Anda di halaman 1dari 9

PROPOSAL SKRIPSI

PENGARUH INTERGROUP CONTACT TERHADAP STIGMA SOSIAL


PADA PENYINTAS COVID-19 DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
LINGSAR TAHUN 2022

Disusun untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Mata Ajar Skripsi I


Program Studi Sarjana Terapan Keperawatan Mataram
Tahun 2022

SITI RAHAYU WIDASARI PUTRI


NIM : P07120421029A

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI ALIH JENJANG SARJANA TERAPAN PROFESI NERS
2022
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal Skripsi dengan judul “Pengaruh Intergroup Contact Terhadap

Stigma Sosial Pada Penyintas Covid-19 Di Wilayah Kerja Puskesmas

Lingsar Tahun 2022” telah mendapat persetujuan untuk diseminarkan

dihadapan Tim Penguji Politeknik Kesehatan Mataram Kemenkes RI Jurusan

Keperawatan Program Studi Sarjana Terapan Keperawatan Mataram Tahun

Akademik 2021/2022

Oleh :

SITI RAHAYU WIDASARI PUTRI


NIM: P07120421029A

Mataram, Maret 2022

MENGETAHUI

Pembimbing I Pembimbing II

Drs.H.Zulkifli S.Kep.,MM.Kes.,MM Hadi Kusuma Atmaja,SST.M.Kes


NIP. 195906291981031005 NIP. 198303312006121002
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah


memberikan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
Proposal Skripsi yang berjudul “Pengaruh Intergroup Contact Terhadap
Stigma Sosial Pada Penyintas Covid-19 Di Wilayah Kerja Puskesmas
Lingsar Tahun 2022 ” dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak H. Awan Dramawan,S.Pd.,M.Kes. selaku Direktur Politeknik

Kesehatan Kemenkes Mataram.

2. Ibu Rusmini,S.Kep. Ns.,MM. selaku Ketua Jurusan Keperawatan di

Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram.

3. Desty Emilyani M.Kep selaku Ketua Program Studi D.IV Keperawatan

Mataram di Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram.

4. Bapak Drs.H.Zulkifli S.Kep.,MM.Kes.,MM. selaku Pembimbing utama

yang telah memberikan saran dan bimbingan yang membangun kepada

penulis dalam menyelesaikan penyusunan Proposal Skripsi.

5. Bapak Hadi Kusuma Atmaja,SST.M.Kes selaku Pembimbing

Pendamping yang telah memberikan masukan, dorongan dan bimbingan

dalam menyusun Proposal Skripsi ini.

6. Bapak Ibu Dosen Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes

Mataram yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan dan bimbingan

kepada penulis.
Penulis menyadari bahawa Proposal Skripsi ini masih banyak

kekurangannya, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun

sangat penulis harapkan untuk perbaikan selanjutnya.

Demikian, semoga Proposal Skripsi ini bisa bermanfaat dan menambah

wawasan bagi penulis dan para pembaca pada umumnya.

Mataram, Maret 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stigma sosial merupakan atribut atau perilaku yang

mendiskreditkan seseorang secara sosial karena mereka

diklasifikasikan sebagai "orang lain yang tidak diinginkan" oleh

masyarakat. Ini menciptakan dikotomi antara "menjadi normal dan

dapat diterima" versus "tercemar dan tidak diinginkan" (Goffman,

1963). Dari perspektif sosiologis, lumrah jika suatu kelompok sosial

menciptakan identitas kolektif, anggota kelompok menstigmatisasi

suatu perbedaan. Akibatnya, orang mungkin memiliki asumsi yang

salah yang dipengaruhi oleh pandangan publik sehingga masyarakat

menjadi ketakutan.

Ketakutan akan sesuatu yang tidak diketahui dan tidak biasa

(unfamiliar) serta kurangnya pengetahuan dan informasi terhadap

suatu penyakit yang belum ditemukan obat untuk penyembuhannya

seringkali menimbulkan persepsi negatif, termasuk stigma, serta

menjadi justifikasi atas pengasingan terhadap mereka yang memiliki

kondisi kesehatan tersebut (C. Lin, 2020; Williams,Gonzalez-Medina,

& Vu Le, 2011).


Berdasarkan World Health Organization (WHO) sampai dengan

10 November 2021, Pemerintah Republik Indonesia telah melaporkan

4.249.323 orang terkonfirmasi COVID-19. Ada 143.592 kematian

terkait COVID-19 yang dilaporkan dan 4.096.194 pasien telah pulih

dari penyakit tersebut.

Laju infeksi COVID 19 yang tinggi, menyebabkan penyakit ini

dengan cepat menyebar ke seluruh dunia termasuk Indonesia. Sejak

pertama kali kasus ini ditemukan di Indonesia pada Januari 2020,

secara bertahap penyakit ini menyebar ke seluruh wilayah Indonesia.

Berdasarkan laporan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

(Kemenkes RI) sampai dengan 27 Juli 2021 telah ditemukan

3.239.396 kasus, dengan penambahan jumlah kasus per hari

sebanyak 45.203 kasus.. Sejak awal januari 2021 dalam satu minggu

penambahan jumlah covid hanya sebesar 89.902 kasus, sedangkan

pada akhir juli 2021 dalam satu minggu penambahan jumlah kasus

mencapai 125.396 kasus.

Stigma sosial negatif yang muncul di masyarakat sebagian

besar disebabkan oleh penolakan karena takut tertular COVID-19.

Banyak orang menolak untuk menerima pasien yang kembali ke

wilayah mereka, menolak keluarga pasien, menolak petugas

kesehatan dan semua individu yang termasuk dalam kategori positif,


mencurigakan dan pengawasan (Nursalam et al, 2020). Hal ini terjadi

karena banyaknya isu yang beredar yang tidak benar dan tidak

adanya penyaringan informasi yang diterima masyarakat sehingga

membuat mereka semakin panik.

Kelompok Peminatan Intervensi Sosial Fakultas Psikologi

Universitas Indonesia melakukan survei terkait pengalaman stigma

COVID-19 terhadap partisipan yang sedang terpapar dan penyintas

COVID-19. Hasil survei menunjukkan bahwa fenomena stigma terkait

COVID 19 nyata adanya dan stigma sosial tidak hanya dikenakan

terhadap mereka yang terpapar COVID-19, namun dikenakan juga

kepada penyintas COVID-19.

Beberapa strategi yang digunakan untuk mengurangi stigma,

diantaranya intergroup contact. Menurut Allport (1954), Intergroup

contact bekerja dengan menggabungkan penyediaan informasi (yaitu

pendidikan) dengan kesempatan untuk berinteraksi langsung dengan

seseorang penyintas COVID-19. Hal ini dapat menyebabkan

diskonfirmasinya keyakinan stereotip negatif tentang penyintas

COVID-19, yang dapat menyebabkan perubahan perilaku, terutama

karena kecemasan yang berkurang dan empati yang meningkat.

Kristus (2014) menemukan intergroup contact di seluruh

konteks sosial memiliki efek yang kuat pada prasangka (produk


stigma) berkurang. Selain itu, efek ini ditemukan di banyak negara,

lintas waktu, dan di berbagai tingkat (wilayah, distrik, dan lingkungan),

dan dengan dan tanpa mengontrol serangkaian variabel demografis

dan konteks. Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti bermaksud

melakukan penelitian lebih lanjut mengenai “ Pengaruh Intergroup

Contact Terhadap Stigma Sosial Pada Penyintas COVID-19 Di

Wilayah Kerja Puskesmas Lingsar Tahun 2022”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, penulis

tertarik untuk melaksanakan penelitian ini yaitu “Apakah ada Pengaruh

Intergroup Contact Terhadap Stigma Sosial Pada Penyintas COVID-19

Di Wilayah Kerja Puskesmas Lingsar Tahun 2022?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Pengaruh Intergroup Contact Terhadap Stigma

Sosial Pada Penyintas COVID-19 Di Wilayah Kerja Puskesmas

Lingsar Tahun 2022?

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi pengaruh Intergroup Contact pada penyintas

covid-19 di wilayah kerja puskesmas Lingsar tahun 2022


b. Menganalisa pengaruh intergroup contact terhadap stigma

sosial pada penyintas covid-19 di wilayah kerja puskesmas

Lingsar tahun 2022

D. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:

Hipotesa nol (Ho) : tidak ada Pengaruh Intergroup Contact Terhadap

Stigma Sosial Pada Penyintas COVID-19 Di Wilayah Kerja Puskesmas

Lingsar Tahun 2022

Hipotesa alternatif : ada Pengaruh Intergroup Contact Terhadap

Stigma Sosial Pada Penyintas COVID-19 Di Wilayah Kerja Puskesmas

Lingsar Tahun 2022

Anda mungkin juga menyukai