Anda di halaman 1dari 83

Tn.

H, 37 Tahun dengan Stroke Hemorrhagic


Disusun oleh:
Khoirunnisa 1810221073
Pembimbing:
dr. Wiwit Ida Chahyani, SpS
PENDAHULUAN
Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progresinya cepat,
berupa defisit neurologis fokal dan/atau global, yang berlangsung 24 jam atau lebih atau
langsung menimbulkan kematian, dan semata-mata disebabkan oleh gangguan
peredaran darah otak nontraumatik.

Stroke merupakan salah satu penyebab kematian ke 3 setelah penyakit jantung


dan keganasan.

Stroke nonhemoragik lebih sering didapatkan dari stroke hemoragik . Serangan


otak ini merupakan kegawatdaruratan medis yang harus ditangani secara cepat, tepat,
dan cermat.
STROKE

Non Hemoragik Hemoragik

Penurunan aliran
darah sampai dibawah 20-30 % disebabkan
titik kritis, sehingga karena ruptur
terjadi gangguan pembuluh darah
fungsi pada jaringan diotak
otak
• Menyebabkan
Stroke terjadinya
Hemoragik peningkatan
TIK

Tanda • Adanya nyeri

Peningkatan kepala, penurunan


kesadaran, kejang,

TIK dan muntah


Tekanan intrakranial adalah tekanan di dalam ruang
tengkorak yang dinamis dan fluktuatif yang dipengaruhi oleh
cairan serebrospinal, jaringan otak dan darah (doktrin Monro-
Kelly)
ILUSTRASI KASUS
Identitas Pasien
Identitas Pasien
• Nama : Tn. H
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Umur : 37 tahun
• Status Perkawinan : Sudah Menikah
• Alamat : Petukangan
• Agama : Islam
• Suku Bangsa: Jawa
• Pendidikan : SMA
• Tanggal Pemeriksaan : 30 Desember 2019
• Penjamin: BPJS
Keluhan Utama
Dilakukan 30 Des 2019

• Penurunan kesadaran sejak 14 jam SMRS.


RPS
Pasien Tn. H 37 tahun seorang tunarungu dan tuna wicara,
datang ke IGD RSUD Pasar Minggu diantar keluarganya dengan
keluhan utama penurunan kesadaran sejak 5 jam SMRS. Keluhan
dirasakan tiba-tiba saat pasien bangun dari tidur saat hendak ke
kamar mandi sekitar pukul 01.00 dini hari. Pasien tiba-tiba terjatuh,
kemudian saat itu juga pasien dibawa ke RS Petukangan, dari RS
Petukangan didapatkan keterangan bahwa pasien menderita
pingsan yang berkepanjangan dan tidak ada tindakan sehingga
pasien diminta untuk pulang saja pada pukul 04.00 dini hari.
Kemudian pukul 07.00 pasien sadar, saat sedang diberi makan
pasien muntah dan kemudian pingsan kembali. Pasien dibawa ke RS
Sari Asih, selama 2 hari tidak sadar kemudian dilakukan CT Scan
yang menunjukkan terdapat perdarahan di otak dan dirujuk ke
RSUD Pasar Minggu pada 1 hari pasien SMRS karena ICU di RS Sari
Asih tidak ada.
RPS
Pasien tidak pernah mengeluh pusing atau nyeri kepala
sebelumnya, tidak ada keluhan mual dan muntah, serta riwayat
lemah sisi badan, mulut mencong maupun bicara cadel, pingsan,
demam serta kejang. Pasien juga menyangkal adanya riwayat
trauma sebelumnya. Pasien mengakui bahwa BAB dan BAK
pasien lancer dan normal tidak ada gangguan saraf otonom
seperti mengompol dan defekasi tidak dapat dikendalikan. Saat
diperiksa di HCU Pasien dapat mengikuti perintah dan
mengatakan dengan gestur tubuhnya bahwa kepalanya masih
terasa sakit serta sisi tubuh sebelah kanannya masih lemah.
RPD
HT (+) tidak terkontrol, DM (-), Penyakit jantung (-), Alergi
obat (-). Keluhan serupa sebelumnya (-).
RPK & RPSosek
• RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Ayah pasien memiliki riwayat hipertensi dan menderita stroke, sedangkan
ibu pasien memiliki riwayat DM.

• RIWAYAT SOSIAL DAN EKONOMI


Pasien bekerja sebagai pekerja serabutan dan sudah menikah. Aktivitas
pasien sehari-hari adalah bekerja diluar rumah sebagai pekerja bangunan atau
sebagai servis alat-alat elektronik. Pasien jarang berolahraga, tidak merokok,
dan tidak konsumsi alkohol maupun narkoba. Pasien mengakui suka untuk
memakan makanan asin, digoreng dan bersantan. Pasien adalah seorang
tunarungu dan tunawicara sejak bayi, keluarga menganggap hal tersebut
dikarenakan adanya demam tinggi sewaktu bayi, kejang (-). Pasien memiliki
perkembangan yang sesuai usia, dapat bersosialisasi dan bersekolah di SLB
hingga SMA, dan dapat bekerja.
Pemeriksaan Fisik
• Keadaan umum : Tampak sakit sedang
• Vital sign:
TD : 190/100 mmHg
Nadi : 56 x/menit
RR : 19 x/menit
Suhu : 36.5 oC
Saturasi : 99 %
Status Generalis
• Kepala : • Leher :
• Edem palpebra (-/-) • Limfonodi membesar (-)
• Racoon Eye (-/-) • JVP meningkat (-)
• Conjungtiva anemis (-/-) • Massa abnormal (-)
• Sklera ikterik (-/-)
• Reflek cahaya langsung
(+/+)
• Reflek cahaya TL (+/+)
• Pupil isokor (3mm/3mm)
Status Generalis
• Cor : • Pulmo :
• I = ictus cordis tidak • I = simetris kanan-kiri,
tampak ketinggalan gerak (-/-)
• P = ictus cordis teraba di • P = fremitus kanan-kiri
SIC V linea midclavicula simetris, nyeri tekan (-/-),
sinistra massa (-/-)
• P = kesan batas jantung • P = sonor diseluruh lapang
normal paru
• A = BJ I-II regular, • A = Vesikuler (+/+), Ronkhi
intensitas (N), suara (-/-), Wheezing (-/-)
jantung tambahan (-)
Status Generalis
• Abdomen : • Ekstremitas :
• I = dinding perut datar • Upper = oedem (-/-),
• A = bising usus (+) sianosis (-/-), ikterik (-/-)
normal • Lower = oedem (-/-),
• P = Timpani 4 kuadran sianosis (-/-), ikterik (-/-)
• P = supel, nyeri tekan(-),
massa abnormal (-),
Nyeri ketok CVA (-/-)
Pemeriksaan neurologis
Kesadaran   : E4M6Vtunarungu, tunawicara, GCS = 15

Pupil   : Bulat, isokor, 3 mm/3 mm

Refleks cahaya langsung :+/+

Refleks cahaya tak langsung :+/+

Tanda rangsang meningeal  

Kaku kuduk   :-/-

Kernig   : >135o / >135o

Lasegue   : >70o / > 70o

Sensorik   : hipestesia (-)

Fungsi saraf otonom   : inkontinensia urin et alvi (-)


Pemeriksaan Nervus Kranialis

N.I   : Tidak dilakukan pemeriksaan


N.II   : Visus > 2/60
N.III, IV, IV   : Kesan tidak ada paresis
N.V Motorik   : Tidak ada paresis, tidak ada atrofi
N.V Sensorik   : Kesan tidak ada hipestesia
N.VII   : Kesan tidak ada paresis
N.VIII   : Tidak dilakukan pemeriksaan
N.IX, X   : Tidak dilakukan pemeriksaan
N. XI   : Tidak ada paresis
N. XII   : Tidak ada paresis
Kekuatan Motorik Refleks Patologis

2222 5555  
2222 5555 Babinsky : -/-

Refleks Fisiologis  
Fungsi Luhur
+2 +2  
Berbicara : tidak dapat dinilai
+2 +2
   
Orientasi waktu : tidak dapat dinilai
   
Orientasi orang : tidak dapat dinilai
   
Orientasi tempat : tidak dapat dinilai
 
Nilai MMSE : Tidak diperiksa

 
Pemeriksaan Penunjang
Rontgen Thorax

Kesan: Cor dan pulmo dalam batas normal


CT-Scan kepala tanpa kontras
(RS Sari Asih 24/12/2019)

Kesan: Intracerebral hematom pada thalamus kiri


DIAGNOSIS
• Diagnosis klinis : Hemiparesis dextra
• Diagnosis topis : Lesi pada thalamus kiri
• Diagnosis patologis : intracerebral hematom
pada thalamus kiri
• Diagnosis etiologis : Stroke hemorhagik
TATALAKSANA
• RencanaTerapi Medikamentosa:
IVFD NaCl 0.9% 500cc/12 jam
Manitol loading 200 cc , lanjut 4x 125 cc selama 2 hari
Inj Citicolin 3x 500 mg IV
Bila tensi tinggi : perdipin start 0.5 mikro/ jam
Amlodipin 1x 10 mg
Candesartan 1x 16 mg
Inj Transamin 3x 500 IV
Inj Ranitidin 2x 50 mg IV
Inj Ondansetron 3x 4 mg IV
TATALAKSANA
• Rencana Terapi Non Medikamentosa:
Konsul Bedah saraf: adakah terapi pembedahan
untuk evakuasi hematom
Fisioterapi
Menjaga pola hidup sehat
PROGNOSIS
• Quo ad Vitam : ad Bonam
• Quo ad Sanationam : Dubia ad Bonam
• Quo ad Functionam : Dubia
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI

Perdarahan intraserebral terjadi sebagai akibat dari adanya defek di dinding


pembuluh darah serebral, akibat trauma, akibat malformasi vaskuler atau
sekunder terhadap hipertensi sistemik. Darah yang keluar dari pembuluh
darah ini dapat memasuki ruang subarachnoid atau ke dalam parenkim, atau
ke dalam sistem ventrikel otak. PSA disertai oleh meningitis aseptik dan
gangguan aktifitas serebrovaskuler.
SIRKULASI OTAK
Vaskularisasi pada otak di bagi menjadi 2 jenis arteri yaitu,
2 arteria carotis interna dan 2 arteria vertebralis. Keempat
arteri ini terletak di daerah ruang subarachnoid dan cabang-
cabangnya akan beranastomosis pada permukaan inferior
brain yang akan membentuk circulus arteriosus Willisi.
Tekanan intrakranial merupakan tekanan di dalam rongga kranial.
Tekanan intrakranial normal adalah 10-15mmhg. Nilai diatas itu
dipertimbangkan sebagai hipertensi intrakranial.

Tekanan intrakranial dipengaruhi 3 faktor yaitu otak (80%), CSS (10%)


dan darah (10%).

Terdapat Doktrin monro-kellie Suatu konsep sederhana yg dpt


menerangkan pengertian dinamika TIK. Konsep utamanya menyatakan
bahwa volume intrakranial selalu konstan. Karena rongga kranium tdk
dapat mekar.

TPO= TAR (Tekanan arteri rata-rata)-TIK


TPO kurang dari dari 70 mmhg umumnya berkaitan dengan prognosis
buruk
TAR = 2 X TD DIASTOLIK + TD SISTOLIK: 3
Patofisiologi Peningkatan Tekanan
Intrakranial pada Stroke
Patofisiologi utama TTIK antara lain adalah
edema serebri, obstruksi aliran CSS, peningkatan
volume darah otak (CBV), dan perluasan massa
otak. Edema serebri merupakan salah satu
komplikasi semua tipe stroke. Waktunya
bervariasi mulai dari 24 jam pertama sampai
sekitar 72 jam setelah onset.
Edema
Vasogenik
EDEMA Edema
SEREBRI Sitotoksik
Edema
Interstisial
JARAS MOTORIK
• Berdasarkan letak anatomis, motoneuron pada sistem saraf
somatis terbagi menjadi dua, yakni Upper Motorneuron (UMN) dan
Lower Motorneuron (LMN).
• Upper motorneuron adalah semua neuron yang menyalurkan
impuls motorik ke lower motorneuron dan terbagi menjadi susunan
piramidalis dan extrapiramidalis.
• Lower motorneuron mempersarafi serabut otot dengan berjalan
melalui radix anterior, nervus spinalis dan saraf tepi. Lower
motorneuron memiliki dua jenis yaitu alfa-motorneuron memiliki
akson yang besar, tebal dan menuju ke serabut otot ekstrafusal
(aliran impuls saraf yang berasal dari otak/medulla spinalis
menuju ke efektor), sedangkan gamma-motorneuron memiliki
akson yang ukuran kecil, halus dan menuju ke serabut otot
intrafusal (aliran impuls saraf dari reseptor menuju ke
otak/medulla spinalis).
EPIDEMIOLOGI
• Stroke diderita oleh kurang lebih 200 orang per
100.000 penduduk per tahunnya.
• Pengklasifikasiannya adalah 65-85%
merupakan stroke nonhemoragik (± 53%
adalah stroke trombotik, dan 31% adalah
stroke embolik) dengan angka kematian stroke
trombotik ± 37%, dan stroke embolik ± 60%.
Presentase stroke nonhemoragik hanya
sebanyak 15% -35%.
Perdarahan
intracerebral
KLASIFIKASI
Perdarahan
subarachnoid
spontan
FAKTOR RESIKO
• Faktor yang tidak dapat dimodifikasi,
meliputi: usia, jenis kelamin, herediter,
ras/etnis, kelainan hemoreologi darah bawaan
• Faktor yang dapat dimodifikasi, meliputi:
riwayat stroke, hipertensi, penyakit jantung,
diabetes mellitus, Transient Ischemic Attack
(TIA), hiperkolesterol, obesitas, merokok,
alkoholik, dan hiperurisemia.
PATOFISIOLOGI
Gangguan pasokan aliran darah otak dapat
terjadi di mana saja di dalam arteri-arteri yang
membentuk Sirkulus Willisi: arteria karotis
interna dan sistem vertebrobasilar atau semua
cabang-cabangnya. Secara umum, apabila aliran
darah ke jaringan otak terputus selama15
sampai 20 menit, akan terjadi infark atau
kematian jaringan.
• Patologinya dapat berupa
(1) keadaan penyakit pada pembuluh itu sendiri,seperti
pada aterosklerosis dan trombosis, robeknya dinding
pembuluh,atau peradangan;
(2) berkurangnya perfusi akibat gangguan status aliran
darah, misalnya syok atau hiperviskositas darah;
(3) gangguan aliran darah akibat bekuan atau embolus
infeksi yang berasal dari jantung ataupembuluh
ekstrakranium; atau (4) ruptur vaskular di dalam
jaringan otak atau ruang subaraknoid.
Perdarahan dapat dengan cepat menimbulkan
gejala neurologik karena tekanan pada struktur-
struktur saraf di dalam tengkorak. Iskemik adalah
konsekuensi sekunder dari perdarahan baik yang
spontan maupun traumatik. Mekanisme terjadinya
iskemik tersebut ada dua:
(1) tekanan pada pembuluh darah akibat ekstravasasi
darah ke dalam tengkorak yang volumenya tetap
dan
(2) vasospasme reaktif pembuluh-pembuluh darah
yang terpapar ke darah bebas di dalam ruang
antara lapisan arakhnoid dan piamater meningen.
Manifestasi Klinis
• Perubahan tingkat kesadaran (mengantuk, letih, apatis, koma).
• Kesulitan berbicara atau memahami orang lain.
• Kesulitan menelan.
• Kesulitan menulis atau membaca.
• Sakit kepala yang terjadi ketika berbaring, bangun dari tidur, membungkuk, batuk,
atau kadang terjadi secara tiba-tiba.
• Kehilangan koordinasi.
• Kehilangan keseimbangan.
• Perubahan gerakan, biasanya pada satu sisi tubuh, seperti kesulitan menggerakkan
salah satu bagian tubuh, atau penurunan keterampilan motorik.
• Mual atau muntah.
• Kejang.
• Sensasi perubahan, biasanya pada satu sisi tubuh, seperti penurunan sensasi, baal
atau kesemutan.
• Kelemahan pada salah satu bagian tubuh.
DIAGNOSIS

Pemerikasaan
Anamnesis
klinis neurologis

Algoritma dan Pemeriksaan


penilaian dengan dengan pencitraan
skor stroke diagnostik
Gejala / Tanda Kortikal Subkortikal

Afasia ++ -

Astereognosis ++ -

2 point tactil discrimination terganggu ++ -

Graphesthesi terganggu ++ -

Extinction phenomenon ++ -

Loss of body image ++ -

Kelumpuhan lengan dan tungkai tak sama ++ -

Dystonic posture - ++

Gangguan sensibilitas nyeri + raba - ++

Kedua mata melihat ke hidung - ++


Siriraj Stroke Score (SSS)

• SSS> 1 = Stroke hemoragik


• SSS < -1 = Stroke nonhemoragik (iskemik)
Penetapan Derajat Stroke Iskemik dengan
NIH Stroke Scale (NIHSS)
• Skor NIHSS <20 mengindikasikan stroke dalam
tingkat ringan sampai sedang. Skor NIHSS ≥20
mengindikasikan stroke dalam tingkat yang parah.
TATALAKSANA

Fase Akut (hari


ke 0-14
Fase Pasca Akut
sesudah onset
penyakit)
Fase Akut
(hari ke 0-14 sesudah onset penyakit)
1. Pengelolaan Umum (Pedoman 5 B)
a. Breathing
Jalan nafas harus terbuka lega, hisap lendir dan slem
untuk mencegah kekurang oksigen dengan segala akibat
buruknya. Dijaga agar oksigenasi dan ventilasi baik, agar
tidak terjadi aspirasi (gigi palsu dibuka).Intubasi pada pasien
dengan GCS < 8. Pada kira-kira 10% penderita pneumonia
(radang paru) merupakan merupakan penyebab kematian
utama pada minggu ke 2 – 4 setelah serangan
otak.Penderita sebaiknya berbaring dalam posisi miring kiri-
kanan bergantian setiap 2 jam. Dan bila ada radang atau
asma cepat diatasi.
B. Blood
Tekanan darah pada tahap awal tidak boleh
segera diturunkan, karena dapat memperburuk
keadaan, kecuali pada tekanan darah sistolik >
220 mmHg dan atau diastolik > 120 mmHg
(stroke iskemik), sistolik > 180 mmHg dan atau
diastolik > 100 mmHg (stroke hemoragik).
Penurunan tekanan darah maksimal 20 %.
• Obat-obat yang dapat dipergunakan Nicardipin (0,5 – 6
mcg/kg/menit infus kontinyu), Diltiazem (5 – 40
g/Kg/menit drip), nitroprusid (0,25 – 10 g/Kg/menit
infus kontinyu), nitrogliserin (5 – 10 g/menit infus
kontinyu), labetolol 20 –80 mg IV bolus tiap 10 menit,
kaptopril 6,25 – 25 mg oral / sub lingual.Keseimbangan
cairan dan elektrolit perlu diawasi
• Kadar gula darah (GD) yang terlalu tinggi terbukti
memperburuk outcome pasien stroke, pemberian insulin
reguler dengan skala luncur dengan dosis GD > 150 – 200
mg/dL 2 unit, tiap kenaikan 50 mg/dL dinaikkan dosis 2
unit insulin sampai dengan kadar GD > 400 mg/dL dosis
insulin 12 unit.
C. Brain
• Bila didapatkan kenaikan tekanan intra kranial
dengan tanda nyeri kepala, muntah proyektil
dan bradikardi relatif harus di berantas, obat
yang biasa dipakai adalah manitol 20% 1 - 1,5
gr/kgBB dilanjutkan dengan 6 x 100 cc (0,5
gr/Kg BB), dalam 15 – 20 menit dengan
pemantauan osmolalitas antara 300 – 320
mOsm
D. Bladder
• Hindari infeksi saluran kemih bila terjadi
retensio urin sebaiknya dipasang kateter
intermitten. Bila terjadi inkontinensia urine,
pada laki laki pasang kondom kateter, pada
wanita pasang kateter.
E. Bowel
• Kebutuhan cairan dan kalori perlu
diperhatikan, hindari obstipasi, Jaga supaya
defekasi teratur, pasang NGT bila didapatkan
kesulitan menelan makanan. Kekurangan
albumin perlu diperhatikan karena dapat
memperberat edema otak
2. Pengelolaan Berdasarkan Penyebabnya
a. Stroke Iskemik
• Reperfusi
Usaha menghilangkan sumbatan penyebab stroke
merupakan upaya yang paling ideal, obat trombolisis
yang sudah di setujui oleh FDA adalah rt-PA
(recombinan tissue plasminogen activator) dengan
dosis 0,9 mg/kgBB maksimal 90 mg (10% diberikan
bolus & sisanya infus kontinyu dalam 60 menit).
• Prevensi terjadinya trombosis (antikoagualsi)
Obat yang dapat diberikan adalah heparin
dengan dosis awal 1.000 u/jam cek APTT 6 jam
kemudian sampai dicapai 1,5 – 2,5 kali kontrol hari
ke 3 diganti anti koagulan oral, Heparin berat
molekul rendah (LWMH) dosis 2 x 0,4 cc subkutan
monitor trombosit hari ke 1 & 3 (jika jumlah <
100.000 tidak diberikan), Warfarin dengan dosis
hari I = 8 mg, hari II = 6 mg, hari III penyesuaian
dosis dengan melihat INR pasien.
Aspirin dosis 80 – 1.200 mg/hari mekanisme
kerja dengan menghambat jalur siklooksigenase
• Proteksi neuronal/sitoproteksi
Piracetam, cara kerja secara pasti didak diketahui,
diperkirakan memperbaiki integritas sel,
memperbaiki fluiditas membran dan menormalkan
fungsi membran. Dosis bolus 12 gr IV dilanjutkan 4
x 3 gr iv sampai hari ke empat, hari ke lima
dilanjutkan 3 x 4 gr peroral sampai minggu ke empat,
minggu ke lima sampai minggu ke 12 diberikan 2 x
2,4 gr per oral,. Therapeutic Windows 7 – 12 jam.
b. Stroke Hemoragik
• Pengelolaan konservatif Perdarahan Intra Serebral
Pemberian anti perdarahan : Epsilon aminocaproat
30 - 36 gr/hari, Asam Traneksamat 6 x 1 gr untuk
mencegah lisisnya bekuan darah yamg sudah
terbentuk oleh tissue plasminogen. Evaluasi status
koagulasi seperti pemberian protamin 1 mg pada
pasien yang mendapatkan heparin 100 mg & 10 mg
vitamin K intravena pada pasien yang mendapat
warfarin dengan prothrombine time memanjang.
• Pengelolaan konservatif (Perdarahan Sub
Arachnoid)
Bed rest total selama 3 minggu dengan
suasana yang tenang, pada pasien yang sadar,
penggunaan morphin 15 mg IM pada umumnya
diperlukan untuk menghilangkan nyeri kepala
pada pasien sadar.
Vasospasme terjadi pada 30% pasien, dapat
diberikan Calcium Channel Blockers dengan
dosis 60 – 90 mg oral tiap 4 jam selama 21 hari
atau 15 – 30 mg/kg/jam selama 7 hari,
kemudian dilanjutkan per oral 360 mg /hari
selama 14 hari, efektif untuk mencegah
terjadinya vasospasme yang biasanya terjadi
pada hari ke 7 sesudah iktus yang berlanjut
sampai minggu ke dua setelah iktus
• Pengelolaan operatif
Tujuan pengelolaan operatif adalah untuk
pengeluaran bekuan darah, penyaluran cairan
serebrospinal, dan/atau pembedahan mikro
pada pembuluh darah.
Fase Pasca Akut
1. Terapi Preventif
Tujuannya, untuk mencegah terulangnya atau
timbulnya serangan baru stroke, dengan jalan antara lain
mengobati dan menghindari faktor-faktor resiko stroke:
Untuk stroke infark diberikan:
• Obat-obat anti platelet agregasi
• Obat-obat untuk perbaikan fungsi jantung dari ahlinya
• Faktor resiko dikurangi seminimal mungkin
– Menghindari rokok, obesitas, stres
– Berolahraga teratur
2. Rehabilitasi Medik

Proses rehabilitasi dapat meliputi beberapa atau semua hal di bawah


ini:
• Terapi bicara untuk belajar kembali berbicara dan menelan
• Terapi okupasi untuk mendapatkan kembali ketangkasan lengan
dan tangan
• Terapi fisik untuk memperbaiki kekuatan dan kemampuan berjalan,
dan
• Edukasi keluarga untuk memberikan orientasi kepada mereka
dalam merawat orang yang mereka cintai di rumah dan tantangan
yang akan mereka hadapi.
 Kurangi penekanan pada daerah yang sering
tertekan (sakrum, tumit)
Hari 1-3 (di sisi tempat tidur)
 Modifikasi diet, bed side, positioning
 Mulai PROM dan AROM
 Evaluasi ambulasi
Hari 3-5 Beri sling bila terjadi subluksasi bahu

 Aktifitas berpindah
Hari 7-10  Latihan ADL: perawatan pagi hari
 Komunikasi, menelan
 Team/family planning
2-3 minggu
 Therapeuthic home evaluation
3-6 minggu  Home program
 Independent ADL, tranfer, mobility
10-12 minggu  Follow up
 Review functional abilities
KOMPLIKASI
• Komplikasi Dini (0-48 jam pertama):
– Edema serebri
– Abnormalitas jantung
– Kejang
– Nyeri kepala
– Gangguan fungsi menelan dan asprasi
• Komplikasi Jangka Pendek (1-14 hari pertama):
– Pneumonia
– Emboli paru
– Perdarahan gastrointestinal
– Stroke rekurens
– Abnormalitas jantung
– Stroke dapat menimbulkan beberapa kelainan jantung
berupa:
• Edema pulmonal neurogenik
• Penurunan curah jantung
• Aritmia dan gangguan repolarisasi
– Deep Vein Thrombosis (DVT)
– Infeksi traktus urinarius dan inkontinensia urin
• Komplikasi Jangka Panjang
– Stroke rekuren
– Abnormalitas jantung
– Kelainan metabolik dan nutrisi
– Depresi
– Gangguan vaskuler lain: Penyakit vaskuler perifer
PROGNOSIS
• Ada sekitar 30%-40% penderita stroke yang masih
dapat sembuh secara sempurna asalkan ditangani
dalam jangka waktu 6 jam atau kurang dari itu. Hal ini
penting agar penderita tidak mengalami kecacatan.
• Upaya untuk memulihkan kondisi kesehatan
penderita stroke sebaiknya dilakukan secepat
mungkin, idealnya dimulai 4-5 hari setelah kondisi
pasien stabil. Tiap pasien membutuhkan penanganan
yang berbeda-beda, tergantung dari kebutuhan
pasien. Proses ini membutuhkan waktu sekitar 6-12
bulan.
PEMBAHASAN
Pasien laki-laki, Tn. H 37 tahun seorang tunarungu dan
tunawicara, datang ke IGD RSUD Pasar Minggu dengan keluhan
penurunan kesadaran secara tiba-tiba sejak 14 jam SMRS.
Keluhan dirasakan tiba-tiba saat pasien bangun dari tidur saat
hendak ke kamar mandi sekitar pukul 01.00 dini hari. Pasien
tiba-tiba terjatuh, pasien dibawa ke RS Petukangan, dari RS
Petukangan didapatkan keterangan bahwa pasien menderita
pingsan yang berkepanjangan dan tidak ada tindakan sehingga
pasien diminta untuk pulang saja pada pukul 04.00 dini hari.
Kemudian pukul 07.00 pasien sadar, saat sedang diberi makan
pasien muntah dan kemudian pingsan kembali. Pasien dibawa ke
RS Sari Asih, selama 2 hari tidak sadar kemudian dilakukan CT
Scan yang menunjukkan terdapat perdarahan di otak dan
dirujuk ke RSUD Pasar Minggu pada 1 hari pasien SMRS karena
ICU di RS Sari Asih tidak ada.
Pasien tidak pernah mengeluh pusing atau nyeri kepala
sebelumnya, tidak ada keluhan mual dan muntah, serta riwayat
lemah sisi badan, mulut mencong maupun bicara cadel, pingsan,
demam serta kejang. Pasien juga menyangkal adanya riwayat trauma
sebelumnya. Saat diperiksa di HCU Pasien dapat mengikuti perintah
dan mengatakan dengan gestur tubuhnya bahwa kepalanya masih
terasa sakit serta sisi tubuh sebelah kanannya masih lemah. Pasien
memiliki riwayat hipertensi yang tidak terkontrol. Pasien bekerja
sebagai pekerja serabutan dan sudah menikah. Aktivitas pasien
sehari-hari adalah bekerja diluar rumah sebagai pekerja bangunan
atau sebagai servis alat-alat elektronik. Pasien jarang berolahraga,
tidak merokok, dan tidak konsumsi alkohol maupun narkoba. Pasien
mengakui suka untuk memakan makanan asin, digoreng dan
bersantan. Ayah pasien memiliki riwayat hipertensi dan menderita
stroke, sedangkan ibu pasien memiliki riwayat DM.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum
pasien tampak sakit sedang dengan GCS E4M6V5.
Pada pemeriksaan fisik umum ditemukan adanya
tekanan darah yang tinggi pada pasien yaitu sebesar
190/100 mmHg. Pada pemeriksaan neurologis tidak
didapatkan paresis pada nervus kranialis. Pada
pemeriksaan kekuatan motorik didapatkan adanya
kesan hemiparesis dextra. CT-Scan kepala tanpa
kontras pasien didapatkan kesan intracerebral
hemorhagic pada thalamus kiri.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik maka dapat disusun diagnosis
kerja:
- Diagnosis klinis: Hemiparesis dextra
- Diagnosis topis : Lesi pada thalamus kiri
- Diagnosis patologis : intracerebral hematom pada thalamus kiri
- Diagnosis etiologis : Stroke hemorhagik

Penatalaksanaan bagi pasien ini yaitu terapi non-medikamentosa dan


medikamentosa. Terapi non medikamentosa, pada pasien diberikan edukasi
mengenai penyakit, perjalanan penyakit, serta faktor risiko pada pasien yang
dapat memperberat penyakitnya. Pada pasien terdapat faktor risiko hipertensi.
Memberikan edukasi kepada pasien untuk menjaga pola hidup sehat, rutin
meminum obat hipertensi dan mengontrol tekanan darah serta melakukan
fisioterapi untuk mengembalikan kekuatan motorik pasien. Mencegah
serangan ulang dengan mengendalikan faktor risiko hipertensi.
Terapi medikamentosa yang diberikan untuk pasien ini
yaitu berupa:
• Manitol loading 200 cc , lanjut 4x 125 cc selama 2 hari
• Inj Citicolin 3x 500 mg IV
• Bila tensi tinggi : perdipin start 0.5 mikro/ jam
• Amlodipin 1x 10 mg
• Candesartan 1x 16 mg
• Inj Transamin 3x 500 IV
• Inj Ranitidin 2x 50 mg IV
• Inj Ondansetron 3x 4 mg IV
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai