Anda di halaman 1dari 17

NAMA : ALFITA SARI

NIM : N1A119008

KELAS : 4C

PERTEMUAN 9

PERANAN PEKERJA DAN ORGANISASI PENGELOLAAN PENGEMBANGAN


MASYARAKAT

Ada beberapa peranan yang dilakukan oleh pekeija pengembangan masyarakat. Dalam
suatu dimensi waktu tertentu, seorang pekerja pengembangan masyarakat dapat
berperan sebagai enabler atau organizer atau educator. Peranan ini bergerak dari satu
ke lainnya, sehingga ia memiliki peranan ganda. Oleh karena itu, tampak jelas, peranan
yang disandang oleh pekerja pengembangan masyarakat lebih sebagai seorang yang
generalis. Meskipun demikian, peranan seorang pekerja pengembangan masyarakat
dapat dikategorikan kedalam empat peranan seperti berikut ini.

1. Facilitative Roles (Fasilitator)


Dalam proses fasilitatif, peranan yang dapat dilakukan oleh pekerja
pengembangan masyarakat antara lain sebagai:
a. orang yang mampu membantu anggota komunitas agar
mereka berpartisipasi dalam program pengembangan
masyarakat, dengan memberikan inspirasi, semangat,
rangsangan, inisiatif, energi, dan motivasi sehingga mampu
bertindak. Animator yang berhasil memiliki ciri-ciri:
bersemangat, memiliki komitmen.
memiliki integritas, mampu berkomunikasi dengan berbagai
kalangan, mampu menganalisis dan mengambil langkah yang
tepat, dan mudah bergaul dan terbuka (anim ator);
b. orang yang mampu mendengar dan memahami aspirasi
anggota kom unitas, bersikap netral, mampu mencari jalan
keluar, dan m ampu bernegosiasi (negosiator);
c. orang yang mampu memberikan dukungan kepada orang-
orang yang terlibat dalam struktur dan kegiatan komunitas
(suporter);
d. orang yang m ampu m embantu anggota komunitas untuk
mencari konsensus yang dapat diterima oleh sem ua pihak;
e. orang yang mampu m em berikan fasilitas kepada anggota
komunitas (fasilitator); dan (0 orang yang mampu
memanfaatkan sum ber daya dan keahlian yang ada dalam
suatu komunitas.
2. EducationaI Roles (Pendidik)
Pengembangan masyarakat adalah suatu proses belajar yang
terus-menerus, yang berusaha m enumbuhkan kesadaran, menyam
paikan informasi kepada anggota komunitas, menciptakan konfrontasi
antarkelom pok-kelom pok dalam suatu kom unitas untuk menciptakan
dinamika internal dari suatu komunitas, dan memberikan pelatihan
berdasarkan topik yang sesuai dengan kebutuhan anggota pengem
bangan masyarakat
3. Keterampilan Inti Pekerja (Community Development)
Berdasarkan beragam peranan dari pekerja pengembangan
masyarakat dan pengalaman di lapangan, maka dapat dirumuskan
beberapa keterampilan penting (disebut keterampilan inti) yang sangat
perlu dimiliki oleh pekerja pengembangan masyarakat, yaitu:
1. Berkomunikasi Interpersonal:
pekerja pengembangan masyarakat berinteraksi dengan
orang lain. Oleh karena itu dituntut kemampuan berkomunikasi
antar peribadi yang baik. Kapasitas yang dituntut dari komunikasi
di antaranya: dalam percakapan, komunikasi harus langsung dan
terfokus, memperhatikan lingkungan, pendengaran yang baik,
memperhatikan kultur dan tradisi, dan mampu menggunakan
"body language”.
2. Mendinamiskan Kelompok:
kapasitas yang dituntut adalah pekerja pengembangan
masyarakat mampu mendinamiskan kelompok dalam suatu
komunitas dan mampu mengamati dinamika tersebut, membantu
kelompok ke arah konsensus, menginterpretasikan dan
merefleksikan kedinamisan kelompok, menghilangkan tekanan
dalam kelompok, dan menumbuhkan solidaritas.
3. Mendidik Komunitas:
keterampilan dalam mendidik sangat dibutuhkan. Mendidik
atau mengajar adalah proses dua arah dan pekerja
pengembangan masyarakat harus belajar dari proses agar
mendapat masukan dari anggota komunitas.
4. Mengakses Sumber berdaya:
seringkali peketja pengembangan masyarakat membantu
anggota komunitas atau kelompok dalam mencari sumber daya
untuk membangun struktur dan mempertemukan “objcctives”.
5. Mengatasi Konflik:
keterampilan ini penting. Pekerja pengembangan
masyarakat harus mampu menengahi suatu masalah dari
beragam anggota atau kelompok komunitas, mampu bersikap
netral dan membantu orang berdialog untuk mencari titik temu
(konsensus).
6. Merepresentasi dan Advokasi:
harus bisa mewakili warga atas nama komunitas dan dalam
advokasi pekerja pengembangan masyarakat dituntut untuk dapat
mendengarkan dan memehami komunitas.
7. Menyampaikan Sesuatu di depan Publik:
dalam menyampaikan sesuatu atau pesan di depan publik,
pekerja pengembangan masyarakat dapat menyampaikan dengan
lancar, jelas, dan tidak membosankan.
8. Menguasai Media:
keterampilan ini mencakup kiat-kiat menghadapi atau
berhubungan dengan media massa dalam hal menjawab
pertanyaan dan mengatur waktu wawancara yang diperlukan.
9. Menggali dan Membagi Pengalaman:
pekerja pengembangan masyarakat mampu menggali
pengalaman anggota komunitas dan membagi pengalaman
pribadi kepada anggota komunitas sehingga pekerja
pengembangan masyarakat tidak menjadi "elite profesional".
10. Merumuskan Gagasan-gagasan:
pekerja pengembangan masyarakat mampu mencari
gagasan-gagasan dari anggota komunitas yang kemudian
dirumuskan menjadi suatu gagasan utuh yang tidak
membingungkan dalam program pengembangan masyarakat.
11. Mengelola Kegiatan:
pekerja pengembangan masyarakat mampu mengelola
kegiatan anggota komunitas dan membantu mereka dalam
berorganisasi sehinga menghasilkan manajemen dan organisasi
yang efektif.
12. Melakukan Penelitian:
keterampilan dasar penelitian sangat diperlukan. Bukan
penelitian yang "njlimet", tetapi minimal mampu mengumpulkan
data primer dan sekunder yang relevan dan menganalisis sccara
sistematis.

4. Tipe Program Pengembangan Masyarakat


Berdasarkan penelitian terhadap pelaksanaan program
pengembangan masyarakat (community development) di beberapa
negara, Conyers (1984:179-183) mengemukakan bahwa terdapat 2
(dua) tipe pengembangan masyarakat, yaitu :
1. Pertama, community development
yang penyelenggaraannya dikoordinasikan oleh suatu
departemen atau instansi pemerintah yang khusus bertanggung
jawab atas masalah pembangunan masyarakat. Departemen
atau instansi yang bersangkutan mempekerjakan tenaga-
tenaga profesional di bidang pembangunan masyarakat yang
bertanggung jawab dalam mendorong serta membantu segala
jenis kegiatan masyarakat setempat diseluruh daerah.
Pelaksanaan program pengembangan masyarakat dengan
menggunakan tipe ini mampu mengatasi permasalahan pokok
yaitu kurangnya sumber daya, khususnya sumber daya
manusia dan
2. Kedua, community development
yang pelaksanaannya melibatkan proyek khusus yang
mencakup suatu daerah yang amat terbatas. Proyek-proyek
semacam ini cenderung memiliki cakupan kegiatan yang lebih
luas dari pada yang biasanya dilaksanakan oleh departemen
yang bersangkutan. Proyek-proyek ini memungkinkan
terpusatnya perhatian berbagai departemen untuk
mengintegrasikan semua aspek pembangunan di daerah
tersebut.

Sementara itu Ife (1995:131-175), mengemukakan


bahwa terdapat 6 (enam) dimensi yang menjadi perhatian
dalam pelaksanaan pengembangan masyarakat (community
development), yang saling terkait satu dengan lainnya.
Kegagalan pada satu dimensi akan sangat berpengaruh
terhadap dimensi yang lainnya. Adapun keenam dimensi
tersebut mencakup dimensi sosial, ekonomi, politik,
kebudayaan, lingkungan dan personal/spiritual.
Kemudian perlu juga dipahami bahwa keberhasilan
pelaksanaan pengembangan masyarakat menurut Rubin
dan Rubin (1992:10) dimaksudkan untuk mencapai
beberapa tujuan yang antara lain :
1. Memperbaiki kualitas hidup melalui pemecahan
masalah secara bersama.
2. Membina dan mempertahankan nilai-nilai demokrasi
sebagai bagian dari proses pengorganisasian dan
sebagai hasil dari pengembangan masyarakat.
3. Memberi ruang kepada masyarakat untuk
mengembangkan potensi mereka sebagai individu.
Berpijak pada uraian mengenai beberapa tujuan
pengembangan masyarakat yang telah disampaikan
di atas, terdapat nilai-nilai yang menjadi orientasi dari
pengembangan masyarakat. Diantara nilai-nilai
tersebut yang pantas dikedepankan adalah nilai
kebersamaan, demokrasi dan rasa percaya diri
dengan cara mengembangkan potensi masyarakat.
Selanjutnya Sanders dalam Cary (1970:18), mengemukakan
bahwa ada 4 (empat) cara para ahli dalam memandang
pengembangan masyarakat (community development) sebagai
berikut :
a. Community Development sebagai suatu proses
Pengembangan masyarakat sebagai suatu proses,
dipandang sebagai suatu siklus maupun paradigma yang
berkesinambungan yaitu perubahan dari suatu tahap atau
kondisi kepada tahap atau kondisi berikutnya menuju suatu
masyarakat mandiri yang mampu menentukan nasibnya
sendiri dan menempuh berbagai upaya bersama untuk
mencapainya. Hal ini mencakup perubahan dari satu atau
dua orang atau sebagian elit yang memiliki otoritas
membuat keputusan masyarakat, kepada perubahan
dimana semua warga masyarakat itu sendiri membuat
keputusan akan masalah-masalah yang menjadi perhatian
mereka; perubahan dari kerjasama terbatas (minimum)
kepada kerjasama secara maksimum; perubahan dari
sedikitnya partisipasi seseorang dalam kegiatan bersama
kepada partispasi secara penuh dalam kegiatan; perubahan
dari menggantungkan diri pada sumber bantuan dari luar
kepada penggunaan secara maksimal berbagai sumber
daya yang dimiliki.
b. Community Development sebagai suatu metode
Titik berat Community Development sebagai suatu metode
terletak pada cara-cara pelaksanaan proses. Bagaimana
strategi dan teknik petugas dalam menjalankan perannya
untuk merubah sikap/perilaku masyarakat terhadap
pembangunan. Community Development sebagai metode
bekerja dengan dua cara, yaitu partisipasi masyarakat dan
pengorganisasian masyarakat. Metode community
development ini dapat diterapkan pada proses apapun.
Inilah landasan teoritis bagi eksistensi organisasi
masyarakat dan pentingnya partisipasi masyarakat dalam
proses pengambilan keputusan yang menyangkut nasib
mereka. Community development sebagai suatu metode
berfungsi untuk menggali potensi sumber daya manusia
dengan cara memberikan bimbingan dan latihan atau
keahlian tertentu serta bantuan teknis lainnya.
c. Community Development sebagai suatu program
Sebagai program, community development merupakan
bagian integral dari pembangunan nasional. Titik berat
community development sebagai program adalah pada
pencapaian tujuan organisasi. Tujuan, sasaran, kegiatan-
kegiatan yang akan dicapai baik jangka panjang maupun
jangka pendek sangat tergantung pada situasi dan kondisi
masyarakat maupun kegiatan itu sendiri. Tekanan utama
dalam melihat community development sebagai program
ialah penyelesaian dari serangkaian kegiatan yang bisa
diukur hasilnya secara kuantitas.
d. Community Development sebagai suatu gerakan
(movement) Community development sebagai suatu
gerakan lebih ditekankan pada seberapa jauh community
development dapat menyadarkan warga masyarakat
sehingga mereka dapat terlibat secara emosional dalam
kegiatan yang telah diputuskan secara bersama. Kegiatan-
kegiatan yang terorganisasi untuk mencapai tujuan yang
dikehendaki oleh warga masyarakat melalui partisipasi aktif
atas dasar prakarsa mereka sendiri. Namun jika prakarsa
itu tidak muncul secara spontan maka dapat diterapkan
berbagai teknik untuk menimbulkan dan merangsang
prakarsa yang aktif terhadap kegiatan tersebut.

5. Bentuk Pengorganisasian
Bentuk-bentuk Pengorganisasian Lingkungan sosial, ekonomi, dan
politik sangat mempengaruhi aktivitas pekerja pengembangan masyarakat
dan bentuk-bentuk organisasi yang diperlukannya. Sebagaimana telah
diketahui, bahwa pengembangan masyarakat melalui program-program di
sektor pendidikan dan kesehatan sangat dibatasi geraknya oleh situasi
pendidikan dan kesehatan yang ada, kebijakan-kebijakan pemerintah, ada
tidaknya dana, serta sikap masyarakat terhadap pengadaan pelayanan
pendidikan dan kesehatan.
Bentuk-Bentuk Organisasi :
a. Democratic Decentralized (DD)
Tidak memiliki pemimpin yang permanen. Koordinator dipilih
untuk menangani suatu tugas yang harus diselesaikan. Koordinator
pun bisa berubah/diganti bila ada perubahan dalam pekerjaan (task).
Keputusan yang dibuat harus berdasarkan konsensus kelompok,
bukan hanya wewenang satu orang saja.Komunikasi sangatlah
penting karena setiap individu harus benar-benar paham akan segala
sesuatu yang harus ditangani / dikerjakan. Sifat komunikasi antar
anggota di sini adalah komunikasi horizontal, karena tidak ada istilah
pimpinan dan bawahan dalam bentuk organisasi ini.
b. Controlled Decentralized (CD)
Memiliki satu pemimpin utama yang menangani dan
mengkoordinir tugastugas utama. Terdapat pemimpin-pemimpin
sekunder yang dipilih pemimpin utama untuk mengkoordinir dan
menangani sub-sub tugas yang dibagi berdasarkan kebijakan
pemimpin utama. Pemimpin sekunder ini menjadi koordinator dalam
sub-sub group yang dibentuk berdasarkan pembagian tugas.
Pengambilan keputusan dilakukan secara bersama-sama antar
anggota dalam masing-masing sub group. Sedangkan pengambilan
keputusan antar group diputuskan oleh pemimpin utama. Komunikasi
juga tetap diperlukan dalam satu sub group. Komunikasi dilakukan
secara horizontal antar anggota dalam satu sub group. Tetapi terjadi
komunikasi vertikal antara sub-sub kelompok dengan pemimpin utama
tim.
c. Controlled Centralized (CC)
Hanya ada pimpinan utama tim di sini, semua tugas dikoordinir
dan ditangani langsung oleh pimpinan utama. Semua pengambilan
keputusan terhadap suatu masalah berada di tangan pimpinan utama.
Pimpinan utama ini pula yang menentukan anggota kelompok mana
yang harus bekerja dan tidak bekerja. Semua komunikasi tim harus
melalui pimpinan utama. Karena itu sifat komunikasi dalam bentuk
organisasi ini hanya bersifat vertikal.

6. Pendampingan Pemberdayaan
Dalam konteks pengembangan masyarakat, pendampingan
haruslah berdasarkan pada pemahaman terhadap komunitas tersebut.
Seorang pendam ping harus m engenali dengan baik situasi dan
kondisi komunitas tersebut. Termasuk di dalamnya adalah memahami
mekanisme hingga stakeholders sampai kepada konsep
pengembangan komunitas.
Dalam hal ini asumsinya adalah stakeholder memiliki konsep
pemahaman yang sama mengenai pengembangan komunitas.
Dengan kata lain, pendamping membangun pemahaman bersama
stakeholder lain mengenai pengembangan komunitas. Dengan
pemahaman bersama mengenai pengembangan komunitas tersebut,
maka lingkup profesionalisme pendampingan dapat dilakukan.
Pertanyaannya adalah, siapa dalam komunitas tersebut yang akan di
dampingi? Ini berkenaan dengan kebutuhan memfasilitasi. Keduanya-
komunitas dan kebutuhan memfasilitasi akan bersilangan dengan
pilihan pendekatan pendampingan yang akan dilakukan, yakni:
1. pendekatan menolong diri sendiri (self-help);
2. pendampingan teknik (technicalassistance); dan
3. pendekatan konflik

a. Pendekatan pertama adalah menolong diri sendiri.


Masyarakat menjadi partisipan yang berarti dalam proses
pembangunan dan melakukan kontrol dalam kegiatan pengem
bangan komunitas. Pendamping menjadi fasilitator, sedangkan
anggota kom unitas m emegang tanggung jawab utama dalam:
1. memutuskan apa yang menjadi kebutuhannya;
2. bagaim ana memenuhi kebutuhan itu; dan
3. mengerjakannya sendiri.

b. Pendekatan kedua adalah pendampingan teknik, yang


mendasarkan pada perkiraan kebutuhan oleh para perencana
yang dapat mengantarkan dan mengevaluasi proses
pengembangan masyarakat. Perencana seolah-olah ditugasi
oleh masyarakat setempat untuk mengembangkan sikap
rasionalitas mereka. Pengembangan masyarakat dari prespektif
ini bersifat spesifik mencakup pengembangan individu,
kelompok, organisasi, dan kelembagaan.

c. Pendekatan ketiga adalah pendekatan konflik.


Pendekatan ini menekankan pada usaha-usaha untuk
menyadarkan m asyarakat bahwa apa yang baik dilakukan oleh
orang lain adalah baik juga untuk dilakukannya. Oleh karena itu
anggota kom unitas akan berusaha untuk berbuat yang sama
dengan referensi grupnya. Dalam konteks pengembangan
komunitas, m aka pendampingan dilakukan dengan teknik
propaganda sedemikian rupa sehingga anggota kom unitas
menyadari apa yang menjadi ketertinggalannya dengan kom
unitas lain.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Komunikasi Sosial Pengembangan Masyarakat. www.academia.edu.


Akses : 2 Mei 2015.
Ife, Jim. 2002. Community Development Creating community alternatives-vision,
analysis and practice. Australia: Longman.

Sukoco, Dwi Heru. 1995. Profesi Pekerjaan Sosial dan Proses Pertolongannya.
Bandung: Koperasi Mahasiswa STKS.

Christenson. James A. (ct.al). 1977. "Sociologist in E x te n s i o n Rural Sociology. Vol.


42, No. 3, hlin. 407-419. Clark. John. 1991. Democratizing Development: The R ok o f
Voluntary Organizatlons. Connecticut: Kumarian Press. Inc.
PERTEMUAN 10

PENGORGANISASIAN WARGA KOMUNITAS

Pola pengorganisasian warga komunitas dalam kerangka pengembangan masyarakat


ada tiga, yaitu pengembangan komunitas lokal yang memberikan penekanan pada
proses, dengan memandang komunitas sebagai ikatan tradisional yang dipimpin oleh
kelompok kecil pemimpin-pemimpin konvensional dengan ciri ungkapan berupa
”Marilah kita bersama-sama membahas masalah ini”. Yang kedua adalah perencanaan
social yang berorientasi kepada kategori tujuan dengan memberi penekanan pada
tujuan yang berorientasi pada penyelesaian tugas dan denga ciri ungkapan berupa
“Marilah kita kumpulkan fakta dan lakukan langkah-langkah logis berikutnya”. Dan pola
yang ketiga adalah aksi social, yaitu pendekatan yang mengarah pada task goal dan
process goal yang menunjukkan komunitas sebagai hirarki dari privilege dan kekuasaan
dengan ciri ungkapan berupa “Mari kita mengorganisir diri agar dapat melawan para
penekan kita”. Komunitas memiliki peran penting dalam pengembangan masyarakat.
Berikut ini adalah pola-pola dalam pengorganisasian warga komunitas.

Pengembangan masyarakat (community development) dipandang sebagai strategi


yang tepat untuk memberdayakan dan menigkatkan taraf hidup masyarakat luas.
Namun perlu diingat bahwa setiap masyarakat mempunyai tradisi dan adat-istiadat
yang berbeda, yang dapat menjadi potensi yang dapat dikembangkan sebagai modal
sosial. Untuk itu dalam upaya pengembangan masyarakat, dibutuhkan strategi dan
pendekatan yang tepat. Selain itu, perlu juga dilakukan pembahasan pengembangan
masyarakat dalam konteks beragam pendekatan yang dapat dipandang sebagai cara-
cara alternatif dalam melaksanakan pengembangan masyarakat..

Pengembangan masyarakat memiliki sejarah panjang dalam praktek pekerjaan sosial.


Sebagai sebuah metode pekerjaan sosial, Pengembangan masyarakat memungkinkan
pemberi dan penerima pelayanan terlibat dalam proses perencanaan, pengawasan,
dan evaluasi. Meskipun pengembangan masyarakat memiliki peran penting dalam
pekerjaan sosial, Pengembangan masyarakat belum sepenuhnya menjadi ciri khas
praktek pekerjaan sosial. Pengembangan masyarakat masih menjadi bagian dari
kegiatan profesi lain, seperti perencanaan kota dan pengembang perumahan.

Pengembangan masyarakat memiliki fokus terhadap upaya menolong anggota


masyarakat yang memiliki kesamaan minat untuk bekerja sama, mengidentifikasi
kebutuhan bersama dan kemudian melakukan kegiatan bersama untuk memenuhi
kebutuhan tersebut.

Dengan demikian, Pengembangan masyarakat dapat didefenisikan sebagai metode


yang memungkinkan orang dapat meningkatkan kualitas hidupnya serta mampu
memperbesar pengaruhnya terhadap proses-proses yang mempengaruhi
kehidupannya. Berikut adalah pola-pola dalam pengorganisasian warga komunitas.

Pola Pengembangan Komunitas

Pola pengembangan komunitas memberikan penekanan pada proses, dimana


masyarakat berusaha untuk diintegrasikan dan dikembangkan kapasitasnya.
Masyarakat dibuat sadar berdasarkan kemauan dan kemampuan menolong diri sendiri
(self-help). Pendekatan ini sebagai upaya untuk mengembangkan keterlibatan warga
komunitas sebanyak komunitas dalam upaya menentukan kebutuhan yang mereka
rasakan dan memecahkan masalah mereka.

Pengembangan Komunitas adalah cara lain untuk mendapatkan orang untuk bekerja
sama. Ini adalah proses mencapai konsensus kelompok tentang keprihatinan umum
dan berkolaborasi dalam pemecahan masalah. Misalnya, penduduk lokal di lingkungan
perkotaan atau masyarakat pedesaan dapat bekerja sama dalam mendefinisikan isu-isu
lokal, seperti akses ke kesempatan kerja atau pendidikan yang lebih baik, dan dalam
mengambil tindakan untuk mengatasi masalah.
Pola Perencanaan Sosial

Pola perencanaan sosial lebih menekankan pada tugas (task goal). Seorang perencana
biasanya berusaha untuk mengumpulkan fakta-fakta mengenai masalah yang dihadapi
sebelum warga komunitas memilih tindakan yang rasional dan tepat dilakukan. Fungsi
pembuatan kebijakan dibuat oleh perencana sementara masyarakat sebagai konsumen
yang menerima dan memanfaatkan program dan pelayanan sebagai hasil dari proses
perencanaan.

Perencanaan sosial menggunakan informasi dan analisis untuk mengatasi masalah


masyarakat substantif seperti pendidikan, perkembangan anak, atau kesehatan
lingkungan. Misalnya, dewan perencanaan atau gugus tugas terlibat (biasanya )
profesional dalam menetapkan tujuan dan sasaran, mengkoordinasikan upaya, dan
mengkaji pencapaian tujuan.

Perencanaan sosial mungkin terjadi dalam konteks baik konsensus atau konflik tentang
tujuan dan sarana. Sebagai contoh, informasi mengenai tingginya tingkat kehamilan
remaja, dan faktor-faktor yang berkontribusi untuk itu, dapat membantu masyarakat
berfokus pada tujuan mencegah kehamilan remaja, dan bahkan keputusan tentang
menggunakan cara kontroversial seperti pendidikan seksualitas dan meningkatkan
akses terhadap kontrasepsi. Penggunaan perencanaan sosial membantu membangun
kesepakatan tentang hasil umum.

Pola ini sengaja direncanakan, proses teknis rasional pemecahan masalah yang
berkaitan dengan masalah sosial substantif, adalah ciri dari model ini . Tingkat
partisipasi masyarakat dapat bervariasi. Namun, membangun kapasitas masyarakat
atau membina perubahan sosial yang radikal atau fundamental bukanlah tujuan utama
dari model ini dari praktek masyarakat .

Pola Aksi Sosial

Pola Aksi Sosial menakankan pada proses dan tugas. Masyarakat dilihat sebagai
hirarki dari provillage kekuasaan. Para praktisi sosial menekankan pada taktik konflik
sesuai dengan peran mereka sebagai aktivis. Pada pendekatan ini, terkadang cara-cara
koersif harus dilaksanakan seperti melakukan pemboikotan.

Aksi sosial melibatkan upaya untuk meningkatkan kekuatan dan sumber daya dari
masyarakat berpenghasilan rendah atau relatif tidak berdaya atau terpinggirkan.
Sebagai contoh, organisasi advokasi, seperti untuk hak penyandang cacat atau
pengendalian tembakau, sering menggunakan pendekatan aksi sosial. Mereka mungkin
mengatur acara mengganggu- termasuk tuntutan hukum, sit- in, atau boiko - untuk
menarik perhatian dan fokus untuk keprihatinan mereka oleh penguasa.

Penyelenggara membuat acara, seperti protes atau mogok, bahwa mereka dalam
posisi kekuasaan (seperti pengusaha ) dapat menghindari atau mampir datang ke
kesepakatan. Misalnya, orang dengan cacat mungkin berhenti tindak pencegahan
bisnis ketika memodifikasi kebijakan yang mendiskriminasi orang-orang cacat. Atau
sebuah perusahaan rokok bisa menghindari gugatan oleh para pendukung
pengendalian tembakau dengan menghilangkan iklan ditujukan pada anak-anak. Taktik
aksi sosial digunakan dalam banyak situasi yang melibatkan konflik kepentingan dan
ketidakseimbangan dalam kekuasaan, mereka biasanya terjadi ketika negosiasi
konvensional tidak bekerja. Tema kunci dalam model ini adalah keadilan sosial,
demokrasi, redistribusi kekuasaan, sumber daya, dan pengambilan keputusan.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2013. Community Development. http://ctb.ku.edu/en/table-of


contents/overview/model-for-community-change-and-improvement/lessons-
learned/main#.Ul4PLlOITK4.html. (Diakses 30 March 2021).

Anonim, 2013. Three Models Of Community Organizing. http://www.calgary.ca/


CSPS/CNS/Pages/Publications-guides-and-directories/Community-Assessment-
Handbook/Rothman%27s-Three-Models-of-Community-Organizing.aspx.html. (Diakses
30 March 2021).

Anonim, 2013. Pola Pengorganisasian Warga Komunitas Dalam Rangka Pengembagan


Masyarakat. http://elhachan.wordpress.com/2013/05/11/ pengorganisasian-komunitas-
dan-peranan-pekerja-komunitas.html. (Diakses 30 March 2021).

Anonim, 2013. Analisis Dan Strategi Pendekatan Pengembangan Masyarakat.


http://tiarapridatika.wordpress.com/2011/05/22/analisis-strategi-dan-pendekatan-
pengembangan-masyarakat.html. (Diakses 30 Maret 2021 )

Anda mungkin juga menyukai