NIM : N1A119008
KELAS : 4C
PERTEMUAN 9
Ada beberapa peranan yang dilakukan oleh pekeija pengembangan masyarakat. Dalam
suatu dimensi waktu tertentu, seorang pekerja pengembangan masyarakat dapat
berperan sebagai enabler atau organizer atau educator. Peranan ini bergerak dari satu
ke lainnya, sehingga ia memiliki peranan ganda. Oleh karena itu, tampak jelas, peranan
yang disandang oleh pekerja pengembangan masyarakat lebih sebagai seorang yang
generalis. Meskipun demikian, peranan seorang pekerja pengembangan masyarakat
dapat dikategorikan kedalam empat peranan seperti berikut ini.
5. Bentuk Pengorganisasian
Bentuk-bentuk Pengorganisasian Lingkungan sosial, ekonomi, dan
politik sangat mempengaruhi aktivitas pekerja pengembangan masyarakat
dan bentuk-bentuk organisasi yang diperlukannya. Sebagaimana telah
diketahui, bahwa pengembangan masyarakat melalui program-program di
sektor pendidikan dan kesehatan sangat dibatasi geraknya oleh situasi
pendidikan dan kesehatan yang ada, kebijakan-kebijakan pemerintah, ada
tidaknya dana, serta sikap masyarakat terhadap pengadaan pelayanan
pendidikan dan kesehatan.
Bentuk-Bentuk Organisasi :
a. Democratic Decentralized (DD)
Tidak memiliki pemimpin yang permanen. Koordinator dipilih
untuk menangani suatu tugas yang harus diselesaikan. Koordinator
pun bisa berubah/diganti bila ada perubahan dalam pekerjaan (task).
Keputusan yang dibuat harus berdasarkan konsensus kelompok,
bukan hanya wewenang satu orang saja.Komunikasi sangatlah
penting karena setiap individu harus benar-benar paham akan segala
sesuatu yang harus ditangani / dikerjakan. Sifat komunikasi antar
anggota di sini adalah komunikasi horizontal, karena tidak ada istilah
pimpinan dan bawahan dalam bentuk organisasi ini.
b. Controlled Decentralized (CD)
Memiliki satu pemimpin utama yang menangani dan
mengkoordinir tugastugas utama. Terdapat pemimpin-pemimpin
sekunder yang dipilih pemimpin utama untuk mengkoordinir dan
menangani sub-sub tugas yang dibagi berdasarkan kebijakan
pemimpin utama. Pemimpin sekunder ini menjadi koordinator dalam
sub-sub group yang dibentuk berdasarkan pembagian tugas.
Pengambilan keputusan dilakukan secara bersama-sama antar
anggota dalam masing-masing sub group. Sedangkan pengambilan
keputusan antar group diputuskan oleh pemimpin utama. Komunikasi
juga tetap diperlukan dalam satu sub group. Komunikasi dilakukan
secara horizontal antar anggota dalam satu sub group. Tetapi terjadi
komunikasi vertikal antara sub-sub kelompok dengan pemimpin utama
tim.
c. Controlled Centralized (CC)
Hanya ada pimpinan utama tim di sini, semua tugas dikoordinir
dan ditangani langsung oleh pimpinan utama. Semua pengambilan
keputusan terhadap suatu masalah berada di tangan pimpinan utama.
Pimpinan utama ini pula yang menentukan anggota kelompok mana
yang harus bekerja dan tidak bekerja. Semua komunikasi tim harus
melalui pimpinan utama. Karena itu sifat komunikasi dalam bentuk
organisasi ini hanya bersifat vertikal.
6. Pendampingan Pemberdayaan
Dalam konteks pengembangan masyarakat, pendampingan
haruslah berdasarkan pada pemahaman terhadap komunitas tersebut.
Seorang pendam ping harus m engenali dengan baik situasi dan
kondisi komunitas tersebut. Termasuk di dalamnya adalah memahami
mekanisme hingga stakeholders sampai kepada konsep
pengembangan komunitas.
Dalam hal ini asumsinya adalah stakeholder memiliki konsep
pemahaman yang sama mengenai pengembangan komunitas.
Dengan kata lain, pendamping membangun pemahaman bersama
stakeholder lain mengenai pengembangan komunitas. Dengan
pemahaman bersama mengenai pengembangan komunitas tersebut,
maka lingkup profesionalisme pendampingan dapat dilakukan.
Pertanyaannya adalah, siapa dalam komunitas tersebut yang akan di
dampingi? Ini berkenaan dengan kebutuhan memfasilitasi. Keduanya-
komunitas dan kebutuhan memfasilitasi akan bersilangan dengan
pilihan pendekatan pendampingan yang akan dilakukan, yakni:
1. pendekatan menolong diri sendiri (self-help);
2. pendampingan teknik (technicalassistance); dan
3. pendekatan konflik
DAFTAR PUSTAKA
Sukoco, Dwi Heru. 1995. Profesi Pekerjaan Sosial dan Proses Pertolongannya.
Bandung: Koperasi Mahasiswa STKS.
Pengembangan Komunitas adalah cara lain untuk mendapatkan orang untuk bekerja
sama. Ini adalah proses mencapai konsensus kelompok tentang keprihatinan umum
dan berkolaborasi dalam pemecahan masalah. Misalnya, penduduk lokal di lingkungan
perkotaan atau masyarakat pedesaan dapat bekerja sama dalam mendefinisikan isu-isu
lokal, seperti akses ke kesempatan kerja atau pendidikan yang lebih baik, dan dalam
mengambil tindakan untuk mengatasi masalah.
Pola Perencanaan Sosial
Pola perencanaan sosial lebih menekankan pada tugas (task goal). Seorang perencana
biasanya berusaha untuk mengumpulkan fakta-fakta mengenai masalah yang dihadapi
sebelum warga komunitas memilih tindakan yang rasional dan tepat dilakukan. Fungsi
pembuatan kebijakan dibuat oleh perencana sementara masyarakat sebagai konsumen
yang menerima dan memanfaatkan program dan pelayanan sebagai hasil dari proses
perencanaan.
Perencanaan sosial mungkin terjadi dalam konteks baik konsensus atau konflik tentang
tujuan dan sarana. Sebagai contoh, informasi mengenai tingginya tingkat kehamilan
remaja, dan faktor-faktor yang berkontribusi untuk itu, dapat membantu masyarakat
berfokus pada tujuan mencegah kehamilan remaja, dan bahkan keputusan tentang
menggunakan cara kontroversial seperti pendidikan seksualitas dan meningkatkan
akses terhadap kontrasepsi. Penggunaan perencanaan sosial membantu membangun
kesepakatan tentang hasil umum.
Pola ini sengaja direncanakan, proses teknis rasional pemecahan masalah yang
berkaitan dengan masalah sosial substantif, adalah ciri dari model ini . Tingkat
partisipasi masyarakat dapat bervariasi. Namun, membangun kapasitas masyarakat
atau membina perubahan sosial yang radikal atau fundamental bukanlah tujuan utama
dari model ini dari praktek masyarakat .
Pola Aksi Sosial menakankan pada proses dan tugas. Masyarakat dilihat sebagai
hirarki dari provillage kekuasaan. Para praktisi sosial menekankan pada taktik konflik
sesuai dengan peran mereka sebagai aktivis. Pada pendekatan ini, terkadang cara-cara
koersif harus dilaksanakan seperti melakukan pemboikotan.
Aksi sosial melibatkan upaya untuk meningkatkan kekuatan dan sumber daya dari
masyarakat berpenghasilan rendah atau relatif tidak berdaya atau terpinggirkan.
Sebagai contoh, organisasi advokasi, seperti untuk hak penyandang cacat atau
pengendalian tembakau, sering menggunakan pendekatan aksi sosial. Mereka mungkin
mengatur acara mengganggu- termasuk tuntutan hukum, sit- in, atau boiko - untuk
menarik perhatian dan fokus untuk keprihatinan mereka oleh penguasa.
Penyelenggara membuat acara, seperti protes atau mogok, bahwa mereka dalam
posisi kekuasaan (seperti pengusaha ) dapat menghindari atau mampir datang ke
kesepakatan. Misalnya, orang dengan cacat mungkin berhenti tindak pencegahan
bisnis ketika memodifikasi kebijakan yang mendiskriminasi orang-orang cacat. Atau
sebuah perusahaan rokok bisa menghindari gugatan oleh para pendukung
pengendalian tembakau dengan menghilangkan iklan ditujukan pada anak-anak. Taktik
aksi sosial digunakan dalam banyak situasi yang melibatkan konflik kepentingan dan
ketidakseimbangan dalam kekuasaan, mereka biasanya terjadi ketika negosiasi
konvensional tidak bekerja. Tema kunci dalam model ini adalah keadilan sosial,
demokrasi, redistribusi kekuasaan, sumber daya, dan pengambilan keputusan.
DAFTAR PUSTAKA