Anda di halaman 1dari 187

ANALISIS KESESUAIAN SISTEM DAN MANAJEMEN

PROTEKSI KEBAKARAN DI GEDUNG PT. PLN


(PERSERO) GARDU INDUK KUNINGAN DI
KABUPATEN KUNINGAN JAWA BARAT TAHUN 2021

SKRIPSI

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi Strata


Satu (s-1) Program Studi Fakultas Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kesehatan Masyarakt Universitas Muhammadiyah Jakarta

Disusun Oleh :

TATA HARI UMARA

2017710100

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2021
ANALISIS KESESUAIAN SISTEM DAN MANAJEMEN
PROTEKSI KEBAKARAN DI GEDUNG PT. PLN
(PERSERO) GARDU INDUK KUNINGAN DI
KABUPATEN KUNINGAN JAWA BARAT TAHUN 2021

SKRIPSI

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi Strata


Satu (s-1) Program Studi Fakultas Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kesehatan Masyarakt Universitas Muhammadiyah Jakarta

Disusun Oleh :

TATA HARI UMARA

2017710100

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2021
LEMBAR PENGESAHAN PROGRAM STUDI

Skripsi ini diajukan oleh

Nama : Tata Hari Umara

NPM : 2017710100

Program Studi : Kesehatan Masyarakat

Judul Skripsi : Analisis Kesesuaian Sistem Dan Manajemen Proteksi


Kebakaran Di Gedung PT. PLN (PERSERO) Gardu Induk
Kuningan Di Kabupaten Kuningan Jawa Barat Tahun 2021.

Telah berhasil dipertahankan dihadapan Sidang Penguji dan diterima


sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk menyelesaikan studi strata satu
Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Muhammadiyah Jakarta untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
(SKM).

Ditetapkan : 2021

Jakarta,

Ketua Program Studi

(Ernyasih, SKM, MKM)

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Disetujui untuk diajukan pada sidang skripsi Program Studi Kesehatan


Masyarakat Fakultas Masyarakat Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Pada Hari :
Tanggal :

Dihartawan,drg.MKKK.
Dosen Pembimbing

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Diterima dan disahkan oleh Komisi Penguji Skripsi Fakultas Kesehatan


Masyarakat Universitas Muhammadiyah Jakarta untuk memenuhi persyaratan
dalam menempuh ujian Sarjana Strata Satu (S-1) Program Studi Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Pada Hari :
Tanggal : Februari 2022

……………………………………… Dihartawan,drg. M.KKK.


Pembimbing

…………………………………………Dr.Triana Srisantyorini SKM,M.Kes


Penguji I

…………………………………………Dadang Hardiansyah SKM, M.Epid


Penguji II

iv
FORM HASIL CEK PLAGIARISME SKRIPSI
MAHASISWA FKM UMJ

Nama : Tata Hari Umara

NIM : 2017710100

Judul Skripsi : Analisis Kesesuaian Sistem Dan Manajemen Proteksi Kebakaran Di


Gedung PT. PLN (Persero) Gardu Induk Kuningan Di Kabupaten Kuningan Jawa Barat
Tahun 2021

Hasil Plagiarisme : 30 % (syarat lolos cek plagiarisme adalah <


30%)
Kesimpulan : Lingkari pilihan :
1). Lanjut sidang,

2). Perbaikan

Jakarta, 07 Februari 2022


Petugas Cek Plagiarisme

Vidiastuti Muljono, S.IP

v
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Program Studi
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Muhammadiyah Jakarta.
2. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Jakarta.
3. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S-1)
Kesehatan Masyarakat di Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Jakarta, 17 Februari 2021

(Tata Hari Umara)

vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Muhammadiyah Jakarta, saya yang bertanda


tangan dibawah ini :

Nama : Tata Hari Umara


NPM : 2017710100
Program Studi : Sarjana Kesehatan Masyarakat
Fakultas : Kesehatan Masyarakat
Jenis Karya : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Muhammadiyah Jakarta Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-
exclusive Royalty-Free Right) atas skripsi yang berjudul:

Analisis Kesesuaian Sistem Dan Manajemen Proteksi Kebakaran Di Gedung


PT. PLN (PERSERO) Gardu Induk Kuningan Di Kabupaten Kuningan
Jawa Barat Tahun 2021.

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Muhammadiyah Jakarta berhak menyimpan,
mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat dan mempublikasikan skripsi saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis, pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Tangerang, 20 September 2021


Yang menyatakan

Tata Hari Umara

vii
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

Skripsi, desember 2021


Tata Hari Umara

ANALISIS KESESUAIAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DI


GEDUNG PT. PLN (PERSERO) GARDU INDUK KUNINGAN DI
KABUPATEN KUNINGAN JAWA BARAT TAHUN 2021.

CV + 105 Halaman + 17 Tabel + 14 Gambar + ? Lampiran


ABSTRAK
Latar Belakang: Salah satu bencana yang perlu mendapatkan perhatian khusus
adalah kebakaran, selain perhatian khusus perlu juga dilakukan pencegahan yang
sesuai dengan peraturan risiko terjadinya kebakaran dapat berkurang atau bahkan
hilang sepenuhnya. Cara yang dapat dilakukan adalah menerapkan manajemen
risiko. Kebakaran dapat terjadi kapanpun, ada beberapa faktor yang berkaitan
dengan hazard api antara lain manusia sebagai penghuni bangunan, struktur
bangunan, isi bangunan, dan bangunan disekitarnya.
Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui Manajemen dan sistem proteksi kebakaran
di Gedung Gardu induk Kuningan, Kabupaten Kuningan Jawa Barat.
Metode:. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dan kuantitatif dengan
melihat secara langsung pada gedung Gardu Induk Kuningan, dengan pendekatan
observasional.
Hasil : Hasil penelitian ini didapatkan bahwa rata-rata sistem proteksi kebakaran
aktif sudah baik (84,3%), rata-rata sistem penyelamatan jiwa sudah cukup baik
(77,9%), dan manajemen penanggulangan kebakaran sudah cukup baik (78,6%).
Kesimpulan: Dari hasil penelitian maka didapatkan kesimpulan sistem proteksi
aktif yang berada di Gedung Gardu Induk Kuningan antara lain: alarm Kebakaran,
Sistem Detektor Kebakaran, dan Alat Pemadam Api Ringan (APAR). Sistem
penyelamatan jiwa yang ada di Gedung Gardu Induk Kuningan antara lain pintu
darurat, Tanda petunjuk arah jalan Keluar/jakur evakuasi, Tempat berhimpun/titik
kumpul.
Saran : Dalam sarana sistem proteksi aktif lebih baik lagi dalam pemeliharaan
alat alat sistem proteksi aktif agar pada saat digunakan tetap dalam keadaan baik
atau tidak dalam keadaan rusak.

Kata Kunci : Sistem proteksi Kebakaran, Manajemen kebakaran,


Kebakaran Gedung, Gardu Induk.
Daftar Pustaka : 40 (2003-2021)

viii
UNIVERSITY OF MUHAMMADIYAH JAKARTA
FACULTY OF PUBLIC HEALTH
PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM
HEALTH AND OCCUPATIONAL SAFETY

Thesis, december 2021


Tata Hari Umara

FIRE PROTECTION SYSTEM SUITABILITY ANALYSIS IN THE


BUILDING OF PT. PLN (PERSERO) KUNINGAN SUBSTANCE IN
KUNINGAN DISTRICT, WEST JAVA IN 2021.
CV+ 105 Pages + 17 Tables + 14 Images + ? attachment
ABSTRACT
Background: One of the disasters that need to get special attention is fire, in
addition to special attention needs to also be done prevention in accordance with
the regulations the risk of fire can be reduced or even disappeared completely.
The only way to do this is to implement risk management. Fire can occur at any
time, there are several factors related to fire hazard, among others, humans as
residents of buildings, building structures, building contents, and surrounding
buildings.
Research Objectives: To determine the management and fire protection system at
the Kuningan Substation Building, Kuningan Regency, West Java.
Method: The method used is a qualitative and quantitative method by looking
directly at the Kuningan Substation building, with an observational approach.
Result: The results of this study showed that the average active fire protection
system was good (84.3%), the mental system average was good enough (77.9%),
and fire management was quite good (78.6%).
Conclusion: From the results of the study, it was concluded that the active
protection systems in the Kuningan Substation Building include: Fire Alarms,
Fire Detector Systems, and Light Fire Extinguishers (APAR). The life-saving
system in the Kuningan Substation Building includes: Emergency exits, signs for
exiting directions/evacuation routes, meeting places/meeting points.
Suggestion: In active protection system facilities, it is better to maintain active
protection system tools so that when they are used they are still in good condition
or not in a damaged state.
Keywords: Fire Protection System, Fire Management, Building fire, substation
Bibliography : 40 (2003-2021)

ix
KATA PENGANTAR

Bimillahirrahminarahim

Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin, segala puji bagi Allah SWT, dengan Rahmat,
Anugerah dan Hidayah-Nya laporan Skripsi ini dapat diselesaikan. Sholawat dan salam
bagi Nabi Muhamad SAW.

Skripsi yang berjudul Analisis Kesesuaian Sistem dan Manajemen Proteksi


Kebakaran di Gedung PT PLN (PERSERO) Gardu Induk Kuningan Di Kabupaten
Kuningan Jawa Barat Tahun 2021 ini dibuat sebagai salah satu syarat kelulusan guna
memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan


dengan adanya bantuan, dukungan, bimbingan, semangat, dan doa yang selalu diberikan
dari berbagai pihak baik selama perkuliahan maupun selama penyusunan tugas akhir ini.

Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Dihartawan, drg. MKKK. Selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan
waktu, tenaga, kesabaran dan selalu memberikan masukan dan membantu penulisan
selama perjalanan skripsi ini.
2. Bapak ibu selaku penguji yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk
memberikan masukan dan keritik dalam penyusunan skripsi.
3. Ucapan terimaksih juga saya ucapkan kepada Bapak Robbi selaku ketua Suprvisor
PT PLN (Persero) Gardu induk kuningan yang telah berkenan
mengizinkan,membantu dan mempermudah saya untuk melaksanakan penelitian.
4. Ucapan terimakasih Kepada kawan sebaya saya Naufal Apriesa yang telah
membantu dalam proses perizinan penelitian saya.
5. Ibu Dr. Andriyani, M.Kes. Selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Muhammadiyah Jakarta yang telah memberikan fasilitas belajar serta
memberikan pertolongan dan kemudahan untuk saya selama belajar di lingkungan
fakultas.
6. Ketua Program Studi Fakultas Kesehatan Masyarakat Ibu Ernyasih, S.KM, MKM
yang telah membantu dalam proses pembelajaran.

x
7. Seluruh Staff FKM UMJ yang telah membantu dan berjasa selama waktu
perkuliahan.
8. Keluarga tercita, Khususnya kedua orang tua yang selalu mendoakan anaknya tanpa
lelah dalam segala urusan saya.
9. Abang-abangku Undang Prasetya Umara dan Nanda Sahputra Umara yang selalu
mensuport segala urusan saya dan memotifasi saya.
10. Teman-teman Perjaka Tangguh Dirga, Ngkong, Fajar, bang beler, Faisal, Igas, Diki
lehi, Lele, Bang blek, Fariz ganteng dan Gifari terimakasih kenang kenangan serta
segala suport kalian, banyak momen momen indah ketika berkumpul bersama
selama berkuliah yang mungkin sulit untuk saya lupakan semoga kalian sehat selalu
dan sukses.
11. Alfarizi, Ragil dan Kak Syafa terimakasih tidak bosan selalu membantu saya dalam
mengerjakan naskah sekripsi ini baik bantuan tenaga maupun suport.
12. Kawan kawan seperjuangan angkatan 2017, terimakasih atas semua kenangan dan
juga rasa kebersamaan selama ini, saya bangga bisa menjadi bagian cerita kacil dari
kalian.
13. Kawan kawan HIMARU (Himpunan Mahasiswa Rukun) Khususnya kepada mentor
terbaik saya Abangda Anindito Ananda yang telah memberikan banyak sekali
pembelajara berharga, tak lupa juga kepada Gema, Adik Abas, Adik reza (rere)
pencair suasana di HIMARU.
14. Kelembagaan FKM UMJ, Terimakasih telah menjadi wadah pembelajaran untuk
bisa menjadikan diri saya berkembang. Dan terimakasih untuk semua pengalaman
pengalaman hebat lain nya.

Pihak-pihak terkait yang tidak bisa disebutkan satu persatu oleh penulis. Akhir
kata penulis memohon maaf apabila ada kesalahan dan kekurangan dalam penulisan
skripsi ini, dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca semua.

Jakarta, Februari 2022

(Tata Hari Umara)

xi
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PROGRAM STUDI ii


LEMBAR PERSETUJUAN iii
LEMBAR PENGESAHAN iv
FORM HASIL CEK PLAGIARISME SKRIPSI MAHASISWA FKM UMJ v
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS vii
KATA PENGANTAR x
DAFTAR ISI xii
DAFTAR TABEL xiv
DAFTAR GAMBAR xv
DAFTAR LAMPIRAN xvi
DAFTAR SINGKATAN xvii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 5
E. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................ 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7
A. Tinjauan Pustaka .......................................................................................... 7
B. Kerangka Teori ........................................................................................ 40
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, HIPOTESIS
41
A. Kerangka Konsep ....................................................................................... 41
B. Definisi Operasional................................................................................... 43
C. Definisi Istilah ............................................................................................ 46
BAB IV METODE PENELITIAN 47
A. Jenis Dan Desain Penelitian ....................................................................... 47

xii
B. Tempat Dan Waktu Penelitian ................................................................... 47
C. Sumber Informasi ....................................................................................... 48
D. Teknik pengelolahan dan Analisis Data ..................................................... 51
E. Etik Penelitian ............................................................................................ 53
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 55
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................................... 55
B. Hasil Penelitian .......................................................................................... 56
C. Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 89
D. Pembahasan ................................................................................................ 90
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 100
A. Kesimpulan .............................................................................................. 100
B. Saran ......................................................................................................... 101
DAFTAR PUSTAKA 103
LAMPIRAN 108

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Definisi Oprasional

Tabel 4.1 : Sumber Informasi

Tabel 4.2 : Triangulasi Data

Tabel 5.1 : Hasil Observasi Alarm Kebakaran

Tabel 5.2 : Hasil Observasi Detektor Kebakaran

Tabel 5.3 : Hasil Observasi APAR

Tabel 5.4 : Rata rata kesesuaian Sarana Proteksi Aktif

Tabel 5.5 : Hasil Observasi Pintu Darurat

Tabel 5.6 : Hasil Observasi Tanda Petunjuk Arah

Tabel 5.7 : Hasil Observasi Titik Kumpul

Tabel 5.8 : Rata rata Kesesuaian proteksi Sarana Penyelamatan Jiwa

Tabel 5.9 : Hasil Observasi Prosedur Tanggap Darurat

Tabel 5.10 : Hasil Observasi Organisasi Proteksi Kebakaran Gedung

Tabel 5.11 : Hasil Observasi Sumber Daya Manusia

Tabel 5.12 : Rata rata Kesesuaian Manajemen Penanggulangan Kebakaran

Tabel 5.13 : Rekapitulasi Hasil Observasi

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Segitiga Api

Gambar 2.2 : Fire Terta Hedron

Gambar 2.3 : Alarm Kebakaran

Gambar 2.4 : Detector Alarm Kebakaran

Gambar 2.5 : Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

Gambar 2.6 : Sprinkler

Gambar 2.7 : Hydran

Gambar 2.8 : Tangga Darurat

Gambar 2.9 : Rambu Jalur Evakuasi

Gambar 2.10 : Pintu Darurat

Gambar 2.11 :Rambu Titik Kumpul

Gambar 2.12 : Struktur Organisasi Penanggulangan Kebakaran

Gambar 2.13 :Kerangka Teori

Gambar 3.1 : Kerangka Konsep

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Manuskrip Penelitian

Lampiran 2. Pedoman Wawancara

Lampiran 3. Lembar Observasi

Lampiran 4. Strukrut Organisasi

Lampiran 5. Surat Keputusan Dosen Pembimbing

Lampiran 6. Surat Izin Survey dan Penelitian

Lampiran 7. Surat Komisi Etik

Lampiran 8. Dokumen Penelitian

xvi
DAFTAR SINGKATAN

APAR = Alat Pemadam Api Ringan

BPBD = Badan Penanggulangan Bencana Daerah

DAMKAR = Pemadam Kebakaran

NFPA = National Fire Association

SNI = Standar Nasional Indonesia

xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan suatu upaya


untuk menciptakan suasana bekerja yang aman, nyaman, dan tujuan
akhirnya adalah menciptakan produktivitas setinggi-tingginya
(Sagala, 2010). Keselamatan kerja juga merupakan keselamatan yang
berkaitan dengan mesin, alat kerja, bahan dan proses manajemen,
tempat kerja dan lingkungan serta cara melakukan pekerjaan
(Gayatri, 2015). Selain itu, keselamatan dan kesehatan kerja juga
diharapkan dapat menciptakan kenyamanan dan keselamatan kerja
yang tinggi. Jadi, unsur-unsur dalam keselamatan dan kesehatan kerja
tidak terbatas pada faktor fisik, tetapi juga faktor mental, emosional
dan psikologis. Jika K3 tidak diterapkan pada perusahaan ataupun
perindustrian maka akan mengakibatkan kecelakaan di tempat kerja,
yang akan berdampak pada pekerjaan maupun perusahaan atau
perindustrian (Rohani & Suhartini 2021).
Bencana kerap terjadi di berbagai belahan dunia manapun, baik
disebabkan oleh faktor alam atau pun faktor non alam, salah satunya
adalah kebakaran (Karimah et al., 2016). Kebakaran adalah proses
pelepasan oksidasi yang cepat dan reaksi eksotermis berasal dari
energi yang menyokong proses tersebut (Mehaffey & Bert, 1997).
Sedangkan menurut SNI 03-3985-2000, kebakaran merupakan
kondisi suatu bahan mencapai temperatur tertentu dan bereaksi
dengan reaksi kimia ketika bertemu oksigen sehingga bahan tersebut
panas, mengeluarkan api, cahaya, asap, karbon monoksida, karbon
dioksida dan uap air ( badan baku nasional, 2000).
Pada abad ke-21, jumlah populasi di dunia sebesar 6,3 miliar
jiwa, didalam jumlah itu ada 7-8 juta jiwa yang mengalami insiden
kebakaran dengan 80 ribu angka kematian serta 800 ribu jiwa
mengalami kecelakaan dampak dari kebakaran (brushlinsky et al

1
2

2006). kemudian pada tahun 2010 dilaporkan ada 1,4 juta


insiden kebakaran (karter,2010). Sedangkan di Inggris pada tahun
2009-2010 insiden kebakaran mencapai angka 242 ribu (department
for communities and local government: London, 2010). Sementara di
New Zealand pada tahun 2009-2010 terjadi 69.579 insiden kebakaran
masing-masing kejadian baik di kota ataupun desa sebesar 53.950
dan 15.639 (New Zealand service, 2010).
Sementara di dalam negeri Kasus kebakaran ditemukan
sebanyak 8.243 kasus, sedangkan di daerah Kabupaten Kuningan
jawa barat sendiri sepanjang tahun 2021 sebanyak 73 kasus
kebakaran. Total kerugian material dari kasus kebakaran yang
dialami mencapai 5,3 miliar (Damkar Kabupaten Kuningan).
Allah telah menyinggung keselamatan kerja dalam kisah Semut
dan Nabi Sulaiman:

H
i
n

Sehingga apabila mereka sampai di lembah Semut, berkatalah seekor


Semut: Hai semut-semut masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar
kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka
tidak menyadari” (An Naml: 18).
Allah mengabadikan perkataan seekor semut yang
mengingatkan rekan-rekannya akan datangnya sebuah bahaya
(hazard) berupa derap langkah pasukan Nabi Sulaiman dan resiko
(risk) yaitu terinjak kaki Pasukan Nabi Sulaiman. Di ayat tersebut
Allah tak ragu untuk mengambil perkataan semut meskipun semut
berbadan kecil dan tidak terdengar suaranya oleh manusia biasa.
Salah satu bencana yang perlu mendapatkan perhatian khusus
adalah kebakaran, selain perhatian khusus perlu juga dilakukan
pencegahan yang sesuai dengan peraturan risiko terjadinya kebakaran
3

dapat berkurang atau bahkan hilang sepenuhnya. Cara yang dapat


dilakukan adalah menerapkan manajemen risiko. Kebakaran dapat
terjadi kapanpun, ada beberapa faktor yang berkaitan dengan hazard
api antara lain manusia sebagai penghuni bangunan, struktur
bangunan, isi bangunan, dan bangunan disekitarnya (Miranti, 2018).
Kebakaran disebabkan oleh banyak faktor, pada umumnya
faktor yang menyebabkan terjadinya kebakaran adalah faktor teknis
dan faktor manusia (Ramli, 2010). Di Indonesia, korsleting listrik
menjadi salah satu penyebab tertinggi terjadinya kebakaran dengan
angka yang mecapai 62,8%. Untuk tindakan pencegahan yang dapat
dilakukan khususnya pada sektor bangunan gedung perkantoran dapat
berupa penataan ruang yang baik serta diberikannya perhatian
terutama pada prasarana penanggulangan kebakaran (Primabudu,
Kurniawan & Widjesena, 2017).
Menurut UU No. 28 Tahun 2020, bangunan gedung memiliki
pengertian suatu wujud bangunan fisik hasil dari pekerjaan konstruksi
yang berfungsi untuk tempat kegiatan manusia. Bangunan gedung
dibagi menjadi beberapa klasifikasi berdasarkan fungsinya, adapun
bangunan gedung perkantoran memiliki fungsi untuk kepentingan
umum, sehingga tak luput dari berbagai risiko bencana seperti seperti
kebakaran, gempa, banjir, dan lain-lain (Direktorat Bina Kesehatan
Keselamatan Kerja RI, 2010).
Berdasarkan khasus serta data tersebut, maka penulis bertujuan
untuk meneliti mengenai “Kesesuaian Sistem Proteksi Kebakaran Di
Gedung PT. PLN (PERSERO) Gardu Induk Kuningan” dan
mengetahui kondisinya dengan mengetahui nilai keadaanya sehingga
bisa menjadi sebuah acuan jika adanya kelemahan sistem proteksi di
Gedung Gardu Induk Kuningan sehingga kemudian mendapatkan
hasil rekomendasi untuk memperbaiki dan menyempurnakan sistem
proteksi kebakaran.
4

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari uraian latar belakan di atas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana manajemen penanggulangan kebakaran di Gedung PT.
PLN (PERSERO) Gardu Induk Kuningan ?
2. Bagaimana kondisi sarana dan prasarana sistem proteksi kebakaran
yang ada Gedung PT. PLN (PERSERO) Gardu Induk Kuningan ?

Maka dari itu penulis perlu melakukan penelitian mengenai


manajemen dan sistem proteksi kebakaran yang dimiliki Gedung PLN
Gardu Induk Kuningan apakah sudah sesuai dengan peraturan yang
ditetapkan. Gedung PLN Gardu Induk Kuningan merupakan salah satu
Gardu inti yang menjadi tumpuan pembangkit listrik yang ada di wilayah
Kabupaten Kuningan, maka keselamatan Karyawan, dan keberlangsungan
pembangkit tenaga listrik untuk wilayah Kabupaten Kuningan dan
khususnya untuk masyarakat perlu di perhatikan. Gedung PLN Gardu
Induk Kuningan merupakan salah atu gedung pembangkit listrik yang
memiliki resiko cukup tinggi terjadinya kebakaran.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum

Diketahuinya Manajemen dan sistem proteksi kebakaran di Gedung


Gardu induk Kuningan, Kabupaten Kuningan Jawa Barat.

2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran lengkap sarana proteksi aktif seperti :
Alarm, Hydrant, Detektor, Sprinkler, dan APAR di Gedung PT.
PLN (PERSERO) Gardu Induk Kuningan.
b. Diketahuinya gambaran kelengkapan sarana penyelamatan jiwa
seperti : Pintu darurat,tempat berhimpun/titik kumpul, petunjuk
arah jalan keluar di Gedung PT. PLN (PERSERO) Gardu Induk
Kuningan
c. Diketahuinya prosedur tanggap darurat kebakaran di Gedung PT.
PLN (PERSERO) Gardu Induk Kuningan.
5

d. Diketahuinya organisasi proteksi kebakaran gedung di Gedung PT.


PLN (PERSERO) Gardu Induk Kuningan.
e. Diketahuinya sumber daya manusia dan manajemen
penanggulangan kebakaran di Gedung PT. PLN (PERSERO)
Gardu Induk Kuningan.

D. Manfaat Penelitian
1. Aspek Teoritis
Diharap penelitian ini dapat memerkaya ilmu pengetahuan dibidang
kesehatan masyarakat dan dapat dijadikan sumber literatur serta
referensi untuk pembaca mengenai Kesesuaian Sistem Proteksi
Kebakaran di Gedung PT. PLN (PERSERO) Gardu Induk Kuningan,
Kabupaten Kuningan Jawa Barat Tahun 2021.
2. Aspek aplikatif
a. Bagi perusahaan
Sebagai masukan bagi pihak perusahaan mengenai sistem proteksi
kebakaran pada Gedung PT. PLN (PERSERO) Gardu Induk
Kuningan, Kabupaten Kuningan Jawa Barat Tahun 2021.
b. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat
Menambah referensi kepustakaan bagi perkembangan ilmu
pengetahuan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja khususnya
mengenai sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung.
c. Bagi peneliti
Menambah pengetahuan dan pengalaman langsung dalam hal
merencanakan penelitian, melaksanakan penelitian, menganalisis
penelitian dan mengetahui sistem proteksi kebakaran pada Gedung
PT. PLN (PERSERO) Gardu Induk Kuningan, Kabupaten
Kuningan Jawa Barat Tahun 2021.
3. Aspek metodologis
Dapat dijadikan bahan acuan untuk penelitian selanjutnya dan
pengembangan ilmu pengetahuan yang kemudian diimplementasikan
baik di dunia perkuliahan maupun di dalam kondisi aktual pekerjaan
yang nyata pada umumnya.
6

E. Ruang Lingkup Penelitian

Minimnya manajemen dan sistem proteksi kebakaran yang kurang


memadai, penelitian ini dilakukan di Gedung PT. PLN (PERSERO) Gardu
Induk Kuningan, Kabupaten Kuningan Jawa Barat Tahun 2021. karena
belum pernah diadakannya penelitian tentang sistem manajemen dan
sistem proteksi aktif dan sistem sarana penyelamatan jiwa. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui gambaran pelaksanaan sistem manajemen
pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran seperti prosedur
tanggap darurat, organisasi proteksi kebakaran, dan sumber daya manusia.
Dan penyesuaian terhadap proteksi sarana proteksi aktif yang meliputi
sistem sprinkler otomatis, hidran, alat pemadam api ringan (APAR),
sistem deteksi kebakaran, alarm kebakaran, ventilasi mekanik dan sistem
pengendalian asap serta sarana penyelamat meliputi keandalan saran jalan
keluar, pintu darurat, tangga darurat, tanda penunjuk arah, pencahayaan
darurat, titik kumpul. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus sampai
dengan September 2021, dengan melakukan wawancara dan observasi
secara langsung terhadap sarana proteksi berdasarkan Peraturan-Peraturan
serta Standar Nasional Indonesia (SNI) yang berlaku. Penelitian ini
bersifat kuantitatif dan kualitatif (Mix Methode) dengan pendekatan
observasional dengan penelitian deskriptif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1. Api
a) Definisi Api
Berdasarkan definisi api adalah panas dan cahaya yang
berasal dari sesuatu yang terbakar,nyala. Sementara menurut
NEFPA 1990, api adalah peristiwa oksidasi bertemunya tiga unsur
yaitu bahan yang mudah terbakar, oksigen di udara dan panas
(Zulkifli et al., 2017). Dari ketiga unsur tadi terjadi bertemu maka
akan menimbulkan kebakaran dapat menimbulkan kematian
manusia, hewan, dan lain sebagainya.
Sedangkan teori menurut Soehatman Ramli, api adalah
reaksi kimia cepat yang terbentuk dari 3 (tiga) unsur pembentuk
api yang kemudian dikenal dengan teori segitiga api (Fire
triangle), yaitu panas, bahan bakar, dan oksigen yang diikuti oleh
timbulnya panas dan cahaya (Ramli, 2010).
b) Teori segitiga api
Menurut National Fire Protection Association (NFPA,
1992), itu adalah peristiwa oksidasi yang melibatkan 3 elemen
bahan bakar, oksigen, dan energi atau panas, yang
mengakibatkan kerusakan properti, cedera, dan bahkan
kematian. Sedangkan menurut Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum No. 4. 26/PRT/M/2008 Bahaya kebakaran adalah
bahaya yang ditimbulkan oleh potensi ancaman kebakaran dan
terpaparnya emisi dari asap dan gas sejak terjadinya kebakaran
hingga penyebarannya. Kebakaran dapat terjadi karena adanya
tiga unsur yaitu bahan bakar (fuel), oksigen, dan sumber panas
(ignition). Panas sangat penting untuk nyala api tetapi Bila api

7
8

telah ada dengan sendirinya maka menimbulkan panas untuk


tetap menyala (ILO, 1992).
Soehatman Ramli menjelaskan kebakaran tidak terjadi
tanpa sebab, melainkan dapat terjadi karena adanya proses
kimia antara uap dan bahan bakar yang kemudian bertemu
dengan oksigen dan panas. Teori tersebut dikenal sebagai
Segitiga Api atau fire triangle. Menurut teori ini, api terjadi
karena tiga faktor yang menjadi unsur api, yaitu :
1. Bahan bakar, yaitu suatu unsur bahan bakar, termasuk
padat, cair, dan gas mudah terbakar yang bercampur
dengan oksigen di udara.
2. Sumber panas, yaitu pemicu kebakaran dengan energi
yang cukup untuk menahan campuran bahan bakar dan
oksigen dari udara.
3. Oksigen, terkadang di udara. Tanpa udara atau oksigen,
proses kebakaran tidak dapat terjadi.

Gambar 2.1 Fire Tringle


(Sumber :Dinasdamkar.sukabumikab.ac.id)

Kebakaran dapat terjadi bila ketiga unsur pemicu


terjadinya api saling bereaksi satu dengan lainnya (Kelvin et
al., 2015). Tanpa adanya salah satu dari unsur tersebut, api
tidak akan terjadi. Bahkan masih terdapat unsur keempat yg
disebut reaksi berantai, sebab tanpa adanya reaksi pembakaran
maka api tidak akan menyala terus menerus. Keempat unsur
9

api ini seringkali disebut dengan fire Tetra Hidran (Wicaksono


& Ernawati, 2013).

Gambar 2.2. Fire Terta Hedron

Pada proses penyalaan tersebut, api akan mengalami empat


tahapan proses yaitu tahap permulaan, tahap membara, tahap
titik nyala, tahapan panas atau heat stage. Berikut
penjelasannya:
1) Incipient stage atau tahap permulaan, tahap ini belum
terdeteksi adanya asap, lidah api ataupun panas, namun
mulai terbentuk partikel pembakaran dalam jumlah yang
signifikan
2) Smoldring Stage (Tahap Membara) Partikel pembakaran
telah bertambah membentuk api atau panas yang
signifikan.
3) Flone Stage Tercapai titik nyala dan mulai terbentuk lidah
api.
4) Heat Stage Pada tahap ini terbentuk panas, lidah api,asap
dan gas beracun dalam jumlah besar. Transisi dari flame
stage ke heat stage biasanya sangat cepat seolah olah
menjadi satu dalam fase sendiri.
10

2. Kebakaran
a) Definisi kebakaran
Kebakaran adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan
dan kadang tidak dapat dikendalikan, sebagai hasil pembakaran
suatu bahan dalam udara dan mengeluarkan energi panas dan
menyala (api). Proses pembakaran adalah suatu reaksi
ekstoremis, yaitu suatu reaksi yang mengeluarkan panas. Bila
api yang terjadi sangat terbatas maka gejala tersebut belum
dinyatakan sebagai kebakaran, tetapi bila api mulai
memungkinkan terjadinya penjalaran maka gejala itu dapat
dikatakan kebakaran.
Sedangkan menurut David A Cooling, Kebakaran adalah
sebuah reaksi kimia dimana bahan bakar di oksidasi sangat
cepat dan menghasilkan panas.
b) Tahapan perkembangan kebakaran (NFPA)
Menurut NFPA terdapat lima tahapan perkembangan api
sampai menjadi kebakaran :
1. Ignition
Merupakan tahap awal perkembangan api yang
ditandai dengan peristiwa terbakarnya permukaan benda
yang mudah terbakar.
2. Growth
Merupakan fase dimana benda yang memiliki bahan
yang mudah terbakar mengalami ignition, sehingga api
akan menjalar dengan ukuran besar ke benda yang satu
ke benda yang lainnya. pada saat ini waktu menjadi
aspek yang penting dalam penyebaran api tergantung
sumber ignition tersebut. Tingkat perkembangan
tahapan dari api dibagi menjadi tiga :
1) Radiaton stage, merupakan tahapan kebakaran
yang hebat, dalam stage ini api dengan ukuran
11

(<10 inchi) sudah cukup dapat menimbulkan


radiasi panas.
2) Enclosure stage, merupakan tahapan kebakaran
yang lebih hebat. karena pelepasan panas sudah
meningkat secara drastis. kobaran api (flame)
memiliki tinggi mencapai <3-4 feel. Tahapan ini
terjadi pada saat gas bertemu dengan benda-
benda yang bersifat mudah terbakar.
3. Flashover
Tahapan ini merupakan tahapan transisi dari growth
atau growing menjadi api yang penuh. Dimana benda
yang mudah terbakar sudah ikut terbakar semua.
Kisaran suhu pada tahapan ini mencapai 500-600°C
(932-1.112℉) sebuah derajat suhu yang tahapan ini
sudah cukup membuat benda sekitar ikut terbakar dan
proses ignition sudah melahap selutuh bagian dari
dalam hingga keluar.
1) Fully developed fire
Tahapan ini bisa disebut juga “flashover” dimana
tetap meningkat cepat seiring dengan waktu sampai
sebagian besar terbakar semua, tempratur yang
dihasilkan pada tahapa ini mencapai 500-600℃ dalam
selang waktu 20 menit sampai 1 jam merupakan suatu
tahapan ancaman yang paling subtansial bagi struktur
bangunan.
2) Decay stage
Saat ini semua bahan bakar oleh api, tempratur akan
menurunsecara perlahan seiring dengan habisnya bahan
bakar.
12

c) Klasifikasi kebakaran
Klasifikasi kebakaran menrupakan suatu upaya
mengkategorikan kejadian kebakaran yang kegunaannya sangat
penting untuk menentukan penggunaan alat pemadam api
ringan sebagai syarat awal pemadaman kebakaran. Menurut
Permenker 04/MEN/1980 pasal 2, klasifikasi kebakaran
dibedakan sebagai berikut :
1) Kebakaran Golongan A
Kebakaran pada golongan A disebabkan oleh bahan
padat terkecuali logam yang sebagian besar tidak mampu
dengan sendirinya terbakar. Kebakaran golongan A
memiliki sifat utama berupa bahan yang dengan baik
menyimpan panas dan bukan dari bahan yang bisa
mengalir, misalnya : kertas, karet, kayu, pelastik.
2) Kebakaran golongan B
Kebakaran golongan B disebabkan oleh bahan cair
atau gas yang mudah tersulut api. Bahan yang dimaksud
dalam kategori ini misalnya adalah olahan minyak bumi,
pelumas, bensin, pengencer cat, dan lain sebagainya.
3) Kebakaran Golongan C
Klasifikasi kebakaran pada golongan C berasal dari
listrik bertegangan tinggi atau disebabkan oleh instalasi
listrik.
4) Kebakaran Golongan D
Kebakaran golongan D disebabkan dari bahan yang
berasal dari logam, contohnya titanium, lithinium,
magnesium, uranium, potassium, dan sodium.

d) Penyebab kebakaran

Secara umum kebakaran disebabkan oleh berbagai


faktor, berikut salah dua faktornya yaitu :
13

1. Faktor manusia
Penyebab kebakaran disebabkan oleh berbagai faktor, salah
satunya adalah manusia. Manusia dapat menyebabkan
kebakaran apabila kurang peduli terhadap lingkungan dan
keselamatan dari bahaya kebakaran (Yulita et al., 2020).
2. Faktor teknis
Selain faktor manusia, kebakaran juga dapat disebabkan
karena faktor teknis seperti kondisi tidak aman dan kondisi
membahayakan (Ramli, 2010).
e) Sumber penyalaan api

Kebakaran dapat terjadi ketika api sebagai sumber


panas yang memiliki potensial menyalakan bahan bakar
bertemu dengan oksigen. Adapun sumber-sumber pemicu
penyalaan api, antara lain:

1. Api terbuka

Api terbuka merupakan sumber panas yang


langsung dari permukaanya, seperti api rokok, setrika,
benda panas, api dapur, tungku pembakar dan bentuk
terbuka lainnya. Sumber penyebab kebakaran yang
banyak terjadi di perkotaan dan perumahan salah
satunya bersumber dari Api rokok.

2. Pengelasan dan pemotongan

Api yang bersumber dari kegiatan pengelasan


memiliki potensi untuk menyulut bahan mudah terbakar
lainnya. Kejadian kebakaran yang di sulut dari kegiatan
pengelasan seperti saat melakukan perbaikan kapal atau
mobil tangki.

3. Percikan mekanis
14

Yaitu sumber penyalaan yang berasal dari benturan


logam dari alat-alat mekanis seperti: palu besi, pemecah
beton atau gerinda. Percikan juga dapat timbul dari
benda jatuh yang menimpa batu atau beton.
4. Energi kimia
Yaitu sumber penyalaan yang berasal dari reaksi
kimia misalnya reaksi antara phirophoric sufide dengan
udara atau oksigen. Besi sulfide ini timbul pada kerak
tanki yang berisi minyak mentah atau karat-karat yang
menempel di dinding tanki.
5. Energi listrik
Yaitu sumber panas yang berasal dari energi listrik.
Panas dari listrik dapat disebabkan oleh beberapa
faktor, yaitu hubungan positif singakt dan benda lebih
(cover lord). Hubungan singkat ini adalah terjadninya
kontak antara muatan positif dan negative. Beban lebih
misalnya pada kabel untuk 12 ampera dialiri arus listrik
16 ampera, maka kabel dan isolasi akan menjadi panas.
Peralatan listrik juga bisa menimbulkan percikan api
karena adanya loncatan arus listrik karena pamasangan
tidak baik atau rusak.
6. Kendaraan bermotor
Yang menggunakan listrik atau bensin dapat
menjadi sumber api yang dapat menyalakan bakar.
Banyak terjadi kebakaran, khususnya di lingkungan
kiling minyak dan kimia akibat kendaraan yang sedang
berjalan atau mesinya dinyalakan. Sumber api dari
kendaraan biasanya dapat timbul dari percikan bunga
api yang keluar dari pipa bunga kenalpot, percikan pada
busi dan batrai serta bagian permukaan panas didalam
mesin atau kenalpot.
15

7. Petir
Yang juga bersumber dari adanya perbedaan potensi
di udara dapat mengakibatkan kebakaran. Banyak kasus
kebakaran khususnya di industri minyak dan gas bumi
yang bersumber dari sambaran petir (Ramli, 2010).
d) Proses penjalaran api
Proses penjalaran api menurut Departement for Comunities
and local government (2010 : 16) disebabkan oleh :
1. Konveksi
Konveksi merupakan proses pelajaran api melalui
lubang atau celah bangunan yang mengakibatkan
meningkatnya suhu akibat panas yang terperangkap.
Proses ini merupakan proses penjalaran api paling
berbahaya dan mengakibatkan jumlah cedera dan
kematian terbesar. Proses ini terjadi melalui penjalaran
panas suatu zat yang diikuti dengan perpindahan
partikel zat benda padat, contohnya merambat melalui
dinding, beton, besi, kayu (Ramli,2010).
2. Konduksi
Konduksi merupakan perpindahan panas yang
terjadi akibat kontak antara panas dengan bahan yang
mudah terbakar. Menurut Ramli (2010), kontak yang
terjadi bisa melalui fluida atau melalui suatu zat tanpa
disertai perpindahan partikel zat seperti, udara, air, atau
bentuk lainnya.
3. Radiasi
Proses radiasi merupakan proses penjalaran panas
yang disebabkan oleh pancaran atau aliran gelombang
oleh panas (api) yang berdekatan dengan material yang
mudah terbakar.
16

Dalam proses radiasi terjadi proses perpindahan panas


dari sumber panas ke objek penerimanya. Faktor
tersebut mengakibatkan penjalaran api pada bangunan
yang terletak bersebelahan. Pada proses penjalaran
panas, mengakibatkan munculnya asap hitam dan tabel
yang menyebabkan sulitnya bernafas, terganggunya
penglihatan, dan menutup saran penyelamatan jiwa.

G) Bangunan Gedung
a) Definisi bangunan gedung
Menurut Undang-undang No. 28 tahun 2002, Bangunan
gedung merupakan wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang
menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagai atau
seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air,
yang berfungsi sebagai tempat ,manusia melakukan
kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan
keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun
kegiatan khusus.
b) Klasifikasi Bangunan Gedung
Klasifikasi atau pengelompokan kelas bangunan adalah
pengelompokan bangunan sesuai dengan jenis peruntukan atau
penggunaan bangunan. selain berdasarkan peruntukannya,
bangunan gedung juga dapat diklasifikasikan melalui tinggi
dan jumlah lantai.
c) Klasifikasi bangunan gedung berdasarkan kepmen PU No.
10/KPTS/2000
Klasifikasi kelas bangunan gedung berdasarkan
penggunaannya dijelaskan dalam PU No. 10/KPTS/2000
sebagai berikut :
1. Kelas 1 a : Bangunan huni biasa, adalah satu atau lebih
bangunan yang merupakan:
17

a. Kelas 1a : bangunan hunian tunggal berupa :


- Satu rumah tunggal atau
- Satu atau lebih bangunan huni gedung, yang
masing-masing bangunannya dipisahkan dengan
suatu dinding tahan api, termasuk rumah deret,
rumah taman, unit town house, dan villa
b. Kelas 1b : rumah asrama/kost,rumah tamu,hotel,atau
sejenisnya dengan luas total lantai kurang dari 300 m2
dan tidak ditinggali lebih dari 12 orang secara tepat, dan
tidak terletak di atas atau di bawah bangunan hunian
lain atau bangunan kelas lain selain tempat pribadi.
2. Kelas 2 : bangunan hunian yang terdiri atas 2 atau lebih
unit hunian yang masing masing merupakan tempat tinggal
terpisas.
3. Kelas 3 : bangunan hunian di luar bangunan kelas 1 atau 2,
yang umum digunakan sebagai tempat tinggal lama atau
sementara oleh sejumlah orang yang tidak berhubungan,
termasuk:
a. Rumah asrama, rumah tamu, losmen atau
b. Bagian untuk tempat tinggal dari suatu hotel atau motel,
atau
c. Bagian untuk tempat tinggal dari suatu sekolah, atau
d. Panti untuk orang berumur, cacat, atau anak-anak, atau
e. Bagian untuk tempat tinggal dari suatu bangunan
perawatan kesehatan yang menampung karyawan-
karyawannya.
4. kelas 4 : bangunan huni campuran, adalah tempat tinggal
yang berada di dalam suatu bangunan kelas 5,6,7,8 atau 9
dan merupakan tempat tinggal yang ada dalam bangunan
tersebut.
18

5. kelas 5 : bangunan kantor, adalah bangunan gedung yang


dipergunakan untuk tujuan-tujuan usaha profesional,
pengurus administrasi, atau usaha komersial, di luar
bangunan kelas 6,7,8 atu 9.
6. Kelas 6 : bangunan perdagangan, adalah bangunan toko
atau bangunan lain yang di pergunakan untuk tempat
penjualan barang-barang secara ecer atau pelayanan
kebutuhan langsung kepada masyarakat, termasuk :
a. Ruang makan, kafe, restoran, atau
b. Ruang makan malam, bar, toko, atau kios sebagai dari
suatu hotel atau motel, atau
c. Tempat potong rambut /salon, tempat cuci umum, atau
d. Pasar, ruang penjualan, ruang pamer, atau bengkel.
7. Kelas 7 : Bangunan penyimpan atau gudang, adalaha
bangunan gedung yang dipergunakan penyimpanan
termasuk :
a. Tempat parkir umum, atau
b. Gudang, atau tempat pamer barang barang produksi
untuk di jual atau cuci gudang.
8. Kelas 8 : bangunan laboratorium industri/pabrik, adalah
bangunan laboratorium dan bangunan yang dipergunakan
untuk tempat pemrosesan suatu produksi, perakitan,
perubahan, perbaikan, pengepakan, finishing, atau
pembersihan barang-barang produksi dalam rangka
perdagangan atau penjualan.
9. Kelas 9 : Bangunan umum, adalah bangunan gedung yang
dipergunakan untuk kebutuhan masyarakat umum, yaitu :
a. Kelas 9a : Bangunan perawatan kesehatan, termasuk
bagin-bagian dari banguna tersebut yang berupa
laboratorium;
19

b. Kelas 9b : Bangunan pertemuan, termasuk bengkel


kerja, laboratorium atau sejenisnya di sekolah dasar
atau sekolah lanjutan, hall, bangunan, peribadatan
bangunan budaya atau sejenis, tetapi tidak termasuk
setiap bagian dari bangunan yang merupakan kelas lain.

H) Sistem pencegahan dan penanggulangan kebakaran


Sistem deteksi kebakaran api merupakan kebutuhan yang
dikategorikan kebutuhan primer. Pencegahan dan pengendalian
kebakaran adalah semua kegiatan yang berkaitan dengan
pencegahan pengamatan dan pemadaman kebakaran dan termasuk
perlindungan jiwa dan keselamatan orang serta perlindungan harta
benda (Latif, 2016). Pencegahan kebakaran lebih penting bagi bisnis
yang memindahkan atau mengurangi frekuensi kebakaran. Penolong
lebih fokus dalam mengambil tindakan terhadap kebakaran
sehingga kemungkinan jatuhnya koran lebih kecil (Sumamur,
1981).
Pencegahan kebakaran pada dasarnya adalah memadamkan
api sejak dini agar tidak meluas. Untuk mencegah dan
mengendalikan kebakaran perlu disediakan instalasi keselamatan
kebakaran yang sesuai dan sesuai untuk bahan mudah terbakar di
area yang bersangkutan. Dalam ukunya keselamatan dan
pencegahan kecelakaan kerja Dr. Sumamur menjelaskan ahwa
pencegahan kebakaran dan meminimalkan korban kebakaran
tergantung pada 5 (lima) prinsip utama sebagai berikut:
a. Pencegahan kecelakaan yang disebabkan oleh kecelakaan
atau keadaan panik.
b. Konstruksi bangunan tahan api
c. Pemantauan berkala
d. Mendeteksi dan memadamkan api sejak dini
e. Pengendalian kerusakan untuk membatasi kerusakan saat
terjadi
20

Mempertimbangkan akibat dari kebakaran sebagai upaya


untuk mengatasi bahaya kebakaran. Menurut IFSTA mereka dapat
dibagi menjadi 3 kelompok utama yaitu:
a. Tindakan pencegahan yaitu upaya pencegahan yang dilakukan
sebelum terjadi kebakaran dengan tujuan untuk
menghilangkan atau meminimalkan faktor-faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya kebakaran meliputi:
➢ Melakukan konsultasi.
➢ Pengawasan ahan angunan
➢ Pengawasan penyimpanan dan penggunaan arang
➢ Pengawasan peralatan yang dapat menyebabkan
kebakaran.
➢ Pengadaan peralatan pemadam kebakaran.
➢ Pengadaan kendaraan penyelamat dan evakuasi.
➢ Akuisisi detektor kebakaran.
➢ Menyiapkan petunjuk pengoperasian (juklak) atau
prosedur.
➢ Menyelenggarakan pelatihan reguler.
b. Tindakan penegakan hukum khususnya upaya yang dilakukan
setelah kebakaran dengan maksud untuk mengungsi dan
menganalisis kebakaran untuk mengambil tindakan berikut
meliputi:
➢ Membuat pendataan
➢ Menganalisis tindakan-tindakan yang telah dilakukan
(kegagalan-kegagalan).
➢ Menyelidiki faktor-faktor penyebab kebakaran sebagai
bahan pengusutan.
c. Tindakan rehabilitasi atau tindakan pemulihan dilakukan
setelah terjadinya kebakaran terhadap suatu kelompok
bangunan. Setelah kejadian kebakaran kemudian dilakukan
21

pemeriksaan mengenai tindakan keandalan bangunan gedung


sesuai dengan pedoman teknis yang berlaku.
I) Sarana proteksi kebakaran aktif
Menurut keputusan Menteri PU No. 10/KPTS/2000 sistem
proteksi aktif adalah sistem perlindungan terhadap kebakaran yang
dilakukan dengan mempergunakan peralatan yang dapat bekerja
secara otomatis maupun manual, yang dapat digunakan oleh
penghuni atau petugas pemadam kebakaran dalam melaksanakan
oprasi pemadaman.
Alat pemadam kebakaran merupakan alat pencegah atau
pemadam pertama bila terjadi kebakaran. Pada mula-mulanya api
sangat kecil, vaktor awal sangat vital dalam pemadaman
kebakaran. Lebih awal kita bertindak maka bahaya kebakaran akan
dapat dihindari sedini mungkin. Kualitas dan kapasitas alat
pemadam kebakaran yang cukup baik dan selalu siap pakai
merupakan keharusan. Peralatan untuk pencegahan dan
penanggulangan kebakaran antara lain:
a) Alarm kebakaran
Menurut NFPA 72, Alarm dibagi menjadi dua yaitu, alarm
yang bekerja dengan manual yang bisa ditekan melalui tombol
dalam kotak alarm (break glass), ada juga sistem alarm yang
diaktifkan oleh sistem detektor.

Gambar 2.3 Alarm Kebakaran


22

Ketika detektor mendeteksi adanya api, maka


detektor akan segera mengaktifkan alarm sistem pemadam
yang ada. Alarm kebakaran ada berbagai macam antara lain
(Ruslan et al., 2021):

a) Bel, adalah alarm yang akan berbunyi jika terjadi


kebakaran. Dapat dipindahkan secara manual atau
terhubung ke sistem deteksi kebakaran. Suara el agak
teratas jadi disarankan untuk meletakkannya di ruang
teratas seperti meja.
b) Sirine, fungsinya seperti bel tetapi jenis suara yang
dikeluarkannya adalah sirine. Beberapa dikendalikan secara
manual dan beberapa beroperasi secara otomatis. Sirine
mengeluarkan suara yang lebih keras sehingga cocok
digunakan di tempat kerja yang besar seperti pabrik.
c) Peluit juga suara yang agak keras tetapi lebih rendah dari
sirine.
d) Pengeras suara atau public address, dalam suatu bangunan
yang luas dimana penghuni tidak dapat mengetahui
keadaan darurat secara cepat, perlu dipasang jaringan
pengeras suara dan dilengkapi dengan penguatnya sebagai
pengganti sistem Bell, dan Horn.
b) Detektor kebakaran

Detektor asap adalah alat pendeteksi yang bekerja pada


akumulasi asap dalam jumlah tertentu. salah satu detektor asap
yang bekerja berdasarkan prinsip ionisasi dengan menggunakan
zat radioaktif yang akan mengionisasi udara di dalam ruangan
ke elemen detektor. Listrik di dalam ruangan disuplai oleh
udara yang didistribusikan oleh dua elektroda. Jika partikel
asap masuk ke detektor maka akan menyebabkan penurunan
konduktivitas. Detektor ini mendeteksi adanya asap dengan
23

mencari penurunan konduktivitas alarm tergantung pada


pengoperasiannya. Detektor asap dikelompokan atas dua jenis
yaitu ionisasi dan photoelectric.

Gambar 2.4 Detector Alarm Kebakaran

Fire alarm dan fire detection system berfungsi untuk


mendeteksi adanya kebakaran kemudian mengeluarkan
peringatan dan memberitahukan kepada semua pihak.
Perangkat ini sering disebut sebagai early warning system
(EWE) (Ramli, 2010:18). Menurut SNI 0339852000, alarm
kebakaran adalah komponen sistem yang memberikan
sinyal/sinyal setelah terjadi kebakaran. Detektor yang
mengandung elemen penginderaan harus bersih dan bebas dari
cat. Jarak antar detektor tidak boleh maksimal 9,1m atau seperti
yang direkomendasikan oleh pabrikan (NFPA 72, 2007: ). Tata
cara perencanaan, pemasangan dan pengujian sistem deteksi
dan alarm kebakaran diatur dalam SNI 0339582000. Jenis
detektor kebakaran dibagi sebagai berikut:

1) Detektor panas mendekati nyala api dengan panas yang


diterimanya. Detektor panas cocok untuk digunakan atau
ditempatkan di area dengan kebakaran kelas B (Bahan cair
dan gas; cairan dan gas yang mudah terbakar).
2) Detektor asap mendeteksi kebakaran berdasarkan
keberadaan asap. Detektor asap cocok untuk digunakan di
24

gedung karena banyak kebakaran Kelas A (bahan padat;


kertas kayu kain) menghasilkan asap.
3) Detektor api adalah pendeteksi kebakaran yang didasarkan
pada adanya radiasi infra merah dan ultraviolet yang
dipancarkan oleh api. Saat memasang detektor ini
pertimbangan harus diberikan pada sifat bahaya kebakaran
jenis kebakaran dan kepadatan penghuni dan jenis jenis
kebakaran yang mungkin terjadi.
4) Fire Gas Detector adalah alat pendeteksi gas yang terbentuk
akibat kebakaran.
5) Detektor suhu tetap adalah alat untuk mendeteksi panas dari
api pada suhu tertentu sesuai dengan rancangannya dan
kemudian akan memberikan sinyal ke sistem alarm.
6) Detektor jenis peningkatan suhu adalah alat untuk
mendeteksi adanya kenaikan atau tingkat kenaikan suhu
dalam suatu ruangan.
7) Detektor pemuaian adalah alat untuk mendeteksi kebakaran
dengan prinsip pemuaian pada benda padat khususnya
mental. Detektor ini menggunakan jenis bahan metal yang
sangat sensitif terhadap kenaikan suhu.

b) Alat Pemadam Api Ringan

Gambar 2.5 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)


25

Menurut permenaker No. Per.04/MEN/1980, Alat


Pemadam Api Ringan atau yang biasa disebut APAR
merupakan alat untuk memadamkan api pada kebakaran skala
kecil, biasanya apar digunakan oleh satu orang. APAR
memiliki sifat yang mudah digunakan serta praktis, namun
hanya efektif untuk memadamkan api pada kebakaran kecil
atau awal mula kebakaran. Penggunaan APAR dikatakan
efektif dalam memadamkan api tergantung dari 4 faktor, antara
lain (ILO, 1989):

1. Pilih jenis alat pemadam api yang tepat sesuai dengan


klasifikasi kebakaran.
2. Memiliki pengetahuan teknis yang baik tentang
penggunaan alat pemadam kebakaran.
3. Terdapat cukup isi bahan pemadam di dalam APAR.
4. Pengoperasian APAR yang benar berkaitan dengan
pemeliharaannya.

Jenis apar berdasarkan media yang digunakan (Setiawan,


2019):

1. APAR dengan media air


APAR dengan media air merupakan jenis APAR dimana air
dapat keluar jika mendapatkan tekanan dari gas CO2
ataupun N2.
2. Apar dengan media busa
APAR dengan media busa juga membutuhkan gas CO2
atau N2 yang bertekanan untuk menekan busa.
3. APAR dengan serbuk kimia
APAR dengan serbuk kimia terdiri dari 2 jenis, yaitu:
a. Pada tabung berisi serbuk kimia yang dilengkapi
dengan tabung lain yang berukuran kecil (cartride)
26

berisi CO2 atau N2 yang berfungsi sebagai pendorong


serbuk kimia.
b. Pada tabung berisi serbuk kimia tanpa dilengkapi
catridge, dibagian luar tabung dilengkapi dengan
indikator gas (pressure gauge) yang berfungsi untuk
mengetahui apakah tekanan didalam tabung memenuhi
syarat ataupun tidak.

4. Apar dengan media gas


APAR dengan media gas dilengkapi dengan
indikator tekanan di bagian luar tabung gas. Pada tabung
yang berisi gas CO2, corong semprotnya berbentuk melebar
dengan fungsi merubah CO2 ke bentuk kabut saat
disemprotkan.
5. Alat pemadam api beroda
Alat pemadam api ini kurang lebih sama dengan
APAR, yang membedakan hanyalah ukuran yang lebih
besar dengan berat antara 25 kg - 150kg dan cenderung
digunakan untuk kebakaran skala besar. Alat ini juga
dilengkapi dengan roda untuk mempermudah pergerakan.

c) Sistem sprinkler
Sprinkler menurut Keputusan Menteri PU No.
10/KPTS/2000 merupakan alat pemancar air yang memiliki
fungsi untuk pemadaman kebakaran berbentuk tudung dan
memiliki deflektor pada ujung mulut pancarannya, sehingga air
dapat memancar ke semua arah secara merata. Sprinkler
memiliki tujuan untuk mencegah meluasnya kerusakan
kebakaran (Putri, 2017). Sistem pada sprinkler perlu dirancang
untuk dapat memadamkan kebakaran atau mampu
mempertahankan kebakaran untuk tetap dan kebakaran tidak
27

berkembang sekurang-kurangnya 30 menit sejak kepala


sprinkler pecah.

Gambar 2.6 Sprinkler

Menurut NFPA 13 ada tiga jenis sistem sprinkler, diantaranya:

1. Sistem basah (wel pipe system)


Sistem sprinkler basah aktif secara otomatis terhubung ke
sistem perpipaan yang berisi air. Peralatan yang digunakan
pada sistem sprinkler ini meliputi sumber air reservoir, bak
penampungan, kepala sprinkler, tangki tekanan dan pipa air
dimana semua pada keadaan normal semua saluran diisi air.
Sistem ini adalah yang paling umum dan paling sedikit
menyebabkan masalah.
2. Sistem kering (dry pipe system)
Sprinkler sistem kering merupakan sprinkle
otomatis yang sistem perpipaannya mengandung nitrogen
atau udara bertekanan. Terjadinya pelepasan udara
disebabkan adanya panas dari api bertekanan yang
membuka dry pipe valve.
3. Sistem curah (deluge system)
Sprinkler dengan sistem curah biasanya digunakan
untuk proteksi kebakaran pada tempat khusus seperti trafo
pembangkit listrik maupun gedung bahan kimia. Sistem
28

curah menyediakan air pada seluruh area dengan


menggunakan kepala sprinkler dengan sistem valve terbuka
yang dihubungkan pada supplai air, lalu air mengalir ke
dalam sistem perpipaan dan dikeluarkan dari seluruh
sprinkle yang tersedia.
4. Sistem pra aksi ( protector system)
Alat deteksi yang terpasang pada sistem ini disebut
lebih peka dan diatur dengan berbeda dengan lainnya
sehingga sistem ini disebut sebagai sistem pra aksi karena
terjadi aksi pendahuluan dibandingkan kepala sprinkler
yang pecah. Pada sistem pra aksi, terdapat komponen
seperti alat deteksi kutub kendali tertutup, instalasi
perpipaan kosong dengan isi udara (tidak bertekanan), dan
seluruh kepala sprinkler yang tertutup. Pada sistem ini juga
valve untuk persediaan air dibuka oleh detektor otomatis
yang bertujuan mengalirkan air ke dalam pipa. Sistem
deteksi dengan pergerakan membuka katup membuat air
mengalir pada sistem sprinkle yang terbuka.
5. Sistem kombinasi (combined system)
Cara kerja sistem kombinasi yaitu bekerja secara
otomatis dan terhubung pada sistem yang mengandung air
bertekanan yang dilengkapi dengan sistem deteksi pada
suatu area sprinkler. Jika sistem deteksi menemukan hal
janggal, maka sistem ini dapat membuka pipa kering secara
simultan tanpa adanya kekurangan tekanan air pada sistem.
Menurut SNI 03-3989-2000, sistem sprinkler
terbagi kedala dua jenis, yaitu sistem sprinkler berdasarkan
arah pancaran dan sistem sprinkler berdasarkan kepekaan
terhadap suhu. Berikut klasifikasi kepala sprinkler :
1. Berdasarkan pancaran :
a. Pancaran ke atas,
29

b. Pancaran ke bawah, dan


c. Pancaran arah dinding.
2. Berdasarkan kepekaan terhadap suhu :
a. Warna segel
● Warna putih pada tempratur 93°C
● Warna biru pada tempratur 141°C
● Warna kuning pada tempratur 182°C
● Warna merah pada tempratur 227°C
● Tidak berwarna pada tempratur 68°C/74°C
b. Warna cairan dalam tabung gas
● Warna jingga pada tempratur 53°C
● Warna merah pada tempratur 68°C
● Warna kuning pada tempratur 79°C
● Warna hijau pada tempratur 93°C
● Warna biru pada tempratur 141°C
● Warna ungu pada tempratur 182°C
● Warna hitam pada tempratur 201°C/260°C
d) Hidran
Hidran adalah alat yang dilengkapi selang dan mulut pancar
(nozzle) untuk mengairkan air bertekanan. Hydran berfungsi
untuk menyalurkan air ke lokasi kebakaran misalnya sebagai
koneksi selang pemadam kebakaran atau mobil pemadam
kebakaran (Yuniarto & Bhiwara, 2017). Hidran pemadam
kebakaran memiliki katup yang bisa dibuka atau ditutup
dengan mudah (Keputusan Mentri Pekerjaan Umum No. 10,
2000:9).
30

Gambar 2.7 Hydrant


Hidran dilengkapi dengan kotak hidran yang terdiri dari rak
slang, slang nozel, dan katup slang (SNI 03-1745-2000). ada
dua jenis hidran, yaitu bejana kering yang tidak terisi air,
sekalipun telah dihubungi dengan sumber air. Sedangkan pada
bejana basah, berisi air yang siap disemprotkan ketika dibuka
(NFPA 24,2007:10). Menurut keputusan menteri pekerjaan
umum No. 10 (2000:22) istilah hidran dalam bangunan berguna
untuk menyediakan sarana bagi penghuni untuk melakukan
pemadaman kebakaran sedini mungkin dan sebelum membesar.
Sumber air untuk hidran harus didapat dari sumber yang dapat
diandalkan, serta mampu menyediakan tekanan dan aliran yang
diperlukan dalam waktu minimal 30 menit. Instalasi hidran
diluar bangunan dimaksudkan apabila tidak terdapat hidran
kotak. Pasokan 30 air untuk hidran halaman harus sekurangnya
2400 liter/menit pada tekanan 3,5 bar, serta mampu
mengalirkan air setidaknya selama 45 menit.
Menurut SNI 03-2745-2000 kotak hidran merupakan suatu
kotak yang di dalamnya terdiri dari rak slang, slang nozel dan
katup slang.
e) Sarana penyelamatan jiwa

Sesuai dengan SK Menteri Pekerjaan Umum No.


10/KPTS/2000 setiap bangunan gedung harus dilengkapi dengan
sarana penyelamatan diri yang dapat digunakan oleh penghuni
gedung agar mempunyai waktu yang cukup untuk keluar dengan
31

selamat tanpa terhalang oleh kejadian-kejadian yang disebabkan


oleh keadaan darurat (Hesna et al., 2009). Tujuan fasilitas
penyelamatan meliputi sarana untuk melarikan diri, pintu keluar
kebakaran, rambu-rambu pintu keluar, penerangan darurat dan
tempat berkumpul.
Penyelamatan jiwa seseorang adalah hal yang paling
penting karena jiwa manusia tak ternilai harganya. Maksud dari
menyelamatkan nyawa adalah untuk mencegah orang terkena
produk pemekaran seperti asap uap dan gas (Miranti & Mardiana,
2018). Tujuan ini dapat dicapai dengan memisahkan individu yang
berisiko dari produk yang menyebabkannya (ILO 1989). Untuk
upaya penyelamatan jiwa dari akibat produk kebakaran, akses
keluar harus dilengkapi dengan lorong yang terpisah dan tidak
terganggu, penjelasan yang memadai dan tanda yang jelas
(Siswoyo 2007; Egan 1978).
1. Sarana jalan keluar
Menurut Peraturan Daerah DKI Jakarta No. 3 Tahun 1992,
sarana jalan keluar memiliki definisi sebagai jalan yang tidak
terputus untuk menuju suatu jalan umum, yang di dalamnya
terdapat pintu penghubung, jalan penghubung, ruang
penghubung, jalan lantai, tangga berlindung, tanggap kedap
asap, pintu jalan keluar menuju halaman luar yang terbebas dari
ancaman bahaya kebakaran.
Sarana akses yang digunakan pada saat terjadi kebakaran
harus bebas dari halangan karena untuk memudahkan evakuasi
penghuni gedung ke lokasi yang aman. Selain itu sarana jalan
keluar harus tidak licin dengan lebar minimal 18 m dilengkapi
dengan rambu penunjuk jalan menuju pintu keluar. ( Perda DKI
Jakarta No. 3 Tahun 1992).
2. Tangga darurat
32

Dalam peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 26/M/2008


Bab 1 poin 67, tangga darurat atau tangga kebakaran
didefinisikan sebagai tangga yang dibuat dengan tujuan untuk
penyelamatan jiwa bila terjadi bencana.

Gambar 2.8 Tangga Darurat

3. Tanda petunjuk arah/Jalan evakuasi


Arah jalan keluar harus diberi tanda sehingga dapat terlihat
dengan jelas dan dapat dengan mudah ditemukan. Tanda jalan
keluar dan tanda yang menunjukan jalan keluar harus mudah
terlihat dan terbaca. Tanda jalan keluar yang jelas akan
memudahkan dan mempercepat proses evakuasi karena
menghilangkan keraguan penghuni gedung pada saat terjadinya
peristiwa kebakaran (NFPA 101).

Gambar 2.9 Rambu jalur evakuasi

Rambu-rambu penunjuk jalan evakuasi harus berupa


rambu-rambu visual atau tertulis yang ditempatkan pada lokasi-
33

lokasi yang strategis seperti di persimpangan koridor atau di


koridor-koridor di dalam suatu bangunan atau kawasan
bangunan. Menurut Peraturan Zona 3 DKI Jakarta 1992 rambu
keluar harus ada tulisan "EXIT" atau "EXIT" dengan tinggi
minimal 10 cm dan lebar minimal 1 cm serta terlihat jelas dari
jarak sekitar 20 m dan harus dilengkapi dengan sumber listrik
cadangan seperti baterai. Rambu dan petunjuk jalan keluar harus
berwarna putih dengan tulisan hijau atau hijau dengan tulisan
putih.

4. Pintu darurat
Pintu darurat memiliki fungsi sebagai jalan keluar untuk
usaha penyelamatan jiwa ketika terjadi kebakaran. Posisi kenop
pintu saat terbuka harus ke arah keluar dan ketika tertutup tidak
dapat dibuka dari luar atau disebut dengan self closing door, dan
keadaan pintu darurat harus terbebas dari benda apapun yang
menghalangi dan tidak terkunci (NFPA 101).

Gambar 2.10 Pintu darurat


Berikut adalah persyaratan yang harus dipenuhi menurut
SNI 03-1746-2000 mengenai pintu darurat :
1) Setiap bangunan gedung negara yang bertingkat lebih dari 3
lantai harus dilengkapi dengan pintu darurat minimal 2 buah.
2) Lebar pintu darurat minimal 100 cm dan dilengkapi dengan
tuas atau tangkai pembuka pintu yang berada diruang
34

gedung (kecuali tangga yang berada di lantai dasar,berada di


dalam ruang tangga).
3) Jarak pintu darurat minimal dalam radius/jarak 25 meter dari
setiap dari posisi orang dalam satu blok bangunan gedung.
4) Pintu harus tahan terhadap api sekurang-kurangnya dua jam.
5) Pintu harus dilengkapi dengan alat penutup otomatis, tanda
peringatan (TANGGA DARURAT-TUTUP KEMBALI),
dicat dengan warna merah dan dilengkapi minimal tiga
engsel.
6) Pintu darurat dilengkapi dengan kaca tahan api minimal 1m2
dan dilegkapi di setengah bagian atas dari daun pintu.
5. Penerangan darurat
Kebakaran sering disertai dengan pemadaman listrik..
Munculnya hasil pembakaran berupa asap saat keadaan
memburuk karena kepekaan asap mempersulit jarak pandang
dan penghuni gedung panik. Oleh karena itu penting untuk
menyediakan daya cadangan untuk penerangan darurat baik di
arah keluar maupun evakuasi (Putri, 2017).

NFPA mengeluarkan persyaratan untuk penerangan


darurat sebagai berikut :

a) Sinar lampu umumnya berwarna kuning, karena warna kuning


dianggap dapat menembus asap dan tidak menyilaukan mata.
b) Ruangan yang nantinya diberi penerangan darurat adalah
ruangan yang menuju jalan jalur evakuasi ke arah pintu
darurat.
c) Sumber tenaga cadangan berasal dari baterai atau listrik dengan
instalasi kabel yang khusus dan terpisah dengan listrik utama.

6. Tempat berkumpul
Area berkumpul adalah tempat di luar gedung atau
gedung yang ditetapkan sebagai area berkumpul setelah
35

dilakukan evakuasi dan telah dilakukan perhitungan terlebih


dahulu pada saat terjadi kebakaran. area tempat berkumpul
darurat harus bebas dari bahaya kebakaran lainnya(NFPA 101).

Gambar 2.11 Rambu Titik Kumpul


Titik kumpul adalah tempat yang digunakan untuk
berkumpul jika terjadi kebakaran atau keadaan darurat. Tempat
perlindungan adalah tempat perlindungan yang pelaksanaannya
memenuhi persyaratan perjalanan sesuai dengan peraturan yang
berlaku (SNI 03-1746-2000). Di tempat perakitan terdapat
indikasi lokasi perakitan yang menunjukkan bahwa lokasi
tersebut adalah yang ditunjuk sebagai lokasi perakitan. Area
berkumpul minimum yang sesuai dengan peraturan setidaknya
seluas 0,3 m2 per orang (NFPA 101,1997:7).

J) Manajemen Proteksi Kebakaran Gedung


Setiap pemilik dan pengguna bangunan gedung wajib
melakukan kegiatan manajemen risiko kebakaran yang meliputi
kegiatan kesiapsiagaan mitigasi tanggap darurat dan pemulihan.
Selain itu setiap pemilik dan pengguna gedung juga wajib
menggunakan gedung sesuai dengan fungsi yang ditetapkan
untuk pembangunan gedung termasuk mengelola risiko
kebakaran melalui pemeliharaan pemeliharaan dan
pemeliharaan secara berkala Memelihara dan menguji sistem
proteksi kebakaran serta menyiapkan personel yang digariskan
36

dalam pengendalian kebakaran.(Kementerian Pekerjaan umum


RI, 2009).

1. Prosedur proteksi kebakaran gedung (Tanggap Darurat)


Prosedur proteksi kebakaran adalah prosedur operasional
yang dilakukan dari awal hingga akhir dengan awalan penilaian
risiko, mencakup tentang keselamatan dan kesehatan tenaga
kerja terkait (Dewi Kurniawati,2013). Prosedur tersebut
bertujuan untuk pencegahan dan penanggulangan kebakaran
dalam suatu gedung.

Prosedur dilakukan dengan membentuk tim perencanaan,


menyusun analisis risiko bangunan gedung dari bahaya
kebakaran, pembuatan dan pelaksanaan rencana pengamanan
kebakaran serta rencana tindak darurat kebakaran. Komponen
pokok rencana pengamanan kebakaran mencakup rencana
pemeliharaan sistem proteksi kebakaran, dan rencana tindakan
darurat kebakaran (Kementrian PU RI,2009).

Prosedur operasional tentang penanggulangan kebakaran


harus mencakup semua terkait tentang tata pelaksanaan tentang
penanggulangan kebakaran seperti, prosedur pencegahan risiko
timbulnya api atau kebakaran, prosedur tentang pembentukan
personil atau tim penanggulangan kebakaran di suatu gedung,
prosedur tentang pengadaan sarana prasarana penanggulangan
kebakaran, prosedur tentang evakuasi penyalamatan, prosedur
tentang pemeriksaan dan pemeliharaan sarana prasarana
penanggulangan kebakaran (Keputusan Menteri Negara
Republik Indonesia, No 11/KPTS/2000 tentang manajemen
penanggulangan kebakaran bangunan gedung). Sebaiknya
prosedur operasional disosialisasikan secara umum untuk
mencegah terjadinya kecelakaan kerja pada gedung tersebut,
37

selain itu prosedur oprasional juga harus diperbarui sesuai


dengan kondisi gedung yang berubah.
2. Organisasi Proteksi Kebakaran Gedung
unsur utama organisasi kebakaran pada bangunan
gedung menurut peraturan Menteri Pekerjaan umum RI No
20/ART/M/2009 terdiri dari penanggung jawab, pemadam
kebakaran, ahli teknik, penyelamat, pemegang peran kebakaran
laintai, personil komunikasi, dan keamanan.

1. Kewajiban pemilik/pengguna gedung


Pemilik/pengelola dari sebuah bangunan gedung
wajib melaksanakan manajemen penanggulangan kebakaran
yang modelnya dapat berupa tim penanggulangan
kebakaran (TPK) yang akan mengimplementasikan rencana
pengamanan kebakaran (fire safety plan) dan rencana
tindakan darurat kebakaran (fire emergency plan)
(Kementrian PU RI,2009).
Besar kecilnya struktur organisasi kebakaran unit
bangunan gedung (Kementrian PU RI,2009),
penanggulangan kebakaran tergantung pada klasifikasi
resiko bangunan gedung terhadap bahaya kebakaran, tapak
dan fasilitas yang tersedia pada bangunan. Bila terdapat unit
bangunan lebih dari satu, maka setiap unit bangunan gedung
mampunyai Tim penanggulangan kebakaran (TPK) masing-
masing dan dipimpin oleh koordinator Tim
penanggulangan.
Berikut ini adalah model struktur organisasi
penanggulangan kebakaran bangunan gedung menurut
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum RI No
20/PRT/M/2009.
38

Gambar 2.12. Struktur organisasi penanggulangan kebakaran bangunan


gedung menurut Peraturan Menteri PU RI No. 20/PRT/M/2009.

2. Struktur organisasi Tim Penanggulangan Kebakaran


Struktur Tim Penanggulangan Kebakaran (TPK)
antara lain terdiri dari :
a. Penanggungjawab Tim Penanggulangan Kebakaran
(TPK)
b. Kepala bagian tekkni pemeliharaan, membawahi:
● Oprator ruang monitor dan komunikasi
● Oprator lift
● Oprator listrik dan genset
● Oprator AC dan Ventilasi
● Oprator pompa
c. Kepala bagian keamanan, membawahi:
● Tim pemadam Api (TPA)
● Tim penyelamat Kebakaran (TPK)
● Tim pengamanan
3. Sumber Daya Manusia dan Manajemen Penanggulangan
Kebakaran
Peraturan Menteri PU RI No. 20/PRT/M/2009, untuk
mencapai hasil kerja yang efektif dan efisien harus didukung
oleh tenaga-tenaga yang mempunyai dasar pengetahuan,
pengalaman dan keahlian dibidang proteksi kebakaran, meliputi:
39

1) Keahlian bidang pengamanan kebakaran


2) Keahlian dalam bidang penyelamatan darurat
3) Keahlian di bidang manajemen
Klasifikasi masing-masing jabatan dalam
manajemen penanggulangan kebakaran harus
mempertimbangkan kompetensi keahlian diatas fungsi
bangunan gedung. Sumber daya manusia dalam manajemen
penanggulangan kebakaran harus melakukan latihan secara
berkala dan ditingkatkan lagi kemampuannya (Kementrian
PU RI,2009).

K) Kerangka Teori
Kerangka teori dalam penelitian ini menggunakan konsep
modifikasi dari Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 20 tahun
2009 dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 26 tahun 2008
yang terdiri dari input, proses, output. Input meliputi Alat
Pemadam Api Ringan (APAR), Alarm kebakaran, Petunjuk arah
jalan keluar/jalur Evakuasi, Prosedur Proteksi Kebakaran Gedung,
Sistem Detektor Kebakaran, Pintu Darurat, Tangga Darurat,
Tempat Berhimpun/Titik Kumpul, Sprinkler, Hidran, Organisasi
Proteksi Kebakaran Gedung, dan Sumber Daya Manusia dan
Manajemen Penanggulangan Kebakaran. Proses meliputi Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum No 20 tahun 2009, Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum No 26 tahun 2008, NFPA 101, SNI 03-3989-
2000, SNI 03-3985-2000, SNI 03-1746-2000, SNI 03-1745-2000,
dan NFPA 72. Output meliputi Keseauaian sistem Proteksi
kebakaran.
40

B. Kerangka Teori
Input Proses Output

1. Alarm Kebakaran
s Sistem
2. Detektor
Kebakaran 1. Peraturan Menteri
3. APAR Pekerjaan Umum
4. Pintu Darurat No26 Tahun 2008 1. Sesuai
5. Tangga Darurat 2. Peraturan Menteri 2. Tidak Sesuai
6. Pintu Arah Jalan Pekerjaan Umum
Keluar/Jalur Evakuasi No. 20 Tahun 2009
7. Tempat 3. SNI 03-1746-2000
Berhimpun/Titik 4. SNI 13-1745-2000
Kumpul 5. SNI-03-3985-2000
8. Sprinkler 6. SNI-03-3989-2000
9. Hidran 7. NFPA 13
10. Prosedur Proteksi 8. NFPA 101
Kebakaran Gedung
11. Organisasi Proteksi
Kebakaran Gedung

Gambar 2.13 Kerangka Teori


BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep
Penelitian ini dilakukan melalui tahap observasi dan
wawancara tentang sistem tanggap darurat, yaitu manajemen darurat
yang didalamnya termasuk organisasi tanggap darurat, perencanaan
tanggap darurat, pelatihan tanggap darurat kebakaran), fasilitas
proteksi aktif (APAR), sirine, sprinkler, detektor. hidran kebakaran)
dan fasilitas penyelamatan jiwa (rambu keluar, fasilitas keluar, pintu
darurat, tangga darurat, penerangan darurat dan titik berkumpul).

Kerangka konsep dalam penelitian ini menerapkan teori sistem dari


Azrul Aswar (1996) yaitu terdiri dari input, proses, output. Input
meliputi sarana proteksi aktif yaitu : alarm kebakaran, alat pemadam
api ringan atau APAR, detektor kebakaran, tangga darurat, pintu
darurat, petunjuk arah, jalur evakuasi/jalan keluar, tempat
berhimpun/titik kumpul, sprinkler, hidran, prosedur proteksi kebakaran
gedung, organisasi proteksi kebakaran gedung, dan sumber daya
manusia dan manajemen penanggulangan kebakaran. Proses meliputi
peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 20 Tahun 2009, Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum No. 26 Tahun 2008, NFPA 101, SNI 03-
3989-2000, dan SNI 03-3985-2000. Output meliputi kesesuaian
Sistem proteksi kebakaran di PT PLN Gardu Induk Kuningan.

41
42

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

Input Proses Output

Pencegahan Peraturan

1. Sistem Proteksi 1. Peraturan Menteri


Kebakaran aktif Pekerjaan Umum
• Alarm No. 26 Tahun 2008 Kesesuaian
kebakaran 2. Peraturan Menteri sistem Proteksi
Pekerjaan Umum kebakarandi
• Sistem detektor
No. 20 Tahun 2009 Gedung PT. PLN
• APAR
3. SNI 03-1746-2000 (persero) Gardu
2. Sarana Penyelamatan
4. NFPA 101 Induk Kuningan
Jiwa.
5. NFPA 13
• Pintu darurat
6. SNI 03-1745-2000
• Tanda petunjuk
7. ANI 03-3985-2000
arah
• Titik kumpul
3. Manajemen Proteksi
kebakaran Gedung
43

B. Definisi Operasional
Variabel penelitian ini antara lain tanda petunjuk arah jalan
keluar/jalur evakuasi, alarm kebakaran, alat pemadam api ringan
(APAR), sprinkler, hidran, sistem detektor kebakaran, pintu darurat,
tangga darurat, dan tempat berhimpun/titik kumpul.
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur

1 Keandalan Jalan yang bebas dari Observasi Tabel Persentase :


sarana jalan kemungkinan bahaya, kesesuaian 1. Baik : 80% -
keluar salah satunya 100%.
kebakaran dimana 2. Cukup: 60% -
dinding, lantai, atap 80%.
dan pintu jalan keluar 3. Kurang :
terbuat dari bahan <60%.
tahan api dan tidak
licin, dilengkapi
dengan tanda
petunjuk ke arah pintu
darurat

2 Pintu darurat Pintu darurat adalah Observasi Tabel Persentase :


pintu yang kesesuaian 4. Baik : 80% -
dikhususkan pada saat 100%.
keadaan darurat 5. Cukup: 60% -
kebakaran. 80%.
Kurang : <60%.

3 Tangga Penghubung antara Observasi Tabel Persentase :


darurat lantai alternative saat kesesuaian 6. Baik : 80% -
kebakaran. 100%.
7. Cukup: 60% -
44

80%.
Kurang : <60%.

4 Tanda Rambu-rambu dalam Observasi Tabel Persentase :


petunjuk suatu bangunan yang kesesuaian 8. Baik : 80% -
arah memiliki tujuan 100%.
memberikan petunjuk 9. Cukup: 60% -
arah jalan keluar 80%.
Kurang : <60%.

6 Titik Tempat diarea sekitar Observasi Tabel Persentase :


kumpul lokasi yang dijadikan dan kesesuaian 10. Baik : 80% -
sebagai tempat Wawancar 100%.
berhimpun setelah a 11. Cukup: 60% -
proses evakuasi dan 80%.
penghitungan jumlah Kurang : <60%.
personal saat terjadi
kebakaran.

7 Sistem Alat pemancar air Observasi Checklis Persentase :


sprinkler otomatis yang dan observasi, 12. Baik : 80% -
otomatis berbentuk deflector wawancar pedoman 100%.
pada ujung a wawancara, 13. Cukup: 60% -
pancarnya, sehingga alat perekam 80%.
air dapat memancar Kurang : <60%.
secara merata ke
segala arah.

8 Hidran Alat yang dilengkapi Observasi Checklis Persentase :


dengan selang dan observasi, 14. Baik : 80% -
pemancar (notzzle) pedoman 100%.
untuk mengalirkan air wawancara, 15. Cukup: 60% -
bertekanan, yang alat perekam 80%.
45

digunakan untuk Kurang : <60%.


keperluan pemadam
kebakaran.

9 Alat Alat untuk Observasi Checklis Persentase :


pemadam memadamkan api dan observasi, 16. Baik : 80% -
api ringan berbentuk tabung wawancar pedoman 100%.
(APAR) slinder yang dapat a wawancara, 17. Cukup: 60% -
dioprasikan secara alat perekam 80%.
manual oleh Kurang : <60%.
seseorang untuk
memadamkan api
pada awal timbulnya
kebakaran.

10 Sistem Alat yang bekerja Observasi Checklis Persentase :


deteksi karena akumulasi dan observasi, 18. Baik : 80% -
kebakaran asap dalam jumlah wawancar pedoman 100%.
tertentu untuk deteksi a wawancara, 19. Cukup: 60% -
dini secara otomatis Alat perekam 80%.
adanya kebakaran. Kurang : <60%.

11 Alarm Sistem otomatis yang Observasi Checklis Persentase :


kebakaran memberikan dan observasi,ped 20. Baik : 80% -
peringatan ketika wawancar oman 100%.
terjadi kebakaran a wawancara, 21. Cukup: 60% -
alat perekam 80%.
Kurang : <60%.
46

C. Definisi Istilah
Variabel penelitian ini antara lain, yaitu prosedur proteksi
kebakaran gedung (tanggap darurat), organisasi proteksi kebakaran
gedung, dan sumber daya manusia serta manajemen penanggulangan
kebakaran.
1. Prosedur Tanggap Darurat adalah Untuk melakukan pekerjaan
mulai dari awal hingga akhir yang didahului dengan penilaian
risiko terhadap pekerjaan tersebut yang mencakup dengan
keselamatan dan kesehatan tenaga kerja terkait.
2. Organisasi proteksi kebakaran adalah sekelompok orang yang
ditunjuk atau dipilih sebagai pelaksana keadaan darurat, dimana
struktur organisasi dari tim penanggulangan kebakaran bergantung
pada klasifikasi risiko terhadap bahaya kebakaran.
3. Sumber Daya Manusia dan Manajemen Penanggulangan
Kebakaran adalah tenaga kerja yang mempunyai dasar
pengetahuan, pengalaman dan keahlian dibidang proteksi
kebakaran.
BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Jenis Dan Desain Penelitian


Jenis penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah penelitian
deskriptif dengan studi kusus, yaitu menggambarkan tentang objek
yang akan diamati serta pelaksanaanya sistem proteksi dan
pencegahan bahaya kebakaran di gedung PT PLN (PERSERO) Gardu
Induk Kuningan. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dan
kuantitatif dengan melihat secara langsung pada gedung Gardu Induk
Kuningan, dengan pendekatan observasional. Penelitian ini
menggambarkan pelaksanaan sistem proteksi dan pencegahan bahaya
Gedung dengan standar peraturan peraturan Menteri Pekerjaan Umum
RI No. 26/PRT/M/2008, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum RI No.
20/PRT/M/2009, SNI 03-1746-2000, NFPA 13, NFPA 101, SNI 03-
1745-2000, SNI 03-3985-2000.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer
dengan instrumen observasi langsung, wawancara mendalam (indepth
interview), dan dokumentasi. Keabsahan data dilakukan dengan teknik
triangulasi yaitu triangulasi sumber dan triangulasi metode.
Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yaitu
diperoleh melalui beberapa sumber. Triangulasi metode pengumpulan
data dengan menggunakan data hasil observasi lapangan, wawancara,
sumber pustaka dan pendokumentasian saat observasi lapangan yang
dilakukan.
B. Tempat Dan Waktu Penelitian
1. Jenis penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Gedung PT. PLN
(PERSERO) Gardu Induk Kuningan.

47
48

2. Waktu penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada bulan Agustus sampai
bulan September 2021.
C. Sumber Informasi
Informasi penelitian diambil secara purposive sampling yaitu
teknik pengambilan sampel sumber data yang didasarkan dengan
pertimbangan tertentu. Kriteria informasi penelitian ini yaitu :
1. Yang bekerja pada gedung tersebut
2. Bersedia menjadi informan penelitian.
3. Mampu berkomunikasi dengan baik.

Tabel 4.1.1 Sumber Informasi

NO INFORMAN JABATAN KODE TOTAL

1. Informan Kunci Ketua dan Kordinator bagian IK 1 1


sarana dan prasarana gedung

2. Informan Umum Staff bagian sarana dan IU 1 1


prasarana gedung

3. Informan Pendukung Bagian keamanan gedung IP 1 1


(security)

Untuk melakukan proses triangulasi terdiri dari :

1. Data dan Sumber Data


a. Data Primer
Data primer diperoleh dari informasi melalui observasi berupa melakukan
checklist alat sistem proteksi kebakaran dan wawancara mendalam
dengan menggunakan pedoman wawancara dimana peneliti mengajukan
pertanyaan kepada informen sesuai dengan pedoman wawancara yang
telah disiapkan sebelumnya.
49

b. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari data-data yang ditelaah melalui jurnal, buku,
dan artikel yang berkaitan dengan penelitian ini.
2. Validitas Data
Pada penelitian ini validitas data menggunakan metode triangulasi.
Penelitian ini menggunakan pengumpulan data dengan cara wawancara
mendalam kepada informan yang ada di Gedung PT. PLN (PERSERO) Gardu
Induk Kuningan. Untuk menjaga validitas data yg digunakan dalam
menentukan keabsahan data yaitu dengan menggunakan triangulasi data.
Triangulasi data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan hasil
wawancara dengan informan, peneliti melakukan chrosscheck melalui
informan utama dan informan kunci.
3. Analisis Data
Penelitian ini dikumpulkan melalui proses wawancara mendalam
kemudian dianalisis secara deskriptif sehingga diperoleh kesimpulan dari data
yang diolah. Selanjutnya penelitian melakukan perbandingan sistem proteksi
yang ada di Gedung PT. PLN (PERSERO) Gardu Induk Kuningan dengan
peraturan yang sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) yang terkait
dengan sistem proteksi kebakaran.
4. Pemeriksaan Keabsahan Data
Keabsahan data dilakukan untuk membuktikan apakah peneliti yang
dilakukan benar-benar penelitian ilmiah sekaligus untuk menguji data yang
diperoleh.
Menurut wardani (2010) untuk mendapatkan data yang valid dan
memiliki akurasi data yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah,
maka pengeceekan data yang nanti diperoleh adalah salah satu tahapan yang
harus dilakukan. Pengecekan tersebut dilakukan dengan cara triangulasi,
yaitu:
1. Triangulasi sumber, dimana pengumpulan data dari beberapa sumber
data berbeda, sehingga kebenaranya akan lebih baik, karena data yang
50

diperoleh dari sumber yang satu akan dibandingkan dengan data


sejenis yang diperoleh dari sumber lain.
2. Triangulasi metode, yaitu melakukan dengan beberapa metode antara
lain waancara mendalam/indepth intervie, dan observasi
Tabel 4.2 Triangulasi Data

Informasi Triangulasi metode Triangulasi


Wawancara observasi checklist Informasi Informasi Informasi
mendalam kunci utama pendukung
Keandalan - ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
sarana jalan
keluar
Pintu darurat - ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
Tangga darurat - ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
Tanda petunjuk - ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
arah
Pencahayaan ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
darurat
Titik kumpul ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
Sistem sprinkler ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
otomatis
Hidran - ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
Alat pemadam ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
api ringan
(APAR)
Sistem deteksi ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
kebakaran
Alarm ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
kebakaran
Prosedur ✓ - ✓ ✓ ✓ ✓
proteksi
51

kebakaran
gedung/tanggap
darurat
Organisasi ✓ - ✓ ✓ ✓ ✓
proteksi
kebakaran
Sumber daya ✓ - ✓ ✓ ✓ ✓
manusia dan
manajemen
penanggulangan
kebakaran

D. Teknik pengelolahan dan Analisis Data


Beberapa tahapan yang dilakukan pada proses pengelolahan data yaitu :
1. Kualitatif
a. Transkip data
Memindahkan data dalam bentuk rekaman dari alat
perekaman ke dalam bentuk tertulis secara lengkap tanpa
mengubah (menambah atau mengurngi) informasi yang ada di
dalam alat perekam. Dalam transkip ini, peneliti mendengarkan
kembali rekaman hasil wawancara dan peneliti mendengar secara
seksama terkait percakapan antara pewawancara dengan yang
diwawancarai. Transkip dapat dibedakan atas bentuk, yaitu secara
verbatim dan general findings atau temuan-temuan umum.
Transkip secara verbatim adalah transkip yang dilakukan
persisi seperti apa yang diucapkan oleh informan, tidak boleh
mengubah atau menambah ataupun memperbaiki hasil wawancara,
dengan kata lain hasil transkip berupa hasil wawancara seperti apa
adanya. Sedangkan transkip dalam bentuk general findings atau
teman-teman umum adalah hasil transkip yang ditulis dalam
bentuk poin-poin umum temuan-temuan umum adalah hasil
52

transkip yang ditulis dalam bentuk poin-poin umum temuan atau


kesimpulan yang dapat ditarik dari apa yang diucapkan oleh
informan yang diwawancara.
b. Analisis data
Penelitian ini dikumpulkan melalui proses wawancara
mendalam kemudian dianalisis secara deskriptif sehingga diperoleh
kesimpulan dari data yang diolah. Selanjutnya penelitian ini
melakukan pengecekan sistem proteksi kebakaran yang ada di
Gedung PT.PLN (PERSERO) Gardu Induk Kuningan dengan
peraturan yang sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI)
yang terkait dengan sistem proteksi kebakaran.
1) Penarikan kesimpulan (Conclusion)
Penarikan kesimpulan yaitu kegiatan konfigurasi yang secara
utuh, kesimpulan yang ditarik diperlukan verifikasi dengan cara
menyertakan kembali dan melihat,serta meninjau secara sepintas dari
catatan lapangan untuk memperoleh pemahaman yang tepat.
2. Kuantitatif
a. Editing
Pengeditan adalah pemeriksaan atau koreksi data yang telah
dikumpulkan. Pengeditan dilakukan karena kemungkinan data
yang masuk (raw data) tidak memenuhi syarat atau tidak sesuai
dengan kebutuhan pengeditan data dilakukan untuk melengkapi
kekurangan atau kehilangan kesalahan yang terdapat pada data
mentah (Suryana, 2007).
b. Scoring
Scoring yaitu pemberian skor atau nilai pada setiap
jawaban yang diberikan oleh responden yang berpedoman pada
kriteria tingkat penilaian audit kebakaran yang dilakukan dari
puslitbang PU Tahun 2006 :
53

Tabel 4.3 kriteria penilaian Audit Kebakaran


Nilai kesesuaian Keandalan
> 70% - 100% Sesuai persyaratan dan Sesuai
terpasang
69% - 1 % tidak sesuai dengan Tidak Sesuai
persyaratan
Sumber : Puslitbang PU Tahun 2006

c. Entry Data
Entry data yaitu tahapan memasukan data penelitian
kedalam matrix penilaian untuk dilakukan pengelolaan data
sesuai standar yang sudah ada.
d. Clening data
Proses pengecekan kembali data yang sudah dientry apakah
ada kesalahan atau tidak, sehingga data tersebut dapat diolah dan
dianalisis.

E. Etik Penelitian
Penelitian ini telah dikaji dan mendapatkan kelayakan etik
penelitian oleh komisi Etik Fakultas Kesehatan Masyarakat dengan
nomor etik No : 10.338.B/KEPK-FKMUMJ/IX/2021. Adapun dalam
kegiatan pengumpulan data, penelitian mempertimbangkan beberapa
aspek etik penelitian sebagai berikut :
1) Penjelasan sebelum persetujuan (PSP), yaitu peneliti memberikan
penjelasan kepada informan terkait maksud dan tujuan yang
berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan.
54

2) Informed Consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara
peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar
persetujuan.
3) Anonimity (tanpa nama)
Peneliti akan menjaga kerahasiaan responden dan
keterlibatan responden dalam penelitian yang akan dilakukan.
Namun responden tidak akan dicatat dimanapun. Semua kuisioner
yang telah terisi hanya akan memberikan nomor kode yang tidak
bisa digunakan untuk mengidentifikasi identitas responden. Apabila
hasil penelitian ini dipublikasikan, tidak ada satupun identifikasi
yang berkaitan dengan responden akan ditampilkan dalam publikasi
tersebut, siapapun yang bertanya tentang keterlibatan responden dan
apa yang responden jawab dipenelitian ini, responden berhak untuk
tidak menjawab.
4) Confidentyality (kerahasiaan)
Penelitian harus menjamin kerahasiaan responden. Semua
data dalam penelitian yang mencantumkan identitas responden dan
tempat penelitiannya hanya digunakan untuk kepentingan penelitian
dan dapat di hapus apabila sudah tidak dipergunakan lagi.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian


1. Gambaran Umum Gardu Induk Kuningan
Gardu Induk Kuningan adalah Sub sistem dari sistem transmisi
atau penyaluran tenaga listrik. Sebagai sub sistem dari sistem transmisi
tenaga listrik, peranan Gardu Induk sangat besar. Jadi pengoprasian
Gardu Induk ini tidak bisa dipisahkan sama sekali dari sistem transmisi
listrik. Kantor PT. PLN (PERSERO) Gardu Induk Kuningan saat ini
terletak di Jl. RE. Martadinata No. 1501, Kec. Kuningan, Kabupaten
Kningan Jawa Barat.
Dasar pembuatan Gardu Induk Kuningan adalah surat MRJBR No.
0661/050/MRJBR/2011 tanggal 27 Oktober 2011, yang
mengintruksikan kepala Supervisor GI/GITET agar menyusun Gardu
Induk yang menjadi tanggung jawabnya dengan maksud dalam rangka
menjaga momentum perubahan dan perbaikan kinerja serta
menyempurnakan visual management.
Atas dasar realitas inilah maka pihak Pemerintah (PLN Red)
memandang perlu untuk segera dibuatkan sebuah Gardu Induk di
Wilayah Kab. Kuningan dengan kapasitas terpasang yang lebih besar
dengan tujuan agar dapat memenuhi permintaan konsumen akan energi
Listrik, menyukseskan program pemerintah Orde Baru dalam rangka
Listrik Masuk Desa (LMD), agar dapat segera mewujudkan
pemerataan hasil pembangunan dalam bidang ketenaga listrikan pada
masyarakat. Untuk mewujudkan hal ini serta pedoman pada ketentuan-
ketentuan pengumuman Direksi PLN No. 004/PST/72 Agustus 1972,
maka di awal tahun 1979 di rintislah pembangunan Gardu Induk
Kuningan.

55
56

2. Visi dan Misi


Viai : Menjadi Pengelola Unit Transmisi Kelas Dunia Berkinerja
Unggul dengan pencapaian TROF 0,02 kali/unit dan TLOF
0,16 kali/100 Kms pada Tahun 2024.
Misi :

1. Melakukan pengembangan dan pengelolaan aset transmisi


sesuai ISO 55001

2. melakukan pengendalian investasi dan logistik transmisi

3. melaksanakan oprasi dan pemeliharaan aset transmisi secara


efektif, efisien, andal dan ramah lingkungan

4. Meningkatkan kompetensi generasi milenial untuk menjadi


pemimpin masa depan.

3. Identifikasi Potensi Bahaya Kebakaran di Gedung Gardu Induk


Kuningan
PT. PLN (PERSERO) Gardu Induk Kuningan merupakan Switch
yard atau komponen utama gardu Induk yang terpasang di area luas
untuk mentransmisikan atau penyaluran tenaga listrik yang sangat
berpotensi terjadinya kebakaran, seperti terjadinya konsleting
listrik/bahaya alam seperti tersambar petir.
B. Hasil Penelitian
1. Sistem Proteksi Kebakaran Aktif
Sistem proteksi kebakaran aktif di gedung PT. PLN
(PERSERO) Gardu Induk terdiri dari; sistem detektor kebakaran,
hidran, alarm kebakaran, sprinkler, hidrab, dan alat pemadam api
ringan (APAR). Dari hasil wawancara dan observasi masih
terdapat sistem proteksi yang belum ada dan belum selesai dengan
peraturan.
57

a. Alarm Kebakaran
Alarm kebakaran digedung Gardu Induk Kuningan
berupa sirini kebakaran yang terhubung keseluruh ruangan
sistem control. Apabila terjadi kebakaran staf yang bertugas
tinggal menekan buzzer pada titik panggilan, maka sirine akan
terdengan keseluruh ruangan.
Hasil observasi yang dilakukan di Gedung Gardu
Induk Kuningan, alarm yang berada di Gardu Induk Kuningan
terdiri dari 5 buah, ini dapat berfungsi dengan baik dan sudah
terpasang di setiap panel control sudut gedung.
Tabel 5.1
Hasil Observasi Alarm Kebakaran di Gedung Gardu
Induk Kunigan

SNI 03-3985- Persen (%) Sesuai/Tidak Kondisi


No
2000 Kesesuaian Sesuai Aktual

Alarm kebakaran
berbunyi khas
Alarm
1 sehingga mudah 90% Sesuai
dikenal sebagai berbunyi khas.
alarm kebakaran.

Alarm kebakaran
terpasang pada Adanya bel khusus
semua lokasi baik di yang terpasang
2 lokasi panel control 85% Sesuai
disetiap panel
maupun di lokasi control
panel bantu.
58

Alarm kebakaran
harus dapat
menjangkau seluruh
bagian ruangan di Alarm sudah
3 dalam bangunan 85% Sesuai terpasang disetiap
disertai dengan sudut gedung GI
kekerasan tingkat
bunyi alarm.

Sinyal yang
digunakan pada
alarm kebakaran
memiliki perbedaan Suara alarm
4 khusus dari sinyal 85% Sesuai berbeda dengan
suara yang alaram lain
digunakan untuk
penggunaan lain.

Panel control
Mampu membantu
5 mampu membantu 80% Sesuai
kerja detektor
kerja detektor

Berdasarkan hasil observasi sistem alarm kebakaran di


Gedung Gardu Induk Kuningan diketahui sebanyak lima
persyaratan menurut SNI 03-3985-2000 telah terpenuhi dan
didapatkan nilai skoring sebesar 85 %, skor tersebut hasil dari
penjumlahan sejumlah data mengenai sistem alarm kebakaran
yang kemudian dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data.
Berdasarkan tabel tingkat penilaian audit mengenai kebakaran
dalam puslitbang PU Tahun 2006, didapatkan kesimpulan
bahwa sistem alarm kebakaran di Gedung Gardu Induk
Kuningan sesuai dengan persyaratan SNI 03-3985-2000.
59

b. Sistem Detektor Kebakaran


Gedung Gardu induk Kuningan dilengkapi dengan sistem
detektor kebakaran yang terpasang di setiap ruangan, sistem
detektor yang dipasang tiap ruangan berjarak kurang lebih 3
meter dengan detektor lainnya, detektor kebakaran di gedung
Gardu Induk Kuningan, detektor kebakaran gedung Gardu
Induk Kuningan berjarak kurang lebih 4 meter dari lantai, jarak
tersebut dimaksudkan agar mudah untuk dilakukan
pemeliharaan dan pengujian secara periodik.
Pada gedung Gardu Induk Kuningan, detektor yang tersedia
adalah detektor asap. Detektor asap ini dipilih dengan tujuan
agar dapat mendeteksi kebakaran sejak dini, dimana saat
sebelum api melebar (masih berupa asap) telah dapat terdeteksi
bahwa terjadi kebakaran pada titik tersebut. Menurut data,
belum pernah terjadi kebakaran di Gedung Gardu Induk
Kuningan, namun sistem detektor asap pada bangunan ini
berfungsi dengan baik dan selalu mendapatkan pemeliharaan
dan pengecekan setiap 1 bulan sekali.

Tabel 5.2
Hasil Observasi Sistem Detektor Kebakaran di Gedung
Gardu Induk Kuningan
No SNI 03-3985- Persen (%) Sesuai/Tidak Kondisi
2000 Kesesuaian Sesuai Aktual

Terdapat detektor Setiap detektor


kebakaran yang kebakaran telah
1 90% Sesuai
terpasang diseluruh terpasang di
ruangan seluruh ruangan
Setiap detektor yang
terpasang dapat
Setiap detektor
2 dijangkau dengan 85% Sesuai
dapat dijangkau
mudah untuk dilakukan
pemeliharaan dan
60

pengujian secara
berkala.

Detektor diproteksi agar Detektor


tidak terjadi dipasang di
kemungkinan rusak tempat yang tidak
3 80% Sesuai
karena gangguan mudah terkena
gangguan
mekanis.
mekanik.

Dilakukannya
Dilakukan peninjauan,
peninjauan sampai
4 audit, serta 80% Sesuai dengan
pemeliharaan.
pemeliharaan

Rekaman hasil
Rekaman hasil
peninjauan, audit,
peninjauan, audit, serta
serta pemeliharaan
5 pemeliharaan, harus 80 % Sesuai disimpan untuk
disimpan untuk jangka
janggka waku 1
waktu 5 tahun.
tahun.

Berdasarkan hasil observasi sistem detektor kebakaran


di Gedung Gardu Induk Kuningan diketahui sebanyak lima
persyaratan menurut SNI 03-3985-2000 telah terpenuhi dan
didapatkan nilai skoring sebesar 83 %, skor tersebut hasil dari
penjumlahan sejumlah data mengenai sistem detektor
kebakaran yang kemudian dibandingkan dengan jumlah
keseluruhan data. Berdasarkan tabel tingkat penilaian audit
mengenai kebakaran dalam puslitbang PU Tahun 2006,
didapatkan kesimpulan bahwa sistem detektor kebakaran di
Gedung Gardu Induk Kuningan sesuai dengan persyaratan
SNI 03-3985-2000.
61

c. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)


Alat pemadam ringan di Gedung Gardu Induk
Kuningan ada 11 buah. Di setiap sudut ruangan terdapat 2
APAR, di Ruang Panel Kontrol, Ruang Scadate,Ruang SVP
Jargi, serta di Kawasan Gardu Induk terdapat APAR Foam
Ukuran 15 kg. Dan untuk peletakan dari APAR itu sendiri,
semestinya diletakkan di tempat yang sama pada setiap
ruangannya agar mudah untuk dijangkau dan terlihat jelas,
tidak terhalang oleh benda yang lainnya (Haramain et al.,
2017).

Berikut ini adalah keterangan Alat Pemadam Api


Ringan (APAR) di Gedung Gardu Induk Kuningan :

1) Jenis APAR : Co2 & Foam


2) Nama Perusahaan APAR : CV. Sekar Mitra Lestari
3) Penempatan APAR : Di sudut-sudut Ruangan
4) Jarak antara Apar : 10 m
5) Jarak dengan lantai :1m
6) Masa berlaku APAR :-

Berikut adalah hasil observasi Alat Pemadam Api


Ringan (APAR) sebagai sistem proteksi kebakaran aktif di
Gedung Gardu induk Kuningan.

Tabel 5.3
Hasil Observasi Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
di Gedung Gardu Induk Kuningan.

Permen PU Persen (%) Sesuai/Tidak


No No.26/PRT/M/20 09 Kesesuaian Sesuai Kondisi Aktual
62

Tersedianya apar
Tersedia Alat
di seluruh
1 Pemadam Api Ringan 100% Sesuai
ruangan gedung
(APAR)
GI

Kategori
Pada APAR disertai
penggunaan
dengan klasifikiasi yang
APAR yang
2 terdiri dari huruf yang 85% Sesuai digunakan
mendefinisikan kelas api
terdapat 2 jenis
dan efektifitas APAR
yaitu CO2 dan
Foam
APAR diletakan di
tempat yang menyolok
mata yang mana alat APAR mudah
3 90 % Sesuai
tersebut mudah dijangkau
dijangkau dan siap
dipakai

APAR tidak
APAR tampak jelas dan
4 90 % Sesuai terhalang dan
tidak terhalangi
jelas
APAR selain jenis
APAR beroda dipasang
kokoh pada
penggantung atau APAR kokoh
5 85 % Sesuai
manufaktur, atau gantung
pengikat yang terdaftar
dan disetujui untuk
tujuan tersebut

Jarak antara APAR dan Jarak apar dan


6 80 % Sesuai
lantai - ≥10 cm lantai 60 cm

Intruksi pengoprasian
harus ditetapkan di Adanya inspeksi
7 bagian depan APAR 85 % Sesuai pengoprasian
serta harus terlihat APAR
dengan cukup jelas
63

Label sistem identifikasi


bahan berbahaya label
pemeliharaan enam
tahun, label uji
hidrostatik atau label
8 80 % Sesuai Adanya label
lain harus tidak boleh
ditempatkan di bagian
depan dari APAR atau
ditempelkan pada
bagian depan APAR
APAR harus Adanya
mempunyai label yang informasi nama
ditempelkan untuk manufaktur,
9 memberikan informasi 90 % Sesuai nomor, nama
nama manufaktur atau agen, alamat
nama agennya, alamat surat dan no
surat dan nomor telpon telpon.

APAR diinspeksi secara


Dilakukan
10 manual atau monitor 80 % Sesuai
inspeksi
secara eletonik

Peninjauan APAR APAR di


11 dilakukan pada rentang 85 % Sesuai inspeksi setiap
waktu interval 30 hari waktu 30 hari
APAR dari semua
APAR yang diperiksa Semua APAR di
12 (termasuk tindakan 80 % Sesuai intropeksi secara
korektif yang dilakukan) manual
disimpan
Dilakukan Dilakukannya
pemeliharaan pemeliharaan
terhadap APAR APAR pada
13 85 % Sesuai
pada jangka jangka waktu 1
panjang ≤ 1 tahun oleh
tahun damkar
Setiap APAR yang Adanya tabel yang
14 tersedia harus memilki 85 % Sesuai berisi bulan dan
kartu atau tabel yang tahun
64

dipasang untuk dilakukannya


menunjukkan bulan dan pemeliharaan
tahun dilakukannya
pemeliharaan.

Pada label pemeliharaan Terdapat


15 terdapat identifikasi 80 % Sesuai identifikasi
ptugas petugas

Dari lima belas persyaratan mengenai Alat Pemadam Api


Ringan (APAR) menurut PERMEN PU No. 26/PRT/M/2009,
sebanyak lima belas persyaratan terpenuhi dan mendapatkan
nilai skoring 85 %. Skor tersebut dari hasil penjumlahan data
mengenai APAR yang sesuai dibandingkan dengan jumlah
keseluruhan data. Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat
penilaian audit tentang kebakaran dalam puslitbang PU Tahun
2006, maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuaiannya
adalah sesuai dengan persyaratan PERMEN PU No.
26/PRT/M/2009.

d. Rata-rata kesesuaian sarana proteksi aktif di Gedung


Gardu induk Kuningan
Tabel 5.4
Rata-rata Kesesuaian sarana proteksi aktif di Gedung
Gardu Induk Kuningan

No Sarana Proteksi Aktif Nilai Skoring

1 Alarm Kebakaran 85 %

2 Sistem Detektor Kebakaran 83 %

3 Alat Pemadam Api Ringan (APAR) 85 %

Rara-rata 84,3 %
65
66

Berdasarkan Tabel. Penilaian audit Kebakaran di atas, rata-


rata kesesuaian sistem proteksi aktif di Gedung Gardu Induk
Kuningan yaitu 84,3% yang berarti sistem proteksi kebakaran
aktif di Gedung Gardu Induk Kuningan sudah sesuai dengan
persyaratan.

2. Sarana Penyelamatan Jiwa


Sarana Penyelamatan jiwa yang berada di Gardu Induk
Kuningan terdiri dari Pintu darurat, rambu-rambu petunjuk arah
jalan keluar/jalur evakuasi, dan titik kumpul.

a) Pintu Darurat
Pintu keluar pada gedung gardu induk Kuningan
merupakan pintu ayun samping engsel, dipilih jenis pintu samping
atau engsel agar pintu dapat berayun dari posisi manapun sehingga
mencapai posisi terbuka penuh. Pintu keluar gardu induk Kuningan
dihubungkan dengan pintu darurat sehingga memudahkan proses
evakuasi jika terjadi kebakaran.

Hanya ada satu pintu keluar di Gedung Stasiun Metro


Kuningan karena merupakan satu dengan pintu utama Gedung
Stasiun Metro Kuningan.

Berikut adalah kesesuaian pintu darurat di Gardu Induk


Kuningan dengan permen PU No. 26/PRT/M/2008.
Tabel 5.5
Hasil observasi pintu darurat di gedung Gardu Induk
Kuningan.

No Permen PU No. Persen (%) Sesuai/Tidak Kondisi


26/PRT/M/2008 kesesuaian sesuai Aktual
67

1 Jenis pintu yang 75 % Sesuai Jenis pintu


digunakan untuk sarana darurat yang
jalar keluar harus berupa tersedia
pintu ayun atau engsel adalah pintu
sisi ayun atau
engsel sisi
2 Pintu yang terpasang 80 % Sesuai Pintu darurat
dirancang mampu yang tersedia
berayun dari segala mampu
posisi sehingga dapat berayun dari
mencapai posisi terbuka segala posisi.
sepenuhnya.
3 Posisi pintu darurat 90 % Sesuai Pintu darurat
terbuka ke arah jalan terbuka ke
keluar arah jalan
keluar.
4 Pintu darurat tidak 80 % Sesuai Pintu darurat
memerlukan alat, anak tidak
kunci maupun membutuhkan
pertahanan khusus atau anak kunci
membukanya dari dalam atau alat
bangunan gedung untuk
membukanya
5 Gredel pintu darurat 0 % Tidak sesuai Tidak adanya
harus ditempatkan geredel pintu
setinggi 87-120 cm darurat.
diatas lantai.
6 Kondisi pintu darurat 85 % Sesuai Pintu darurat
tidak terbuka setiap saat. selalu dalam
posisi tertutup
7 Pintu darurat dirancang 90 % Sesuai Pintu darurat
secara otomatis atau menutup
dapat tertutup sendiri secara
jika tidak digunakan. otomatis

Berdasarkan hasil observasi pada tabel di atas, terdapat


enam komponen yang sesuai dan satu komponen yang tidak
sesuai mengenai pintu darurat menurut PERMEN PU No.
68

26/PRT/M/2008, Komponen-komponen yang ditemui adalah


pintu kendaraan pintu yang dipasang dan dirancang untuk
berputar dari posisi apapun, pintu yang terbuka ke arah pintu
keluar, pintu keluar yang tidak memerlukan kunci, atau alat
untuk membukanya. pintu keluar tidak terbuka setiap saat dan
pintu keluar menutup dengan sendirinya. Hasil skoring dari
mengenai pintu darurat mendapatkan nilai 71,4 %. Skor tersebut
dari hasil penjumlahan data yang kemudian dibandingkan
dengan jumlah keseluruhan data. Menurut penilaian berdasarkan
tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran dalam puslitbang
PU Tahun 2006, didapatkan kesimpulan bahwa pintu darurat di
Gedung Gardu Induk Kuningan cukup sesuai dengan
persyaratan Permen PU No. 26/PRT/M/2008.

b) Tanda Petunjuk Arah Jalan Keluar/Jalur Evakuasi


Tanda petunjuk arah jalur evakuasi di Gedung Gardu
induk Kuningan dipasang di setiap sisi jalan keluar dan pintu
keluar serta pintu darurat, hal ini memiliki maksud supaya
ketika terjadi bencana, jalan evakuasi dapat terbaca jelas dan
penghuni gedung dapat mengetahui jalan keluar.

Berikut ini adalah tabel kesesuaian tanda petunjuk arah


jalan keluar di Gardu Induk Kuningan dengan Permen PU No.
26/PRT/M/2008.
Tabel 5.6
Hasil Observasi Tanda Petunjuk Arah Jalan Keluar/Jalur
Evakuasi di Gedung Gardu Induk Kuningan.

No Permen PU Persen (%) Sesuai/Tidak Kondisi


No.26/PRT/2008 Kesesuaian Sesuai Aktual

1 Terdapat tanda 90 % Sesuai Terdapat


69

petunjuk arah petunjuk arah


pada sarana jalan jalan keluar
keluar

2 Warna petunjuk 90 % Sesuai Warna


arah nyata dan petunjuk arah
kontras berwarna berwarna
hijau dan putih hijau dan
putih

3 Pada setiap lokasi 30 % Tidak Sesuai Petunjuk arah


ditetapkan tanda hanya terdapat
arah dengan dekat pintu
indikator arah darurat berupa
“jalur
evakuasi”

4 Tanda arah dapat 80 % Sesuai Tanda arah


dibaca pada dapat dibaca
kedua model pada kedua
pencahayaan mode.
normal dan
darurat

5 Tanda petunjuk 80 % Sesuai Tanda


arah terbaca ‘’ petunjuk arah
EXIT’’ atau kata terbaca
lain yang tepat “EXIT”
berukuran 10cm
70

6 Lebar huruf pada 85 % Sesuai Lebar huruf


kata ‘’EXIT’’ pada kata
5cm, kecuali “EXIT”
huruf ‘’I’’ kurang lebih 5
cm

7 Spasi minimal 80 % Sesuai Spasi kurang


antara huruf pada dari 1 cm
kata ‘’EXIT””
1cm

Berdasarkan hasil observasi pada tabel diatas, terdapat


sebanyak lima komponen yang sesuai/terpenuhi dengan
persyaratan mengenai tanda petunjuk arah menurut Permen PU
No. 26/PRT/M/2008. Komponen yang terpenuhi yaitu terdapat
tanda petunjuk arah, warna petunjuk arah berwarna dan nyata,
tanda arah dapat dibaca pada dua mode pencahayaan, tanda
petunjuk arah dibaca EXIT, lebar huruf pada kata EXIT 5 cm.
Hasil skoring mendapatkan nilai 76,5 %. Skor tersebut dari hasil
penjumlahan data yang kemudian dibandingkan dengan jumlah
keseluruhan data. Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat
penilaian audit tentang kebakaran dalam puslitbang PU Tahun
2006, maka dapat disimpulkan tingkat kesesuaian tanda
petunjuk arah di Gedung Gardu Induk Kuningan Cukup sesuai
namun masih ada sebagian yang belum sesuai dengan
persyaratan menurut Permen PU No. 26/PRT/M/2008.

c) Tempat Berhimpun/Titik Kumpul


Tempat berhimpun di gedung Gardu Induk Kuningan
berada pada satu titik, tempat berhimpun tersebut terletak di
depan pintu darurat. Tempat berhimpun sudah memiliki
71

petunjuk ‘’Assembly Point’’ yang berada di depan halaman


Parkir/depan halaman Gedung.
Halaman utama/halaman parkir di Gedung Gardu Induk
Kuningan sendiri menjadi tempat berhimpun karena memiliki
halaman yang cukup luas yang bisa menampung seluruh
pengguna gedung
Berikut ini adalah tabel kesesuaian tempat berhimpun di
Gardu Induk Kuningan berdasarkan Permen PU No.
26/PRT/M/2008.
Tabel 5.7
Hasil observasi tempat Berhimpun/Titik kumpul di
Gedung Gardu Induk Kuningan.

No Permen PU No. Persen Sesuai/Tidak Kondisi Aktual


26/PRT/2008 (%) sesuai
kesesuaian

1 Tersedianya 100 % Sesuai Terdapat tempat


tempat berhimpun
berhimpun
setelah dilakukan
evakuasi
2 Tersedianya 100 % Sesuai Terdapat
pada petunjuk petunjuk tempat
tempat berhimpun
berhimpun “ASSEMBY
POINT”

3 Luas total tempat 80 % Sesuai Tempat


berhimpun berhimpun
sesuai dengan cukup luas
persyaratan yaitu
minimal
0,3m/orang.

Berdasarkan hasil observasi pada tabel di atas terdapat


sebanyak tiga komponen yang sesuai/terpenuhi dengan
72

persyaratan mengenai tempat berhimpun/titik kumpul menurut


Permen PU No.26/PRT/M/2008. Berdasarkan data, komponen
yang terpenuhi mencakup tersedianya tempat berhimpun setelah
dilakukan evakuasi, tersedianya petunjuk pada tempat
berhimpun, serta luas total tempat berhimpun sudah sesuai
dengan persyarakatan. Hasil skoring mendapatkan nilai 93,3 %.
Skor tersebut dari hasil penjumlahan data yang kemudian
dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data. Menurut
penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang
kebakaran dalam puslitbang PU Tahun 2006, maka dapat ditarik
kesimpulan tingkat kesesuaian tempat berhimpun/titik Kumpul
di Gedung Gardu Induk Kuningan sesuai dengan persyaratan
menurut Permen PU No. 26/PRT/M/2008.

d) Rata-rata Kesesuaian Sarana Proteksi Kebakaran di


Gedung PT. PLN (PERSERO) Gardu Induk Kuningan
Tabel 5.8
Rata-rata kesesuaian sarana proteksi penyelamatan jiwa di
Gedung Gardu Induk Kuningan

No Sarana Penyelamatan Jiwa Nilai Skoring

1 Pintu Darurat 71,4 %

2 Tanda Petunjuk Arah Jalan 76,5 %


Keluar/Jalur Evakuasi

3 Tempat Berhimpun/titik kumpul 93,3 %

Rata-rata 77,9%

Berdasarkan tabel . penilaian audit kebakaran di atas, rata-


rata kesesuaian sarana penyelamatan jiwa di Gardu Induk
Kuningan yaitu, 80,4% yang berarti sarana penyelamatan jiwa di
73

Gedung Gardu Induk Kuningan sudah terpasang namun


sebagian kecil instalasi tidak selesai dengan persyaratan.

3. Manajemen Penanggulangan Kebakaran


a. Prosedur Tanggap Darurat
Prosedur tanggap darurat kebakaran di Gedung Gardu Induk
Kuningan sudah ada sebagai rencana kesiapan dalam menghadapi
kebakaran. Hal ini dibuktikan dengan hasil observasi yaitu adanya struktur
organisasi dalam darurat kebakaran,dan sumber daya manusia dalam
penanggulangan kebakaran.
Saat ditanya proses perencanaan yang dilakukan oleh unit sistem
proteksi kebakaran yaitu selalu rutin melakukan pemeriksaan secara
berkala.
“nah untuk perencanaan yang dilakukan di sini ya seperti
pengecekan alat-alat proteksi yang ada rutin setiap satu bulan sekali dan
dibuatkan jadwal hari untuk pengecekan nya”,-IK

“kalau di sini si a untuk pemeriksaan alat proteksi sendiri selalu


rutin yah setiap satu bulan sekali gitu dan biasanya yang melakukan
pengecekan itu semuanya terlibat sih karyawan yang ada di sini”,-IU

“kalau pengecekan alat proteksi rutin sih mas disini”,-IP

Saat ditanya proses pemilahan untuk melakukan pemeliharaan alat


proteksi sebagian besar menjawab selalu dilakukan pemilahan dan
pemeliharaan alat-alat

“nah untuk pemeriksaan sediri kan kita rutin tiap bulan yah, tujuan
nya itu kan supaya kita tau alat proteksi mana yang sekiranya masih
berfungsi dengan baik/tidak..setelah pengecekan, kan berarti ke
pemilahan kan. Kalo misal ada alat proteksi yang sudah tidak layak, kita
74

langsung mengajukan “rekapel” atau laporan tidak ada kesediaan


peralatan ke pusat UPT Cirebon.”,-IK

“suka ada pemeriksaan mas itu yang tiap bulan dan juga
pemilahan pasti ada kaya pengecekan sistem detektor yang pakai “Smok
Detector”terus pengecekan apar juga.”,-IU

“iya mas kayaknya si suka ada pengecekan gitu”,-IP

Saat ditanyakan prihal yang melakukan evaluasi kegiatan yang


dilakukan unit sistem proteksi,informen menjawab dilakukan oleh pihak
supervisor sendiri.

“karena kan disini saya selaku supervisor yah jadi saya yang
bertangung jawab yang melakukan evaluasi itu sendiri”,-IK

“yang melakukan evaluasi kepala supervisor disini”,-IU

“waduh saya kurang tau tuh mas,tapi kayaknya si orang K3 nya”,-

IP

Saat ditanya prihal strategi yang dilakukan unit sistem proteksi,

seluruh informen menjawab tidak ada strategi khusus.

“kalo untuk strategi khusus kita ngga ada yah”,-IK

“sepertinya tidak ada”,-IU

“waduh kayaknya ngga ada mas”,-IP

Saat ditanya mengenai pedoman untuk sistem proteksi kebakaran

yang digunakan, informen menjawab tidak spesifik hanya menjawab

“Ada”.

“untuk pedoman sendiri ada pasti”,-IK


75

“ada mas dari pusat”,-IU

“saya kurang tau tuh mas klo untuk pedoman nya”,-IP

Saat ditanyakan apakah ada strategi khusus yang dilakukan dalam


melakukan pemeriksaan sistem proteksi,informen menjawab tidak ada
strategi khusus

“paling kita Cuma pembagian jobdes aja siapa yang bulan ini
memeriksa sitem proteksi,biasanya kita buat sebulan sebelum
pemeriksaan”,-IK

“tidak ada mas, ya paling cuman kaya pengecekan gitu aja si”,-IU

“pengecekan terkait APAR gitu gitu paling mas”,-IP

Saat ditanya monitoring dilakukan, informen menjawab ada yang


bilang enam bulan sekali dan ada juga yang bilang satu tahun sekali.

“kalo monitoring biasanya tergantung dari UPT pusat, tapi


biasanya si suka dilakukan per satu bulan sekali karena di kita mh udah
ketat sih sekarang mah”,-IK

“rutin a satu bulan sekali dilakukan”,-IU

“kayaknya si dilakukan satu tahun sekali oleh orang k3 mas


biasanya”,-IP

Saat ditanya untuk melakukan pelaksanaan evaluasi dan siapa yang


mengevaluasi informen menjawab dilakukan oleh supervisor setiap satu
bulan sekali ada juga yang bilang kurang tau.

“jadi karna saya yang bertanggung jawab disini, jadi saya


langsung yang meberikan evaluasi rutin setiap satu bulan sekali,-IK

“ya itu Mas dilakuin nya satu bulan sekali sama supervisor”,-IU
76

“waktunya saya kurang tau ya mas kalo itu”,-IP

Saat ditanya perihal kegiatan hasil monitoring dan evaluasi


dilaporkan informan menjawab di arsipkan dulu dan dilaporkan langsung
ke pusat.

“jadi untuk hasil nya itu kia simpan dan arsipkan, setiap enam
bulan sekali kita setorkan ke pusat”,-IK

“langsung ke pusat”,-IU

“langsung ke kantor pusat nya mas”,-IP

Berikut ini adalah hasil ceklist mengenai prosedur tanggap darurat


di Gedung Gardu Induk Kuningan yang dibandingkan dengan PERMEN
PU No, 20/PRT/M/2009.

Tabel 5.9
Hasil Observasi Prosedur Tanggap Darurat di Gedung Gardu induk
Kuningan tahun 2021
No PERMEN PU No. Persen (%) Sesuai/tida Kondisi
20/PRT/M/2009 krsesuaian k Sesuai aktual
1 Terdapat tim 80 % Sesuai terdapat tim
perencanaan perencana
pengamanan kebakaran
kebakaran
2 Terdapat rencana 80 % Sesuai Terdapat
ketaagrahaan yang rencana
baik (good ketetagrahaan
houskeeping plan)
dalam rencana
pengalaman
kebakaran
3 Terdapat rencana 80 % Sesuai Terdapat
tindakan darurat rencana
kebakaran (fire tindak darurat
emergency plan) kebakaran
dalam rencana
pengamanan
77

kebakaran.
4 Terdapat prosedur 80 % Sesuai Terdapat
inspeksi,uji coba, prosedur
dan pemeliharaan inspeksi, uji
sistem proteksi coba, dan
kebakaran pemeliharaan
5 Terdapat jadwal 85 % Sesuai Adanya
inspeksi,uji coba, jadwal
dan pemeliharaan inspeksi,uji
setiap sistem coba dan
proteksi kebakaran pemeliharaan
setiap satu
bulan sekali
6 Terdapat prosedur 85 % Sesuai Ada izin
tatagraha dan khusus setiap
pemberian izin pekerja yang
terhadap pekerja ingin
yang menggunakan melakukan
panas (hot work) pekerjaan nya
7 terdapat rencana 80 % Sesuai Terdapat
pemeliharaan rencana
sistem proteksi pemeliharaan
kebakaran dalam sistem
rencana proteksi
pengamanan kebakaran
kebakaran dan
pengamanan
kebakaran
8 Perencanaan 80 % Sesuai Terdapat
tindakan darurat perencanaan
kebakaran tindak darurat
menjelaskan dengan
rinci tentang
rangkaian tindakan
(prosedur) yang
harus dilakukan
oleh penanggung
jawab dan
pengguna bangunan
dalam setiap
78

keadaan darurat
9 Perencanaan 90 % Sesuai Terdapat
tindakan darurat perencanaan
kebakaran memuat tindakan
informasi tentang darurat
daftar panggilan kebakaran
keadaan darurat menuat
(emergency call) informasi
dari semua personil tentang daftar
yang harus panggilan
dilibatkan dalam keadaan
merespon keadaan darurat
darurat setiap waktu
10 Peremcanaan 80 % Sesuai Terdapat
tindakan darurat perencanaan
kebakaran memuat tindakan
informasi tentang darurat
denah lantai yang kebakaran
berisi; a). Alarm memuat
kebakaran dan titik informasi
panggilan manual tentang denah
b) jalan keluar lantai
c) Rute evakuasi
11 Evakuasi rencana 80 % Sesuai Setiap
penanggulangan pekerja di GI
terhadap kebakaran memiliki
melibatkan seluruh tanggung
tindakan jawab yang
manajemen berbeda
korporat dengan
klasifikasi
khusus
seperti,
penanggung
jawab
SDM,aset,
maupun
berkas berkas
12 Diadakan pelatihan 85 % Sesuai Diadakan
tanggap darurat pelatihan
79

bagi karyawan tanggap


darurat untuk
seluruh
karyawan
13 Pelatihan karyawan 80 % Sesuai Setiap
diarahkan pada individu
peran dan tanggung harus bisa
jawab individu bertanggung
jawab atas
pribadinya
14 Pelatihan karyawan 80 % Sesuai Diadakan
diarahkan pada pelatihan
informasi tentang karyawan
ancaman, bahaya
dan tindakan
proteksi.
15 Pelatihan karyawan 80 % Sesuai Diadakan
diarahkan pada pelatihan
prosedur karyawana
pemberitahuan,
peringatan dan
komunikasi
16 Pelatihan karyawan 80 % Sesuai Diadakan
diarahkan kepada pelatihan
prosedur tanggap karyawan
darurat
17 Pelatihan karyawan 80 % Sesuai Diadakan
diarahkan kepada pelatihan
prosedur evakuasi, karyawan
penampungan dan
akuntabilitas
18 Pelatihan karyawan 80 % Sesuai Diadakan
diadakan kepada pelatihan
pemberitahuan kryawan
lokasi tempat
peralatan yang bisa
digunakan dalam
keadaan darurat dan
penggunaannya
19 Pelatihan karyawan 80 % Sesuai Diadakan
80

diarahkan kepada pelatihan


prosedur karyawan
penghentian darurat
peralatan
(emergency
shutdown prosedur)
20 Rencana 80 % Sesuai Terdapat
pengamanan rencana
kebakaran pengamanan
dievakuasi dan kebakaran
dikaji setidaknya
sekali dalam
setahun
21 Dilakukan audit 80 % Sesuai Dilakukan
sistem proteksi audit sistem
kebakaran yang proteksi
terdiri audit kebakaran
keselamatan
sekilas, audit awal,
dan audit lengkap
22 Dilakukan audit 80 % Sesuai Dilakukan
keselamatan sekilas audit sistem
dilakukan setiap proteksi
enam bulan sekali kebakaran
oleh para
oprator/teknis yang
berpengalaman
23 Audit awal 80 % Sesuai Dilakukan
dilakukan setiap audit sistem
satu tahun sekali proteksi
kebakaran
24 Audit lengkap 85 % Sesuai Dilakukannya
dilakukan setiap audit lengkap
lima tahun sekali oleh
oleh konsultan ahli konsultan
yang ditunjuk ahli yang
ditunjuk oleh
pusat
25 Dilakukan 80 % Sesuai Dilakukan
sosialisasi sosialisasi
81

pentingnya proteksi pentingnya


kebakaran proteksi
kebakaran

Dari dua puluh lima persyaratan mengenai prosedur Tanggap


Darurat menurut PERMEN PU No. 20/PRT/M/2009, ada dua puluh lima
opsi yang telah memenuhi persyaratan dengan nilai skoring 81,2 %. Skor
tersebut didapatkan dari hasil penjumlahan data mengenai prosedur
tanggap darurat yang sesuai dibandingkan jumlah keseluruhan data.
Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang
kebakaran dalam puslitbang PU Tahun 2006, maka dapat ditarik
kesimpulan tingkat kesesuaiannya adalah baik (sesuai) dengan persyaratan
PERMEN PU No. 20/PRT/M/2009.

b. Organisasi Proteksi Kebakaran

Gedung Gardu Induk Kuningan saat ini sudah mempunyai


organisasi proteksi kebakaran,organisasi proteksi kebakaran ini terdiri dari
kepala supervisor, AECE (staf umum), dan Scurity.

Sumber daya manusia sangat penting dalam suatu organisasi atau


dalam suatu pekerjaan. Dari hasil wawancara pada informan kunci
mengatakan bahwa Sumber daya manusia yang berhubungan langsung
dengan sistem proteksi sudah tersedia.

“jadi semua staf yang ada di sini itu sudah diberikan besik dasar
pelatihan gitu dari damkar setiap enam bulan sekali,tapi yang diberikan
tanggung jawab untuk pemeliharaan yang berhubungan kangsung dengan
sistem proteksi ada dua orang staff supervisor”,-IK

“kalo orang k3 disini ngga ada mas, tapi yang biasa berhubungan
langsu dengan sistem proteksi ada kaya staf yang ada di sini aja, karena
kan staf disini sudah dibekali pelatihan pelatihan gitu dari damkar
rutin”,-IU
82

“saya kurang tau mas kalo itu, tapi saya sendiri sudah dibakali
pelatihan sama pihak GI kadang diberikan pelatihan nya enam bulan
sekali dari orang damkar”,-IP

Adanya struktur organisasi memudahkan pembagian tugas dan


tanggung jawab dalam bekerja. Terkait dengan struktur organisasi untuk
protesi kebakaran yang ada di Gardu Induk kuningan ini informen
menjawab sudah ada

“nah untuk struktur mengenai organisasi proteksi kebakaran


sendiri ada ya dan dalam pembagian nya saya yang mengatur selaku
penanggung jawab disini”,-IK

“kalo struktur kusus mengenai bidang k3 gaada”,-IU

“gatau si mas saya kalo itu”,-IP

Saat ditanya pembagian tugas informen menjawab bahwa


pembagian tugas sudah diberikan secara merata kepada seluruh staff.

“kalo untuk pembagian tugas semua staff disini saya berikan


semua secara merata sehingga dalam keadaan darurat semuanya pasti
sudah siap”,-IK

“sudah diberikan tugas masing-masing oleh kepala supervisor”,-


IU

“biasanya kepala supervisor yang menentukan mas”,-IP

Saat ditanya ruang khusus bagian unit proteksi kebakaran di


Gedung Gardu Induk Kuningan semua informen menjawab tidak ada
ruangan khusus.

“kalo ruangan khusus disina gaada”,-IK

“ngga ada”,-IU

“sepertinya tidak ada mas kalo ruangan khusus”,-IP


83

Berikut ini hasil observasi mengenai organisasi proteksi kebakaran


di Gedung Gardu Induk Kuningan yang dibandingkan dengan PERMEN
PU No. 20/PRT/M/2009 tentang pedoman teknis manajemen proteksi
kebakaran.

Tabel 5.10

Hasil Observasi Organisasi Proteksi Kebakaran di Gardu induk Kuningan


tahun 2021

Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Persen (%) Sesuai/tidak
No Kondisi aktual
No. kesesuaian sesuai
20/PRT/M/2009
1 Tim 85 % Sesuai Seluruh karyawan
penanggulangan yang ada di GI,
kebakaran termasuk scurity
dibentuk oleh dilibatkan dalam
pengelola pembentukan tim
bangunan
2 Setiap unit 80 % Sesuai Setiap unit
bangunan gedung bangunan memiliki
memiliki tim tim
penanggulangan penanggulangan
kebakaran masing-
masing
3 Setiap bangbunan 85 % Sesuai Terdapat
unit gedung penanggung jawab
memiliki yang membawahi
penanggung jawab seluruh pimpinan
yang membawahi tim
seluruh pimpinan penanggulangan
kebakaran
4 Kepala bagian 80 % Sesuai Terdapat
keamanan cordinatoor tim
memiliki penanggulangan
koordinator dari
84

tim
penanggulangan
kebakaran dalam
unit bangunan
5 Dalam struktur tim 85 % Sesuai Terdapat kepala
penanggulangan bagian teknik
kebakaran tercatat pemeliharaan
ada kepala bagian
teknik
pemeliharaan
6 Terdapat kepala 85 % Sesuai Terdapat kepala
bagian kemanan bagian keamanan
pada struktur
organisasi tim
penanggulangan
kebakaran
7 Terdapat oprator 0% Tidak Tidak adanya
komunikasi sesuai oprator komunikasi
8 Kepala bagian 80 % Sesuai Kepala bagian
teknik teknik memelihara
pemeliharaan dan membawahi
membawahi banyak bidang
oprator listrik dan
genset
9 Kepala bagian 0% Tidak Kepala bagian
teknik sesuai teknik Tidak
pemeliharaan membawahi
membawahi oprator pompa
oprator pompa
10 Tim pemadam api 85 % Sesuai Kepala bagian
dibahawi oleh keamanan
kepala bagian membawahi tim
keamanan pemadam api
11 Tim pemadam api 85 % Sesuai Kepala bagian
dibahawi oleh keamanan
kepala bagian membawahi tim
keamanan pemadam api
12 Terdapat tim 85 % Sesuai Ada tim
penyelamat penyelamat
kebakaran kebakaran
85

Dari dua belas persyaratan mengenai organisasi penanggulangan


kebakaran menurut Permen PU No. 20/PRT/M/2009, terdapat sepuluh
persyaratan yang memenuhi syarat dan ada dua persyaratan yang tidak
terpenuhi, yaitu terdapat oprator komunikasi dan kepala bagian teknik
pemeliharaan membawahi oprator pompa, hal itu disebabkan Gedung
Gardu Induk Kuningan tidak memiliki oprator komunikasi dan tidak
memiliki pompa. Untuk hasil skor Gedung Gardu Induk Kuningan
mendapatkan nilai 69,6%, Skor tersebut didapat dari hasil penjumlahan
data tentang proteksi kebakaran yang memenuhi syarat dibandingkan
dengan jumlah keseluruhan data yang ada. Tabel tingkat penilaian audit
mengenai kebakaran yang tercatat dalam Puslitbang PU Tahun 2006
disimpulkan bahwa tingkat kesesuaiannya adalah sesuai dengan permen
PU No. 20/PRT/M/2009.

c. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia pada penanggulangan terjadinya kebakaran


di Gedung Gardu Induk Kuningan melibatkan semua pekerja yang ada di
Gardu Induk Kuningan seperti Karyawan, OB, dan Scurity. Untuk tim
kusus seperti (OPK) sebagai perencana sertan pengawasan program
mengenai penanggulangan kebakaran

“disini kami selruh staff sealu ada pembagian tugas ya dalam tim
penanggulangan kebakaran yang mengatur pembagian nya saya,
mangkanya staf disini selalu diberikan pelatihan penanggulangan
kebakaran oleh UPT pusat jadi semuanya sudah mempunyai besik
dasar”,-IK

“bukan orang k3 , paling hanya kita kita saja yang ada disini”,-IU

“biasanya staf yang ada di dalam mas dan saya paling,yang sudah
dibekali pelatihan”,-IP
86

Jumlah sumber daya manusia di Gardu induk Kuningan yang


mengenai penanggulangan kebakaran yaitu karyawan atau staff yang
diberikan tanggung jawab oleh kepala supervisor.

“ya kalau untuk jumlah si sebetulnya di GI ini kan karyawan nya


sedikit ya tapi kami yang ada di sini bisa memaksimalkan semuanya”,-IK

“kalo jumlah sudah cukup “,-IU

“Jumlah sudah cukup”,-IP

Perekrutan sumber daya manusia untuk tim penanggulangan


kebakaran tidak ada standar khusus, kami GI kuningan mengikuti arahan
UPT Pusat.

“tidak ada standar khusus”,-IK

“tidak ada mas kalo setandar khusus”,-IU

“tidak ada”,-IP

Walaupun tidak memiliki tim Organisasi Penanggulangan


Kebakaran atau (OPK) khusus, namun petugas yang diberikan tanggung
jawab tetap diberikan fasilitas pihak pusat untuk pelatihan mengenai
penanggulangan sistem proteksi kebakaran. Pelatihan yang diberikan
setiap per enam bulan sekali atau satu tahun sekali.

“kalo untuk pelatihan kami selalu meminta kepada damkar


mengenai dasar dasar memadamkan api dan kejadian darurat kainnya”,-
IK

“biasanya dari pihak damkar yang memberikan pelatihan”,-IU

“dari damkar mas biasanya yang memberikan pelatihan dan suka


di lakukan setahun sekali”,-IP
87

Berikut ini hasil observasi mengenai sumber daya manusia di


Gardu Induk Kuningan yang dibandingkan dengan PERMEN PU No.
20/PRT/M/2009 tentang pedoman teknis manajemen Kebakaran.

Tabel 5.11

Hasil observasi Sumber Daya Manusia di Gedung Gardu Induk Kuningan


tahun 2021

PERMEN PU No. Persen (%) Sesuai/tidak


No Kodisi aktual
20/PRT/M/2009 kesesuaian sesuai
1 Dalam manajemen 85 % Sesuai Pelatihan-
risiko kebakaran, pelatihan terkait
sumber daya bahaya dan
manusia yang penanggulangan
dimiliki harus bencana
memiliki kebakaran lainnya
pengetahuan dasar sering diadakan
ataupun keahlian
dibidang
kebakaran.
2 Para sumber daya 85 % Sesuai Sumber daya
manusia yang manusia dalam
tersedia setidaknya manajemen
harus memiliki penanggulangan
dasar pengetahuan kebakaran
maupun keahlian
pada bidang
penyelamatan.
3 Program pelatihan 85 % Sesuai Diadakan
dengan tujuan pelatihan
meningkatkan
kemampuan sumber
daya manusia
dalam
penanggulangan
kebakaran harus
dilakukan secara
berkala.
88

Dari tiga persyaratan mengenai Sumber daya manusia menurut


Permen PU No. 20/PRT/M/2009, seluruhnya memenuhi syarat.
Gedung Gardu Induk Kuningan mendapat nilai 85 %, Skor tersebut
dari hasil penjumlahan data mengenai sumber daya manusia yang
sesuai dibandingkan jumlah keseluruhan data. Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran dalam
puslitbang PU Tahun 2006, maka dapat disimpulkan tingkat
kesesuaian sumber daya manusia di Gedung Gardu Induk Kuningan
sesuai dengan permen PU No. 20/PRT/M/2009.

a. Rata-rata Kesesuaian Manajemen Penanggulangan Kebakaran di


Gedung PT. PLN (PERSERO) Gardu Induk Kuningan

Tabel 5.12

Rata-rata kesesuaian Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Gedung


PT. PLN (PERSERO) Gardu Induk Kuningan Tahun 2021

No Manajemen Penanggulangan Kebakaran Nilai Skoring


1 Prosedur Tanggap Darurat 81,2%
2 Organisasi Proteksi Kebakaran 69,6%
3 Sumber Daya Manusia 85%
Rata-rata 78,6%

Berdasarkan tabel. Penilaian audit kebakaran di atas, rata-rata


kesesuaian penanggulangan kebakaran di Gedung Gardu Induk
Kuningan yaitu 78,6% yang berarti sarana penyelamatan jiwa di
Gardu Induk Kuningan sudah ada yang terpasang namun sebagian
kecil instalasi tidak sesuai dengan persyaratan.
89

5. Rekapitulasi Hasil Observasi

Tabel 5.13

Rekapitulasi Hasil Observasi

No Nama Alat/Fasilitas %Nilai Sesuai/Tidak Sesuai


1 Sarana Proteksi Aktif
Alarm kebakaran 83% Sesuai
Sistem Detektor Kebakaran 85% Sesuai
Alat Pemadam Api Ringan 84,3% Sesuai
(APAR)
2 Sarana Penyelamatan Jiwa
Pintu Darurat 71,4% Sisuai
Tanda Petunjuk Arah 76,5% Sesuai
Tempat Berhimpun/Titik 93,3% Sesuai
Kumpul
3 Manajemen Penanggulangan Kebakaran
Prosedu Tanggap Darurat 81,2% Sesuai
Organisasi Proteksi Kebakaran 69,6% Tidak Sesuai
Sumber Daya Manusia 85% Sesuai

C. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif dan kuantitatif
(mix method). Keterbatasan penelitian ini meliputi : keterbatasan variabel
yang diobservasi, lalu subyektifitas yang ada pada peneliti, penelitian ini
bergantung pada interpetasi peneliti tentang makna yang tersirat dalam
wawancara sehingga memiliki kecenderungan untuk bisa masih tetap ada .
maka, untuk mengurangi bias dilakukan proses triangulasi sumber dan
triangulasi berupa wawancara mendalam dan observasi dengan
membandingkan sistem proteksi kebakaran yang ada di Gedung Gardu
Induk Kuningan dengan Permen PU No. 20/PRT/M/2009, permen PU No.
26/PRT/M/2008, SNI 03-3985-2000, Permen PU No.26,PRT/M/2009, dan
Puslitbang PU Tahun 2005.
90

D. Pembahasan
1. Sistem proteksi Kebakaran Aktif di Gedung Gardu Induk
Kuningan
a. Alarm Kebakaran

Berdasarkan hasil observasi mengenai sistem proteksi


kebakaran di Gedung Gardu Induk Kuningan didapatkan hasil
bahwa semua persyaratan terkait alarm kebakaran di Gedung Gardu
Induk Kuningan sudah terpenuhi dengan nilai skoring 85% yang
didapatkan dari hasil penjumlahan sejumlah data mengenai Alarm
kebakaran yang didapat kemudian dibandingkan dengan jumlah
keseluruhan data. Berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang
kebakaran dalam puslitbang PU Tahun 2006, didapatkan
kesimpulan tingkat kesesuaiannya adalah sesuai dengan
persyaratan SNI 03-3985-2000.

Alarm kebakaran (Fire Alarm) menurut Anizar (2012) dalam


Mutiara (2018) merupakan alat yang digunakan untuk memberi
sinyal pemberitahuan ketika adanya bahaya kebakaran pada suatu
tempat.
Berdasarkan analisis menunjukan bahwa ada 5 persyaratan
berdasarkan SNI 03-3985-2000, dan dari Kelima persyaratan itu
sudah terpenuhi/sesuai. Adapun persyaratan yang sudah terpenuhi
yaitu Alarm berbunyi khas hingga mudah dikenal, terpasangnya
alarm kebakaran di lokasi panel control dan panel bantu, setiap
ruangan dalam bangunan gedung tersebut telah dijangkau oleh
sistem alarm kebakaran, suara alarm kebakaran berbeda dengan
sinyal suara lain, dan panel control mamu membantu kerja
detektor.
b. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

Dari lima belas persyaratan mengenai Alat Pemadam Api


Ringan (APAR) menurut PERMEN PU No. 26/PRT/M/2009,
91

sebanyak lima belas persyaratan terpenuhi dan mendapatkan nilai


skoring 85 %. Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai
APAR yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data.
Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang
kebakaran dalam puslitbang PU Tahun 2006, maka dapat ditarik
kesimpulan tingkat kesesuaiannya adalah sesuai dengan
persyaratan PERMEN PU No. 26/PRT/M/2009.

Alat pemadam api ringan (APAR) berfungsi sebagai alat


pemadam kebakaran pertama/ awal pada peristiwa kebakaran yang
masih kecil. APAR tetaplah penting meskipun suatu bangunan
telah dilengkapi dengan sistem proteksi kebakaran (Harmani,
Effendi, & Iranto, 2017).

Berdasarkan analisis menunjukan bahwa 15 persyaratan


berdasarkan PERMEN PU No. 26/PRT/M/2009, ada semua 15
persyaratan yang sudah terpenuhi, diantaranya tersedia APAR,
terdapat klasifikasi APAR yang terdiri dari huruf yang menunjukan
kelas api dimana alat pemadam api terbukti efektif, apar diletakan
ditempat yang menyolok mta dan mudah dijangkau, APAR tampak
jelas dan tidak terhalang, apar dipasang kokoh pada gantungan,
jarak antara apar dan lantai lebih dari 10 cm, intruksi pengoprasian
harus ditetapkan pada bagian depan APAR dan harus terlihat jelas,
label sistem identifkasi bahan berbahaya, label pemeliharaan enam
tahun, label uji hidrostatik atau label lain harus tidak boleh
ditempatkan dibagian depan APAR, APAR harus mempunyai label
yang ditempelkan untuk memberikan informasi nama manufaktur
atau nama agen, alamat surat dan nomor telpon, APAR diinspeksi
secara manual atau monitor, APAR diinspeksi pada setiap interval
waltu kira-kira 30 hari, APAR dari semua apar yang diperiksa
disimpan, dilakukan pemeiharaan terhadap APAR pada jangka
waktu kurang dari 1 tahun, setiap APAR mempunyai kartu label
92

yang diletakan dengan kokoh yang menunjukan bulan dan tahun


dilakukannya pemeliharaan, pada label pemeliharaan terdapat
identifikasi petugas.

c. Sistem Detektor Kebakaran

Dari lima persyaratan mengenai Detektor Kebakaran menurut


SNI 03-3985-2000, sebanyak lima persyaratan terpenuhi dan
mendapatkan nilai skoring 83 %, Skor tersebut dari hasil
penjumlahan data mengenai Detektor kebakaran yang sesuai
dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data. Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran dalam
puslitbang PU Tahun 2006, maka dapat ditarik kesimpulan tingkat
kesesuaiannya adalah sesuai dengan persyaratan SNI 03-3985-
2000.

Sistem detektor kbakaran api merupakan kebutuhan yang


dikategorikan kebutuhan primer. Sistem detektor kebakaran
merupakan peralatan yang sangat penting mengingat sistem ini
dapat mendeteksi timbulnya api pada ruangan apabila terjadi
kebakaran sehingga tidak meluas. Bidang keselamatan yang
bertanggung jawab terhadap peralatan tersebut selalu berupaya
melakukan perawatan secara rutin guna meminimalisasi terjadinya
kerusakan (Latif, 2016).

Berdasarkan analisis menunjukan bahwa dari 5 persyaratan


berdasarkan SNI 03-3985-2000, ada semua 5 persyaratan
terpenuhi, diantaranya adalah terdapat detektor kebakaran yang
terpasang di seluruh ruangan, setiap detektor yang dipasang dapat
dijangkau untuk pemeliharaan dan untuk pengujian secara periodik,
detektor diproteksi terhadap kemungkinan rusak karena gangguan
mekanis, dilakukan inspeksi, pengujian dan pemeliharaan, rekaman
93

hasil dari semua inspeksi, pengujian, dan pemeliharaan, harus


disimpan untuk jangka waktu 5 tahun.

2. Sistem Penyelamatan Jiwa di Gedung Gardu Induk Kuningan


Menurut Permen PU No. 26/PRT/M/2008 setiap bangunan gedung
harus dilengkapi dengan suara evakuasi yang dapat digunakan oleh
penghuni bangunan, sehingga memiliki waktu yang cukup untuk
menyelamatkan diri dengan aman. Sarana penyelamatan jiwa yang
terdapat di Gedung Gardu Induk Kuningan terdiri dari Pintu Darurat,
tanda petunjuk arah/jalur evakuasi, dan tempat berhimpun/titik Kumpul.
a. Pintu Darurat
Pintu darurat di Gedung Gardu Induk Kuningan sejenis engsel
sisi pintu ayun, pintu ini di pasang dan dirancang sehingga mampu
berayun dari posisi manapun sehingga mencapai posisi terbuka
penuh. Pintu darurat di Gedung Gardu Induk Kuningan tersambung
oleh jalan keluar sehingga memudahkan dalam proses evakuasi
apabila terjadi bahaya kebakaran.
Pintu darurat di Gedung Gardu Induk Kuningan hanya terdapat
satu pintu yang menjadi akses jalan keluar dan masuknya karyawan
Gardu Induk.
Sesuai dengan tujuh persyaratan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 7 tentang pintu darurat. 26/PRT/M/2008, hingga enam
persyaratan, yaitu: pintu pada perangkat eksit harus berengsel
samping atau pintu ayun, pintu dipasang dan dirancang sedemikian
rupa sehingga dapat berayun dari posisi apa pun ke posisi terbuka
penuh, darurat Pintu terbuka ke jalan masuk. Keluar, pintu darurat
tidak perlu kunci, dll, pintu darurat tidak pernah dibuka, dan pintu
darurat ditutup secara otomatis
Hasil skioring dari mengenai pintu darurat mendapatkan nilai
71,4 %. Skor tersebut dari hasil penjumlahan data yang kemudian
dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data. Menurut penilaian
berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran dalam
94

puslitbang PU Tahun 2006, maka dapat ditarik kesimpulan tingkat


kesesuaiannya adalah Cukup sesuai dengan persyaratan Permen PU
No. 26/PRT/M/2008.
Adapun persyaratan yang belum terpenuhi adalah tidak adanya
gredel pintu darurat ditempatkan 87-120 cm diatas lantai,dengan
alasan karena jenis pintu darurat yang dipakai menurutnya sudah
cukup baik seadanya. Hal ini tidak sesuai dengan Permen PU No.
26/PRT/M/2008.
b. Tanda petunjuk Arah/Jalur Evakuasi
Terdapatnya fungsi tanda petunjuk arah jalan keluar/jalur
evakuasi adalah untuk membantu pengguna gedung untuk
menunjukan arah jalan keluar, baik dalam keadaan normal mampu
dalam keadaan gawat darurat. Tanda petunjuk arah jalan keluar/jalur
evakuasi harus dapat dibaca pada mode pencahayaan normal dan
darurat. Tanda petunjuk arah terbaca “EXIT” yang berukuran 10 cm.
Hasil obesrvasi menunjukan sebanyak lima persyaratan dari
tujuh persyaratan yang sesuai/terpenuhi dengan persyaratan tanda
petunjuk arah jalan keluar/jalur evakuasi menurut Permen PU No.
26/PRT/M/2008 yaitu tanda petunjuk arah jalan keluar, warna
petunjuk arah berwarna dan kontras berwarna hijau putih, tanda arah
dapat dibaca pada kedua mode pencahayaan, tanda petunjuk arah
terbaca “EXIT”, lebar huruf pada kata “EXIT” lebih dari 5cm,
kecuali huruf “I”.
Tanda petunjuk arah jalan keluar mendapatkan skor 69,2%,
maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuaian tanda petunjuk
arah/jalur evakuasi di Gedung Gardu Induk Kuningan cukup baik
tetapi masih sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai dengan
persyaratan Permen PU No. 26/PRT/M/2008.
Adapun syarat yang tidak terpenuhi yaitu, pada setiap lokasi
ditempatkan tanda arah dengan indikator arah dan spasi minimum
antara huruf pada kata “EXIT” 1 cm.
95

Rekomendasi yang dapat diberikan adalah untuk lebih


memperhatikan penulisan pada tanda petunjuk arah baik dari segi
pemilihan huruf.
c. Tempat Berhimpun/Titik Kumpul
Menurut Permen PUPR No. 14 Tahun 2017, titik kumpul
(assembly point/muster point) adalah tempat yang digunakan bagi
pengguna bangunan gedung dan panjang bangunan gedung untuk
berkumpul setelah proses evakuasi (Menteri Pekerjaan Umum
Republik Indonesia, 2017).
Berdasarkan hasil observasi, didapatkan hasil semua
persyaratan tempat berhimpun/titik kumpul sesuai dengan
paersyaratan menurut permen PU No. 26/PRT/M/2008.
Diantaranya adalah tersedia tempat berhimpun setelah evakuasi,
tersedia petunjuk tempat berhimpun dan luas tepat berhimpun
sesuai (minimal 0,3 m/orang). Hasil skoring didapatkan nilai
sebesar 93,3% maka dapat disimpulkan tingkat kesesuaian tempat
berhimpun/titik kumpul di Gedung Gardu Induk Kuningan sesuai
persyaratan.
3. Prosedur Tanggap Darurat Kebakaran di Gedung Gardu Induk
Kuningan
Dari dua puluh lima persyaratan mengenai prosedur Tanggap
Darurat menurut PERMEN PU No. 20/PRT/M/2009, sebanyak dua
puluh lima persyaratan terpenuhi dan mendapatkan nilai skoring 81,2
%. Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai prosedur
tanggap darurat yang sesuai dibandingkan jumlah keseluruhan data.
Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang
kebakaran dalam puslitbang PU Tahun 2006, maka dapat ditarik
kesimpulan tingkat kesesuaiannya adalah baik (sesuai) dengan
persyaratan PERMEN PU No. 20/PRT/M/2009.
Persyaratan tanggap darurat kebakaran yang terpenuhi atau yang
sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku antara lain di dalam
96

rencana pengamanan kebakaran yaitu rencana ketatagrahaan yang baik


dan rencana tindakan darurat kebakaran. Selain itu, prosedur dan jadwal
inspeksi, uji coba, dan pemeliharaan sistem proteksi kebakaran,
perencanaan kebakaran, terdapat perosedur tatagraha dan pemberian
izin terhadap pekerjaan yang menggunakan panas, perencanaan
pemeliharaan sistem proteksi kebakaran, perencanaan tindakan darurat
kebakaran dengan rincian rangkaian prosedur yang harus dilakukan,
perencanaan tindakan darurat kebakaran memuat informasi tentang
emergency call dari semua personil, perencanaan tindakan darurat
kebakaran tentang denah lantai, evakuasi rencana pengamanan terhadap
kebakaran, pelatihan pada karyawan mengenai tanggap darurat
kebakaran, peran dan tanggung jawab individu, ancaman, bahaya, dan
tindakan protektif, prosedur pemberitahuan, peringatan, dan
komunikasi, prosedur evakuasi, penampungan, dan akuntabilitas,
pemberitahuan lokasi tempat peralatan, prosedur penghentian darurat
peralatan. Rencana pengamanan kebakaran sekali dalam setahun, audit
sistem kebakaran, audit keselamatan setiap enam bulan sekali, audit
satu tahun sekali, audit lengkap lima tahun sekali dan sosialisasi
pentingnya proteksi kebakaran juga telah sesuai dengan peraturan
perundangan.
Menurut Permen PU No.20/PRT/M/2009, prosedur tanggap
darurat kebakaran mencakup kegiatan pembentukan tim perencanaan,
penyusunan analisis risiko bangunan gedung terhadap bahaya
kebakaran, pembuatan dan pelaksanaan rencana pengamanan kebakaran
(fire safety plan), dan rencana tindak darurat kebakaran (fire emergency
plan). Berdasarkan peraturan tersebut, Gardu Induk Kuningan sudah
sesuai dengan persyaratan.
97

4. Organisasi Proteksi Kebakaran di Gedung Gardu Induk Kuningan


Dari dua belas persyaratan mengenai organisasi penanggulangan
kebakaran menurut Permen PU No.20/PRT/M/2009, terdapat sepuluh
persyaratan yang memenuhi syarat dan ada dua persyaratan yang tidak
terpenuhi, yaitu terdapat oprator komunikasi dan kepala bagian teknik
pemeliharaan tidak membawahi kepala operator pompa. Hal ini
disebabkan Gedung Gardu Induk Kuningan tidak memiliki oprator
komunikasi dan tidak memiliki pompa. Untuk hasil skor, Gedung
Gardu Induk Kuningan mendapat nilai 69,6%, skor tersebut didapat dari
hasil penjumlahan data mengenai organisasi proteksi kebakaran yang
sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data. Menurut
penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran
dalam Puslitbang PU Tahun 2006, maka dapat disimpulkan bahwa
tingkat kesesuainnya adalah cukup sesuai tetapi ada sebagian instalasi
yang tidak sesuai dengan persyaratan dengan Permen PU
No.20/PRT/M/2009.
Organisasi tanggap darurat kebakaran salah satu komponen dari
manajemen proteksi kebakaran yang wajib dilaksanakan oleh setiap
bangunan Gedung, yaitu tim atau sekelompok orang yang dipilih
sebagai tim pelaksana apabila terjadi darurat kebakaran. Untuk
mengantisipasi keadaan darurat, kantor Gardu Induk Kuningan
membentuk organisasi tanggap darurat bencana kebakaran berupa
pembentukan tim penanggulangan bencana kebakaran.
Berdasarkan analisis menunjukan dari 12 persyaratan mengenai
organisasi tanggap darurat kebakaran menurut permen PU No.
20/PRT/M/2009, sebanyak 10 persyaratan sudah terpenuhi yaitu, sudah
terdapat tim penanggulangan kebakaran, disetiap lantai Gedung
mempunyai tim penanggulangan kebakaran, terdapat penanggung
jawab yang membawahi seluruh pimpinan tim unit penanggulangan
kebakaran, terdapar coordinator tim ppenanggulangan kebakaran uang
membawahi kepada bagian Teknik pemeliharaan dan kepada bagian
98

keamanan, terdapat kepala bagian Teknik pemeliharaan pada struktur


organisasi tim penanggulangan kebakaran, terdapat kepala tim
keamanan pada struktur organisasi, terdapat kepala bagian Teknik
pemeliharaan membawahi operator listrik dan genset, terdapat kepala
bagian keamanan membawahi tim pemadam api, terdapat kepala bagian
keamanan membawahi tim penyelamat kebakaran.
5. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia adalah tenaga kerja yang mempunyai


dasar pengetahuan, pengalaman, dan keahlian dibidang proteksi
kebakaran (Permen PU No.20/PRT/M/2009). Dari tiga persyaratan
megenai sumber daya manusia menurut Permen PU
No.20/PRT/M/2009, seluruhnya terpenuhi. Sumber daya manusia
dalam penanggulangan kebakaran di Gedung Gardu Induk Kuningan
ada securiy dan pegawai yang berada di kantor tersebut. Namun,
sumber daya tersebut bukan merupakan tim khusus organisasi
penanggulangan kebakaran (OPK).

Hasil skor sumber daya manusia sebesar 85%, skor tersebut


didapat dari hasil penjumlahan data mengenai sumber daya manusia
yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data. Menurut
penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran
dalam Puslitbang PU Tahun 2006, maka dapat disimpulkan tingkat
kesesuaian sumber daya manusia di Gedung Gardu Induk Kuningan
sesuai dengan Permen PU No.20/PRT/M/2009.

Menurut Permen PU No.20/PRT/M/2009 menyatakan untuk


mencapai hasil kerja yang efektif dan efisien harus didukung oleh
tenaga-tenaga yang mempunyai dasar pengetahuan, pengalaman, dan
keahlian dibidang proteksi kebakaran. Berdasarkan Kepmen
No.kep.186/Men/1999, sumber daya manusia yang dimaksud dalam
darurat kebakaran yaitu unite penanggulangan kebakaran ialah unit
kerja yang dibentuk dan ditugasi untuk menangani masalah
99

penanggulangan kebakaran ditempat kerja yang meliputi kegiatan


pemeriksaan, pemeliharaan dan perbaikan system proteksi kebakaran.
Unit kerja diantaranya yaitu, petugas peran penanggulangan kebakaran,
regu penanggulanagan kebakaran, coordinator dan ahli spesialis
kebakaran (Menteri Tenaga Kerja RI, 1999).

Sumber daya manusia penanggulangan kebakaran di Gedung


Gardu Induk Kuningan adalah pegawai, security. Sumber daya
manusia tersebut bukan merupakan personil khusus dengan keahlian
profesi sesuai dengan peraturan perundang- undangan namun telah
dibekali dengan pelatihan-pelatihan secara rutin.

Berdasarkan analisis menunjukkan 3 persyaratan mengenai


sumber daya manusia dalam tanggap darurat kebakaran menurut
Permen PU N0.20/PRT/M/2009 sudah terpenuhi yaitu, petugas
mempunyai dasar pengetahuan, pengalaman, dan keahlian dibidang
kebakaran, petugas mempunyai dasar pengetahuan, pengalaman, dan
keahlian dibidang penyelamatan, dan telah mendapat pelatihan dan
peningkatan kemampuan secara berkala.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Disimpulkan dari hasil penelitian diatas mengenai Analisis
Kesesuaian Sistem Proteksi Kebakaran dan Manajemen Proteksi
Kebakaran di Gedung PT. PLN (PERSERO) Gardu Induk Kuningan, di
Kabupaten Kuningan Jawa Barat Tahun 2021, maka didapatkan
kesimpulan sebagai berikut :
1. Sistem proteksi aktif yang berada di Gedung Gardu Induk Kuningan
antara lain : Alarm Kebakaran, Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
dan Sistem Detektor Kebakaran
a) Tingkat kesesuaian Alarm Kebakaran adalah 85% artinya sudah
sesuai dengan SNI 03-3985-2000.
b) Tingkat Kesesuaian Sistem Detektor Kebakaran adalah 83%,
artinya sudah sesuai dengan persyaratan SNI 03-3985-2000.
c) Tingkat kesesuaian Alat Pemadam Api Ringan (APAR) adalah
85%, artinya sudah sesuai dengan Persyaratan PERMEN PU No.
26/PRT/M/2009.
2. Sistem penyelamatan jiwa yang ada di Gedung Gardu Induk Kuningan
antara lain : Pintu darurat, Tanda petunjuk arah jalan Keluar/jakur
evakuasi, Tempat berhimpun/titik kumpul.
a) Tingkat kesesuaian Pintu Darurat adalah 71,4% artinya apa yang
dimiliki cukup sesuai tapi masih ada beberapa instalasi yang masih
belum sesuai dengan persyaratan Permen PU No. 26/PRT/M/2008.
b) Tingkat kesesuaian Tanda petunjuk arah/jalur evakuasi adalah
69,2% artinya cukup sesuai tapi masih ada sebagian yang tidak
sesuai dengan persyaratan Permen PU No. 26/PRT/M/2008.
c) Tingkat kesesuaian Tempat Berhimpun/Titik kumpul adalah
93,3% artinya sudah sesuai dengan persyaratan Permen PU
No.26/PRT/M/2008

100
101

d) Gedung Gardu Induk Kuningan memiliki prosedur Tanggap


Darurat yang sudah sesuai dengan persyaratan PERMEN PU No.
20/PRT/M/2009.
e) Gedung Gardu Induk Kuningan memiliki organisasi proteksi
kebakaran dan tingkat kesesuaian organisasi tanggap darurat sudah
cukup sesuai tapi masih ada yang belum sesuai dengan
Persyaratan PERMEN PU No. 20/PRT/M/2009.
f) Gedung Gardu Induk Kuningan memiliki sumber daya manusia
manajemen kebakaran dan tingkat kesesuaian sumber daya
manusia manajemen kebakaran adalah sesuai dengan persyaratan
PERMEN PU No. 20/PRT/M/2009.

B. Saran
a. Bagi PT PLN (PERSERO) Gardu Induk Kuningan
Berdasarkan hasil penelitian, beberapa hal berikut perlu dilakukan
perbaikan dan pengembangan penelitian mengenai analisis kesesuaian
sistem dan manajemen proteksi kebakaran di Gedung PT.PLN
(persero) Gardu Induk Kuningan.
1. Dalam sarana sistem proteksi aktif lebih baik lagi dalam
pemeliharaan alat alat sistem proteksi aktif agar pada saat
digunakan tetap dalam keadaan baik atau tidak dalam keadaan
rusak.
2. Dalam sarana penyelamatan jiwa :
a) Pintu darurat sebaiknya dibedakan antara pintu utama
dengan pintu darurat, sehingga lebih memudahkan untuk
jalur evakuasi yang lebih sesuai dengan persyaratan
PERMEN PU No. 26/PTR/M/2008.
b) Tempat berhimpun sebaiknya sebaiknya penempatan nya
harus lebih jauh dari area parkir motor maupun parkir
mobil supaya dalam keadaan terjadinya bahaya kebakaran
tidak merambat pada kendaraan yang sedang terparkir di
tempat parkir tersebut.
102

c) Membentuk personil kusus organisasi tanggap darurat


kebakaran, agar apabila terjadi kebakaran dapat ditangani
dengan efektifitas dan efisien, selain itu juga organisasi
tanggap darurat dapat mencegah terjadinya kebakaran
melalui perawatan secara berkesinambungan terhadap
sistem proteksi kebakaran.
103

DAFTAR PUSTAKA
Badan Standar Nasional Indonesia 03-3985-2000 Tentang Tata Cara
Perencanaan, Pemasangan Dan Pengujian Sistem Deteksi Dan
Alarm Kebakaran Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada
Bangunan Gedung. Available at:
ciptakarya.pu.go.id/pbl/doc/sni/SNI_UJI.PDF. Jakarta
Badan Standar Nasional Indonesia 03-3989-2000 Tentang Tata Cara
Perencanaan, Pemasangan Dan Pengujian Sistem Sprinkler
Otomatik Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan
Gedung. Jakarta
Badan Standar Nasional Indonesia 03-1745-2000 Tentang Tata Cara
Perencanaan, Pemasangan Dan Sistem Pipa Tegak dan Slang
Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung.
Jakarta
Badan Standar Nasional Indonesia 03-1746-2000, Tata Cara Perencanaan
dan Pemasangan Sarana Jalan ke Luar untuk Penyelamatan
terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung, Badan
Standar Nasional, Jakarta.
Badan Standar Nasional Indonesia 03-1735-2000, Tata Cara Perencanaan
Akses Bangunan dan Akses Lingkungan Untuk Pencegahan
BahayaKebakaran Pada Bangunan Gedung, Badan Standar
Nasional, Jakarta.
BPBD. (2019). Mengenal Bencana Kebakaran. Retrieved September 9,
2021, from https://bpbd.kulonprogokab.go.id/detil/139/mengenal-
bencana-kebakaran PUSLITBANG PU. (2006). SNI 178-1989
tentang Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Gedung.
DPR RI. (2002). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun
2002 tentang Bangunan Dedung (Vol. 5). Jakarta.
DAMKAR. (2020). Jenis – jenis, Fungsi dan Cara menggunakan APAR
(Alat Pemadam Api Ringan). Retrieved September 9, 2019, from
http://damkar.bandaacehkota.go.id/2020/07/08/jenis-jenis-fungsi-
dan- cara-menggunakan-apar-alat-pemadam-api-ringan/
Gayatri, I. A. E. M. (2015). Hubungan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
(K3) Dengan Kinerja Karyawan Pada Pt. Uob Indonesia Cabang
Bengkulu. EKOMBIS REVIEW: Jurnal Ilmiah Ekonomi Dan
Bisnis, 3(2), 185–196. https://doi.org/10.37676/ekombis.v3i2.145
104

Haramain, M. Al, Effendi, R., & Irianto, F. (2017). Perancangan Sistem


Pemadam Kebakaran Pada Perkantoran dan Pabrik Label Makanan
PT. XYZ dengan Luas Bangunan 1125 m2. Jurnal Mesin
Teknologi, 11(2), 129–150.
https://jurnal.umj.ac.id/index.php/sintek/article/view/2105
Hesna, Y., Hidayat, B., & Suwanda, S. (2009). Evaluasi Penerapan Sistem
Keselamatan Kebakaran Pada Bangunan Gedung Rumah Sakit Dr.
M. Djamil Padang. Jurnal Rekayasa Sipil (JRS-Unand), 5(2), 65.
https://doi.org/10.25077/jrs.5.2.65-76.2009
Hidayat, D. A., Suroto, & Kurniawan, B. (2017). Evaluasi Keandalan
Sistem Proteksi Kebakaran Ditinjau Dari Sarana Penyelamatan
Dan Sistem Proteksi Pasif Kebakaran Di Gedung Lawang Sewu
Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 5(5), 134–
145. Retrieved from
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm/article/view/18889
Karimah, M., Kurniawan, B., & Suroto. (2016). Analisis Upaya
Penanggulangan Kebakaran Di Gedung Bougenville Rumah Sakit
Telogorejo Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat Universitas
Diponegoro, 4(4), 698–706.
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm/article/view/14328
Kelvin, Yuliana, P. E., & Rahayu, S. (2015). Pemetaan Lokasi Kebakaran
Berdasarkan Prinsip Segitiga Api pada Industri Textile. Seminar
Nasional “Inovasi Dalam Desain Dan Teknologi,” 5(January
2015), 36–43. https://ideatech.stts.edu/proceeding2015/036 -
Kelvin.pdf
Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor 186 Tahun
1999. Unit Penanggulangan Kebakaran Ditempat Kerja. Jakarta:
Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia.
Keputusan Menteri Negara Republik Indonesia, NO 11/KPTS/2000
Tentang Manajemen Penanggulangan Kebakaran Bangunan
Gedung. Jakarta: Keputusan Menteri Negara Republik Indonesia.
Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2009. Pedoman Teknis Manajemen Proteksi Kebakaran di
Perkotaan. Jakarta: Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik
Indonesia.
105

Latif, A. S. (2016). Evaluasi Sistem Deteksi Kebakaran Di Instalasi


Elemen Bakar Eksperimental ( Iebe ). Hasil-Hasil Penelitian EBN
Tahun 2016, 2(1), 222–230. http://repo-nkm.batan.go.id/3962/
Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia. Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum No. 26/PRT/M/2008 Tentang Persyaratan Teknis
Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung Dan
Lingkungan. Jakarta; 2008.
Mutiara, L. (2018). Analisis Penerapan Sistem Tanggap Darurat
Kebakaran di Rumah Sakit Umum Haji Medan Tahun 2018.
Universitas Sumatera Utara.rticle/view/18349/104 75.
Miranti, R. S., & Mardiana. (2018). Penerapan Sistem Proteksi Aktif Dan
Sarana Penyelamatan Jiwa Sebagai Upaya Pencegahan Kebakaran.
Higeia Journal of Public Health Research and Development, 2(1),
12–22.
National Fire Prevention Association (NFPA) 10-2002 Standard for Fire
Portable Extinguisher.
National Fire Prevention Association (NFPA) 101 tahun 1997 tentang Life
Safety Code.
National Fire Prevention Association (NFPA) 24 tahun 2007 tentang
Standard for the Installation of Private Fire Service mains and
Their Appurtenances.
National Fire Prevention Association (NFPA) 72 tahun 2007 tentang
National Fire Alarm Code.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20 Tahun 2009, Pedoman
Teknis Manajemen Proteksi Kebakaran di Gedung, Kementerian
Pekerjaan Umum, Jakarta.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 02 Tahun 1983,
Instalasi Alarm Kebakaran Automatik, Kementerian Tenaga Kerja
dan Transmigrasi, Jakarta.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 04 Tahun 1980,
Syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api
Ringan, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Jakarta.
Putri, N. A., Martono, Mawardi, Setyono, K. J., & Sukoyo. (2019).
Analisis Sistem Proteksi Kebakaran sebagai Upaya Pencegahan
Kebakaran. Bangun Rekaprima, 05(2), 59–69.
106

https://jurnal.polines.ac.id/index.php/bangun_rekaprima/article/vie
w/1576
Putri, R. D. (2017). Perencanaan dan Analisa Sistem Sprinkler Otomatis
dan Kebutuhan Air Pemadaman Fire Fighting Hotel XX. Jurnal
Teknik Mesin (JTM), 06(1), 6–12.
https://publikasi.mercubuana.ac.id/index.php/jtm/article/view/1199
Qonita Aulia Rohani1, S. (2021). Analisis Kecelakaan Kerja dengan
Menggunakan Metode Risk Priority. Surabaya, 6 Maret 2021, 136-
143.
Ramli, Soehatman. 2010. Petunjuk Praktis Manajemen Kebakaran (Fire
Management). Jakarta: Dian Rakyat.
Ruslan, M., Al-Amin, M. S., & Emidiana. (2021). Perancangan Sistem
Fire Alarm Kebakaran pada Gedung Laboratorium XXX. Jurnal
Tekno, 18(2), 51–61. https://doi.org/10.33557/jtekno.v18i2.1412
Sagala, H. G. (2010). Pentingnya Penerapan K3 Dalam Membrikan
Asuhan. 1–11. https://osf.io/x28vd/download/?format=pdf
Saptaria, erry et al, 2005. Pedoman Teknis Pemeriksaan Keselamatan
Kebakaran Bangunan Gedung. Bandung : Puslitbang Permukiman,
Badan Penelitian dan Pengembangan PU, Departemen Pekerjaan
Umum.
Setiawan, A. (2019). Klasifikasi Alat Pemadam Kebakaran Ringan (Apar)
sebagai Proteksi Awal Kebakaran pada Ruangan Perguruan Tinggi
Menggunakan Metode Naive Bayes. Simetris : Jurnal Teknik
Mesin, Elektro Dan Ilmu Komputer, 10(2), 513–518.
https://jurnal.umk.ac.id/index.php/simet/article/view/3149/1865
Wicaksono, R. R., & Ernawati, M. (2013). Evaluasi Sarana Evakuasi
Kebakaran di Industri Karung Sidoarjo. The Indonesian Journal of
Public Health, 10(1), 44–55.
http://journal.unair.ac.id/IJPH@evaluasi-sarana-evakuasi-
kebakaran-di-industri-karung-sidoarjo-article-11204-media-4-
category-16.html
Yulita, A., Maharani, F. T., & Utari, D. (2020). Analisis Penerapan Sistem
Proteksi Aktif , Sarana Penyelamatan Jiwa dan Pengorganisasian di
Gedung Fakultas Ilmu Komputer Universitas Pembangunan
Nasional Veteran Jakarta Tahun 2018. Jurnal Ilmiah Kesehatan
107

Masyarakat, 12(1), 33–42.


https://jikm.upnvj.ac.id/index.php/home/article/view/57
Yuniarto, H., & Bhiwara, W. . (2017). Perancangan Jalur Hidran pada
Gudang Persediaan Materiil BEKMATPUS LANUD Halim
Perdanakusuma. Teknik Industri, 6(2), 75–91.
https://journal.universitassuryadarma.ac.id/index.php/jtin/article/do
wnload/221/198
Zulkifli, Ismail, & Kamarubayan, L. (2017). Studi Pengendalian
Kebakaran Hutan Di Wilayah Kelurahan Merdeka Kecamatan
Samboja Kalimantan Timur. Agrifor, XVI(1), 141–150.
http://ejurnal.untag-smd.ac.id/index.php/AG/article/view/2600
LAMPIRAN

108
Lampiran 1. Manuskrip dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris

ANALISIS KESESUAIAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DI


GEDUNG PT. PLN (PERSERO) GARDU INDUK KUNINGAN DI
KABUPATEN KUNINGAN JAWA BARAT TAHUN 2021

Tata Hati Umara1, Dihartawan2


1,2
Program Studi Kesehatan Masyarakat
1,2
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Jakarta
JL. KH. Ahmad Dahlan, Cirendeu, Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Banten
15419
Email : tatahariumara19@gmail.com, dihartawan@yahoo.co.id

ABSTRAK
Kejadian kebakaran merupakan satu dari berbagai bencana yang perlu
mendapatkan perhatian khusus serta perlu adanya pencegahan yang sesuai
dengan peraturan yang ada sehingga dapat mengurangi bahkan
menghilangkan resiko terjadinya kebakaran. Manajemen resiko bisa
menjadi salah satu cara yang digunakan. Jika terjadinya kebakaran ada
empat hal yang menjadi faktor yang berkaitan dengan hazard api yaitu
manusia sebagai penghuni bangunan, isi banguan, struktur bangunan dan
bangunan disekitarnya (Miranti, 2018). Untuk mengetahui Manajemen dan
sistem proteksi kebakaran di Gedung Gardu induk Kuningan, Kabupaten
Kuningan Jawa Barat.Metode yang digunakan adalah metode kualitatif
dan kuantitatif dengan melihat secara langsung pada gedung Gardu Induk
Kuningan, dengan pendekatan observasional. Hasil penelitian ini
didapatkan bahwa rata-rata sistem proteksi kebakaran aktif sudah baik
(84,3%), rata-rata sistem penyelamatan jiwa sudah cukup baik (77,9%),
dan manajemen penanggulangan kebakaran sudah cukup baik
(78,6%).Dari hasil penelitian maka didapatkan kesimpulan sistem proteksi
aktif yang berada di Gedung Gardu Induk Kuningan antara lain : Alarm
Kebakaran, Sistem Detektor Kebakaran, dan Alat Pemadam Api Ringan

109
(APAR). Sistem penyelamatan jiwa yang ada di Gedung Gardu Induk
Kuningan antara lain : Pintu darurat, Tanda petunjuk arah jalan
Keluar/jakur evakuasi, Tempat berhimpun/titik kumpul. Dalam sarana
sistem proteksi aktif lebih baik lagi dalam pemeliharaan alat alat sistem
proteksi aktif agar pada saat digunakan tetap dalam keadaan baik atau
tidak dalam keadaan rusak

Kata kunci : Sistem Proteksi Kebakaran, Manajemen Kebakaran

110
FIRE PROTECTION SYSTEM SUITABILITY ANALYSIS IN THE
BUILDING OF PT. PLN (PERSERO) KUNINGAN SUBSTANCE IN
KUNINGAN DISTRICT, WEST JAVA IN 2021.

ABSTRACT

The occurrence of fire is one of various disasters that need special


attention and the need for prevention in accordance with existing
regulations so as to reduce or even eliminate the risk of fire. Risk
management can be one way that is used. If a fire occurs, there are four
factors related to fire hazard, namely humans as building occupants,
building contents, building structures and surrounding buildings (Miranti,
2018). Objectives: To determine the management and fire protection
system at the Kuningan Substation Building, Kuningan Regency, West
Java. The method used is a qualitative and quantitative method by looking
directly at the Kuningan Substation building, with an observational
approach. The results of this study showed that the average active fire
protection system was good (84.3%), the mental system average was good
enough (77.9%), and fire management was quite good (78.6%). From the
results of the study, it was concluded that the active protection systems in
the Kuningan Substation Building include: Fire Alarms, Fire Detector
Systems, and Light Fire Extinguishers (APAR). The life-saving system in
the Kuningan Substation Building includes: Emergency exits, signs for
exiting directions/evacuation routes, meeting places/meeting points. In
active protection system facilities, it is better to maintain active protection
system tools so that when they are used they are still in good condition or
not in a damaged state

Keywords: Fire Protection System, Fire Management

111
PENDAHULUAN menyokong proses tersebut.
Sedangkan menurut standar Nasional
Keselamatan dan kesehatan
Indonesia 03-3985-2000, kebakaran
kerja (K3) merupakan suatu upaya
adalah suatu fenomena yang terjadi
untuk menciptakan suasana bekerja
ketika suatu bahan mencapai
yang aman, nyaman, dan tujuan
tempratur kritis dan bereaksi secara
akhirnya adalah menciptakan
kimia dengan oksigen (sebagai
produktivitas setinggi-tingginya.
contoh) yang menghasilkan panas,
Keselamatan kerja juga merupakan
nyala api, cahaya, asapp, uap air,
keselamatan yang berhubungan
karbon monoksida, karbon dioksida
dengan mesin, alat kerja, bahan dan
atau produk dan efek lainnya ( badan
proses pengelolaan, tempat kerja dan
standar nasional, 2000). Kebakaran
lingkungan serta cara-cara
dapat terjadi dimana saja baik itu di
melakukan pekerjaan. Jika K3 tidak
hutan, pemukiman, tempat umum,
diterapakan pada perusahaan ataupun
maupun di kawasan industri.
perindustrian maka akan
mengakibatkan kecelakaan di tempat Pada awal abad ke-21, jumlah
kerja, yang akan berdampak pada populasi dunia adalah sebesar
pekerjaan maupun perusahaan atau 6.300.000.000 jiwa, dimana
perindustrian (Rohani,Suhartini sebanyak 7.000.000 – 8.000.000 jiwa
2021). dilaporkan pernah mengalami
kejadian kebakaran dengan 70.000 –
Kejadian yang sering terjadi
80.000 kematian akibat kebakaran
di berbagai belahan dunia, baik yang
dan 500.000 – 800.000 kecelakaan
disebabkan oleh faktor alam maupun
akibat kebakaran. Sementara itu
non alam, salah satunya adalah
populasi manusia di eropa pada awal
kebakaran. Menurut Mehaffey dan
abad ke-21 adalah sebanyak
Bert pada tahun 1997, kebakaran
700.000.000 jiwa dimana sebanyak
adalah suatu proses oksidasi yang
2.000.000 – 2.500.000 jiwa pernah
cepat, reaksi eksotermis dimana
mengalami kejadian kebakaran
bagian dari energi yang dilepaskan
dengan 20.000 – 25.000 kematian Manajemen resiko bisa menjadi
akibat kebakaran dan 250.000 – salah satu cara yang digunakan.
5.000.000 kecelakaan akibat Jika terjadinya kebakaran ada
kebakaran (brushlinsky et al, 2006). empat hal yang menjadi faktor
yang berkaitan dengan hazard api
Pada tahun 2010 Karter
yaitu manusia sebagai penghuni
melaporkan jumlah kejadian
bangunan, isi banguan, struktur
akibat kerja di Amerika Serikat
bangunan dan bangunan
pada tahun 2009, yaitu sebanyak
disekitarnya (Miranti, 2018).
1.348.500 kejadian kebakaran
(karter,2010). Menurut Subejo, Kebakaran tidak hanya
kepala oprasi dinas pemadam disebabkan oleh satu faktor tetapi
kebakaran dan penanggulangan ada banyak faktor yang
bencana, sebagaimana di kutip mempengaruhinya, untuk faktor
oleh jurnas.com pada tanggal 13 yang paling umum terjadi adalah
oktober 2011, jumlah kasus faktor manusia dan faktor teknis
kebakaran di DKI Jakarta (Ramli, 2010). Korsleting listrik
sepanjang 2011 mencapai 779 menjadi salah satu kasus
kasus. Ini mengalami kebakaran di Indonesia yang
peningkatan dibanding tahun paling tinggi yaitu mencapai
2010, yaitu 693 kasus sekitar 62,8%. Untuk itu,
(jurnas.com, 2011). diperlukan penataan ruang yang
baik serta perhatian khusus pada
Kejadian kebakaran
prasarana penanggulangan
merupakan satu dari berbagai
bencana kebakaran, kususnya
bencana yang perlu mendapatkan
kebakaran yang terjadi di
perhatian khusus serta perlu
bangunan gedung perkantoran
adanya pencegahan yang sesuai
(Primabudu, Kurniawan &
dengan peraturan yang ada
widjesena, 2017). Dilihat dari
sehingga dapat mengurangi
kasus diatas, maka penulis
bahkan menghilangkan resiko
bertujuan untuk meneliti
terjadinya kebakaran.
mengenai “Kesesuaian Sistem
Proteksi Kebakaran Di Gedung Gedung dengan standar peraturan
PT. PLN (PERSERO) Gardu peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Induk Kuningan” dan RI No. 26/PRT/M/2008, Peraturan
mengetahui kondisinya dengan Menteri Pekerjaan Umum RI No.
mengetahui nilai keadaanya 20/PRT/M/2009, SNI 03-1746-2000,
sehingga bisa menjadi sebuah NFPA 13, NFPA 101, SNI 03-1745-
acuan jika adanya kelemahan 2000, SNI 03-3985-2000.
sistem proteksi di Gedung Gardu
Induk Kuningan sehingga HASIL
kemudian mendapatkan hasil
Berdasarkan hasil observasi pada
rekomendasi untuk memperbaiki
tabel 1 menunjukkan bahwa Sistem
dan menyempurnakan sistem
proteksi Kebakaran Aktif sudah
proteksi kebakaran.
sesuai, sarana penyelamatan jiwa
sudah baik dan cukup, serta
manajeman penanggulangan
METODE PENELITIAN
kebakaran di Gedung Gardu Induk
Penelitian ini menggunakan Kuningan sudah sesuai dan cukup.
penelitian deskriptif dengan studi
Tabel. 1
kusus, yaitu menggambarkan tentang
objek yang akan diamati serta Rekapitulasi Hasil Observasi

pelaksanaanya sistem proteksi dan N Nama %Nil Sesuai/Ti


o Alat/Fasilita ai dak
pencegahan bahaya kebakaran di
s Sesuai
gedung PT PLN (PERSERO) Gardu 1 Sarana Proteksi Aktif
Induk Kuningan. Metode yang Alarm 83% Sesuai
digunakan adalah metode kualitatif kebakaran
Sistem 85% Sesuai
dan kuantitatif dengan melihat secara Detektor
langsung pada gedung Gardu Induk Kebakaran
Kuningan, dengan pendekatan Alat 84,3 Sesuai
Pemadam %
observasional. Penelitian ini
Api Ringan
menggambarkan pelaksanaan sistem (APAR)
proteksi dan pencegahan bahaya 2 Sarana Penyelamatan Jiwa
Pintu 71,4 Cukup Tahun 2006, maka dapat ditarik
Darurat % kesimpulan tingkat kesesuaiannya
Tanda 69,2 Cukup
adalah sesuai dengan persyaratan
Petunjuk %
Arah SNI 03-3985-2000. Alarm
Tempat 93,3 Baik kebakaran (Fire Alarm) menurut
Berhimpun/ %
Anizar (2012) dalam Mutiara
Titik
Kumpul (2018) merupakan peralatan yang
3 Manajemen Penanggulangan dipergunakan untuk
Kebakaran memberitahukan kepada setiap
Prosedu 81,2 Sesuai
orang akan adanya bahaya
Tanggap %
Darurat kebakaran pada suatu tempat.
Organisasi 69,6 Cukup
Proteksi % Berdasarkan analisis menunjukan
Kebakaran bahwa ada 5 persyaratan
Sumber 85% Sesuai berdasarkan SNI 03-3985-2000,
Daya
dan dari Kelima persyaratan itu
Manusia
sudah terpenuhi/sesuai. Adapun

PEMBAHASAN persyaratan yang sudah terpenuhi


yaitu Alarm berbunyi khas hingga
A. Alarm kebakaran di Gedung
mudah dikenal, pada lokasi panel
Gardu Induk Kuningan
control dan panel bantu terpasang
Alarm kebakaran di Gedung alarm kebakaran, semua bagian
Gardu Induk Kuningan sudah ruangan dalam bangunan dapat
terpenuhi dan mendapatkan nilai dijangkau oleh sistem alarm
skoring 85%. Skor tersebut dari kebakaran, sinyal suara alarm
hasil penjumlahan data mengenai kebakaran berbeda dengan sinyal
Alarm kebakaran yang sesuai suara lain, dan panel control
dibandingkan dengan jumlah mamu membantu kerja detektor.
keseluruhan data. Menurut
penilaian berdasarkan tabel
B. Alat Pemadam Api Ringan
tingkat penilaian audit tentang
(APAR)
kebakaran dalam puslitbang PU
Alat pemadam api ringan di mempunyai label yang ditempelkan
Gedung Gardu Induk Kuningan untuk memberikan informasi nama
sudah terpenuhi dan mendapatkan manufaktur atau nama agen, alamat
nilai skoring 85%. Skor tersebut surat dan nomor telpon, APAR
dari hasil penjumlahan data diinspeksi secara manual atau
mengenai APAR yang sesuai monitor, APAR diinspeksi pada
dibandingkan dengan jumlah setiap interval waltu kira-kira 30
keseluruhan data. hari, APAR dari semua apar yang
diperiksa disimpan, dilakukan
Berdasarkan analisis menunjukan
pemeliharaan terhadap APAR pada
bahwa 15 persyaratan berdasarkan
jangka waktu kurang dari 1 tahun,
PERMEN PU No. 26/PRT/M/2009,
setiap APAR mempunyai kartu
ada semua 15 persyaratan yang
label yang diletakan dengan kokoh
sudah terpenuhi, diantaranya
yang menunjukan bulan dan tahun
tersedia APAR, terdapat klasifikasi
dilakukannya pemeliharaan, pada
APAR yang terdiri dari huruf yang
label pemeliharaan terdapat
menunjukan kelas api dimana alat
identifikasi petugas.
pemadam api terbukti efektif, apar
diletakan ditempat yang menyolok
mta dan mudah dijangkau, APAR
C. Sistem Detektor Kebakaran
tampak jelas dan tidak terhalang,
Detektor Kebakaran mendapatkan
apar dipasang kokoh pada
nilai skoring 83 %, Skor tersebut
gantungan, jarak antara apar dan
dari hasil penjumlahan data
lantai lebih dari 10 cm, intruksi
mengenai Detektor kebakaran
pengoprasian harus ditetapkan pada
yang sesuai dibandingkan dengan
bagian depan APAR dan harus
jumlah keseluruhan data.
terlihat jelas, label sistem
Berdasarkan analisis menunjukan
identifkasi bahan berbahaya, label
bahwa dari 5 persyaratan
pemeliharaan enam tahun, label uji
berdasarkan SNI 03-3985-2000,
hidrostatik atau label lain harus
ada semua 5 persyaratan
tidak boleh ditempatkan dibagian
terpenuhi, diantaranya adalah
depan APAR, APAR harus
terdapat detektor kebakaran yang Hasil skioring dari
terpasang di seluruh ruangan, mengenai pintu darurat
setiap detektor yang dipasang mendapatkan nilai 71,4 %.
dapat dijangkau untuk Skor tersebut dari hasil
pemeliharaan dan untuk pengujian penjumlahan data yang
secara periodik, detektor kemudian dibandingkan
diproteksi terhadap kemungkinan dengan jumlah keseluruhan
rusak karena gangguan mekanis, data. Menurut penilaian
dilakukan inspeksi, pengujian dan berdasarkan tabel tingkat
pemeliharaan, rekaman hasil dari penilaian audit tentang
semua inspeksi, pengujian, dan kebakaran dalam puslitbang
pemeliharaan, harus disimpan PU Tahun 2006, maka dapat
untuk jangka waktu 5 tahun. ditarik kesimpulan tingkat
kesesuaiannya adalah Cukup
D. Sistem Penyelamatan Jiwa di
sesuai dengan persyaratan
Gedung Gardu Induk Kuningan
Permen PU No.
a. Pintu Darurat
26/PRT/M/2008.
Pintu darurat di Gedung
Adapun persyaratan
Gardu Induk Kuningan
yang belum terpenuhi adalah
sejenis engsel sisi pintu ayun,
tidak adanya gredel pintu
pintu ini di pasang dan
darurat ditempatkan 87-120
dirancang sehingga mampu
cm diatas lantai,dengan
berayun dari posisi manapun
alasan karena jenis pintu
sehingga mencapai posisi
darurat yang dipakai
terbuka penuh. Pintu darurat
menurutnya sudah cukup baik
di Gedung Gardu Induk
seadanya. Hal ini tidak sesuai
Kuningan tersambung oleh
dengan Permen PU No.
jalan keluar sehingga
26/PRT/M/2008.
memudahkan dalam proses
evakuasi apabila terjadi
b. Tanda Petunjuk Arah/Jalur
bahaya kebakaran.
Evakuasi
Terdapatnya fungsi tanda arah dan spasi minimum
petunjuk arah jalan antara huruf pada kata
keluar/jalur evakuasi adalah “EXIT” 1 cm.
untuk membantu pengguna Rekomendasi yang dapat
gedung untuk menunjukan diberikan adalah untuk lebih
arah jalan keluar, baik dalam memperhatikan penulisan
keadaan normal mampu pada tanda petunjuk arah baik
dalam keadaan gawat darurat. dari segi pemilihan huruf.
Tanda petunjuk arah jalan c. Tempat berhimpun/Titik
keluar/jalur evakuasi harus Kumpul
dapat dibaca pada mode Berdasarkan hasil observasi,
pencahayaan normal dan didapatkan hasil semua
darurat. Tanda petunjuk arah persyaratan tempat
terbaca “EXIT” yang berhimpun/titik kumpul
berukuran 10 cm. sesuai dengan paersyaratan
Tanda petunjuk arah jalan menurut permen PU No.
keluar mendapatkan skor 26/PRT/M/2008. Diantaranya
69,2%, maka dapat ditarik adalah tersedia tempat
kesimpulan tingkat berhimpun setelah evakuasi,
kesesuaian tanda petunjuk tersedia petunjuk tempat
arah/jalur evakuasi di Gedung berhimpun dan luas tepat
Gardu Induk Kuningan cukup berhimpun sesuai, minimal
baik tetapi masih sebagian 0,3 m/orang. Hasil skoring
kecil instalasi yang tidak didapatkan nilai sebesar
sesuai dengan persyaratan 93,3% maka dapat
Permen PU No. disimpulkan tingkat
26/PRT/M/2008. kesesuaian tempat
Adapun syarat yang berhimpun/titik kumpul di
tidak terpenuhi yaitu, pada Gedung Gardu Induk
setiap lokasi ditempatkan Kuningan sesuai persyaratan.
tanda arah dengan indikator
E. Prosedur Tanggap Darurat tindakan darurat kebakaran dengan
Kebakaran Di Gedung Gardu rincian rangkaian prosedur yang
Induk Kuningan harus dilakukan, perencanaan
Dari dua puluh lima persyaratan tindakan darurat kebakaran memuat
mengenai prosedur Tanggap informasi tentang emergency call
Darurat menurut PERMEN PU No. dari semua personil, perencanaan
20/PRT/M/2009, sebanyak dua tindakan darurat kebakaran tentang
puluh lima persyaratan terpenuhi denah lantai, evakuasi rencana
dan mendapatkan nilai skoring 81,2 pengamanan terhadap kebakaran,
%. Skor tersebut dari hasil pelatihan pada karyawan mengenai
penjumlahan data mengenai tanggap darurat kebakaran, peran
prosedur tanggap darurat yang dan tanggung jawab individu,
sesuai dibandingkan jumlah ancaman, bahaya, dan tindakan
keseluruhan data. protektif, prosedur pemberitahuan,
peringatan, dan komunikasi,
Persyaratan tanggap darurat
prosedur evakuasi, penampungan,
kebakaran yang terpenuhi atau yang
dan akuntabilitas, pemberitahuan
sesuai dengan peraturan
lokasi tempat peralatan, prosedur
perundangan yang berlaku antara
penghentian darurat peralatan.
lain di dalam rencana pengamanan
Rencana pengamanan kebakaran
kebakaran yaitu rencana
sekali dalam setahun, audit sistem
ketatagrahaan yang baik dan
kebakaran, audit keselamatan setiap
rencana tindakan darurat
enam bulan sekali, audit satu tahun
kebakaran. Selain itu, prosedur dan
sekali, audit lengkap lima tahun
jadwal inspeksi, uji coba, dan
sekali dan sosialisasi pentingnya
pemeliharaan sistem proteksi
proteksi kebakaran juga telah sesuai
kebakaran, perencanaan kebakaran,
dengan peraturan perundangan.
terdapat perosedur tatagraha dan
pemberian izin terhadap pekerjaan F. Organisasi Proteksi Kebakaran
yang menggunakan panas, Di Gedung Gardu Induk
perencanaan pemeliharaan sistem Kuningan
proteksi kebakaran, perencanaan
Berdasarkan analisis menunjukan membawahi tim penyelamat
dari 12 persyaratan mengenai kebakaran.
organisasi tanggap darurat
G. Sumber Daya Manusia
kebakaran menurut permen PU
Dari tiga persyaratan megenai
No. 20/PRT/M/2009, sebanyak 10
sumber daya manusia menurut
persyaratan sudah terpenuhi yaitu,
Permen PU No.20/PRT/M/2009,
sudah terdapat tim
seluruhnya terpenuhi. Sumber
penanggulangan kebakaran,
daya manusia dalam
disetiap lantai Gedung
penanggulangan kebakaran di
mempunyai tim penanggulangan
Gedung Gardu Induk Kuningan
kebakaran, terdapat penanggung
ada securiy dan pegawai yang
jawab yang membawahi seluruh
berada di kantor tersebut. Namun,
pimpinan tim unit
sumber daya tersebut bukan
penanggulangan kebakaran,
merupakan tim khusus organisasi
terdapar coordinator tim
penanggulangan kebakaran
ppenanggulangan kebakaran uang
(OPK).
membawahi kepada bagian
Teknik pemeliharaan dan kepada Hasil skor sumber daya manusia

bagian keamanan, terdapat kepala sebesar 85%, skor tersebut

bagian Teknik pemeliharaan pada didapat dari hasil penjumlahan

struktur organisasi tim data mengenai sumber daya

penanggulangan kebakaran, manusia yang sesuai

terdapat kepala tim keamanan dibandingkan dengan jumlah

pada struktur organisasi, terdapat keseluruhan data. Menurut

kepala bagian Teknik penilaian berdasarkan tabel

pemeliharaan membawahi tingkat penilaian audit tentang

operator listrik dan genset, kebakaran dalam Puslitbang PU

terdapat kepala bagian keamanan Tahun 2006, maka dapat

membawahi tim pemadam api, disimpulkan tingkat kesesuaian

terdapat kepala bagian keamanan sumber daya manusia di Gedung


Gardu Induk Kuningan sesuai
dengan Permen PU artinya sudah sesuai dengan
No.20/PRT/M/2009. persyaratan SNI 03-3985-2000.
c) Tingkat kesesuaian Alat
Pemadam Api Ringan (APAR)
Kesimpulan adalah 85%, artinya sudah sesuai

Dari hasil penelitian dengan Persyaratan PERMEN PU

terhadap Analisis Kesesuaian No. 26/PRT/M/2009.

Sistem Proteksi Kebakaran 2. Sistem penyelamatan jiwa yang

dan Manajemen Proteksi ada di Gedung Gardu Induk

Kebakaran di Gedung PT. Kuningan antara lain : Pintu

PLN (PERSERO) Gardu darurat, Tanda petunjuk arah jalan

Induk Kuningan, di Keluar/jakur evakuasi, Tempat

Kabupaten Kuningan Jawa berhimpun/titik kumpul.

Barat Tahun 2021, maka a) Tingkat kesesuaian Pintu Darurat

didapatkan kesimpulan adalah 71,4% artinya cukup

sebagai berikut : sesuai tapi masih ada sebagian


kecil instalasi yang masih belum
1. Sistem proteksi aktif
sesuai dengan persyaratan Permen
yang berada di Gedung
PU No. 26/PRT/M/2008.
Gardu Induk Kuningan
b) Tingkat kesesuaian Tanda
antara lain : Alarm
petunjuk arah/jalur evakuasi
Kebakaran, Sistem
adalah 69,2% artinya cukup
Detektor Kebakaran, dan
sesuai tapi masih ada sebagian
Alat Pemadam Api
yang tidak sesuai dengan
Ringan (APAR).
persyaratan Permen PU No.
a) Tingkat kesesuaian Alarm
26/PRT/M/2008.
Kebakaran adalah 85% artinya
sudah sesuai dengan SNI 03-
3985-2000.
b) Tingkat Kesesuaian Sistem c) Tingkat kesesuaian
Detektor Kebakaran adalah 83%, Tempat Berhimpun/Titik
kumpul adalah 93,3% persyaratan PERMEN
artinya sudah sesuai PU No. 20/PRT/M/2009.
dengan persyaratan
Permen PU
No.26/PRT/M/2008. Saran

3. Gedung Gardu Induk Bagi PT PLN (PERSERO) Gardu


Kuningan memiliki Induk Kuningan :
prosedur Tanggap
1. Dalam sarana sistem proteksi aktif
Darurat yang sudah
lebih baik lagi dalam
sesuai dengan
pemeliharaan alat alat sistem
persyaratan PERMEN
proteksi aktif agar pada saat
PU No. 20/PRT/M/2009.
digunakan tetap dalam keadaan
4. Gedung Gardu Induk
baik atau tidak dalam keadaan
Kuningan memiliki
rusak.
organisasi proteksi
2. Dalam sarana penyelamatan jiwa :
kebakaran dan tingkat
a) Pintu darurat sebaiknya
kesesuaian organisasi
dibedakan antara pintu utama
tanggap darurat sudah
dengan pintu darurat, sehingga
cukup sesuai tapi masih
lebih memudahkan untuk jalur
ada yang belum sesuai
evakuasi yang lebih sesuai
dengan Persyaratan
dengan persyaratan PERMEN
PERMEN PU No.
PU No. 26/PTR/M/2008.
20/PRT/M/2009.
b) Tanda petunjuk arah sebaiknya
Gedung Gardu Induk
lebih dilengkapi lagi seperti
Kuningan memiliki
adanya setiap lokasi ditempatkan
sumber daya manusia
tanda arah dengan indikator
manajemen kebakaran
arah, dan lebih memperhatikan
dan tingkat kesesuaian
lagi dalam pengukuran dan
sumber daya manusia
penulisan tanda “EXIT” supaya
manajemen kebakaran
lebih sesuai dengan persyaratan
adalah sesuai dengan
Permen PU No. Badan Penelitian dan
26/PRT/M/2008. Pengembangan PU,
Departemen Pekerjaan
c) Tempat berhimpun sebaiknya Umum.
penempatan nya harus lebih
4. Qonita Aulia Rohani1, S.
jauh dari area parkir motor
(2021). Analisis
maupun parkir mobil . Kecelakaan Kerja dengan
Menggunakan Metode
Risk Priority. Surabaya, 6
Maret 2021, 136-143.
5. Ramli,Soehatman. 2010.
Petunjuk Praktis
Manajemen Kebakaran
(Fire Management).
Daftar Pustaka Jakarta: Dian Rakyat.
6. Miranti, R. S., &
1. Peraturan Menteri Mardiana. (2018).
Pekerjaan Umum Nomor Penerapan Sistem Proteksi
20 Tahun 2009, Pedoman Aktif Dan Sarana
Teknis Manajemen Penyelamatan Jiwa
Proteksi Kebakaran di Sebagai Upaya
Gedung, Kementerian Pencegahan Kebakaran.
Pekerjaan Umum, Jakarta. Higeia Journal of Public
2. Menteri Pekerjaan Umum Health Research and
Republik Indonesia. Development, 2(1), 12–22.
Peraturan Menteri Retrieved from
Pekerjaan Umum No. https://journal.unnes.ac.id/
26/PRT/M/2008 Tentang sju/index.php/higeia/articl
Persyaratan Teknis Sistem e/view/18349/104 75
Proteksi Kebakaran Pada 7. Mutiara, L. (2018). Analisis
Bangunan Gedung Dan Penerapan Sistem Tanggap
Lingkungan. Jakarta; Darurat Kebakaran di Rumah
2008. Sakit Umum Haji Medan Tahun
3. Saptaria, erry et al, 2005. 2018. Universitas Sumatera
Pedoman Teknis
Utara.rticle/view/18349/104 75.
Pemeriksaan Keselamatan
Kebakaran Bangunan 8. Hidayat, D. A., Suroto, &
Gedung. Bandung : Kurniawan, B. (2017). Evaluasi
Puslitbang Permukiman, Keandalan Sistem Proteksi
Kebakaran Ditinjau Dari Sarana
Penyelamatan Dan Sistem Masyarakat (e-Journal), 5(5),
Proteksi Pasif Kebakaran Di 134–145. Retrieved from
Gedung Lawang Sewu https://ejournal3.undip.ac.id/inde
Semarang. Jurnal Kesehatan x.php/jkm/article/view/18889.

Lampiran 2. Pedoman Wawancara

PENJELASAN SEBELUM PENELITIAN (PSP)

Assalamualaikum Wr. Wb
Saya Tata Hari Umara, mahasiswa program studi Kesehatan Masyarakat
Universitas Muhammadiyah Jakarta akan melakukan penelitian yang berjudul
“Analisis Kesesuaian Sistem dan Manajemen Proteksi Kebakaran Gedung PT.
PLN (PERSERO) Gardu Induk Kuningan Di Kabupaten Kuningan Jawa Barat
Tahun 2021”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan Manajemen
dan Sistem Proteksi Kebakaran di Gedung Gardu Induk Kuningan, Kabupaten
Kuningan.
Proses pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan melalui
wawancara secara mendalam. Semua pertanyaan yang diajukan wajib dijawab
oleh responden. Pelaksanaan wawancara membutuhkan waktu selama 15-30 menit
hingga semua pertanyaan terjawab. Bapak/Ibu/Saudara/i diberikan kesempatan
untuk mengajukan pertanyaan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan
penelitian. Pengambilan data dilakukan satu kali dan diukur pada waktu yang
sama. Proses pengambilan data ini sewaktu-waktu dapat berubah menyesuaikan
situasi dan kondisi. Keseluruhan data dalam penelitian ini akan dipergunakan
hanya untuk kepentingan penelitian dan akan saya jamin kerahasiaannya. Serta
peneliti akan mendeseminasikan hasil penelitian/ nantinya peneliti akan
memberitahukan hasil penelitian kepada anda.
Anda berhak memutuskan apakah bersedia atau menolak untuk ikut serta
dalam penelitian ini. Jika anda tidak bersedia, maka tidak akan mendapat ancaman
apapun dari pihak peneliti karena tidak ada paksaan kepada anda dan bila anda
telah memutuskan untuk ikut berpartisipasi dalam penelitian ini, anda juga bebas
mengundurkan diri setiap saat. Anda diberikan kesempatan untuk menanyakan hal
yang belum jelas sehubungan dengan penelitian ini. bila terdapat hal-hal yang
membutuhkan penjelasan, anda dapat menghubungi peneliti : Tata Hari Umara
(081-241-618-551) Melalui penjelasan ini, peneliti telah memberikan keterangan
dengan sebenar-benarnya dan meminta kesediaan anda untuk ikut secara aktif
sebagai responden sesuai karakteristik yang telah ditetapkan dalam penelitian
yang saya lakukan. Demikian penjelasan dari saya, saya mengucapkan
terimakasih.
Wassalammualaikum wr. wb.

Kuningan, 25 Agustus 2021

(Tata Hari Umara)


LEMBAR PERNYATAAN SETELAH PENJELASAN (INFORM
CONSENT) KESEDIAAN MENGIKUTI PENELITIAN

Responden yang terhormat, Saya Tata Hari Umara dari Fakultas


Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Jakarta akan
melaksanakan penelitian. Untuk itu, Saya memohon kesediaan Anda untuk
menjawab beberapa pertanyaan dengan jujur.
Yang betanda tangan dibawah ini :
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
No. Hp :

SETUJU

Secara sukarela untuk menjadi responden penelitian dengan judul


“Kesesuian Sistem Proteksi Kebakaran Di Gedung PT. PLN (PERSERO)
Gardu Induk Kuningan, Kabupaten Kuningan Jawa Barat Tahun 2021”.
Setelah mendengarkan penjelasan mengenai penelitian yang akan dilakukan
dan sadar akan manfaat dan adanya resiko yang mungkin terjadi dalam
penelitian ini, Saya akan memberikan informasi yang benar sejauh yang Saya
ketahui dan Saya ingat.
Demikian pernyataan ini Saya buat dengan sebenarnya tanpa tekanan
dari pihak manapun.

Kuningan, 2021
Peneliti, Responden,

.................................. ...............................................
LEMBAR PEDOMAN WAWANCARA KESESUAIAN SISTEM
PROTEKSI KEBAKARAN DI GEDUNG PT. PLN (PERERO) GARDU
INDUK KUNINGAN, KABUPATEN KUNINGAN JAWA BARAT
TAHUN 2021

Tanggal Wawancara : / /
No. Informan :
Waktu Wawancara :

A. Identitas Informan
1. Nama Informan :
2. Umur : tahun
3. Jenis Kelamin :P/L
4. Alamat :
5. Pendidikan Terakhir : SD / SMP / SMA / PT
6. Jabatan :
7. Masa Bekerja :
8. No. Hp :

B. Informasi Mendalam

Variabel Topik Wawancara


Input
Sumber Daya Manusia Sumber Daya Manusia
1. Apakah Gedung Gardu Induk Kuningan mempunyai
SDM yang berhubungan dengan penanganan sistem
proteksi ? (seperti orang K3)
*Probing*
a. Berapa jumlah SDM yang mengikutinya ?
*Probing*
Apakah jumlah tersebut sudah mencukupi ?
Jika tidak, mengapa?
b. Bagaimana sturktur organisasinya ?
c. Bagaimana pembagian tugasnya ?
2. Bagaimana perekrutan untuk SDM dalam penanganan
sistem proteksi di GI Kuningan?
3. Adakah pelatihan khusus yang diberikan kepada pihak
GI khususnya bagian penanganan sistem proteksi
kebakaran?
*Probing*
i. Jika ada, pelatihan apa? Siapa yang melatih?
Berapa kali dilatih?
ii. Jika tidak, mengapa?
Sarana dan Prasarana Bagaimana sarana dan prasaran yang ada di Gedung
Gardu Induk Kuningan?
*Probing*
a. Apakah terdapat ruangan khusus untuk bagian unit
sistem proteksi kebakaran di GI ?
b. jika terjadi kebakaran, fasilitas pelindung diri atau
penunjang apa yang disediakan pihak GI dan apakah
dapat digunakan ? (jika tidak, mengapa ?)

Proses
Perencanaan Bagaimana proses perencanaan yang dilakukan oleh unit
sistem proteksi kebakaran atau untuk unit bagian K3?
*Probing*
1. Bagaimana pemilahan yang dilakukan untuk
melakukan pemeriksaaan alat proteksi?
2. Siapakah yang membuat perencanaan terkait dengan
pemeriksaan, pemeliharaan, penggantian alat
proteksi ?
3. Siapakah yang mengevaluasi kegiatan yang
dilaksanakan unit sistem proteksi atau K3 di Gedung
GI ?
Pelaksanaan Bagaimana strategi yang dilakukan unit sistem proteksi atau
bidang K3 di GI?
*Probing*
a. Adakah pedoman yang dipakai unit sistem proteksi
kebakaran atau bidang K3?
*Probing*
i. jika ada, pedoman apa yang dipakai?
ii. jika tidak, mengapa?
b. Adakah strategi khusus yang dilakukan dalam
melakukan pemeriksaan sistem proteksi, apakah ada
alat bantu seperti checklist harian atau sebagainya?
*Probing*
i. jika ada, apa strateginya? Bagaimana tahapannya?
ii. jika tidak, mengapa?
Monitoring dan Evaluasi Apakah ada kegiatan monitoring dan evaluasi untuk setiap
kali melakukan pemeriksaan alat proteksi kebakaran di GI?
*Probing*
a. Kapan monitoring itu dilakukan? Siapa
yang melakukan monitoring?
b. Kapan evaluasi dilakukan? Siapa yang mengevaluasi?
c. Ke bagian mana hasil monitoring dan evaluasi
dilaporkan?

Output
Tersedianya sistem a. Apakah tersedia sistem proteksi kebakaran di GI ?
proteksi kebakaran di GI *Probing*
Kuningan 1. Jika iya, apa saja yang tersedia?
2. Jika tidak mengapa?
b. apakah sistem proteksi kebakaran di GI Kuningan sudah
terlaksana dan dapat digunakan sesuai dengan
kebutuhan apabila sewaktu-waktu terjadi kebakaran ?
*Probing*
1. Jika iya, apakah sudah sesuai dengan peraturan
terkait?
2. Jika tidak mengapa?
c. apakah manajemen pencegahan dan penanggulangan
kebakaran sudah terlaksana dengan baik ? (alat sistem
proktesi dibutuhkan)
Lampiran 3 : Lembar Observasi

LEMBAR OBSERVASI GEDUNG PT PLN (PERSERO) GARDU INDUK


KUNINGAN,KABUPATEN KUNINGAN JAWA BARAT TAHUN 2021

A. Alarm Kebakaran

Kesesuaian
Komponen yang di
No Tidak Keterangan
Evaluasi Sesuai
Sesuai
1 Alarm kebakaran berbunyi
khas sehingga mudah
dikenal sebagai alarm
kebakaran.
2 Alarm kebakaran
terpasang pada semua
lokasi baik di lokasi panel
control maupun di lokasi
panel bantu.
3 Alarm kebakaran harus
dapat menjangkau seluruh
bagian ruangan di dalam
bangunan disertai dengan
kekerasan tingkat bunyi
pada alarm
4 Sinyal yang digunakan
pada alarm kebakaran
memiliki perbedaan
khusus dari sinyal suara
yang digunakan untuk
penggunaan lain.
5 Panel control mampu
membantu kerja detektor.
B. Sistem Deteksi Kebakaran

Kesesuaian
Komponen yang di
No Tidak Keterangan
Evaluasi Sesuai
Sesuai
1 Terdapat detektor
kebakaran yang terpasang
diseluruh ruangan
2 Setiap detektor yang
terpasang dapat dijangkau
dengan mudah untuk
dilakukan pemeliharaan
dan pengujian secara
berkala.
3 Detektor diproteksi agar
tidak terjadi kemungkinan
rusak karena gangguan
mekanis.
4 Dilakukan peninjauan,
audit, serta pemeliharaan

5 Rekaman hasil peninjauan,


audit, serta pemeliharaan,
harus disimpan untuk
jangka waktu 5 tahun
C. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

Kesesuaian
Komponen yang di
No Tidak Keterangan
Evaluasi Sesuai
Sesuai
1 Tersedia Alat Pemadam
Api Ringan
2 Pada APAR disertai dengan
klasifikiasi yang terdiri dari
huruf yang mendefinisikan
kelas api dan efektifitas
APAR

3 APAR diletakan di tempat


yang menyolok mata yang
mana alat tersebut mudah
dijangkau dan siap dipakai
4 APAR tampak jelas dan
tidak terhalangi
5 APAR selain jenis APAR
beroda dipasang kokoh
pada penggantung atau
manufaktur, atau pengikat
yang terdaftar dan disetujui
untuk tujuan
tersebut
6 Jarak antara APAR dan
lantai ≥10 cm
7 Instruksi pengoperasian
harus ditempatkan pada
bagian depan dari APAR
dan harus terlihat jelas
8 Label sistem identifikasi
bahan berbahaya, label
pemeliharaan enam tahun,
label uji hidrostatik atau
label lain harus tidak
boleh ditempatkan di
bagian depan dari APAR
atau ditempelkan pada
bagian depan APAR
9 APAR harus mempunyai
label yang ditempelkan
untuk memberikan
informasi nama
manufaktur atau nama
agennya, alamat surat dan
nomor telpon
10 APAR diinspeksi secara
manual atau
monitor
secara eletonik
11 APAR diinspeksi pada
setiap interval waktu kira-
kira 30 hari

12 APAR dari semua APAR


yang diperiksa (termasuk
tindakan korektif yang
dilakukan) disimpan
13 Dilakukan
pemeliharaan
terhadap APAR
pada jangka waktu
≤ 1 tahun
14 Setiap APAR yang
tersedia harus memilki
kartu atau tabel yang
dipasang untuk
menunjukkan bulan dan
tahun dilakukannya
pemeliharaan
15 Pada label pemeliharaan
terdapat identifikasi
petugas

D. Sprinkler

Kesesuaian
Komponen yang di
No Tidak Keterangan
Evaluasi Sesuai
Sesuai
1 Terpasang sprinkler
otomatik
2 Sprinkler tidak diberi
ornament, cat, atau diberi
pelapisan
3 Air yang digunakan tidak
mengandung bahan kimia
yang dapat
mengakibatkan korosi
4 Air yang digunakan tidak
mengandung serat atau
bahan lain yang dapat
mengganggu bekerjanya
sprinkler
5 Setiap sistem sprinkler
otomatis harus dilengkapi
dengan sekurang-
kurangnya satu jenis
sistem penyediaan air
yang bekerja secara
otomatis, bertekanan dan
berkapasitas cukup serta
dapat diandalkan setiap
saat
6 Setiap penyediaan
air harus
penguasaan pemilik
gedung
7 Harus disediakan sebuah
sambungan yang
memungkinkan petugas
pemadam kebakaran
memompakan air kedalam
sistem sprinkler
8 Jarak minimum antara dua
kepala sprinkler ≤
2m
9 Kepala sprinkler yang
terpasang merupakan
kepala sprinkler yang
tahan korosi
10 Kotak penyimpanan
kepala sprinkler cadangan
dan kunci kepala sprinkler
ruangan ditempatkan
diruangan ≤ 38°C
11 Jumlah persediaan kepala
sprinkler cadangan ≥ 36
12 Sprinkler cadangan sesuai
baik tipe maupun
temperature rating dengan
semua sprinkler yang
telah dipasang
13 Tersedia sebuah kunci
khusus untuk sprinkler

E. Hidrant

Kesesuaian
Komponen yang di
No Tidak Keterangan
Evaluasi Sesuai
Sesuai
1 Lemari Hidran hanya
digunakan untuk
menempatkan peralatan
kebakaran
2 Setiap lemari hidran dicat
dengan warna
yang
menyolok mata
3 Sambungan slang dan
kotak hidran tidak boleh
terhalang
4 Slang kebakaran
dilekatkan dan siap
digunakan
5 Terdapat nozel
6 Terdapat hidran halaman
7 Hidran halaman
diletakkan disepanjang
jalur akses mobil
pemadam kebakaran
8 Jarak hidran
dengan sepanjang
akses mobil
pemadam
kebakaran ≤ 50
meter dari hidran
9 Hidran halaman
bertekanan 3,5 bar
F. Pintu Darurat

Kesesuaian
Komponen yang di
No Tidak Keterangan
Evaluasi Sesuai
Sesuai
1 Jenis pintu yang
digunakan untuk sarana
jalar keluar harus berupa
pintu ayun atau engsel sisi
2 Pintu yang terpasang
dirancang mampu berayun
dari segala posisi sehingga
dapat mencapai posisi
terbuka sepenuhnya.
3
Posisi pintu darurat
terbuka ke arah jalan
keluar
4 Pintu darurat tidak
memerlukan alat, anak
kunci maupun pertahanan
khusus atau membukanya
dari dalam bangunan
gedung
5 Gredel pintu darurat harus
ditempatkan setinggi 87-
120 cm diatas lantai
6
Kondisi pintu darurat tidak
terbuka setiap saat
7 Pintu darurat dirancang
secara otomatis atau dapat
tertutup sendiri jika tidak
digunakan

G. Tangga Darurat

Kesesuaian
Komponen yang di
No Tidak Keterangan
Evaluasi Sesuai
Sesuai
1 Tangga kebakaran ini
harus disediakan dengan
tanda pengenal khusus

2 Penandaan tersebut harus


menunjukkan tingkat
lantai
3 Bordes antar tangga
minimal 8 dan maksimal
18
4 Tangga kebakaran tidak
dibatasi dengan dinding
5 Ruang kosong dibawah
tangga tidak untuk
menyimpan barang

6 Tidak boleh berbentuk


tangga spiral sebagai
tangga utama
H. Tanda Petunjuk Arah Jalan Keluar / Jalur Evakuasi

Kesesuaian
Komponen yang di
No Tidak Keterangan
Evaluasi Sesuai
Sesuai
1 Terdapat tanda petunjuk
arah pada sarana jalan
keluar

2 Warna petunjuk arah


nyata dan kontras
berwarna hijau dan putih
3 Pada setiap lokasi
ditempatkan tanda arah
dengan indikator arah
4 Tanda arah dapat dibaca
pada kedua mode
pencahayaan normal dan
darurat
5 Tanda petunjuk arah
terbaca ‘EXIT’ atau kata
lain yang tepat berukuran
≥ 10cm
6 Lebar huruf pada kata
‘EXIT’ ≥ 5 cm,
kecuali huruf ‘I’

7 Spasi minimum
antara huruf
pada kata ‘EXIT’ ≥
1 cm
I. Tempat Berhimpun/Titik Kumpul

Kesesuaian
Komponen yang di
No Tidak Keterangan
Evaluasi Sesuai
Sesuai
1 Tersedianya tempat
berhimpun setelah
dilakukan evakuasi
2
Tersedianya pada petunjuk
tempat berhimpun
3 Luas total tempat
berhimpun sesuai dengan
persyaratan yaitu minimal
0,3m/orang.

J. Prosedur Tanggap Darurat

Kesesuaian
Komponen yang di
No Tidak Keterangan
Evaluasi Sesuai
Sesuai
1 Terdapat tim perencanaan
pengamanan kebakaran
2 Terdapat rencana
pemeliharaan sistem
proteksi kebakaran dalam
rencana pengamanan
kebakaran
3 Terdapat rencana
ketatagrahaan yang baik
(good housekeeping plan)
dalam rencana
pengamanan kebakaran
4 Terdapat rencana tindakan
darurat kebakaran (fire
emergency plan) dalam
rencana pengamanan
kebakaran
5 Terdapat prosedur
inspeksi, uji coba, dan
pemeliharaan sistem
proteksi kebakaran
6 Terdapat jadual inspeksi,
uji coba, dan
pemeliharaan setiap
sistem proteksi kebakaran
7 Terdapat
prosedu
r tatagraha dan pemberian
izin terhadap pekerjaan
yang menggunakan panas
(hot work)
8 Perencanaan tindakan
darurat kebakaran
menjelaskan dengan rinci
tentang rangkaian
tindakan (prosedur) yang
harus dilakakukan oleh
penanggung jawab dan
pengguna bangunan
dalam setiap keadaan
darurat
9 Perencanaan tindakan
darurat kebakaran memuat
informasi tentang daftar
panggil keadaan darurat
(emergency call) dari
semua personil yang harus
dilibatkan dalam
merespon keadaan darurat
setiap waktu
10 Perencanaan tindakan
darurat kebakaran memuat
informasi tentang denah
lantai yang berisi:
a) Alarm kebakaran
dan titik panggil
manual
b) Jalan keluar
c) Rute evakuasi
11 Evakuasi rencana
pengamanan terhadap
kebakaran melibatkan
seluruh tingkatan
manajemen korporat
12 Diadakan pelatihan
tanggap darurat bagi
mahasiswa

13 Pelatihan mahasiswa
diarahkan pada peran dan
tanggung jawab individu
14 Pelatihan mahasiswa
diarahkan pada informasi
tentang ancaman, bahaya
dan tindakan protektif
15 Pelatihan mahasiswa
diarahkan kepada
prosedur pemberitahuaan,
peringatan dan
komunikasi
16 Pelatihan mahasiswa
diarahkan kepada
prosedur tanggap darurat

17 Pelatihan mahasiswa
diarahkan kepada
prosedur evakuasi,
penampungan dan
akuntabilitas
18 Pelatihan mahasiswa
diarahkan kepada
pemberitahuan lokasi
tempat peralatan yang
biasa digunakan dalam
keadaan darurat dan
penggunaannya
19 Pelatihan mahasiswa
diarahkan kepada
prosedur penghentian
darurat peralatan
(emergency
shutdow
n prosedur)
20 Rencana pengamanan
kebakaran dievaluaasi dan
dikaji sedikitnya sekali
dalam setahun
21 Dilakukan audit sistem
proteksi kebakaran yang
terdiri dari audit
keselamatan sekilas, audit
awal, dan audit lengkap
22 Audit keselamatan sekilas
dilakukan setiap enam
bulan sekali oleh para
operator/teknisi yang
berpengalamaan.
23 Audit awal dilakukan
setiap satu tahun sekali
24 Audit lengkap dilakukan
setiap lima tahun sekali
oleh konsultan ahli yang
ditunjuk
25 Dilakukan sosialisasi
pentingnya proteksi
kebakaran.
K. Organisasi Proteksi Kebakaran

Kesesuaian
Komponen yang di
No Tidak Keterangan
Evaluasi Sesuai
Sesuai
1 Tim penanggulangan
kebakaran dibentuk oleh
pengelola bangunan

2 Setiap unit bangunan


gedung memiliki tim
penanggulangan kebakaran
masing-masing

3 Setiap bangbunan unit


gedung memiliki
penanggung jawab yang
membawahi seluruh
pimpinan

4 Kepala bagian keamanan


memiliki koordinator dari
tim penanggulangan
kebakaran dalam unit
bangunan

5 Dalam struktur tim


penanggulangan kebakaran
tercatat ada kepala bagian
teknik pemeliharaan
6 Terdapat kepala bagian
keamanan pada struktur
organisasi tim
penanggulangan
kebakaran
7 Terdapat operator
komunikasi
8 Kepala bagian teknik
pemeliharaan membawahi
operator listrik dan genset

9 Kepala bagian teknik


pemeliharaan membawahi
operator pompa
10 Tim pemadam api dibahawi
oleh kepala bagian
keamanan

11 Tim pemadam api dibahawi


oleh kepala bagian
keamanan

12 Terdapat tim penyelamat


kebakaran
L. Sumber Daya Manusia

Kesesuaian
Komponen yang di
No Tidak Keterangan
Evaluasi Sesuai
Sesuai
1 Dalam manajemen risiko
kebakaran, sumber daya
manusia yang dimiliki
harus memiliki pengetahuan
dasar ataupun keahlian
dibidang kebakaran.

2 Para sumber daya manusia


yang tersedia setidaknya
harus memiliki dasar
pengetahuan maupun
keahlian pada bidang
penyelamatan.

3 Program pelatihan dengan


tujuan meningkatkan
kemampuan sumber daya
manusia dalam
penanggulangan kebakaran
harus dilakukan secara
berkala.
Penelitian ini dikumpulkan melalui proses wawancara mendalam kemudian
dianalisa secara deskriptif sehingga diperoleh kesimpulan dari data yang diolah.
Selanjutnya peneliti melakukan perbandingan sistem proteksi kebakaran yang ada di
Gardu Induk Kuningan dengan peraturan yang berlaku dan Standar Nasional Indonesia
(SNI) yang terkait dengan proteksi kebakaran.

Berikut ini kriteria tingkat penilaian audit kebakaran yang dilakukan oleh Saptaria et al,
dari Puslitbang PU tahun 2005 :

Tabel 4.2 Tingkat Penilaian Audit Kebakaran

Nilai Kesesuaian Keandalan

> 70% - 100% Sesuai persyaratan dan Sesuai

terpasang

69%-1% tidak sesuai dengan pesyaratan Tidak Sisuai

Sumber : Puslitbang PU Tahun 2005


Lampiran 4. Struktur Organisasi
Lampiran 5. Surat Keputusan Dosen Pembimbing
Lampiran 6. Surat Izin Survey dan Penelitian
Lampiran 7. Surat Komisi etik
Lampiran 8. Dokumen Penelitian

Alat Pemadam Api Ringan (APAR) Gedung PT. PLN Gerdu Induk Kuningan

Alat deteksi untuk alarm Kebakaran Smok Detektor


Lampiran 9. Matrix Hasil Wawancara

No Variabel Pertanyaan IK 1 (Informan IU 1 (Informan IP 1 (Informan Kesimpulan


Penelitian Kunci) Utama 1) Pendukung 1)
Input

1 Sumber daya Apakah GI Kuningan jadi semua staf yang ada Kalo orang k3 disini saya kurang tau kalo sudah ada bagian yang
manusia mempunyai SDM Yang disini itu sudah diberikan ngga ada mas, kecuali itu, tapi ang jelas saya bertanggung jawab
Berhubungan langsung basic dasar pelatihan gitu di GI pusat yang ada di sendiri sudah dibekali untuk penanganan
dengan penanganan sistem dari damkar setiap enam cirebon itu ada orang pelatihan sama pihak sistem proteksi yaitu
proteksi di Gedung GI ? bulan sekali, tapi yang k3 nya. Tapi yang GI kadang setiap 6 ada dua orang staf
(seperti orang K3) diberikan untuk berhubunga langsung bulan sekali dari orang kusus yang ditugaskan
memelihara yang dengan sistem proteksi damkar. suvervisor dan
berhubungan langsung ada, seperti staf yang begitupun seluruh
dengan sistem proteksi ada ada di sini karena karyawan yg ada di GI
dua orang yaitu staf setiap staf yang ada yang sudah dibekali
supervisor. disini sudah dibekali pelatihan untuk
pelatihan pelatihan gitu antisipasi.
oleh damkar.
*probing* kalau untuk jumlah si kalau jumlah sudah jumlah sudah cukup semua staf yang ada di
sebetulnya di GI ini kan cukup GI sudah mengikuti
Berapa jumlah SDM yang
karyawannya sedikit ya, pelatihan dasar semua
mengikutinya?
tapi kami yang ada disini dan mampu
*Probing* bisa memaksimalkan memaksimalkan SDM
semuanya. nya
Apakah jumlah tersebut
sudah mencukupi? Jika
tidak mengapa?

Bagaimana struktur kalau untuk struktur kalau struktur kusus kurang tau mas saya mengenai struktur
organisasinya? mengenai organisasi mengenai proteksi kalau itu organisasi di GI
proteksi kebakaran sendiri sudah ada Kuningan Sudah ada
sudah ada ya, dan dalam
pembagiannya saya yang
mengatu sendiri selaku
penanggung jawab disini.
Bagaimana pembagian untuk pembagian tugas sudah diberikan biasanya kepala semua tugas dan
tugas nya? semua staff di sini saya tugasnya masing supervisor yang tanggung jawab
berikan semua secara masing oleh kepala mengatur mas mengenai pembagian
merata sehingga dalam supervisor tugas sudah diatur
keadaan darurat semua langsung oleh
sudah siap. supervisor secara
merata

bagaimana perekrutan tidak ada standar khusus tidak ada standar kusus tidak ada tidak adanya standar
khusus untuk SDM dalam yang diberikan khusus untuk
penanganan sistem proteksi perekrutan SDM dalam
di GI kuningan penanganan sistem
proteksi
adakah pelatihan pelatihan kalau untuk pelatihan kami biasanya dari pihak dari damkar mas yang adanya pelatihan
khusus yang diberikan selalu minta pelatihan damkar yang biasanya melakukan khusus yang diberika
kepada pihak GI khususnya kepada damkar mengenai memberikan pelatihan. pelatihan dan suka oleh pihak GI dengan
bagian penanganan sistem dasar dasar pemadaman api diadakan setiap satu bekerja sama dengan
priteksi kebakaran ? dan kejadian darurat tahun sekali pihak DAMKAR untuk
lainnya. ruin melakukan
*probing*
pelatihan setiap
Jika ada pelatihan apa? enam/satu tahun sekali.
Siapa yg melatih? Jika
tidak ,mengapa?
2 Sarana dan bagaimana sarana dan untuk sarana dan prasarana untuk sarana sistem sudah cukup lengkap untuk sarana dan
Prasarana prasarana yang ada di GI nya di gedung ini sudah proteksi sudah cukup prasarana di GI
kuningan ? cukup lengkap lengkap mas di sini jadi kuningan seperti alat
kalau sewaktu waktu proteksi sudah cukup
dalam keadaan darurat lengkap.
kebakaran bisa
digunakan dengan baik

ngga ada sepertinya tidak ada mas


*probing* kalau ruang khusus disini
kalau ruang khusus
ngga ada.
apakah trdapat ruang khusus
untuk bagian unit sistem
proteksi kebakaran di GI ?
Jika terjadi kebakaran, tentu ada seperti yang tadi ada mas seperti alarm mungkin ada ya mas untuk alat penunjang
fasilitas penunjang apa yang saya katakan, kalau untuk kebakaran apar sistem seperti apar gitu. yang ada di GI kuningan
disediakan pihak GI dan sistem proteksi nya kan ada deteksi sudah ada dan dapat
apakah dapat digunakan ? apar, ada detektor, alarm diguakan.
kebakaran yg memberikan
signal ketika adanya sumber
kebakaran sehingga setelah
signal itu berbunyi kami dari
seluruh staf yg sudah dibekali
taggap darurat bisa siap siaga
unuk mencega terjadinya
potensi kebakarn yg besar dan
kami juga sudah
mempersiapakan nomor
nomor pihak berwenang
seperti
DAMKAR,KEPOLISIAN
serta RUMAH SAKIT.
Proses

3 Perencanaan Bagaimana proses proses perencanaan kalau disini si untuk kalau pengecekan alat rutin melakukan
perencanaan yang yang ada di sini ya pengecekan alat proteksi proteksi sih rutin mas pemeriksaan secara berkala
dilakukan oleh unit seperti pengecekan cukup rutin setiap satu disini.
sistem proteksi alat alat proteksi yang bulan sekali gitu dan
kebakaran atau unit yang ada, rutin setiap biasanya yang melakukan
bagian k3 ? bulan dan dibuatkan pengecekan semua staf di
jadwal harian untuk libatkan.
pengecekan.

*Probing* nah kita kan ada suka ada pemeriksaan mas iya mas kayaknya si selalu diadakannya
kegiatan pengecekan itu yang setiap bulan kaya suka ada pengecekan pemilihan dan pemeliharaan
Bagaimana pemilihan
rutin yah yg setipa pengecekan smok detektor gitu. alat-alat.
yang dilakukan untuk
bulan itu, setelah trus pengecekan apar juga.
pemeriksaan alat ?
adanya engecekan
berarti kan taham
pemilahan, jika ada
alat yg rusak kita
langsum mengajukan
penggantian alat baru
ke UPT Cirebon
(pusat)
Siapakah yang membuat untuk pembuat perencanaan biasanya yg mengatur biasanya kalau yang semuanya menjadi
perencanaan terkait dengan pemerikasaan dan lain lain semuanya supervisor mrnyangkut itu tanggung jawab
pemerikasaan, itu menjadi tanggung jawab mas kalo itu supervisor nya mas. supervisor yang
pemeliharaan, penggantian saya selaku supervisor mengatur terkait
alat proteksi. perencanaan,
pemerikasaan.

Siapakah yang karena kan disini saya yang melakukan yang mrlakukan dilakukannya evaluasi
mengevaluasi kegiatan yang supervisor yah jadi saya evaluasi kepala evaluasi kepala oleh supervisor.
dilaksanakan unit sistem yang bertanggung jawab supervisor itu sendiri supervisor disini
proteksi atau K3 di GI ? melakukan evaluasi itu
sendiri
4 Pelaksanaan Bagaimana strategi yang kalo untuk strategi khusus sepertinya ngga ada Engga ada Engga ada strategi
dilakukan unit sistem kita ngga ada yah khusus
proteksi atau bidang K3 di
GI

*Probing* untuk pedomannya sendir Ada mas kalo pedoma kalo pedoman saya untuk pedomannya
ada pasti mas dari pusat kurang tau mas. sendiri ada namu tiak
Adakah pedoman yang
spesifik seperti apa
dipakai unit sistem proteksi
pedomannya.
kebakaran atau bidang K3?
*Probing*
jika ada, pedoman apa yang
dipakai? jikatidak,
mengapa?
Adakah strategi khusus paling kita Cuma tidaka ada mas paling tidak ada tidak adanya strategi
yang dilakukan pembagian jobdes aja Cuma kaya khusus.
dalam melakukan siapa yg bulan ini pemeriksaan gitu asa
pemeriksaan sistem memeriksa sistem proteksi, si.
proteksi, apakah adaalat biasanya kita buat sebulan
bantu sepertichecklist sekali pemeriksaan.

5 Monitoring dan Apakah ada kegiatan kalau monitoring biasanya rutin satu bulan sekali kayaknya si dilakukan dilakukanya
Evaluasi monitoring dan evaluasi tergantu ngadi UPT pusat , dilakukan. satu tahun sekali oleh monitoring per satu
untuk setiap kali tapi biasanya mah suka orang k3 nya mas bulan sekali tergantung
melakukan pemeriksaan diadakan satu bulan sekali biasanya. dari UPT pusat.
alat proteksi kebakaran di karena dikita mha udah
kampus? ketas sekarang.
*Probing*
d. Kapan
Output

6 Tersedianya Apakah tersedia ya ada mas seperti yg ya ada kaya ada mas adanya sistem proteksi kebakaran
sistem sistem proteksi tadi sudah saya apar,alarm
proteksi kebakaran di kampus jelaskan kaya detektor sprinkler
kebakaran di ? apar,sprinkler,sistem
GI deteksi,alarm
*Probing*
Jika iya, apa saja
yang tersedia Jika
tidak, mengapa ?

Apakah sistem insya allah jika ya insya allah mas sudah siap sisem proteksi yang ada di GI sudah
proteksi kebakaran di sewaktu waktu terjadi sudah siap pasti siap jika sewaktu waktu terjadinya
GI sesuai dengan kebakaran semuanya kebakaran.
kebutuhan apabila sudah siap
sewaktu-
waktu terjadi
kebakaran?
Apakah manajemen Sejauh ini si yaa sudah Untuk pencegahan ya Ya dilakukan terus Iya disini selalu ada
pencegahan dan ya, kita selalu persiapan kita lakukan disini untuk pencegahannya untuk pencegahan
penanggulangan untuk pencegahannya selalu agar tidak terjadi
kebakaran sudah sedemikian rupa ada alat kebakaran
terlaksana dengan baik? yang hanya segitu tapi
(alat proteksi dibutuhkan) untuk pencegahan kita
selalu lakukan

Anda mungkin juga menyukai