Anda di halaman 1dari 39

EVALUASI SISTEM PELAKSANAAN KESELAMATAN DAN

KESEHATAN KERJA BAGIAN PENYIMPANAN BERKAS


REKAM MEDIS PADA MASA PANDEMI COVID 19
PUSKESMAS KRATON TAHUN 2021
PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan Pendidikan
Program Studi Diploma 3 Rekam Medis dan Informasi Kesehatan

DISUSUN OLEH :
Engried Syarizki
NIM 19134011

PROGAM STUDI D3 REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN


POLITEKNIK KESEHATAN BHAKTI SETYA INDONESIA
YOGYAKARTA
2022
HALAMAN PERS ETUJUAN

NAMA : Engried Syarizki


NIM : 19134011
PROGRAM STUDI : D3 REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN
JUDUL KTI : EVALUASI SISTEM PELAKSANAAN KESELAMATAN
DANKESEHATAN KERJA DI BAGIAN PENYIMPANAN
BERKAS REKAM MEDIS PADA MASA PANDEMI
COVID 19 DI PUSKESMAS KRATON 2021

Laporan Karya Tulis Ilmiah ini telah disetujui oleh pembimbing untuk
Program Studi D3 Rekam Medis dan Informasi kesehatan Politeknik
Kesehatan Bhakti Setya Indonesia Yogyakarta
Yogyakarta, Desember 2021

Disetuji Oleh :

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

( Agung Dwi Saputro, S.K.M., M.A.R.S) (Windadari Murni Hartini, S.K.M., M.P.H.)

Mengetahui,

Program Studi D3 Rekam Medis & Informasi Kesehatan

Ka.Prodi

(Ibnu Mardiyoko, S.K.M., M.M.)


SURAT PERNYATAAN

Yang betanda tangan dibawah ini:

Nama : Engried Syarizki

Nim : 19134011

Dengan ini menyatakan bahwa proposal KTI saya dengan judul:

“EVALUASI SISTEM PELAKSANAAN KESELAMATAN DANKESEHATAN


KERJA DI BAGIAN PENYIMPANAN BERKAS REKAM MEDIS PADA MASA
PANDEMI COVID 19 DI PUSKESMAS KRATON 2021”

Tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kerjasama di
suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat
karya tulis atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oelh orang lain,
kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar
pustaka.

Dengan demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan dengan


sebenar-benarnya.

Yogyakarta, Desember 2021

Yang menyatakan

Engried Syarizki

19134011
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
pelindungannya peneliti dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan baik
dengan judul “Evaluasi Sistem Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
di Bagian Penyimpanan Berkas Rekam Medis pada Masa Pandemi Covid 19 DI
Puskesmas Kraton 2021”
Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah saatu persyaratan untuk
mengikuti ujian akhir D-III Rekam Medis dan Informasi Kesehatan. Karya tulis
ilmiah ini telah diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu peneliti mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Dra. Hj. Yuli Puspitorini, M.Si. selaku Direktur Poltekkes BSI Yogyakarta.
2. Ibnu Mardiyoko, S.K.M., M.M. selaku Kepala Prodi D-III Rekam Medis &
Informasi Kesehatan Poltekkes BSI Yogyakarta.
3. Agung Dwi Saputro, S.K.M., M.A.R.S. selaku pembimbing pertama yang
telah memberikan arahan dan masukan kepada penulis.
4. Windadari Murni Hartini, S.K.M., M.P.H. selaku pembimbing kedua yang
telah memberikan arahan dan masukan kepada penulis.
5. dr. Dheo Hadi Nanda, selaku kepala Puskesmas Kraton.
6. Agung Suryanto B, A.Md, selaku kepala instalansi rekam medis
Puseksmas Kraton.
7. Bertha Rahmawaty, A.Md selaku bagian ruang penyimpanan berkas
rekam medis dari Puskesmas Kraton Kota Yogyakarta.
Penulisan karya tulis ilmiah ini jauh dari kata sempurna. Semoga hasil
dari penelitian ini bisa bermanfaat bagi pembaca dan pengembangan ilmu
pengetahuan khususnya ilmu perekam medis dan informasi kesehatan dalam
pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja agar lebih baik kedepannya.

Yogyakarta, Februari 2022

Yang Menyatakan

Engried Syarizki
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 50 tahun 2012


Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya
disingkat SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara
keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan
kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat K3 adalah segala
kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga
kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
Upaya Keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan untuk meningkatkan
dan memelihara derajat kesehatan fisik, mental dan sosial yang setinggi-tingginya
bagi pekerja di semua jenis pekerjaan, pencegahan terhadap gangguan
kesehatan pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan; perlindungan bagi
pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang merugikan kesehatan
World Health Organization (WHO).
Peran penting di bagian penyimpanan selain untuk penyimpanan Rekam
Medis, bagian penyimpanan juga harus memperhatikan sistem kerja yang
mengutamakan keamanan, kesehatan dan keselamatan dalam bekerja sehingga
dapat mengurangi atau bebas dari kecelakaan kerja yang pada akhirnya dapat
meningkatkan sistem dan produktifitas kerja, terutama pada saat pengambilan
Rekam Medis (Simanjuntak & Sirait, 2018). lingkungan kerja merupakan tempat
bekerja seseorang dalam melaksanakan segala aktivitasnya. Sebagai perekam
medis, maka diperlukan ruang kerja rekam medis yang mencakup aspek
ergonomi agar menimbulkan kenyamanan, kesehatan dan keselamatan kerja
sehingga proses bekerja menjadi efisien dan efektif (Rustiyanto & Rahayu, 2011).
Oleh karena itu pentingnya evaluasi pelaksanaan keselamatan dan kesehatan
kerja bagi petugas penyimpanan berkas rekam medis perlu di lakukan apalagi
pada saat pandemi covid 19 sedang melanda dunia. Hal mendasar yang harus
dilakukan seperti prosedur keselamatan harus terpampang dengan jelas di ruang
penyimpanan. Hal tersebut harus di perhatikan jangan sampai terjadi petugas
terjatuh ketika mengerjakan penyimpanan pada rak- rak terbuka. Evaluasi
pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja di bagian penyipanan rekam
medis perlu dilakukan dikarenakan pentingnya keselamatan tenaga kerja rekam
medis bagi Rumah Sakit. Hal yang perlu di evaluasi dalam keselamatan kerja
(K3) di bidang rekam medis meliputi sarana pra sarana yang memenuhi standar,
pencahayaan, sirkulasi udara yang baik, pendingin ruangan, penyedot debu, alat
pemadam kebakaran dan terhindar dari infeksi virus (Putri, 2014).
Pandemi COVID-19 merupakan darurat kesehatan yang bersifat
langsung.Pembuatan rencana kelangsungan usaha akan membantu
mengidentifikasi risiko yang mungkin memengaruhi usaha atau organisasi
tertentu di saat krisis dan menyusun strategi untuk mengurangi dampaknya (ILO,
2009). Rencana tersebut harus menyediakan cara-cara praktis demi mengurangi
risiko pajalanan pekerja terhadap penyakit di tempat kerja. Ini mungkin termasuk
perawatan medis, mempromosikan kebiasaan kebersihan (higienitas) pribadi dan
mengubah organisasi kerja guna meminimalkan kontak manusia-ke-manusia
(Kawakami, 2009). Sesuai dengan pedoman nasional dan/atau lokal yang ada di
otoritas publik (pemerintah), rencana tersebut dapat memasukkan rekomendasi
tentang jarak sosial, jadwal kerja, operasi perampingan, kerja jarak jauh dan
tindakan pengurangan paparan lainnya, serta pilihan untuk melakukan operasi
penting dengan pengurangan tenaga kerja (termasuk pekerja lintas-pelatihan di
berbagai pekerjaan untuk melanjutkan operasi atau memberikan layanan pada
saat terjadi lonjakan) (OSHA, 2020). Rencana tersebut juga dapat membahas
kemungkinan konsekuensi kesehatan mental dan sosial yang mungkin
ditimbulkan oleh epidemi terhadap pekerja (IOSH, 2020).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan pada tanggal
6 desember 2021, Evaluasi sistem pelaksanaan keselamatan dan kesehatan
kerja di ruang penyimpanan berkas rekam medis di Puskesmas Kraton belum
pernah dilakukan. Ruang penyimpanan berkas rekam medis tidak disediakan
tangga untuk mengambil berkas rekam medis di rak paling atas. Banyaknya kursi
dan matras sehingga menganggu petugas yang bekerja Ruangan penyimpanan
berkas rekam medis, didalam ruangan belum mengunakan AC sehingga suhu
didalam ruangan terasa panas jika bekerja disiang hari dan didalam ruangan
menjadi lembab. pencahayaan diruang penyimpanan berkas rekam medis masih
kurang, karena hanya mengunakan pencahayaan beberapa lampu dan jendela,
Pada masa pandemi covid berkas pasien yang dinyatakan positif dan kontak erat
belum dilakukan pemisahan dan sterilisasi.
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan di ruang
penyimpanan berkas rekam medis di Puskesmas Kraton, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul Evaluasi Sistem Pelaksanaan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Bagian Penyimpanan Rekam Medis di Puskesmas Kraton
tahun 2021.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini sebagai berikut “Bagaimana pelaksanaan keselamatan dan
kesehatan kerja pada masa pandemi covid-19 di unit penyimpanan berkas rekam
medis di Puskesmas Kraton tahun 2021?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui sistem pelaksanaan keselamatan dan
kesehatan kerja pada masa pandemi covid-19 di unit filing puskesmas
kraton.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menghambat penerapan keselamatan
dan kesehatan kerja yang terkait dengan fasilitas yang ada di Puskesmas
Kraton.
b. Mengevaluasi penerapan keselamatan dan kesehatan kerja pada unit
penyimpanan berkas rekam medis di Puskesmas Kraton.
c. Menganalisa penggunaan APD dalam penerapan dalam penerapan
keselematan dan kesehatan kerja di unit penyimpanan berkas rekam
medis di Puskesmas Kraton.
D. Manfaat Peneltiian
1. Bagi Ilmu Pengetahuan
Sebagai bahan bacaan untuk menambah wawasan dan pengetahuan
tentang penerapan kesehatan dan keselamatan kerja di Puskesmas kraton
baik bagi mahasiswa jurusan rekam medis terutama pada bagian tempat
penyimpanan berkas rekam medis
2. Bagi Puskesmas Kraton
Untuk memberikan masukan dan gambaran tentang penerapan
keselamatan dan kesehatan kerja di Puskesmas Kraton yang dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi pihak manajemen rumah sakit
dalam pengambilan keputusan serta membuat kebijakan yang berkaitan
dengan keselamatan dan kesehatan kerja di puskesmas kraton sehingga
dapat memberikan layanan yang baik.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan juga dapat menjadi bahan referensi
untuk peneliti selanjutnya yang ingin meneliti lebih dalam terkait kajian
penerapan keselamatan dan keshatan kerja di Puskesmas kraton pada masa
pandemi covid-19 di unit penyimpanan berkas rekam medis di Puskesmas.
E. Keaslian Penelitian
Menurut sepengetahuan penelti, penelitian tentang evaluasi keselamatan
dan kesehatan kerja bagian penyimpanan berkas rekam medis pada masa
pandemi di puskesmas kraton belum pernah dilakukan. Berdasarkan
pengetahuan peneliti, ada penelitian yng hampir mirip dengan penelitian peneliti
sebagai berikut.

Penulis 1
Penulis Ali Mukhrodi

Judul dan tahun penelitian “Evaluasi Pelaksanaan Program


keselamatan dan Kesehatan Kerja di
RSUD Kota Yogyakata“ (2019)

Hasil Penelitian Penerapan program Keselamatan dan


Kesehatan kerja di RSUD Yogyakarta
memiliki hasil yang kurang optimal
sehingga perlu ditingkatkan agar
implementasi lebih baik,
Perbedaan Penelitian Perbedaan Penelitian ini terletak pada
tujuan yaitu mengevaluasi program
keselamatan dan kesehatan kerja di
RSUD kota Yogyakarta.sedangkan
penelitian yang peneliti ambil
memfokuskan pada bagian
penyimpanan berkas rekam medis
pada tahun 2021 pada masa pandemi
covid 19.sedsngkan lokasi penelitian
dibagian penyimpanan berkas rekam
medis di puskesmas kraton
Persamaan Penelitian Penelitian ini dengan peneliti sama-
sama meneliti tentang kesehatan dan
keselamatan kerja. metodologi
penelitian Kualitatif dimana
pengambilan data dilakukan dengan
observasi dan wawancara.
Penulis 2
Penulis Rio Agusta Anugrahnu

Judul dan tahun penelitian “evaluasi keselamatan dan kesehatan


kerja dibidang penyimpanan berkas
rekam medis rumah sakit bethesda
lempuyangwani” (2019).

Hasil penelitian Kondisi ruang penyimpanan berkas


rekam medis tidak sesuai degan
standar oprasional prsedur, perlunya
penataan ulang terhadap berkas rekam
medis, ruangan terlalu sempit dan
didalam ruang penyimpanan belum
mengunakan AC.
Perbedaan penelitian Penelitian ini dengan penelitian peneliti
terletak pada lokasi penelitian dan
waktu penelitian berbeda dengan
penelitian yang dilakukan
peneliti.penelitian di ambil pada masa
sebelum terjadi pandemi covid 19
sedangkan yang peneliti ambil pada
masa terjadinya pandemi covid 19.
Persamaan penelitian persamaan dalam penelitian ini
berkaitan dengan evaluasi
keselamatan dan kesahtankerja bagian
ruang enyimpanan berkas rekam
medis metode pengembalian data
mengunakan wawancara, jenis
kualitatif deskriptif .

Penulis 3
Penulis L. Erny Sri Anjani

Judul dan waktu penelitian “Evaluasi keselamatan Dan


Ksesehatan Kerja Ruang
Penyimpanan Berkas Rekam Medis Di
Rumah Sakit Condong Catur
Yogyakarta " (2021).
Hasil penelitian Ruanga penyimpanan berkas rekam
medis (filing) di Rumah Sakit Condong
Catur Kurang ideal, ruangan filing
terpisah pisah-pisah,terdapat 2 jenis
rak, ruangan sempit dan tidak memiliki
jendela.resiko yang mungkin terjadi
yaitu jatuh dari tangga, terpeleset,
terkena penyakit akibat kerja seperti
ISPA karena kodisi berkas rekam
medis berdebu.
Perbedaan penelitian Perbedaan ini dengan penelitian
peneliti terletak pada tujuan yaitu pada
penelitian ini mengetahui bagaimana
kondisi lingkungan kerja ruang filing di
Rumah Sakit Condong Catur
Yogyakarta dilihat dari Aspek Ergonomi
Sedangkan yang peneliti yaitu
mengevaluasi sistem pelaksanaan
keselamatan dan kesehatan kerja
bagian penyimpanan berkas rekam
medis di Puskesmas Kraton
Persamaan persamaan penelitian ini sama- sama
menggunakan metodologi penelitian
Kualitatif dimana pengambilan data
dilakukan dengan observasi dan
wawancara
BAB II
Tinjauan Pustaka

A. Evaluasi
Evaluasi adalah suatu alat atau prosedur yang digunakan untuk
mengetahui dan mengukur sesuatu dalam suasana dengan cara dan
aturan-aturan yang sudah ditentukan (Agustanico Dwi Muryadi 2017).
Adapun langkah-langkah penelitian evaluasi menurut (Arikuntoro,
2010) yaitu:
1. Identifikasi komponen
2. Identifikasi indicator
3. Identifikasi bukti –bukti
4. Menentukan sumber data
5. Menentukan metode penelitian
6. Menentukan instrument penelitian

B. Rekam Medis
1. Definisi Rekam Medis
Rekam medis merupakan kumpulan fakta tentang
kehidupan seseorang dan Riwayat penyakitnya termasuk keadaan
sakit, pengobatan saat ini dan saat terakhir yang ditulia oleh para
praktisi Kesehatan dalam upaya memberikan pelayanan Kesehatan
kepada pasien (Hatta, 2008). Sedangkan menurut Permenkes No.
269/MENKES/PER/II/2008, rekam medis adalah berkas van berisikan
catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan,
pengobatan, dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
2. Kegunaan Rekam Medis
Menurut Ibnu Mardiyoko (2020), karena rekam medis yang
berisi identitas dan riwayat penyakit pasien sejak pertama kali pasien
mendapatkan layanan Kesehatan oleh tenaga Kesehatan sampai
meninggalkan meninggalkan institusi pelayanan kesehatan baik
meninggalkan tempat dalam keadaan sembuh, perawatan atau
meninggal dunia. Oleh karena itu maka banyak kegunaan rekam
medis oleh pihak-pihak tertentu, antara lain kegunaan rekam medis
adalah:
a. Alat untuk Berkomunikasi
Rekam medis dapat digunakan sebagai alat komunikasi
antar dokter dan pasien, dokter dengan tenaga kesehatan
lainnya yang memberi layanan Kesehatan, juga alat
komunikasi antara institusi misalnya antara rumah sakit
dengan pihak ketiga (ansuransi, kepolisian, pemerintah dsb).
b. Dasar Perencanaan Pengobatan/Perawatan
Karena semua tenaga Kesehatan yang memberikan
layanan kepada pasien mendokumentasikan hasil
pelayanannya dalam rekarn medis, maka apa yang
merupakan data bagi pemberi pelayanan Kesehatan, sehingga
dengan data yang ada pada rekam medis maka pemberi
pelayanan Kesehatan dapat merencanakan segala sesuatu
untuk perbaikan kesehatan bagi pasien.
c. Bukti Tertulis Segala Pelayanan, Perkembangan dan
Pengobatan/ Tindakan
Bahwa rekam medis dapat digunakan sebagai barang bukti
tertulis dalam kasus hukum, karena dalam rekam medis segala
layanan yang diberikan kepada pasien yang ditulis oleh tenaga
kesehatan yang memberikan pelayanan kepada pasien,
d. Bahan Analisis, Evaluasi, Penelitian
Kegiatan penjaminan pelayanan Kesehatan salah satunya
adalah melakukan analisis, evaluasi dan penelitian dalam
melakukan kegiatan tersebut maka atas dasar yang dipakai
adalah data yang ada dalam rekam medis.
e. Pendidikan
Hampir semua institusi Pendidikan untuk tenaga
kesehatan baik pendidikan dokter, perawat, analis terutama
Pendidikan rekam medis pasti memerlukan laboratorium
medis sebagai referensi dan materi ajar baik teori maupun
praktik.
f. Dasar Perhitungan Biaya
Karena semua pelayanan kepada pasien tertulis dalam
rekam medis, maka rekam medis dapat dipakai sebagai dasar
perhitungan biaya perawatan.
g. Alat Perlindungan Hukum
Rekam medis dapat melindungi pasien, tenaga kesehatan
maupun rumah sakit dalam kasus hukum karena didalam
rekam medis tertulis dengan pasti dan benar tentang segala
pelayanan yang diberikan kepada pasien.
h. Bahan Pertanggungjawaban dan Laporan
Karena semua data pelayanan yang ada didalam medis
rekam maka rekam medis merupakan kumpulan data pasien
yang dapat diolah menjadi laporan.
C. Definisi Penyimpanan Rekam Medis
Penyimpanan rekam medis merupakan kegiatan untuk
melindungi medis dari kerusakan fisik dan isi dari rekam medis.
Proses penyimpanan rekam medis memiliki resiko yang dapat
mengancam keselamatan dan Kesehatan kerja petugas rekam
medis. Salah satu upaya dalam keselamatan dan Kesehatan kerja
dengan memberikan perlindungan bagi petugas penyimpanan rekam
medis dengan cara menggunakan alat perlindungan diri (Susanto,
2019).
D. Pandemi COVID-19
1. Pengertian
Pandemi COVID-19 merupakan darurat kesehatan yang
bersifat langsung. Sedangkan Penyakit virus corona (COVID-19)
adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus corona yang
baru ditemukan dan dikenal sebagai sindrom pernapasan akut
parah virus corona 2 (SARS-CoV-2). Kasus manusia pertama
COVID-19 diidentifikasi di Kota Wuhan, Cina pada Desember
2019 (WHO, 2020).
2. Cara Penyebaran COVID-19
1) Penyebaran Virus Corona melalui droplet
Saat seorang batuk, bernyanyi, berbicara hingga
bernafas. Saat melakukan hal-hal tersebut udara yang keluar
dari hidung dan mulut mengeluarkan partikel kecil atau aerosol
dalam jarak dekat.
2) Penyebaran Virus Corona melalui permukaan yang
terkontaminasi.
Saat seseorang permukaan yang telah terkontaminasi
virus dari orang yang batuk atau bersin, kemudian virus itu
berpindah ke hidung, mulut atau mata yang menyentuh
permukaan yang terkontaminasi tersebut.
3. Cara Mencegah COVID-19
1) Cuci tangan secara rutin menggunakan sabun dan air atau
cairan pembersih tangan berbahan alkohol (Handsanitizer).
2) Selalu menjaga jarak aman dengan orang yang batuk atau
bersin,
3) Mengenakan masker.
4) Jangan sentuh mata, hidung atau mulut.
5) Saat batuk atau bersin, tutup mulut dan hidung dengan lengan
atau tisu.
6) Jika demam, batuk atau kesulitan bernapas segera cari
bantuan medis.
7) Protokol Kesehatan
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO,2020d)
protokol kesehatan adalah aturan dan ketentuan yang harus
diikuti oleh semua pihak agar dapat beraktivitas secara aman
pada saat pandemi covid-19. Salah satu cara protokol
kesehatan adalah dengan menggunakan Alat Pelindung Diri
(APD). Beberapa jenis APD yang disarankan atau disarankan
untuk mencegah penularan covid-19 adalah masker (masker),
pelindung wajah (face shield), dan sarung tangan (gloves).
APD tersebut bertujuan untuk mencegah paparan virus ke
dalam tubuh ataupun menularkan virus ke orang lain. APD
standar yang wajibkan oleh WHO bagi para pekerja medis
yaitu masker medis, sarung tangan, pelindung mata (goggles
atau face shield) dan gaun atau baju pelindung tubuh.
E. Pengertian Keselamatan Kerja
Keselamatan Kerja merupakan suatu upaya yang dilakukan
untuk mengurangi terjadinya kecelakaan, kerusakan dan segala
bentuk kerugian yang dapat berdampak terhadap manusia maupun
peralatan, objek kerja, tempat kerja dan lingkungan kerja secara
langsung dan tidak lagsung (Kemenkes RI, 2015).
Kesehatan Kerja adalah upaya peningkatan dari pemeliharaan
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua
jabatan, masyarakat dan lingkungan, serta menyangkut berbagai
unsur dan pihak (Sucipto, 2014). Menurut Ridley dan John (1983),
mengartikan K3 adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat
dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi
masyarakat dan lingkungan sekitar tempat kerja tersebut (Triwibowo
& Pusphandani, 2013).
Menurut Panggabean (2012) dalam bukunya menyebutkan
bahwa keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan
upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah
maupun rohaniah tenaga kerja khusunya, dan manusia pada
umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan
Makmur
F. Kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PAK)
1. Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak
dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan
korban jiwa dan harta benda (Peraturan Menteri Tenaga Kerja
(Permenaker) Nomor: 03/Men/1998). Kecelakaan kerja
menurut OHSAS (Occupational Health and Safety Assessement
Series) adalah kejadian yang berhubungan dengan pekerjaan dan
menyebabkan cidera atau kesakitan, dan kejadian yang dapat
menyebabkan kematian (Syarif, 2007).
Menurut buku Industrial Safety dalam (Pratiwi, 2012)
kecelakaan kerja adalah “Kejadian tak terkontrol atau tak
direncanakan yang disebabkan oleh faktor manusia, situasi atau
lingkungan yang membuat terganggunya proses kerja dengan atau
tanpa berakibat pada cedera, sakit, kematian, atau kerusakan
properti kerja.” Menurut Teori Domino (1969) dalam (Pratiwi,
2012)kecelakaan terdiri atas lima faktor yang saling berhubungan
yaitu kondisi kerja, kelalaian manusia, tindakan tidak aman,
kecelakaan, dan cedera. Teori Domino ini jika dijelaskan seperti
kartu yang disusun tegak jika satu kartu jatuh, maka kartu ini akan
menimpa kartu lain hingga kelimanya akan roboh secara bersama.
Ilustrasi ini mirip dengan efek domino yang telah kita kenal
sebelumnya, jika satu bangunan roboh, kejadian ini akan memicu
peristiwa beruntun yang menyebabkan robohnya bangunan lain.
Menurut Heinrich dalam teori Domino ini kunci untuk mencegah
kecelakaan adalah dengan menghilangkan tindakan tidak aman
sebagai poin ketiga dari lima faktor penyebab kecelakaan.
2. Pencegahan Kecelakaan
Menurut ILO (1989:20) berbagai cara yang umum digunakan
untuk meningkatkan keselamatan kerja bidang industri :
1) Peraturan
Peraturan merupakan ketentuan yang harus dipatuhi.
Peraturan di industri meliputi kondisi kerja umum, perancangan,
kontruksi, pemeliharaan, pengawasan, pengujian dan
pengoperasian peralatan industri, kewajiban para pengusaha
dan pekerja, pelatihan, pengawasan kesehatan, pertolongan
pertama, dan pemeriksaan kesehatan.
2) Standarisasi
Standarisasi yaitu menetapkan standar resmi, setengah
resmi, ataupun tidak resmi, misalnya jika dikaitkan dengan dunia
industricontohnya konstruksi yang aman dari jenis peralatan
industri tertentu seperti penggunaan alat keselamatan kerja,
kebiasaan yang aman dan sehat, ataupun tentang alat
pengaman perorangan.

3) Pengawasan
Pengawasan dilakukan supaya peraturan yang ada
benar-benar dipatuhi atau tidak dilanggar, sehingga apa yang
menjadi sasaran maupun tujuan dari peraturan keselamatan
kerja dapat tercapai. Terutama pengawasan terhadap para
pekerja untuk menghindari kecelakaan kerja.

3. Jenis Bahaya Dalam Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)


Menurut artikel sarjanaekonomi.co.id tahun 2021 dapat di
ambil bahwa bahaya dalam keselamatan dan kesehatan kerja
terbagi menjadi tiga jenis bahaya sebagai berikut:
a. Bahaya Jenis Kimia
Jenis bahaya kimia berasal dari berbagai bahan kimia
yang berpotensi merusak kesehatan jika terhirup atau terjadi
kontak.
Contoh bahaya K3 jenis kimia yakni:
Gas bahan kimia yang beracun.

1) Uap bahan kimia


2) Abu sisa pembakaran bahan kimia
b. Bahaya Jenis Fisika
Bahaya ini berasal dari berbagai hal yang berhubungan
dengan fisika dan berpotensi merusak kesehatan dan
keselamatan jika terjadi kontak.
Contoh bahaya K3 jenis fisika ialah:
1) Temperatur ekstrim (terlalu dingin atau terlalu panas)
2) Suara terlalu bising yang dapat membuat pendengaran
rusak
3) Kondisi udara yang tidak wajar.

c. Bahaya Jenis Pekerjaan


Bahaya ini berasal dari jenis pekerjaan atau proyek yang
berpotensi merusak kesehatan dan mengancam keselamatan
jiwa pekerja.
Contoh bahaya K3 jenis ini yaitu:
1) Penerangan di lokasi kerja sangat minim yang berpotensi
mengakibatkan kerusakan penglihatan
2) Pekerjaan pengangkutan barang/ material menggunakan
manusia yang kurang hati-hati dan mengakibatkan luka
atau cedera
3) Peralatan dan pengamanan yang kurang lengkap yang
dapat mengakibatkan pekerja terluka atau cedera.

4. Penyakit akibat kerja (PAK)


Penyakit akibat kerja yaitu penyakit yang penyebabnya adalah
pekerjaan dan atau lingkungan kerja (Suma’mur, 2009).
Berdasarkan uraian Suma’mur 2019, faktor-faktor yang menjadi
penyebab penyakit akibat kerja dibagi dalam 5 golongan, yakni :
a. Golongan fisik
1) Suara yang biasanya menyebabkan pekak atau tuli.
2) Radiasi sinar-sinar Ro atau sinar-sinar radioaktif yang
menyebabkan antara lain penyakit susunan darah
dan kelainankelainan kulit. Radiasi sinar inframerah bisa
mengakibatkan cataract kepada lensa mata, sedangkan
sinar ultraviolet menjadi sebab conjungtivitas photo
electrica.
3) Suhu yang terlalu tinggi menyebabkan heat stroke, heat
cramps atau hyperpyrexia sedangkan suhu-suhu yang
rendah antara lain menimbulkan frosbite.
4) Tekanan yang tinggi menyebabkan caisson disease.
5) Penerapan lampu yang kurang baik misalnya
menyebabkan kelainan kepada indera penglihatan
atau kesilauan yang memudahkan terjadinya
kecelakaan.

b. Golongan kimiawi
1) Debu yang menyebabkan pnemokoniosis, di antaranya :
silikosis, asbestosis.
2) Uap yang di antaranya menyebabkan mental fume fever
dermatitis, atau keracunan.
3) Gas misalnya keracunan oleh CO, dan H2S.
4) Larutan yang menyebabkan dermatitis.
5) Awan atau kabut, misalnya racun serangga (insecticides),
racun jamur dan yang menimbulkan keracunan.
c. Golongan Infeksi,
misalnya oleh bibit penyakit anthrax atau brucella
pada pekerja-pekerja penyamak kulit.

d. Golongan fisiologis
yang disebabkan oleh kesalahan-kesalahan konstruksi
mesin, sikap badan kurang baik, salah cara melakukan
pekerjaan dan lain-lain yang semuanya menimbulkan
kelelahan fisik, bahkan lambat laun perubahan fisik tubuh
pekerja.

e. Golongan mental psikologis


hal ini terlihat semisal pada hubungan kerja yang tidak
baik, atau misalnya keadaan membosankan monoton. Faktor
penyebab penyakit akibat kerja ini dapat bekerja sendiri
maupun secara sinergistis.
7. Kondisi Lingkungan Kerja Yang Mempengaruhi Kegiatan
Manusia
Berdasarkan penjelasan Sedarmayanti (2009), faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi terbentuknya suatu kondisi lingkungan
kerja dengan kemampuan manusia/pegawai diantaranya adalah:
1. Penerangan/Cahaya di Tempat Kerja
Cahaya atau penerangan sangat besar manfaatnya bagi
pegawai guna mendapatkan keselamatan dan penerapannya
oleh karena itu perlu diperhatikan penerangan (cahaya) yang
tetepi terang tidak menyilaukan. Cahaya yang kurang jelas
(kurang cukup) mengakibatkkan pengelihatan menjadi kurang
jelas, sehngga pekerjaan akan lambat, banyak mengalami
kesalahan, dan akhirnya menyebabkan kurangnya efesien dalam
melaksanakan pekerjaan, sehngga tujuan organisasi sulit
dicapai.
Pada dasarnya, cahaya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Cahaya alam yang berasal dari sinar matahari. Cahaya
buatan, berupa lampu.
b. Cahaya buatan terdiri dari empat macam yaitu:
1) Cahaya langsung
2) Cahaya setengah langsung
3) Cahaya tidak langsung
4) Cahaya setengah tidak langsung
2. Temperatur/Suhu udara di Tempat Kerja
Kemampuan manusia untuk menyesuaikan diri ada
batasya, yaittu bahwa tubuh manusia masih dapat
menyesuaikan dirinya dengan temperature luar jika perubahan
temperature luar tubuh tidak lebih dari 20% untuk kondisi panas
dan 35% untuk kondisi dingin, dari keadaan normal tubuh
(Sedarmayanti, 2009). Untuk suhu udara di ruang penyimpanan
atau filing berkisar antara 18- 28°C (Rustiyono, 2011).
3. Kelembaban di Tempat Kerja
Kelembaban adalah banyaknya air yang terkandung
didalam udara, biasanya dinyatakan dalam presentase.
Kelembaban ini berhubungan atau dipengaruh oleh temperatur
udara, dan secara bersama-sama antara temperatur,
kelembaban, kecepatan udara bergerak dan radiasi panas dari
udara tersebut akan mempengaruh keadaan tubuh manusia
pada saat menerima atau melepaskan panas dari tubuhnya.
Suatu keadaan dengan temperature udara sangat panas dan
kelembabnnya tinggi, akan menimbulkan pengurangan panas
dari tubuh secara besar-besaran karena sistem penguapan.
Pengaruh lain adalah makin cepatnya denyut jantung karena
makin aktifnya peredaran darah untuk memenuh kebutuhan
oksioen, dan tubuh manusia selaio berusaha untuk mencapai
keselmbangan anatara panas tubuh dengan in disekitarnya
(Sedarmayanti, 2o09). Ketembaban di ruang penyimpanan atau
filing berkisar 40%- 60% (Rustiyono, 2011).
4. Sirkulasi Udara di Tempat Kerja
Oksigen merupakan gas yang dibutuhkan oleh makhluk
hidup untuk mnejaga kelangsungan hidup, yaitu untuk proses
metabolisme. Udara disekitar kotor apabila kadar oksigen
dalam udara tersebut telah berkurang dan telah bercampur
dengan gas atau bau-bauan yang berbahaya bagi kesehatan
tubuh. Kotornya udara dapat dirasakan dengan sesak napas,
dan ini tidak boleh dibiarkan berlangsung terlalu lama, karena
akan mempengaruhi Kesehatan tubuh dan akan mempercepat
proses kelelahan. Sumber utama adanya udara segar adalah
adanya tanaman disekitar tempat kerja. Tanaman merupakan
penghasilan oksigen yang dibutuhkan oleh manusia. Dengan
cukupnya oksigen disekitar tempat kerja, ditambah dengan
pengaruh secara psikologis akibat adanya tanaman disekitar
tempat kerja, keduanya akan memeberikan kesejukan dan
kesegaran pada jasmani. Rasa sejuk dan segar selama
bekaerja akan memebantu mempercepat pemulihan tubuh
akibat Lelah setelah Lelah bekerja.
5. Kebisingan di Tempat Kerja
Salah satu polusi yang cukup menyibukkan para pakar
untuk mengatasinya adalah kebisingan, yaitu bunyi yang tidak
dikehendaki oleh telinga. Tidak dikehendaki, karena terutama
dalam jangka Panjang buyi tersebut dapat mengganggu
ketenangan bekerja, merusak pendengaran, dan menimbulkan
kesalahan komunikasi, bahkan menurut penelitian, kebisingan
yang serius bisa menyebabkan kematian. Karena pekerjaan
membutuhkan konsentrasi, maka suara bising hendaknya
dihndarkan agar pelaksanaan pekerjaan dapat dilakukan
dengan efesien sehingga produktivitas kerja meningkat.
Ada tiga aspek yang menentukan kualitas suatu bunyi
yang bisa menentukan tingkat gangguan terhadap manusia
yaitu:
1) Lamanya kebisingan
2) Intensitas kebisingan
3) Frekuensi kebisingan
Makin lama telinga mnedengar kebsingan, makin buruk
akibatnya, diantaranya pendengaran dapat makin berkurang
intensitas biasanya diukur dengan satuan decibel (dB), yang
menunjukkan besarnya arus energi persatuan luas. Frekuensi
yang menunjukkan jumlah gelombang suara yang sampai di
telinga setiap detik, dinyatakan dalam jumlah getaran atau
Hertz (Hz).
6. Keamanan di Tempat Kerja
Guna menjaga tempat kerja dan kondisi lingkungan kerja
tetap dalam keadaan aman maka perlu diperhatikan adanya
keaman dalam bekerja. Oleh karena itu factor keamanan perlu
diwujudkan keberadaannya salah satu upayus untuk menjaga
keamanan ditempat kerja, dapat memanfaatkan tenaga satuan
petugas pengaman (SATPAM)

8. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keselamatan dan Kesehatan


Kerja
Faktor-faktor yang mempengaruhi keselamatan dan kesehatan
kerja (Sedarmayanti, 2009) adalah:
1. Kebersihan
Kebersihan merupakan syarat utama bagi pegawai agar
tetap sehat, dan pelaksanaanya tidak memerlukan banyak
biaya. Untuk menjaga Kesehatan, semua ruangan tetap dalam
keadaan bersih. Penumpukan abu dan kotoran tidak boleh
terjadi dan karenanya semua ruangan kerja, gang dan tangga
harus dibersihkan setiap hari.
Perlu disediakan tempat sampah dalam jumlah yang
cukup, bersih dan hama, tidak bocor dan dapat dibersihkan
dengan mudah. Bahan buangan dan sisa ddiupayakan
disingkirkan diluar jam kerja untuk menghindari resiko terhadap
Kesehatan. Ruang kerja harus bebas dan bersih dari tikus,
serangga dan binatang lainnya.
2. Urusan Rumah Tangga
Kerapihan dalam ruang kerja membantu menciptakan
dan mengurangi kemungkinan kecelakaan. Jika jalan sempit
dan tidak bebas dari bahan dan hambatan lain, maka waktu
akan terbuang untuk terbawa oleh hambatan tersebut sewaktu
dibawa ke dan dari tempat kerja. Tempat penyimpanan harus
diberi tanda dan bahan disusun dalam tempat tertentu, serta
diberi tanda pengenal seperlunya. Demikian juga peralatan dan
perabotan di tempat kerja, selalu dikembalikan ke tempat
penyimpanan atau ditempatkan di rak yang terletak di
lingkungan tempat kerja dan pengaturannya membuat mudah
untuk diambil.
3. Ventilasi, Pemanasan dan Pendingin
Ventilasi yang menyeluruh perlu untuk Kesehatan dan
rasa keserasian para pegawai, oleh karenanya merupakan
faktor yang mempengaruhi efesiensi kerja. Pengaruh udara
dan panas dapat menyebabkan banyak waktu hlang karena
pegawai tiap kali harus pergi ke luar akibat "keadaan kerja yang
tidak terputus". Suhu efektif atau daya pendingin udara
tergantung dari:
a) Laju perbaikan udara
b) Suhu udara
c) Kelembaban
Ketiga faktor dan radiasi tersebut memungkinkan untuk
menghitung suhu efektif. Ventilasi dapat bersifat alami, berupa
ventilasi buatan maupun ventilasi yang mmerupakan. Kondisi
udara diadakan untuk menolak suhu yang ekstrim atau suhu
diatasldibawah rata-rata, Udara segar dan bersih harus
disalurkan ke tempat kerja yang tertutup sehngga terjadi
pergantian udara beberapa kali.
4. Pencegahan Kecelakaan
harus diusahakan dengan meniadakan penyebabnya,
apakah sebab itu merupakan sebab teknis atau yang dating dari
manusia. Upaya ini mencangkup upaya memenuhi peraturan
dan standar teknis, antara lain meliputi pemeliharaan tingkat
tinggi, memelihara hubungan industri yang baik, perawatan
kesehatan dan kesejahteraan, Pendidikan pegawai di unit kerja.
Dengan cara menggunakan warna yang jelas/menyolok agar
dapat menarik perhatian kepada hal-hal yang dapat
menimbulkan bahaya.
5. Pencegahan Kebakaran
Kebakaran yang tidak terduga, kemungkinan terjadi di
daerah panas dan kering serta lingkuangan industry .
pencegahan kebakaran merupakan salah satu masalah untuk
semua bersangkutan dan perlu dilaksanakan dengan cepat
menurut peraturan pencegahan kebakaran seperti, larangan
merokok ditempat yangb mudah menimbulkan kebakaran dan
lain-lain
9. Standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja PMK No. 52,


2018. Standar K3 di Fasyankes meliputi:

1. Pengenalan potensi bahaya dan risiko K3 di Fasyankes


a. Pengenalan Potensi Bahaya
Pengenalan potensi bahaya adalah suatu upaya
mengenali atau Identifikasi potensi bahaya yang dapat
berdampak pada SDM Fasyankes, pasien, pendamping
pasien, pengunjung, maupun masyarakat di sekitar
lingkungan fasilitas pelayanan kesehatan. Pengenalan
potensi bahaya bertujuan agar SDM Fasyankes dapat
melakukan pengendalian risiko dengan benar-benar
terhindar dari berbagai masalah kesehatan yang terjadi
seperti penyakit akibat kerja dan kecelakaan akibat kerja.
Identifikasi potensi bahaya dapat dilakukan oleh pengelola
keselamatan dan kesehatan kerja. Untuk itu perlu adanya
peningkatan kompetensi mengenai keselamatan dan
kesehatan bagi pengelola.
b. Penilaian Resiko
Risiko harus dilakukan analisis dan evaluasi risiko
untuk mengetahui mana yang risiko tinggl, sedang dan
rendah. Hasil peniaian difakukan Intervensi atau
pengendalian. Intervensi terhadap risiko mempertimbangkan
pada kategori risiko yang tinggi, Analisa risiko dapat
dilakukan dengan metode kualitatif dengan melihat efek
bahaya potensial (efek) dan kemungkinan terjadinya
(probabilitas).
c. Pengendalian Resiko
Pengendalian risiko keselamatan dan kesehatan
kerja adalah suatu upaya pengendalian potensi bahaya yang
ditemukan di tempat kerja. Pengendalian risiko perlu
dilakukan sesudah menentukan prioritas risiko. Metode
pengendalian dapat diterapkan berdasarkan hierarki dan
lokasi pengendalian. Hierarki pengendalian merupakan
upaya pengendalian mulai dari efektivitas yang paling tinggi
hingga rendah.
2. Penerapan kewaspadaan standar

Penerapan kewaspadaan standar merupakan suatu


upaya pencegahan terhadap penularan infeksi dan paparan
bahan kimia dalam perawatan pasien di Fasyankes. Penerapan
kewaspadaan standar ini dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan menteri kesehatan yang mengatur
mengenai pencegahan dan pengendalian infeksi di Fasyankes.

3. Pemeriksaan Kesehatan berkala

Pemeriksaan kesehatan bagi SDM Fasyankes


dilakukan untuk menilai status kesehatan dan penemuan dini
kasus penyakit baik akibat pekerjaan maupun bukan akibat
pekerjaan, serta mencegah penyakit menjadi lebih parah.
Selain itu, pemeriksaan kesehatan juga bertujuan untuk
menentukan kelaikan bekerja bagi SDM Fasyankes dalam
menyesuaikan pekerjaannya dengan kondisi kesehatannya (fit
to work). Pemeriksaan kesehatan berkala dilakukan minimal 1
(satu) tahun sekali dengan memperhatikan risiko pekerjaannya.
Penentuan parameter jenis pemeriksaan kesehatan berkala
disesuaikan dengan jenis pekerjaan, proses kerja, potensi risiko
gangguan kesehatan akibat pekerjaan dan lingkungan kerja.
10. Kerangka Teori

keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang bebas


dari resiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang
mencakup tentang kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan
keselamatan, dan kondisi pekerja (Simanjuntak, 2005 )

keselamatan dan kesehatan


kerja dari faktor (golongan
biologis, fisika, kimiawi,
infeksi, fisiologis)

Mengevaluasi sarana dan


prasarana yang belum
memenuhi standar K3
diruang penyimpanan berkas
rekam

Memenuhi standar Belum Memenuhi


keselamatan dan standar keselamatan
kesehatan kerja dan kesehatan kkerja
diagnosis tersebut ditetapkan oleh

PERMEKES RI
No 66 TAHUN 2016 Tentang
keselamatan dan Kesehatan
kerja di Rumah Sakit
11. Kerangka Konsep
Kerangka konsep yang dibuat peneliti untuk
mempermudah dalam pemaparan hasil penelitian :

Ruang penyimpanan berkas rekam


medis

`
Aspek K3 di ruang penyimpanan
berkas rekam medis.

Umun Khusus

Baik tidak Baik Tidak

12. Pertanyaan Penelitian

1. Apa saja faktor-faktor yang menghambat penerapan


keselamatan dan kesehatan kerja yang terkait dengan fasilitas
yang ada di Puskesmas Kraton?
2. Bagaimana penerapan keselamatan dan kesehatan kerja pada
unit penyimpanan berkas rekam medis di Puskesmas Kraton?
3. Apakah penggunaan APD dalam penerapan dalam penerapan
keselematan dan kesehatan kerja di unit penyimpanan berkas
rekam medis di Puskesmas Kraton sudah berjalan?
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis penelitian dan Rancangan penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian kualitatif adalah penelitian dengan tujuan untuk


memahami fenomena mengenai apa yang dialami subyek penelitian
secara menyeluruh dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata serta
bahasa, pada konteks khusus yang dialami serta dengan memanfaatkan
berbagai metode ilmiah (Moloeng, 2007).Penelitian deskriptif biasanya
mempunyai dua tujuan, untuk mengetahui perkembangan fisik tertentu
dan mendeskripsikan secara terperinci fenomena sosial tertentu
(Sugiono, 2013). Dalam penelitian ini peneliti mengunakangan jenis
penelitian kualitatif deskriptif, mengunkan data primer yang didapatkan
dengan wawan cara mendalam (indepth interview).

2. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian cross sectional.


Survei cross sectional adalah suatu penelitian untuk mempelajari
dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara
pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat
(point time approach) (Notoatmodjo, 2014).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Studi pendahuluan Penelitian ini dilakukan pada unit kerja rekam


medis di bagian penyimpanan berkas rekam medis Puskesmas Kraton
yang berlokasi di Jalan Masihan KT II No.457, Panembahan, Kecamatan
Kraton, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta.studi
pendahuluan ini dilakukan pada tanggal 6 Desember 2021.
C. Subjek Penelitian dan Objek Penelitian

1. Subjek

Subjek penelitian menurut Suharsimi Arikonto tahun (2016: 26)


memberi batasan subjek penelitian sebagai benda, hal atau orang tempat
data untuk variabel penelitian melekat, dan yang di permasalahkan.
Dalam sebuah penelitian, subjek penelitian mempunyai peran yang
sangat strategis karena pada subjek penelitian, itulah data tentang
variabel yang penelitian amati. . Adapun subjek dalam penelitian ini
adalah petugas Rekam Medis bagian penyimpanan berkas rekam medis.
kepala rekam medis dan petugas lain yang berada di ruang tersebut.
Subjek penelitian ini meliputi manajemen sistem pelaksanaan
keselamatan dan kesehatan kerja di puskesmas Kraton. Subjek pada
penelitan penelitia meliputi sistem manajemen pelaksanaan keselamatan
dan kesehatan kerja di Puskesmas.

2. Objek

Adapun Sugiyono (2017:41) menjelaskan pengertian objek


penelitian adalah “sasaran ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan
dan kegunaan tertentu tentang sesuatu hal objektif, valid dan reliable
tentang suatu hal (variabel tertentu)”. Adapun objek dalam penelitian ini
adalah ruang penyimpanan berkas rekam medis , fasilitas dibagian
penyimpanan berkas rekam medis. Objek penelitian meliputi :

a. Petugas unit kerja rekam medis, terutama pada bagian penyimpanan


berkas rekam medis di Puskesmas Kraton
b. Ruang penyimpanan berkas rekam medis di Puskesmas Kraton

D. Populasi dan Sampel penelitian

1. Populasi

Populasi Penelitian Populasi merupakan objek atau subjek yang


memenuhi kriteria tertentu yang telah ditentukan peneliti. Menurut
(Sugiyono, 2017). Populasi pada penelitian ini seluruh petugas yang
melakukan pekerjaan diruang penyimpanan berkas rekam medis di
Puskesmas Kraton yang berjumlah empat orang

2. Sampel .

sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki


oleh populasi”. Pengambilan sampel ini harus dilakukan sedemikian rupa
sehingga sampel yang bener-benar dapat mewakili (Representative) dan
menggambarkan populasi sebenarnya (Sugiyono, 2017:81).

Teknik purposive sampling digunakan karena adanya


pertimbangan tertentu. Sampel yang digunakan atau diambil bukan
berdasarkan strata, random (acak), atau daerah, akan tetapi didasarkan
pada suatu tujuan (Winarno , 2013). Penelitian ini mengambil empat sampel
satu orang sebagai triagulasi yaitu Kepala rekam medis dan tiga orang
yang bekerja di ruang penyimpanan berkas rekam medis di Puskesmas
Kraton.

E. Variabel Penelitian

Variabel Penelitian adalah sesuatu yang berbentuk apa saja yang


ditetapkan oleh seorang peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh
informasi mengenai hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiyono, 2009 : 60). Penelitian ini mengunakan satu vartiabel yaitu
Evaluasi Sistem Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja pada
petuga yang bekerja diruang penyimpanan berkas rekam medis di
Puskermas Kraton.

F. Definisi Operasional variabel

. Definisi operasional bermanfaat untuk mengarahkan kepada


pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-variabel yang
bersangkutan serta pengembangan instrument atau alat Ukur
(Notoatnodjo, 2012). Definisi operasional yang digunakan dalam
penelitian ini adalah :

1. Unit rekam medis merupakan gerbang tedepan dalam pelayanan


kesehatan, ruang lingkup unit rekam medis mulai dari penerimaan
pasien, assembling, pengkodean, pengindekan, penyimpanan berkas
rekam medis, dan pelaporan. Unit rekam medis sebagai sebuah
organisasi mempunyai beberapa sistem dan subsistem yang
mendukung kegiatan unit rekam medis dapat berjalan dengan baik,
2. Sumber daya manusia kesehatan (Petugas perekam medis) adalah
seseorang yang bekerja secara aktif dibidang kesehatan memiliki
pendidikan formal kesehatan maupun tidak yang untuk jenis tertentu
memertikan kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan.
Perekam medis merupakan salah satu tenaga kesehatan yang ada
Puskesmas yang memiliki peran penting dalam pemberian informasi
Kesehatan.
3. Keselamatan kerja merupakan kondisi yang beban dari risiko
kecelakan di tempat keria baik, resiko yang disebabkan dari metode
kerja yang digunakan maupun alat yang digunakan untuk bekerja .
4. Kesehatan kerja adalah suatau kondis yang bebas dari risiko
penyakit yang disebabkan karena akibat kerja secara fisik.
5. Identifikasi sumber bahaya atau risiko meliputi faktor kimia yang di
lihat dari debu, faktor ergonomi dilibat dari luas ruangan faktor fisik
seperti suhu udara dan kelembapan. Dalam pengendalian yang
dilakukan 4 tahap yaitu menghilangkan bahaya, menghilangkan
sumber resiko penyebab bahaya dengan saran atau alat yang dapat
memperkecil resiko, administrasi dan alat pelindung pribadi (APP).
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi keselamatan dan kesehatan kerja
meliputi: faktor dari golongan biologis,kimiawi, fisika, infeksi,fisiologis,
Kebersihan lingkungan kerja, ventilasi, pendingin ruangan, ergonomi,
pencegahan kecelakaan, kebakaran, penerangan.

G. Instrumen penelitian

Menurut (Sanjaya, 2011:84), Instrumen penelitian adalah alat


yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi
penelitian. Alat yang digunakan untuk wawancara:

1. Pedoman Wawancara
Panduaan wawanacara ini digunakan untuk mengumpulkan
data dimana peneliti mendapatkan keterangan atau informasi
secara lisan dari seseorang sasaran penelitian ( Responden), yang
digunakan didalamnya memuat daftar pertanyaan yang telah
disusun sebelumnya yang akan diajukan kepada reponden.
2. Ceklist Observasi
Digunakan dalam pengamatan saat penelitian
3. Handpone
digunakan untuk merekam percakapan saat wawancara
4. Buku catatan
Digunkakan untuk mencatat hasil pengamatan dan sesuatu
Informasi yang penting
5. Bolpoint
untuk mencatata hal hal penting saat wawancara.
6. Kamera
`Untuk mengabil gambar suasana didalam ruang penyimpanan
berkas rekam medis
7. Alat pengukur kelembaban
Digunakan untuk mengukur suhu dan kelembaban di ruangan
penyimpanan berkas rekam medis
8. Alat pengukur kebisingan
Digunakan untuk mengukur tingkat kebisingan di ruangan
penyimpanan berkas rekam medis
9. Alat pengukur cahaya
Digunakan untuk mengukur tingkat pencahayaan di ruangan
penyimpanan berkas rekam medis

H. Jalannya penelitian
1. Tahapan persiapan penelitian
a. Menyusun pengajuan penelitian
1) Pengajuan judul penelitian
2) Studi pendahuluan untuk menusun proposal penelitian
3) Konsultasi dengan pembimbing
4) Mengurus izin studi pendahuluan
5) Seminar proposal penelitian
6) Perbaikan proposal penelitian
7) Mengurus surat izin penelitian
8) seminar hasil penelitian
9) Perbaikan hasil penelitian
b. Mengurus Surat Izin Penelitian
Mengurus surat izin studi pendahuluhan dan penelitian ke
Dinas Kesehatan kota Yogyakarta, setelah mendapatkan
surat pengantar dari dinas kesehatan mengurus administrasi biaya
studi pendahuluan dan penelitian di Puskesmas Kraton. Setelah
itu melakukan studi pendahuluah dengan wawancara kepala ruang
penyimpanan berkas rekam medis di Puskesmas Kraton.
2. Tahap Pelaksanaan
Menyiapkan pertanyaan wawancara kepada responden yang ada
pada ruang penyimpanan berkas rekam medis dan siap untuk
diwawancari utnuk mengambil data yang diperlukan. Waktu yang
digunakan untuk wawancara selama 3 hari karena pada saat pandemi
seperti ini banyak staf yang bekerja dari rumah.

3. Tahap Akhir

Setelah pengumpulan data peneliti mengolah data hasil observasi


dan wawancara yang akan di susun pada tugas akhir peneliti. Serta
melakukan konsultasi pada pembimbing . membuat kesimpulan dari
data yang diperoleh dan mempertangung jawabkan pada saat seminar
hasil.

I. Metode Analisis Data

Metode analisis data dalam penelitian ini adalah metode penlitian


kuantitatif, metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode
penelitian yang berlandasarkan pada sifat positivisme, digunakan untuk
meneliti pada populasi atau sampel tertentu (Sugiyono, 2017:8).

Menurut Saifuddin Azwar (2001) Tahapan-tahapan analisis data :

1. Data Reduction (Reduksi Data)

Mereduksi berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,


memfokuskan pada hal hal yang penting, dicari tema dan polanya dan
membuang yang tidak perlu.

2. Data Display (Penyajian Data)


Setelah mereduksi data, langkah berikutnya adalah penyajian
data.Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk table, grafik,
piechard, pictogram dan sejenisnya. Melalui penyajian data. maka
data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubugan, sehingga akan
semakin mudah dipahami.

3. Conclusion Drawing/Verification

Langkah ketiga adalah penarikan kesimpulan atau verifikasi


data. Dari permulaan pengumpulan data, peneliti kualitatif mulai
memutuskan apakah “makna” sesuatu., mencatat keteraturan, pola-
pola, penjelasan, konfigurasi yang mungkin, alur kausal, dan
proporsi-proporsi. Peneliti yang kompeten dapat menangani
kesimpulan-kesimpulan ini secara jelas, memelihara kejujuran dan
kecurigaan.

Analisa data bertujuan untuk menyusun data sehingga menjadi


bermakna dan mudah dipahami pembaca. Analisa data dari suatu penelitian
harus dilakukan secara bertahap sesuai dengan prosedur analisa penelitian.
Prosedur analisa penelitian yang dilakukan secara bertahap bertujuan untuk
memperoleh gambaran dari hasil penelitian yang telah dirumuskan dalam
tujuan penelitian
J.Jadwal penelitian

No Bulan
Kegiatan
November Desember Januari Februari Maret

1 Studi pendahuluan

2 Pembuatan Bab I

3 Pembuatan Bab II
4 Pembuatan Bab III
5 Seminar Proposal

6 Penelitian
Pengumpulan data
7
penelitian
8 Analisis Data

9 Pembuatan Bab IV

10 Pembuatan Bab V

11 Seminar Hasil

12 Pengumpulan KTI
DAFTAR PUSTAKA
Salikunna, n. A., & towidjojo, v. D. (2011). Penerapan sistem manajemen
kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit bersalin pertiwi makassar.
Biocelebes, 5(1).

Simanjuntak, e., & sirait, l. W. O. Menkes. Ri. (2018). Faktor-faktor penyebab


terjadinya missfile di bagian penyimpanan berkas rekam medis rumah sakit
mitra medika medan tahun 2017. Jurnal ilmiah perekam dan informasi
kesehatan imelda (jipiki), 3(1), 370–379.

Rustiyanto, e., & rahayu, w. A. (2011). Manajemen filing dokumen rekam medis
dan
informasi kesehatan. Yogyakarta: politeknik kesehatan permata indonesia.
LAMPIRAN
A. Surat Studi Pendahuluan
B. Surat Izin Pendahuluan Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta
C. Pedoman Wawancara Petugas Rekam Medis di Ruang Penyimpanan
Berkas Rekam medis Puskesmas Kraton
1. Apakah di Puskesmas Kraton sudah mempunyai SOP yang
membahas tentang keselamatan dan Kesehatan kerja?
2. Apakah pernah dilakukan pengecekan terhadap fasilitas yang ada
diruang penyimpanan berkas rekam medis?
3. Apakah ruangan penyimpanan berkas rekam medis sudah
mengunakan AC?
4. Apakah ruangan rekam medis sudah memenuhi standar yang
dibutuhkan?
5. Apakah diruangan penyimpanan berkas rekam medis disediakan APD
(alat pelindung diri)
6. Bagaimana prosedur penggunaan APD dalam penerapan
keselamatan dan kesehatan kerja di unit penyimpanan berkas rekam
medis di Puskesmas kraton ?
7. Bagaimana pelaksanaan pelayanan kesehatan kerja diunit
penyimpanan berkas rekam medis di Puskesmas kraton ?
8. Bagaimana pelaksanaan pengelolaan prasarana di unit penyimpanan
berkas rekam medis di Puskesmas kraton ?
9. Bagaiamana pengawasan pelaksanaan keselamatan dan kesehatan
kerja di unit penyimpanan berkas rekam medis di Puskesmas kraton
?
10. Bagaimana dengan berkas rekam medis pasien positif apakah
sudah di lakukan pemisahan untuk sterislisasi?
11. Apakah pernah dilakukan pengecekan secara berkala terhadap
fasilitas yang ada di ruang penyimpanan berkas rekam medis
12. Kecelakaan kerja apa saja yang pernah terjadi diruang penyimpanan
berkas rekam medis?
13. Apakah pencahayaan diruang penyimpanan berkas rekam medis
sudah cukup?
14. Apakah terdengan kebisingan dari luar ruang penyimanan berkas
rekam medis yang mengganggu pekerjaan?
15. Apakah peralatan di ruang penyimpanan berkas rekam sudah
memadai dan layak pakai?
D. Ceklist Observasi
No Aspek Yang Diamati Ya Tidak Keterangan
1. Adanya SOP yang
mengatur tentang
keselamatan dan
Kesehatan kerja
2. Adanya APD ( alat
pelindung diri) diruang
penyimpanan berkas
rekam medis

3. Adanya pengecekan
fasilitas yang ada
diruang penyimpanan
berkas rekam medis

4. Adanya tangga yang


digunakan untuk
mengambil berkas
rekam medis yang
berada dirak paling
atas
5. Adanya AC didalam
ruang penyimpanan
berkas rekam medis

6. Adanya alat
pengecekan
kelembaban,
kebisingan dan
pencahayaan

Anda mungkin juga menyukai