SEMINAR HASIL
Oleh
SAMSUL BAHRI
1802011166
SEMINAR HASIL
Disusun Oleh :
SAMSUL BAHRI
1802011166
SAMSUL BAHRI
Nomor Pokok Mahasiswa: 1802011166
Menyetujui
Komisi Penasihat,
Dr. dr. Hj. Arifah Devi Fitriani, M.Kes dr. Jamaluddin, MARS
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Program Studi
Ilmu Kesehatan Masyarakat
Iman Muhammad, S.E., S.Kom., M.M., M.Kes Dr. Asriwati, S.Kep., Ns., S.Pd., M.Kes
iii
Tanggal Lulus :
Telah diuji pada tanggal :
iv
v
PERNYATAAN KEASLIAN THESIS
Samsul Bahri
vi
LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan) dengan Hak Bebas Royalty Non
Ekslusif Fakultas Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia Medan
berhak menyimpan, Mengalih media format, mengelola dalam bentuk pangkalan
data (database), merawat dan mempublikasi tesis saya tanpa meminta ijin dari
saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis, pencipta dan sebagai
pemilik hak cipta.
Demikian persyaratan ini saya buat dengan sebenarnya.
Di buat di : Medan
Pada Tanggal, November 2020
Yang Menyatakan
Samsul Bahri
vii
ABSTRAK
SAMSUL BAHRI
1802011166
Keselamatan telah menjadi isu global terutama bagi rumah sakit. Budaya keselamatan
pasien adalah produk dari nilai, sikap, kompetensi, dan pola perilaku individu dan
kelompok yang menentukan komitmen, gaya, dan kemampuan organisasi pelayanan
kesehatan terhadap keselamatan pasien. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
gambaran budaya keselamatan pasien dengan model AHRQ. Penelitian ini menggunakan
metode kuantitatif dengan desain cross sectional. Populasi penelitian adalah seluruh
petugas di instalasi rawat inap RSUD Dr. R. M Djoelham 156 orang maka jumlah
sampel yang ditemukan 61 responden dengan teknik pengambilan sampel menggunakan
Simple random sampling. Hasil penelitian diketahui gambaran harapan dan tindakan
manajer mempromosikan patient safety sebesar 77,04% (kuat), organizational learning
sebesar 91,8% (baik atau membudaya kuat), kerja sama dalam unit sebesar 93,85%
( baik atau membudaya kuat), komunikasi terbuka sebesar 71,04% (cukup baik atau
membudaya sedang), umpan balik mengenai kesalahan sebesar 77,05% (baik atau
membudaya kuat), dimensi respon non punitive terhadap kesalahan sebesar 61,20%
(cukup baik atau membudaya sedang), staffing sebesar 59,01% (cukup baik atau
membudaya sedang), dukungan manajemen terhadap upaya keselamatan pasien sebesar
85,8% (baik atau membudaya kuat), kerja sama antar unit sebesar 71,32% (cukup baik
atau membudaya sedang), kerja handsoff dan transisi pasien sebesar 59,02% (cukup baik
atau membudaya sedang), persepsi keseluruhan staf rumah sakit tentang patient safety
sebesar 68,86% (cukup baik atau membudaya sedang), frekuensi pelaporan sebesar
73,22% (cukup baik atau membudaya sedang). Dengan hasil penelitian ini diharapkan
RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai diharapkan dapat meneruskan, mempertahankan,
dan mengembangkan program-program keselamatan pasien yang telah berjalan serta
memelihara budaya keselamatan pasien yang ada.
viii
ABSTRACT
SAMSUL BAHRI
1802011166
Safety has become a global issue especially for hospitals. Patient safety culture is the
values, attitudes, attitudes, and behavior patterns of individuals and groups that
determine the commitment, style, and ability of a health organization to patient safety.
The aim of the study was to determine the patient's cultural description using the AHRQ
model. This study used quantitative methods with cross sectional design. The study
population was all inpatient hospital staff Dr. R. M Djoelham 156 people, the number of
samples found was 61 respondents with the sampling technique using simple random
sampling. The results of the study show that the description of expectations and
managerial actions of patient safety is 77.04% (), organizational learning is 91.8% (good
or strong), cooperation in units is 93.85% (good or strong), communication open by
71.04% (good enough or cultured moderately), feedback about the error of 77.05% (good
or strongly cultured), the dimension of non-punitive response to errors is 61.20% (quite
good or cultured moderately) 59.01% (good enough or cultured moderately),
management support for patient safety efforts by 85.8% (good or strong culture),
cooperation between units of 71.32% (good enough or cultured moderately), handsoff
work and changing patients was 59.02% (good enough or cultured moderately), the
overall perception of hospital staff about patient safety was 68.86% (good enough or
cultured), reporting frequency was 73.22% (good enough or have a moderate culture).
With the research results, it is expected that Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai is expected
to be able to initiate, maintain, and develop an ongoing patient safety program and
implement the existing safety culture.
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat
dan anugerah-Nya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan
tesis yang berjudul “Gambaran Budaya Keselamatan Pasien Dengan
Model Ahrq Di RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai Tahun 2020”.
Tesis ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
pendidikan S2 Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat di Institut
Kesehatan Helvetia Medan. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa
proposal tesis ini tidak dapat diselesaikan tanpa bantuan berbagai pihak,
baik dukungan moril, materil dan sumbangan pemikiran. Untuk itu,
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. dr. Hj. Razia Begum Suroyo, M.Sc., M.Kes selaku Penasehat Yayasan
Helvetia.
2. Iman Muhammad, S.E., S.Kom., M.M., M.Kes selaku ketua Yayasan
Helvetia, sekaligus ketua program studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Institut Kesehatan Helvetia.
3. Dr. H. Ismail Effendy, M.Si selaku Rektor Institut Kesehatan Helvetia.
4. Dr. dr. Hj. Arifah Devi Fitriani, M.Kes selaku Wakil Rektor Bidang
Akademik dan Kemahasiswaan Institut Kesehatan Helvetia, sekaligus
pembimbing I yang telah memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan
proposal tesis ini.
5. Teguh Suharto, S.E., M.Kes selaku wakil Rektor II Institut Kesehatan
Helvetia
6. Dr. Asriwati, S.Kep., Ns., S.Pd., M.Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan Institut Kesehatan Helvetia.
7. dr. Jamaluddin, MARS.selaku Pembimbing II yang telah meluangkan waktu
dan memberikan pemikiran dalam membimbing penulisan selama
penyusunan proposal tesis ini.
8. Seluruh Dosen Program Studi S2 Kesehatan Masyarakat yang telah mendidik
dan mengajarkan berbagai ilmu yang bermanfaat bagi penulis.
x
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih memiliki banyak
kekurangan. Oleh kerena itu, penulis menerima kritik dan saran demi
kesempurnaan tesis ini. Sekian dan Terima Kasih.
Samsul Bahri
xi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS
Nama Mahasiswa : SAMSUL BAHRI
Tempat Tanggal Lahir : Serang, 10 Juli 1994
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat : KP. Padarincang, Desa Bugel Kec. Padarincang
Kab. Serang, Provinsi Banten
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PENGESAHAN iii
LEMBAR PANITIA PENGUJI iv
LEMBAR KEASLIAN PENELITIAN v
LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI
ABSTRAK ii
ABSTRACT ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI v
DAFTAR GAMBARvii
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR LAMPIRAN ix
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 5
1.3. Tujuan Penelitian 5
1.4. Manfaat Penelitian Penelitian 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8
2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu 8
2.2. Keselamatan Pasien (Patient Safety) 12
2.3. Budaya Keselamatan Pasien 19
2.4. Perawat 33
2.5. Kerangka Teori 35
2.6. Kerangka Konsep 36
2.7. Hipotesis 37
BAB III METODE PENELITIAN 38
3.1. Jenis Penelitian 38
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 38
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian 38
3.4. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 40
3.5. Teknik Pengambilan Data 42
3.6. Metode Pengolahan Data 44
3.7. Uji Validitas dan Reliabilitas 45
xiii
3.8. Analisis Data 46
BAB IV HASIL PENELITIAN 49
4.1. Gambaran Umum Hasil Penelitian 49
4.2. Deskripsi Lokasi Penelitian 50
4.3. Gambaran Karakteristik Individu Responden 52
4.4. Gambaran 12 Dimensi Budaya Keselamatan Pasien 53
4.5. Gambaran Budaya Keselamatan Pasien 63
BAB V PEMBAHASAN 65
5.1. Pembahasan Hasil Penelitian 65
5.2. Gambaran 12 Dimensi Budaya Keselamatan Pasien 67
5.3. Gambaran Budaya Keselamatan Pasien 87
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 91
6.1. Kesimpulan 91
6.2. Saran 91
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gamba
Judul Halaman
r
xv
DAFTAR TABEL
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampira
Judul Halaman
n
1. Kuesioner Penelitian............................................................................... 8
2. Master Tabel Penelitian........................................................................... 40
3. Output Hasil Uji Validitas....................................................................... 40
4. Output Hasil Uji Penelitian..................................................................... 43
5. Surat Izin Survey Awal........................................................................... 46
6. Surat Balasan Survey Awal..................................................................... 53
7. Surat Permohonan Uji Validitas.............................................................. 54
8. Surat Balasan Uji Validitas..................................................................... 55
9. Surat Izin Penelitian................................................................................ 56
10. Surat Balasan Izin Penelitian................................................................... 56
11. Surat Selesai Penelitian........................................................................... 57
12. Lembar Revisi Proposal.......................................................................... 58
13. Lembar Bimbingan Thesis...................................................................... 59
14. Dokumentasi............................................................................................ 59
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
keselamatan pasien di rumah sakit merupakan prioritas utama pada layanan rumah
sakit dikarenakan, hal ini akan menguntungkan berbagai pihak baik itu rumah
sakit maupun pasien sebagai pengguna layanan kesehatan. Oleh sebab itu, yang
menjadi fokus utama dari rumah sakit adalah mengadakan layanan kesehatan yang
Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah
sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan di rumah sakit yaitu:
“bisnis” rumah sakit yang terkait dengan kelangsungan hidup rumah sakit. Kelima
sakit. Namun harus diakui kegiatan institusi rumah sakit dapat berjalan apabila
ada pasien. Karena itu keselamatan pasien merupakan prioritas utama untuk
1
2
dilaksanakan dan hal tersebut terkait dengan isu mutu dan citra perumahsakitan
(2).
Budaya keselamatan pasien adalah produk dari nilai, sikap, kompetensi, dan
pola perilaku individu dan kelompok yang menentukan komitmen, gaya dan
keselamatan pasien maka kecelakaan bisa terjadi akibat dari kesalahan laten,
risiko, identifikasi, dan manajemen risiko terhadap pasien, pelaporan dan analisis
Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem yang membuat asuhan
pasien lebih aman, meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko
pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Insiden
keselamatan pasien adalah setiap kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang
pasien (3).
3
setiap kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau
Nyaris Cedera (KNC), Kejadian Tidak Cedera (KTC), Kejadian Tidak Diharapkan
pada bulan April 2017 berangkat dari data dunia navigasi, terdapat 1 dari 1 juta
hal ini dibandingkan di dalam dunia medis bahwa ada 1 dari 300 pasien
berkembang. Dari 100 pasien rawat inap di rumah sakit, setiap saat dijumpai 7
keselamatan pasien adalah hal yang sangat penting untuk mencegah terjadinya
pasien (4).
pada Januari 2010 sampai April 2011, insiden keselamatan pasien yang
tertinggi yaitu 27% diantara sebelas provinsi lainnya (Banten 22,6%, DKI Jakarta
16,8%, Jawa Tengah 13,1%, Jawa Barat 8%, Riau 3,7%, Lampung 2,2%, Bali
1,5%, Sumatra Selatan 0,7%, Sumatra Utara 0,7%, Sulawesi Selatan 0,7%,
Kalimantan Selatan 0,7%). Berdasarkan jenis kejadian, dari 137 insiden, 55,47%
pelaksanaan upaya kesalamatan pasien di RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai
orang menjawab pernah ada insiden keselamatan pasien dalam satu tahun terakhir,
baik itu insiden jatuh, salah orang dalam pemberian obat, dan pasien mengalami
infeksi akibat pemasangan infus yang berulang. Akan tetapi, angka kejadiannya
yang terjadi. Dalam upaya meminimalisir terjadinya KTD yang terkait dengan
adanya budaya keselamatan pasien yang harus diterapkan dalam seluruh lingkup
rumah sakit. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk meneliti “Gambaran
Budaya Keselamatan Pasien Dengan Model AHRQ Di RSUD Dr. R.M. Djoelham
gambaran budaya keselamatan pasien oleh perawat di instalasi rawat inap RSUD
pasien dengan model AHRQ di RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai tahun
2020”.
pasien oleh perawat di instalasi rawat inap RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota
perawat di instalasi rawat inap RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai
tahun 2020
budaya keselamatan pasien oleh perawat di instalasi rawat inap RSUD Dr.
budaya keselamatan pasien oleh perawat di instalasi rawat inap RSUD Dr.
di instalasi rawat inap RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai tahun 2020
rawat inap RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai tahun 2020
keselamatan pasien oleh perawat di instalasi rawat inap RSUD Dr. R.M.
instalasi rawat inap RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai tahun 2020
budaya keselamatan pasien oleh perawat di instalasi rawat inap RSUD Dr.
budaya keselamatan pasien oleh perawat di instalasi rawat inap RSUD Dr.
rawat inap RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai tahun 2020
1. Bagi Masyarakat
lebih baik di instalasi rawat inap RSUD Dr. R.M Djoelham Kota Binjai.
Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan dalam
signifikan, baik di RSUD Dr. R.M Djoelham Kota Binjai maupun di seluruh
TINJAUAN PUSTAKA
keselamatan pasien oleh petugas di instalasi rawat inap RSUD Dr. R.M. Djoelham
Kota Binjai.
Peneliti (Tahun) Judul dan Nama Jurnal Desain Penelitian Teknik Sampling
Faktor-Faktor yang Berhubungan Penelitian deskriptif
Yasmi, Yulia, and dengan Budaya Keselamatan menggunakan
Hasbullah Thabrany. Pasien di Rumah Sakit Karya interpretasi analisis Total sampling
(2018) Bhakti Pratiwi Bogor Tahun data kualitatif dengan
2015 desain cross sectional.
Temuan
Dimensi budaya keselamatan pasien yang terkuat adalah Kerjasama dalam unit, dan yang terlemah adalah
Staffing dan respons non punitive.
Gambaran Manajemen
Kinanti, Dwi Windu, Keselamatan Pasien di RSGM
Proportional
and Retno Kusniati Unimus Berdasarkan Agency Deskriptif kuantitatif.
random Sampling
(2020) For Health Research And
Quality Care (AHRQ).
Temuan
Responden dengan budaya keselamatan pasien yangtinggi seluruhnya (100%) telah melaksanakan pelayanan
dengan baik.
Budaya Keselamatan Pasien
pada Perawat di Instalasi
Yarnita, Yeni (2019) Observasional analitik Pencarian literature
Perawatan Intensive RSUD
Arifin Achmad Provinsi Riau.
Temuan
Peningkatan keselamatan pasien di rumah sakit meupakan hal yang sangat penting.
Faktor-Faktor yang
Anis Yohanes David
Mempengaruhi Pelaporan
Wahyu Pambudi, Cluster random
Insiden Keselamatan Pasien Di Kuantitatif
AniSutriningsih, Dudella sampling
Rumah Sakit Putera Bahagia
Desnani F. Yasin (2018).
Cirebon.
8
9
Temuan
Terdapat hubungan negatif dan signifikan antara kecerdasan interpersonal dengan stres kerja oleh perawat
instalasi rawat inap RSJD Surakarta.
Gambaran Budaya Keselamatan
Astini, Annisa Faradina Analitiksurvey dengan
Pasien Di RS Stella Mari Proporsional
(2016) disain cross sectional.
Makassar..
Temuan
Semua variabel berhubungan secara bermakna secara statistik.
Faktor-Faktor yang
Fitri Alfiani, Ian Riana Mempengaruhi Pelaporan
Simple random
Artiawati, Rizki Yeni Insiden Keselamatan Pasien Di Kuantitatif
sampling
Wulandari. (2018) Rumah Sakit Putera Bahagia
Cirebon
Temuan
Faktor individu yang mempengaruhi kemauan melapor insiden keselamatan pasien yaitu jenis kelamin, masa
jabatan, tingkat pendidikan, takut disalahkan, stres, kurang pengetahuan tentang keselamatan pasien, dan
rendahnya kemauan melapor.
Faktor Yang Berhubungan
Fridawaty Rivai, Observasional dengan
Dengan Implementasi Exhaustive
A.Indahwaty Sidin, Ita pendekatan Cross
Keselamatan Pasien Di Rsud sampling
Kartika (2015) sectional study
Ajjappannge Soppeng
Temuan
Adanya hubungan kepemimpinan, komunikasi, dan supervisi dengan implementasi keselamatan pasien
olehperawat pelaksana.
Gambaran Tingkat Pengetahuan
De Ajauro, Crisogna,
Perawat dalam Mengidentifikasi
Christina Anugrahini,
Keselamatan Pasien di IGD Penelitian retrospektif Total sampling
and Djulianus Tes Mau
RSUD MGR Gabriel Manek
(2019)
Atambua
Temuan
Terdapat 211 pasien yang teridentifikasi mengalami insiden keselamatan pasien. Faktor organisasi, faktor
perawatan, faktor komunikasi, faktor diagnosis, faktor pencegahan, dan faktor triase diindentifikasi menjadi
faktor penyebab insiden. Faktor organisasi meliputi faktor eksternal, peraturan, perpindahan pengetahuan,
prioritas manajemen, dan budaya keselamatan pasien.
Metode yang
digunakan Menelaah
Ghea Karina Alemina Hal – Hal Yang Mempengaruhi
berbagai sumber Total sampling
Ginting (2016) Tercapainya Budaya
Publikasi Ilmiah secara
online
Temuan
Aspek harapan dan tindakan supervisor/ manajer dalam mempromosikan keselamatan pasien tergolong
rendah. Terdapat 37 responden (49,3%) memiliki persepsi rendah mengenai harapandan tindakan supervisor/
manajer dalam mempromosikan keselamatan pasien.
Budaya Keselamatan Pasien
Analitik observasional
Rumah Sakit PemerintahDan Proportional
Hardani (2016) Dengan rancangan
Rumah Sakit Swasta Di Kota random Sampling
cross sectional.
Jambi
Temuan
Ada perbedaan budaya keselamatan pada dimensi teamwork climate, safety climate, kepuasan kerja, stres dan
lingkungan kerja antara rumah sakit pemerintah dengan swasta di Kota Jambi.
Heriyati, Muhammad Budaya Keselamatan Pasien Survei analitik dengan
Total uji korelasi
Fauzar Al-Hijrah, Rumah Sakit Umum Daerah pendekatan cross
Spearman.
Masniati(2019) Majene sectional study.
Temuan
Ada hubungan komitmen pimpinan, kerjasamatim, komunikasi, iklim kerja, no blaming culture, pelaporan
10
Faktor-faktor yang
Marlina Adrini, Tuti Mempengaruhi Rendahnya Brainstroming dan
Harijanto, Endah Woro. Pelaporan Insiden di Instalasi Focus Group Total sampling
(2016) Farmasi RSUD Ngudi Waluyo Discussion
Wlingi
Temuan
Faktor yang mempengaruhi pelaporan insiden adalah pengetahuan petugasfarmasi kurang tentang apa yang
harus dilaporkan dan bagaimana pelaporannya.
Budaya Keselamatan PasienDan
Najihah (2013) Insiden Keselamatan Pasien Di Kuantitatif Literature review
Rumah Sakit: Literature Review
Temuan
Budaya keselamatan pasien sangat terkait dengan kejadian insiden keselamatan pasien.
The relationship between patient
safetyculture and adverse events: Metode penelitian
Najjar et al., 2015 Total sampling
a study in palestinian hospitals retrospektif
(Najjar et al., 2015)
Temuan
Terdapat hubungan antara budaya keselamatan pasien dan tingkat kejadian tidak diinginkan pada level unit
rumah sakit.
Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Perawat Dalam
Penerapan 6 Skp (Sasaran
Deskriptif analitik Teknik proporsional
Ririn Muthia Zukhra Keselamatan Pasien) Pada
dengan pendekatan Simple random
(2015) Akreditasi Jci (Joint Commission
cross sectional sampling
International) Di Ruang Rawat
Inap Rumah Sakit Panti Waluya
Malang
Temuan
Seseorang yang memiliki pengetahuan baik cenderung lebih baik dalam melakukan penerapan 6 SKP
dibandingkan dengan perawat yangmemiliki pengetahuan rendah.
Analisis Penerapan Keselamatan
Rosita Jayanti Bardan Teknik purposive
Pasien Di Rumah Sakit Umum Kualitatif
(2017). sampling
Daerah Inche Abdoel Moeis
Temuan
Tujuan penelitian yaitu untuk menganalisis gaya kepemimpinan, komunikasi, kerja tim yang dilakukan di
RSUD Ichae Abdoel Moies Samarinda.
Faktor-Faktor Penelitian metode
YangMempengaruhi Budaya kualitatif, eksplorasi
Tri Ayunda (2016) Total sampling
keselamatan pasien dalam bebas dan literature
pelaporan insiden review
Temuan
Kinerja perawat ruang rawat inap RSUD Tanjumg Pura 77.8% sedang, 14,3% baik dan 7,9% tidak baik. Hasil
uji menunjukkan bahwa variabel stres kerja berpengaruh terhadap kinerja.
Faktor-Faktor yang Berhubungan
Yulia Yasmi, Hasbullah dengan Budaya Keselamatan
Explanatory sequential Total sampling
Thabrany. (2015) Pasien di Rumah Sakit Karya
Bhakti Pratiwi
Temuan
Budaya keselamatan pasien di RSKBP tahun 2015 masih kurang. Variabel yang dinilai paling jelek adalah
jumlah insiden yang dilaporkan dalam 1 tahun terakir hanya 2,61% responden yang pelaporan insidennya
termasuk katagoribaik. (9).
Yuliana Aristya Dewi1, Faktor-Faktor Yang Analitik deskriptif Startified random
Ery Purwanti, Endah Mempengaruhi Penerapan denganpendekatancross sampling
Setianingsih (2017) Sasarankeselamatan Pasien sectional
12
Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi,
dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan, dan
analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta
pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit
Keselamatan Pasien adalah Pasien bebas dari harm /cedera yang tidak
seharusnya terjadiatau bebas dari harm yang potensial akan terjadi (penyakit,
cedera fisik / sosial / psikologis, cacat, dan kematian), terkait dengan pelayanan
kesehatan. Keselamatan pasien adalah proses dalam suatu Rumah Sakit yang
risiko, identifikasi, dan manajemen risiko terhadap pasien, pelaporan dan analisis
4) Ayat 4 : Pelaporan IKP pada ayat 2 dibuat secara anonym & ditujukan
a. Pasal 5 : Rumah sakit dan tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit
Komite KPRS.
kepala RS.
yang didasarkan pada nilai ilmiah, dan keselamatan pasien; Penjelasan Pasal
keselamatan pasien dirumah sakit. Standar keselamatan pasien dirumah sakit ini
akan menjadi acuan setiap asuhan yang akan diberikan kepada pasien. Menurut
1. Hak pasien
(3).
Keselamatan Pasien
rumah sakit yang diakreditasi oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit. Tujuan dari
pelayanan kesehatan dan menjelaskan bukti serta solusi dari consensus berbasis
bukti dan keahlian atas permasalahan ini. Berikut 6 sasaran keselamatan pasien
Budaya keselamatan pasien adalah produk dari nilai, sikap, kompetensi dan
pola perilaku individu dan kelompok yang menentukan komitmen, style dan
keselamatan pasien maka kecelakaan bisa terjadi akibat dari kesalahan laten,
dan dianut bersama oleh tenaga kesehatan yang berada didalam ruang lingkup
rumah sakit (54). Budaya keselamatan merupakan apa dan bagaimana organisasi
ditunjukkan oleh praktisi pelayanan kesehatan dan staf lain dalam suatu organisasi
merupakan sesuatu yang bisa diukur dengan cara menghargai apa yang dilakukan
oleh pegawai, dukungan yang diberikan dan penerimaan dari organisasi terhadap
kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi
meliputi:
maupun psikis, yang tidak terkait dengan perjalanan penyakit atau keadaaan
pasien. Kejadian sentinel dapat disebabkan oleh hal lain selain insiden (3).
itu sendiri. O’Neal (2012) menilai budaya keselamatan pasien melalui tiga aspek:
manajemen ketenagakerjaan
transisi pasien
20
penuh ketelitian
3. Rasa saling percaya dan saling menghargai harus ditanamkan dalam suatu
organisasi
6. Lingkungan kerja yang aman dan penuh kesadaran terkait keselamatan yaitu
berinisiatif (42).
melaporkan kesalahan atau near miss. Pada budaya ini organisasi dapat
dan memiliki motivasi untuk memberikan data dan informasi serta sensitif
terhadap perilaku yang dapat diterima dan tidak dapat diterima. Termasuk di
dalamnya lingkungan non punitive (no blame culture) bila staf melakukan
kesalahan. Penting bagi setiap level di organisasi untuk bersikap jujur dan
terbuka.
4. Learning culture. Budaya dimana setiap anggota mampu dan bersedia untuk
22
Pada tahun 2004 Agency for Healthcare Research and Quality (AHRQ)
on Patient Safety Culture (HSPSC) merupakan sebuah survei bagi seluruh staf
rumah sakit yang didesain untuk membantu rumah sakit menilai budaya
keselamatan pasien di institusinya. Sejak saat itu 100 rumah sakit di Amerika
keselamatan pasien dari segi perspektif staf rumah sakit. Survei ini dapat
mengukur budaya keselamatan pasien untuk seluruh staf rumah sakit dari
4. Komunikasi Terbuka
7. Staffing
yang dapat mengurangi KTD dan kecelakaan pasien di rumah sakit. Rumah sakit
pasien
1. Kepemimpinan
menyediakan sumber daya manusia maupun dana untuk analisis error dan
4. Memberikan contoh
perbaikan
2. Kerja sama/Teamwork
spesifik yang bekerja sama dan berinteraksi untuk mencapai tujuan bersama
kerja sama tim51. Kinerja kerja sama tim yang terganggu juga merupakan
yang lemah.
3. Komunikasi Terbuka
terbuka dapat diwujudkan pada saat serah terima, briefing, dan ronde
mendapatkan penjelasan akan tindakan dan juga kejadian yang telah terjadi.
pasien. Hal ini didasarkan pada laporan Agency of Healthcare Research and
terima pasien (hand over). Komunikasi saat proses transisi perawatan pasien
dapat berisiko kesalahan ketika informasi yang diberikan tidak akurat (51).
hukuman atas kesalahan yang terjadi. Lingkungan terbuka dan adil akan
disebabkan kesalahan sistem, jadi fokus apa yang diperbuat, hambatan yang
mengakibatkan kesalahan serta risiko lain yang dapat terjadi dapat dijadikan
pembelajaran dari pada hanya terfokus pada siapa yang melakukan (48).
5. Staffing
kebutuhan yang ada di tiap unit yang dibutuhkan. Jumah perawat di rumah
Karena staf yang memadai merupakan suatu hal yang mendasar untuk
pasien, hasil, dan kepuasan perawat professional dalam rumah sakit (54).
6. Reporting Culture
jika merasa aman apabila membuat laporan tidak akan menerima hukuman.
terhadap kejadian yang terjadi. Perlakuan yang adil terhadap perawat, tidak
jawab akan keselamatan terhadap diri sendiri, rekan kerja, pasien, dan
daya, struktur dan tanggung jawab, yang sesuai untuk memelihara sistem
absolut (54).
7. Organizational Learning
pasien. Tim tersebut secara berkala bertemu untuk menganalisis RCA (Root
Cause Analys) atau mencari akar masalah dari setiap insiden keselamatan
organisasi dan rekan satu tim merupakan suatu bentuk dari organisasi yang
belajar (54).
1. Kepemimpinan
2. Kerjasama tim
kerjanya, kolaborasi dan kerjasama yang terjadi antara staff, manajer dan
3. Evidence-based
pasien
4. Komunikasi
5. Pembelajaran
Rumah sakit belajar dari kesalahan dan melihat kesempatan baru untuk
yang penting untuk diaplikasikan oleh semua staff, tidak hanya staff medis
6. Just culture
oleh organisasinya
7. Patient-centered
pada pasien dan keluarga pasien. Pasien bukan hanya harus berpartisipasi
menggerakan kegiatan.
33
2. Komunikasi: Percakapan yang terjadi anatara dua orang atau lebih dimana
5. Sikap: suatu cara seorang individu untuk bereaksi atau memberi respon
2.4 Perawat
dasar umum bagi perawat dan telah disahkan oleh lembaga terkait untuk dapat
yang telah lulus pendidikan tinggi Keperawatan, baik di dalam maupun di luar
Perundang-undangan.
kelompok atau masyarakat baik dalam keadaan sakit maupun sehat. Pelayanan
integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pad ailmu dan kiat
34
dalam praktek keperawatan, perawat melakukan peran dan fungsi sebagai berikut
(54):
menerimanya.
Outcome
Budaya Keselamatan Pasien
2.7 Hipotesis
instalasi rawat inap RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai tahun 2020.
rawat inap RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai tahun 2020
keselamatan pasien oleh perawat di instalasi rawat inap RSUD Dr. R.M.
keselamatan pasien oleh perawat di instalasi rawat inap RSUD Dr. R.M.
oleh perawat di instalasi rawat inap RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai
tahun 2020
38
rawat inap RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai tahun 2020
keselamatan pasien oleh perawat di instalasi rawat inap RSUD Dr. R.M.
keselamatan pasien oleh perawat di instalasi rawat inap RSUD Dr. R.M.
budaya keselamatan pasien oleh perawat di instalasi rawat inap RSUD Dr.
BAB III
METODE PENELITIAN
karena peneliti ingin mengukur semua variabel pada waktu yang bersamaan (47).
serta berdasarkan survei awal terlihat bahwa masih terdapat insiden keselamatan
pasien.
Populasi penelitian adalah seluruh petugas di instalasi rawat inap RSUD Dr. R. M
sampel dari anggota populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata
yang ada dalam populasi itu. Besarnya sampel dalam penelitian ini adalah perawat
N
n=
1+ N ( d 2 )
156
n= Keterangan :
1+156 ( 0,12)
N = Jumlah populasi
156 n = Jumlah sampel
n=
1+156 ( 0,01 ) d = Tingkat kepercayaan atau ketepatan yang
digunakan yaitu sebesar 10 % atau 0.1
156
n= =60,93≈ 61
1+1,56
41
diberi notasi 4 dan variabel dependent yaitu budaya keselamatan pasien yang
Al
Car
at
Variab a
Definisi Operasional U Hasil Ukur Skala Ukur
el Uk
ku
ur
r
Harapa Pertimbangan Me K 1. Budaya kuat jika respon Or
n dan supervisi/manajer terhadap ngis ue positif ≥75% di
tindaka saran staf untuk i si 2. Budaya sedang jika respon na
n meningkatkan keselamatan kue on positif 50% - 75% l
42
berikut:
1. Data primer data yang diperoleh peneliti secara langsung dari sumber
pelaksana di ruang rawat inap RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai)
dengan membagikan kuesioner yang diisi sendiri oleh responden, yang telah
dipersiapkan
2. Data sekunder diperoleh dari RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai tentang
profil rumah sakit dan data lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.
buku teks.
dan benar. Menurut Iman (24), data yang terkumpul diolah dengan cara
1) Collecting
46
2) Checking
dengan tujuan agar data diolah secara benar sehingga pengolahan data
memberikan hasil yang valid dan realiabel, dan terhindar dari bias.
3) Coding
4) Entering
5) Data Processing
Semua data yang telah diinput ke dalam aplikasi komputer akan diolah
Uji validitas adalah suatu indeks yang menunjukan alat ukur itu
yang akan diukur oleh kuisioner tersebut. Dalam hal ini digunakan
47
Product Moment dari Pearson. Suatu instrumen dikatakan valid atau sahih
apabila korelasi tiap butiran memiliki nilai positif dan nilai t hitung > t
tabel (48). Penelitian ini tidak melakukan uji validitas karena kuesioner
Culture) Di Rumah Sakit Islam Jakarta Tahun 2007 yang dilakukan oleh
dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukan sejauh mana
hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali
atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang
sama.
telah diuji realibilitas oleh AHRQ pada setiap dimensi. Berikut hasil
perhitungannya :
Culture) Di Rumah Sakit Islam Jakarta Tahun 2007 yang dilakukan oleh
Siva Hamdani.
yaitu respon positif dan respon negatif. Respon positif adalah jawaban
positif dan jawaban negatif berupa tidak setuju/jarang dan sangat tidak
49
positif.
Langkah 2 : Hitung jumlah respon positif dan respon negatif pada satu
dimensi
Langkah 4 : Bagi jumlah respon positif pada satu dimensi dengan total
keselamatan pasien.
yang dilakukan AHRQ pada tahun 2004. Suatu budaya keselamatan pasien
dikatakan budaya kuat apabila respon positif sebesar sama dengan 75%
atau lebih, dikatakan budaya sedang apabila respon positif sebesar 50% -
75%, dan dikatakan budaya lemah apabila respon positif kurang dari 50%.
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian ini dibagi menjadi 3 bagian. Bagian pertama berisi tentang
gambaran umum Komite Keselamatan Pasien RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota
terakhir, masa kerja di rumah sakit, masa kerja di unit rumah sakit. Bagian ketiga
berisi tentang gambaran 12 dimensi budaya keselamatan di unit rawat inap RSUD
Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai yang meliputi: dimensi harapan dan tindakan
keselamatan pasien, dimensi kerjasama antar unit rumah sakit, dimensi handsoff
Hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel berupa persentase. Kedua
belas dimensi yang diteliti disajikan dalam tabel yang berupa persentase rata-rata
respon positif dan respon negatif. Dalam penelitian ini peneliti melakukan
lemah, budaya sedang, dan budaya kuat berdasarkan pedoman pada Hospital
52
keelamatan pasien dikatakan kuat apabila jumlah rata – rata responden yang
memiliki respon positif 75% atau lebih, dikatakan sedang apabila rata-rata
lemah apabila rata-rata jumlah responden yang memiliki respon positif kurang
dari 50%. Respon positif adalah responden yang menjawab setuju dan sangat
setuju pada pernyataan positif dan tidak setuju atau tidak setuju pada pernyataan
negatif.
Sejarah tentang RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai belum dapat
RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai berawal dari sebuah gedung yang
memberikan pelayanan kesehatan dengan nama RSU Binjai. Gedung ini telah ada
sejak zaman kesultanan. Dengan luas bangunan yang tidak begitu besar, fasilitas
diperkirakan letaknya di Gedung A RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai saat
ini. Dikisahkan RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai sudah berdiri sejak tahun
1927, yang didirikan oleh Tengku Musa. Pada masa itu telah ada seorang dokter
RSU Binjai. Diperkirakan sejak tahun 1937 Dr. R.M. Djoelham mulai
53
Dr. R.M. Djoelham tercatat dalam sejarah Kota Binjai sebagai Anggota Dewan
Nomor 4 Tahun 1992, RSU Binjai berubah nama menjadi RSUD Dr. R.M.
besar Dr. R.M. Djoelham. Pergantian kepemimpinan demi periode terus berganti
hingga kini setelah berlakunya otonomi daerah tahun 2001 pimpinan rumah sakit
jabatannya bukan sebutan Direktur tetapi berubah menjadi kepala badan RSUD
Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai yang dijabat oleh dr. H. Murad El Fuad, Sp. A.
Dengan klasifikasi rumah sakit kelas C. Kota Binjai yang hingga kini di jabat oleh
dr. Mahim, MMS dengan klasifikasi rumah sakit kelas B. Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. R.M. Djoelham kota Binjai terletak dijalan Sultan Hasanuddin No. 9
Binjai. Pada tahun 2009 Rumah Sakit tersebut resmi menerima sertifikat
Saat ini RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai sudah menjadi Rumah Sakit kelas
B. Hal ini sesuai dengan keputusan YM. 01. 10/III/3139/09 tanggal 13 Agustus
2009.
54
4.2.2 Visi dan Misi RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai
1. VISI
profesional.
3. Motto
“ CEPAT, TEPAT, SELAMAT “
Responden yang merupakan perawat RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai
tahun 2020 beru sia rata-rata 30,86 tahun. Perawat di Unit Rawat Inap RSUD Dr.
R.M. Djoelham Kota Binjai memiliki rata-rata masa kerja di unit selama 2,86
tahun dan masa kerja di rumah sakit rata-rata selama 10,31 tahun. Gambaran
55
kontak dengan pasien pada penelitian ini disajikan pada tabel 4.1 di bawah ini.
sebagian besar berjenis kelamin perempuan yaitu sebesar 82%. Jika dilihat dari
sebesar 80,3%. Jika dilihat dari pendidikan terakhir sebagian besar responden
keselamatan pasien dikatakan budaya kuat apabila respon positif sebesar sama
dengan 75% atau lebih, dikatakan budaya sedang apabila respon positif sebesar
50%-75 %, dikatakan membudaya lemah apabila respon positif kurang dari 50%.
56
setuju/selalu pada pernyataan positif dan jawaban negatif tidak setuju/jarang dan
sangat tidak setuju/tidak pernah pada pernyataan negatif. Respon negatif yang
setuju/sering dan sangat setuju/selalu pada pernyataan negatif dan jawaban tidak
safety ini terdiri dari dari 4 pernyataan yakni 2 pernyataan positif (B1 dan B2) dan
2 pernyataan negatif (B3 dan B4). Distribusi respon positif dan negatif responden
Pada tabel 4.2 dapat digambarkan bahwa dimensi harapan dan tindakan
bahwa budaya keselamatan pasien pada dimensi tersebut baik atau membudaya
kuat.
yakni pada pernyataan nomor A6, A9, dan A13. Distribusi respon positif dan
Dalam dimensi kerja sama dalam unitini terdiri dari dari 4 pernyataan
postif yakni pernyataan nomor A1, A3, A4, dan A11. Distribusi respon
Tabel 4.4 Gambaran Dimensi Kerja Sama Dalam Unit di RSUD Dr. R.M.
Djoelham Kota Binjai tahun 2020
pada pernyatan nomor C6. Distribusi respon positif dan negatif responden tersebut
Tabel 4.5 Gambaran Dimensi Komunikasi Terbukadi Unit RSUD Dr. R.M.
Djoelham Kota Binjai tahun 2020
dari 3 pernyataan positif yakni pada pernyataan nomor C1, C3, dan C5. Distribusi
kesalahan sebesar 77,05% yang dapat diartikan baik atau membudaya kuat.
tabel 4.7.
60
punitive terhadap kesalahan sebesar 61,20% yang dapat diartikan cukup baik
pernyataan nomor A5, A7, A14. Distribusi respon positif dan negatif
Tabel 4.8 Gambaran Dimensi Staffing di RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota
Binjai tahun 2020
nomor F1 dan F8 dan 1 pernyataan negatif pada nomor F9. Distribusi respon
Dalam dimensi kerja sama antar unit ini terdiri dari dari 4 pernyataan
negatif pada pernyataan nomor F2, F6. Distribusi respon positif dan negatif
Tabel 4.10 Gambaran Dimensi Kerja Sama Antar Unit di RSUD Dr. R.M.
Djoelham Kota Binjai tahun 2020
Pada tabel 4.10 menggambarkan bahwa dimensi kerja sama antar unit
sebesar 71,32% yang dapat diartikan cukup baik atau membudaya sedang.
Dalam dimensi Handsoff dan Transisi Pasien ini terdiri dari dari 4
pernyataan negatif pada nomor F3, F5, F7, F11. Distribusi respon positif
Tabel 4.11 Gambaran Dimensi Handsoff dan Transisi Pasien di RSUD Dr.
R.M. Djoelham Kota Binjai tahun 2020
Pada tabel 4.11 menggambarkan bahwa dimensi kerja handsoff dan transisi
pasien sebesar 59,02% yang dapat diartikan cukup baik atau membudaya sedang.
63
Dalam dimensi persepsi perawat tentang patient safetyini terdiri dari dari 4
pernyataan yakni 2 pernyataan positif pada nomor A15, A18 dan 2 pernyataan
negatif A10, A17. Distribusi respon positif dan negatif responden tersebut
staf rumah sakit tentang patient safety sebesar 68,86% yang dapat diartikan
yakni pada pernyataan nomor D1, D2, D3. Distribusi respon positif dan
sebesar 73,22% yang dapat diartikan cukup baik atau membudaya sedang.
4.5 Gambaran Budaya Keselamatan Pasien Oleh perawat RSUD Dr. R.M.
positif sebesar sama dengan 75% atau lebih, dikatakan budaya sedang
apabila respon positif sebesar 50% - 75%, dan dikatakan budaya lemah
apabila respon positif kurang dari 50%. Berikut rekapitulasi dari 12 belas
antar unit yakni dengan repson positif >75%. Sedangkan 7 dimensi budaya
dengan respon positif 50% - 75% antara lain dimensi komunikasi terbuka,
transisi, dan respon non punitive terhadap kesalahan. Dan gambaran budaya
66
PEMBAHASAN
responden dalam tahap usia dewasa yang merupakan usia dimana perkembangan
serta kebiasaan berfikir rasionalnya akan meningkat (55). Kondisi ini akan
pasien. Sehingga usia perawat rawat inap di RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota
Binjai saat ini sebagian besar termasuk usia yang ideal dalam bekerja.
perempuan yaitu sebesar 82%. Menurut manajemen keperawatan tidak ada batas
satu shift ada perawat laki-laki dan perempuan, sehingga apabila melakukan
tindakan yang bersifat privasi bisa dilakukan oleh perawat yang sama jenis
pemasangan asesoris bed side monitor (56). Perawat di unit rawat inap RSUD Dr.
68
R.M. Djoelham Kota Binjai saat ini memiliki perawat laki-laki dan perempuan
walaupun hanya ada 11 perawat lak-laki dari 50 perawat. Maka dalam manajemen
keperawatan unit perawat inap RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai, tindakan
Dan jika dilihat dari pendidikan terakhir sebagian besar responden memiliki
berdaya guna dan berhasil guna, mampu berperan sebagai agen pembaharu dan
pendidikan akan lebih rasional dan kreatif serta terbuka dalam menerima adanya
respon terhadap sesuatu yang datang dari luar (57). Sehingga perawat di Unit
Rawat Inap RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai termasuk oleh perawat ideal
Rata-rata responden juga memiliki masa kerja di unit selama 2,86 tahun dan
rata-rata lama kerja di rumah sakit selama 10 tahun. Hal tersebut menunjukkan
perawat. Semakin lama perawat bekerja semakin banyak kasus yang ditanganinya
melindungi pasien dari kesalahan tata laksana maupun cidera akibat intervensi.
Persepsi ini meliputi kumpulan norma, standar profesi, kebijakan, komunikasi dan
keselamatan yang diukur dalam penelitian ini juga mengukur persepsi perawat
terhadap budaya keselamatan pasien yang ada di Unit Rawat Inap RSUD Dr.
R.M. Djoelham Kota Binjai. Persepsi yang diukur dalam budaya keselamatan di
Unit Rawat Inap RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai dihasilkan dengan
jawaban setuju, sangat setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju yang kemudian
dikategorikan menjadi respon positif dan respon negatif. Ada 12 dimensi yang
diukur dalam budaya keselamatan pasien, berikut penjelasan tiap dimensinya (48).
Keselamatan pasien
ini. Pada dimensi ini respon positif yang didapatkan sebesar 77,04% yang dapat
dikategorikan bahwa budaya keselamatan pasien pada dimensi ini dapat dikatakan
pasien, yang dimaksud manajer disini adalah atasan langsung dari setiap perawat
perawatan yang aman bagi pasien (52). Kepala ruang sebagai manajer lini pertama
keselamatan pasien. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Wagner, dkk
2009 bahwa perawat manajer memiliki persepsi yang lebih positif terhadap
Berdasarkan hasil penelitian, kepala ruangan di Unit Rawat Inap RSUD Dr.
mendapat respon positif yang tinggi diantaranya manajer memberi pujian jika
keselamatan pasien.
71
Kepemimpinan yang kuat yang salah satunya harus dimiliki kepala ruang
mengatur pekerjaan timnya walaupun dengan dengan beban kerja tinggi, dan
dapat mengantisipasi KTD agar tidak terjadi berulang kali yang dibuktikan
dengan perolehan respon positif yang tinggi pada kuesioner. Hal tersebut
Keselamatan Pasien RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai maupun Kepala
keselamatan pasien melalui cerita. Sosialisasi dapat pula dilakukan melalui walk
pasien (60).
manajer dalam mempromosikan keselamatan pasien di unit rawat inap RSUD Dr.
R.M. Djoelham Kota Binjai sudah dapat dikatakan baik karena respon positif dari
pernyataan. Pada dimensi ini respon positif yang didapatkan sebesar 91,8% yang
Unit Rawat Inap RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai dikategorikan baik atau
membudaya kuat.
tersebut secara berkala bertemu untuk menganalisis RCA (Root Cause Analys)
atau mencari akar masalah dari setiap insiden keselamatan pasien. Tim tersebut
menggunakan insiden yang terjadi sebagai proses belajar. Perawat dan manajemen
kesalahan menurut (52). Umpan balik dari organisasi dan rekan satu tim
merupakan suatu bentuk dari organisasi yang belajar dan menjadi salah satu upaya
Berdasarkan hasil penelitian, Unit Rawat Inap RSUD Dr. R.M. Djoelham
Kota Binjai telah menjadikan kesalahan yang terjadi sebagai pemicu ke arah yang
dengan hasil repson positif yang tinggi pada kuesioner. Hal tersebut
menggambarkan bahwa unit Rawat Inap RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai
dikatakan bahwa perawat pada Unit Rawat Inap RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota
Binjai telah menjadikan kesalahan yang terjadi sebagai upaya perbaikan yang
sakit. Dengan hasil tersebut diharapkan Unit Rawat Inap RSUD Dr. R.M.
individu juga merupakan hal penting dalam program keselamatan pasien. Budaya
juga menguatkan hal ini yang dibuktikan dengan perawat senatiasa secara aktif
keselamatan pasien yang mendapat respon positif yang tinggi pada kuesioner.
disampaikan secara rutin baik oleh tim maupun pihak manajemen rumah sakit
pada setiap pertemuan dan rapat. Informasi insiden yang telah dikemas dengan
solusi dari hasil analisis akar masalah, dapat menjadi informasi berharga bagi
Tanpa budaya menyalahkan individu atas insiden yang ada akan mampu
memperbaiki sikap dan perilaku serta keberanian untuk meleporkan setiap insiden
Pada dimensi kerja sama dalam unit dihasilkan respon positif sebesar
93,85% yang dapat diartikan bahwa budaya keselamatan pada dimensi kerja sama
dalam unit di Unit Rawat Inap RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai
Kerja sama dalam unit menunjukkan sejauh mana anggota suatu divisi
kompak dan bekerja sama dalam tim. Kerja sama didefinisikan sebagai kumpulan
individu dengan keahlian spesifik yang bekerja sama dan berinteraksi untuk
2010) mendefinisikan tim sebagai sekelompok orang yang saling terkait terhadap
75
(52).
menjadi tantangan bagi perawat dalam memberikan keperawatan yang aman dan
memberikan kontribusi dalam keselamata pasien salah satunya adalah kerja sama
tim (52). Kinerja kerja sama tim yang terganggu juga merupakan salah satu
sistem (51). Peluang insiden terjadi akibat dari kondisi-kondisi tertentu. Kondisi
dan pembagian tugas yang tidak seimbang menjadi penyebab tidak berjalanya
dalam tim, kerjasama, adanya supervisi dan pembagian tugas (52). Sebuah studi
Berdasarkan hasil penelitian, perawat Unit Rawat Inap RSUD Dr. R.M.
Djoelham Kota Binjai dalam bekerja saling mendukung satu sama lain, saling
bekerja sama sebagai tim jika ada banyak pekerjaan, dan merasa saling
menghargai satu sama lain yang dibuktikan dengan hasil respon positif yang
tinggi mengenai hal tersebut. Kerjasama tim dalam pelayanan di rumah sakit
mungkin terjadi dalam interaksi tim dapat berakibat pada pelaksanaan kerjasama
tim dalam pelayanan. Bekerja secara teamwork merupakan sebuah nilai yang
Dimensi kerja sama dalam unit pada Unit Rawat Inap RSUD Dr. R.M.
dikategorikan dalam budaya keselamatan yang kuat. Hal ini menunjukkan bahwa
kerja sama dalam tim di Unit Rawat Inap RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai
positif sebesar 71,04% yang dikategorikan dalam budaya keselamatan pasien yang
sedang. Komunikasi dalam keselamatan pasien telah menjadi standar dalam Joint
Nazhar (2009) dalam Hamdani (2007) komunikasi terbuka dapat diwujudkan pada
perawat lain tentang risiko terjadinya insiden, melibatkan pasien pada saat serah
pasien, perawat dapat secara bebas bertanya seputar keselamatan pasien yang
77
Berdasarkan hasil penelitian, perawat Unit Rawat Inap RSUD Dr. R.M.
keputusan atau tindakan yang akan diambil, dan tidak merasa takut untuk bertanya
ketika mengetahui ada yang tidak beres dakam pelayanan pasien yang ditunjukkan
dengan nilai respon positif yang tinggi mengenai hal tersebut. Hal ini
menggambarkan bahwa oleh perawat Unit Rawat Inap RSUD Dr. R.M. Djoelham
pasien, komunikasi harus terjadi dalam pola dua arah, dari pimpinan ke personel
garis depan dan sebaliknya. Demikian juga, tindakan diam terhadap kesalahan,
dalam menurunkan KTD dalam sebuah asuhan medis pasien. Strategi ini
pendekatan standarisasi komunikasi dalam serah terima pasien (hand over) (51).
Komunikasi saat proses transisi perawatan pasien dapat berisiko kesalahan ketika
Oleh perawat di Unit Rawat Inap RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai
diambil, bebas dari rasa takut jika melihat ada yang tidak beres dalam pelayanan
memiliki nilai respon positif yang cukup tinggi yakni diatas 70%. Sehingga dapat
dinilai bahwa perawat di unit ini memiliki keterbukaan yang cukup baik dalam
strategi yang tepat dalam proses komunikasi antar profesi terkait. Metode SBAR
antar profesi dapat dijadikan sebagai pilihan. Berdasarkan situasi, latar belakang,
kondisi pengobatan pasien lebih informatif, jelas dan terstruktur. Hal ini akan
komunikasi di antara dokter. Hal ini akan dapat menurunkan angka perawatan
penjelasan akan tindakan dan juga kejadian yang telah terjadi. Pasien
terbuka di Unit Rawat Inap RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai sebesar
71,04% yang dapat diartikan bahwa komunikasi terbuka yang berjalan diantara
perawat dengan tenaga medis lainnya dapat dikatakan cukup baik dan perlu
ditingkatkan.
pasien yang kuat. Umpan balik dan komunikasi terhadap kesalahan merupakan hal
80
satu dari prinsip inti dalam pelaporan kejadian menurut Manhajan (2011) dalam
Hamdani (2007) adalah pelaporan hanya bisa memberi manfaat apabila direspons
secara konstruktif. Paling tidak terdapat umpan balik dari analisis temuan.
Idealnya terdapat rekomendasi untuk perubahan pada proses atau sistem. Umpan
balik dari organisasi dan rekan satu tim merupakan suatu bentuk dari organisasi
yang belajar. Salah satu bentuk hambatan dalam sistem pelaporan kejadian
KTD yang dibuktikan dengan hasil respon positif yang lebih dari 75% mengenai
hal tesebut. Hal tersebut menunjukkan bahwa umpan balik dan komunikasi
terhadap kesalahan pada Unit Rawat Inap RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai
berjalan cukup optimal. Adanya umpan balik dari kejadian yang dilaporkan
Untuk meningkatkan dimensi ini, Unit Rawat Inap RSUD Dr. R.M.
Djoelham Kota Binjai dapat melakukan lima langkah menuju sistem pelaporan
kejadian menurut NPSA (2009) dalam Setiowati (2010) antara lain memberikan
umpan balik pada staf saat mereka memberikan pelaporan kejadian, berfokus pada
lomba pelaporan internal, membuat alat yang mudah kejadian untuk mencatat
81
(52).
Perawat dan pasien diperlakukan secara adil ketika terjadi insiden. Ketika
terjadi insiden, selayaknya tidak berfokus untuk mencari kesalahan individu tetapi
kejadian jika yakin bahwa laporan tersebut tidak akan mendapatkan hukuman atas
kesalahan yang terjadi. Lingkungan terbuka dan adil akan membantu membuat
psikologis yang akan menurunkan kinerja (Yahya, 2006). Menurut Reason (2000)
dalam Hamdani (2007) kesalahan yang terjadi lebih banyak disebabkan kesalahan
sistem, jadi fokus apa yang diperbuat, hambatan yang mengakibatkan kesalahan
serta risiko lain yang dapat terjadi dapat dijadikan pembelajaran dari pada hanya
buat akan dicatat di dokumen pribadi kami oleh pimpinan dan bila melakukan
mengancam yang dibutikan dengan hasil respon positif yang cenderung rendah
mengenai hal tersebut. Hal tersebut menggambarkan bahwa masih adanya perawat
82
yang merasa khawatir kesalahan yang dibuatnya akan dicatat di dokumen pribadi
Oleh karena itu Unit Rawat Inap RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai
Pada dimensi staffing diukur memiliki respon positif sebesar 59,01% yang
upaya memenuhi standar kompetensi oleh setiap petugas sesuai dengan standar
yang ditetapkan di setiap profesi. Rumah sakit dapat menempuh upaya seperti
profesi yang ada. Langkah ini terintegrasi dengan perencanaan SDM rumah sakit
khususnya bagian diklat rumah sakit. Bagi petugas yang belum memenuhi
staf yang kurang untuk menangani beban kerja pada unit ini karena hanya
menurut responden di Unit Rawat Inap RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai
tidak memiliki jumlah perawat yang cukup dalam menangani beban kerja dalam
satu unit.
masing individu. Perhitungan rasio jumlah tenaga dengan jumlah pasien serta
analisis beban kerja adalah salah satu alternatif yang dapat dilakukan. Hal ini akan
sangat berguna dalam perencanaan perawat RS dengan jumlah tenaga yang masih
terbatas.
Pasien
kuat. Menurut IOM terdapat lima prinsip untuk merancang patient safety sistem di
menyediakan sumber daya manusia dan dana untuk analisis error dan
proses.
Djoelham Kota Binjai terhadap upaya keselamatan pasien yang mendapat respon
rumah sakit peduli terhadap keselamatan pasien jika terjadi KTD maupun KNC.
keselamatan pasien di Unit Rawat Inap RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai
RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai telah memberikan dukungan pada
Pada dimensi kerja sama antar unit di Unit Rawat Inap RSUD Dr. R.M.
Djoelham Kota Binjai dihasilkan respon positif sebesar 71,32% yang dapat
merupakan rangkaian pelayanan oleh berbagai unit. Kerja sama antar unit
menunjukkan sejauh mana kekompakan dan kerja sama tim lintas unit atau bagian
dengan keahlian spesifik yang bekerja sama dan berinteraksi untuk mencapai
Kerja sama antar unit diperlukan jika terjadi perpindahan pasien antar unit
maupun kasus kasus terentu yang melibatkan antar unit. Kerja sama antar unit
yang positif ini dapat dilihat ketika suatu unit keperawatan lain membutuhkan
menjadi tantangan bagi perawat dalam memberikan keperawatan yang aman dan
memberikan kontribusi dalam keselamata pasien salah satunya adalah kerja sama
tim (52). Kinerja kerja sama tim yang terganggu juga merupakan salah satu
Kerja sama antar unit di Unit Rawat Inap RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota
Binjai dikategorikan dalam budaya yang sedang, sehingga rumah sakit perlu
86
dimensi kerja handsoff dan transisi pasien dapat diartikan cukup baik atau
membudaya sedang.
dari satu lingkungan ke lingkungan lain dapat berupa perpindahan pasien dari
pasien. Kesalahan informasi mengenai pasien tersebut juga dapat terjadi ketika
dikategorikan dalam budaya yang sedang sehingga RSUD Dr. R.M. Djoelham
Kota Binjai perlu untuk memperhatikan proses handsoff dan transisi antar unit
bahwa dimensi persepsi keseluruhan staf rumah sakit tentang keselamatan pasien
yang berasal dari komponen kognisi yang dipengaruhi oleh faktor pengalaman,
dapat berasal dari pihak yang membentuk persepsi, dalam obyek atau target yang
dipersepsikan, atau dalam konteks situasi dimana persepsi tersebut dibuat (59).
pengamatan seseorang yang berasal dari komponen kognisi yang dipengaruhi oleh
pelaporan insiden dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden, dan uman
Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai mendapat respon positif yang cukup baik dan
bahwa perawat memiliki persepsi yang cukup positif terhadap keselamatan pasien
di rumah sakit Naun, hal ini tentunya harus menjadi perhatian bagi pihak
manajemen rumah sakit agar dapat dilakukan pengembangan pada dimensi ini.
pasien. Informasi yang adekuat pada pelaporan akan dijadikan bahan oleh
88
insiden sehingga dapat mengurangi atau mencegah insiden yang terjadi (54).
pelaporan insiden menjadi lebih mudah. Hambatan yang dapat terjadi pada
laporan tidak akan menerima hukuman. Perawat yang terlibat merasa bebas untuk
menceritakan atau terbuka terhadap kejadian yang terjadi. Perlakuan yang adil
terhadap perawat, tidak menyalahkan secara individu tetapi organisasi lebih fokus
dari kejadian celaka; mengalokasikan sumber daya, struktur dan tanggung jawab,
yang sesuai untuk memelihara sistem keselamatan yang efektif; serta menghindari
adalah pelaporan insiden yang sistematis. Pelaporan insiden menjadi titik awal
dalam program keselamatan pasien. Melalui mekanisme pelaporan yang baik akan
belajar, memerlukan setidaknya dua hal yang harus disiapkan oleh rumah sakit.
insiden. Perihal kedua yaitu adanya kebijakan yang dikembangkan rumah sakit
Berdasarkan hasil penelitian, perawat Unit Rawat Inap RSUD Dr. R.M.
Djoelham Kota Binjai lebih tidak sering melaporkan kejadian ketika kesalahan
terjadi tetapi hal tersebut segera diketahui dan dikoreksi sebelum mempengaruhi
atau berdampak pada pasien, ketika kesalahan terjadi, namun tidak berpotensi
membahayakan pasien, walaupun hal yang buruk tidak terjadi pada pasien yang
dibuktikan dari hasil respon positif sebesar 73,22% yang menggambarkan bahwa
dimensi frekuensi pelaporan sebesar yang dapat diartikan cukup baik atau
membudaya sedang.
Dimensi frekuensi pelaporan kejadian di Unit Rawat Inap RSUD Dr. R.M.
mengggambarkan bahwa pelaporan kejadian oleh perawat Unit Rawat Inap RSUD
Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai masih perlu ditingkatkan. RSUD Dr. R.M.
kejadian dengan cara menghilangkan perasaan takut akan disalahkan oleh perawat
yang memberi laporan, tidak memberi hukuman dan tidak menyalahkan pada
5.3 Budaya Keselamatan Pasien di Unit Rawat Inap RSUD Dr. R.M.
keseluruhan di Unit Rawat Inap RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai tahun
2020 adalah sebesar 76,74% yang dikategorikan dalam budaya keselamatan yang
kuat. Menurut Blegen, budaya keselamatan pasien adalah persepsi yang dibagikan
diantara anggota organisasi ditujukan untuk melindungi pasien dari kesalahan tata
laksana maupun cidera akibat intervensi (48). Persepsi ini meliputi kumpulan
Inap RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai dikatakan membudaya kuat. Perawat
unit RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai dapat dikatakan telah memiliki
seperangkat keyakinan, norma, perilaku, peran, dan praktek sosial maupun teknis
melindungi pasien dari kesalahan tata laksana maupun cidera akibat intervensi
sudah dalam kondisi yang baik dan perlu dipertahankan. Budaya keselematan
pasien yang dikatakan kuat di Unit RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai
91
keselamatan pasien dikategorikan dalam budaya kuat dengan repson positif >75%
diantaranya dimensi kerja sama dalam unit (93,85%), dimensi harapan dan
manajemen terhadap patient safety (85,8%), dan dimensi umpan balik dan
perawat Unit Rawat Inap RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai memiliki
persepsi yang baik mengenai upaya pembelajaran dari kesalahan yang termasuk
kerja sama dalam unit maupun antar unit, baik dalam hal komunikasi secara
terbuka, dan pihak RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai telah mempromosikan
keselamatan sedang yakni dengan respon positif 50-74,9% antara lain dimensi
handsoff dan transisi (59,02%), dimensi kerja sama antar unit (71,32%), dan
positif paling rendah adalah dimensi staffing yaitu sebesar 59,01%. Hal tersebut
keselamatan pasien di Unit Rawat Inap RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai
keterampilan yang dimiliki perawat sesuai dengan kebutuhan yang ada di tiap unit
yang diterima pasien di rumah sakit karena staf yang memadai merupakan suatu
hal yang mendasar untuk perawatan yang berkualitas terbukti dengan banyaknya
perawat setara dengan keselamatan pasien yang lebih baik. Berdasarkan hasil
bekerja di Unit Rawat Inap RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai belum
pelayanan dan citra rumah sakit, sehingga kepercayaan pasien terhadap rumah
sakit tentu akan meningkat. Dalam kasus ini, pasien umum yang berkunjung ke
RSUD dr. R.M. Djoelham Binjai meningkat setiap tahunnya, yang mana hal ini
merupakan efek dari budaya keselamatan pasien yang kuat di rumah sakit
Budaya keselamatan pasien oleh perawat di Unit Rawat Inap RSUD Dr.
R.M. Djoelham Kota Binjai bulan Juli tahun 2020 dikategorikan dalam budaya
kerja sama dalam unit, dimensi harapan dan tindakan manajer dalam
antara lain dimensi komunikasi terbuka, persepsi perawat tentang patient safety,
dimensi kerja sama antar unit, dan dimensi respon non punitive terhadap
kesalahan.
BAB VI
6.1 Kesimpulan
model AHRQ di RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai tahun 2020 sehingga
dapat disimpulkan :
3. Diketahui bahwa dimensi kerja sama dalam unit sebesar 93,85% yang
membudaya kuat.
9. Diketahui bahwa dimensi kerja sama antar unit sebesar 71,32% yang dapat
10. Diketahui bahwa dimensi kerja handsoff dan transisi pasien sebesar
11. Diketahui bahwa dimensi persepsi keseluruhan staf rumah sakit tentang
patient safety sebesar 68,86% yang dapat diartikan cukup baik atau
membudaya sedang.
12. Diketahui bahwa dimensi frekuensi pelaporan sebesar 73,22% yang dapat
6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka saran dari peneliti adalah sebagai
berikut:
yang telah berjalan serta memelihara budaya keselamatan pasien yang ada
Inap Kelas III RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai dapat dikategorikan
96
dalam budaya keselamatan pasien yang kuat dan manajemen RSUD Dr. R.M.
Djoelham Kota Binjai diharapkan dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai
kesesuaian jumlah perawat berdasarkan beban kerja dan jumlah pasien yang
memiliki persepsi mengenai beban kerja yang diniliai tinggi di Unit Rawat
Inap RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai. Perhitungan kebutuhan tenaga
kebutuhan jumlah tenaga kerja adalah dengan metode analisis beban kerja.
Rumah sakit juga harus memiliki rasio jumlah tenaga dengan jumlah pasien
disalahkan oleh perawat yang memberi laporan, tidak memberi hukuman dan
4. RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai diharapkan dapat memberikan umpan
balik dari setiap kejadian yang dilaporkan karena pelaporan hanya bisa
balik dari analisis temuan. Adanya umpan balik dari kejadian yang dilaporkan
internal, membuat alat yang mudah kejadian untuk mencatat laporan kejadian,
kesalahan individu.
dengan metode kualitatif agar hasil yang didapatkan lebih lengkap dan
mendalam.
98
DAFTAR PUSTAKA
1. Priority Jk. Perawatan Intensive Rsud Arifin Achmad Analisa Data Menggunakan
Program Spss Yang Disajikan Dalam Bentuk Distribusi. 2019;2(2):109–19.
2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Panduan Nasional Keselamatan Pasien
Rumah Sakit (Patient Safety). Manag Keperawatan. 2015;1(2):156–65.
3. Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Pedoman Pelaporan Insiden
Keselamatan Pasien (Ikp). Kementrian Kesehat Republik Indones. 2015;25.
4. Rangkuti Dsr, Silaen M, Jamalludin J. Analisis Penyebab Ketidaktepatan Waktu
Pelaporan Insiden Keselamatan Pasiendi Rsu Bunda Thamrin. J Rekam Med.
2018;1(2):76.
5. Athifah N, Pasinringi Sa, Kapalawi I. Gambaran Budaya Keselamatan Pasien Di
Rsud Syekh Yusuf Kabupaten Gowa. Repos Unhas. 2014;1–16.
6. Faridah I, Ispahani R, Badriah El, Program D, Keperawatan S, Yatsi S, Et Al.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerapan Budaya Keselamatan Pasien
( Patient Safety Culture ) Oleh perawat Di Rawat Inap Rsu Kabupaten Tangerang
Keselamatan Pasien Atau Patient Safety Merupakan Sistem Pelayanan Rumah Sakit
Yang Pengobatan Di Rumah Sakit . 2019;Viii(1).
7. Mulyati L, Rachman D, Herdiana Y. Fakor Determinan Yang Memengaruhi
Budaya Keselamatan Pasien Di Rs Pemerintah Kabupaten Kuningan. J
Keperawatan Padjadjaran. 2016;V4(N2):179–90.
8. Artiawati Ir, Alfiani F, Wulandari Ry. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien Di Rumah Sakit Putera Bahagia Cirebon
Tahun 2018. 2018;
9. Yasmi Y, Thabrany H. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Budaya
Keselamatan Pasien Di Rumah Sakit Karya Bhakti Pratiwi Bogor Tahun 2015. J
Administasi Rumah Sakit. 2015;4(2):26–37.
10. Pasien K, Pelaporan D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Budaya Keselamatan
Pasien Dalam Pelaporan Insiden. 2014;
11. Iriviranty A. Analisis Budaya Organisasi Dan Budaya Keselamatan Pasien Sebagai
Langkah Pengembangan Keselamatan Pasien Di Rsia Budi Kemuliaan Tahun 2014.
J Adm Rumah Sakit. 2015;1(3):196–206.
12. Al-Hijrah Mf. Budaya Keselamatan Pasien Rumah Sakit Umum Daerah Majene
Article History : Form Tanggal 01 April 2019 Accepted 25 April 2019 Address :
Available Email : Phone : Kesehatan , Prinsip Dasardari Pelayanan Pasien Dan
Komponen Kritis Dari Manajemen Mutu . 3 Di . 2019;2(3):194–205.
13. Bukhari B, Keselamatan B, Questionnaire Sa. Dan Rumah Sakit Swasta Di Kota
Jambi Basok Buhari Program Studi Ilmu Keperawatan , Stikes Harapan Ibu Jambi.
14. Pujilestari A, Maidin A, Anggraeni R. Budaya Keselamatan Pasien Di Instalasi
Rawat Inap Rsup Dr . Wahidin Sudirohusodo Kota Makassar. J Mkmi, Maret 2014,
Hal 57-64. 2014;57–64.
15. Rivai F, Sidin Ai, Kartika I. Faktor Yang Berhubungan Dengan Implementasi
Keselamatan Pasien Di Rsud Ajjappannge Soppeng Tahun 2015. J Kebijak Kesehat
Indones [Internet]. 2015;5(4):152–7. Available From:
Https://Jurnal.Ugm.Ac.Id/Jkki/Article/View/30527.
16. Hermiyanty, Wandira Ayu Bertin Ds. 済無 no Title No Title. J Chem Inf Model.
2017;8(9):1–58.
99
Unit Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Bekasi Tahun 2015.
Tesis. FKM Universitas Indonesia
55. Potter, P. Anne G. 2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses Dan
Praktik. alih bahasa Yasmin A. Edisi 4. Volume 1. Jakarta: EGC.
56. Nivalinda dkk, 2014. Skripsi. Pengaruh Motivasi Perawat Dan Gaya
Kepemimpinan Kepala Ruang Terhadap Penerapan Budaya Keselamatan Pasien
Oleh Perawat Pelaksana Pada Rumah Sakit Pemerintah di Semarang. FK
Universitas Diponegoro. Semarang
57. Nursalam, 2002. Manajemen keperawatan. aplikasi dalam praktik keperawatan
profesional. Salemba Medik. Jakarta.
58. Yasmi, Y., & Thabrany, H. 2018. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Budaya
Keselamatan Pasien di Rumah Sakit Karya Bhakti Pratiwi Bogor Tahun
2015. Jurnal Administrasi Rumah Sakit Indonesia, 4(2).
59. Robbins, S P. 2006. Perilaku Organisasi. New Jersey.Practice Hall
60. Budihardjo, Andreas. 2008.Pentingnya Safety Culture di Rumah Sakit Upaya
Meminimalkan Adverse Events.Prasetya Mulya Bussiness School. Jakarta
61. NPSA (National Patient Safety Agency). 2006. Manchester Patient Safety
Framework (MaPSaF). Manchester: University of Manchester
62. Kementerian Kesehatan. 2011. Permenkes RI Nomor 1691/Menkes.Per/Viii/2011
Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
67. Oktaviani, M. H., & Rofii, M. 2019. Gambaran Pelaksanaan Supervisi Kepala
Ruang terhadap Perawat Pelaksana dalam Keselamatan Pasien. Jurnal
Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, 2(1), 23.
68. Yarnita, Y. 2019. Budaya Keselamatan Pasien pada Perawat di Instalasi Perawatan
Intensive RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau. Jurnal Keperawatan Priority, 2(2),
109-119.
102
Kepada Yth.
Bapak/Ibu/Saudara/i Perawat Unit Rawat Inap Di RSUD RM Djoelham Binjai
Saya Samsul Bahri mahasiswa Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia Medan 2020 akan mengadakan
penelitian yang berjudul “Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Budaya Keselamatan Oleh
Perawat di RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai Tahun 2020 ”. Adapun tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran budaya keselamatan di unit rawat inap RSUD
RM Djoelham Binjai.
Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan Bapak/Ibu/Saudara/i
sebagai responden. Informasi yang diberikan akan dijaga kerahasiaannya dan hanya
digunakan untuk kepentingan penelitian ini. Oleh karena itu saya mohon kesediaan
Bapak/Ibu/Saudara/i untuk menjawab kuesioner ini dengan sejujur-jujurnya dan
memberikan penilaian yang objektif sesuai fakta yang ada.
Pernyataan dalam kuesioner ini merupakan pernyataan-pernyataan yang
menggambarkan kondisi umum pekerjaan Bapak/Ibu/Saudara/i selama bekerja di
RSUD RM Djoelham Binjai. Bantuan Bapak/Ibu/Saudara/i akan sangat membantu dan
besar manfaatnya bagi penelitian ini. Atas kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk
mengisi kuesioner ini dengan lengkap dan jujur saya mengucapkan banyak terima
kasih.
Saat ini, apakah Anda bersedia mengisi kuesioner ini? Apakah saya dapat
memberikan kuesioner ini pada Anda?
Nama Responden :
Tanda Tangan :
[]
IR1 Nama :
IR1
[]
IR2 Ruang :
IR2
[]
IR3 Usia :
IR3
[]
IR4 Jenis Kelamin : 1. Laki-Laki 2. Perempuan
IR4
[]
IR5 Status Pernikahan : 1. Menikah 2. Lajang 3. Janda/Duda
IR5
Pendidikan : 1. Diploma 2. BSN 3. Sarjana (S1) []
IR6
Terakhir 4. Ners (S1+Profesi) 5. Master (S2) 6. Lain-lain ...... IR6
[]
IR7 Berapa lama Anda bekerja di RS ini?...............tahun
IR7
[]
IR8 Berapa lama Anda bekerja di unit ini ?..................tahun
IR8
Berilah tanda lingkaran (O) pada pilihan jawaban yang sesuai dengan keadaan Anda
Apakah posisi kerja Anda saat ini? Pilih satu jawaban yang
tepat mendeskripsikan posisi Anda!
[]
IR9 a. Kepala ruangan
IR9
b. Perawat Pelaksana
c. Lain-lain ...........
Di posisi kerja Anda, apakah Anda memiliki kesempatan untuk berinteraksi
atau kontak secara langsung dengan pasien ?
a. YA, saya memiliki kesempatan untuk berinteraksi atau kontak secara []
IR10
langsung dengan pasien IR10
b. TIDAK, saya tidak memiliki kesempatan untuk berinteraksi atau
kontak secara langsung dengan pasien
B. Petunjuk Pengisian
1. Survei ini bertujuan untuk meminta Anda memberikan pendapat mengenai isu-isu keselamatan pasien,
medical error, dan pelaporan kejadian di rumah sakit Anda. Survei ini memakan waktu kira-kira 10
menit sampai 15 menit untuk mengisi keseluruhan pertanyaan.
2. Kuesioner ini bukan tes dengan jawaban benar atau salah, yang terpenting adalah menjawab
pertanyaan dengan jujur sesuai pendapat dan keadaan yang sebenarnya.
3. Kami menjamin kerahasiaan jawaban Bapak/Ibu/Saudara/i karena kuesioner ini semata- mata
bertujuan untuk penelitian dan bukan untuk mengevaluasi kinerja Anda.
4. Kuesioner ini dapat digunakan secara optimal bila semua pertanyaan dijawab, oleh karena itu mohon
teliti kembali apakah semua pertanyaan semua telah terjawab sebelum dikembalikan kepada peneliti.
DEFINISI ISTILAH
Patient Safety” atau Keselamatan Pasien didefinisikan sebagai suatu hal yang berbentuk pengelakan atau
pencegahan terhadapr tindakan mencederai pasien atau Kejadian Yang Tidak Diharapkan yang dihasilkan
oleh proses perawatan.
“Kejadian Yang Tidak Diharapkan (KTD)” / ”Adverse Event” didefinisikan sebagai suatu kejadian
yang tidak diharapkan yang mengakibatkan cedera pasien akibat melaksanakan suatu tindakan atau
104
tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil, dan bukan karena penyakit dasar atau kondisi pasien.
“Kejadian Nyaris Cedera (KNC)” didefinisikan sebagai suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil yang dapat mencederai pasien, tetapi
cedera serius tidak terjadi karena keberuntungan pencegahan atau peringanan.
C. PERTANYAAN
Silahkan nyatakan kesetujuan atau tidak kesetujuan Anda terhadap pernyataan-pernyataan di bawah ini
dengan memberi tanda ceklis (V) pada pendapat yang sesuai dengan keadaan Anda.
Sangat
Tidak Sangat *Diisi
Kode Pernyataan Tidak Setuju
Setuju Setuju Setuju Peneliti
Sangat
Tidak Sangat *Diisi
Kode Pernyataan Tidak Setuju
Setuju Setuju Peneliti
Setuju
Kami merasa pada unit kami bekerja dalam
„model krisis‟ dimana kami harus []
A14
melakukan banyak pekerjaan dengan A14
terburu-buru dalam melayani pasien.
Staf di unit kami tidak pernah
[]
A15 mengorbankan keselamatan pasien dengan
A15
alasan banyak pekerjaan
Kami merasa khawatir kesalahan yang kami
[]
A16 buat akan dicatat di dokumen pribadi kami
A16
oleh pimpinan
Kami memiliki masalah mengenai []
A17
keselamatan pasien di unit ini A17
Prosedur dan sistem kami sudah baik dalam
[]
A18 mencegah terjadinya kesalahan/error (KTD
A18
atau KNC)
Silahkan nyatakan kesetujuan atau tidak kesetujuan Anda terhadap pernyataan-pernyataan di bawah ini
dengan memberi tanda ceklis (V) pada pendapat yang sesuai dengan keadaan Anda mengenai
supervisor/manager Anda atau kepada siapapun Anda memberikan laporan langsung.
Sangat
Tidak Sangat *Diisi
Kode Pernyataan Tidak Setuju
Setuju Setuju Peneliti
Setuju
Manajer saya memberikan pujian jika
[]
B1 melihat pekerjaan diselesaikan sesuai
B1
prosedur untuk keselamatan pasien
Saya merasa Manajer saya sudah
mendengar dan mempertimbangkan saran []
B2
dari staf untuk meningkatkan keselamatan B2
pasien dengan serius.
Bila beban kerja tinggi, maka atasan kami
[]
B3 meminta kami bekerja dengan lebih cepat
B3
walaupun harus mengambil jalan pintas
Manager saya gagal mengantisipasi masalah
[]
B4 keselamatan pasien (KTD maupun KNC)
B4
yang telah terjadi berulang-ulang.
BAGIAN C : KOMUNIKASI
Seberapa sering kejadian di bawah ini terjadi di area kerja/unit kerja Anda?
Tidak *Diisi
Kode Pernyataan Pernah Jarang Sering Selalu Peneliti
Tidak *Diisi
Kode Pernyataan Pernah
Jarang Sering Selalu Peneliti
Di area kerja/unit Anda ketika kesalahan-kesalahan dibawah ini terjadi seberapa sering kah kejadian itu
dilaporkan?
Tidak *Diisi
Kode Pernyataan Pernah
Jarang Sering Selalu Peneliti
Silahkan nyatakan kesetujuan atau ketidaksetujuan Anda untuk pernyataan-pernyataan di bawah ini sesuai
dengan kondisi yang ada.
Sangat
Tidak Sangat *Diisi
Kode Pernyataan Tidak Setuju
Setuju Setuju Peneliti
Setuju
Manajemen rumah sakit menyediakan
[]
E1 iklim kerja yang mendukung bagi
F1
keselamatan pasien
Unit satu dengan unit lain di rumah sakit []
E2
ini tidak berkoordinasi dengan baik F2
Masalah sering terjadi saat pemindahan []
E3
pasien dari satu unit ke unit lainnya F3
107
Sangat
Tidak Sangat *Diisi
Kode Pernyataan Tidak Setuju
Setuju Setuju Peneliti
Setuju
Kami merasa ada kerja sama yang baik
[]
E4 antar unit di rumah sakit saat
F4
menyelesaikan pekerjaan bersama
Saat pergantian shift, informasi penting []
E5
mengenai pasien sering hilang F5
Saya sering kali merasa tidak nyaman
[]
E6 bila harus bekerja sama dengan staf unit
F6
lain di rumah sakit ini
Masalah sering terjadi saat pertukaran []
E7
informasi antar unit-unit di rumah sakit F7
Kebijakan manajemen rumah sakit
[]
E8 menunjukkan bahwa keselamatan pasien
F8
merupakan prioritas
Manajemen rumah sakit harus peduli
[]
E9 terhadap keselamatan pasien jika terjadi
F9
KTD maupun KNC
Unit-unit di rumah sakit bekerja sama
[]
E10 dengan baik untuk memberikan
F10
pelayanan yang terbaik bagi pasien
Pergantian shift di rumah sakit
[]
E11 menyebabkan masalah bagi pasien di
F11
rumah sakit ini.
Terima Kasih Atas kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk mengisi kuesioner ini. Mohon untuk diperiksa kembali
jawaban Anda dan pastikan sudah lengkap terisi semua.
108
Supervisor/
dan transisi
keselamata
Pembelajar
pernikahan
Posisi Kerja
Pendididka
Lama Kerja
Lama Kerja
onpunitive
dalam unit
Kerjasama
Kerjasama
pelaporan
pelaporan
antar unit
Frekuensi
balik dan
Hansdoff
manager
Harapan
Persepsi
Staffing
Respon
Umpan
Kontak
di Unit
Pasien
pasien
Ruang
Angka
Grade
status
Nama
di RS
Usia
dan
an
JK
n
luthf
y icu 24 1 2 3 3 2 3 1 7 10 5 7 11 7 9 7 8 9 11 7 2
zhalu
Desi icu 33 2 1 3 10 10 2 1 7 8 6 7 9 5 5 6 7 9 12 9 2
Erlin
icu 40 2 1 3 20 20 2 1 7 8 6 7 9 5 5 6 7 9 12 7 2
a
Suza
icu 39 2 1 3 20 20 2 1 7 8 6 7 11 5 5 6 7 9 12 9 2
na
Nova icu 45 2 1 4 20 3 1 1 5 8 4 7 6 3 4 9 9 9 9 9 2
Rosn
icu 40 2 1 6 11 4 2 1 8 9 5 7 9 8 6 9 8 10 9 8 2
ila
Siska icu 39 2 1 6 12 2 2 1 6 8 8 8 12 8 6 9 9 13 8 8 3
Rina icu 39 2 1 6 20 2 2 1 6 9 5 7 9 8 6 9 9 8 10 8 2
Rolif
icu 43 2 1 1 10 5 2 1 7 6 3 7 5 6 6 6 5 9 6 9 2
a
Gita icu 45 2 1 4 20 3 1 1 5 8 4 7 6 3 4 9 9 9 9 9 2
melu
Mala 38 2 1 1 11 11 2 1 5 8 5 7 11 5 6 5 8 10 10 7 2
r
Legis melu
40 2 1 1 8 8 2 1 6 8 5 8 11 8 5 6 10 10 9 7 3
a r
May melu
42 2 1 3 20 20 1 1 5 8 5 7 11 5 4 5 8 11 9 7 2
dah r
Hali melu
27 2 1 1 8 8 2 1 5 8 5 7 11 5 4 5 8 10 9 7 2
mah r
Dind angg
39 2 1 3 10 10 2 1 6 11 6 6 10 6 7 6 8 9 13 8 3
a rek
Angg angg
25 2 2 1 5 5 2 1 6 11 5 7 11 4 7 5 9 12 12 6 1
ela rek
Mary angg
45 2 3 1 10 2 1 1 5 9 4 6 8 4 5 5 6 9 7 6 1
ati rek
angg
Eka 38 2 1 1 15 3 2 1 5 8 4 6 6 5 7 10 13 9 12 9 3
rek
Kristi maw
39 2 1 4 15 8 1 1 7 6 4 11 5 6 6 6 8 9 9 9 3
ana ar
maw
rafif 22 1 2 6 2 2 2 1 7 9 5 7 9 5 6 4 9 10 12 6 1
ar
maw
Delia 28 2 1 1 7 5 2 1 6 11 3 8 9 4 7 5 9 12 10 6 2
ar
maw
Apri 29 2 1 1 7 3 2 1 6 8 5 6 11 5 7 5 11 11 13 6 1
ar
Yuli kena 45 2 1 4 17 3 1 1 10 9 5 9 11 7 8 7 7 12 8 5 3
109
nga
Red kena
41 2 1 3 6 6 2 1 5 9 5 8 13 8 8 5 9 10 9 4 1
mi nga
Putri kena
27 2 1 1 6 6 2 1 4 8 4 5 11 5 9 5 10 8 9 7 2
tania nga
Bung kena
38 2 3 11 11 2 1 1 5 8 4 6 11 7 7 3 8 7 7 7 1
ante nga
Hali
mela
matu 40 2 1 20 20 2 1 1 5 8 6 6 9 5 7 4 9 8 12 9 1
ti
n
Nur
mela
Aisya 28 2 1 1 1 6 6 2 7 9 6 8 9 7 8 8 11 9 10 7 2
ti
h
meri mela
44 2 1 3 25 25 1 1 7 8 6 7 9 4 6 6 7 9 12 9 2
ahna ti
mela
Yaffi 24 2 3 1 1 1 2 1 11 10 7 8 7 9 7 8 11 9 8 7 3
ti
mela
Santi 26 2 1 1 5 3 2 1 6 12 6 7 10 5 7 5 7 13 13 6 2
ti
Angg mela
33 2 1 1 8 8 2 1 5 8 4 7 7 6 7 6 6 10 8 7 2
i ti
Tanj
tita 24 2 2 3 3 2 3 1 7 10 5 7 11 7 7 7 10 8 12 7 2
ung
Nur
Tanj
maw 41 2 1 3 23 23 2 1 5 8 6 6 9 5 7 4 7 8 11 9 1
ung
ati
Tanj
Oki 30 2 1 1 6 6 2 1 5 8 6 6 9 7 7 4 8 8 12 9 1
ung
Sriya Tanj
39 2 1 1 20 20 2 1 5 8 6 6 9 5 7 4 8 8 10 9 1
ni ung
S.
Rudi Mala 24 1 2 3 2 2 2 1 8 10 5 10 12 8 7 7 11 9 9 5 3
m
S.
Nazi
Mala 32 1 1 1 1 6 2 2 6 10 5 7 7 5 5 4 12 9 13 8 1
yan
m
S.
Asep Mala 28 1 1 1 1 5 3 2 6 9 9 8 13 8 5 5 12 7 11 5 3
m
S.
sarbi
Mala 30 1 2 1 7 5 2 1 7 11 8 6 9 8 9 7 7 12 9 9 2
li
m
S.
Ari Mala 24 1 2 1 3 3 1 2 9 8 7 7 8 6 10 8 11 7 11 9 2
m
S.
Ponir
Mala 40 1 1 1 2 1 1 2 5 15 7 9 10 4 9 7 9 11 10 8 4
an
m
Sum Nusa 47 2 1 4 17 10 2 1 6 5 4 6 8 3 3 4 6 11 5 9 1
110
ariya Inda
h h
Nusa
Rais Inda 28 1 1 1 4 5 2 1 6 7 3 6 6 3 3 4 7 11 7 9 1
h
Nusa
Mah
Inda 38 2 1 1 10 10 2 1 6 5 3 6 8 3 3 3 4 11 7 9 1
nidar
h
yant Boug
31 1 2 3 4 3 2 1 6 9 6 6 10 8 7 7 8 9 13 8 2
o envil
Kristi Boug
27 2 1 1 6 6 2 1 7 7 4 7 9 5 4 4 10 9 12 8 2
ana envil
Boug
Nila 39 2 1 6 10 10 3 2 5 8 4 8 9 6 8 7 9 10 13 7 2
envil
Ratn Boug
32 2 1 1 10 8 2 1 5 10 4 8 8 8 8 6 13 10 8 7 4
a envil
A,
Siti 40 2 1 1 17 10 2 1 5 5 3 6 6 3 3 4 4 11 7 9 1
putri
Nand A,
30 2 1 1 6 6 2 1 5 8 6 8 9 4 7 4 10 8 10 9 3
a putri
faida A,
41 2 1 1 20 20 2 1 5 11 6 8 11 6 8 3 12 8 11 8 2
h putri
Agne T.Dar
38 2 1 1 14 14 2 1 6 12 6 7 10 5 7 5 11 13 12 6 2
s a
T.Dar
Eva 44 2 1 1 11 8 2 1 10 12 9 7 9 5 7 5 11 12 12 8 2
a
Ros
T.Dar
mali 38 2 1 1 10 2 2 1 5 8 4 6 6 3 4 9 9 9 9 10 1
a
a
Sylvi T.Dar
25 2 1 1 5 2 1 1 5 8 4 7 6 3 5 9 9 9 9 9 2
a a
Flam
Agus
boya 48 1 6 25 5 2 1 1 4 8 7 7 10 7 7 6 7 8 7 6 2
tina
n
Flam
Yuli boya 30 2 2 1 6 6 2 1 5 8 4 7 8 5 6 6 6 11 8 7 2
n
Flam
Siti boya 27 2 1 1 4 1 1 1 10 11 6 8 8 9 6 9 11 11 8 5 3
n
Flam
Neti boya 32 2 1 1 9 9 2 1 6 9 6 8 12 8 7 7 11 12 12 7 2
n
Flam
Inda
boya 35 2 1 1 13 12 2 1 5 8 4 8 8 6 7 9 6 11 9 7 3
h
n
111
112
Analisis Univariat
1. Ruangan
Ruangan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid A, putri 3 4.9 4.9 4.9
anggrek 4 6.6 6.6 11.5
Bougenvil 4 6.6 6.6 18.0
Flamboyan 5 8.2 8.2 26.2
icu 10 16.4 16.4 42.6
kenanga 4 6.6 6.6 49.2
mawar 4 6.6 6.6 55.7
melati 6 9.8 9.8 65.6
melur 4 6.6 6.6 72.1
Nusa Indah 3 4.9 4.9 77.0
S. Malam 6 9.8 9.8 86.9
T.Dara 4 6.6 6.6 93.4
Tanjung 4 6.6 6.6 100.0
Total 61 100.0 100.0
2. Usia
Usia
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid <36 Tahun 29 47.5 47.5 47.5
>36 Tahun 32 52.5 52.5 100.0
Total 61 100.0 100.0
3. Jenis Kelamin
Jenis_Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Laki-laki 11 18.0 18.0 18.0
Perempuan 50 82.0 82.0 100.0
Total 61 100.0 100.0
113
114
4. Status Pernikahan
Status_Pernikahan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Menikah 49 80.3 80.3 80.3
Lajang 9 14.8 14.8 95.1
Janda/Duda 3 4.9 4.9 100.0
Total 61 100.0 100.0
5. Pendidikan
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Diploma 39 63.9 63.9 63.9
BSN 1 1.6 1.6 65.6
Sarjana (S1) 12 19.7 19.7 85.2
Ners (S1+Profesi) 5 8.2 8.2 93.4
Lain-lain 4 6.6 6.6 100.0
Total 61 100.0 100.0
6. Lama Kerja RS
Lama_Kerja_RS
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid <10 61 100.0 100.0 100.0
Tahun
8. Kontak Pasien
Kontak_Pasien
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak 14 23.0 23.0 23.0
Ya 47 77.0 77.0 100.0
Total 61 100.0 100.0
115
9. Kuesioner
Supervisor/
dan transisi
keselamata
Pembelajar
onpunitive
dalam unit
Kerjasama
Kerjasama
pelaporan
pelaporan
antar unit
Frekuensi
balik dan
Hansdoff
manager
Harapan
Persepsi
Staffing
Respon
Umpan
pasien
Angka
Grade
dan
an
7 10 5 7 11 7 9 7 8 9 11 7 2
7 8 6 7 9 5 5 6 7 9 12 9 2
7 8 6 7 9 5 5 6 7 9 12 7 2
7 8 6 7 11 5 5 6 7 9 12 9 2
5 8 4 7 6 3 4 9 9 9 9 9 2
8 9 5 7 9 8 6 9 8 10 9 8 2
6 8 8 8 12 8 6 9 9 13 8 8 3
6 9 5 7 9 8 6 9 9 8 10 8 2
7 6 3 7 5 6 6 6 5 9 6 9 2
5 8 4 7 6 3 4 9 9 9 9 9 2
5 8 5 7 11 5 6 5 8 10 10 7 2
6 8 5 8 11 8 5 6 10 10 9 7 3
5 8 5 7 11 5 4 5 8 11 9 7 2
5 8 5 7 11 5 4 5 8 10 9 7 2
6 11 6 6 10 6 7 6 8 9 13 8 3
6 11 5 7 11 4 7 5 9 12 12 6 1
5 9 4 6 8 4 5 5 6 9 7 6 1
5 8 4 6 6 5 7 10 13 9 12 9 3
7 6 4 11 5 6 6 6 8 9 9 9 3
7 9 5 7 9 5 6 4 9 10 12 6 1
6 11 3 8 9 4 7 5 9 12 10 6 2
6 8 5 6 11 5 7 5 11 11 13 6 1
10 9 5 9 11 7 8 7 7 12 8 5 3
5 9 5 8 13 8 8 5 9 10 9 4 1
4 8 4 5 11 5 9 5 10 8 9 7 2
5 8 4 6 11 7 7 3 8 7 7 7 1
5 8 6 6 9 5 7 4 9 8 12 9 1
7 9 6 8 9 7 8 8 11 9 10 7 2
7 8 6 7 9 4 6 6 7 9 12 9 2
11 10 7 8 7 9 7 8 11 9 8 7 3
6 12 6 7 10 5 7 5 7 13 13 6 2
5 8 4 7 7 6 7 6 6 10 8 7 2
7 10 5 7 11 7 7 7 10 8 12 7 2
5 8 6 6 9 5 7 4 7 8 11 9 1
116
5 8 6 6 9 7 7 4 8 8 12 9 1
5 8 6 6 9 5 7 4 8 8 10 9 1
8 10 5 10 12 8 7 7 11 9 9 5 3
6 10 5 7 7 5 5 4 12 9 13 8 1
6 9 9 8 13 8 5 5 12 7 11 5 3
7 11 8 6 9 8 9 7 7 12 9 9 2
9 8 7 7 8 6 10 8 11 7 11 9 2
5 15 7 9 10 4 9 7 9 11 10 8 4
6 5 4 6 8 3 3 4 6 11 5 9 1
6 7 3 6 6 3 3 4 7 11 7 9 1
6 5 3 6 8 3 3 3 4 11 7 9 1
6 9 6 6 10 8 7 7 8 9 13 8 2
7 7 4 7 9 5 4 4 10 9 12 8 2
5 8 4 8 9 6 8 7 9 10 13 7 2
5 10 4 8 8 8 8 6 13 10 8 7 4
5 5 3 6 6 3 3 4 4 11 7 9 1
5 8 6 8 9 4 7 4 10 8 10 9 3
5 11 6 8 11 6 8 3 12 8 11 8 2
6 12 6 7 10 5 7 5 11 13 12 6 2
10 12 9 7 9 5 7 5 11 12 12 8 2
5 8 4 6 6 3 4 9 9 9 9 10 1
5 8 4 7 6 3 5 9 9 9 9 9 2
4 8 7 7 10 7 7 6 7 8 7 6 2
5 8 4 7 8 5 6 6 6 11 8 7 2
10 11 6 8 8 9 6 9 11 11 8 5 3
6 9 6 8 12 8 7 7 11 12 12 7 2
5 8 4 8 8 6 7 9 6 11 9 7 3
117
DOKUMENTASI
118