yang mencapai Incedence Rate (IR) DBD <49 per
100.000 per penduduk. Target program tahun 2020 sebesar 70%
kabupaten/kota dengan IR DBD <49 per 100.000 penduduk. Dengan demikian
target program tahun 2020 telah tercapai. Di tahun 2020 ada 10 provinsi yang
tidak memenuhi target IR DBD ≤ 49 per 100.000 penduduk yaitu Nusa
Tenggara Timur, Jambi, Bangka Belitung, Kalimantan Timur, Lampung,
Gorontalo, Nusa Tenggara Barat, Bengkulu, Bali dan Yogyakarta (Kemenkes,
2020).
Meskipun Provinsi Sumatera Selatan tidak termasuk dalam 10 provinsi
yang tidak memenuhi target IR DBD pada tahun 2020, namun dengan masih
adanya kasus DBD di Sumatera Selatan khususnya di Kota Palembang
menandakan masih adanya masalah. Provinsi Sumatera Selatan menempati
urutan ke-23 sebagai provinsi di Indonesia dengan angka kejadian DBD yang
berjumlah 2.359 kasus ( dengan IR 27,5 dan CFR 0,1 ). Sedangkan di Kota
Palembang menempati peringkat dengan kasus DBD tertinggi di Sumatera
Selatan sebanyak 435 kasus (Dinkes Prov Sumsel, 2021).
Menurut data Dinas Kesehatan Kota Palembang tahun 2021, 3 kecamatan
dengan kasus DBD tertinggi yaitu Kecamatan Sukarami sebesar 60 kasus,
kemudian di ikuti Kecamatan Ilir Barat I sebesar 46 kasus, dan Kecamatan
Seberang Ulu II sebesar 30 kasus (Dinkes Kota Palembang, 2021). Penularan
DBD di Kota Palembang cenderung dipengaruhi oleh kepadatan penduduk,
mobilitas penduduk, urbanisasi, pertumbuhan ekonomi, perilaku masyarakat,
perubahan iklim, kondisi sanitasi lingkungan dan ketersediaan air bersih.
Upaya strategis yang dilakukan untuk penanggulangan DBd antara lain
peningkatan diagnose dini dan tata laksana kasus DBD yang adekuat di fasilitas
kesehatan serta peninngkatan promosi kesehatan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) perlu ditingkatkan lagi.
Gerakan satu rumah satu jumantik di Kota Palembang telah diterapkan
sebagai bagian dari program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Peran
serta masyarakat dalam kemandirian memantau jentik nyamuk Aedes aegypti
di lingkungan rumah tangga, instansi dan institusi untuk mendukung
3
6
7
Agent Host
Nyamuk Aedes
Aegypti & Manusia
Albopictus
Lingkungan
Gambar 2.1
Triad Epidemiologi DBD (Najmah 2016)
meletakan telur di tempat yang agak tergenang air selanjutnya nyamuk akan
mencari mangsa dan menghisap darah lagi.
2.2.5 Gejala Demam Berdarah
Masriadi (2017) menjelaskan fase demam, fase kritis, dan fase
pemulihan merupakan tiga pembagian gambaran klinis pasien DBD, yang
dapat dilihat sebagai berikut:
a. Fase febris
Demam secara mendadak disertai kemerahan pada muka, nyeri pada
seluruh tubuh, eritema kulit, mialgia dan sakit kepala selama 2-7 hari.
Pada beberapa kasus ditemukan gejala lain seperti infeksi farings, mual
muntah dan nyeri pada tenggorokan dan pada fase tersebut timbul
pendarahan.
b. Fase kritis
Pada hari ke 3 sampai 7, terjadi kebocoran plasma yang berlangsung
selama 24-48 jam dan diikuti dengan penurunan jumlah trombosit dan
penurunan suhu tubuh.
c. Fase pemulihan
Sejak fase kritis telah berlalu, pemulihan nafsu makan pasien kembali
normal.
Mengikuti tahap inkubasi yang berlangsung sekitar 3 sampai 8 hari
setelah virus masuk ke dalam tubuh, infeksi virus dengue akan
menimbulkan gejala. Tubuh akan memanifestasikan gejala seperti
demam yang menyebabkan sakit kepala parah, yang dapat berlangsung
terus menerus hingga panas tubuh mencapai suhu 400 C, jika tubuh lemah
terhadap virus ini. Penderita demam mengalami penurunan nafsu makan,
disertai mual dan muntah, karena obat penurun demam tidak mampu
menurunkan demam. Tubuh pasien terasa kaku dan nyeri pada
persendian, serta timbul bintik-bintik merah disertai sakit kepala, pusing,
dan wajah memerah. memungkinkan terjadinya diare biasa atau masalah
buang air kecil (Widayati & Mumpuni, 2015).
Tubuh juga akan mengalami ketidaknyamanan akibat gejala demam
berdarah, rasa sakit ini dapat dirasakan di otot, di sekitar persendian, atau
19
Dewasa
Pupa Telur
Jentik
Gambar 2.2
Skema Sikus Hidup Nyamuk (Azlina, 2016)
20
wabah.
d. Angka Bebas Jentik (ABJ) presentase rumah yang terbebas dari larva
dan jentik nyamuk.
2.2.8 Penanggulangan KLB
2.2.8.1 Pengertian KLB
Dalam rangka melaksanakan gerakan PSN 3M Plus di semua lokasi
terjadinya KLB, Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) merupakan
kegiatan tanggap yang meliputi penanganan pasien, pemberantasan vektor
penularan, dan pelibatan masyarakat. Tujuan penanganan KLB adalah
untuk menghindari dan menurunkan angka kematian akibat DBD sekaligus
meminimalkan penyebaran dan penularan DBD sehingga kejadian yang
terlokalisir tidak menyebar ke lokasi lain (Dirjen P2PL, 2017).
Ada tujuh kriteria KLB yang tercantum dalam Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1501 Tahun 2010 tentang Penyakit
Menular Khusus yang Dapat Menimbulkan KLB dan Upaya
Penanggulangannya, namun dalam upaya penanggulangan DBD, tiga
kriteria berikut ini kriteria yang disarankan: Jumlah penderita baru DBD
meningkat dua kali lipat dibandingkan rata-rata bulanan pada tahun
sebelumnya dan angka kematian kasus DBD) meningkat 50% dibandingkan
dengan kematian penyakit periode sebelumnya pada waktu yang sama jika
kejadian penyakit menular tertentu (DBD) yang sebelumnya tidak ada atau
belum pernah diketahui di suatu daerah.
2.2.8.2 Cara Penanggulangan
Jika terjadi wabah DBD, maka daerah yang terkena akan difumigasi
dengan pestisida, diobati dengan PSN 3M Plus, dilarvisida, dan diberikan
penyuluhan. Pendirian posko pengobatan, pos investigasi, posko
pengendalian, dan peningkatan kegiatan surveilans kasus vektor
merupakan upaya penanggulangan lainnya.
Sementara penderita DBD derajat 3 dan 4 harus dirujuk ke rumah
sakit, penderita DBD derajat 1 dan 2 bisa mendapatkan pengobatan dan
perawatan di puskesmas yang sudah memiliki fasilitas terapi dan
laboratorium. Petugas dinas kesehatan kabupaten/kota, puskesmas, dan
22
2) Kunjungan Rumah
Koordinator Jumantik akan melakukan kunjungan rumah dan
bangunan berdasarkan data yang tersedia kemudian mempersiapkan
alat dan bahan yang diperlukan untuk pemantauan jentik. Mengajak
pemilik rumah bersama-sama memeriksa tempat yang
kemungkinan berpotensi menjadi sarang nyamuk seperti tatakan
pot, vas bunga, bak penampungan air, wadah air minum burung dan
barang-barang bekas lainnya yang berpotensi meninmbulkan
genangan air. Pemeriksaan dilakukan di dalam rumah, kemudian
dilanjutkan di luar. Jika ditemukan jentik, petugas Jumantik akan
menjelaskan cara nyamuk berkembang biak dan penggunaan PSN
3M Plus. Jika tidak ditemukan jentik, petugas Jumantik akan
memberikan himbauan kepada pemilik rumah dan mengeluarkan
instruksi untuk selalu bebas jentik dan melakukan kegiatan PSN.
3) Tata cara Pemantauan Jentik
Pemeriksaan bak mandi, drum, toples, dan tempat penampungan air
lainnya merupakan langkah awal dalam proses pemantauan. Jika
tidak ada indikator larva yang jelas, tunggu satu menit. Jika ada
larva, mereka akan naik ke permukaan air untuk bernafas. Jika ada
larva, gunakan senter. wadah di reservoir air gelap. Selain itu, cari
area yang bisa menjadi sarang nyamuk, seperti kain, botol plastik,
alas piring dari pot bambu, dan tanaman lainnya.
2.3 Indikator Program DBD di Puskesmas
Indikator program DBD di Puskesmas menurut Dinkes Kota
Palembang tahun 2020 antara lain :
1. IR : 49/100.000 penduduk
2. CFR : <1%
3. Frekuensi KLB : 5<% jumlah desa di kabupaten/kota
4. ABJ : >95% atau HI <5%
5. Proporsi keluarga yang berpartisipasi dalam PSN 80%
6. 40% Kabupaten/kota melaksanakan gerakan 1 rumah 1 jumantik yang
dibuktikan denga diterbitkannya Surat Keputusan (SK) oleh Kepala
26
Gambar 2.3
Teori Stufflebeam & Corin (2014) dan Petunjuk Teknis Implementasi PSN 3M Plus
Dengan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (Dirjen P2PL, 2016)
28
Tabel 2.1
Penelitian-Penelitian Sebelumnya
1. Nordianiwati Evaluasi Program Penelitian Program PSN DBD telah berjalan dengan sukses,
Pemberantasan Sarang Nyamuk Kualitatif namun dukungan masyarakat terhadapnya masih
Demam Berdarah Dengue (PSN kurang
DBD) Di Puskesmas Kota
Semarang Tahun 2016
2. Margareta Evaluasi Program Pemberantasan Penelitian Ditentukan bahwa pelaksanaan program PSN
Sarang Nyamuk Dalam Rangka Kualitatif terhambat oleh kurangnya dana anggaran dari
Penanggulangan Demam APBD, kurangnya kesadaran lingkungan di antara
Berdarah Dengue Kota warga, kurangnya sosialisasi dan penyuluhan
Palangkaraya Provinsi tentang DBD, dan kurangnya infrastruktur
Kalimantan Tengah Tahun 2014 pendukung, termasuk pestisida dan semprotan.
3. Wahyuningsih Evaluasi Program Pemberantasan Penelitin Kualitatif Ditetapkan bahwa masa jabatan petugas
Sarang Nyamuk Plus Dalam Evaluatif kebersihan, dedikasi kepala Desa Manukan
Menaikkan Angka Bebas Jentik Kulon, dan kerjasama lintas program menjadi
(ABJ) Puskesmas Manukan Kulon elemen pendukung. Kendala anggaran untuk gaji
Jawa Timur Tahun 2012) bounty, yang mencegah penerapan abatisasi
selektif, adalah hambatan lain.
30
4. Dwi Evaluasi Pelaksanaan PSN Penelitian Karena masih ada petugas pengelola program
Dalam Rangka Upaya Deskriptif (cross puskesmas yang mengaku tidak ada kegiatan
Peningkatan ABJ Di sectional) monitoring dengan cara melakukan pemeriksaan
Puskesmas Buaran Kabupaten jentik berulang, penyuluhan, dan kunjungan maka
Pekalongan Tahun 2005 ditetapkan masih ada beberapa kader yang belum
mengetahui pelaksanaan PSN-DBD dan penyajian
data ABJ RW/Dusun tidak seperti yang
diharapkan
5. Zaputri, Sakka, Evaluasi Program Penelitian Kegiatan PSN di Puskesmas Puuwatu menghadapi
Paridah Penanggulangan Penyakit Kualitatif tantangan yaitu Kurangnya pengetahuan
Demam Berdarah Dengue masyarakat untuk mengadopsi PSN di daerah
(DBD) DI Puskesmas Puuwatu sendiri-sendiri
Kota Kendari Tahun 2016
6. Winardi Evaluasi Pelaksanaan Program Penelitian Seperti diketahui, sebagian masyarakat lebih
Penaganan Penyakit Demam Kualitatif memilih fogging daripada PSN dalam memerangi
Berdarah Dengue Studi Pada DBD. Ini juga menghasilkan gerakan di
Dinas Kesehatan masyarakat, PSN masih kurang.
KotaTanjungpinang Tahun
2016
7. Amroni, Afandi, Evaluasi Pelaksanaan Program Penelitian Operasi PSN dilakukan sebulan sekali dan
Hanafi Pencegahan dan Pengendalian Kualitatif ditangani oleh petugas RT dan RW. Setiap
kasus Demam Berdarah kelurahan mengikuti kegiatan PSN yang juga
Dengue di Dinas Kesehatan dilakukan sebulan sekali. Orang-orang yang sulit
Kota Pekan Baru Tahun 2018 ditemukan adalah tantangannya.
31
32
33
Total 4 orang
35
Context
Input
3. Sumber Daya Orang yang Wawancara Pedoman Kualitas
Manusia (SDM) menjalankan mendalam wawancara, intelektual,
program PSN lembar ceklist, pendidikan,
(Yusuf, 2018) alat tulis dan Bidang, dan
alat perekam kemampuan
perencanaan
pengorganisa
sian
Process
Wawancara Bersama
Kader Jumantik dan
April – Mei
Staff Puskesmas 2022
40
41
Tabel 4.2
Karakteristik Informan Kunci
No Inisial Jabatan Jenis Pendidikan Umur
Kelamin
1. 1 D1 Kepala Dinas Perempuan S2 50 tahun
Kesehatan Kota
Palembang
2. D2 Kabid Laki-laki S2 50 tahun
Pengendalian
dan
Pemberantasan
Penyakit Dinas
Kesehatan Kota
Palembang
3. P1 Kepala Perempuan S1 48 tahun
Puskesmas
Sukarami
4. S1 Kepala Bidang Laki-laki S2 38 tahun
Pencegahan
Penyakit dan
Surveilans
Puskesmas
Sukarami
5. P2 Kepala Perempuan S2 42 a
42 tahun
Puskesmas 4
Taman Bacaan h
u
n
B. Informan Lainnya
Informan lain dalam penelitian ini berjumlah 4 orang yaitu, 1 orang staff
bidang pengendalian dan pemberantasan penyakit, 1 orang staff
puskesmas, dan 2 orang masyarakat. Informasi karakteristik dari setiap
informan dapat dilihat pada tabel berikut:
51
Tabel 4.3
Karakteristik Informan Lainnya
No. Inisial Kategori Jenis Umur
Kelamin
dalam kegiatan ini, yang bisa didapatkan dari pelatihan khusus program
PSN.
“Oh katek dek SOP PSN, kami adonyo SOP kegiatan PE bae”(P3).
“Ada APD yaitu sarung tangan, sepatu boots. Ada juga senter,
lembar leaflet untuk penyuluhan dan rompi surveilans”(S2).
56
B. Pemberantasan Jentik
Di wilayah kerja puskesmas, pemberantasan jentik adalah proses
pemantauan dan pemberantasan tempat-tempat perkembangbiakan jentik
nyamuk. Masyarakat, kader jumantik, dan puskesmas diketahui ikut
berpartisipasi dalam pemberantasan sarang nyamuk berdasarkan temuan
wawancara penelitian. Menutup, mengubur, dan mengeringkan area yang
berpotensi menjadi tempat berkembang biak nyamuk hanyalah beberapa
dari kegiatan 3m plus yang masuk ke dalam prosedur pemberantasan
jentik. Berikut ini adalah hasil wawancara bersama informan tentang
pemberantasan jentik nyamuk:
“Pihak yang terlibat seperti masyarakat, petugas kesehatan, kader
jumantik. Kegiatannya melihat tempat penampungan air lebih ke
penguatan 3m plus nya”(P1).
“Aku bukan dak galak melok kegiatan, cuman cak lebih ampuh
men langsung di fogging, nyamuk ilang galo teraso”(M2).
masyarakat yang kurang, ada yang mau ada yang tidak datang
sosialisasi”(S2).
pengadaan pelatihan dari pihak pembuat kebijakan dalam hal ini adalah
Dinas Kesehatan terkait untuk SDM tersebut tidak spesifikasi mengenai
PSN tidak ada. Sehingga bidang keilmuan yang spesifik tentang PSN
menjadi bias. SDM juga terkendala dengan cakupan wilayah kerja yang
luas tidak sebanding dengan tenaga SDM yang tersedia, baik SDM dari
Puskesmas maupun SDM dari kader jumantik.
Pada aspek proses juga ada yang menjadi perhatian yaitu proses
pengorganisasian. Dimulai dari pengkaderan yang mengeluhkan tentang
upah yang diberikan tidak sebanding dengan beban kerja kader. Sehingga
kader bekerja juga tidak maksimal untuk melakan tugasnya sebagai kader
jumantik. Kemudian pada kegiatan pemberantasan jentik, kurang adanya
koordinasi petugas untuk menerapkan sanksi tegas bagi masyarakat yang
tidak melakukan kegiatan pemberantasan jentik yang sudah ditetapkan
oleh Puskesmas. Dan upaya fogging yang seharusnya sudah tidak efektif
lagi diterapkan pada program DBD masih terus dilakukan oleh petugas
Puskesmas, sehingga membentuk stigma di masyarakat bahwa fogging
merupakan cara ampuh memerangi DBD. Dan aspek penyuluhan
kesehatan yang masih monton dilakukan membuat masyarakat jenuh dan
bosan mengikuti kegiatan tersebut.
Hal-hal tersebut yang mempengaruhi hasil atau keluaran dari
produk PSN tidak maksimal bahkan sama sekali tidak memenuhi
indikator keberhasilan program PSN.
4.7 Pembahasan
4.7.1 Context Program PSN
A. Sasaran Program
Strategi yang digunakan untuk mengukur keberhasilan sejalan
dengan rencana berpusat pada tujuan. Petunjuk teknis tersebut digunakan
untuk menentukan sasaran, yang kemudian diterapkan di lapangan.
Masyarakat di wilayah kerja Puskesmas di kota Palembang menjadi
tujuan dari program pemberantasan sarang nyamuk.
Berdasarkan temuan yang diperoleh peneliti diketahui bahwa
masyarakat yang menjadi sasaran di 4 lokasi Puskesmas dengan jumlah
64
dimiliki, tetapi belum lengkap dan jika mengacu pada Petunjuk Teknis
Implementasi PSN 3M Plus Dengan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (Dirjen
P2PL, 2016). Beberapa alat ada yang rusak tidak bisa digunakan lagi dan
bahkan ada yang sama sekali tidak dimiliki, seperti Miroskop jentik,
Hemositometer, Pipet Leukosip, manset anak, dan Pipet Hb. Untuk
pengadaan bubuk abate yang dibagikan pada masyarakat setiap kegiatan
PSN pun, kadang tidak tersedia karena belum mendapatkan drop dari
Dinas Kesehatan. Sehingga saat PSN berlangsung masyarakat yang
membutuhkan bubuk abate tidak mendapatkan. Mungkin disini muncul
persepsi masyarakat jika program PSN ini tidak maksimal dijalankan dan
sekedar hanya formalitas saja (Rahmat, 2016).
Pada penelitian ini juga menemukan bahwa Puskesmas yang
menjadi lokasi penelitian belum memilki SOP khusus untuk pelaksanaan
program PSN. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Faizah (2018)
bahwa setiap program DBD menggunakan fasilitas penunjang, dan setiap
kegiatan wajib memiliki SOP, yaitu prosedur baku yang harus diikuti
dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Jika prosedur ini diikuti, maka
akan menghasilkan koordinasi yang lancar, tidak tumpang tindih, dan
berkembangnya hubungan kerja yang harmonis.
Sedangkan pelaksanaan kegiatan PSN di lokasi penelitian
menggunakan petunjuk buku yang dibagikan oleh Dinas Kesehatan ketika
melakukan seminar. Dan dari hasil observasi yang dilakukan untuk
melihat isi buku tersebut, masih banyak rujukan lama yang digunakan.
Sehingga bidang keilmuan khusus untuk pelaksanaan PSN belum
berkembang. Dan strategi-strategi yang perlu didapatkan petugas
pemegang program DBD untuk melakukan pengkaderan juga belum
tersedia.
Pada penelitian Sari et all (2022) menyebutkan bahwa standar
operasional yang baku untuk kegiatan PSN wajib dimiliki oleh setiap
Puskesmas. SOP itu bersifat keharusan, karena setiap program yang
dijalankan memiliki panduan atau pedoman yang apabila
diimplementasikan sesusai dengan petunjuk maka hasil akan maksimal
70
B. Pemberantasan Jentik
Pengendalian vektor sangat penting untuk mencegah penyakit
DBD. Pada dasarnya, kegiatan menghilangkan sarang nyamuk terdiri
dari menguras bak mandi, mematikan sumber air, merapikan halaman,
menutup lubang pohon, dan membersihkan genangan air dari atas
rumah (Kemenkes RI, 2013). Pemberantasan jentik adalah praktik yang
yang dilakukan dengan kunjungan ke rumah-rumah penduduk dan
mencari tempat perkembangbiakan nyamuk untuk mengidentifikasi
media atau wadah yang dapat digunakan sebagai tempat berkembang
biak. (Dirjen P2PL, 2016).
Masyarakat, kader jumantik, dan puskesmas diakui terlibat dalam
pemberantasan jentik berdasarkan temuan penelitian yang dilakukan
peneliti. Menutup, mengubur, dan mengeringkan area yang berpotensi
menjadi tempat berkembang biak nyamuk (Anita, 2015).
Sebagian besar puskesmas ini menghadapi tantangan dalam
upaya pemberantasan sarang nyamuk, antara lain kurangnya kesadaran
dan keterlibatan masyarakat serta ketidakmampuan masyarakat
melakukannya karena mereka sibuk bekerja. Tetapi dalam penelitian
ini peneliti menyoroti bahwa ketidakikutsertaan masyarakat dalam
kegiatan PSN adalah karena kegiatan PSN terlalu monton
tanpadadaanya inovasi terbarukan yang menyesuaikan dengan kondisi
masyarakat pada saat ini. Inovasi kegiatan PSN akan memunculkan
ketertarikan masyarakat pada program tersebut (Astuti et all, 2022).
Puskesmas harus menerapkan inovasi yang menarik perhatian
masyarakat, seperti mengadakan lomba daerah dengan jumlah jentik
paling sedikit, untuk meningkatkan pengetahuan dan keterlibatan
masyarakat. Desa yang dinyatakan bebas jentik oleh puskesmas akan
mendapatkan reward. Penghargaan bisa berupa piagam, sertifikat, piala,
dan uang sekolah. Desa yang dianggap bebas jentik juga bisa menjadi
contoh bagi masyarakat lain dan berkembang menjadi tujuan wisata
populer, yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan penduduk
setempat.
73
Hal ini tidak sesuai dengan penegasan Dirjen P2PL (2011) bahwa
salah satu cara untuk mengukur keberhasilan upaya pemberantasan
sarang nyamuk adalah dengan melihat persentase rumah yang
dikunjungi minimal 80% dari jumlah yang diproyeksikan.
Amroni (2018) menyatakan bahwa pemeriksaan rumah dilakukan
setiap tiga bulan sekali. Puskesmas melakukan tugas ini dengan dibantu
oleh kader dan warga sekitar untuk mencari tempat perkembangbiakan
nyamuk. Selain itu, penelitian Wilujeng (2018) yang menunjukkan
bahwa tempat tinggal yang tidak dikelola akan mendorong
perkembangbiakan jentik nyamuk, hal ini juga berkontribusi pada
peningkatan kasus demam berdarah.
4.8 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan semaksimal mungkin, namun masih
ditemui keterbatasan. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah
responden atau informan kunci yaitu Kepala Dinas Kesehatan Kota
Palembang tidak bisa diwawancara, karena alasan kesibukan kerja dan
sulit untuk mencari waktu yang tepat. Tetapi hal ini tidak mengurangi
kualitas penelitian, sebab responden dapat diwakilkan oleh Kepala
Bidang P2P Dinas Kesehatan Kota Palembang, sehingga informasi
yang ingin didapatkan oleh peneliti bisa terpenuhi.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Secara umum, Program Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam
Berdarah (PSN) di Kota Palembang secara umum belum maksimal
dijalankan, masih banyak kendala yang dihadapi mulai dari SDM pemegang
program DBD yang tidak sesuai kualifikasi pendidikan, sarana prasaran yang
tidak memadai, pengorganisasian yang terkendala anggaran, SOP khusus
pemberantasan sarang nyamuk yang belum dimiliki, dan kurangnya inovasi
dalam melakukan penyuluhan kesehatan dan menjalankan program PSN.
Sehingga minat dan antusiasme masyarakat yang menjadi sasaran program
tidak dapat digerakkan.
5.2 Saran
Adapun beberapa saran yang dapat peneliti berikan sebagai
rekomendasi berdasarkan temuan dalam penleitian ini:
1. Bagi Pihak Puskesmas
A. Mengusulkan kepada Dinas Kesehatan Kota Palembang untuk
melakukan kajian ulang kepemilikan SOP disetiap Puskesmas untuk
menjalankan PSN.
B. Mengkaji ulang mengenai anggaran yang digunakan untuk program
pemberantasan sarang nyamuk.
C. Meningkatkan koordinasi, keterlibatan, dan pemberdayaan
masyarakat melalui berbagai macam inovasi seperti Pengembangan
Jumantik Kecil di sekolah-sekolah, mengadakan perlombaan desa
bersih dan bebas jenting nyamuk, serta inovasi dalam melakukan
penyuluhan kesehatan di masyarakat.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Kajian ini dapat diperluas dengan berkonsentrasi pada pemangku
kebijakan dan pemegang program DBD di Puskesmas untuk mengkaji
pada sistem birokrasi yang jelas diterapkan pada program pemberantasan
sarang nyamuk.
78
DAFTAR PUSTAKA
Adellia, Y., & Prajawinanti, A. (2021). Implementasi Model Evaluasi CIPP Pada
Pelaksanaan Program Kelompok Belajar TBM Leshutama Era Pandemi
Covid-19. Pustaka Karya, 9(2), 14–28.
Aminah & Roikan. (2019). Pengantar Metode Penelitian Kualitatif Ilmu Politik.
Jakarta Timur: Kencana.
Anderson, S.B & Ball, S. (1978) (Dalam Farida, 2000). The Proffesion and Practice
of Program Evaluation. San Fransisco: Jossy Bass.
Asfaroh, J. A., Rosana, D., & Supahar. (2017). Development of The Evaluation
Instrument Use CIPP on The Implementation of Project Assessment Topic
Optik. ICRIEMS, 4.
79
80
Astuti,D.A.,Mahendra.M.A.,Wahyuningtyas.R.,Izhati.Q.A..,Cahmawati.,Saputri.,I
.E.,Fauziah.K. (2022). Juru Pemantau Jentik Anak Sebagai Upaya
Pemberantasan Penyakit DBD di Dusun Plumbon, banguntapan,Bantul.
Jurnal Inovasi dan Pengabdian Masyarakat Indonesia.Vol.1,No.3
Brinkerhoff, Robert O, Brethower, D.M., Hluchyj. T., & Nowakowski, J.R. (1983)
(Dalam Farida, 2000). Program Evaluation A Pracctitioner’s Guide for
Trainers and Educators
Dinarello, CA., Gelfand, J.A. (2015). Fever and Hyperthermia. Edisi 16.
Singapore: 104-8.
Dinkes Kota Palembang. (2020). Profil Dinas Kesehatan Kota Palembang: Dinas
Kesehatan Kota Palembang.
Dirjen P2PL. (2016). Petunjuk Teknis Implementasi PSN 3M- Plus dengan Gerakan
1 Rumah 1 Jumantik. Jakarta: Kemenkes RI.
Gunung, I. N., & Darma. (2019). Implementing the Context, Input, Process, Product
(CIPP) Evaluation Model to Measure the Effectiveness of the
Implementation of Teaching at Politeknik Negeri Bali (PNB). Bali:
Environmental & Science Education.
Kasmir. (2016). Manajemen Sumber Daya Manusia (teori dan Praktik). Hal 75-97.
Jakarta: Pt. raja Grafindo Persada.
Kemenkes RI. (2013). Buku Saku Pengendalian Demam Berdarah Dengue untuk
Pengelolah Program DBD Puskesmas. Jakarta: Direktorat Jendral
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
Maulana, S., Supriyono, B., & Hermawan. (2013). Evaluasi Penyediaan Layanan
Kesehatan di Daerah Pemekaran Dengan Metode CIPP (Studi pada
Pemerintah Daerah Kabupaten Tana Tidung). Wacana, 16(4), 186–196.
Meijerink,N., van den Biggelaar, R.H.G.A., van Haarlem, D.A., Stegeman, J.A.,
Rutten, V.P.M.G., and Jansen,C.A.,(2021). A detailed Anaylysis of Innate
and Adaptive Immune Responsiveness Upon Infection with Salmonella
Entrerica Serotype Enteritidis in Young Broiler Chickens. Veterinary
Research, 52(1), 109.
Noor, J. (2011). Metodologi penelitian Skripsi, Tesis, Disertasi dan Karya Ilmiah.
Jakarta: Kencana.
Risdanti, S., Arso, S. P., & Fatmasari, E. Y. (2021). Evaluasi Context, Input,
Process, Dan Product (CIPP) Deteksi Dini Gangguan Jiwa Di Puskesmas
Banyuurip. Jurnal LINK, 17(1), 24–28.
85
Sarifah & Wartono Magdalena. (2021). Hubungan Antara Beban Kerja, Besaran
Upah, dan Stress Pada Karyawan Pengelolaan Limbah. Jurnal Biomedika
dan Kesehatan. Vol.4, No.2
WHO. (2018). Dengue And Severe Dengue. Retrieved Januari 10, 2022 from
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/dengue-and-severe-
dengue - 132k
Assalamu’alaikum/Selamat pagi/siang/sore,
Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk dapat di pergunakan sebagaimana
mestinya tanpa tekanan maupun paksaan dari manapun.
Galuh Ismayanti
NIM. 10012682125058 Nama :
Jabatan :
Lampiran 3
LEMBAR OBSERVASI
EVALUASI PROGRAM PEMBERANTASAN SARANG
NYAMUK (PSN) DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA
PALEMBANG TAHUN 2022
2. Adanya penelitian
7. Surat tugas
1. Manset anak
2. Mikroskop
3. Hemometer sahil
4. Pipet hb
5. Pipet eritrosit
6. Pipet leukosit
7. Hemositometer
No. Tersedianya Data ini Ya Tidak Keterangan
Keterangan :
• Lembar observasi P2 DBD tingkat Puskesmas
• Ceklist jawaban sesuai dengan keadaan di lapangan
Sumber : Checklist Supervisi P2 DBD Tingkat Puskesmas Dirjen P2PL (2011)
Lampiran 4
PEDOMAN WAWANCARA
EVALUASI PROGRAM PEMBERANTASAN SARANG
NYAMUK (PSN) DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA
PALEMBANG TAHUN 2022
(Informan Kunci)
B. Pertanyaan
Context (Probing: Cara, hambatan, pelaksanaan)
1. Apa yang anda ketahui mengenai program PSN?
2. Bagaimana cara kerja program PSN tersebut?
3. Apakah program PSN sudah sesuai dengan tujuan yang telah
direncanakan?
4. Bagaian keunggulan program PSN dalam mengurangi angka kejadian
DBD dibandingkan dengan program lainnya?
5. Adakah hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan program PSN?
6. Jika terjadi hambatan terhadap pelaksanaan program PSN adakah
supaya untuk mengatasi hambatan tersebut?
7. Apakah program PSN sudah tepat sasaran?
8. Menurut anda bagaimana pengaruh lingkungan terhadap program
pemberantasan nyamuk?
Process
Pengorganisasian (Probing: cara, hambatan, pelaksanaan)
1. Siapa saja yang terlibat dalam pembuatan kader jumantik?
2. Bagaimana proses pembuatan kader jumantik itu dilakukan?
3. Apakah ada kendala yang dihadapi dalam pembuatan kader jumanitk,
jika ada apakah ada upaya yang dilakukan untuk mengatasinya?
4. Apakah kader jumantik yang terpilih diberi pelatihan?, jika ada kapan
kader jumantik diberi pelatihan dan apa saja pelatihan yang diberikan?
5. Apa saja tugas dari kader jumantik ?
Pemberantasan Jentik (Probing: cara, waktu pelaksanaan)
1. Siapa yang terlibat dalam upaya pemberantasan jentik pada program
PSN?
2. Bagaimana proses pemberantasan jentik pada program PSN?
3. Pada waktu kapan saja dilakukannya pemberantasan jentik nyamuk?
4. Adakah hambatan yang terjadi dalam proses pemberantasan jentik
nyamuk, jika tejadi hambatan adakah upaya yang dilakukan untuk
mengatasinya?
5. Apakah ada sanksi berikan jika tidak ikut berpartisipasi dalam
pemberantasan jentik nyamuk?
Penyuluh Kesehatan (Probing: waktu, cara, hambatan)
1. Siapa yang terlibat dalam upaya penyuluhan kesehatan?
2. Materi apa yang diberikan pada saat penyuluhan kesehatan?
3. Pada waktu kapan saja dilakukannya penyuluhan kesehatan?
4. Siapa sasaran penyuluhan kesehatan dan dimana tempat melakukan
penyuluhan?
5. Adakah kendala yang dihadapi dalam proses penyuluhan kesehatan,
jika ada apakah ada upaya yang dilakukan untuk mengatasinya?
PEDOMAN WAWANCARA
EVALUASI PROGRAM PEMBERANTASAN SARANG
NYAMUK (PSN) DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA
PALEMBANG TAHUN 2022
(Informan Lainnya)
Kader Jumantik
A. Petunjuk Umum Wawancara
1. Mengucapkan terimakasih untuk kesediaannya menjadi informan
2. Lakukan salam perkenalan antara peneliti dengan informan
3. Menjelaskan maksud dan tujuan melakukan wawancara
4. Wawancara akan di pandu peneliti
5. Informan bebas dalam mengeluarkan pendapat
6. Jelaskan bahwa pendapat, saran dan pengalaman informan sangat
berharga
7. Dalam wawancara tidak ada jawaban salah maupun benar
8. Infprmasi yang di dapat dalam wawancara tidak akan di publish keluar,
melainkan hanya sebagai bahan penelitian
B. Pertanyaan
1. Siapa yang ikut serta dalam proses PSN? (Probing: pelaksanaan)
2. Apakah masyarakat dan pihak terkait seperti puskesmas ikut membantu
dalam proses PSN? (Probing: cara, waktu, pelaksanaan)
3. Kegiatan apa saja yang dilakukan dalam proses PSN? (Probing:
pelaksanaan)
4. Pada waktu kapan kegiatan PSN dilakukan? (Probing: waktu
pelaksanaan)
5. Adakah hambatan yang terjadi pada saat dilapangan dan adakah upaya
yang dilakukan untuk mengatasinya?
6. Apakah kader jumantik di kasih upah dari pemerintah terkait setiap
membantu dalam menjalankan kegiatanPSN?
C. Penutup
Mengucapkan terimakasih atas informasi yang didapatkan.
Lampiran 6
PEDOMAN WAWANCARA
EVALUASI PROGRAM PEMBERANTASAN SARANG
NYAMUK (PSN) DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA
PALEMBANG TAHUN 2022
(Informan Lainnya)
Masyarakat
A. Petunjuk Umum Wawancara
1. Mengucapkan terimakasih untuk kesediaannya menjadi informan
2. Lakukan salam perkenalan antara peneliti dengan informan
3. Menjelaskan maksud dan tujuan melakukan wawancara
4. Wawancara akan di pandu peneliti
5. Informan bebas dalam mengeluarkan pendapat
6. Jelaskan bahwa pendapat, saran dan pengalaman informan sangat
berharga
7. Dalam wawancara tidak ada jawaban salah maupun benar
8. Infprmasi yang di dapat dalam wawancara tidak akan di publish keluar,
melainkan hanya sebagai bahan penelitian
B. Pertanyaan
1. Siapa saja yang terlibat dalam proses PSN? (Probing: pelaksanaan)
2. Apakah masyarakat ikut berpartisipasi dalam kegiatan PSN? (Probing:
cara, pelaksanaan, waktu)
3. Kegiatan apa saja yang dilakukan dalam PSN? (Probing: cara ,
pelaksanaan)
4. Pada waktu kapan kegiatan pemberantasan nyamuk dilakukan?
(Probing: kurun waktu, cara)
5. Adakah hambatan yang terjadi pada saat dilapangan dan adakah upaya
yang dilakukan untuk mengatasinya?
6. Apakah masyarakat di berikan sanksi jika tidak ikut berpartisipasi dalam
pemberantasan jentik nyamuk? (Probing: cara)
C. Penutup
Mengucapkan terimakasih atas informasi yang didapatkan.
Lampiran 7
Jumlah 10 orang
Lampiran 8
Tabel 4.10
Cakupan Rumah yang di Periksa Puskesmas 23 Ilir Tahun 2022
No Nama Jumlah Kepala Jumlah Rumah yang Presentase
Kelurahan Keluarga Diperiksa
1. 23 Ilir 811 567 70%