Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Stroke merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia

Stroke disebabkan oleh gangguan suplai darah ke otak, biasanya

karena tersumbatnya pembuluh darah oleh gumpalan darah. Sehingga

kurangnya kebutuhan oksigen dan nutrisi menyebabkan kerusakan

pada jaringan otak (WHO, 2014). Keluarga merupakan komponen

penting dalam proses pemulihan seorang pasien karena keluargalah

yang paling mengetahui kondisi kesehatan pasien dan menjadi bagian

penting dalam proses pemulihan atau pengendalian penyakit stroke

agar tidak terjadi stroke berulang (Fadilla, 2012).

Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan sekitar 15 juta

orang terserang stroke setiap tahunnya dan dari 15 juta orang

tersebut, 5 juta orang meninggal dan 5 juta orang lagi mengalami

kecacatan permanen dan menjadi beban keluarganya (Sudoyo, 2018).

Stroke merupakan penyebab kematian utama urutan kedua pada

kelompok usia diatas 60 tahun, dan urutan kelima penyebab kematian

pada kelompok usia 15-59 tahun (Wahyu, 2018). Diperkirakan pada

tahun 2020, sebanyak 7,6 juta orang akan meninggal karena stroke,

terutama di wilayah Asia Pasifik. Di Indonesia sendiri diperkirakan

terjadi sekitar 800 sampai dengan 1.000 kasus stroke setiap tahunnya

(Junaidi, 2018).

1
2

Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000

penduduk terkena serangan stroke, sekitar 2,5% atau 125.000 orang

meninggal, dan sisinya cacat ringan maupun berat (Dorothy, 2018).

Secara umum, dapat dikatakan angka kejadian stroke adalah 200 per

100.000 penduduk. Dalam satu tahun, diantara 100.000 penduduk,

maka 200 orang akan menderita stroke. Kejadian stroke iskemik

sekitar 80% dari seluruh total kasus stroke, sedangkan kejadian stroke

hemoragik hanya sekitar 20% dari seluruh total kasus stroke (Yayasan

Stroke Indonesia, 2018).

Di NTB, diperkirakan setiap tahun terjadi 13,036 penduduk

terkena serangan stroke, dan setiap tahunnya meningkat di tahun

2018 menurut presentase yang menderita stroke 8,8% (Riskesdas,

2018). Sedangkan menurut data dari catatan rekam medik Puskesmas

Pejeruk Tahun 2021 sebanyak 478 jiwa yang menderita stroke.

Pasien stroke dapat mengalami berbagai masalah kesehatan,

seperti kehilangan fungsi motorik, gangguan komunikasi, persepsi,

gangguan hubungan visual-spasial, kehilangan fungsi sensoris,

kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologik dan disfungsi kandung

kemih. Penderita stroke yang mengalami kelemahan otot dan tidak

segera mendapatkan penanganan yang tepat dapat menimbulkan

komplikasi salah satunya adalah kontraktur yang menyebabkan

terjadinya gangguan fungsional, gangguan mobilisasi, gangguan

aktivitas sehari-hari, dan cacat yang tidak dapat disembuhkan.


3

Peran keluarga dalam merawat pasien stroke lanjutan adalah

pemeliharaan kesehatan yaitu mempertahankan keadaan kesehatan

pasien stroke lanjutan agar tetap memiliki produktivitas tinggi. Keluarga

mempunyai peran kesehatan dalam merawat pasien stroke lanjutan

antara lain: pertama, mengenal masalah kesehatan keluarga. Kedua,

memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga. Ketiga,

merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan. Keempat,

memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan

keluarga. Kelima, memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan

disekitar keluarga. Kelima hal tersebut menunjukkan bahwa keluarga

berperan penting dalam proses penyembuhan pada pasien

(Suprajitno, 2004)

Tindakan yang dapat dilakukan oleh perawat kepada pasien

stroke dengan gangguan mobilisasi diantaranya latihan mobilisasi atau

ROM, tirah baring setiap 2 jam sekali, dan memberikan pendidikan

kesehatan kepada keluarga maupun pasien tentang tujuan

peningkatan mobilitas fisik. Salah satu bentuk latihan yang dinilai

cukup efektif untuk mencegah terjadinya kecacatan pada pasien stroke

adalah latihan Range Of Motion (ROM).

Mobilisasi dengan latihan ROM merupakan salah satu bentuk

rehabilitasi awal pada penderita stroke. Terdapat dua jenis latihan

ROM yaitu ROM aktif dan ROM pasif. ROM aktif adalah latihan gerak

isotonik (terjadi kontraksi dan pergerakan otot) yang dilakukan klien

dengan menggerakkan masing-masing persendiannya sesuai dengan


4

rentang geraknya yang normal, sedangkan ROM pasif adalah

pergerakan perawat atau petugas lain yang menggerakkan persendian

klien sesuai dengan rentang geraknya (kusyati, 2006).

Tujuan memberikan latihan ROM secara dini agar dapat

meningkatkan kekuatan otot karena dapat menstimulasi motor unit

sehingga apabila semakin banyak motor unit yang terlibat maka akan

terjadi peningkatan kekuatan otot. Dampak yang terjadi jika ROM tidak

dilakukan yaitu kekakuan pada otot, decubitus, infeksi saluran

perkemihan, pneumonia aspirasi, nyeri karena tekanan kontraktur,

tromboplebitis, mengurangi kemampuan dalam beraktivitas. Sehingga

mobilisasi dini sangatlah penting dilakukan secara rutin dan kontinyu

(FKUI, 2000).

Berdasarkan hal tersebut diatas peneliti terdorong untuk

mengetahui Pengaruh pengetahuan keluarga tentang latihan rentang

gerak (ROM) pada pasien stroke di Wilayah Kerja Puskesmas Pejeruk

Tahun 2022.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat di rumuskan

permasalahan dalam peneitian ini yaitu “Bagaimanakah Pengaruh

Pendidikan Kesehatan Range Of Motion (ROM) Terhadap Pendidikan

Pengetahuan Dan Keterampilan Keluarga Pada Pasien Stroke Di

Wilayah Kerja Puskesmas Pejeruk Tahun 2022?”.


5

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Pengaruh Pendidikan Kesehatan Range Of

Motion (ROM) Terhadap Pendidikan Pengetahuan Dan

Keterampilan Keluarga Pada Pasien Stroke Di Wilayah Kerja

Puskesmas Pejeruk Tahun 2022

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi pengetahuan keluarga sebelum dan sesudah

diberikan pendidikan kesehatan tentang Range Of Motion.

b. Mengidentifikasi keterampilan keluarga sebelum dan sesudah

diberikan pendidikan kesehatan tentang Range Of Motion.

c. Mengidentifikasi pengaruh pendidikan kesehatan terhadap

pengetahuan dan keterampilan.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Menambah wawasan, pengetahuan dan, mendapat

pengalaman penelitian tentang Pengaruh Pendidikan Kesehatan

Range Of Motion Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan

Keterampilan Keluarga Pada Pasien Stroke Di Wilayah Kerja

Puskesmas Pejeruk Tahun 2022”.


6

2. Manfaat Praktis

a. Institusi Pendidikan

Sebagai informasi dan dapat di jadikan pengembangan ilmu

pengetahuan dan menjadi literatur dalam kepustakaan.

b. Bagi Puskesmas

1) Dapat digunakan sebagai masukan untuk meningkatkan

pengetahuan keluarga tentang latihan rentang gerak (ROM)

dan kemampuan keluarga dalam merawat pasien stroke di

rumah.

2) Memudahkan tenaga kesehatan untuk menilai sejauh mana

kemampuam keluarga tentang latihan rentang gerak (ROM)

pada pasien stroke.

c. Bagi Pasien dan Keluarga

Menambah pengetahuan serta sangat bermanfaat bagi pasien

dan keluarga bahwa latihan rentang gerak (ROM) harus

dilakukan di rumah oleh keluarga.

Anda mungkin juga menyukai