Kelompok 1
Participatory Action Research (PAR)
Participatory Action Research (PAR) merupakan aktivitas ilmiah yang menggabungkan
pelaksanaannya sekaligus antara penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Dalam
pelaksanaannya kelompok masyarakat yang menjadi sasaran langsung terlibat dan bersama
peneliti merencanakan pemberdayaan dalam bentuk mitra kerja. Manfaat penelitian secara
praktis langsung terwujud dalam menggerakkan peranan akal budi kelompok sasaran menuju
transformasi sosial yang diharapkan. Artinya, hasil penelitian segera dapat diaplikasikan di
lapangan. PAR cocok untuk semua disiplin ilmu dalam melayani masyarakat sasaran untuk
mempercepat tercapainya perubahan sosial yang diinginkan. Peneliti dan kelompok sasaran
berinteraksi dua arah sehingga proses pengambilan keputusan lebih demokratis. Kegiatan PAR,
dapat segera: 1) Membuka wawasan pemikiran orang-orang kecil yang menerima pemberdayaan
sehingga mampu merubah lingkungannya yang ‗menindas’ (mengungkung dan membelenggu);
2) Membentuk sasaran penelitian yang emansipatoris dan menjadi rasional. Artinya,
orang-orang
sanggup memuaskan kebutuhan dasar sebagai manusia dan menata kekuasaan sebagai
kapasitas individu yang tepat sasaran. Pemberdayaan masyarakat yang tidak berdaya dapat
menyadari dirinya dan dapat segera berubah melalui proses partisipasi peneliti dan kelompok
sasaran. Misalnya, PAR dalam bidang pendidikan, peneliti menawarkan partisipasi aktif guru,
orang tua, siswa, dan administrator sekolah, dan sarana yang dibutuhkan untuk sehingga masing-
masing dapat mengambil ―tanggung jawab kolaboratif untuk pengembangan dan reformasi
pendidikan. Pemberdayaan masyarakat yang lebih bermutu sehingga mereka yang tidak berdaya
mengalami proses partisipasi yang menyeluruh. Misalnya, PAR dalam bidang pendidikan,
peneliti menawarkan partisipasi aktif guru, orang tua, siswa, dan administrator sekolah, dan
sarana yang
dibutuhkan untuk sehingga masing-masing dapat mengambil ―tanggung jawab kolaboratif
untuk pengembangan dan reformasi pendidikan
Kelompok 2
Asset-Based Community Development (ABCD)
ABCD sebagai alat untuk melibatkan komunitas dalam pembaruan lingkungan. Terlepas
dari tantangan yang ada, ABCD memiliki banyak hal untuk ditawarkan dalam kegiatan
pembaruan lingkungan. Ketika praktisi ABCD mencari sisi positifnya, mereka yang merupakan
bagian dari komunitas lebih cenderung terlibat dalam proses tersebut. Hal ini penting sejak awal.
Praktisi dapat mengambil manfaat dengan mempertimbangkan dengan cermat siapa yang harus
didekati pada kesempatan pertama, dan dapat belajar dari para pemimpin dan penghubung dalam
komunitas. Pengembangan Komunitas Berbasis Aset membutuhkan perubahan yang signifikan
bagi banyak organisasi pembaruan lingkungan, dan kemauan untuk mempercayai komunitas
untuk mendapatkan jawabannya. Praktisi harus memiliki keterampilan dan pengalaman
pengembangan komunitas dengan baik agar dapat menyampaikan
Kelompok 3
Logical Framework Approach (LFA)
Secara umum Logical Framework Approach (LFA) dalam penggunaan masih terbatas
dengan bertujuan untuk penyusunan suatu program proyek. Padahal fungsi dari Logical
Framework Approach dapat dimanfaatkan dalam proses evaluasi. Pemahaman terhadap Logical
Framework Approach perlu ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan, dalam upaya pemanfaatannya
supaya lebih luas secara maksimal dan tidak hanya digunakan pada penyusunan suatu proyek.
Pendekatan SMART yang dimiliki Logical Framework Approach (LFA) merupakan pendukung
kegiatan dalam monitoring dan evaluasi serta untuk menemukan indikator keberhasilan dari
suatu proyek.
Kelompok 4
Peran Sekolah Lapangan Dalam Meningkatkan Produktivitas dan Inovasi pada
Masyarakat Tani
Sekolah Lapang merupakan suatu sekolah yang digagas oleh Departemen Pertanian.
Sekolah lapang berbeda dengan sekolah pada umumnya, karena diselenggarakan di lapangan
terbuka. Saat ini sekolah lapang dikenal luas di kalangan para petani. Adapun tujuan dari Sekolah
Lapang meningkatkan pengetahuan, keterampilan, serta menggunakan/menerapkan teknologi
terbaru. Para petani dan para narasumber/penyuluh berkumpul di lapangan (tanpa ruangan)
kemudian penyuluh memberikan materi tentang fase fase pertumbuhan tanaman serta berbagai
hal yang terkait langsung dengan tanaman seperti pengelolaan air, fisiologi, populasi serangga,
pemeliharaan kesuburan tanah, kompensasi tanaman, pengaruh air dan cuaca, pemilihan varietas,
bibit unggul dan sebagainya. Para Petani merasakan bahwa sekolah lapang sangat efektif. Dalam
prosesnya peserta belajar langsung, mempraktikkan sehingga mereka benar benar menguasai dan
bahkan menemukan hal hal baru. Para petani menemukan dan membuktikan setiap informasi
yang diterima. Dalam penerapan sekolah lapang ditemui juga dinamika kelompok, untuk melatih
para peserta menjalin kerjasama, komunikasi, pemecahan masalah dan kepemimpinan secara
terstruktur. Proses belajar ini relative lebih mudah karena peserta tidak hanya belajar teori tapi
juga praktik secara bersama. Fungsi pemandu dalam penerapan sekolah lapang adalah mengajak
peserta (para petani) terlibat secara aktif dalam proses pendidikan. Penyuluh dan petani
menempatkan diri mereka sebagai guru dan murid. Sekolah lapang terbukti dapat meningkatkan
produktivitas, penggunaan pupuk yang seimbang serta menjaga kelestarian lingkungan. Melalui
sekolah lapang para petani seolah menemukan diri mereka yang sesungguhnya sebagai
―manusia pembelajar‖ hasil maksimal dapat mereka capai, interaksi yang terjalin dengan para
petani dan penyuluh menumbuhkan semangat dan sukacita, dalam dinamika kelompok setiap
peserta diberi peran, wawasan senantiasa berkembang dan meningkat. Beberapa dari petani
sudah menjadi tim penyuluh. Selain itu ada peningkatan kesejahteraan bagi petani. Menjadi
petani ternyata menjanjikan dan pekerjaan yang berharga dan mulia. Tidak ada pekerjaan yang
hina. Lakukan semua pekerjaan dengan penuh syukur dan tanggung jawab maka hasilnya pasti
menggembirakan
Kelompok 5
Participatory Rural Appraisal (PRA)
Participatory Rural Appraisal (PRA) merupakan metode interaktif, partisipatif, eksploratif
secara semi terstruktur dilakukan oleh tim multi-disiplin di lapangan langsung dari dan
bersama masyarakat, sebagai upaya untuk memperoleh informasi, menganalisis, memahami
situasi, kondisi, potensi, masalah dan kebutuhan masyarakat. Penggunaan pendekatan
partisipatif
(bottom up) dikombinasi dengan top down merupakan cara yang bermakna dan efektif. PRA
dapat digunakan pada kondisi kelangkaan data dan keragaman budaya. Informasi dan hasil
analisis dipergunakan untuk menentukan skala prioritas serta model kegiatan yang tepat, serta
monitoring dan evaluasinya. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat berupa penyediaan sarana-
prasarana infrastruktur fisik material maupun yang berkenaan dengan lingkungan alam, sosial,
ekonomi, pendidikan, Kesehatan serta aspek lain yang berkenaan dengan pemberdayaan dan
pengembangan masyarakat. Selain untuk mendapatkan informasi, penelusuran fakta dan analisis
data, operasionalisasi teknik-teknik PRA dapat menjadi sumber dan transfer informasi,
merupakan media belajar secara individu dan kolaboratif sehingga dapat menimbulkan
perubahan pengetahuan, dan perubahan tingkat kearifan lokal. Perubahan pengetahuan tersebut
dapat mengurangi kebingungan dan ketakutan serta menyadarkan masyarakat bahwa suatu
kejadian dapat diantisipasi, diinternalisasi, diadaptasi dan dihadapi dengan melakukan kegiatan
yang sesuai. PRA juga dapat digunakan untuk mengetahui, menunjukkan dan mempertegas peran
kemudi dan kelembagaan serta tanggung jawab stakeholders. Efektivitas PRA ditentukan
obyektifitas pada pencarian fakta serta validitas, dan releabilitas data. Selain itu juga ditentukan
implementasi konsep dan prinsip-prinsip serta aplikasi teknik-teknik PRA. Dengan demikian
agen perubahan perlu memahami metode PRA untuk kegiatan pemberdayaan masyarakat.
Kelompok 6
Focus Group Discussion atau FGD
Focus Group Discussion atau FGD adalah suatu metode diskusi yang dilakukan secara
sistematis, terarah dan bertujuan untuk membahas suatu topik atau suatu masalah. Oleh karena
itu FGD dikenal juga dengan istilah diskusi kelompok terarah. FGD sering digunakan sebagai
salah satu metode dalam pengumpulan data kualitatif, akan tetapi sekarang penggunaan FGD
lebih luas dan lebih bervariasi. Model FGD sangat beragam. Setiap model memiliki kelebihan
dan kekurangan. Namun beberapa hal penting tetap harus diperhatikan sebagai prinsip FGD.
Implementasi FGD dapat disesuaikan dengan kebutuhan, situasi dan kondisi di lapangan.
Kelompok 7
Participatory impact monitoring (PIM) Pemantauan Dampak Partisipasi
PIM merupakan pendekatan manajemen partisipatif yang membutuhkan adanya
sinergitas tujuan antara sesama pemangku kepentingan dalam sebuah proyek pemberdayaan
masyarakat. Tujuan utama pelaksanaan PIM adalah meningkatkan kualitas hasil kegiatan masing-
masing pihak yang terlibat dalam proyek pembangunan masyarakat dan menjaga keberlanjutan
program yang sudah berjalan dengan baik. PIM dapat membantu peningkatan kapasitas,
akuntabilitas, motivasi, dan kepercayaan diri masyarakat setempat yang berpartisipasi dalam
pelaksanaan PIM. Masyarakat dapat berkontribusi secara nyata dalam 264 manajemen program
pembangunan melalui pengelolaan sumber daya di daerahnya, mengikuti proses pembelajaran
masyarakat sepanjang hayat, memelihara fasilitas, dan menerapkan peraturan manajemen. Tidak
ada model tetap untuk pelaksanaan PIM, setiap wilayah memiliki perbedaan kepentingan, kondisi
geografis, ekonomi, sosial, dan budaya, sehingga implementasi PIM disesuaikan dengan konteks
masing-masing. Perlu adanya keterbukaan, penerimaan bersama, fleksibilitas agar dapat
meredam konflik dan mengurangi hambatan□hambatan keberhasilan pelaksanaan PIM.
Manajemen proyek pembangunan berkelanjutan perlu dilengkapi dengan pelaksanaan PIM
sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
Kelompok 8
Pemindaian Lingkungan (Environmental Scanning)
Pemindaian lingkungan sangat penting bagi organisasi mana pun, terutama di lingkungan
yang tidak stabil dan tidak lengkap dengan apa yang dibutuhkan di mana kegiatan ekonomi tidak
diharapkan dan tidak dapat diprediksi. Menjadikan setiap organisasi akan melakukan berbagai
upaya dan strategi manajemen. Perkembangan informasi dan teknologi (TI) mendorong
kemampuan stakeholders untuk bertahan hidup. Jenis environmental terbagi 2 lingkungan yaitu
lingkungan eksternal dan lingkungan internal. Dalam lingkungan eksternal terdapat dua
lingkungan yaitu lingkungan umum dan lingkungan industri. Sedangkan lingkungan internal
ditujukan untuk melakukan analisis terhadap kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh sumber
daya organisasi, proses internal organisasi yang tercermin dari bagaimana organisasi
menciptakan nilai bagi para pelanggan dan analisis terhadap budaya organisasi. Dalam
menjalankan pemindai lingkungan perusahaan ada beberapa faktor penghambat dalam
penerapannya yaitu lingkungan alam, sosial, dan tugas perusahaan. Lingkungan alam mencakup
sumber daya fisik, satwa liar, dan iklim yang merupakan satu kesatuan dari keberadaan di Bumi.
Proses Pemberdayaan
Masyarakat
Proses Pemberdayaan Masyarakat ....
• Tahap 1 : Tahapan Persiapan ada dua hal yang perlu
dikerjakan dalam tahapan ini, yakni :
1. Penyiapan petugas tenaga pemberdayaan oleh
community worker
2. Penyiapan lapangan. Persiapan ini dilakukan agar
pemberdayaan masyarakat dapat berlangsung
dengan lancar
Proses Pemberdayaan Masyarakat ....
• Tahap 2 : Tahapan Pengkajian atau assessment dapat
dilakukan secara individual lewat kelompok-kelompok
masyarakat. Pada tahap ini, petugas mengidentifikasi
masalah keputusan dan sumber daya yang dimiliki klien. Ini
dilakukan untuk menentukan sasaran pemberdayaan yang
tepat
Proses Pemberdayaan Masyarakat ....
• Tahap 3 : Tahap Perencanaan Alternatif Program atau
Kegiatan, Dalam tahapan ini, petugas akan berperan sebagai
exchange agent atau agen perubahan. Masyarakat
diharapkan bisa memikirkan beberapa
alternatif program berikut kelebihan dan
kekurangannya. Nantinya, alternatif tersebut
untuk menentukan program yang paling efektif dipakai
Proses Pemberdayaan Masyarakat ....
• Tahap 4 : Tahap Pemfomalisasi Rencana Aksi, Pada tahap
pemfomalisasi, agen perubahan membantu kelompok untuk
menentukan program yang bisa mengatasi permasalahan.
Petugas juga memfomalisasi
gagasan tersebut ke dalam tulisan, apabila ada
kaitannya dengan pembuatan proposal pada
penyandang dana
Proses Pemberdayaan Masyarakat ....
• Tahap 5 : Tahap Implementasi Program atau Kegiatan, Dalam
tahap implementasi, masyarakat harus memahami maksud,
tujuan dan sasaran program untuk menghindari kendala
dalam implementasi program. Mereka juga harus bekerja
sama dengan petugas
Proses Pemberdayaan Masyarakat ....
• Tahap 6 : Tahap Evaluasi, Evaluasi merupakan tahap
pengawasan dari warga dan petugas program pemberdayaan.
Program ini sebaiknya melibatkan warga untuk membangun
komunitas pengawasan internal dan komunikasi masyarakat
yang lebih mandiri
Proses Pemberdayaan Masyarakat ....
• Tahap 7 : Tahap terminasi, Pada tahapan terakhir, proyek
harus berhenti. Sebab, masyarakat yang diberdayakan sudah
mampu mengubah kondisi yang sebelumnya buruk menjadi
lebih baik. Dengan kata lain, mereka sudah bisa menjamin
kehidupan layak bagi diri sendiri dan keluarga
Materi Penyuluhan dan Sumber
Materi Penyuluhan dan
Komunikasi Pengembangan
Masyarakat
Outline ....
• Pengertian
• Tujuan
• Ruang Lingkup
• Sumber Materi
• Ragam Materi
• Pertimbangan Pemilihan Materi
• Klasifikasi Materi
Ruang Lingkup Materi
Sumber Materi....
Terima Kasih