Anda di halaman 1dari 5

TUGAS MATA KULIAH ILMU SOSIAL PRILAKU

Oleh:
Nama : SUTARI
NIM : 10012682125007

Dosen Pengampu:
Dr. Nur Alam Fajar, M.Kes., AIFO

PROGRAM STUDI MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN 2021
Tugas individu ISP:
1. Rumuskan teori pemberdayaan secara individu kelompok masyarakat terhadap tesis
masing-masing
2. Kaitkan persoalan tersebut dengan regulasi untuk di kritisi
3. Rumuskan secara konvergensi siapa mengerjakan apa, dan mengerjakan untuk siapa

Jawaban:
1. Rumuskan teori pemberdayaan secara individu kelompok masyarakat terhadap tesis
masing-masing
Pemberdayaan Masyarakat
(community engagement) merupakan proses membangun manusia atau masyarakat melalui
pengembangan kemampuan masyarakat, perubahan perilaku dan pengorganisasian
masyarakat. UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, menjelaskan bahwa 70% sumber
daya untuk pembangunan kesehatan berasal dari partisipasi masyarakat. Sederhananya,
pemberdayaan masyarakat adalah upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kapasitas dan
melibatkan masyarakat untuk terjadinya perubahan perilaku melalui upaya komunikasi.
Becker (1979) menjelaskan bahwa perilaku manusia yang berhubungan dengan kesehatan
(health related behavior) terdiri dari 3(tiga) jenis, pertama perilaku kesehatan (health
behavior), yaitu perilaku yang berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Kedua, perilaku sakit (illness behavior ), yakni
segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang individu yang merasa sakit,
merasakan dan mengenal keadaan kesehatannya. Ketiga, perilaku peran sakit (the sick role
behavior ), yakni segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh individu yang sedang
sakit untuk memperoleh kesembuhan.
Diantara pemberdayaan masyarakat untuk perubahan perilaku dalam rangka peningkatan
jangkauan dan cakupan pencegahan ataupun vaksinasi Covid-19 di lapangan adalah dengan
penerapan strategi komunikasi risiko (risk communication). Strategi ini merupakan salah satu
bentuk komunikasi Communication of Behavior Infact (COMBI) yang didasari oleh kesadaran
bahwa pencegahan penyakit yang bersifat topdown, tidak akan efektif merubah perilaku
masyarakat karena masyarakat tidak merasa menjadi bagian dari kegiatan tersebut.
Sebaliknya, pengalaman dalam penerapan komunikasi risiko pada beberapa kegiatan
pencegahan penyakit menular lain telah dapat mendorong pengembangan kemampuan
masyarakat, perubahan perilaku dan pengorganisasian masyarakat serta terbentuknya
pemberdayaan masyarakat.
Communication for Behavior Infact (COMBI)
Communication for Behavior Infact (COMBI) merupakan proses pendekatan campuran
berbagai intervensi komunikasi untuk mengikutsertakan perorangan dan keluarga dalam
mempertimbangkan perilaku-perilaku sehat yang direkomendasikan dan mendorong
penerimaan dan pemeliharaan perilaku. Komunikasi Combi mewakili penggabungan dari
berbagai pendekatan komunikasi, pemasaran, pendidikan, promosi dan mobilisasi yang
bertujuan melakukan sesuatu yang berdampak pada perubahan perilaku individu.
Metode komunikasi ini menggunakan berbagai saluran (media) untuk memperbaiki perilaku
kesehatan masyarakat. Metode ini dibuat terstruktur dan komprehensif sehingga berdampak
pada perubahan perilaku individu. Perumusan dan penyampaian pesan, materi dan media
komunikasi direncanakan berdasarkan masalah yang ditemukan oleh masyarakat dengan cara
pemecahan masalah yang disetujui bersama.
Combi merupakan pengembangan dari KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi), namun
lebih menekankan pada perubahan perilaku. Tahapannya tidak berhenti pada peningkatan
pengetahuan dan sikap saja tetapi komunikasi tersebut diarahkan pada perubahan atau
perbaikan perilaku (WHO, 2008). Oleh karena itu, metode Combi menekankan kepada
kekompakan kerja tim yang disebut dengan tim kerja dinamis.
Terdapat beberapa langkah strategis metode Combi di dalam pemberdayaan masyarakat,
yaitu pertama, membangun kelompok kerja yang efektif dan dinamis. Kedua, melakukan
pendekatan strategis komunikasi terpadu (analisis situasi, Survei Market Analysis
(SMA). Ketiga, penyusunan rencana aksi kegiatan. Keempat, merancang media dan
mengembangkan ”creative artwork” prototypenya dengan memperhatikan aspek sosial
budaya setempat. Kelima, penilaian untuk mengetahui efektifitas kegiatan secara sumatif dan
formatif.
2. Kaitkan persoalan tersebut dengan regulasi untuk di kritisi
Penyebaran Covid-19 masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia.
Sekalipun insiden ratenya sudah menunjukkan kecenderungan menurun, namun peningkatan
kasus Covid-19 harus diwaspadai. Sebagaimana halnya dengan kejadian-kejadian pandemi di
dunia, penyakit yang cenderung pandemik akan mengalami transisi epidemiologik menuju
endemik.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk menanggulangi terjadinya penyebaran Covid-19.
Diantaranya adalah dengan penerapan perilaku pencegahan dan vaksinasi Covid-19. Upaya ini
dilakukan untuk memutus mata rantai penularan dan membentuk anti bodi dalam tubuh
sehingga meningkatkan daya tahan tubuh terhadap virus Covid-19.
Pentingnya upaya pencegahan dan vaksinasi Covid-19 dalam memutus mata rantai penularan
di masyarakat adalah sesuatu yang tidak terbantahkan. Upaya pencegahan dengan menerapkan
protokol kesehatan saling berkelindan dengan upaya vaksinasi, dan secara bersama-sama akan
membuat bentangan pencegahan mata rantai penularan Covid-19. Para ahli kesehatan
masyarakat menjelaskan bahwa upaya yang dapat dilakukan sebagai solusi untuk keluar dari
pandemi Covid-19 adalah dengan melakukan upaya pencegahan (preventif) dan vaksinasi.
Namun, penerapan perilaku pencegahan utama Covid-19 dinilai belum optimal. Hasil survey
Badan Pusat Statistik (BPS: 2021) menjelaskan bahwa penerapan perilaku pencegahan masih
perlu mendapatkan perhatian, seperti kurangnya kepatuhan dalam memakai masker 29,9%,
cuci tangan dengan sabun/hand sanitizer 25%, menjaga jarak minimal 2 meter 33%,
menghindari kerumunan 22%. Sekitar 20% khawatir dengan efek samping dan tidak percaya
efektivitas vaksin dan 17 % menyatakan sangat tidak mungkin dan tidak mungkin
terinfeksi/tertular COVID-19. Sementara itu, data vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan
akhir Oktober 2021, capaian rata-rata nasional vaksinasi dosis pertama 59%, dan dosis kedua
33,66%. Kondisi ini, harus lebih mendapatkan perhatian lagi jika dibandingkan antar wilayah
Jawa-Bali dengan luar Jawa-Bali.
Data perilaku pencegahan utama dan cakupan vaksin Covid-19 menjadi isyu yang sangat
penting karena perilaku merupakan kunci pencegahan utama dan jangan sampai kendor serta
harapan terbentuknya kekebalan kelompok (herd imunity). Capaian cakupan vaksinasi yang
tinggi dan merata secara tidak langsung akan memberikan perlindungan bagi kelompok yang
dengan sebab tertentu tidak bisa divaksinasi. Wold Health Organization (WHO) menjelaskan
bahwa pembentukan kekebalan kelompok (herd imunity) dapat terjadi dengan capaian sasaran
pelaksanaan vaksinasi minimal sebesar 70%.
Kementerian kesehatan telah mengeluarkan beberapa regulasi terkait pentingnya
pemberdayaan masyarakat dalam penegakan perilaku pencegahan utama, vaksinasi ataupun
strategi komunikasi yang dikembangkan dalam penanganan Covid-19, namun masih banyak
hambatan dalam implementasinya. Paparan informasi dari sumber yang dipercaya, yaitu
tenaga kesehatan dan pakar menghendaki adanya desain informasi yang disampaikan lebih
menyentuh dan berkesan serta disampaikan secara berkelanjutan melalui pemberdayaan
masyarakat terutama di wilayah perdesaan.
Dibutuhkan strategi komunikasi spesifik untuk mendorong terjadinya perubahan perilaku
pencegahan dan penerimaan vaksinansi Covid-19. Penerapan Strategi komunikasi tersebut
diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan publik atas potensi risiko dan ancaman masalah
kesehatan sehingga mampu memutuskan langkah-langkah dan tindakan (perilaku) yang tepat
untuk melindungi diri mereka dari penularan Covid-19.
Tujuan
a.Meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap perilaku utama pencegahan dan
vaksinasi Covid-19
b.Optimalisasi pemberdayaan masyarakat dalam perubahan perilaku melalui
komunikasi risiko Covid-19

3. Rumuskan secara konvergensi siapa mengerjakan apa, dan mengerjakan untuk siapa?
Perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktifitas-aktifitas atau kegiatan dari
manusia itu sendiri. Perilaku kesehatan berkaitan dengan tindakan atau kegiatan
seseorang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya, merasakan dan
mengenal keadaan kesehatannya serta tindakan yang dilakukan untuk memperoleh
kesembuhan. Termasuk didalamnya tindakan yang berkaitan dengan pencegahan
penyakit, kebersihan perorangan, dan sebagainya. Perilaku disamping berpengaruh
terhadap diri sendiri, juga berpengaruh terhadap orang lain terutama kepada anak-anak
yang belum mempunyai kesadaran dan tanggung jawab terhadap kesehatannya
Berkaitan dengan upaya pencegahan dan pengendalian penyebaran virus Covid-19,
pemerintah telah mengeluarkan beberapa regulasi terkait penegakan protokol
kesehatan dan vaksinasi Covid-19 serta melibatkan masyarakat dalam penerapannya.
Berpedoman kepada regulasi ini, masyarakat didorong untuk mengadopsi terjadinya
perubahan perilaku kunci pencegahan utama seperti memakai masker, mencuci tangan
pakai sabun, menjaga jarak, mengurangi mobilitas dan menghindari kerumunan serta
penerimaan vaksinasi Covid-19. Namun harapan untuk terjadinya percepatan adopsi
perilaku kesehatan ini belum sepenuhnya berhasil. Keterlibatan masyarakat dalam
upaya pencegahan dan vaksinasi belum optimal.
Pada masa pandemi Covid-19 ini, hambatan komunikasi pencegahan dan vaksinasi
Covid-19 memang menjadi tantangan tersendiri bagi pelaku kesehatan masyarakat.
Paparan informasi dari tenaga kesehatan dan para ahli belum cukup untuk mendorong
terjadinya perubahan perilaku yang diharapkan. Informasi yang disampaikan belum
sepenuhnya berkesan dan menyentuh semua lapisan masyarakat. Situasi ini
menggambarkan tentang pentingnya upaya optimalisasi perubahan perilaku di
masyarakat.
Secara psikologis, masyarakat masih dihadapkan pada situasi yang disebut
sebagai pandemic fatigue dan infodemic. Pandemic fatigue artinya bahwa masyarakat
mengalami kelelahan dan secara perlahan mengalami kemunduran motivasi untuk
melaksanakan perilaku kunci pencegahan Covid-19. Mempertahankan perilaku kunci
dalam situasi pandemi bukanlah persoalan yang mudah untuk dilaksanakan secara
berkesinambungan.
Infodemic artinya bahwa informasi yang disebarkan baik yang akurat maupun tidak
melalui berbagai media daring ataupun luring di masyarakat sangatlah banyak.
Dampaknya membuat masyarakat berada dalam situasi kebingungan dan merasa sulit
untuk memilah informasi yang benar, sehingga masyarakat membutuhkan intervensi
dan edukasi spesifik serta berkelanjutan untuk meningkatkan pemahaman sehingga
perubahan perilaku terjadi.
Disadari bahwa upaya komunikasi kesehatan untuk pencegahan penyakit menjadi
sesuatu yang rumit. Diantaranya karakteristik utama dan sekaligus menjadi hambatan
keberhasilannya adalah manfaat yang dirasakan merupakan manfaat jangka panjang
dan berkelanjutan. Karakteristik ini menjadikan upaya komunikasi kesehatan sulit
untuk dilaksanakan terus menerus dan menimbulkan kebosanan. Apalagi komunikasi
kesehatan dan pencegahan penyakit yang cenderung bersifat topdown, tidak akan
efektif membentuk perilaku masyarakat karena masyarakat tidak merasa menjadi
bagian dari kegiatan tersebut.
Secara teoritis, perubahan perilaku secara berkelanjutan hanya akan terjadi jika
didukung oleh empat unsur, yaitu pertama, lingkungan kebijakan berupa adanya
protokol, sumberdaya, regulasi, kepemimpinan yang menjadi panduan dalam
melaksanakan perubahan sosial. Kedua, sistem dan produk layanan kesehatan berupa
standar layanan, ketersediaan layanan, sistem rujukan serta suplai barang yang
terjamin ketersediaannya. Ketiga, norma yang berlaku di keluarga, teman sebaya yang
menjadi faktor utama pertimbangan individu dalam mengadopsi pengetahuan dan atau
perilaku baru. Keempat, faktor individu yang membutuhkan pengetahuan memadai,
perhitungan untung rugi serta keterampilan dan kemampuan untuk mengukur diri
apakah sanggup atau tidak melakukan perilaku baru yang disarankan.
Mengamati pelaksanaan strategi komunikasi untuk perubahan perilaku pencegahan dan
vaksinasi Covid-19, informasinya cenderung disampaikan serentak dan dalam waktu
yang hampir bersamaan sehingga membanjiri benak setiap orang. Kondisi ini
menimbulkan kebingungan masyarakat dalam memilah informasi yang benar sebagai
dasar terjadinya perubahan perilaku pencegahan. Unsur kebijakan dan sistem mungkin
akan terpenuhi dengan banyaknya informasi tentang regulasi dan standar layanan yang
dikeluarkan, namun norma sosial dan kekuatan individu belum sepenuhnya menjadi
pertimbangan.
Informasi yang disampaikan serentak, sekilas memberikan keuntungan bagi
masyarakat karena dengan cepat mendapatkan informasi terkini. Namun, di sisi lain
mempunyai kelemahan karena informasi yang terlalu banyak dikeluarkan akan
menghalangi orang untuk memahami dan mengubah perilakunya. Informasi akan
bersifat impulsive dan mengganggu penerimaan pesan oleh individu. Oleh karena itu,
penting bagi para pelaku komunikasi kesehatan agar memberi perhatian dan prioritas
pada strategi komunikasi untuk terjadinya perubahan perilaku pencegahan dan
vaksinasi Covid-19 agar efektif dan efisien.
Dalam rangka mengoptimalkan promosi dan pencegahan penyakit, Wold Health
Organization (WHO:2004) memperkenalkan suatu metode dalam pemberdayaan
masyarakat, yaitu Communications for Behavioral Impact (COMBI). Combi
merupakan suatu metode penggerakan masyarakat berbasis button up yang dalam
pelaksanaannya menghendaki adanya partisipasi masyarakat. Metode Combi
dilaksanakan dengan mengintegrasikan pendidikan kesehatan, komunikasi, informasi
dan edukasi (KIE) dan tehnik pemasaran sosial dengan partisipasi masyarakat.
Metode ini telah diuji coba di beberapa negara termasuk di Indonesia dan memberikan
hasil yang baik. Combi lebih menekankan kepada kekompakan kerja tim, yang disebut
sebagai tim kerja dinamis, sedangkan penyampaian pesan, materi dan media
komunikasi yang direncanakan berdasarkan masalah yang ditemukan oleh masyarakat
dengan cara memecahkan masalah dengan persetujuan bersama. Tujuannya untuk
terjadinya perubahan perilaku berdasarkan pengetahuan, sikap, perilaku masyarakat
terkait perilaku pencegahan.

Anda mungkin juga menyukai