Anda di halaman 1dari 11

PREFERENSI MASYARAKAT KELURAHAN PUNDUNGSARI

TERHADAP MEREK VAKSIN COVID-19

LAPORAN OPSI
BIDANG IPS DAN KEMANUSIAAN

Oleh:
NOERAINI PUTRI KITO (KETUA)
QUEEN KAYLILA RAIHANON NARARYA (ANGGOTA)

SMP NEGERI 1 SEMIN


GUNUNGKIDUL
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
2022
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertandatangan di bawah ini,


Nama : NUR SUTANTA, S. Pd, M. Or.
NIP : 19680912 199802 1 004
Pangkat/Golongan/Ruang : Pembina/IV a
Jabatan : Kepala Sekolah
Unit Kerja : SMP N 1 SEMIN

Dengan ini menyatakan “KEASLIAN DAN BUKAN PLAGIASI“ hasil penelitian siswa dalam
mengikuti Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) berjudul “PREFERENSI
MASYARAKAT KELURAHAN PUNDUNGSARI TERHADAP MEREK VAKSIN COVID-19”
yang dibuat oleh:
1. Nama Lengkap : NOERAINI PUTRI KITO
NISN : 7655
Kelas : 7B
2. Nama Lengkap : QUEEN KAYLILA RAIHANON NARARYA
NISN : 7722
Kelas : 7D
Dengan pembimbing:
Nama : SUSI PRASETYANINGTYAS, M.Pd.
NIP : 19801012 200501 2 016
Pangkat/Golongan : Pembina / IV a
Unit Kerja : SMP Negeri 1 Semin Gunungkidul

               Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.

Gunungkidul, 25 April 2022


Kepala Sekolah

NUR SUTANTA, S. Pd, M. Or.


NIP. 19680912 199802 1 004

ABSTRAK

Di awal tahun 2020, virus Covid-19 menjadi masalah kesehatan dunia karena
menyebar secara cepat dan meluas di negara-negara dunia, dan dinyatakan WHO sebagai
sebuah pandemi. Covid-19 juga telah menyebar luas di Indonesia yang menyebabkan
pemerintah melakukan penanggulangan, salah satunya dengan pelaksanaan program
vaksinasi Covid-19. Program vaksinasi ini juga telah dilaksanakan di kapanewon Semin,
Gunungkidul, yang juga dihadiri masyarakat kelurahan Pundungsari. Namun terdapat
perbedaan jumlah peserta vaksinasi dengan merek vaksin berbeda, bahkan terdapat peserta
yang batal mengikuti vaksinasi karena perubahan merek vaksin yang digunakan.
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Di awal tahun 2020, sebuah virus baru menjadi topik pembahasan masalah
kesehatan dunia karena secara cepat dan meluas di negara-negara dunia. Virus
tersebut adalah Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV-2)
yang menyebabkan penyakit Coronavirus Disease. Virus ini pertama kali diidentifikasi di
Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok pada pertengahan Desember 2019. Penyakit ini
juga disebut Covid-19 karena disebabkan oleh virus Corona dan ditemukan di tahun
2019. Covid-19 menyerang saluran pernapasan pada manusia. Pada kasus Covid-19
yang berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan
bahkan kematian. Infeksi Covid-19 akan lebih berbahaya bila terjadi pada: orang lanjut
usia: orang yang memiliki penyakit penyerta (hipertensi, diabetes melitus, kanker, dll);
serta orang yang daya tahan tubuhnya lemah.
Covid-19 telah dinyatakan oleh WHO sebagai pandemi. Di Indonesia kasus positif
Covid-19 pertama kali di deteksi pada 2 Maret 2020, dan pada 9 April pandemi ini telah
menyebar ke 34 provinsi di Indonesia. Kemudian pada tanggal 31 Maret 2020
Pemerintah Indonesia mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2020
tentang Penetapan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Corona Virus Disease 2019
(Covid-19). Mulai saat itu Indonesia menyatakan Covid-19 sebagai kedaruratan
kesehatan masyarakat yang wajib dilakukan upaya penanggulangan.
Banyak usaha yang dilakukan pemerintah Indonesia untuk menekan penyebaran
Covid-19 di Indonesia. Kebijakan itu antara lain PSBB (Pembatasan Sosial Bersakala
Besar) pada 2020 yang kemudian dirubah menjadi PPKM (Pemberlakuan Pembatasan
Kegiatan Masyarakat) pada 2021. Serta menghimbau masyarakat untuk melaksanakan
dan mematuhi protokol kesehatan 5M yaitu mencuci tangan, memakai masker, menjaga
jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas. Kebijakan yang terakhir adalah
pelaksanaan program vaksinasi.
Program vaksinasi bertujuan untuk merangsang sistem kekebalan tubuh terhadap
virus, mengurangi risiko penularan, mengurangi dampak berat dari infeksi virus, dan
mencapai herd immunity atau kekebalan kelompok. Program vaksinasi di Indonesia
dimulai pada Rabu, 13 Januari 2021 di Istana Negara, yang kemudian program
vaksinasi mulai dilaksanakan di berbagai daerah dengan menggunakan beberapa
merek vaksin yang berbeda.
Program vaksinasi juga telah dilaksanakan hingga Kapanewon Semin, Kabupaten
Gunungkidul, yang dimulai pada bulan Maret 2021. Peserta vaksinasi pertama kali
dilakukan oleh unsur masyarakat yang langsung berhubungan dengan masyarakat luas.
Dan juga diikuti oleh masyarakat Kelurahan Pundungsari. Namun beberapa kali
didapati bahwa terdapat perbedaan pada jumlah peserta vaksinasi dengan
menggunakan merek vaksin yang berbeda, bahkan terdapat sebagian peserta yang
batal mengikuti kegiatan vaksinasi dikarenakan adanya perubahan merek vaksin yang
digunakan dalam pela ksanaan vaksinasi tersebut.
Seperti halnya yang terjadi pada vaksinasi massal Covid-19 di komplek
Kapanewon Semin yang diselenggarakan tanggal 22 Oktober 2021, menurut
penyelenggara pada awalnya peserta yang mendaftar lebih dari 1500 orang ketika
diumumkan vaksinasi tersebut menggunakan vaksin merek Sinovac, namun menjelang
pelaksanaan ternyata terdapat perubahan merek vaksin yang digunakan menjadi vaksin
merek AstraZenaca, hal itu menyebabkan pendaftar berkurang menjadi sekitar 700
orang dikarenakan sebagian mengundurkan diri. Sama halnya dengan yang terjadi
pada pelaksanaan vaksinasi massal Covid-19 tingkat Kapanewon Semin di kalurahan
Bendung pada tanggal 26 Oktober 2021 yang menggunakan vaksin merek Pfizer
dimana pada awalnya didapati bahwa sepi pendaftar, mengetahui hal tersebut
penyelenggara mengganti menggunakan vaksin merek Sinovac dengan tujuan menarik
minat masyarakat supaya jumlah pendaftarnya bertambah.
Terdapat dugaan bahwa masalah ini terkait dengan perbedaan efek yang
ditimbulkan setelah vaksinasi antara vaksin yang satu dengan yang lainnya. Hal ini
menimbullkan pertanyaan mengenai kebenaran tentang pilihan masyarakat khususnya
masyarakat Kalurahan Pundungsari terhadap merek vaksin Covid-19, apakah sebagian
besar memilih vaksin merek tertentu, serta apa sebenarnya alasan atau penyebab dari
perbedaan jumlah peserta vaksinasi tersebut.
Karena perihal masalah di atas dan belum adanya penelitian atau analisis lebih
lanjut mengenai masalah tersebut, maka dilakukanlah penelitian ini untuk mengetahui
preferensi masyarakat Kelurahan Pundungsari terhadap vaksin Covid-19 dan alasan
atau penyebab yang mendasari adanya preferensi masyarakat tersebut.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengapa beberapa kegiatan vaksinasi massal Covid-19 kurang mendapat minat
masyarakat Kelurahan Pundungsari?
2. Vaksin Covid-19 merek apakah yang cenderung dipilih oleh masyarakat Kelurahan
Pundungsari?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui penyebab animo atau minat masyarakat Kelurahan Pundungsari
terhadap kegiatan vaksinasi Covid-19 masal.
2. Mengetahui merek vaksin Covid-19 yang cenderung dipilih oleh masyarakat
Kelurahan Pundungsari.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini antara lain:
1. Sebagai informasi tentang preferensi masyarakat di Kelurahan Pundungsari
terhadap merek vaksin Covid-19.
2. Diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi kebijakan promosi vaksinasi.
3. Diharapkan dapat memotivasi dan menimbulkan keinginan bagi para pelajar untuk
meneliti tentang suatu permasalahan yang ada di lingkungan sekitar.

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

1. Preferensi
Kata preferensi mempunyai banyak pengertian. Menurut Poerwadaminta (2006)
dalam KBBI, preferensi merupakan kesukaan (kecenderungan hati) kepada sesuatu.
Preferensi juga diartikan sebagai pilihan suka atau tidak suka oleh seseorang terhadap
suatu produk, barang, atau jasa yang dikonsumsi, Kotler (2000: 15) berpendapat bahwa
preferensi konsumen menunjukkan kesukaan konsumen dari berbagai pilihan produk
atau jasa yang ada. Sedangkan Mappiare (1994) mendefinisikan preferensi adalah
suatu perangkat mental yang terdiri dari suatu campuran dari perasaan, harapan,
pendirian, prasangka, rasa takut atau kecenderungan lain yang mengarahkan individu
kepada suatu pilihan tertentu.
Menurut Sukanto (1997) preferensi juga berarti minat atau kesukaan, merupakan
motivasi yang mendorong orang untuk melakukanya yang mereka inginkan bila mereka
bebas memilih. Setiap minat akan memuaskan suatu kebutuhan. Dalam melakukan
fungsinya kehendak itu berhubungan erat dengan pikiran dan perasaan. Pikiran
mempunyai kecenderungan bergerak dalam sektor rasional analis, sedangkan perasaan
yang bersifat halus atau tajam lebih mendambakan kebutuhan. Sedangkan akal
berfungsi sebagai pengingat pikiran dan perasaan itu dalam koordinasi yang harmonis,
agar kehendak bisa diatur sebaik-baiknya.
2. Virus
Virus adalah mikroorganisme patogen (organisme penyebab penyakit) yang hanya
dapat bereplikasi di dalam sel makhluk hidup dikarenakan mereka tidak memiliki
perlengkapan seluler untuk bereproduksi sendiri. Semua bentuk kehidupan dapat
diinfeksi oleh virus, mulai dari hewan, tumbuhan, hingga bakteri dan arkea (Koonin,
Eugene V.; Senkevich, Tatiana G.; Dolja, Valerian V., 2006). Virus adalah parasit
intraselular obligat, merupakan mikroorganisme parasit yang tidak dapat bereproduksi di
luar sel punca, memaksa punca untuk membantu reproduksi parasit (Amann R,
Springer N, Schönhuber W; et al., 1997). Istilah virus biasanya digunakan untuk
menyebut jenis virus yang menginfeksi sel-sel eukariota sementara virus yang
menginfeksi sel prokariota (seperti bakteri dan arkea) dikenal sebagai bakteriofaga.
Keberadaan virus pertama kali diketahui melalui tulisan ilmiah Dmitri Ivanovsky pada
1892 yang menguraikan patogen non-bakteri yang menginfeksi tanaman tembakau dan
penemuan virus mosaik tembakau oleh Martinus Beijerinck pada tahun 1898 (Koonin,
Eugene V.; Senkevich, Tatiana G.; Dolja, Valerian V., 2006).
3. Virus Covid-19
Severe Acute Respiratory Syndrom Coronavirus 2 atau SARS-CoV-2
(Gorbalenya, Alexander E. 11 Februari 2020) yang dalam bahasa Indonesia berarti
Koronavirus Sindrom Pernapasan Akut Berat 2 adalah salah satu anggota koronavirus
yang mengakibatkan infeksi sistem pernapasan pada manusia. Virus ini pertama kali
diidentifikasi di Kota Wuhan, Tiongkok dan menyebabkan wabah Covid-19 (Coronavirus
disease 2019).
4. Pandemi
Pandemi adalah epidemi yang terjadi pada skala yang melintasi batas
internasional, biasanya memengaruhi sejumlah besar orang (Miquel Porta, 2008).
Pandemi merupakan wabah penyakit yang menjangkit secara serempak dimana-
mana, meliputi daerah geografis yang luas. Pandemi merupakan epidemi yang
menyebar hampir ke seluruh dunia atau pun benua dan biasanya mengenai banyak
orang. Peningkatan angka penyakit diatas normal yang biasanya terjadi, penyakit ini
pun terjadi secara tibatiba pada populasi suatu area geografis tertentu.(Agus Purwanto,
dkk, 2020)
5. Vaksin
Vaksin merupakan produk biologis yang mengandung antigen yang mewakili
kuman penyebab penyakit (virus atau bakteri), vaksin berisi antigen berupa virus atau
bakteri yang dilemahkan, dimatikan, maupun bagian dan zat yang dihasilkannya.
Vaksinasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif
terhadap suatu antigen (dari virus ataupun bakteri), sehingga dapat diharapkan
mencegah terjadinya penyakit dengan gejala yang parah jika kelak terpajan dengan
antigen yang sama. (Gatot Soegiarto 2020).
6. Vaksin Covid-19
Pada awal pelaksanaan program vaksinasi vaksin yang diberikan secara bertahap
kepada masyarakat adalah Sinovac, namun demi tercapainya target jumlah penduduk
yang divaksinasi dan tercapainya kekebalan kawanan (herd immunity) seiring waktu
pemerintah mulai menambah jenis vaksin. Menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 9.860/2020, agar bisa digunakan oleh masyarakat luas vaksin Covid-19 harus
mendapatkan izin edar atau persetujuan penggunaan pada masa darurat dari Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)  lewat emergency use authorization (EUA).
Beberapa jenis (merek) vaksin Covid-19 yang sudah mendapatkan izin
penggunaan darurat dari BPOM antara lain: vaksin CoronaVac oleh Sinovac Biotech
Ltd; vaksin AstraZeneca oleh AstraZeneca bersama University of Oxford ; vaksin
Moderna oleh Moderna dan NIAID; vaksin Sinopharm oleh China National
Pharmaceutical Group Corporation; vaksin Pfizer oleh BioNTech, Fosun Pharma dan
Pfizer Inc; vaksin Novavax; vaksin Sputnik V oleh Gamaleya Research Institute; vaksin
Johnson & Johnson oleh Janssen Pharmaceutical Companies; vaksin Convidecia oleh
CanSino Biologics Inc. dan Beijing Institute of Biotechnology; dan vaksin Zifivax oleh
Anhui Zhifei Longcom Biopharmaceutical bersama Institute of Microbiology (Chinese
Academy of Sciences).
7. Vaksinasi
Vaksinasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara
aktif terhadap suatu antigen (dari kuman, virus atau bakteri), sehingga bila kelak
terpajan dengan antigen (kuman) yang sama, orang tersebut sudah mempunyai
antibodi sehingga tidak terjadi penyakit. Tujuannya untuk mencegah terjadinya penyakit
tertentu pada seseorang, masyarakat/populasi, bahkan melenyapkan penyakit tertentu
dari dunia seperti misalnya penyakit polio dan cacar. Pada kondisi tertentu, vaksin
belum dapat sepenuhnya mencegah terjadinya infeksi, namun dapat diharapkan
mencegah terjadinya penyakit dengan gejala yang parah atau kritis. (Gatot Soegiato,
2020).
8. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)
KIPI/kejadian ikutan pasca imunisasi merupakan kejadian medis yang
berhubungan dengan imunisasi berupa efek samping reaksi suntikan, reaksi vaksin,
efek farmakologis, kesalahan prosedur, koinsiden atau hubungan kausal yang tidak
dapat ditentukan yang terjadi pada tubuh setelah vaksinasi (Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia, 2018). KIPI dapat disebabkan oleh reaksi tubuh untuk membangun
imunitas. Secara umum KIPI dibagi menjadi 3 kategori, yaitu:
∙ Reaksi lokal, misalnya nyeri atau kemerahan di area suntikan.
∙ Reaksi sistemik, seperti demam, nyeri sendi, badan lemas, atau sakit kepala.
∙ Reaksi lain, termasuk pingsan, urtikaria, dan anafilaksis.

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu. Populasi dalam
penelitian ini adalah masyarakat kalurahan Pundungsari. Bentuk pengambilan sampel
dalam penelitian ini adalah melalui survei.
Kerlinger dan Lee (2000) menyarankan sebanyak 30 sampel sebagai jumlah minimal
sampel dalam penelitian kuantitatif. Selain itu, Hofstede (dalam situs resminya
www.geerthofstede.nl) mengungkapkan bahwa jumlah ideal sampel yang diperlukan
adalah sekurang-kurangnya 50 orang.
Sampel penelitian ini adalah 63 responden dari kalurahan Pundungsari yang sudah
tervaksin dosis 1 ataupun lengkap dosis 2 merek vaksin Sinovac dan Astra Zeneca.

B. Tata cara pengumpulan data


1. Data Primer
Untuk mendapatkan data dari responden dengan memberikan daftar pertanyaan
yang berkaitan dengan penelitian ini dengan memberikan pilihan jawaban untuk
dijawab oleh responden, yaitu berisi daftar pertanyaan mengenai merek vaksin yang
digunakan dan yang dipilih oleh responden serta alasan pemilihan tersebut.
2. Data Sekunder
Data diperoleh dari sumber yang sudah ada, yaitu data dari UPT Puskesmas Semin
1 tentang cakupan vaksinasi kalurahan Pundungsari untuk merek vaksin Sinovac dan
merek AstraZeneca. Data ini digunakan sebagai pembanding sekaligus penguat data
primer yang didapatkan dari jawaban responden.

C. Cara memilih sampel


Sampel yang diambil berdasarkan teknik purposive sampling; yaitu responden dipilih
yang berusia 12 tahun ke atas serta sudah melaksanakan vaksinasi minimal dosis 1
ataupun lengkap 2 dosis dari merek vaksin Sinovac dan vaksin AstraZeneca.

D. Teknik analisis data


Penelitian ini menggunakan metode survei dengan pendekatan kuantitatif deskriptif.
Data yang diperoleh lalu ditabulasi dan dibandingkan untuk mendapatkan pola
kecenderungan dalam melaksanakan vaksinasi serta kecenderungan merek vaksin
yang diinginkan.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil

Preferensi Vaksin dan Alasannya


30
26
25

20
Jumlah Orang

15

10 9
5 4 5 4
5
2 1 1 2 1 1 1 1
0
Efeknya lebih Lebih aman Lebih bagus Hanya itu yang Alasan lain
ringan tersedia
Alasan

Sinovac AstraZeneca Moderna Pfizer Vaksin lain

B. Pembahasan

Merk Vaksin yang


Didapat
2%
2%
Sinovac
25%
AstraZeneca
Moderna
Pfizer
71%
KIPI yang Dirasakan
35
30
30
25
20
15
10
4 4 4 5
5
1 1 2 1 2 1 1 2 3 1 1
0
Nyeri di Kantuk Lapar Lelah Nyeri Demam Menggigil Tidak ada
bekas otot/ seluruh efek
suntikan sendi tubuh

Sinovac AstraZeneca Moderna Pfizer


Dari data yang didapatkan, dapat dilihat bahwa responden yang divaksin Sinovac 67%
(30 orang) hanya mengalami efek (KIPI) berupa nyeri di bekas suntikan, 11% bahkan
tidak merasakan efek, sedangkan yang mengalami efek berat seperti demam seluruh
tubuh hanya 4%.

Preferensi Merek
Vaksin
Sinovac
2% AstraZeneca
5% Moderna
10%
Pfizer
13% Vaksin lain
71%

Preferensi Vaksin dan Alasannya


30 26
25
Jumlah Orang

20
15
9
10
5 4 5 4
5 2 1 1 2 1 1 1 1
0
Efeknya lebih Lebih aman Lebih bagus Hanya itu yang Alasan lain
ringan tersedia

Alasan
Sinovac AstraZeneca Moderna Pfizer Vaksin lain

Dari data yang didapatkan, diketahui bahwa dari 63 responden 71% lebih memilih
vaksin Sinovac, 13% memilih vaksin AstraZeneca, 9% memilih vaksin Moderna, 5%
memilih vaksin Pfizer dan 2% memilih vaksin lain.
Responden yang memilih vaksin Sinovac sebagian besar (26 orang) memilih vaksin
tersebut karena efeknya (KIPI) lebih ringan, sedangkan sebagian yang lain memiliki
alasan karena vaksin tersebut lebih aman, lebih bagus, atau alasan lainnya.
Responden yang memilih vaksin AstraZeneca dan Moderna sebagian besar memiliki
alasan karena vaksin tersebut lebih bagus. Sedangkan yang memilih vaksin Pfizer
memiliki alasan karena vaksin teresebut efeknya (KIPI) lebih ringan dan karena alasan
lain.
Dapat disimpulkan bahwa responden lebih banyak yang memilih vaksin Sinovac
dikarenakan efek (KIPI) vaksin tersebut lebih ringan.

DATA CAKUPAN VAKSINASI VAKSI

Dari data diatas dapat dilihat bahwa jumlah peserta yang tidak melanjutkan ke dosis 2
(drop out) sebanyak 129 orang atau sebesar 13,6%.

Dari data diatas dapat dilihat bahwa jumlah peserta yang tidak melanjutkan ke dosis 2
(drop out) sebanyak 161 orang atau sebesar 26,7%.

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
B. Saran
Saran bagi pemerintah dan pelaksana layanan vaksinasi :
1. Sosialisasi lebih meluas dan intensif tentang jenis-jenis (merek) vaksin yang
diperoleh dan penjelasan kemungkinan KIPI yang muncul.
2. Memastikan peserta vaksinasi dalam kondisi sehat atau fit saat akan divaksin, atau
pengetatan dalam tahapan skrining peserta vaksin.
3. Istirahat 1-2 hari setelah vaksinasi agar meminimalisir efek KIPI.

Daftar Pustaka
33 Poerwadaminta,W.J.S. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka,
Jakarta, Edisi III, 2006, h. 769.
35 Andi Mappiare, Psikologi Orang Dewasa Bagi Penyesuaian Dan Pendidikan,
Surabaya, Usana Offsetprinting, 1994, h . 62.
Sukanto, Fisiologi, (Jakarta: Integritas Press, 1997), h. 120. Preferensi menurut
KBBI adalah: a (hak untuk) didahulukan dan diutamakan daripada yang lain; prioritas. b
pilihan; kecenderungan; kesukaan.

Anda mungkin juga menyukai