Anda di halaman 1dari 32

TUGAS MATA KULIAH ILMU SOSIAL PRILAKU

Oleh:
Nama : SUTARI
NIM : 10012682125007

Dosen Pengampu:
Dr. Nur Alam Fajar, M.Kes., AIFO

PROGRAM STUDI MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN 2021
4 golongan dan 22 jenis tugas (dan kemampuan yang harus dimiliki) terkait dengan Judul
Tesis ANALISIS LOGISTIK VAKSIN COVID 19 DI DINAS KESEHATAN
KABUPATEN BUNGO

TAHUN 2021

Tugas fasilitasi: membangun proses kegiatan masyarakat


No. Tugas Penjelasan
1. Pengembangan yaitu kemampuan untuk mendorong orang lain bekerja
sosial sama dalam proses pengembangan masyarakat.
2. Menengahi yaitu kemampuan untuk menghadapi dan mengatasi
(mediasi) dan konflik yang terjadi di masyarakat.
berunding
(negosiasi)
3. Memberi dukungan yaitu menyediakan dukungan yang diperlukan agar
masyarakat bisa melakukan kegiatan pengembangan
masyarakat.
4. Membangun yaitu menghadapi perbedaan nilai, kepentingan, dan
konsensus adanya kompetisi tidak dengan pendekatan konflik.
5. Memfasilitasi yaitu mengelola berbagai tindakan dan kegiatan
kelompok kelompok karena biasanya kerja pendampingan lebih
banyak bersama kelompok.
6. Memanfaatkan yaitu membantu masyarakat mengenali & meman-
sumberdaya dan faatkan potensi lokal yang belum dimanfaatkan secara
keterampilan lokal optimal.
7. Pengorganisasian yaitu mendorong terselenggaranya kegiatan-kegiatan
bersama masyarakat.

Tugas pembelajaran: memberi masukan berupa nilai, ilmu pengetahuan, teknologi,


dan pengalaman kepada masyarakat
No. Tugas Penjelasan
8. Penyadaran kritis yaitu membangun kesadaran masyarakat bahwa setiap
individu berkaitan atau dipengaruhi oleh struktur dan
sistem yang bekerja mengatur.
9. Memberi informasi yaitu menyediakan informasi yang relevan pada
masyarakat untuk penjajakan kebutuhan, perencanaan,
kegiatan pembelajaran, dsb.
10. Berhadapan yaitu kemampuan untuk bertindak tegas apabila
(konfrontasi) diperlukan terhadap individu atau kelompok masyarakat
dengan yang melanggar suatu prinsip kerjasama (misalnya:
pelanggaran bersifat rasis, melakukan tindakan merusak lingkungan,
prinsipiil penyalahgunaan keuangan program, dsb).
11. Menyelenggaraka
yaitu melakukan atau menghubungkan dengan pelatih
n pelatihan lain untuk kegiatan transfer pengetahuan dan
keterampilan yang dibutuhkan masyarakat.
Tugas penghubung: membangun relasi dengan berbagai sumber, pihak dan
lembaga yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat dampingannya
No. Tugas Penjelasan
12. Menghubungkan yaitu memfasilitasi kerjasama dengan lembaga-
dengan lembaga di luar komunitas yang memiliki sumberdaya
sumberdaya tertentu.
13. Advokasi yaitu menghubungkan berbagai kepentingan
masyarakat (antar individu, antar kelompok, antar
lembaga dsb.).
14. Menggunakan yaitu mempublikasikan kegiatan, proses, dan capaian,
media agar menjadi agenda komunitas.
15. Menjadi Humas yaitu memberikan informasi mengenai kegiatan,
proses dan capaian untuk memperoleh dukungan
berbagai pihak.
16. Mengembangkan yaitu mengembangkan hubungan dengan berbagai
jaringan pihak (perorangan, lembaga) untuk mendukung
program.
17. Mengembangkan yaitu sebagai fasilitator proses pembelajaran antar
proses pertukaran pihak baik secara formal maupun informal.
pengetahuan dan
pengalaman
Tugas teknis: mengelola langkah-langkah atau tahap-tahap program mulai dari
penjajakan kebutuhan sampai ke monitoring-evaluasi1
No. Tugas Penjelasan
18. Mengumpulkan dan yaitu menggunakan metodologi pengkajian untuk
menganalisa data mengumpulkan dan menganalisa informasi bersama
masyarakat.
19. Menggunakan yaitu menggunakan dan mengalihkan kemampuan
komputer penguasaan teknologi komputer kepada masyarakat.
20. Melakukan yaitu menyampaikan gagasan kepada masyarakat

1 Jim
Ife menyebut hal ini sebagai kemampuan teknis dengan alasan: ini tugas pendamping yang membutuhkan
kemampuan teknis tertentu dan biasanya dijalankan dengan mengacu pada panduan program.

2 RIANINGSIH DJOHANI
presentasi dampingan dan pihak-pihak lain.
(tertulis atau lisan)
21. Pengelolaan yaitu membangun struktur, nilai, prosedur dan
program mekanisme program yang sesuai dengan prinsip
pengembangan masyarakat.
22. Pengelolaan yaitu pengelolaan (manajemen) keuangan yang sesuai
keuangan dengan prinsip pengembangan masyarakat.
Tugas di kaitkan dengan Rencana Judul Tesis
I. Tugas Fasilitasi : Membangun proses Kegiatan Masyarakat

1. Pengembangan Sosial
Bahwa masyarakat mampu dan harus mengambil tanggung jawab dalam merumuskan
kebutuhan, mengusahakan kesejahteraan, mengelola sumber daya dan mewujudkan
tujuan hidup mereka sendiri. Pengembangan masyarakat diarahkan untuk membangun
supportive communities, yaitu sebuah struktur masyarakat yang kehidupannya didasarkan
pada pengembangan dan pembagian sumber daya secara adil serta adanya interaksi
sosial, partisipasi dan upaya saling mendorong antara satu dengan yang lain bahwa
vaksin ini adalah alat yang bisa dipakai untuk melindungi diri kita. Tetapi yang lebih
penting, vaksin ini juga digunakan untuk melindungi keluarga kita, melindungi tetangga-
tetangga kita, melindungi rakyat Indonesia, melindungi peradaban umat manusia di
seluruh dunia diharapkan segera tercapai kekebalan komunitas atau herd immunity.
Untuk mencapai hal tersebut diperlukan vaksinasi kepada 70 persen dari populasi
masyarakat.

2. Menegahi ( Mediasi )dan berunding (Negosiasi )


Dalam proses negosiasi, masing-masing pihak yang terlibat konflik saling mengutarakan
kepentingannya dan menawarkan pula solusi untuk mengatasinya. Proses negosiasi
dianggap selesai apabila diperoleh kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak.
Agar proses negosiasi berjalan lancar, maka kedua belah pihak harus saling memahami
karakteristik negosiasi.
Masyarakat  menilai vaksin harus bersifat wajib, terlepas dari gratis atau tidaknya. Meski
begitu masih terdapat hampir 40 persen masyarakat tidak setuju dengan kebijakan wajib
vaksin Covid-19 yang mayoritas merupakan masyarakat berpendidikan tinggi, dan ini
secara langsung berdampak pada persepsi negatif masyarakat yang menyurutkan
kesediaan untuk menerima vaksin,
vaksinasi merupakan upaya pencegahan yang spesifik atas suatu penyakit. Bila vaksinasi
berhasil dilakukan, maka individu sehat, keluarga sehat, tatanan masyarakat sehat, maka
produktivitas akan meningkat. “Pendapatan juga meningkat sehingga pendapatan negara
juga meningkat. Indonesia menjadi negara yang sehat bukan hanya secara jasmani tetapi
juga sehat secara finansial dan bisa memberikan pelayanan yang maksimal
pemulihan kesehatan dan ekonomi saat ini tidak hanya fokus pada individu-individu,
tetapi juga pada entitas usaha. “Jika semua dapat berdaya dan bisa menjaga diri dengan
melakukan budaya 3M, maka pemulihan ekonomi Indonesia
3. Memberi Dukungan

Pemberikan dukungan terkait dengan Logistik vaksinasi Covid 19 adalah Cakupan


vaksinasi Covid-19 terus ditingkatkan di seluruh wilayah di Indonesia. Pasokan vaksin
pun akan terus ditambah. Oleh karena itu, penguatan kualitas, kuantitas, serta
perlindungan dari penularan Covid-19 bagi sumber daya manusia puskesmas semakin
diperlukan.
Hasil survei kesiapan puskesmas untuk vaksinasi yang dilakukan Center for Indonesia’s
Strategic Development Initiatives (CISDI) menunjukkan, sejumlah puskesmas belum siap
melaksanakan vaksinasi Covid-19 secara optimal. Ketidaksiapan itu terkait dengan
sumber daya manusia, ketersediaan alat pelindung diri, logistik vaksinasi, serta
penanganan kejadian ikutan pasca-imunisasi (KIPI).
Karena Vaksinasi COVID-19 bertujuan untuk mengurangi transmisi/penularan COVID-
19, menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat COVID-19, mencapai kekebalan
kelompok di masyarakat (herd immunity) dan melindungi masyarakat dari COVID-19
agar tetap produktif secara sosial dan ekonomi. Kekebalan kelompok hanya dapat
terbentuk apabila cakupan vaksinasi tinggi dan merata di seluruh wilayah. Upaya
pencegahan melalui pemberian program vaksinasi jika dinilai dari sisi ekonomi, akan
jauh lebih hemat biaya, apabila dibandingkan dengan upaya pengobatan.
4. Membangun Konsensus

kesepakatan kata atau permufakatan bersama (mengenai pendapat, pendirian, dsb) yang
dicapai melalui kebulatan suara. Pengertian lain mengatakan bahwa konsensus adalah
sebuah frasa atau kalimat untuk menghasilkan sebuah kesepakatan yang disetujui secara
bersama-sama baik antar kelompok atau individu setelah adanya perdebatan dan
penelitian yang dilakukan secara bersama untuk mendapatkan keputusan. Konsensus
bersifat abstrak, sehingga tidak mempunyai keterlibatan terhadap politik praktis akan
tetapi dalam prakteknya konsensus dapat memengaruhi politi

Dalam menanggulangi pandemi Covid-19, upaya vaksinasi dilakukan tidak hanya


menjadi satu-satunya upaya untuk melindungi masyarakat dari penularan Covid-19.
Selama belum mencapai kekebalan kelompok (herd immunity), maka pencegahan yang
efektif saat ini adalah mematuhi protokol kesehatan 5M yaitu dengan double mask
dengan masker medis dilapisi bagian luarnya dengan masker kain agar menutupi rongga
dari masker medis tersebut, menjaga jarak, mencuci tangan menggunakan sabun dan air
mengalir, menjauhi kerumunan, dan membatasi mobilitas.

Vaksinasi Covid-19 memiliki banyak manfaat, tidak hanya untuk diri sendiri tetapi juga
untuk banyak orang. Vaksin Covid-19 aman dan halal, hal ini disampaikan oleh Komisi
Fatwa MUI Pusat bahwa sudah memberikan fatwa bahwa vaksin Covid-19 halal dan suci.
Oleh karenanya, meskipun masih banyak beredar isu atau hoax mengenai vaksin yang
belum jelas kebenarannya, masyarakat tidak perlu ragu dan khawatir untuk melakukan
vaksinasi Covid-19 guna kepentingan bersama.
Seperti vaksin pada umumnya, vaksin Covid-19 berpotensi mengakibatkan efek samping
bagi penerimanya. Efek samping seperti lengan pegal, meriang, mual dan sebagainya
sangat wajar dialami setelah menerima vaksin. Hal tersebut pertanda bahwa vaksin
sedang bekerja dan tubuh sedang membangun antibody untuk melawan virus yang
mungkin akan menginfeksi di masa yang akan datang. Efek samping biasanya
berlangsung selama kurang lebih 3 hari saja dan akan hilang dengan sendirinya. Namun,
untuk beberapa kasus vaksin dapat menyebabkan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
(KIPI). KIPI berbeda dengan efek samping biasa, sehingga perlu penanganan khusus bagi
yang mengalaminya.
5. Memfasilitasi Kelompok

Komunikasi publik bertujuan untuk mempertahankan reputasi sektor kesehatan dan


meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap program vaksinasi. Upaya komunikasi
yang dilakukan mengarah kepada membangun hubungan dengan banyak pihak,
meningkatkan perhatian masyarakat terhadap vaksin dan membuat program vaksinasi
menjadi perbincangan positif di media. Termasuk mengatasi berita viral yang negatif,
kemungkinan terjadinya kejadian ikutan paska imunisasi (KIPI), dan hoaks yang
memberikan pengaruh negatif terhadap citra vaksin dan sektor kesehatan.
komunikasi perubahan perilaku berfokus pada serangkaian upaya terstruktur untuk
mengubah perilaku kelompok sasaran sehingga bersedia divaksinansi dan tetap
menerapkan tiga perilaku kunci. Kegiatan komunikasi yang dilakukan juga berupaya
untuk mengatasi segala hambatan yang menghalangi terjadinya perubahan norma, sosial
dan perilaku baik di tingkat individu, keluarga/peer, komunitas maupun masyarakat.
Perubahan pada berbagai tingkatan ini memerlukan proses yang panjang dan secara
konsisten harus terus menerus dilakukan melalui peningkatan kapasitas pelayanan vaksin
dan penegakkan kebijakan terkait dengan protokol kesehatan.
Pemberdayaan masyarakat (community engagement) dalam istilah yang paling sederhana,
adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kapasitas dan melibatkan
masyarakat dalam mencapai tujuan komunikasi. Melalui pemberdayaan masyarakat,
masyarakat bukan diposisikan sebagai pelaku pasif melainkan berperan aktif dalam
menangani dan membantu penyelesaian dampak-dampak terkait COVID-19 dan atau
vaksin. Pemberdayaan masyarakat juga berfungsi untuk memaksimalkan efektivitas
adopsi pesan-pesan kunci melalui respons kolektif dan akhirnya bisa mencegah penularan
di tingkat komunitas. Dengan meningkatkan partisipasi masyarakat melalui pelibatan
mereka dalam program vaksinasi COVID-19, sektor kesehatan mempunyai kesempatan
untuk memberikan pelayanan vaksinasi secara realistis, relevan dan sesuai dengan
kebutuhan dan tantangan kelompok sasaran. Oleh karena itu, Pemberdayaan masyarakat -
sejalan dengan hasil riset analisa situasi - merupakan garda terdepan dalam program
vaksinasi COVID-19 yang perlu mendapatkan perhatian besar dari berbagai pihak.
6. Memanfaatkan Sumberdaya dan keterampilan local

Di tingkat fasilitas kesehatan, media yang dapat disiapkan adalah media luar ruang
seperti baliho, spanduk, atau media elektronik seperti video, lagu/jingle radio yang
diputar ulang di ruang tunggu pasien atau ruang publik. Tujuannya ada dua yaitu (1)
memberikan informasi dasar mengenai vaksin COVID-19; dan (2) agar khalayak
mengetahui bahwa tempat tersebut menyediakan pelayanan vaksinasi COVID-19.
Selain itu, Puskesmas juga mempunyai hubungan kerjasama dengan para relawan
kesehatan masyarakat seperti kader, penyuluh keluarga berencana (PKB), dan relawan
desa. Para pihak ini membantu Puskesmas untuk melakukan penjangkauan ke masyarakat
melalui berbagai kegiatan pemberdayaan masyarakat termasuk edukasi dan konseling.
Mereka juga memerlukan dukungan materi edukasi untuk menyebarkan informasi seputar
vaksin kepada kelompok sasaran primer seperti kelompok prioritas, dan sasaran sekunder
seperti tokoh agama dan tokoh masyarakat. Beberapa media yang dapat dikembangkan di
antaranya adalah media cetak seperti buku saku vaksinasi COVID-19 khusus kader,
poster, lembar balik; dan media elektronik seperti lagu/jingle, infografis, dan video
pendek untuk diputar di media sosial.
Beberapa contoh kegiatan yang dilakukan melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat:
1. Merencanakan dan melakukan kunjungan dari rumah ke rumah secara terstruktur
2. Memfasilitasi pertemuan kelompok masyarakat (seperti kelompok ibu, kelompok
agama)

3. Memanfaatkan tempat berkumpul komunitas seperti masjid, sekolah, dan pasar untuk
menyebarkan informasi, tanya jawab dan melawan informasi yang salah tentang
vaksin; dan untuk mengadopsi perilaku kunci

4. Mengembangkan peta sosial dan mengidentifikasi rumah-rumah penduduk usia 18-59


tahun yang belum divaksinasi

5. Merekrut tokoh masyarakat, budaya, dan agama untuk mendampingi kader selama
kunjungan rumah tangga dan bertindak sebagai sumber komunikasi yang kredibel
untuk menghilangkan ketakutan, keraguan dan rumor tentang vaksin.

7. Pengorganisasian

Melakukan pengorganisasian masyarakat dengan maksud memperkuat


(memberdayakan) sehingga masyarakat mampu mandiri dalam mengenali persoalan-
persoalan yang ada dan dapat mengembangkan jalan keluar (upaya mengatasi
masalahtersebut) berangkat dari asumsi:
1. Masyarakat punya kepentingan terhadap perubahan (komunitas harus berperan aktif
dalam menciptakan kondisi yang lebih baik bagi seluruh masyarakat);
2. Perubahan tidak pernah datang sendiri melainkan membutuhkan perjuangan untuk
dapat mendapatkannya;
3. Setiap usaha perubahan (sosial) pada dasarnya membutuhkan daya tekan tertentu,
dimana usaha memperkuat (daya tekan) juga memerlukan perjuangan.
4. Pelaksanaan vaksinasi COVID-19 di tingkat provinsi dikoordinasikan oleh
Gubernur, sedangkan di tingkat kabupaten/kota dikoordinasikan oleh Bupati/Wali
Kota.
Pemerintah Daerah provinsi dan Pemerintah Daerah kabupaten/kota dalam
pelaksanaan vaksinasi COVID-19 perlu melakukan kerja sama dengan badan usaha
milik negara/daerah atau badan usaha swasta, organisasi profesi/kemasyarakatan,
Tentara Nasional Indonesia/ Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan pihak terkait
lainnya. Upaya kerja sama yang dilakukan meliputi:
1. dukungan penyediaan tenaga kesehatan;

2. tempat vaksinasi COVID-19;

3. keamanan;
4. sosialisasi dan penggerakan masyarakat;
5. dukungan penyediaan tenaga non kesehatan; dan
6. pengelolaan limbah medis.

Agar kerja sama dapat terlaksana dengan efektif, dibutuhkan Tim Pelaksana mulai dari
tingkat provinsi, kabupaten/kota dan puskesmas. Tim ini harus melibatkan seluruh lintas
program di lingkungan sektor kesehatan serta lintas sektor terkait.
Tim Pelaksana setidaknya terdiri dari 5 bidang yaitu Bidang Perencanaan; Bidang
Vaksin, Logistik dan Sarana Prasarana; Bidang Pelaksanaan; Bidang Komunikasi,
Advokasi dan Pemberdayaan Masyarakat; serta Bidang Monitoring dan Evaluasi.
II. Tugas Pembelajaran : Memberi masukan berupa nilai,ilmu pengetahuan,tehnologi,dan
pengalaman kepada Masyarakat

8. Penyadaran kritis
Untuk menumbuhkan kesadaran kritis masyarakat, maka paradigma yangdigunakan a
dalahparadigma pendidikan kritis. Dalam perspektif kritis, pendidikan semestinya bis
a menciptakan ruang bagi masyarakat untuk mengidentifikasinsecara bebas dan kritis 
Masyarakat didorong untuk belajar mengidentifikasi, menganalisa pola-pola
hubungan (interaksi)sosial sehingga terjadi
Untuk menumbuhkan kesadaran kritis masyarakat, maka paradigma yang
digunakan adalah mahami sehingga terjadi manusia - manusia yang berdaya (sejati).
bagi masyarakat untuk mengidentifikasi secara bebas dan kritis menuju transformasi
social
9. Memberi Informasi

Secara umum tujuan membangun strategi komunikasi adalah untuk menyediakan


informasi mengenai vaksinasi COVID-19 yang akurat, dipercaya dan konsisten
melalui berbagai pilihan saluran komunikasi, sehingga memudahkan para pelaku
komunikasi edukasi, petugas lapangan dan fasilitator masyarakat untuk melaksanakan
tugas mereka dalam membantu menyebarluaskan informasi penting tentang vaksinasi
COVID-19, berdasarkan informasi yang sesuai dengan standar dan protokol terkini
Layanan informasi dalam rangka pemberdayaan masyarakat sangat penting
peranannya dalam menunjang keberhasilan kegiatan itu sendiri, karena itu
pertanyaan-pertanyaan kunci dalam merancang layanan informasi antara lain; (1)
Siapa yang kita tuju; (2) Apa yang kita harapkan dari dia, dan apa yang dia harapkan
dari kita; (3) Informasi apa sebenarnya yang dibutuhkan; (4) Bagaimana
menyajikannya; (5) Bagaimana Menyampaikannya; (6) Kapan kita sampaikan; (7)
Apakah informasi sudah sesuai sasaran, sesuai kebutuhan, jika belum mengapa.
Masyarakat yang berdaya, adalah masyarakat yang dinamis dan aktif berpartisipasi di
dalam membangun diri mereka. Tidak menggantungkan hidupnya kepada belas
kasihan orang lain. Mereka mampu berkompetisi dalam kontek kerjasama dengan
pihak lain. Mereka memiliki pola pikir kosmopolitan, memiliki wawasan berfikir
yang luas, cepat mengadopsi inovasi, toleransi tinggi, dan menghindari konflik sosial.
Hal ini dapat terwujud berkat aktualisasi pendidikan yang telah membekali mereka
dengan perilaku/behavior yang baik dan handal – pengetahuan, sikap dan
keterampilan
Apa itu vaksin?
Vaksin adalah zat atau senyawa yang berfungsi untuk membentuk kekebalan tubuh
terhadap suatu penyakit. Kandungan vaksin dapat berupa bakteri atau virus yang telah
dilemahkan atau dimatikan, bisa juga berupa bagian dari bakteri atau virus
tersebut.Vaksin dapat diberikan dalam bentuk suntikan, tetes minum, atau melalui
uap (aerosol).
Apakah perlu melakukan vaksinasi?
Vaksinasi adalah proses pemberian vaksin ke dalam tubuh. Bila seseorang sudah
mendapat vaksin untuk suatu penyakit, tubuhnya bisa dengan cepat membentuk
antibodi untuk melawan kuman atau virus penyebab penyakit tersebut ketika nanti ia
terpapar.Oleh karena itu, vaksinasi penting dilakukan sebagai bentuk perlindungan
diri terhadap penyakit, terutama pada masa pandemi COVID-19.
Apa bedanya vaksinasi dan imunisasi?
Imunisasi adalah proses pembentukan zat kekebalan tubuh (antibodi) terhadap
penyakit tertentu setelah seseorang melakukan vaksinasi. Agar antibodi terbentuk,
seseorang harus diberi vaksin sesuai dosis dan jadwal yang telah ditentukan.
Jadwal vaksinasi tergantung jenis vaksin yang akan diberikan dan kondisi kesehatan
orang yang hendak menerima vaksin.
Untuk menjaga reaksi kekebalan tubuh terhadap COVID-19 dan variannya,
pemberian vaksin COVID-19 dosis ketiga atau booster bisa dipertimbangkan.
Namun, hingga kini pemerintah melalui Kementerian Kesehatan belum
menganjurkan pemberian vaksin COVID-19 dosis ketika pada seluruh masyarakat.
Lantas, apa itu imunitas?
Imunitas atau daya tahan tubuh merupakan sistem perlindungan tubuh terhadap
serangan penyakit.Selain menjalani vaksinasi, mencukupi asupan nutrisi, beristirahat
yang cukup, berolahraga secara teratur, serta meredakan stres juga perlu dilakukan
untuk memperkuat imunitas tubuh.
Mengapa vaksinasi itu penting?
Manfaat pemberian vaksin adalah mencegah penularan penyakit, terutama penyakit
infeksi, karena vaksin membuat tubuh mengenali bakteri atau virus penyebab
penyakit sehingga bisa lebih cepat memberikan perlawanan.
Bila Anda sudah mendapatkan jadwal vaksinasi COVID-19, sebaiknya lakukanlah
vaksinasi sesuai jadwal. Tidak hanya untuk melindungi diri Anda sendiri, tetapi juga
orang-orang di sekitar Anda.
Setelah mendapatkan vaksin, Anda bisa melakukan tes serologis untuk melihat
apakah tubuh Anda sudah membentuk antibodi atau kekebalan terhadap virus Corona.
Namun, tes antibodi ini tidak diwajibkan untuk dilakukan pada populasi umum,
melainkan hanya untuk peserta penelitian atau kelompok tertentu.
10. Berhadapan ( konfrontasi ) dengan pelanggaran prinsipil

Coronavirus Disease 2019 atau yang sering biasa disebut Covid-19 merupakan
sebuah pandemi yang tak pelak usai hingga saat ini wabah ini sudah mengakibatkan
sejumlah perbuahan besar dalam berbagai sektor salah diantaranya yaitu sektor
ekonomi. Kasus kematian Covid-19 kian hari kian meningkat.
Data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia per 3 April menyebutkan kasus
positif Covid-19 sejumlah 1.821.703 jiwa, sembuh sejumlah 1.669.119 jiwa, dan
meninggal sejumlah 50.578 jiwa. betapa sangat membahayakannya Covid-19 ini.
Namun disamping itu berbagai regulasi sudah diterapkan diantaranya
diberlakukannya Social Distancing untuk segala bentuk kegiatan, Pembatasan Sosial
Berskala Besar (PSBB) sebagaimana terdapat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 21
Tahun 2020, Karantina Kesehatan, Bahkan sampai dilakukannya Pemberlakuan
Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) sebagiamana terdapat dalam Instruksi
Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2021 tentang PPKM Jawa-Bali, serta upaya
pemerintah yang sedang diberlakukan sekarang yaitu program vaksinasi.
Namun dalam program vaksinasi Covid-19 ini memunculkan polemik baru dimana
tak sedikit masyarakat yang menerima dengan begitu saja adanya program vaksinasi
ini. banyak pro kontra untuk program vasinasi Covid-19 yang diberlakukan
pemerintah. Lalu apa saja yang menjadikan permasalahan yang muncul dari program
vaksinasi ini serta apa saja alasan pro dan kontra dari adanya program vaksinasi.
Untuk itu kiranya isu ini akan menjadi suatu hal yang menarik untuk kita kaji
Bersama terkait dengan vaksinasi merupakan sebuah kewajiban atau Hak setiap
warga negara
Vaksinasi Covid-19 merupakan salah satu dari sekian banyak program pemerintah
dalam menanggulangi wabah Covid-19 ini. sebagaimana tercantum dalam Keputuisan
Presiden No.12 Tahun 2020 tentang Pentapan Bencana Nonalam Penyebaran Corona
Virus Disease 2019 (COVID19) sebagai Bencana Nasional.
Tetapi program pemerintah terkait dengan vaksinasi ini menuai pro dan kontra
terlebih dengan adanya berita bahwasannya setiap orang yang menolak vaksinasi
akan dikenakan sanksi adminstrasi bahkan sanksi pidana. Adapun regulasi yang
sudah dikeluarkan oleh pemerintah terkait dengan snaksi yang diberikan bagi
seseorang yang menolak vaksinasi yaitu dalam Keputusan Presiden No.14 Tahun
2021 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2020 tentenag
Pengadaan Vaksin dan  Pelaksanaan Vaksinasi dalam Rangka Penanggulangan
Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19).
Sebagaimana tercantum dalam Pasal 13A ayat (4) sanksi yang diberikan bagi setiap
orang yang telah ditetapkan sebagai sasaran penerima vaksin Covid-19 yang tidak
mengikuti Vaksinasi Covid-19 sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dikenakan sanksi
administratif berupa penundaan atau penghentian pemberian jaminan sosial atau
bantuan sosial, penundaan atau penghentian pemberian administrasi pemerintahan
dan denda. Hal ini tentu bertentangan dengan konstitusi terkait hak warga negara
sebagaimana tercantum dalam Pasal 28H ayat (3) yang berbunyi “Setiap orang berhak
atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai
manusia yang bermartabat
11. Menyelenggarakan pelatihan

Agar kegiatan vaksinasi program dan vaksinasi gotong royong berjalan dengan baik
dan berkualitas, perlu dilakukan advokasi dan sosialisasi. Untuk melakukan advokasi
dan sosialisasi, dinas kesehatan provinsi, dinas kesehatan kabupaten/kota dan
Puskesmas perlu menyusun rencana advokasi dan sosialisasi serta berkoordinasi
dengan seluruh pihak baik lintas program maupun lintas sektor terkait, serta
pemangku kepentingan lainnya. Selain dilakukan advokasi dan sosialisasi agar
pelayanan vaksinasi sesuai dengan kompetensi dan kewenangan tenaga kesehatan dan
meningkatkan mutu pelayanan, maka diperlukan pelatihan terhadap tenaga kesehatan
yang akan menjadi vaksinator.
1. Pelatihan Vaksinasi Program
Untuk meningkatkan kapasitas vaksinator dan tenaga kesehatan lainnya yang terlibat
dalam pelaksanaan vaksinasi program, serta pengelola program dan supervisor,
diperlukan pelatihan dengan melibatkan instansi pelatihan kesehatan. Oleh karena itu,
dinas kesehatan provinsi dan dinas kesehatan kabupaten/kota perlu menyusun rencana
kegiatan pelatihan.
Rencana kegiatan pelatihan disusun menggunakan format pada Tabel 4.
2. Pelatihan Vaksinasi Gotong Royong
Fasilitas pelayanan kesehatan yang akan melaksanakan vaksinasi gotong royong
harus mengikutsertakan tenaga kesehatan sebagai vaksinator dalam pelatihan
vaksinasi yang diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan atau institusi pelatihan
yang telah diakreditasi oleh Kementerian Kesehatan. Hal tersebut dimaksudkan untuk
meningkatkan kapasitas vaksinator dan tenaga kesehatan lainnya yang terlibat dalam
pelaksanaan pelayanan vaksinasi.
III. Tugas Penghubung : membangun relasi dengan berbagai sumber,pihak dan lembaga yang
bisa dimanfaatkan oleh Masyarakat dampingannya

12. Menghubungkan dengan Sumberdaya

Satgas Penanganan COVID-19 mengkonfirmasi saat ini pemerintah sudah


mempertimbangkan berbagai aspek untuk pelaksanaan vaksinasi COVID-19. Mulai
dari logistik hingga sumberdaya manusia (SDM) vaksinasi. Dari data Kementerian
Kesehatan, persiapan prosedur untuk menjaga suhu vaksin atau cold chain sudah
berjalan dengan baik. 
Cold chain sendiri bertujuan untuk menjaga kualitas maupun efektivitasnya. "Saat ini
rata-rata kesiapan cold chain yang berfungsi di Indonesia mencapai 97%, dari sisi
SDM-nya terdiri dari dokter umum, dokter spesialis, perawat dan bidan sudah
dipersiapkan. Dari data Kementerian Kesehatan juga, Wiku menyebut jumlah SDM
itu yang dipersiapkan sudah ada sebanyak 739.722 orang. Serta vaksinator di
Puskesmas dan rumah sakit sebanyak 23.145 orang. Atau secara rasio sebesar 1 : 20
di seluruh Indonesia. 
bahwa vaksinasi yang sukses adalah aman dan efektif secara medis serta diikuti
persiapan penyelenggaraan yang matang. Untuk itu kami harapkan masyarakat
bersabar menanti proses vaksinasi dan tetap mematuhi protokol 3M (memakai
masker, menjaga jarak dan mencuci tangan),"
13. Advokasi

Advokasi adalah mekanisme kontrol terhadap kekuasaan. Advokasi juga dapat


dipahami sebagai proses check and balances. Advokasi kebijakan publik adalah
proses di mana individu atau kelompok dan organisasi berusaha mempengaruhi
kebijakan publik: “At its best, advocacy expresses the power of an individual,
constituency, or organization to shape public agendas and change public policies”
(USAID-O ce of Democracy and Governance, 2001)
Advokasi kebijakan merupakan tindakan mempengaruhi/ mendukung sesuatu atau
seseorang yang berkaitan dengan kebijakan publik seperti regulasi dan kebijakan
pemerintah
Advokasi merupakan upaya mengingatkan dan mendesak negara dan pemerintah
untuk selalu konsisten dan bertanggungjawab melindungi dan mensejahterakan
seluruh warganya. Ini berarti sebuah tanggung jawab para pelaksana advokasi untuk
ikut berperanserta dalam menjalankan fungsi pemerintahan dan negara
advokasi tidak lain merupakan upaya untuk memperbaiki atau merubah kebijakan
publik sesuai dengan kehendak atau kepentingan mereka yang mendesakkan
terjadinya perbaikan atau perubahan tersebut
Advokasi juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan mendesakkan terjadinya
perubahan sosial (social movement) secara bertahap maju melalui serangkaian
perubahan kebijakan publik
Secara umum, proses advokasi yang dilakukan berada di keseluruhan proses
kebijakan, yaitu: agenda setting, perumusan kebijakan, implementasi kebijakan, dan
monitoring dan evaluasi kebijakan
advokasi adalah aksi-aksi sosial, politik dan kultural yang dilakukan secara sistematis
dan terencana, dilakukan secara kolektif untuk mengubah kebijakan publik dalam
rangka melindungi hak-hak rakyat dan menghindari bencana buatan manusia.
Menurut sosiologi, aksi berbeda dengan perilaku. Aksi mengandung tujuan dan
dilakukan secara sadar. Sedangkan perilaku bisa terjadi tanpa tujuan dan tanpa sadar
advokasi ini dapat membantu pemerintah daerah dan para pemangku kepentingan
untuk:
1. Memperoleh pemahaman yang lengkap tentang vaksinasi COVID-19.
2. Mobilisasi sumber daya untuk mendukung pelaksanaan vaksinasi COVID-19.
3. Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak seperti lembaga swadaya
masyarakat, akademisi, media, tokoh agama, tokoh masyarakat dan swasta.

14. Menggunakan media


pengertian media dapat mengarah pada sesuatu yang mengantar atau meneruskan
informasi “pesan”. Pesan ini bersumber dari yang namanya “pemberi penerima
pesan”.
Media dapat diartikan sebagai suatu bentuk dan saluran yang dpaat digunakan dalam
proses penyajian informasi. Dalam hal ini sitilah media mula-mula dikenal dengan
alat peraga, kemudian dikenal dengan istilah audio-visual teaching aid “alat bantu
pantang/dengar”, yang selanjutnya disebut teaching material “materi pembelajaran
Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi, media komunikasi mengalami
perubahan bentuk dan karakteristik. Dua bentuk media yang sering digunakan dalam
berbagai komunikasi kesehatan adalah media konvensional dan media berbasis
teknologi informasi (new media). Secara sederhana media konvensional mengacu
pada berbagai bentuk media yang bisa mengirimkan pesan tanpa bantuan internet.
Format pesan bisa dalam bentuk elektronik seperti TV dan radio; dan berbentuk cetak
seperti koran, majalah, poster, leaflet, banner, baliho dan sejenisnya.
Sedangkan media berbasis teknologi informasi diartikan sebagai semua kegiatan
komunikasi yang dimediasi oleh sambungan internet seperti media online dan media
sosial. Karakteristik dari media baru diantaranya adalah informasi dapat diperbaharui
dengan cepat, dapat diakses dari mana saja dan
kapan saja; dan para pengguna dapat saling berinteraksi satu sama lain. Jangkauan
media berbasis teknologi informasi relatif lebih tersegmentasi dibandingkan dengan
media konvensional dan tidak semua golongan masyarakat dapat mengaksesnya.
Tingkat penggunaan media baru cukup tinggi di kalangan kelompok sasaran, namun
dianggap kurang dapat dipercaya sehubungan dengan informasi hoaks dan rumor
yang sering disebarkan melalui media ini.
Untuk kelompok primer, kampanye media menggunakan gabungan antara media
berbasis teknologi informasi dan media konvensional. Tujuannya agar pesan bisa
tersebar dalam waktu singkat, cepat dan massal ke seluruh khalayak. Beberapa contoh
diantaranya adalah berupa iklan layanan masyarakat TV/radio, infografis, video
pendek, audio, dan media cetak edukasi yang ditempatkan di lokasi strategis seperti
fasilitas kesehatan. Juru bicara Nasional dan daerah memainkan peranan penting
untuk menyampaikan informasi mengenai info dasar vaksin, distribusinya serta
menanggapi sebaran rumors dan hoaks di masyarakat.
Untuk kelompok sekunder dan tersier, penyebaran pesan dilakukan melalui media
social yang akan melibatkan tokoh berpengaruh di media konvensional maupun
media berbasis teknologi informasi (media sosial). Keterlibatan penggunaan selebriti
dan influencer melalui saluran media sosial juga menjadi perhatian khusus dalam
implementasi strategi komunikasi vaksin.

15. Menjadi Humas

Humas merupakan salah satu jabatan yang selalu ada dan dibutuhkan setiap
perusahaan serta berbagai lembaga atau instansi lainnya. Dalam hal ini, humas
memiliki peranan penting dalam menjembatani kepentingan perusahaan atau lembaga
dengan masyarakat atau publik. Tidak jarang, humas selalu menjadi perwakilan
dalam memberikan setiap informasi yang dibutuhkan masyarakat.
Bukan hanya itu, humas juga seseorang yang bertugas membina hubungan baik
dengan pihak luar, mulai dari hubungan kerja sama dengan perusahaan atau lembaga
lain maupun hubungan dengan media. Hal ini tidak lain dilakukan untuk melancarkan
setiap pekerjaan atau proyek yang sedang dilakukan, sehingga akan mencapai hasil
yang optimal dan menguntungkan bagi semua pihak.
Selain memiliki peranan penting, humas juga mempunyai tujuan tersendiri yang harus
dicapai. Tujuan humas ini tidak lain untuk menjaga reputasi atau nama baik
perusahaan atau lembaga tetap baik. Hal inilah yang mendasari setiap tugas dan
tanggung jawab humas dalam membangun dan membina hubungan yang baik dengan
semua pihak.
Menurut Kementerian Kesehatan, stok vaksin yang tersedia di wilayah ini akan
segera habis dalam tujuh hari ke depan. Sisa hari pemakaian ini diperhitungkan
berdasarkan stok yang tersedia sebanyak 17.702 dosis dan penggunaan vaksin
seminggu terakhir sebanyak 2.378 dosis per hari.
Adapun capaian vaksinasi di level provinsi, total vaksinasi dosis 1 di Jambi telah
mencapai 62,06 persen atau diikuti oleh 1,67 juta peserta vaksin. Sedangkan untuk
vaksinasi dosis 2 tercatat sudah 41,48 persen atau menjangkau 1,11 juta peserta
vaksin

Propinsi Jambi menargetkan hingga 31 Desember 2021 capaian vaksinasi


COVID-19 sebesar 70 %, dengan capaian saat ini kami optimis target tersebut dapat
terpenuhi," kata kata Kepala Bidang Informasi Publik Satgas Penanganan Covid-19
Provinsi Jambi

di Propinsi Jambi Dari 2.686.193 orang sasaran vaksinasi Covid-19 yang sudah
divaksin dosis pertama 1.682.372 orang atau sebesar 62,63 %. Dan untuk vaksinasi
Covid-19 dosis kedua sebanyak 1.128.504 orang dari jumlah sasaran atau sebesar
42,01 %. Dari sebelas kabupaten dan kota di Provinsi Jambi,capaian vaksinasi
Covid-19 tertinggi yakni di

1. Kota Jambi dengan capaian 97,55 persen atau sebanyak 448.845 orang warga
2. Kabupaten Batanghari 60,55 persen atau 138.989 orang,
3. Kabupaten Bungo 55,14 persen atau 148.263 orang.
4. Kabupaten Tebo saat 67,73 persen atau 172.916 orang yang baru di vaksin,
5. Kabupaten Tanjab Barat 62,08 persen atau 148.180 orang.
6. Kabupaten Sarolangun ada sebanyak 45,19 persen atau 97.974 orang dan
7. Kabupaten Merangin 49,03 atau 130.094 orang.
Daerah yang masih rendah cakupan vaksinasi Covid-19 yakni
1. Sungaipenuh sebesar 30,74 persen atau baru 23.274 orang.
2. Kabupaten Kerinci baru 32,03 persen atau 62.717 orang, dan di
3. Kabupaten Muarojambi sebanyak 59,50 persen atau 179.698 orang.
Sementara Vaksinasi dosis 1 di kabupaten Bungo sudah diikuti oleh
151,04 ribu peserta vaksin atau 56,17 persen dari target sasaran vaksinasi di wilayah
ini yang ditetapkan sebanyak 268,9 ribu peserta. Capaian dosis 1 ini secara nasional
termasuk 10 kabupaten/kota dengan capaian vaksinasi tertinggi di Indonesia.
Sedangkan untuk dosis 2 telah berhasil menjangkau 85.633 peserta vaksin atau
tercapai 31,85 persen dari target.
Sementara di kabupaten Bungo pekan ini mencatatkan pertumbuhan vaksinasi
tertinggi dibandingkan wilayah lain se-Jambi. Angka vaksinasi mingguan tumbuh
10,13 persen dibandingkan penggunaan vaksin minggu kemarin yang baru di angka
170,78 ribu.
16. Mengembangkan jaringan

Komunikasi dalam gerakan sosial merupakan sebuah perangkat mobilisasi sekaligus


sebagai interaksi dengan kelompok eksternal. Komunikasi berperan dalam seluruh
proses gerakan sosial, contohnya komunikasi persuasif yang digunakan untuk
mengajak dan memberitahukan mengenai gerakan sosial yang ada. Selain itu, peran
komunikasi juga dapat dilihat melalui manajemen organisasi dan strategi yang
digunakan dalam suatu gerakan sosial. Komunikasi merupakan proses fundamental
dalam suatu gerakan sosial yang dapat menentukan mampu atau tidaknya suatu
gerakan sosial mencapai tujuannya

17. Mengembangkan Proses pertukaran pengetahuan dan pengalaman

Penanganan  peningkatan penyebaran penularan infeksi Covid 19 seperti di Indonesia


dan Jepang perlu melibatkan kerja sama antarnegara dalam penyediaan obat dan alat
kesehatan. Demikian salah satu bahasan antara Konjen RI Osaka, Diana ES Sutikno,
dengan Gubernur Wakayama, Mr. Yoshinobu Nisaka, pada 2 Agustus 2021.
Pertemuan tersebut dilakukan dalam rangka kunjungan perkenalan Konjen RI Osaka
memenuhi undangan Gubernur Wakayama.“Pemerintah Indonesia sangat
mengapresiasi bantuan vaksin sebanyak 2 juta dosis dari Pemerintah Jepang dan
donasi obat-obatan Avigan, serta sangat mendukung kerja sama antara Fujifilm
Toyama dan PT Dexa Medica dalam hal penyediaan obat Avigan,” ujar Konsul
Jenderal RI Osaka. Ia melanjutkan, “Diharapkan Pemerintah Indonesia dan Jepang
dapat juga bekerja sama dalam pengembangan vaksin, obat dan penyediaan alat
kesehatan untuk mendukung penanganan pandemi di kedua negara." 
Peran pemerintah daerah dalam pengambilan kebijakan penanganan COVID-19
yang responsif perlu diperkuat. Pemerintah daerah berperan penting dalam penguatan
kapasitas keamanan kesehatan karena memiliki kendali penuh terhadap
(1) upaya kepatuhan pengisian/input data COVID-19 secara rutin dan mendorong
kelengkapan data dengan cara memberikan reward bagi kepatuhan terhadap
kebijakan atau punishment pada daerah yang tidak menginput data pasien
COVID-19 rumah sakit ke sistem RS Online, serta memantau perkembangan
laporan harian;
(2) memastikan tersedianya SDM,logistik, sarana dan prasarana, dukungan anggaran
dalam surveilans, manajemen data, dan pemeriksaan laboratorium;
(3) pelaksanaan monitoring dan evaluasi pelaporan yang masuk;
(4) inisiatif untuk menghasilkan sistem informasi pencatatan COVID-19 yang lebih
detail hingga level RT/RW; dan
(5) melakukan analisis lanjut dalam faktor risiko kematian karena COVID-19, yang
ditindaklanjuti dalam bentuk kebijakan dan peraturan daerah yang responsif.

IV. Tugas Tehnis : Mengelola Langkah-langkah atau tahap-tahap program mulai dari
penjajakan kebutuhan sampai ke Monitoring-Evaluasi2

18. Mengumpulkan dan Menganalisa data


analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,
melakukan sintesis, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan akan
dipelajari, serta membuat kesimpulan, sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri
maupun orang lain.
Analisis data dalam penelitian kualitatif bersifat induktif, yaitu suatu analisis
berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis.
Berdasarkan hipotesis yang dirumuskan dari data tersebut, selanjutnya dicarikan data
lagi secara berulang-ulang sehingga dapat disimpulkan apakah hipotesis itu dapat
diterima atau ditolak berdasarkan data yang terkumpul.
KAPAN ANALISIS PENELITIAN KUALITATIF DILAKUKAN?
Menurut S. Nasution, analisis telah dimulai sejak merumuskan dan menjelaskan
masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil
penelitian. Namun dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama
proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data. Dalam kenyataannya
analisis data kualitatif berlangsung selama proses pengum-pulan data daripada setelah
selesai pengumpulan data.
Bagaimanakah proses analisis data seperti yang dikatakan oleh S. Nasution di
atas apabila dijabarkan dalam sebuah penelitian kualitatif?
1) Analisis Sebelum di Lapangan
Penelitian kualitatif telah melakukan analisis data sebelum kita melakukan penelitian
sebenarnya atau dengan kata lain sebelum kita terjun untuk mengumpulkan data di
lapangan. Analisis dilakukan terhadap data hasil dari studi pendahuluan atau data
sekunder yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian.
Namun demikian fokus penelitian ini masih bersifat sementara, dan akan berkembang
setelah peneliti masuk dan selama di lapangan. Sebagai contoh, jika seseorang ingin
mencari pohon mahoni di suatu hutan. Berdasarkan karakteristik tanah dan iklim,
maka dapat diduga bahwa di dalam hutan tersebut terdapat pohon mahoni. Oleh
karena itu, peneliti kemudian mengajukan usulan penelitian, di mana fokusnya adalah
ingin menemukan pohon mahoni pada hutan tersebut lengkap dengan
karakteristiknya.
Begitu peneliti memasuki lapangan, dalam hal ini adalah hutan, ternyata tidak ada
pohon mahoninya. Jika penelitian kuantitatif, tentu akan membatalkan penelitiannya.
Tetapi dalam penelitian kualitatif tidak demikian, karena fokus penelitian bersifat
sementara, dan akan berkembang setelah di lapangan. Karena itu tepat sekali jika
analisis data dalam penelitian kualitatif berlangsung selama proses penelitian.
2) Analisis Selama dan Setelah di Lapangan
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data
berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat
wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban dari informan.
Apabila jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa belum memuaskan,
maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu sehingga
diperoleh data yang kredibel.
Secara umum, penelitian kualitatif dalam melakukan analisis data banyak
menggunakan model analisis yang dicetuskan oleh Miles dan Huberman yang sering
disebut dengan metode analisis data interaktif. Mereka mengungkapkan bahwa
aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung
secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.
Teknik Analisis Data Kualitatif
Aktivitas dalam analisis data kualitatif ada tiga, yaitu tahap reduksi data, display data,
dan kesimpulan atau verifikasi.
1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan salah satu dari teknik analisis data kualitatif. Reduksi data
adalah bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang
yang tidak perlu dan mengorganisasi data sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir
dapat diambil. Reduksi tidak perlu diartikan sebagai kuantifikasi data.
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, sehingga perlu dicatat
secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan sebelumnya, semakin lama peneliti
ke lapangan, maka jumlah data yang diperoleh akan semakin banyak, kompleks, dan
rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data.
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada
hal-hal yang penting, serta dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah
direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti
untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya apabila diperlukan.
Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan, seperti komputer, notebook, dan lain
sebagainya.
Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang akan dicapai.
Tujuan utama dari penelitian kualitatif adalah pada temuan. Oleh karena itu, apabila
peneliti dalam melakukan penelitian menemukan segala sesuatu yang dipandang
asing, tidak dikenal, belum memiliki pola, justru itulah yang harus dijadikan perhatian
peneliti dalam melakukan reduksi data.
Reduksi data merupakan proses berpikir sensitif yang memerlukan kecerdasan,
keleluasaan, dan kedalaman wawasan yang tinggi. Bagi peneliti yang masih baru,
dalam melakukan reduksi data dapat mendiskusikan dengan teman atau orang lain
yang dipandang cukup menguasai permasalahan yang diteliti. Melalui diskusi itu,
wawasan peneliti akan berkembang, sehingga dapat mereduksi data-data yang
memiliki nilai temuan dan pengembangan teori yang signifikan.
2. Penyajian Data
Penyajian data merupakan salah satu dari teknik analisis data kualitatif. Penyajian
data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun, sehingga memberi
kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan. Bentuk penyajian data kualitatif
berupa teks naratif (berbentuk catatan lapangan), matriks, grafik, jaringan dan bagan.
Dalam penelitian kuantitatif, penyajian data dapat dilakukan dengan menggunakan
tabel, grafik, pictogram, dan sebagainya. Melalui penyajian data tersebut, maka data
terorganisasikan dan tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah
dipahami.
Beda halnya dalam penelitian kualitatif, di mana penyajian data dilakukan dalam
bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antarkategori, dan sejenisnya. Menurut Miles
dan Huberman, yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian
kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.
Dengan adanya penyajian data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang
terjadi, dan merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami
tersebut. Selanjutnya oleh Miles dan Huberman disarankan agar dalam melakukan
display data, selain dengan teks yang naratif, juga dapat berupa grafik, matrik,
network (jaringan kerja), dan chart.
3. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi
Penarikan kesimpulan merupakan salah satu dari teknik analisis data kualitatif.
Penarikan kesimpulan adalah hasil analisis yang dapat digunakan untuk mengambil
tindakan.
Langkah ketiga dalam analisis data dalam penelitian kualitatif menurut Miles dan
Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang
dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan mengalami perubahan apabila tidak
ditemukan buktibukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data
berikutnya.
Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-
bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data,
maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab
rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak. Mengapa
bisa demikian? Karena seperti telah dikemukakan di atas bahwa masalah dan
rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan
berkembang setelah peneliti berada di lapangan.
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya
belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang
sebelumnya masih remang-remang atau bahkan gelap, sehingga setelah diteliti
menjadi jelas. Kesimpulan ini dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, maupun
hipotesis atau teori.

Teknik Pengumpulan Data Secara Umum


Teknik pengumpulan data adalah teknik atau cara yang digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan data atau informasi serta fakta pendukung yang ada di lapangan untuk
keperluan penelitian. Teknik pengumpulan data tentu sangat ditentukan oleh
metodologi penelitian yang diambil atau dipilih oleh peneliti.

Jika peneliti menggunakan metodologi penelitian kualitatif maka teknik pengumpulan


data yang digunakan dapat berupa observasi, focus group discussion (FGD),
wawancara mendalam (indepth interview) dan studi kasus (case study). Sedangkan
jika peneliti menggunakan penelitian kuantitatif maka teknik pengumpulan data yang
dipilih dapat berupa angket (kuesioner), wawancara dan studi dokumentasi.

Dari beberapa teknik pengumpulan data tersebut, berikut ini merupakan teknik
pengumpulan data secara umum beserta dengan penjelasan lengkap mengenai
masing-masing teknik pengumpulan data.

1. Observasi (pengamatan)

Teknik pengumpulan data observasi dilakukan dengan pengamatan langsung. Peneliti


melakukan pengamatan di tempat terhadap objek penelitian untuk diamati
menggunakan pancaindra yang kemudian dikumpulkan dalam catatan atau alat
rekam. Observasi terbagi menjadi tiga yaitu observasi partisipatif, observasi terus
terang atau tersamar dan observasi tak berstruktur.

2. Kuesioner (Angket)

Kuesioner atau angket adalah teknik pengumpulan data dengan cara memberikan
sederet pertanyaan untuk dijawab oleh responden. Pertanyaan yang diberikan kepada
responden merupakan pertanyaan yang diperlukan untuk penelitian. Penting untuk
diketahui sebelum kuesioner diberikan kepada responden, kuesioner harus diuji
terlebih dulu sebelumnya untuk mengetahui jika butir-butir pertanyaan yang
dimasukkan dapat digunakan sebagai alat ukur yang valid dan reliabel. 

3. Interview (Wawancara)

Teknik pengumpulan data ini dilakukan secara langsung oleh peneliti dalam bentuk
tanya jawab atau wawancara oleh narasumber yang bertindak sebagai informan untuk
memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian. Seperti kuesioner, pertanyaan
wawancara perlu diujikan kemampuannya supaya peneliti dapat memperoleh data
yang dibutuhkan 

4. Studi Pustaka

Studi pustaka juga merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang juga banyak
digunakan oleh para peneliti. Teknik pengumpulan data studi pustaka dilakukan
dengan cara mengumpulkan data yang relevan atau sesuai yang dibutuhkan untuk
penelitian dari buku, artikel ilmiah, berita, maupun sumber kredibel lainnya yang
reliabel dan juga sesuai dengan topik penelitian yang dilakukan.

5. Studi Dokumen

Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan mengandalkan dokumen sebagai


salah satu sumber data yang digunakan untuk melengkapi penelitian. Dokumen yang
digunakan dapat berupa sumber tertulis, film, dan gambar atau foto.

Teknik pengumpulan data untuk penelitian ini dapat dipilih peneliti sesuai dengan
kebutuhan penelitian dan juga berdasarkan metodologi penelitian yang dipilih. 

19. Menggunakan Komputer


Menggunakan komputer yaitu menggunakan dan mengalihkan kemampuan
penguasaan teknologi komputer kepada masyarakat
Kaitan dengan tesis:
Teknologi informasi berkembang sangat pesat. Komputer adalah salah satu alat
komunikasi yang ramai digunakan saat ini. Dengan komputer dan internet
mempermudah dan mempercepat penyebaran informasi tanpa batas sehingga dapat
dilakukan kapan saja dan dimana saja. Data Kementerian Komunikasi dan
Informatika (Kemenkominfo) tahun 2017 menunjukkan pengguna internet di
Indonesia mencapai 63 juta orang; 95 persennya menggunakan internet untuk
mengakses jejaring sosial atau lebih dikenal dengan media sosial. Media sosial adalah
sebuah media untuk bersosialisasi satu sama lain dan dilakukan secara online yang
memungkinkan manusia untuk saling berinteraksi tanpa dibatasi ruang dan waktu.
20. Melakukan Presentasi ( Tertulis dan Tulis )

Dalam melekaukan presentasi hal-hal yang perlu di Siapkan adalah

1.bahan presentasi jauh-jauh hari, hal ini memberi anda kesempatan untuk
mematangkan persiapan dan meningkatkan penguasaan materi. Anda sebaiknya
menghapalkan urutan sub topik yang akan di bahas.
2. Perhatikan Penampilan Anda
Penampilan yang rapi dan menarik akan lebih mudah menarik simpati audiens
untuk terus memperhatikan anda dan apa yang anda bicarakan. Menjaga
penampilan juga berarti menghargai audiens anda.

3.MaksimalkanPenggunaanAlatBantu
Saat ini presentasi dibantu dengan tayangan slide pada layar proyektor.
Manfaatkan tayangan slide untuk membuat presentasi anda lebih efektif dan efisien
dengan menampilkan tabel, grafik, ilustrasi, gambar, animasi, atau video.
Tampilan table, grafik, dan ilustrasi dapat membuat pembicaraan anda lebih
singkat dan menjadikan presentasi anda lebih menarik.

4.CiptakanInteraksidenganAudiens
Saat berbicara lihatlah ke arah peserta presentasi. Jangan melihat monitor
komputer atau membaca teks pada tayangan slide. Tunjukkan  bahwa anda ingin
membangun komunikasi dengan semua peserta presentasi. Sesekali mintalah
audiens untuk merespons apa yang anda sampaikan, misalnya dengan bertanya
apakah mereka setuju dengan pandangan anda atau apakah mereka paham dengan
apa yang baru anda jelaskan.

5. Selingi Dengan Humor yang Sesuai


Para pembicara professional selalu dapat mengisi presentasinya dengan selingan
humor. Humor dapat membantu mencairkan suasana canggung, atau mengurangi
rasa bosan atau kantuk. Gunakan humor yang sesuai dan tidak berlebihan.

6. Bicara Dengan Jelas dan Bahasa yang Baik


Berbicaralah dengan jelas dan menggunakan bahasa yang baik dan benar supaya
para pendengar dapat dengan mudah memahami penjelasan anda.

7. Gunakan Waktu Secara Efisien


Setiap presentasi akan dibatasi oleh waktu. Atur waktu pembicaraan sehingga
semua bahan presentasi dapat disampaikan sesuai dengan jadwal. Beberapa materi
yang mudah dipahami, cukup dibahas secara singkat. Sisakan waktu untuk sesi
tanya jawab.
8. Fokuskan pada Masalah Pokok
Kurangi pembicaraan dan pembahasan yang tidak penting. Berikan penekanan dan
porsi lebih banyak pada pembicaraan inti yang penting dan ingin diketahui oleh
audiens.

21. Pengelolaan Program

Untuk menyukseskan penyelenggaraan vaksinasi Covid-19 diperlukan kerjasama dari


semua pihak. Instalasi Farmasi Pemerintah dan pengampu program imunisasi, baik di
Dinas Kesehatan Provinsi maupun Kabupaten/Kota, memiliki peran yang sangat
penting dalam mengelola vaksin Covid-19. Berbagai upaya perlu dilakukan untuk
menjaga ketersediaan dan mutu vaksin Covid-19 yang didistribusikan sehingga
vaksin tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal di fasilitas penyelenggara
vaksinasi.

Cold Chain Management adalah sistem yang digunakan untuk menyimpan dan
mendistribusikan vaksin serta produk biologi lain dalam kondisi baik. Cold chain
merupakan serangkaian kegiatan dari awal pembuatan vaksin, sampai dengan vaksin
digunakan dan dirancang untuk menjaga vaksin pada suhu yang disarankan oleh
badan kesehatan dunia (WHO). Beberapa alasan cold chain penting adalah vaksin
dapat rusak karena paparan panas, suhu dingin (beku) dan cahaya yang berlebihan,
serta kepercayaan masyarakat pada vaksin.
Cold Chain Management memberikan pemahaman mengenai pentingnya peralatan,
fasilitas, dan monitoring pada pendistribusian dan penyimpanan vaksin, bahkan
hingga ke penerimaan vaksin di tempat tujuan. Terkait kebutuhan peralatan, dibagi
menjadi 3 tingkatan. Tingkat primer (nasional) membutuhkan cold/freezer room,
chiller/freezer, cold box, dan kendaraan disertai pendingin yang digunakan sebagai
sarana transportasi. Pada tingkat Intermediate (provinsi), bisa dikatakan masih sama
dengan tingkat primer karena pada tingkat provinsi ini, perlu adanya penyimpanan
dan pendistribusian ke Kabupaten/Kota yang jarak dan waktunya tidak seragam.
Kemudian pada tingkat perifer (Puskesmas) peralatan yang digunakan cukup dengan
chiller, cold box, vaccine carrier.
Sebagai bentuk monitoring tarhadap vaksin, beberapa peralatan yang digunakan saat
penyimpanan dan distribusi adalah Jumo (untuk memonitor suhu selama 24 jam),
Vaccine Vial Monitor (VVM) sebagai indikator paparan suhu panas pada vial, Freeze
Alert untuk vaksin yang sensitif pada suhu beku, dan sebagainya. Pada proses
penerimaan, semua kondisi vaksin yang diterima harus diperiksa dan dicatat dengan
baik minimal pada nama produk, jumlah produk, kondisi fisik, nomor bets, tanggal
kedaluwarsa, kondisi alat pemantau suhu, dan kondisi VVM. Apabila kondisi alat
pemantau suhu atau VVM terlihat adanya penyimpangan, dapat dilaporkan pada
pengirim produk rantai dingin disertai. Pada saat vaksin disimpan, pemantauan suhu
perlu dilakukan minimal 2 kali sehari. Kondisi saluran listrik di wilayah Provinsi
Kalimantan Utara yang tidak stabil, menyebabkan penyimpanan vaksin harus
mendapatkan pengamanan lebih. Genset/ generator harus disiapkan untuk menjaga
suhu dingin apabila terjadi pemadaman listrik.
22. Pengelolaan Keuangan

Kebutuhan anggaran untuk Program Pengadaan Vaksin dan Pelaksanaan Vaksinasi


COVID-19 dibebankan melalui APBN dan APBD (terutama untuk Pelaksanaan
Vaksinasi) relatif besar dan signifikan sehingga Pemerintah menerapkan beberapa
kebijakan diantaranya dengan realokasi dan/atau pemotongan anggaran belanja dari
Kementerian/Lembaga dengan mempertimbangkan:
1. Mempertimbangkan track record instansi baik Kementerian dan Lembaga dalam
penggunaan atau realisasi anggaran tahunannya.
2. Melihat daftar isian pelaksaaan anggaran (DIPA) 2021, sehingga mengetahui
berapa anggaran yang bisa di alihkan untuk mendanai vaksinasi.
Dari waktu pelaksanaan Vaksinasi COVID-19, Kementerian
Kesehatan memperkirakan bahwa proses vaksinasi akan berlangsung selama 15
bulan, mulai dari bulan Januari 2021 sampai bulan Maret 2022. Vaksinasi COVID-19
akan diselenggarakan di 34 provinsi di seluruh Indonesia yang terbagi dalam 2
tahap/periode. Pertama dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan bulan April
2021 dengan prioritas penerima Vaksin COVID-19 adalah untuk 1,3 juta tenaga
kesehatan dan 17,4 juta petugas pelayanan publik di 34 provinsi di Indonesia. Kedua
digelar selama 11 bulan, mulai bulan April 2021 sampai dengan bulan Maret
2022. Sehingga dengan estimasi ini akan menjangkau jumlah masyarakat yang di
Vaksinasi mencapai populasi 181,5 juta orang/jiwa. Program vaksinasi
nasional secara resmi telah diluncurkan pada tanggal 13 Januari 2021 dengan
Presiden RI

Anda mungkin juga menyukai