Anda di halaman 1dari 120

SKRIPSI

PENGARUH VIDEO MENSTRUAL HYGIENE TERHADAP PENGETAHUAN


DAN SIKAP PADA SISWI DI MAN 21 JAKARTA UTARA TAHUN 2021

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT

DISUSUN OLEH :
Intan Ratu Fahira
11171010000028

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2021 / 1442

i
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PROMOSI KESEHATAN
Skripsi, Juli 2021

Intan Ratu Fahira, NIM : 11171010000028

Pengaruh Video Menstrual Hygiene Terhadap Pengetahuan dan Sikap Pada Siswi
di MAN 21 Jakarta Tahun 2021

xv + 85 halaman, 10 tabel, 2 Bagan, 3 lampiran.

ABSTRAK

Praktik menstrual hygiene memerlukan penanganan yang baik dikarenakan saat


menstruasi pembuluh darah pada rahim mudah terinfeksi karena kuman mudah masuk
dan menimbulkan penyakit pada saluran reproduksi. Pada tahun 2009, diperkirakan
bahwa angka kejadian Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) sekitar 2,3 juta kasus dan data
Kemenkes RI menunjukkan pada tahun 2017, jumlah kasus IMS dilaporkan sebanyak
14.493 kasus. Pengetahuan yang baik akan mempengaruhi sikap sehingga remaja dapat
menerapkan praktik menstrual hygiene dengan benar. Salah satu upaya untuk
meningkatkan pengetahuan adalah memberikan informasi melalui media video terkait
menstrual hygiene.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi pre-post test
yang dilakukan pada 50 siswi kelas 10 dan 11 MAN 21 Jakarta selama bulan Januari –
Juni 2021. Teknik sampling yang digunakan adalah simple random sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang sigifikan terhadap
peningkatan nilai pengetahuan dan sikap siswi setelah diberikan intervensi dengan nilai
pengetahuan (p=0.000) dan nilai sikap (p=0.000).
Oleh karena itu, disarankan bagi pihak sekolah untuk memberikan edukasi
terkait menstrual hygiene dan bekerja sama kepada pihak tenaga kesehatan untuk
mengadakan penyuluhan kesehatan dan untuk siswi diharapkan untuk aktif dalam
mencari informasi menstrual hygiene.

Kata Kunci : Menstrual Hygiene, Media Vdeo, Pengetahuan, Sikap, ISR

Daftar Bacaan : 53 (2006-2020)

ii
FACULTY OF HEALTH SCIENCE
PUBLIC HEALTH STUDY POGRAM
MAJORING IN HEALTH PROMOTION
Undergraduated Thesis, July 2021

Intan Ratu Fahira, NIM : 11171010000028

The Effect of Menstrual Hygiene Videos on Knowledge and Attitudes Among


Female Students at MAN 21 Jakarta in 2021

xv + 85 pages, 10 tables, 2 charts, 3 attachments.

ABSTRACT

Menstrual hygiene practices require good handling because during menstruation


period the blood vessels in the uterus are easily infected because germs can easily enter
and cause diseases in the reproductive tract. In 2009, it was estimated that the incidence
of Reproductive Tract Infection (RTI) was about 2.3 million cases. Data from the
Ministry of Health of the Republic of Indonesia shows that in 2017, the number of STI
cases reported was 14,493 cases. Good knowledge will affect the attitudes thus
adolescents can do menstrual hygiene practices correctly. One of the efforts to increase
knowledge is by providing information through video media related to menstrual
hygiene.
This research was a quantitative study with a pre-post test study design
conducted among 50 students in grades 10 and 11 of MAN 21 Jakarta during January –
June 2021. The sampling technique used was simple random sampling.
The results showed that there was a significant effect on the increasing of
students' knowledge (p value=0.000) and attitudes (p value=0.000) after the intervention
was carried out.
Therefore, it is recommended that schools should provide education related to
menstrual hygiene and cooperate with health workers to conduct health education.
Furthermore, the students also need to be active in seeking menstrual hygiene
information.increasing students' knowledge and attitudes after being given an
intervention with knowledge scores (p=0.000) and attitude scores (p=0.000).

Keyword : Menstrual Hygiene, video media, Knowledge, Attitude, RTI


Reading List : 53 (2006-2020)

iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN

iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS

v
PERNYATAAN PERSETUJUAN

PENGARUH VIDEO MENSTRUAL HYGIENE TERHADAP PENGETAHUAN


DAN SIKAP PADA SISWI DI MAN 21 JAKARTA UTARA TAHUN 2021

Skripsi ini telah disetujui dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Sidang Skripsi
Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, 31 Agustus 2021


Disusun Oleh:

Intan Ratu Fahira


NIM. 11171010000028

Menyetujui, Menyetujui,
Pembimbing Skripsi Ketua Program Studi

Catur Rosidati, MKM


Raihana Nadra Alkaff, S.KM, MMA, P.hD
NIP. 197502102008012018
NIP. 197812162009012005

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2021 M / 1442 H

vi
HALAMAN PENGESAHAN

SKRIPSI

PENGARUH MEDIA VIDEO TERKAIT INFORMASI MENSTRUAL HYGIENE


TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PADA SISWI DI MAN 21
JAKARTA UTARA TAHUN 2021

Disusun Oleh:
Intan Ratu Fahira
NIM. 11171010000028

Telah diujikan
Pada Tanggal 10 September 2021

Ketua Sidang

Narila Mutia Nasir, SKM., MKM., Ph.D


NIP. 198006042003122017

Penguji I, Penguji II,

Hoirun Nisa, M.Kes., Ph.D Dela Aristi S,KM., MKM


NIP. 197904272005012005 NIDN. 200908802

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2021 H/ 1442 M

vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Intan Ratu Fahira


Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 24 Maret 1999
Alamat : Pondok Ungu Permai Blok AK 20 No. 6, RT005/013,
Babelan, Kabupaten Bekasi
Jenis Kelamin : Perempuan
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Email : Intan.ratuf17@mhs.uinjkt.ac.id
Telepon : 085776808824

Riwayat Pendidikan

2005 – 2011 : SDN Kaliabang Tengah III Kota Bekasi


2011 – 2014 : SMPIT Assu’adaa Kabupaten Bekasi
2014 – 2017 : MAN 21 Jakarta
2017 – 2021 : Peminatan Promosi Kesehatan
Jurusan Kesehatan Masyarakat
Fakultas Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

viii
KATA PENGANTAR

Assalammualaikum WR.WB.

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT dan Nabi Muhammad SAW atas segala

limpahan karunianya serta hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan

penelitian skripsi dengan judul “Pengaruh Media Video Terkait Informasi Menstrual

Hygiene Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Pada Siswi Di MAN 21 Jakarta Utara

Tahun 2021”. Peneliti menyadari bahwa penyusunan penelitian ini terwujud atas

bantuan, bimbingan, dukungan dan motivasi dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini

peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Allah SWT, atas berkah dan karunianya sehingga peneliti diberikan kemudahan juga

kelancarannya dalam menyelesaikan penelitian skripsi ini.

2. Kedua orang tua penulis yaitu, Firmansyah dan Nurmayasari dan adik kandung yaitu,

Amirul Mukminin dan Gusti Pangeran, juga teman terdekat Aldi Rangga Saputra

atas segala doa serta dukungan yang diberikan kepada peneliti sehingga peneliti

dapat menyelesaikan perkuliahan juga penelitian skripsi ini.

3. Ibu Dr. Zilhadia, MSi, Apt selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Catur Rosidati, S.KM, M.Kes, Ph.D Selaku Ketua Program Studi Kesehatan

Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Ibu Raihana Nadra Alkaff, SKM., MMA., Ph.D sebagai Dosen Pembimbing yang

banyak membantu serta memberi arahan, bimbingan juga dukungan selama

penyusunan penelitian skripsi.

ix
6. Ibu Narila Mutia Nasir, SKM., MKM., Ph.D, Ibu Hoirun Nisa, M.Kes., Ph.D dan Ibu

Dela Aristi, SKM., MKM., sebagai Dosen Penguji yang selalu memberikan saran

dan kritik positif dalam perkembangan penelitian ini.

7. Ibu dan Bapak Dosen Prodi Kesehatan Masyarakat yang telah membekali ilmu-ilmu

yang bermanfaat saat perkuliahan.

8. Teman-teman sambat yaitu, Shafira Rahmania, Inggar Ekaviani, Sekar Elok, Rizky

Wahyuni, Putri Mulia, Ria Diani dan Risma Meilina yang selalu mendengarkan

keluh kesah peneliti saat pengerjaan penelitian skripsi ini, terimakasih sudah mau

mendengarkan dan selalu menyemangati.

9. Teman-teman tempat berkeluh kesah yaitu Devi Januarista, Herdiani Novita D dan

Iqnes Restual yang selalu ada apabila peneliti membutuhkan hiburan, terimakasih

sudah mau menemani dan semoga selalu bahagia.

10. Teman-teman yang berjuang untuk hidup di dunia yaitu Mutiara Nurul, Dina Aulia,

Annisa F, Aslamiah, Fauziah H dan Rizky Awaliah. Semoga kita semua mampu

bertahan dan selalu bahagia.

11. Seluruh teman-teman peminatan Promosi Kesehatan dan Program Studi Kesehatan

Masyarakat Angkatan 2017 yang selalu menyemangati, mendukung dan memberikan

motivasi selama perkuliahan dan proses penyusunan proposal penelitian ini.

12. Teman-teman seperbimbingan “Bu Rai Squad” yang selalu menyemangati,

mendoakan juga bersama-sama memberikan arahan sehingga peneliti dapat

menyelesaikan penelitian ini.

Peneliti menyadari bahwa penyusunan dan penulisan skripsi penelitian ini masih

jauh dari kata sempurna sehingga sangat diharapkan kritik juga saran demi kemajuan

x
dan kesuksesan di masa yang akan datang. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat

untuk semua pihak.

Wasalammualaikum WR. WB.

Jakarta, Februari 2021

Intan Ratu Fahira

xi
DAFTAR ISI

ABSTRAK ................................................................................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ......................................................................................iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS .................................................................................................. v
PERNYATAAN PERSETUJUAN .............................................................................................vi
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................................................vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.................................................................................................. viii
KATA PENGANTAR .................................................................................................................ix
DAFTAR ISI ............................................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL....................................................................................................................... xv
DAFTAR BAGAN ..................................................................................................................... xvi
BAB I ............................................................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ............................................................................................................ 7
D. Manfaat Penelitian .......................................................................................................... 7
E. Ruang Lingkup Penelitian .............................................................................................. 8
BAB II .......................................................................................................................................... 9
A. Remaja ............................................................................................................................. 9
1. Definisi Remaja ............................................................................................................. 9
2. Perubahan Pada Remaja ................................................................................................ 9
B. Menstruasi ..................................................................................................................... 11
1. Definisi Menstruasi ..................................................................................................... 11
2. Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Menstruasi ................................................... 11
3. Fase Siklus Menstruasi ................................................................................................ 12
4. Gangguan Menstruasi .................................................................................................. 14
C. Perilaku Menstrual Hygiene ......................................................................................... 16
D. Dampak Perilaku Menstrual Hygiene yang Buruk Terhadap Kesehatan Reproduksi
21
E. Pengetahuan Menstrual Hygiene .................................................................................. 25
1. Definisi Pengetahuan................................................................................................... 25

xii
2. Tingkatan Pengetahuan ............................................................................................... 25
3. Penelitian Terkait Pengetahuan Menstrual Hygiene ................................................... 27
F. Sikap Menstrual Hygiene .............................................................................................. 27
1. Definisi Sikap .............................................................................................................. 27
2. Tingkatan Sikap........................................................................................................... 28
3. Penelitian Terkait Sikap Menstrual Hygiene............................................................... 29
G. Media Video Menstrual Hygiene .................................................................................. 29
1. Pengertian Media Video .............................................................................................. 29
2. Karateristik Media Video ............................................................................................ 30
3. Kelebihan dan Kelemahan Media Video..................................................................... 30
4. Penelitian Keefektifan Media Video Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Sikap 32
H. Kerangka Teori ............................................................................................................. 34
BAB III ....................................................................................................................................... 37
A. Kerangka Konsep .......................................................................................................... 37
B. Definisi Operasional ...................................................................................................... 38
C. Hipotesis ......................................................................................................................... 40
BAB IV ....................................................................................................................................... 41
A. Desain Penelitian ........................................................................................................... 41
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................................................... 41
C. Populasi dan Sampel ..................................................................................................... 41
D. Teknik Sampling ........................................................................................................... 43
E. Metode Pengumpulan Data .......................................................................................... 43
F. Media Video ................................................................................................................... 45
G. Proses Intervensi ........................................................................................................... 45
H. Instrumen Penelitian ..................................................................................................... 46
I. Uji Validitas dan Reliabilitas ....................................................................................... 48
J. Manajemen Data ........................................................................................................... 51
K. Analisis Data .................................................................................................................. 53
L. Etik Penelitian ............................................................................................................... 54
BAB V......................................................................................................................................... 55
HASIL PENELITIAN .............................................................................................................. 55
A. Profil Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 21 Jakarta.................................................... 55
1. Sejarah Singkat MAN 21 Jakarta ................................................................................ 55
2. Visi dan Misi MAN 21 Jakarta ................................................................................... 56

xiii
B. Hasil Analisis Data ........................................................................................................ 57
1. Analisis Univariat .......................................................................................................... 57
2. Analisis Bivariat ........................................................................................................ 63
BAB VI ....................................................................................................................................... 65
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 65
A. Keterbatasan Penelitian................................................................................................ 65
B. Karateristik Responden ................................................................................................ 65
C. Pengaruh media video terkait informasi menstrual hygiene terhadap nilai
pengetahuan responden ........................................................................................................ 67
D. Pengaruh media video terkait informasi menstrual hygiene terhadap sikap
responden ............................................................................................................................... 69
E. Kajian Keislaman .......................................................................................................... 71
BAB VII...................................................................................................................................... 79
SIMPULAN DAN SARAN ....................................................................................................... 79
A. Simpulan ........................................................................................................................ 79
B. Saran............................................................................................................................... 80
LAMPIRAN ............................................................................................................................... 90

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional ………………………………………..……...…..38


Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Variabel Pengetahuan ..........……………........…....49
Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Variabel Sikap .........................................................50
Tabel 4.3 Hasil Uji Reliabilitas Tiap Variabel .............………………....…….….51
Tabel 4.4 Kode Variabel .........................................................................................52
Tabel 5.1 Gambaran Karateristik Siswi MAN 21 Jakarta ......................................57
Tabel 5.2 Deskripsi Pengetahuan dan Sikap Siswi Sebelum dan Sesudah
Diberikan Media Video .........................................................................58
Tabel 5.3 Analisis Item Pertanyaan Variabel Pengetahuan Terkait Menstrual
Hygiene ...................................................................................................59
Tabel 5.4 Analisis Item Pertanyaan Variabel Sikap Terkait Menstrual
Hygiene ....................................................................................................61
Tabel 5.5 Pengaruh Media Video Terkait Informasi Menstrual Hygiene
Terhadap Pengetahuan dan Sikap Responden Sebelum Maupun
Sesudah Diberikan Intervensi ................................................................62

xv
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori ……………………………………………………...36


Bagan 3.1 Kerangka Konsep …………………………………………………..,.37

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pubertas adalah masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa

dewasa. Pubertas pada perempuan ditandai dengan datangnya menstruasi.

Menstruasi adalah haid pertama yang dialami perempuan yang umumnya terjadi

pada rentang usia 10-16 tahun dan ditandai dengan adanya perubahan tubuh

seperti pembesaran payudara, pinggul membesar, tumbuhnya rambut ketiak dan

rambut pubis. Menstruasi terjadi karena tidak adanya pembuahan sel telur

dengan sperma, sehingga lapisan dinding rahim yang sudah menebal menjadi

luruh (Pudiastuti, 2012).

Upaya yang dapat dilakukan oleh remaja usia sekolah setelah mengalami

menstruasi adalah menerapkan praktik menstrual hygiene. Menurut Clement

(2012) menstrual hygiene adalah bentuk perhatian atau perawatan simpatik,

emosional dan perhatian pada kebersihan diri saat menstruasi (Pertiwi &

Megatsari, 2018). Praktik menstrual hygiene memerlukan penanganan yang baik

dikarenakan saat menstruasi, pembuluh darah pada rahim mudah terinfeksi

karena kuman mudah masuk dan menimbulkan penyakit pada saluran reproduksi

(A, 2017). Hal ini disebabkan karena saat menstruasi berlangsung, leher rahim

terbuka untuk keluarnya darah menstruasi dan keadaan tersebut dapat menjadi

jalur bakteri untuk masuk ke dalam rahim sehingga dapat meningkatkan

seseorang terkena risiko infeksi menular seksual (House et al., 2012).

1
2

Praktik menstrual hygiene yang buruk menyebabkan remaja berisiko 1,4

sampai 25,07 kali terkena Infeksi Saluran Reproduksi (Sumpter & Torondel,

2013). Ini dibuktikan dengan data bahwa pada tahun 2009, diperkirakan bahwa

angka kejadian Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) sekitar 2,3 juta kasus (Berman

et al., 2009). Berdasarkan data WHO, lebih dari 1 juta IMS didapatkan setiap

hari. Pada tahun 2016, WHO memperkirakan sekitar 376 juta infeksi baru

dengan 1 dari 4 IMS yaitu klamidia (127 juta), kencing nanah (87 juta), sifilis

(6,3 juta), trikomoniasis (156 juta), herpes (500 juta) dan HPV pada wanita (300

juta) (WHO, 2020). Untuk wilayah Asia Tenggara, pada tahun 2008

diperkirakan 8 juta orang dewasa terinfeksi trikomoniasis, 9.3 juta orang

terinfeksi gonorhea, 12.3 juta terinfeksi sifilis dan 28.7 juta terinfeksi

Trichomonas vaginalis (WHO, 2008).

Menurut data Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, pada tahun

2017 jumlah kasus IMS dilaporkan sebanyak 14.493 kasus (Kemenkes RI,

2017). Pada tahun 2010, jumlah kasus IMS di Provinsi DKI Jakarta untuk

penyakit sifilis sebanyak 436 kasus dan pada tahun 2011 mengalami

peningkatan sebesar 605 kasus (Cicilia & Ismoyowanti, 2015).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh UNICEF tahun 2015 pada 16

sekolah di 4 provinsi di Indonesia tmenyatakan bahwa di daerah perkotaan

hanya 2/3 remaja putri yang mengganti pembalut setidaknya 4-8 jam sekali atau

setiap kali kotor, untuk daerah pedesaan 41% remaja putri mengganti

pembalutnya 4-8 jam sekali, sisanya 46% remaja putri mengganti pembalut

kurang dari dua kali sehari. Hal tersebut menandakan masih terdapat perilaku
3

buruk dalam mengganti pembalut sebagai salah satu upaya menjaga menstrual

hygiene (UNICEF, 2015). Selain dampak pada kesehatan, penelitian UNICEF

mengatakan bahwa ketidakcukupan air untuk mencuci, fasilitas sanitasi yang

buruk seperti toilet yang kecil dan tidak bersih serta kurangnya privasi yang

menyebabkan remaja putri tidak ingin mencuci pembalut di sekolah sehingga

saat menstruasi mereka memilih untuk tidak berangkat ke sekolah.

Perilaku menstrual hygiene tidak lepas kaitannya dari faktor-faktor yang

menyebabkan seseorang melakukan atau tidak melakukan menstrual hygiene

secara benar. Menurut Notoatmodjo (2014) perubahan perilaku kesehatan dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang

dalam berperilaku diantaranya adalah faktor pemudah (predisposisi), faktor

penguat (reinforcing) dan faktor pendukung (enabling).

Kurangnya pengetahuan terhadap sistem reproduksi khususnya

menstruasi berdampak pada sikap individu menghadapi menstruasi. Hal ini

dikarenakan, pengetahuan akan membawa remaja putri untuk berusaha siap saat

mengalami menstruasi (Rhomawati et al., 2014). Seperti penelitian yang

dilakukan oleh Lestariningsih (2015) didapatkan bahwa dari 117 siswi kelas

VIII di SMP Negeri 1 Terbanggi Besar Lampung Tengah sebanyak 48 siswi

(41%) memiliki pengetahuan yang kurang terkait praktik personal hygiene saat

menstruasi dan sebanyak 69 siswi (59%) memiliki pengetahuan baik terkait

praktik personal hygiene saat menstruasi.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Yunus & Parahita (2018) di SMP

Negeri 10 Pangkalpinang didapatkan hasil bahwa 33,8% siswi memiliki


4

pengetahuan kurang terkait perilaku menstrual hygiene, 26% siswi memiliki

pengetahuan cukup dan 40% siswi memiliki pengetahuan baik dan sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Devita & Kardiana (2017) menyebutkan

bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan personal hygiene saat

menstruasi pada siswi di MA Hasanah Pekanbaru.

Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek apabila

seseorang dihadapkan dengan suatu stimulus yang menimbulkan respons. Sikap

positif cenderung mendorong seseorang berperilaku positif dan sebaliknya, sikap

negatif cenderung mendorong seseorang berperilaku negatif (Putri &

Setianingsih, 2016). Seperti penelitian yang dilakukan oleh Pemiliana et al.

(2019) pada 45 siswi di SMA Etislandia Medan menunjukkan bahwa 22 siswi

(48,9%) memiliki sikap positif terhadap personal hygiene saat menstruasi dan 23

siswi (51,1%) memiliki sikap negatif terhadap personal hygiene saat menstruasi

seperti beberapa siswi membersihkan alat kelamin dengan air bersih dari

belakang (anus) ke depan (vagina).

Pengetahuan terkait menstrual hygiene dapat ditingkatkan melalui

berbagai upaya, salah satunya yaitu dengan memberikannya media promosi

kesehatan, yaitu media video. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Yumaeroh

& Susanti (2019) menunjukkan mean pada pretest pengetahuan sebelum

diberikan media video sebesar 10,13 dan pada post-test setelah diberikan media

video sebesar 16,58. Hal tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan

pengetahuan remaja setelah diberikan informasi melalui media video. Pemberian

informasi menstrual hygiene dengan menggunakan media video dilakukan


5

sebanyak dua kali kepada sasaran penelitian agar penyerapan informasi dapat

berjalan dengan maksimal. Didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh

Andriani (2020) pada anak usia sekolah dasar dengan memberikannya intervensi

sebanyak dua kali didapatkan hasil bahwa ada pengaruh intervensi dengan

menggunakan media video terhadap pengetahuan dan sikap anak.

Selain itu, pada penelitian yang dilakukan oleh Yusnita & Nurmaria

(2016) di Lampung yang membuktikan perbedaan pengaruh memberikan

informasi dengan media poster, video maupun leaflet pada peningkatan

pengetahuan PHBS didapatkan hasil bahwa kenaikan rata-rata post-test

menggunakan media poster sebesar 17,32 lalu rata-rata post-test menggunakan

media leaflet sebesar 11,64 dan rata-rata post-test menggunakan media video

sebesar 62,60. Hal ini membuktikan bahwa media video lebih efektif untuk

meningkatkan pengetahuan remaja putri. Menurut Larassati & Rumintang

(2018) semakin dewasa seseorang, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang

akan lebih baik dalam berpikir sehingga hal tersebut akan mempengaruhi

perilaku seseorang sehingga dapat mendukung proses pelaksanaan pemberian

informasi kesehatan melalui media video.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada bulan

Oktober 2020, dari 38 responden siswi MAN 21 Jakarta Utara yang telah

mengalami menstruasi, sebesar 60.5% (23) responden tidak mengetahui apa itu

perilaku menstrual hygiene, sebesar 34.2% (13) responden tidak mengganti

pembalut minimal 4-5 jam sekali, lalu sebesar 26.3% (10) responden tidak

mencuci tangan sebelum mengganti pembalut dan sebesar 15.8% (6) responden
6

tidak mencuci tangan sesudah mengganti pembalut. Lalu, setengahnya

responden yaitu 50% (19) responden tidak keramas saat menstruasi dan 63.2%

(24) responden tidak menggunting kuku saat menstruasi. Ini membuktikan

bahwa perilaku menstrual hygiene siswi masih buruk

Penelitian terkait perilaku menstrual hygiene sudah banyak diteliti baik

faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku menstrual hygiene maupun

gambaran terkait perilaku menstrual hygiene. Tetapi, masih banyak yang belum

menggali terkait media yang tepat untuk digunakan dalam menyampaikan

informasi menstrual hygiene pada siswi di bangku sekolah menengah atas.

Dikarenakan penelitian ini berfokus pada pemberian intervensi melalui

media video peneliti mengambil perubahan pengetahuan dan sikap yang dapat

diukur dalam waktu cepat. Walaupun perilaku tidak dapat diukur dengan waktu

yang cepat, pengetahuan suatu memori dan sikap pada saat itu dapat diukur

dalam waktu yang singkat. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengetahui

lebih lanjut terkait Pengaruh Video Menstrual Hygiene Terhadap Pengetahuan

dan Sikap Pada Siswi Di MAN 21 Jakarta Utara Tahun 2021.

B. Rumusan Masalah

a) Bagaimana gambaran pengetahuan dan sikap siswi di MAN 21 Jakarta

Utara tahun 2021 terkait informasi menstrual hygiene sebelum diberikan

video?

b) Bagaimana gambaran pengetahuan dan sikap siswi di MAN 21 Jakarta

Utara tahun 2021 terkait informasi menstrual hygiene sesudah diberikan

video?
7

c) Bagaimana pengaruh media video terhadap tingkat pengetahuan dan sikap

siswi di MAN 21 Jakarta Utara tahun 2021 terkait informasi menstrual

hygiene?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh video menstrual hygiene terhadap

pengetahuan dan sikap pada siswi di MAN 21 jakarta utara tahun 2021

2. Tujuan Khusus

a) Diketahuinya gambaran pengetahuan dan sikap siswi di MAN 21

Jakarta Utara tahun 2021 terkait informasi menstrual hygiene

sebelum diberikan video.

b) Diketahuinya gambaran pengetahuan dan sikap siswi di MAN 21

Jakarta Utara tahun 2021 terkait informasi menstrual hygiene

sesudah diberikan video.

c) Diketahuinya pengaruh media video terhadap tingkat

pengetahuan dan sikap siswi di MAN 21 Jakarta Utara tahun

2021 terkait informasi menstrual hygiene.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Siswi di MAN 21 Jakarta Utara

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan siswi

sehingga memiliki kesadaran untuk melakukan perilaku menstrual

hygiene yang baik sehingga tidak terjadi dampak yang ditimbulkan

apabila tidak menerapkan menstrual hygiene. Selain itu, penelitian ini


8

dapat menjadi bahan edukasi dan informasi bagi siswi agar lebih peduli

terhadap kesehatan reproduksinya untuk upaya pencegahan gejala serta

penyakit akibat perilaku menstrual hygiene yang buruk.

2. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pustaka

sekaligus masukan terkait pendidikan kesehatan untuk pihak sekolah

dalam upaya meningkatkan perilaku menstrual hygiene pada siswi.

3. Bagi Peneliti dan Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan

pengetahuan peneliti dan peneliti selanjutnya serta dapat dijadikan

sebagai bahan acuan penelitian selanjutnya terkait perilaku menstrual

hygiene maupun beberapa hal yang berkaitan.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh video menstrual

hygiene terhadap pengetahuan dan sikap pada siswi di MAN 21 Jakarta Utara

tahun 2021. Adapun responden pada penelitian ini ialah siswi kelas 10 dan 11 di

MAN 21 Jakarta Utara. Pengambilan data primer menggunakan metode

kuesioner dalam jaringan (google form) dengan melakukan intervensi melalui

media video menstrual hygiene yang disebar pada bulan Januari-Juni 2021.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi Pre-Post Test

dan menggunakan teknik Simple Random Sampling sebagai metode

pengambilan sampel
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Remaja

1. Definisi Remaja

Masa remaja yaitu masa perubahan atau peralihan dari kanak-kanak

menuju masa dewasa yang meliputi adanya perubahan biologis, psikologis

maupun perubahan sosial. Masa remaja umumnya dimulai pada usia 10-13

tahun dan berakhir pada rentang usia 18-22 tahun. Menurut World Health

Organization (WHO) remaja dapat diartikan sebagai individu yang sedang

mengalami masa peralihan untuk mencapai kematangan seksual, mengalami

adanya perubahan jiwa dari jiwa kanak-kanak menjadi dewasa dan

mengalami adanya perubahan keadaan ekonomi dari memiliki

ketergantungan menjadi lebih mandiri (Notoatmodjo, 2015).

Remaja yaitu anak yang berusia 13-25 tahun, dimana usia 13 tahun yaitu

batas usia pubertas yang secara biologis sudah mengalami kematangan

seksual. Usia 25 tahun yaitu usia yang secara psikologis dan sosial remaja

sudah mampu mandiri (Notoatmodjo, 2015).

2. Perubahan Pada Remaja

Ada dua aspek dalam perubahan remaja, menurut Notoatmodjo (2015)

dua aspek tersebut yaitu :

a. Perubahan Fisik (Pubertas)

9
10

Masa remaja diawali dengan adanya pubertas, pubertas adalah

terjadinya perubahan fisik yang dapat diamati seperti pertambahan tinggi

dan berat badan atau yang biasa disebut pertumbuhan pada remaja dan

kematangan seksual hasil dari perubahan hormonal. Pada remaja

perempuan, kematangan seksual tejadi pada usia 9-15 tahun ditandai

dengan menarche (menstruasi pertama), dada membesar, tumbuh rambut

kemaluan dan pembesaran pada panggul.

b. Perubahan Psikologis

Masa peralihan antara masa kanak-kanak menjadi masa dewasa

sering kali membuat remaja dihadapkan pada situasi yang

membingungkan, di satu sisi ia masih kanak-kanak dan di sisi lain ia

harus bertingkah laku seperti orang dewasa. Situasi-situasi tersebut dapat

menimbulkan konflik yang menyebabkan remaja dapat bertingkah laku

aneh, canggung dan kalau tidak dikontrol dapat menimbulkan kenakalan.

Masa remaja sering disebut masa krisis, masa pancaroba juga pencarian

identitas.

Pada masa remaja, labilnya emosi berkaitan dengan perubahan

hormonal dalam tubuh. Remaja sering merasakan marah, sensitif, bahkan

perbuatan nekad. Ketidakstabilan emosi ini membuat remaja mempunyai

rasa ingin tahu dan mencari tahu. Pertumbuhan intelektual pada remaja

membuat mereka bersikap kritis, tersalur melalui sikap yang bersifat

eksperimen dan eksploratif. Sikap seperti ini jika diarahkan dengan baik

akan membuat remaja mandiri, cerdas juga berguna.


11

B. Menstruasi

1. Definisi Menstruasi

Menstruasi merupakan pendarahan vagina secara berkala akibat

terlepasnya lapisan endometrium uterus sekitar 14 hari (Hijrah, 2015).

Menstruasi juga dapat diartikan sebagai kondisi pendarahan pada perempuan

karena tidak adanya pembuahan sel telur oleh sperma, sehingga lapisan

dinding rahim (endometrium) yang menebal untuk persiapan kehamilan

menjadi luruh. Dikarenakan seorang perempuan tidak mengalami kehamilan,

maka siklus menstruasi terjadi setiap bulannya (Sinaga et al., 2017).

Menarche atau menstruasi pertama kali yang dialami oleh remaja putri

biasanya terjadi pada rentang usia 10-16 tahun yang merupakan pergantian

antara masa anak-anak menjadi masa remaja (Sularmi et al., 2014). Seorang

perempuan akan mengalami menarche diikuti dengan pertumbuhan fisik

yang ditandai oleh tumbuhnya rambut pada ketiak dan daerah vagina,

pertumbuhan payudara, serta panggul mulai melebar. Selain perubahan fisik,

organ reproduksi juga mengalami perkembangan dan perubahan untuk

mempersiapkan menarche (Sularmi et al., 2014).

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa menstruasi

adalah keadaan normal keluarnya darah dari organ reproduksi perempuan

karena tidak dibuahi oleh sperma yang terjadi setiap bulan.

2. Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Menstruasi

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi menstruasi, menurut Kusmiran

(2012) yaitu :
12

a. Faktor Hormon

Hormon-hormon yang mempengaruhi menstruasi pada perempuan

yaitu luteinizing hormone (LH) yang dihasilkan oleh hipofisis, folicle

stimulating hormone (FSH) yang dikeluarkan oleh hipofisis dan ovarium

yang menghasilkan hormon steroid yaitu estrogen dan progesteron.

b. Faktor Enzim

Di endometrium terdapat enzim hidrolitik yang merusak sel dan

berperan di dalam sintesis protein untuk mengganggu metabolisme yang

mengakibatkan regresi endometrium dan juga pendarahan.

c. Faktor Prostaglandin

Di dalam endometrium terdapat banyak prostaglandin E2 dan F2.

Adanya disentegrasi dalam endometrium, prostaglandin dapat terlepas

dan menyebabkan berkontraksinya miometrium sebagai faktor untuk

membatasi pendarahan pada menstruasi.

d. Faktor Vaskular

Pembentukan sistem vaskularisasi dalam lapisan fungsional

endometrium terjadi pada fase poliferasi yang mengakibatkan terjadinya

nekrosis dan pendarahan dengan pembentukan hematom.

3. Fase Siklus Menstruasi

Siklus menstruasi merupakan waktu sejak hari pertama seorang

perempuan menstruasi sampai datang menstruasi periode berikutnya (Sinaga

et al., 2017). Dalam prosesnya, siklus menstruasi terbagi menjadi empat fase
13

yang pasti dialami oleh perempuan. Menurut Khamzah (2015) empat fase

tersebut yaitu :

a. Fase Menstruasi

Fase menstruasi adalah fase pertama dalam siklus menstruasi. Pada

fase ini, dinding rahim luruh disertai dengan keluarnya darah dan

berlangsung dari hari ke1 sampai hari ke-7. Fase menstruasi terjadi

karena ovum tidak dibuahi oleh sperma sehingga korpus luteum

menghentikan produksi hormon estrogen dan progesteron. Menurunnya

produksi hormon estrogen dan progesteron ini mengakibatkan lepasnya

ovum dari endometrium yang disertai luruhnya endometrium sehingga

terjadi pendarahan. Darah yang keluar saat menstruasi berlangsung

berkisar antara 50-150 ml.

b. Fase Praovulasi

Fase kedua siklus menstruasi adalah fase praovulasi yang disebut

juga sebagai fase follicular dan terjadi antara hari ke-1 menstruasi

sampai ovulasi. Jika tak ada kehamilan, maka masuk ke fase

pascaovulasi. Pada fase ini terjadi adanya pematangan ovum dalam

ovarium setelah sebelumnya terjadi pembentukan sel telur. Pematangan

ovum terjadi karena adanya kadar estrogen yang meningkat dalam tubuh.

Fase ini berlangsung mulai dari hari ke-7 sampai hari ke-13.

c. Fase Ovulasi

Terjadinya fase ini ketika sel telur sudah matang dan siap untuk

dibuahi atau fase ini bisa disebut sebagai masa suburnya seorang
14

perempuan. Seorang perempuan biasanya mengalami ovulasi sekitar 14

hari sebelum dimulainya menstruasi.

d. Fase Pascaovulasi

Fase pascaovulasi akan datang apabila tidak terjadinya

pembuahan pada fase ovulasi. Fase pascaovulasi ini bisa disebut masa

kemunduran karena sel telur tidak dibuahi oleh sperma (fertilisasi). Jika

fertilisasi tidak terjadi, maka siklus menstruasi akan kembali pada fase

pertama yaitu fase menstruasi.

4. Gangguan Menstruasi

Ada beberapa gangguan menstruasi yang dialami oleh perempuan.

Menurut Manuaba et al. (2009) gangguan smenstruasi dibedakan menjadi

dua yaitu :

a. Gangguan Jumlah Darah dan Lama Haid

1) Hipermenorea

Jumlah darah yang dikeluarkan cukup banyak dari menstruasi

normal, dapat dilihat dari gumpalan darah dan jumlah pembalut yang

dipakai. Penyebab terjadinya hipermenorea pada perempuan

kemungkinan terdapatnya polip endometrium, pembesaran rahim

atau penebalan dinding rahim.

2) Hipomenorea

Jumlah darah yang dikeluarkan sedikit dari darah yang

dikeluarkan saat menstruasi normal. Penyebab terjadinya


15

hipomenorea kemungkinan adanya kondisi perempuan yang

kekurangan gizi atau penyakit tertentu.

b. Gangguan Siklus Menstruasi

1) Polimenorea

Siklus menstruasi yang sering terjadi pada wanita dan abnormal.

Siklus ini lebih pendek dari menstruasi normal yaitu kurang dari 21

hari dengan pendarahan kurang lebih sama.

2) Oligomenorea

Siklus menstruasi ini lebih lama dari menstruasi normal yaitu

melebihi 35 hari. Jumlah pendarahan kurang lebih sama dan

penyebab siklus menstruasi ini adalah adanya gangguan hormonal.

3) Amenorea

Siklus menstruasi ini yaitu keterlambatan menstruasi pada

perempuan lebih dari 3 bulan berturut-turut. Amenorea primer terjadi

ketika seorang perempuan tidak mengalami menstruasi sejak kecil

dan penyebabnya adalah kelainan anatomis alat kelamin (tidak

terbentuknya rahim, tidak ada liang vagina ataupun gangguan

hormonal). Amenorea sekunder terjadi ketika seorang perempuan

pernah mengalami menstruasi dan selanjutnya berhenti lebih dari 3

bulan dan penyebabnya yaitu gangguan hormonal, gangguan gizi dan

metabolisme, adanya tumor alat kelamin atau penyakit menahun.

Lalu amenorea fisiologis terjadi ketika seorang perempuan sejak


16

lahir sampai menarkhe, terjadi saat kehamilan atau menyusui sampai

batas tertentu dan mati haid.

C. Perilaku Menstrual Hygiene

Perilaku dalam aspek biologis adalah suatu aktivitas organisme yang

bersangkutan dan perilaku manusia hakikatnya adalah aktivitas dari dirinya

sendiri yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. Secara

operasional perilaku yaitu respon seseorang atau organisme terhadap suatu

rangsangan (stimulus) dari luar objek (Notoatmodjo, 2015).

Menstrual hygiene adalah bentuk perhatian atau perawatan simpatik,

emosional dan perhatian pada kebersihan diri saat menstruasi. Perilaku yang

termasuk dalam menstrual hygiene diantaranya adalah perawatan area

genital, personal hygiene, pembalut, diet hingga olahraga. (Pertiwi &

Megatsari, 2018). Menstrual hygiene pada remaja menjadi isu kritis sebagai

determinan status kesehatan remaja yang nantinya akan berpengaruh pada

kehidupan masa tua karena menstrual hygiene yang buruk menjadi faktor

risiko terjadinya masalah kesehatan seperti infeksi alat reproduksi

(Lestariningsih, 2015).

Menjaga kebersihan diri saat menstruasi merupakan aspek penting dari

pendidikan terkait kesehatan bagi remaja putri karena pola yang ditanamkan

pada masa remaja cenderung bertahan sampai dewasa. Praktek-praktek yang

berhubungan dengan kebersihan saat menstruasi bukan hanya penggunaan

pembalut dan mencuci darah genitalia saja tetapi, kebersihan diri secara

menyeluruh sehingga tidak menyebabkan adanya masalah kesehatan ataupun


17

masalah organ genitalia seperti gatal disekitar alat kemaluan hingga bau

tidak sedap (Gustina & Djannah, 2015).

Ada beberapa perawatan diri yang perlu diperhatikan selama menstruasi.

Menurut House, et al. (2012) perempuan harus mengganti pembalut

setidaknya 4-6 jam sekali agar pembalut dapat menyerap darah secara

maksimal dan organ reproduksi tidak lembab sehingga tidak menjadi sumber

bakteri. Selain itu juga, pembalut yang digunakan harus bersih dan memiliki

bahan yang lembut serta nyaman. Perempuan perlu mandi 2 kali sehari

disertai mencuci rambut setidaknya 2 kali sehari agar rambut tidak lembab

dan kotor. Terkait sarana prasarana, perlu adanya fasilitas yang nyaman

untuk mencuci dan mengganti pembalut, ketersediaan air bersih yang

memadai serta adanya sabun untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah

mengganti pembalut.

Menurut UNICEF (2016) ada beberapa rhal yang perlu dilakukan saat

menstruasi berlangsung bagi remaja putri yaitu :

1. Saat pertama kali menstruasi hendaknya berkomunikasi dengan orangtua

ataupun keluarga dan jangan khawatir.

2. Gunakan pembalut sekali pakai ataupun pembalut kain. Pembalut sekali

pakai hanya dapat digunakan sekali pemakaian dan harus dibuang.

Pembalut kain dapat digunakan berkali-kali dengan cara mencucinya

hingga bersih setelah menggunakannya.

3. Gantilah pembalut setiap 3-4 jam sekali saat menstruasi berlangsung agar

tidak menimbulkan bau tidak sedap dan penyakit pada vagina.


18

4. Cuci tangan menggunakan sabun dan air bersih sebelum dan sesudah

mengganti pembalut.

5. Mandi dengan mencuci rambut, membasuh badan menggunakan sabun

dan sikat gigi agar tubuh bersih.

Menstrual hygiene tidak hanya membersihkan organ yang berkaitan

dengan alat reproduksi saja melainkan berkaitan dengan seluruh aspek tubuh

yang dimiliki. Menurut Sinaga et al (2017) beberapa tindakan yang harus

diperhatikan saat menstruasi berlangsung seperti :

1. Perawatan kulit dan wajah

Wajah merupakan bagian yang sensitif saat menstruasi dikarenakan

kelenjar sebascus meningkat sehingga produksi kelenjar minyak akan

meningkat. Oleh karena itu, dianjurkan untuk mencuci muka 2-3 kali

sehari untuk mencegah timbulnya jerawat pada wajah.

2. Kebersihan Rambut

Mencuci rambut saat menstruasi sangat dianjurkan karena saat

menstruasi berlangsung, kulit kepala mengalami adanya perubahan

hormon.

3. Kebersihan Tubuh

Kebersihan tubuh saat menstruasi perlu diperhatikan seperti mandi 2

kali sehari dengan menggunakan sabun dan air bersih. Sangat dianjurkan

jika perempuan mengalami nyeri haid sebaiknya mandi dengan air

hangat. Saat mandi, perlunya membersihkan organ reproduksi terluar


19

dengan membasuh menggunakan air bersih. Ketika membasuh organ

reproduksi, terutama setelah buang air besar (BAB) diharuskan

membasuhnya dari arah depan ke belakang (dari vagina ke arah anus)

karena jika dilakukan sebaliknya, kuman dari anus akan akan terbawa ke

depan dan dapat masuk ke dalam vagina. Saat membersihkan vagina

tidak perlu menggunakan cairan pembersih karena cairan tersebut dapat

mendatangkan bakteri yang menyebabkan infeksi. Apabila menggunakan

sabun, diperlukan sabun dengan pH 3,5 contohnya sabun bayi.

Selanjutnya vagina dapat dikeringkan dengan tissue toilet.

4. Kebersihan pakaian sehari-hari

Celana dalam yang baik yaitu berbahan katun dan tidak ketat juga

dapat mencover daerah pinggul agar dapat menompang pembalut dengan

kuat. Pemakaian celana dalam yang ketat dapat membuat sirkulasi udara

terhambat sehingga dapat menyebabkan keringat yang membuat vagina

lembab.

5. Penggunaan pembalut

Saat awal menstruasi, biasanya darah yang keluar sangat banyak.

Oleh karena itu, dianjurkan untuk mengganti pembalut lebih dari 3 kali

sehari atau durasi waktunya 3-4 jam sekali. Jika pembalut jarang diganti,

pembalut akan kotor oleh darah dan ini menyebabkan bakteri dan jamur

dapat bersarang di sekitar pembalut. Saat menggunakan pembalut sekali

pakai maka sebelum dibuang hendaknya dicuci terlebih dahulu lalu lipat

dan gulung dengan rapih, kemudian dibungkus kertas dan masukkan ke


20

kantung plastik dan buang ke tempat sampah. Tidak diperbolehkan untuk

membuang di kloset kamar mandi.

6. Mencuci celana dalam saat menstruasi

Saat menstruasi terkadang celana dalam lebih kotor dari biasanya

dikarenakan adanya bercak darah yang menempel dan sulit dihilangkan.

Untuk mengatasinya, celana dalam dapat dicuci dengan air hangat lalu

tambahkan sabun mandi atau sabun mild agar bercak darah lebih cepat

hilang. Tidak dianjurkan memakai deterjen karena akan mengubah sifat

dari celana dalam. Jika bercak darah sulit dihilangkan, celana dalam

dapat direndam selama setengah jam sebelum dicuci.

Selain itu, penting mengetahui bagaimana membersihkan organ

reproduksi pada perempuan selama menstruasi. Menurut Sinaga et al

(2017) yaitu :

1. Mencuci tangan dengan sabun dan air bersih sebelum dan sesudah

mengganti pembalut.

2. Membasuh organ reproduksi dengan air bersih dari arah depan (vagina)

ke arah belakang (anus) agar kuman yang ada di anus tidak berpindah ke

daerah vagina.

3. Keringkan vagina dengan tissue toilet ataupun handuk yang berbahan

halus agar tidak lembab.

4. Pakailah pembalut yang bersih dan nyaman.


21

Dikarenakan aspek penggunaan pembalut sangat penting selama

menstruasi, berikut adalah tips menerapkan kebersihan pembalut menurut

Hanifah & Utami (2012) :

1. Gunakan pembalut yang tidak mengandung gel karena dapat

menyebabkan iritasi pada daerah vagina.

2. Beli pembalut di tempat yang tertutup agar kebersihan terjaga.

3. Simpan pembalut di tempat yang kedap udara agar kotoran tidak dapat

masuk.

4. Dianjurkan untuk mengganti pembalut saat menstruasi setiap 3-4 jam

sekali agar terhindar dari iritasi.

5. Saat mengganti pembalut, cucilah dengan bersih kemudian bungkus

dengan kertas dan buanglah ke tempat sampah. Untuk pembalut kain,

rendam dengan air hangat.

D. Dampak Perilaku Menstrual Hygiene yang Buruk Terhadap Kesehatan

Reproduksi

Perilaku menstrual hygiene yang buruk dapat menimbulkan berbagai

penyakit, salah satunya yait penyakit Infeksi saluran reproduksi. Perempuan

dalam kelompok usia reproduksi memiliki risiko terhadap penyakit Infeksi

Saluran Reproduksi (ISR) yaitu saat mengalami menstruasi, kehamilan dan

persalinan. Menurut Puspitaningrum (dalam Nisa et al., 2020) penyebab utama

penyakit ISR yaitu imunitas yang lemah (10%), perilaku personal hygiene yang

kurang saat menstruasi (30%) dan penggunaan pembalut yang kurang sehat saat

menstruasi (50%).
22

Infeksi saluran reproduksi disebabkan oleh organisme yang berada di

saluran reproduksi seperti bakteri, virus maupun jamur. Menurut Kemenkes RI

(2016) berdasarkan penyebaran infeksi, ISR memiliki beberapa jenis diantaranya

adalah :

a) Infeksi Endogen

Menurut Yayasan Mitra Inti dan Kelompok Studi Penyakit Menular

Seksual Indonesia (2006) Infeksi Endogen yaitu pertumbuhan berlebih dari

organisme yang berada pada kondisi normal di saluran reproduksi seperti :

1) Kandidiasis Vulvovaginatis

Gejala yang dapat dilihat dari penyakit ini adalah cairan vagina

kental berwarna putih tampak seperti susu basi bergumpal, organ

reproduksi terasa gatal, vulva merah dan bengkak. Penyebab dari

penyakit ini yaitu sejenis jamur Candida albicans.

2) Vaginosis Bakterial

Gejala yang dapat dilihat dari penyakit ini adalah cairan organ

reproduksi berwarna keabu-abuan dan berbau amis, vulva terasa gatal.

Penyebab dari penyakit ini yaitu campuran Gardnerella vaginalis dan

bakteri anaerob.

b) Infeksi Menular Seksual (IMS)

Infeksi menular seksual yaitu infeksi yang ditularkan melalui hubungan

seksual (Hanifah & Utami, 2012). Diantaranya adalah :

1) Gonore (Kencing nanah)


23

Gejala yang dilihat pada penyakit ini seperti keputihan kental

warna kekuningan dan kadang-kadang terasa nyeri di rongga panggul.

Penyebab dari gonore yaitu bakteri Neisseria gonorrhoeae.

2) Sifilis (Raja singa)

Gejala yang timbul jika mengalami sifilis yaitu ada tiga tahap :

1. Primer

Munculnya bisul pada minggu pertama hingga keenam di bagian

tubuh yang tersentuh luka sifilis orang lain tetapi tidak

menimbulkan rasa sakit dan tetap bisa menularkan sifilis ke orang

lain.

2. Sekunder

Munculnya ruam atau gatal pada kulit yang mengandung bakteri

sehingga orang yang tersentuh dapat tertular. Gejala lainnya yaitu

demam, sakit kepala, radang tenggorokan dan rambut rontok.

Walaupun gejala ini akan hilang tetapi dapat muncul dikemudian

hari dan tetap bisa menularkan ke orang lain.

3. Tersier

Orang yang terinfeksi akan mengalami gejala yang parah karena

bakteri dapat merusak otak, jantung, mata, hati, tulang dan sendi.

3) Klamidia

Gejala yang timbul yaitu cairan vagina encer dan berwarna putih

kekuningan, rasa nyeri di rongga panggul dan mengalami pendarahan


24

setelah berhubungan seksual. Penyebab dari infeksi ini yaitu bakteri

Chiamydia trachomatis.

4) Herpes Genital

Saat orang pertama kali terinfeksi herpes, gejala yang muncul

yaitu tidak nafsu makan, nyeri saat kencing, demam, pusing dan lemas.

Bentol-bentol akan muncul lima tahun kemudian. Penyebab herpes

yaitu Virus Herpes simplex.

5) Trikomoniasis

Gejala yang timbul adalah cairan vagina encer, berwarna kuning

kehijauan, berbusa dan berbau busuk. Vulva bengkak, kemerahan dan

gatal sehingga tidak membuat nyaman. Penyakit ini disebabkan oleh

protozoa yaitu Trichomonas vaginalis.

6) Human Papiloma Virus (HPV)

HPV memiliki tipe yang beragam, yaitu HPV yang menyebabkan

kanker dan HPV yang menyebabkan adanya kutil kelamin. HPV yang

menyebabkan kanker sering disebut “infeksi diam” karena tidak ada

gejala yang jelas sehingga seseorang yang mengalaminya tidak akan

menyadarinya. HPV yang menyebabkan kutil kelamin tidak akan

menyebabkan kanker.

7) HIV&AIDS

Gejala yang akan timbul jika seseorang mengalami HIV yaitu

pada dua hingga empat minggu seseorang akan mengalami flu dan tidak

ada gejala hingga bertahun-tahun sehingga seseorang yang


25

mengalaminya tidak akan menyadarinya. Gejala yang mungkin muncul

hanya diare, hilangnya berat badan, radang tenggorokan, sariawan,

nyeri otot, sakit kepala hingga lemas.

c) Infeksi Iatrogenik (PRP)

Infeksi yang terjadi karena dilakukannya tindakan medis seperti aborsi

yang tidak sesuai atau proses persalinan yang tidak dilakukan dengan benar.

E. Pengetahuan Menstrual Hygiene

1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil “tahu” yang terjadi setelah seseorang telah

melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui

pancaindra manusia seperti indra pendengaran, penglihatan, penciuman,

rasa dan raba. Perilaku yang didasarkan pada pengetahuan akan bertahan

lama daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo,

2015).

Pengetahuan yang kurang dapat mempengaruhi perilaku kesehatan

seseorang. Jika pengetahuan baik maka sikap yang diterapkan akan baik dan

jika pengetahuan buruk maka sikap yang diterapkan akan buruk. Bila

pengetahuan menstrual hygiene seseorang buruk maka akan berisiko terkena

penyakit saluran reproduksi (Devita & Kardiana, 2017).

2. Tingkatan Pengetahuan

Berikut merupakan tingkatan pengetahuan menurut Notoatmodjo (2015)

yaitu :

1) Tahu (know)
26

Tahu yaitu mengingat kembali materi yang dipelajari sebelumnya

ataupun rangsangan yang telah diterima. Tingkat ini merupakan

tingkatan pengetahuan paling rendah. Untuk mengukur bahwa seseorang

telah mempelajari sesuatu pada sebelumnya dapat menanyakannya pada

kata kerja seperti menguraikan sesuatu, mendefinisikan sesuatu atau

menguraikan sesuatu.

2) Memahami (comprehension)

Memahami merupakan kemampuan untuk menjelaskan dan

mengintrepetasikan materi yang diketahui secara benar.

3) Aplikasi (application)

Aplikasi merupakan kemampuan menggunakan materi yang

dipelajari sebelumnya pada kondisi sebenarnya.

4) Analisis (Analysis)

Analisis merupakan kemampuan untuk menjabarkan materi yang

dipelajari sebelumnya kedalam komponen-komponen, tetapi masih

dalam struktur organisasi tersebut dan berkaitan satu sama lain.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis merupakan kemampuan meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian kedalam keseluruhan bentuk yang baru.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi merupakan kemampuan melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap materi yang berdasarkan pada kriteria-kriteria

tertentu.
27

3. Penelitian Terkait Pengetahuan Menstrual Hygiene

Banyak remaja yang memiliki pengetahuan minim terkait personal

hygiene saat menstruasi. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Yumaeroh

& Susanti (2019) didapatkan bahwa remaja putri memiliki pengetahuan

kurang terkait menstrual hygiene dengan didapatkan sebanyak 48 responden

(77%). Hal ini dibuktikan dengan banyaknya remaja putri yang sering

menggunakan pantyliner daripada pembalut dan remaja putri tidak

mengetahui bahwa adanya jamur atau kutu disekitar alat kelamin

dikarenakan manajemen kebersihan menstruasi yang buruk. Hal ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Setiyaningrum & Putri (2015) yang

didapatkan hasil bahwa 46,1% (47 responden) mengetahui tentang

menstrual hygiene dan sebanyak 53,9% (55 responden) tidak mengetahui

menstrual hygiene.

F. Sikap Menstrual Hygiene

1. Definisi Sikap

Sikap yaitu respon atau reaksi seseorang yang masih tertutup terhadap

stimulus dan objek. Sikap tidak dapat dilihat secara langsung tetapi dapat

ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku tertutup (Notoatmodjo, 2015).

Sikap seseorang dapat menunjukkan suka atau tidak sukanya orang tersebut

terhadap objek melalui suatu tindakan yang dilakukan (Lestariningsih,

2015).

Menurut Allport (dalam Notoatmodjo, 2015) sikap memiliki tiga

komponen pokok yaitu :


28

a) Kepercayaan, ide dan konsep terhadap objek.

b) Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap objek.

c) Kecenderungan untuk bertindak.

Komponen ini memiliki peranan penting terhadap sikap seseorang

untuk membentuk suatu sikap yang utuh (total attitude). Aspek seperti

pengetahuan, berpikir, kepercayaan dan emosi memegang peranan penting

untuk membentuk sikap.

2. Tingkatan Sikap

Ada empat tingkatan terkait sikap menurut Notoatmodjo (2015) yaitu

sebagai berikut :

1) Menerima (receiving)

Menerima yaitu seseorang (subjek) mau dan memperhatikan suatu

stimulus yang diberikan (objek).

2) Merespons (responding)

Merespons yaitu memberi jawaban apabila ada yang bertanya,

mengerjakan sesuatu dan menyelesaikan tugas yang diberikan oleh orang

lain. Karena usaha untuk menjawab seseorang itu bermakna bahwa orang

tersebut merespons sikap.

3) Menghargai (valuing)

Menghargai yaitu mengajak orang lain untuk mengerjakan dan

mendiskusikan suatu hal.

4) Bertanggung jawab (responsible)


29

Bertanggung jawab atas segala hal yang dipilih dengan segala risiko

yang siap dihadapi merupakan suatu sikap yang paling tinggi.

3. Penelitian Terkait Sikap Menstrual Hygiene

Sikap merupakan suatu hal yang dilakukan seseorang untuk bertindak.

Sikap terkait menstrual hygiene remaja putri sangat jauh dari kata cukup.

Banyaknya remaja putri yang memiliki pengetahuan minim mengakibatkan

sikap yang mereka lakukan juga tidak baik. Seperti penelitian yang

dilakukan oleh Lestariningsih (2015) bahwa sekitar 57 responden (48.7%)

memiliki sikap yang negatif terhadap menstrual hygiene.

G. Media Video Menstrual Hygiene

1. Pengertian Media Video

Media merupakan sebuah alat saluran komunikasi yang memiliki tujuan

untuk membantu dan mempermudah keperluan dan aktivitas bagi yang akan

memanfaatkannya. Kata “media” yaitu berasal dari bahasa latin dan bentuk

jamak dari kata medium. Secara harfiah, media berarti perantara, yaitu

perantara antara sumber pesan dengan penerima pesan (Indriana, 2011).

Istilah video berasal dari bahasa latin yaitu dari kata “vidi” atau “visum”

yang memiliki arti melihat atau mempunyai daya penglihatan (Munir,

2012). Video merupakan media dengan tipe audio visual yang melibatkan

unsur gerak dan dapat menyampaikan pesan yang besifat edukatif.

Kesimpulan yang dapat diambil dari penjelasan diatas adalah bahwa

Suatu media yang dapat menyampaikan pesan atau informasi kesehatan


30

yang mengandung unsur audio dan visual sehingga dapat dikemas dengan

sangat menarik.

2. Karateristik Media Video

Media video memiliki karateristik yang berbeda dengan media lain.

Untuk menghasilkan sebuah media yang dapat menyampaikan informasi

dengan menarik dan benar, maka media video mempunyai karateristik.

Menurut Haryoko (2009) video mempunyai karateristik secara umum,

antara lain :

a) Menampilkan gambar dengan gerak dan suara secara bersamaan.

b) Mampu menampilkan sebuah benda yang tidak mungkin masuk ke

suatu tempat dimana pemberian informasi berlangsung karena benda

terlalu besar (misalkan; gunung), terlalu kecil (misalkan; bakteri),

terlalu abstrak (misalkan; bencana), terlalu rumit (misalkan; proses

produksi barang), terlalu jauh (misalkan; kehidupan di kutub), dan lain

sebagainya.

c) Mampu mempersingkat proses, misalnya proses penyemaian padi

hingga panen.

d) Memungkinkan adanya sebuah rekayasa yaitu animasi.

3. Kelebihan dan Kelemahan Media Video

Menurut Siregar, et. al (2020) sebuah media memiliki kelebihan juga

kelemahannya masing-masing, begitu juga dengan media video. Berikut

kelebihan dan kelemahan media video yaitu :

a) Kelebihan
31

1) Media video memberikan sebuah stimulus pada pancaindra

penglihatan dan pendengaran, pancaindra yang menyalurkan

pengetahuan paling banyak keotak yaitu mata sebesar 75%-87%

melainkan pancaindra lain dapat menyalurkan pengetahuan hanya

sebesar 13%-25% sehingga materi yang disampaikan dapat

maksimal.

2) Media video mampu menampilkan dan menjelaskan suatu proses,

kejadian di masalalu atau sejarah di masa lampau.

3) Media video dapat diakses dimana saja, kapan saja dan oleh siapa

saja jika dimasukkan kedalam platform media sosial.

4) Pembuatan video menggunakan berbagai kreatifitas seperti teknik-

teknik warna, gerak lambat atau animasi sehingga dapat menarik

perhatian.

5) Media video lebih realistis karena dapat ditonton secara berulang

kali atau dihentikan sesuai dengan kebutuhan.

6) Media video dapat menarik minat penonton, menghemat waktu

karena dapat diputar secara langsung dan dapat dinikmati berkali-

kali tanpa mengubah isi video.

b) Kelemahan

1) Biaya produksinya relatif mahal.

2) Membutuhkan ide, konsep dan kreatifitas yang perlu dipikirkan

secara matang.
32

3) Membutuhkan waktu yang lama untuk membuat dan mengedit

video.

4) Partisipasi jarang diperhatikan.

4. Penelitian Keefektifan Media Video Terhadap Peningkatan Pengetahuan

dan Sikap

Pemberian informasi kesehatan kepada remaja putri dapat dilakukan

dengan berbagai upaya salah satunya yaitu dengan diberikannya media

video terkait menstrual hygiene. Penggunaan media video sangat efektif

untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap siswi karena media video

melibatkan banyak alat indera untuk menerima lalu mengolah informasi

sehingga semakin besar isi informasi maka semakin mudah informasi

tersebut dimengerti (Rosyidah & Winarni, 2016).

Pemilihan media video sebagai media pemberian informasi menstrual

hygiene dikarenakan media ini mengandung audio maupun visual yang

menarik dan tidak monoton dengan menampilkan gambar, gerak dan suara

sehingga remaja putri memiliki ketertarikan untuk melihat isi video yang

ditampilkan (Kapti et al., 2013).

Penelitian yang dilakukan oleh Hartati et al. (2020) terkait personal

hygiene saat menstruasi pada siswi di MTS Kota Langsa menunjukkan

bahwa media video sangat efektif untuk meningkatkan pengetahuan dan

sikap siswi dibuktikan sebelum diadakannya intervensi, siswi menjawab

pertanyaan pengetahuan dengan skor nilai tertinggi yaitu 15 dan setelah

diberikan intervensi mengalami peningkatan dengan skor nilai tertinggi


33

yaitu 17. Untuk pertanyaan sikap, sebelum diadakannya intervensi dengan

media video siswi mendapat skor yaitu 50 dan setelah diberikan intervensi

skor mengalami peningkatan menjadi 63.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kapti et al

(2013) pada ibu yang memiliki balita di dua rumah sakit Kota Malang

dengan memberikannya intervensi terkait diare pada balita dengan

menggunakan media video. Didapatkan hasil bahwa rata-rata nilai

pengetahuan dan sikap ibu mengalami peningkatan sesudah diberikan media

video. Sebelum diberikan media video rata-rata nilai pengetahuan sebesar

19,46 dan sesudah diberikan media video mengalami peningkatan sebesar

82,31 dan untuk rata-rata nilai sikap sebelum diberikan media video sebesar

10,47 dan mengalami peningkatan sesudah diberikan media video sebesar

87,07.

Penelitian yang dilakukan oleh Alini & Indrawati (2018) terkait

efektivitas media baik media video maupun media leaflet didapatkan bahwa

rata-rata nilai pengetahuan sebelum diberikan media video terkait SADARI

pada remaja putri sebesar 7,89 dan sesudah diberikan media video terkait

SADARI meningkat menjadi 11,33. Pada media leaflet, sebelum diberikan

media leaflet rata-rata pengetahuan remaja putri terkait SADARI sebesar

6,17 dan sesudah diberikan leaflet sebesar 9,78.


34

H. Kerangka Teori

Lawrence Green dan Kreuter mengembangkan model pendekatan yang

digunakan untuk mendiagnosis masalah kesehatan, penetapan prioritas masalah

serta evaluasi perilaku untuk intervensi kesehatan yaitu PRECEDE

(Predisposing, Reinforcing and Enabling Causes in Educational Diagnosis and

Evaluation) dan PROCEED (Policy, Regulatory, Organizational Construct in

Educational and Environmental Development) yang digunakan untuk kriteria,

pelaksanaan dan evaluasi kebijakan (Notoatmodjo, 2014).

Perilaku manusia menurut Teori Green dipengaruhi oleh tiga faktor

utama yaitu faktor predisposisi, faktor reinforcing dan faktor enabling

(Notoatmodjo, 2014). Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku,

yaitu :

1) Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi atau faktor pemudah adalah faktor yang mendasari

terjadinya perilaku manusia. Faktor ini mencakup pengetahuan, sikap,

tradisi atau kepercayaan masyarakat yang berkaitan dengan kesehatan,

sistem nilai yang dianut oleh masyarakat sekitar, tingkat sosial ekonomi,

tingkat pendidikan, dll (Notoatmodjo, 2014).

2) Faktor Reinforcing

Faktor reinforcing yaitu faktor penguat untuk terjadinya perilaku

tertentu. Faktor penguat dapat menjadi positif maupun negatif tergantung

pada kemampuan individu yang berkaitan. Faktor ini bukan hanya dari diri

sendiri melainkan meliputi sikap dan perilaku lingkungan sekitar seperti


35

keluarga, tokoh masyarakat, tokoh agama, tenaga kesehatan maupun

undang-undang atau peraturan pemerintah yang berkaitan dengan kesehatan

(Notoatmodjo, 2014).

3) Faktor Enabling

Faktor enabling atau pendukung merupakan faktor pemungkin. Faktor ini

dapat mempermudah atau menghambat seseorang untuk memiliki niat

dalam merubah perilaku tertentu. Faktor enabling mencakup ketersediaan

sarana dan prasarana terkait kesehatan, paparan informasi maupun

kemampuan ekonomi. (Notoatmodjo, 2014).

Berdasarkan tinjauan teori, maka penelitian ini menggunakan Teori

Green dimana perubahan perilaku dipengaruhi oleh faktor predisposisi, faktor

reinforcing dan faktor enabling sebagai teori yang digunakan untuk

menggambarkan faktor yang mempengaruhi perilaku menstrual hygiene. Bagan

dari teori Green yaitu :


36

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Sumber : Teori Green dan Kreuter (dalam Notoatmodjo, 2014)


BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Dari kerangka teori disebutkan bahwa banyak faktor yang dapat

mempengaruhi perilaku menstrual hygiene. Oleh karena itu, dapat disimpulkan

bahwa faktor pengetahuan dan sikap menjadi salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi perilaku seseorang dimana kedua faktor tersebut dapat

ditingkatkan melalui pemberian intervensi kesehatan. Peneliti tidak melakukan

penelitian untuk melihat perubahan perilaku responden dikarenakan variabel

perilaku memerlukan waktu yang lama dan tidak bisa dilakukan hanya dalam

sekali intervensi.

Bagan 3.1 Kerangka Konsep

Sebelum Intervensi Perlakuan


Sesudah Intervensi
1. Pre test pengetahuan
Memberikan video 1. Post-Test pengetahuan
terkait menstrual hygiene
kesehatan terkait terkait menstrual hygiene
2. Pre test sikap terkait menstrual hygiene 2. Post-Test sikap terkait
menstrual hygiene
menstrual hygiene

37
38

B. Definisi Operasional

Tabel 3.2 Definisi Operasional


Definisi Operasional Alat Cara Skala
No Variabel Ukur Ukur Hasil Ukur
Ukur
Variabel Independen
1 Pengetahuan Hal yang diketahui Kuesioner Memberikan Skor Interval
Pre Test oleh responden terkait (google 15 pertanyaan Nilai
kebersihan diri saat form) terkait
menstruasi sebelum pengetahuan
diberikan media video menstrual
menstrual hygiene hygiene
seperti, definisi
menstruasi, rentang
usia menarche,
mencuci tangan
sebelum dan sesudah
mengganti pembalut,
cara membasuh organ
reproduksi, frekuensi
mengganti pembalut,
frekuensi mengganti
celana dalam, bahan
celana dalam saat
menstruasi, alat dan
bahan untuk
membersihkan organ
reproduksi,
membersihkan
rambut saat
menstruasi,
memotong kuku saat
menstruasi, cara
membuang pembalut
sekali pakai dan
dampak jika tidak
menerapkan perilaku
menstrual hygiene.
39

2 Sikap Pendapat responden Kuesioner Memberikan Skor Interval


Pre Test sebelum diberikan (google 12 pernyataan Nilai
media video form) terkait sikap
menstrual hygiene menstrual
terhadap pentingnya hygiene
perilaku kebersihan
diri saat menstruasi.
Variabel Dependen
1 Pengetahuan Hal yang diketahui Kuesioner Memberikan Skor Interval
Post-Test oleh responden terkait (google 15 pertanyaan Nilai
kebersihan diri saat form) terkait
menstruasi sesudah pengetahuan
diberikan media video menstrual
menstrual hygiene hygiene
seperti, definisi
menstruasi, rentang
usia menarche,
mencuci tangan
sebelum dan sesudah
mengganti pembalut,
cara membasuh organ
reproduksi, frekuensi
mengganti pembalut,
frekuensi mengganti
celana dalam, bahan
celana dalam saat
menstruasi, alat dan
bahan untuk
membersihkan organ
reproduksi,
membersihkan
rambut saat
menstruasi,
memotong kuku saat
menstruasi, cara
membuang pembalut
sekali pakai dan
dampak jika tidak
menerapkan perilaku
menstrual hygiene.
40

2 Sikap Pendapat responden Kuesioner Memberikan Skor Interval


Post-Test sesudah diberikan (google 12 pernyataan Nilai
media video form) terkait sikap
menstrual hygiene menstrual
terhadap pentingnya hygiene
perilaku kebersihan
diri saat menstruasi.

C. Hipotesis

a. Ada perbedaan pengetahuan siswi sebelum dan sesudah diberikan media

video terkait perilaku menstrual hygiene.

b. Ada perbedaan sikap siswi sebelum dan sesudah diberikan media video

terkait perilaku menstrual hygiene.


BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan

desain studi Pre-Post Test. Peneliti menggunakan desain studi Pre-Post Test

dikarenakan responden akan diberikan intervensi berupa media video menstrual

hygiene lalu mengisi kuesione pre test maupun post-test.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Sekolah Madrasah Aliyah Negeri (MAN)

21 Jakarta Utara dan waktu pengumpulan data dilakukan pada bulan Januari

hingga bulan Juni tahun 2021.

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah seluruh unsur yang menjadi subjek penelitian, sedangkan

sampel adalah sebagian dari jumlah atau karateristik populasi yang akan diteliti

dan ditarik kesimpulan (Masturoh & Anggita, 2018). Populasi yang digunakan

dalam penelitian ini adalah siswi di MAN 21 Jakarta Utara kelas 10 dan 11

berjumlah 246 siswi tahun ajaran 2020-2021. 246 siswi ini merupakan eligible

populasi yaitu populasi yang dapat memenuhi kriteria inklusi maupun kriteria

eksklusi. Adapun kriteria inklusi pada penelitian ini yaitu siswi yang sudah

mengalami menstruasi.

41
42

Untuk menghitung besar sampel, jumlah sampel minimal ditentukan

menggunakan rumus uji hipotesis beda rata-rata berpasangan (paired) yaitu

sebagai berikut :
2
𝜎2 [𝑍1−𝛼/2 + 𝑍1−𝛽 ]
𝑛=
(µ1 − µ2)2

Keterangan :

n : Jumlah sampel minimal yang diperlukan

𝑍1−𝛼/2 : Derajat kemaknaan 5%

𝑍1−𝛽 : Kekuatan uji (95%) = 1,64

𝜎 : Standar deviasi skor pengetahuan = 1,482 (Meidiana et al. 2018)

µ1 : Rata-rata skor pengetahuan sebelum intevensi = 8,60 (Meidiana et al.

2018)

µ2 : Rata-rata skor pengetahuan sesudah intevensi = 9,40 (Meidiana et al.

2018)

Berdasarkan pertimbangan besar sampel diatas, maka sampel minimum

yang didapatkan dari uji hipotesis beda rata-rata berpasangan yaitu dibutuhkan

sebanyak 45 sampel. Untuk mengantisipasi hilangnya kuesioner atau adanya

data yang kurang maka sampel ditambahkan sebesar 10% menjadi 50 sampel.

Sebelumnya pada penelitian ini, peneliti memiliki 100 sampel yang

berpartisipasi dan terbagi menjadi dua kelompok yaitu 50 sampel pada


43

kelompok kontrol dan 50 sampel pada kelompok intervensi. Namun untuk

kepentingan penelitian, peneliti hanya menampilkan kelompok intervensi yang

berjumlah 50 sampel.

D. Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dengan menggunakan

simple random sampling. Adapun langkah-langkah untuk menentukan sampel

penelitian adalah :

1) Peneliti meminta daftar absen kepada pihak sekolah yang digunakan sebagai

kerangka sampel untuk mengundi sampel.

2) Setelah menghitung besar sampel dan didapatkan sebanyak 50 sampel

peneliti mulai melakukan pengundian sampel.

3) Pengundian sampel dilakukan dengan menggunakan software microsoft

excel sesuai dengan kelas sampel lalu pada kolom excel akan dibuat tabel

untuk mengundi sampel penelitian dengan rumus yang sudah disediakan

oleh microsoft excel.

E. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan oleh

peneliti ada dua cara, yaitu metode pengumpulan data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Pengumpulan data secara primer pada penelitian ini dilaksanakan dengan

memberikan intervensi atau perlakuan berupa video kesehatan pada siswi di

MAN 21 Jakarta Utara. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini berupa
44

kuesioner pretest dan posttest dalam bentuk google form secara daring. Siswi

yang terpilih melalui metode simple random sampling akan dimasukkan

kedalam grup Whatsapp sebagai sampel penelitian. Pada hari pertama

dilakukannya penelitian, peneliti akan membagikan link zoom meeting dan

tiap responden harus masuk kedalam zoom meeting tersebut. Saat seluruh

responden sudah masuk ke dalam zoom meeting peneliti akan membagikan

kuesioner pretest melalui google form untuk diisi oleh responden sekitar 10

menit lalu disusul dengan menayangkan video dan memberikan kuesioner

posttest. Pada hari kedua peneliti hanya menyebarkan media video menstrual

hygiene dengan memberikan link akun youtube peneliti yang bersifat pribadi

dan hanya bisa ditonton oleh responden ke whatsapp group. Pada hari ketiga,

peneliti kembali memberikan link zoom meeting kepada responden dan tiap

responden harus masuk ke dalam zoom meeting. Setelah seluruh responden

masuk, peneliti menayangkan video kesehatan lalu memberikan posttest

untuk diisi kembali kepada responden.

2. Data Sekunder

Metode pengumpulan data secara sekunder oleh peneliti dilakukan

dengan mencari dan mengumpulkan sumber referensi penunjang penelitian

seperti data-data terkait faktor yang berhubungan dengan menstrual hygiene,

data IMS mulai dari tingkat global, regional, nasional hingga tingkat

provinsi serta menelaah berbagai sumber pustaka yang berkaitan dengan

topik penelitian ini.


45

F. Media Video

Peneliti tidak mengembangkan media video dari awal melainkan hanya

mengambil video dari sumber lain menggunakan platform youtube untuk

mencari video yang layak. Setelah menemukan beberapa video yang bersumber

dari platform youtube milik UNICEF, HIPWEE dan Poltekkes Kemenkes III,

peneliti lalu mengedit dan menggabungkan video tersebut sesuai dengan

kebutuhan penelitian. Video terkait informasi menstrual hygiene berdurasi 06.39

menit dan diawali dengan pembukaan video yang menjelaskan kesehatan

reproduksi, pentingnya menjaga kesehatan reproduksi bagi remaja, cara menjaga

kesehatan reproduksi lalu menjelaskan menstruasi dan diakhiri dengan

memberikan informasi terkait menstrual hygiene yang benar. Pada saat

berlangsungnya intervensi, responden pada penelitian ini menonton video

melalui dua platform yaitu pada hari pertama dan terakhir, responden menonton

video melalui zoom meetings yang diputar oleh peneliti. Lalu pada hari kedua,

peneliti hanya membagikan link youtube kepada responden di grup Whatsapp

untuk ditonton kembali.

G. Proses Intervensi

1. Peneliti membuat video terkait menstrual hygiene. Video yang dibuat adalah

video gabungan yang bersumber dari platform youtube dan diedit kembali

oleh peneliti sesuai dengan kebutuhan penelitian.

2. Berkunjung ke sekolah tempat sasaran penelitian untuk memberikan surat

dan menanyakan kepada wakil kesiswaan/guru BK daftar absensi dan nomor

telepon kelas 10 dan 11.


46

3. Membuat grup whatsapp berisi 50 responden yang sudah dipilih melalui

teknik simple random sampling.

4. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan selama 3 hari dimulai dari tanggal 14

Juni 2021 sampai 16 Juni 2021.

5. Pada hari pertama penelitian tepatnya hari senin, 14 Juni 2021 pukul 14.20

WIB peneliti memberikan link zoom meetings ke grup whatsapp dan

menunggu responden masuk ke dalam zoom meetings selama 10 menit. Pada

pukul 14.30 peneliti membuka kegiatan lalu memberikan pretest untuk diisi

oleh responden selama 10 menit. Setelah itu, peneliti menayangkan video

menstrual hygiene.

6. Pada hari kedua penelitian, tepatnya hari selasa, 15 Juni 2021 pukul 19.00

WIB peneliti membagikan video menstrual hygiene dengan link akun

youtube peneliti yang bersifat pribadi ke grup whatsapp responden.

7. Pada hari ketiga penelitian, tepatnya hari rabu, 16 Juni 2021 pukul 14.20

WIB peneliti kembali membagikan link zoom meetings dan menunggu

responden untuk masuk ke dalam zoom meetings. Lalu setelah itu peneliti

menayangkan video kesehatan dilanjut dengan pengisian post-test.

H. Instrumen Penelitian

a) Kuesioner

Kuesioner dalam penelitian ini berisi pertanyaan-pertanyaan yang

berkaitan dengan pengetahuan dan sikap terkait menstrual hygiene pada

siswi di MAN 21 Jakarta Utara. Kuesioner dalam penelitian ini bersifat

tertutup sehingga responden hanya dapat menjawab pertanyaan sesuai


47

dengan apa yang telah disediakan oleh peneliti. Kuesioner penelitian akan

dibuat dalam bentuk (Google Form) dan berisi persetujuan (Informed

Consent). Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

beberapa item pertanyaan peneliti membuat sendiri berdasarkan video

menstrual hygiene yang didapat juga mengadopsi dari penelitian Yadav et

al., (2017) dan Yiadom et al., (2018) disesuaikan dengan kebutuhan peneliti

dan telah di uji kembali validitas dan reabilitasnya.

b) Pengukuran

1) Pengetahuan

Variabel ini diukur dengan menggunakan kuesioner yang terdiri

dari pertanyaan dengan tipe jawaban benar atau salah. Hasil akhirnya

berupa penetapan nilai pengetahuan berdasarkan total nilai yang

diperoleh. Setiap jawaban responden yang benar akan diberi nilai 1

dan jawaban salah diberi nilai 0. Nilai terendah yaitu 0 dan nilai

tertinggi 15 apabila responden menjawab pertanyaan dengan benar.

2) Sikap

Variabel ini diukur dengan menggunakan skala likert. Dalam

kuesioner tedapat dua pernyataan yaitu pernyataan yang mengarah ke

menstrual hygiene yang benar (favorable) dan pernyataan yang tidak

mengarah ke menstrual hygiene yang benar (unfavorable). Kedua

pernyataan ini memiliki 4 pilihan jawaban tetapi memiliki penilaian

yang berbeda yaitu :

a) Pernyatan bersifat favorable :


48

1 : Sangat Tidak Setuju

2 : Tidak Setuju

3 : Setuju

4 : Sangat Setuju

b) Pernyataan bersifat unfavorable :

1 : Sangat Setuju

2 : Setuju

3 : Tidak Setuju

4 : Sangat Tidak Setuju

Nilai dari masing-masing pernyataan akan

diakumulasikan lalu hasil akhirnya berupa skor hasil sikap.

I. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas bertujuan untuk mengukur apakah penelitian dilakukan

dengan instrumen yang valid dan reliabel, sampel mendekati jumlah populasi,

pengumpulan serta analisis data dilakukan dengan cara yang benar. Selain uji

validitas, uji reliabilitas perlu dilakukan untuk melihat kemampuan kuesioner

dalam menghasilkan nilai yang sama atau konsisten dalam setiap pengukuran

pada penelitian (Masturoh & Anggita, 2018).

Uji coba instrumen terkait validitas dan reliabilitas ini dilakukan kepada

31 orang responden yang merupakan siswi di sebuah sekolah daerah Jakarta

yang memiliki karateristik yang sama seperti sampel penelitian. Kemudian, data

yang didapat akan diolah menggunakan software SPSS untuk mengetahui hasil
49

uji validitas dengan melihat nilai Scale Corrected Item-Total Correlation dan

untuk hasil uji reliabilitas dengan melihat nilai Alpha Cronbach.

1. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur ketepatan dan

kecermatan pertanyaan dalam instrumen. Kuesioner yang berisi beberapa

pertanyaan dapat dikatakan valid apabila setiap butir pertanyaan memiliki

keterkaitan yang tinggi. Umumnya keterkaitan ini dicerminkan oleh

korelasi jawaban antar pertanyaan (Ovan & Saputra, 2020). Uji validitas

pada penelitian ini yaitu dengan cara melakukan pengujian pada tiap

pertanyaan, Item dinyatakan valid jika memiliki nilai Scale Corrected

Item-Total Correlation melebihi nilai R tabel pada df = n – 2 dan α = 0,05

(Duli, 2019). Berikut ini merupakan hasil uji validitas pada tiap butir

kuesioner berdasarkan variabel.

Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Variabel Pengetahuan

Pertanyaan r hitung r tabel Keterangan

B1 0,338 0,355 Tidak Valid


B2 0,410 0,355 Valid
B3 0,640 0,355 Valid
B4 0,456 0,355 Valid
B5 0,515 0,355 Valid
B6 0,576 0,355 Valid
B7 0,670 0,355 Valid
B8 0,575 0,355 Valid
B9 0,647 0,355 Valid
B10 0,196 0,355 Tidak Valid
50

B11 0,672 0,355 Valid


B12 0,640 0,355 Valid
B13 0,474 0,355 Valid
B14 0,602 0,355 Valid
B15 0,276 0,355 Tidak Valid

Berdasarkan hasil uji validitas, dapat diketahui bahwa terdapat

tiga item pertanyaan pada variabel pengetahuan yang tidak valid karena r

hitung < r tabel. Namun peneliti tidak menghapus pertanyaan tersebut

karena pertanyaan tersebut sangat penting sehingga peneliti hanya

memodifikasi ulang pertanyaan.

Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Variabel Sikap

Pertanyaan r hitung r tabel Keterangan

C1 0,743 0,355 Valid


C2 0,819 0,355 Valid
C3 0,415 0,355 Valid
C4 0,511 0,355 Valid
C5 0,779 0,355 Valid
C6 0,118 0,355 Tidak Valid
C7 0,780 0,355 Valid
C8 0,438 0,355 Valid
C9 0,734 0,355 Valid
C10 0,422 0,355 Valid
C11 0,554 0,355 Valid
C12 0,191 0,355 Tidak Valid
51

Berdasarkan hasil uji validitas, dapat diketahui bahwa terdapat

dua item pertanyaan pada variabel sikap yang tidak valid karena r hitung <

r tabel. Namun peneliti tidak menghapus pertanyaan tersebut karena

pertanyaan tersebut sangat penting sehingga peneliti hanya memodifikasi

ulang pertanyaan

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui tingkat konsistensi

sebuah kuesioner. Suatu instrumen dapat dikatakan reliabel apabila

instrumen dapat dipergunakan secara berulang dan menunjukkan hasil

pengukuran yang sama (Ovan & Saputra, 2020).

Tabel 4.3 Hasil Uji Reliabilitas Tiap Variabel

Variabel Nilai Alpha Cronbach

Pengetahuan 0,786

Sikap 0,596

Berdasarkan hasil uji reliabel dapat dikatakan bahwa variabel

pengetahuan memiliki nilai Alpha Cronbach yaitu 0,786 dan pada variabel

sikap memiliki nilai Alpha Cronbach yaitu 0,596.

J. Manajemen Data

1. Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan bagian dari penelitian setelah tahap

pengumpulan data. Pengolahan data mentah yang telah dikumpul akan


52

diolah atau dianalisis sehingga data tersebut akan berubah menjadi informasi

(Masturoh & Anggita, 2018).

1) Pengodean Data (Data Coding)

Pengodean data adalah bentuk kegiatan yang membuat

lembaran kode pada jawaban responden sesuai dengan alat ukur

yang digunakan, salah satunya adalah kuesioner. Tujuan

pengodean data ini untuk memudahkan peneliti dalam mengolah

dan menganalisis data. Kode kuesioner akan dijelaskan pada tabel

sebagai berikut :

Tabel 4.4 Kode Variabel

No. Variabel Kode Jumlah

1 Identitas Responden A1-A5 5

2 Pengetahuan B1-B15 15

3 Sikap C1-C12 12

2) Pengeditan Data (Data Editing)

Menyunting data adalah tahap dimana data yang

dikumpul dari hasil pengisian kuesioner oleh responden disunting

kelengkapan jawabannya. Jika dalam tahapan ini ternyata

ditemukan ketidaklengkapan dalam penfhgisian jawaban oleh

responden, maka harus melakukan pengumpulan data ulang

seperti menemui atau menghubungi responden.

3) Memasukkan Data (Data Entry)


53

Memasukkan data yang telah responden isi dalam

kuesioner dan diberi kode pada masing-masing variabel. Data

dimasukkan ke software komputer untuk memudahkan proses

analisis data. Adapun software yang digunakan yaitu SPSS.

4) Pembersihan Data (Data Cleaning)

Tujuan dari tahap pembersihan data yaitu untuk

memastikan tidak adanya kesalahan dalam memberi kode atau

pengetikan sehingga data dapat dianalisis.

K. Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat yaitu analisa untuk menganalisis variabel yang ada

pada penelitian. Tujuan dari analisis univariat yaitu untuk melihat distribusi

frekuensi variabel pada masing-masing variabel yaitu variabel pengetahuan

dan sikap siswi sebelum dan sesudah diberikan intervensi video kesehatan.

Data yang sudah dianalisis akan disajikan dalam berbagai bentuk seperti

statistik, tabel atau grafik.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat bertujuan untuk menguji hubungan antara dua variabel

didalam penelitian, variabelnya yaitu variabel dependen dan independen.

Analisis data ini menggunakan analisis Uji Wilcoxon Signed Rank Test.

Peneliti menggunakan uji Wilcoxon Signed Rank Test sebagai uji analisis

untuk melihat perbedaan pengetahuan dan sikap siswi sebelum dan sesudah

diberikan intervensi video kesehatan.


54

L. Etik Penelitian

Penelitian ini telah mendapatkan persetujuan etik (ethical approval)

dengan nomor Un.01/F.10/KP.01.1/KE.SP/06.08.024/2021 yang diterbitkan oleh

Komisi Etik Kesehatan Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.
BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Profil Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 21 Jakarta

1. Sejarah Singkat MAN 21 Jakarta

MAN 21 Jakarta adalah sebuah lembaga pendidikan setingkat SLTA di

bawah naungan Kementerian Agama. MAN 21 Jakarta berdiri pada tahun

2009. Pada awalnya lembaga ini filial atau kelas jauh dari MAN 5 Jakarta.

Akan tetapi secara lambat laun Berdasarkan Surat Keputusan Menteri

Agama Republik Indonesia Nomor 93 Tahun 2009 tanggal 19 Juni 2009

lembaga ini dipercaya menjadi lembaga indipenden dan berubah nama

menjadi Madrasah Aliyah Negeri 21 Jakarta. Pembangunan Gedung MAN

21 Jakarta diresmikan oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen Agama

Provinsi DKI Jakarta pada tanggal 03 Januari 2009.

Pada awal berdiri, MAN 21 Jakarta hanya memiliki beberapa ruang kelas

yang digunakan untuk kelas X (Sepuluh), XI (Sebelas) dan XII (duabelas)

pada program jurusan IPA dan IPS. Beberapa tahun kemudian, sehubungan

dengan adanya Kurikulum 2013, MAN 21 Jakarta memiliki kelas peminatan

yang terbagi menjadi tiga peminatan yaitu peminatan agama, MIA

(Matematika dan Ilmu Alam) dan IIS (Ilmu-ilmu Sosial). Pada tahun 2020,

jumlah siswa di MAN 21 Jakarta sebanyak 545 siswa dengan kelas sebanyak

15 kelas dan pada tiap angkatan memiliki 5 kelas.

55
56

MAN 21 Jakarta berlokasi di Jalan Tambun Rengas No. 48 RT.001

RW.007 Kel. Rorotan. Kec. Cilincing. Kota Jakarta Utara. DKI Jakarta

dengan letak geografis Latitude (Lintang) -6.1578799 dan Longitude (Bujur)

106.9556265 Dataran Rendah. Nomor Statistik Madrasah (NSM)

131131720002 dan Nomor Pokok Nasional Sekolah (NPSN) 20177972.

2. Visi dan Misi MAN 21 Jakarta

Untuk mewujudkan sekolah berbasis islami, MAN 21 Jakarta memiliki

Visi yaitu, “Terwujudnya Madrasah Yang Unggul Dalam Prestasi,

Kompetitif dan Berakhlak Mulia”. Untuk mencapai Visi tersebut, MAN 21

Jakarta mengembangkan Misi sebagai berikut:

a. Melaksanakan pembelajaran yang efektif untuk mengembangkan daya

piker,kalbu dan fisik secara optimal.

b. Melaksanakan pengayaan untuk mempersiapkan siswa yang unggul

dalam kompetisi akademik dan Non Akademik.

c. Melaksanakan ibadah fardhu secara berjamaah dan menumbuhkan cinta

sunah serta kegiatan keislaman lainnya.

d. Menggelorakan semangat berbuat kebaikan pada setiap diri warga

madrasah.

e. Mendidik siswa berbudaya lokal untuk memperkuat budaya nasional

serta memiliki daya saing global.

f. Menumbuhkan dan mengembangkan pola pikir dan tindakan yang

mencerminkan budaya mutu dan akhlaq mulia dalam kehidupan sehari-

hari.
57

g. Melaksanakan pembinaan berbagai bidang olah raga sehingga siswa

memiliki daya fisik yang sehat dan tangguh.

h. Menyelenggarakan dan memfasilitasi kegiatan yang mencerminkan

pengembangan seni budaya bangsa.

i. Melaksanakan pembinaan Karya Ilmiah Remaja yang kreatif, mandiri

dan kompetitif.

j. Melaksanakan pendidikan kecakapan hidup guna menciptakan insan

yang religius, mandiri, kreatif, dan kompetitif.

k. Menyelenggarakan kegiatan menghafal Al-Qur’an baik melalui Mata

Pelajaran Muatan Lokal maupun pesantren tahfidz Al-Qur’an.

B. Hasil Analisis Data

Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 50 responden dari 246 siswi kelas

10 dan 11 MAN 21 Jakarta angkatan 2020-2021. 50 responden ini akan

diberikan intervensi berupa pemberian informasi melalui video menstrual

hygiene lalu mengisi pre test maupun post-test.

1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan dengan tujuan untuk melihat distribusi

frekuensi dari variabel yang diteliti. Hasil analisis terdiri dari usia responden,

kelas responden, pengetahuan, sikap dan hasil jawaban responden yang

menjawab benar pada tiap butir pertanyaan variabel pengetahuan maupun

sikap.
58

1) Gambaran Karateristik Responden

Tabel 5.1 Gambaran Karateristik Siswi MAN 21 Jakarta

No. Karateristik Frekuensi Persentase


Responden (n=50) (%)

1 Usia
15 7 14
16 25 50
17 18 36
2 Kelas
10 Agama 5 10
10 MIA 1 6 12
10 MIA 2 4 8
10 IIS 1 5 10
10 IIS 2 5 10
11 Agama 5 10
11 MIA 1 5 10
11 MIA 2 5 10
11 IIS 1 5 10
11 IIS 2 5 10

Catatan : MIA (Peminatan Matematika dan Ilmu Alam)


IIS (Peminatan Ilmu-ilmu Sosial)

Berdasarkan tabel 5.1 hasil analisis data penelitian yang

dilakukan oleh 10 responden, diketahui bahwa sebagian besar responden

berusia 16 tahun (50%), lalu diikuti dengan 18 responden (36%) berusia

17 tahun dan 7 responden (14%) berusia 15 tahun.

Adapun distribusi kelas sebanyak 6 responden (12%) merupakan

siswi dari kelas 10 MIA 1, lalu 4 responden (8%) merupakan siswi dari

kelas 10 MIA 2 dan masing-masing 5 responden (10%) merupakan siswi


59

dari kelas 10 Agama, 10 IIS 1, 10 IIS 2 dan seluruh kelas 11 yaitu kelas

Agama, MIA maupun IIS.

2) Deskripsi Pengetahuan dan Sikap Siswi Sebelum dan Sesudah

Diberikan Media Video

Perbedaan pengetahuan dan sikap siswi sebelum maupun sesudah

diberikan media video informasi menstrual hygiene dapat dilihat pada

tabel berikut.

Tabel 5.2 Deskripsi Pengetahuan dan Sikap Siswi Sebelum dan Sesudah

Diberikan Media Video

Variabel Mean SD Min-Maks Frekuensi


(n)
Pengetahuan
Pretest 9,86 3,084 3-15 50
Post-test 12,88 1,769 8-15
Sikap
Pretest 35,58 7,725 16-47 50
Post-test 41,06 4,177 27-48

Dari hasil tabel 5.2 dapat diketahui bahwa rata-rata skor pengetahuan

sebelum diberikan video menstrual hygiene adalah 9,86 dengan standar

deviasi 3,084. Adapun nilai terendah 3 dan nilai tertinggi 15 dengan nilai

total 15 jika responden dapat menjawab semua pertanyaan. Sedangkan rata-

rata skor pengetahuan sesudah diberikan video yaitu 12,88 dengan standar

deviasi 1,769. Adapun nilai terendah sesudah diberikan media video yaitu 8
60

dan nilai tertinggi sebesar 15 dengan nilai total 15 apabila responden dapat

menjawab pertanyaan dengan benar.

Selanjutnya untuk hasil variabel sikap, dapat diketahui bahwa rata-

rata hasil sikap sebelum diberikan video menstrual hygiene adalah 35,56

dengan standar deviasi 7,725. Lalu nilai terendah sebesar 16 dan tertinggi

sebesar 47. Sedangkan rata-rata hasil sikap sesudah diberikan media video

yakni 41,06 dengan standar deviasi 4,177. Lalu nilai terendah sebesar 27 dan

nilai tertinggi sebesar 48.

3) Analisis Item Pertanyaan Variabel Pengetahuan Terkait Menstrual

Hygiene

Tabel 5.3 Analisis Item Pertanyaan Variabel Pengetahuan Terkait Menstrual

Hygiene

Pre Test Post-Test

No Item Pertanyaan Menjawab Benar

1 Menstruasi merupakan proses keluarnya darah dari 42% 50%


rahim perempuan karena rahim dalam keadaan kotor
2 Perempuan mengalami menstruasi pertama kali pada 78% 100%
rentang usia sekitar 10-14 tahun
3 Hal yang pertama kali dilakukan sebelum membasuh 84% 94%
organ reproduksi adalah mencuci tangan pakai sabun
4 Cara membersihkan/membasuh organ reproduksi 74% 96%
perempuan dengan benar saat menstruasi yaitu
membersihkannya dari arah depan (vagina) ke arah
belakang (anus).
5 Tampon dan Menstrual Cup tidak bisa dipakai untuk 64% 86%
menyerap dan menampung darah menstruasi.
6 Mengganti pembalut saat menstruasi hanya 2 kali 78% 88%
61

dalam sehari sewaktu mandi saja.


7 Saat menstruasi, dianjurkan untuk menggunakan 50% 80%
pantyliner secara terus-menerus agar organ reproduksi
bersih dan wangi.
8 Mengganti celana dalam saat menstruasi minimal 2 74% 88%
kali dalam sehari.
9 Saat menstruasi, perempuan seharusnya memakai 44% 80%
celana dalam yang ketat agar pembalut tidak bocor.
10 Saat menstruasi, dianjurkan untuk membasuh organ 26% 52%
reproduksi dengan menggunakan sabun khusus
pembersih kewanitaan.
11 Saat menstruasi, perempuan diperbolehkan untuk 32% 82%
keramas dan menggunting kuku.
12 Setelah membasuh organ reproduksi, seharusnya 82% 94%
mengeringkannya menggunakan tisu atau handuk
kering agar tidak lembab.
13 Membuang pembalut sekali pakai adalah dengan 86% 100%
mencuci pembalut terlebih dahulu dan
membungkusnya dengan plastik/kertas lalu dibuang ke
tempat sampah.
14 Tujuan dari menjaga kebersihan saluran reproduksi 84% 98%
yaitu dikarenakan adanya peningkatan kelenjar dan
peningkatan produksi keringat di sekitar alat kelamin.
15 Dampak dari tidak menjaga kebersihan diri dengan 82% 100%
baik saat menstruasi yaitu terkena penyakit Infeksi
Saluran Reproduksi (ISR)

Berdasarkan hasil analisis tiap item pertanyaan, jawaban responden

mengalami kenaikan dari pre test ke post-test. Seperti item pertanyaan pada

nomor 1 dilihat bahwa pengetahuan sebelum dilakukan intervensi yang

menjawab benar sebesar 42% dan mengalami kenaikan setelah diberikan

intervensi sebesar 50%. Pada poin nomor 1, nilai post test tidak melebihi 50%

dikarenakan banyak responden percaya bahwa menstruasi terjadi karena rahim

dalam keadaan kotor bukan terjadi karena sifat biologis seorang perempuan
62

bahwa menstruasi adalah hal yang alami. Lalu sama halnya dengan pertanyaan

nomor 2 jawaban responden mangalami kenaikan saat post-test menjadi 100%

dari yang sebelumnya hanya 78%. Ini berlaku pada item pertanyaan yang

lainnya. Pada poin nomor 10, responden masih percaya bahwa membasuh organ

kewanitaan perlu menggunakan sabun karna dengan memakai air saja kuman

akan menempel dan organ kewanitaan tidak bersih. Oleh karena itu, nilai post

test hanya mengalami peningkatan dengan nilai yang menjawab benar hanya

52%.

4) Analisis Item Pernyataan Variabel Sikap Terkait Menstrual Hygiene

Pada variabel sikap terdapat 12 pernyataan yang berisi unfavorable

maupun favorable. Pernyataan unfavorable berjumlah 9 butir pernyataan

dan favorable berjumlah 3 butir pernyataan. Dikarenakan peneliti ingin

memaparkan pernyataan yang jawaban setuju dan sangat setuju memiliki

skor tinggi maka peneliti memaparkan butir pernyataan favorable. Lalu

untuk melihat jawaban benar, peneliti mengkategorikan jawaban responden

yang menjawab setuju dan sangat setuju dengan kategori benar. Alasan

peneliti mengkategorikan jawaban responden dikarenakan peneliti hanya

ingin melihat pada variabel sikap berapa persen responden yang menjawab

setuju dan sangat setuju dengan tiap item pernyataan.

Tabel 5.4 Analisis Item Pernyataan Variabel Sikap Terkait Menstrual

Hygiene
63

Pre Test Post-Test

No Item Pernyataan Menjawab Benar

1 Bagi saya apabila menggunakan pembalut terlalu lama 82% 92%


maka organ kewanitaan akan mudah lembab (favorable)
2 Bagi saya keramas saat menstruasi perlu dilakukan 60% 72%
(favorable)
3 Bagi saya sangat penting mengeringkan organ 88% 92%
kewanitaaan dengan memakai tisu/handuk kering setelah
saya membersihkannya (favorable)

Berdasarkan analisis tiap item pernyataan favorable, jawaban responden

mengalami peningkatan. Dilihat pada butir pernyataan nomor 1 bahwa jawaban

responden sebelum diberikan intervensi sebesar 82% dan mengalami

peningkatan sesudah diberikan intervensi sebesar 92%. Sama halnya dengan

nomor 1, nomor 2 dan 3 pun mengalami peningkatan dari sebelum

diberikannya intervensi dengan sesudah diberikannya intervensi.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat umumnya digunakan untuk mengetahui hubungan

antara dua variabel yaitu variabel independen dan variabel dependen. Pada

penelitian ini, analisis bivariat yang digunakan adalah uji wilcoxon signed rank

test, yaitu uji yang digunakan untuk melihat pengaruh media video terkait

informasi menstrual hygiene terhadap pengetahuan dan sikap responden.

Tabel 5.5 Pengaruh Media Video Terkait Informasi Menstrual Hygiene Terhadap

Pengetahuan dan Sikap Responden Sebelum Maupun Sesudah Diberikan

Intervensi
64

Variabel Pretest Post-test Alpha (ɑ) Nilai (p)

Pengetahuan 9,86 12,88 0.05 0.000

Sikap 35,58 41,06 0.05 0.000

Berdasarkan tabel 5.3, dari hasil uji wilcoxon diketahui bahwa nilai p

adalah 0.000 (<0.05) maka dapat disimpulkan bahwa “Ha diterima”. Artinya

terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai pengetahuan pretest dan post-

test, sehingga dapat disimpulkan pula bahwa ada pengaruh media video

kesehatan terkait informasi menstrual hygiene terhadap pengetahuan responden.

Adapun untuk variabel pengetahuan diketahui mengalami peningkatan

rata-rata sebesar 3,02 dilihat dari rata-rata nilai saat pretest sebesar 9,86 dan

rata-rata nilai saat post-test sebesar 12,88.

Lalu, dari hasil uji wilcoxon untuk variabel sikap diketahui bahwa nilai p

adalah 0.000 (<0.05) maka dapat disimpulkan bahwa “Ha diterima”. Artinya

terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai sikap pretest dan post-test,

sehingga dapat disimpulkan pula bahwa ada pengaruh media video kesehatan

terkait informasi menstrual hygiene terhadap sikap responden. Adapun untuk

variabel sikap diketahui mengalami peningkatan rata-rata sebesar 5,48 dilihat

dari rata-rata nilai saat pretest sebesar 35,58 dan rata-rata nilai saat post-test

sebesar 41,06.
BAB VI

PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian

Terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian yang telah dilakukan

oleh peneliti yaitu :

1. Penelitian ini menggunakan aplikasi zoom meetings untuk penayangan video

menstrual hygiene untuk responden. Peneliti tidak memfasilitasi kuota

internet untuk responden melainkan memakai kuota internet yang diberikan

oleh pihak sekolah atau kuota masing-masing responden. Pada hari pertama

maupun hari terakhir dilakukan intervensi, partisipasi responden tidak stabil

karena adanya kendala jaringan. Saat intervensi berlangsung, sekitar 5 orang

dari 50 responden keluar masuk zoom meetings dikarenakan jaringan tidak

stabil.

2. Saat proses penayangan video di zoom meetings, peneliti tidak bisa

mengamati responden karena banyak dari responden mematikan kamera saat

acara berlangsung sehingga peneliti tidak tahu apakah responden fokus

menonton video yang diberikan atau tidak.

B. Karateristik Responden

Penelitian ini memiliki 50 responden dimana semua responden belum

pernah mendapatkan informasi terkait menstrual hygiene melalui media video

baik dari pihak sekolah maupun dari lingkungan seperti keluarga dan teman

sebaya.

65
66

Hasil analisis data diketahui bahwa karateristik berdasarkan usia pada

responden yaitu 16 tahun sebanyak 25 siswi (50%). Hal ini didasarkan pada

demografi umur remaja putri yang masih bersekolah di tingkat SMA yang rata-

rata usianya berkisar 15-17 tahun.

Responden dengan usia yang semakin dewasa maka tingkat kematangan

dan kekuatan seseorang akan lebih baik dalam berpikir dan bekerja. Hal ini

sesuai dengan pernyataan yang diungkapkan oleh Notoatmodjo (2010)

menyebutkan bahwa umur adalah lama ukuran waktu untuk hidup atau adanya

seseorang terhitung sejak orang tersebut dilahirkan. Semakin dewasa usia

seseorang maka tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih baik

dalam berpikir maupun bekerja, hal ini dikarenakan dari pengalaman jiwa yang

dialami akan mempengaruhi seseorang dalam berperilaku.

Tingkat pendidikan responden yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Madrasah Aliyah Negeri (MAN) atau setara dengan Sekolah Menengah

Atas (SMA). Lalu peneliti menggunakan siswi kelas 10 dan 11 berjumlah 50

responden. Dalam hal ini, semakin baik tingkat pendidikan seseorang maka akan

semakin baik pola pikir yang terbentuk, sehingga responden akan semakin

terbuka terhadap pengetahuan dan informasi. Hal ini sejalan dengan teori yang

diungkapkan oleh Purwanto (2010) bahwa tingkat pendidikan yang lebih tinggi

akan memudahkan seseorang untuk menyerap informasi juga menerapkan dalam

perilaku dan gaya hidup sehari-hari khususnya dalam hal kesehatan. Sehingga

tingkat pendidikan formal dapat membentuk nilai bagi seseorang terutama dalam

menerima informasi baru.


67

C. Pengaruh video menstrual hygiene terhadap nilai pengetahuan responden

Pengetahuan merupakan kemampuan seseorang untuk mengungkapkan

kembali apa yang telah diketahui dan dipelajarinya setelah orang tersebut

melakukan penginderaan terhadap suatu objek. Pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang penting dalam membentuk tindakan seseorang. Oleh

karena itu, pengetahuan yang baru dapat menimbulkan respons batin dalam

bentuk sikap seseorang terhadap objek yang diketahuinya (Notoatmodjo, 2015).

Pada penelitian ini, siswi diberikan penyampaian informasi melalui video

menstrual hygiene. Menurut Zac (2015) hal yang harus diperhatikan agar

penyampaian informasi menjadi efektif dengan video yaitu video yang

disampaikan harus memiliki fungsi tertentu agar dapat bermanfaat untuk siswi

dan pada penelitian ini fungsi media video yaitu sebagai media yang efektif

untuk menyampaikan informasi menstrual hygiene agar dapat diserap dengan

cepat sehingga rata-rata pengetahuan dan sikap responden menjadi meningkat.

Lalu mengenai desain media video menurut Brame (2016), video

menjadi efektif apabila memasukkan unsur-unsur yang membantu keterlibatan

siswi salah satunya adalah membuat video dengan durasi yang tidak terlalu

lama, durasi yang ideal untuk penayangan video untuk responden yaitu sekitar

5-10 menit. Pada penelitian ini, video menstrual hygiene dibuat dengan durasi 6

menit 39 detik.

Hasil penelitian pada penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan

nilai rata-rata pengetahuan antara sebelum dan sesudah diberikan media video

terkait informasi menstrual hygiene. Rata-rata pengetahuan responden sebelum


68

diberikan video menstrual hygiene adalah 9,86 dan setelah diberikan video

menstrual hygiene rata-rata meningkat menjadi 12,88. Hal ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Aeni & Yuhandini (2018) bahwa terdapat

pengaruh peningkatan pengetahuan dengan menggunakan media video terhadap

pengetahuan remaja tentang SADARI.

Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Rusyanti et al. (2019) diketahui

bahwa edukasi kesehatan reproduksi dengan menggunakan media video dapat

meningkatkan pengetahuan remaja dalam menghadapi menstruasi pertama.

Begitu juga dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yumaeroh & Susanti

(2019) mengatakan bahwa ada pengaruh media video terkait peningkatan

pengetahuan personal hygiene saat menstruasi di SMPN 1 Gamping.

Perubahan skor nilai pengetahuan pada responden diduga karena telah

terjadi penyerapan informasi yang disebabkan oleh pemberian media video

terkait informasi menstrual hygiene. Menurut teori yang dikemukakan oleh

Mubarak (2007) bahwa media video dapat meningkatkan motivasi dan hasil

belajar siswa, karena video memiliki kemampuan untuk memaparkan sesuatu

yang amat rumit dan kompleks melalui stimulus audio visual yang akhirnya

membuahkan hasil lebih baik. Selain itu, video dapat menciptakan penyampaian

informasi menjadi efektif dan menarik sehingga mempercepat proses

penyampaian materi kepada siswa.

Media video yang ditayangkan dan ditangkap oleh responden melibatkan

berbagai alat indera yaitu penglihatan dan pendengaran. Semakin banyak alat

indera yang digunakan maka masuknya informasi kepada responden akan


69

semakin mudah. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Maulana

(2009) bahwa pancaindera manusia yang paling banyak menyalurkan

pengetahuan ke otak adalah mata sekitar 75% - 87% sedangkan 13% - 25%

pengetahuan manusia diperoleh dan disalurkan melalui pancaindera lain.

Pada penelitian ini, penyampaian informasi kepada responden dengan

menggunakan media video diharapkan mampu meningkatkan keefektifan

penyampaian informasi yang diberikan. Antari et al. (2020) dalam penelitiannya

mengenai efektivitas penggunaan media video dan leaflet terhadap perilaku cuci

tangan dalam pencegahan diare pada siswa di SD Bintaran Yogyakarta

menyatakan bahwa pemberian informasi perilaku cuci tangan dengan media

video lebih efektif meningkatkan pengetahuan siswa dibandingkan

menggunakan leaflet. Hal ini didukung dengan hasil penelitian dari Tindaon

(2018) mengenai pengaruh KIE melalui media leaflet dan video terhadap

peningkatan pengetahuan tentang paparan pornografi pada siswa SMPN 1

Sidamanik yang menyatakan bahwa media video lebih efektif untuk

meningkatkan pengetahuan siswa dibanding dengan menggunakan media leaflet.

D. Pengaruh video menstrual hygiene terhadap sikap responden

Notoatmodjo (2015) mendefinisikan sikap sebagai reaksi atau respon

seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap akan

terbentuk setelah terjadi proses tahu terlebih dahulu Azwar (2012). Menurut

Azwar (2007) pembentukan sikap dipengaruhi oleh pengalaman pribadi,


70

kebudayaan orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau

lembaga tertentu serta faktor emosi dalam diri seseorang yang bersangkutan.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan nilai rata-rata sikap

antara sebelum dan sesudah diberikan video menstrual hygiene. Rata-rata skor

sikap responden sebelum diberikan video menstrual hygiene adalah 35,58 dan

setelah diberikan video menstrual hygiene rata-rata meningkat menjadi 41,06.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Anggraini et al. (2020)

terdapat perbedaan signifikan antara rata-rata skor sikap ibu hamil sebelum dan

sesudah diberikan intervensi terhadap pencegahan stunting.

Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Tindaon (2018) diketahui bahwa

ada peningkatan rata-rata skor sikap sebelum dan sesudah diberikan media video

terkait edukasi paparan pornografi pada siswa SMPN 1 Sidamanik. Begitu juga

dengan penelitian yang dilakukan oleh Ardie & Sunarti (2019) mengatakan

bahwa ada pengaruh peningkatan rata-rata skor sikap terhadap informasi gizi

seimbang pada siswa SDN 016 Samarinda.

Pada penelitian ini, video bukan hanya dijadikan sebagai peningkatan

pengetahuan melainkan dapat juga meningkatkan sikap responden. Karena sikap

yang didasarkan oleh pengetahuan akan lebih bertahan lama daripada sikap yang

tidak didasari dengan pengetahuan (Notoatmodjo, 2015).

Penyampaian informasi kepada responden dengan menggunakan media

video diharapkan mampu meningkatkan keefektifan penyampaian informasi

yang diberikan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Meidiana

et al. (2018) mengenai pengaruh edukasi overweight pada remaja mengatakan


71

bahwa pemberian informasi melalui media audio visual lebih efektif

meningkatkan nilai rata-rata sikap daripada menggunakan media leaflet.

Teori yang diungkapkan oleh Primavera & Suwarna (2014) mengatakan

bahwa melalui media video responden mampu memahami informasi secara lebih

bermakna sehingga pesan yang disampaikan dapat dipahami secara utuh. Lalu

menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Oktara et al. (2013) bahwa media

video telah berhasil membangkitkan ketertarikan siswa sehingga banyak siswa

yang berpartisipasi aktif dalam mengikuti kesenian budaya. Oleh karena itu,

media video dapat menumbuhkan semangat bahkan motivasi bagi yang

melihatnya untuk menemukan pengetahuan baru sehingga dapat terbentuk sikap

positif dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Green (1980) dalam Notoatmodjo (2014) menyebutkan bahwa

perubahan sikap dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kebijakan yang

mengatur, lingkungan dan sikap yang dapat mendukung perubahan sikap

tersebut. Oleh karena itu, untuk mengubah sikap siswi menjadi positif

diperlukan banyaknya dukungan baik dari lingkungan keluarga maupun

lingkungan sosialnya. Selain itu, pihak sekolah dapat memberikan edukasi

ataupun informasi terhadap kebersihan diri.

E. Kajian Keislaman

1. Pandangan Islam Terkait Menstruasi

Islam adalah agama yang berpegang teguh pada pedoman Al-Qur’an dan

hadis. Salah satu kesempurnaan Al-Qur’an adalah adanya aturan dan hukum-

hukum bagi perempuan yang sedang menstruasi. Adanya aturan mengenai


72

hukum bagi perempuan yang sedang menstruasi ini menunjukkan betapa

pentingnya derajat perempuan dalam agama Islam sehingga perkara yang

dianggap tabu oleh kebanyakan masyarakat sudah diatur dalam Al-Qur’an.

Dalam fiqh Islam istilah menstruasi disebut juga dengan kata “haid”.

Haid adalah masdar dari kata ha-dha, yahi-dhu, haidon, misalnya hadlatil

mar’atu (perempuan itu sudah haid). Secara bahasa haid adalah air yang

mengalir dan menurut Mahzab Syafi’i haid yaitu darah yang keluar dari rahim

perempuan dimana darah yang keluar bukan darah penyakit (MUI, 2016).

Dalam Hadis Bukhari, pernah diceritakan bahwa Aisyah pernah berkata,

“Kami keluar bersama Nabi untuk melaksanakan haji, ketika kami sampai di

Sarif, aku mengalami haid. Lalu Nabi menghampiriku dan saat itu aku hanya

menangis. Nabi kemudian bertanya, “Apa yang membuatmu menangis?” Aku

menjawab, “Sepertinya aku tidak bisa berhaji tahun ini.” Rasulullah

kemudian bertanya, “Apakah engkau sedang haid ?” Aku menjawab, “Iya”

kemudian Rasululloh bersabda,

“Itu adalah sesuatu yang telah Allah tetapkan untuk anak-anak

perempuan Adam” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam hadis tersebut dijelaskan bahwa haid adalah ketetapan yang

Allah berikan untuk perempuan bukan sebuah kotoran ataupun penyakit

melainkan suatu anugerah kepada perempuan. Pada penelitian yang dilakukan

oleh peneliti terkait pengetahuan menstrual hygiene, sekitar 50% responden

menjawab bahwa menstruasi adalah proses keluarnya darah secara alami yang
73

terjadi pada perempuan. Sehingga banyak responden yang sudah mengetahui

bahwa menstruasi adalah hal yang normal sesuai dengan ketentuan agama

Islam.

Sistem reproduksi perempuan diciptakan untuk memiliki beberapa

fungsi, selain haid yaitu untuk menciptakan keturunan. Sistem reproduksi

perempuan adalah sistem yang paling rentan dan dapat dengan mudah

terinfeksi atau terluka. Oleh karena itu, perempuan memiliki tanggung jawab

menjaga kesehatan reproduksinya sendiri dengan menerapkan perilaku sehat

dalam kehidupan sehari-hari. Allah SWT berfirman dalam surah Al-Mursalat

ayat 20-23 :

ٍ‫ا ِٰلى قَ َدر‬١٢‫ي قَ َرارٍ َّم ِكيْن‬


ٍْ ِ‫فَ َج َع ْل ٰنهٍ ف‬٠٢ ٍ‫ن َّمآءٍ َّم ِهيْن‬
ٍْ ‫اَلَ ٍْم ن َْخل ْق ُّك ٍْم ِم‬

٣٢ٍَ‫فَقَ َد ْرنَاٍ فَ ِن ْع ٍَم ْال ٰقدِر ْون‬٢٢ٍ‫َّم ْعل ْوم‬

“Bukankah Kami menciptakan kamu dari air yang hina? Kemudian

Kami letakkan dia dalam tempat yang kokoh (rahim) sampai waktu yang

ditentukan, lalu Kami tentukan (bentuknya), maka Kami-lah sebaik-baik yang

menentukan.” (QS. Al-Mursalat[77]: 20-23)

Dalam surah Al-Mursalat ayat 20-23, Allah telah memberikan kepada

perempuan rahim yang kokoh untuk menaruh keturunan agar dapat dilahirkan

kelak karena kualitas manusia di masa depan tidak luput dari kondisi

perempuan saat ini. Perempuan perlu memperhatikan kebersihan maupun

kesucian diri agar rahim dapat terjaga dan sistem reproduksi tetap bersih.
74

Pada penelitian ini, peneliti memberikan pertanyaan yang berkaitan

dengan surah Al-Mursalat ayat 20-23 yaitu dampak dari tidak menjaga

kesehatan reproduksi saat menstruasi yaitu dapat terkena Infeksi Menular

Seksual. Responden yang menjawab pertanyaan tersebut dengan benar yaitu

sebesar 100%. Ini menunjukkan bahwa responden sudah mengetahui

pentingnya menjaga kesehatan reproduksi dan apabila tidak menjaga

kesehatan reproduksi dengan baik dan benar maka perempuan dapat memiliki

risiko untuk terkena ISR. Oleh karena itu, perempuan memiliki kewajiban

serta tanggung jawab untuk menjaga kebersihan diri terutama saat menstruasi.

2. Pandangan Islam Terkait Mandi, Keramas dan Memotong Kuku Bagi Wanita

Haid

Saat perempuan mengalami menstruasi, banyak masyarakat yang

percaya bahwa memotong bulu kemaluan, bulu ketiak dan kuku tidak

diperbolehkan karena tubuh sedang tidak suci. Tetapi, ini tidak dibenarkan

dan tidak ada dalil Al-Qur’an maupun hadits yang menyebutkan larangan

memotong kuku dan bulu kemaluan saat menstruasi bagi perempuan (MUI,

2016). Ibnu Hajar Al-Haitsami dalam kitab Tuhfatul Muhtaj fi Syarhil Minhaj

menyatakan :

Artinya:”Menurut Nash Madzhab Syafi’i perempuan haid boleh

memotong kuku, bulu kemaluan dan bulu ketiak.”


75

Rasulullah pernah bersabda melalui Hadits riwayat Bukhari Muslim

sebagai berikut :

Inti dari hadits tersebut menjelaskan bahwa saat Aisyah (istri

Rasulullah) sedang haid pada waktu haji wada’ Rasulullah mengatakan

padanya, “ Bukalah ikatan rambutmu dan sisirlah, lalu masuklah ihrom

untuk mengikuti haji.”

Dalam hadis ini tersirat bahwa rambut yang hilang atau terjatuh saat

menstruasi tidak dipermasalahkan dalam agama. Oleh karena itu pada

dasarnya tidak ada larangan untuk keramas bagi wanita yang sedang dalam

periode menstruasi.

Selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, sekitar 82%

responden menjawab bahwa saat menstruasi perempuan diperbolehkan

keramas maupun menggunting kuku. Sebelum diadakan intervensi, banyak

responden yang percaya bahwa perempuan yang sedang menstruasi tidak

diperbolehkan keramas dan menggunting kuku. Ini dibuktikan pada hasil pre

test yaitu responden yang memperbolehkan keramas dan menggunting kuku


76

hanya sebesar 32%. Dalam hal ini, responden mengetahui bahwa Islam

memperbolehkan perempuan membersihkan diri baik itu keramas ataupun

menggunting kuku, tidak ada larangan yang mengatur terkait ketentuan

tersebut.

3. Pandangan Islam Terkait Mencuci Tangan Sebelum dan Sesudah Mengganti

Pembalut

Banyak perempuan yang menyepelekan mencuci tangan sebelum

mengganti pembalut saat menstruasi. Padahal, mencuci tangan adalah hal

yang lumrah dilakukan untuk menjaga kebersihan pada diri sendiri. Dalam

sebuah hadis, Aisyah Berkata,

“Rasulullah SAW menyiramkan air ke kedua tangannya sebanyak 3

kali, membasuh kemaluannya lalu membasuh kedua tangannya” (HR. Ibnu

Khuzaimah)

Dalam hadis tersebut, Rasulullah mempraktikkan sebelum

membasuh organ reproduksi, dahulukan untuk mencuci tangan dan sesudah

membasuh organ reproduksi diwajibkan untuk mencuci tangan kembali. Ini

membuktikan bahwa mencuci tangan adalah hal yang harus diterapkan

sebelum membasuh organ reproduksi. Pada penelitian kali ini, peneliti

bertanya kepada responden terkait mencuci tangan sebelum dan sesudah

membasuh organ reproduksi dan hasil menunjukkan bahwa 94% responden

sudah mengetahui bahwa sebelum dan sesudah membasuh organ reproduksi

diwajibkan untuk mencuci tangan pakai sabun.


77

Selain hadis tersebut, membasuh tangan juga ada didalam rukun

berwudhu yang dilakukan sebelum sholat yaitu membasuh tangan 5 kali

dalam sehari. Oleh karena itu, pentingnya mencuci tangan bukan hanya saat

membasuh organ reproduksi melainkan ketika melakukan berbagai aktivitas

tertentu.

4. Pandangan Islam Terkait Cara Mencuci Pembalut dan Bahan Pembalut

Islam mengajarkan perempuan bagaimana mencuci pembalut

sebelum dibuang. Pada zaman Rasulullah SAW, perempuan memiliki kain

khusus untuk haid. Aisyah ra pernah berkata :

“apabila salah seorang dari kami sedang haid, Rasulullah SAW

memerintahkan untuk memakai izaar (kain bawahan menutupi bagian tubuh

dari pusar ke bawah.” (HR. Muslim)

Bahan yang dipergunakan adalah kain/ handuk yang bisa menyerap

darah dan dapat dicuci kapanpun saat dibutuhkan. Tetapi, seiring

perkembangan zaman pembalut memiliki banyak jenis seperti tampon,

pembalut sekali pakai ataupun menstrual cup. Pada penelitian kali ini,

peneliti bertanya fungsi tampon dan menstrual cup saat menstruasi dan

sekitar 86% responden menjawab benar bahwa fungsi tampon dan

menstrual cup saat menstruasi yaitu mampu menyerap dan menampung

darah.

Apapun pembalut yang dipakai, perempuan tetap harus menjaga

kebersihan reproduksi dengan memperhatikan berapa lama pembalut

seharusnya dibuang. Dalam islam, tidak ada ketentuan bagaimana


78

membersihkan bekas pembalut yang menampung darah menstruasi. Tetapi

hendaknya, pembalut dicuci bersih karena apabila perempuan membuang

pembalut bekas sembarangan, hal tersebut dapat mengakibatkan terjadinya

sumber penyakit karena tidak higienis. Perbuatan ini dilarang oleh agama

Islam karena menjadikan mudharat pada orang lain.

Pada dasarnya perempuan dalam islam memiliki derajat yang tinggi.

Oleh sebab itu, perempuan diberi keistimewaan dengan memiliki rahim

untuk menyimpan keturunan dan memiliki sistem reproduksi untuk

melahirkan keturunan dan perempuan memiliki kewajiban untuk menjaga

kebersihan reproduksinya agar tetap bersih dan terawat.


BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang dilakukan oleh

peneliti mengenai pengaruh media video terkait informasi menstrual hygiene

terhadap pengetahuan dan sikap pada siswi di MAN 21 Jakarta tahun 2021,

dapat ditarik simpulan sebagai berikut :

1. Gambaran pengetahuan dan sikap responden sebelum dan sesudah diberikan

media video :

a. Rata-rata skor pengetahuan responden sebelum diberikan media video

terkait menstrual hygiene sebesar 9,86 dan setelah diberikan media video

terkait informasi menstrual hygiene hasil skor pengetahuan meningkat

menjadi 12,88.

b. Rata-rata skor sikap responden sebelum diberikan media video terkait

menstrual hygiene sebesar 35,58 dan setelah diberikan media video hasil

skor sikap meningkat menjadi 41,06.

2. Pengaruh media video terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap

responden :

a. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa media video mempengaruhi rata-

rata skor pengetahuan dan sikap. Nilai p pada variabel pengetahuan

maupun pada variabel sikap yaitu 0.000 (<0.05) dan nilai yang lebih

kecil dari alpha ini menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan

antara nilai pengetahuan dan sikap pada pretest maupun post-test,

79
80

sehingga dapat disimpulkan pula bahwa ada pengaruh media video

terkait informasi menstrual hygiene terhadap pengetahuan dan sikap

responden.

b. Kelemahan pada penelitian ini adalah saat pandemi intervensi yang

berlangsung secara online kurang efektif karena peneliti tidak

mengetahui bagaimana partisipasi responden. alangkah baiknya tetap

melakukan intervensi secara tatap muka.

B. Saran

1. Bagi MAN 21 Jakarta

a. Disarankan pihak sekolah dapat memberikan edukasi berupa

informasi menstrual hygiene pada saat kegiatan sekolah seperti

kegiatan keputrian atau dapat memberikan konseling individu

dengan guru BK terkait kebersihan menstruasi.

b. Diharapkan pihak sekolah dapat melakukan penyuluhan khususnya

bahwa saat menstruasi perempuan diperbolehkan untuk keramas,

mandi dan memotong kuku karena banyak siswi yang masih percaya

terhadap mitos tersebut.

c. Disarankan pihak sekolah menyediakan tempat sampah di setiap

toilet agar siswi yang ingin mengganti pembalut dapat menggantinya

dengan nyaman.

d. Disarankan pihak sekolah dapat mempergunakan fasilitas sekolah

seperti infocus atau layar monitor yang terpasang disetiap meja piket
81

untuk memutarkan video menstrual hygiene agar siswi dapat

menontonnya.

2. Bagi Siswi MAN 21 Jakarta

a. Dapat aktif dalam mencari informasi menstrual hygiene baik di

sosial media atau bertanya kepada tenaga kesehatan maupun guru

BK.

b. Dapat aktif mencari informasi menstrual hygiene hanya di sumber

yang terpercaya seperti MUI, UNICEF, KEMENKES RI, WHO

ataupun organisasi kesehatan lainnya.

c. Dapat saling memberi informasi kepada siswi lainnya terkait

menstrual hygiene dan berani menegur teman sebaya apabila tidak

menerapkan kebersihan diri saat menstruasi.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Diharapkan mampu memperhatikan faktor-faktor keberhasilan

dalam melakukan intervensi seperti pemilihan tempat maupun waktu

intervensi.

b. Diharapkan dapat bekerja sama dengan melibatkan pihak sekolah

seperti guru untuk mengawasi pengisian kuesioner baik kuesioner

online maupun kuesioner pengisian secara langsung agar keaslian

jawaban dapat terjaga.

c. Diharapkan mampu mengembangkan kuesioner pengetahuan dan

sikap maupun praktik terkait menstrual hygiene sehingga isi

kuesioner tidak memiliki pertanyaan yang terbatas mengenai


82

menstrual hygiene melainkan dapat menambahkan terkait kesehatan

reproduksi lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
A, N. L. (2017). Gambaran Perilaku Mesntrual Hygiene Pada Siswi SMKN 8 Kota

Bekasi. Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan, 13 No. 1, 35–47.

Alini, & Indrawati. (2018). Efektifitas Promosi Kesehatan Melalui Audio Visual Dan

Leaflet Tentang SADARI Terhadap Peningkatan Pengetahuan Remaja Putri

Tentang SADARI Di SMAN 1 Kampar Tahun 2018. Ners Universitas Pahlawan,

2 No. 2, 1–9.

Andriani, D. A. (2020). Pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan Media Audio Visual

Terhadap Pengetahuan dan Sikap Anak Usia Sekolah Tentang Penyakit Demam

Berdarah. MEDIKES (Media Informasi Kesehatan), 7 No. 1, 65–72.

Berman, Audrey, Shinder, S., Koizier, & Barbara. (2009). Buku Ajar Praktik

Keperawatan Klinis Edisi 5. EGC.

Brame, C. J. (2016). Effective Educational Videos : Principles And Guidelines For

Maximing Student Learning Fro Video Content. Life Scientiest Education, 15:es6,

1–6.

Cicilia, W., & Ismoyowanti, E. (2015). Determinan Kejadian Infeksi Menular Seksual

(IMS) Pada Pengunjung Klinik Jelia, Jakarta Tahun 2014. Jurnal Bidang Ilmu

Kesehatan, 6. No 2.

Devita, Y., & Kardiana, N. (2017). Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Tentang

Personal Hygiene Dengan Benar Saat Menstruasi di MA Hasanah Pekanbaru.

Jurnal An-Nadaa, 64–68.

83
84

Duli, N. (2019). Metodelogi Penelitian Kuantitatif: Beberapa Konsep Dasar untuk

Penulisan Skrispi & Analisis Data dengan SPSS. Deepublish Publisher.

Gustina, E., & Djannah, S. N. (2015). Sumber Informasi dan Pengetahuan Tentang

Menstrual Hygiene Pada Remaja Putri. Kemas : Jurnal Kesehatan Masyarakat, 10

No. 2, 147–152.

Hanifah, L., & Utami, F. R. (2012). Berani Menjadi Diri Sendiri : Panduan Anak Muda

Tentang Seksualitas, Kesehatan Seksual dan Reproduksi, serta Relationship :

Kesproholic Seri 4. Mitra Inti Foundation.

Hartati, I., Junaidi, & Atriani, L. (2020). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Menggunakan

Media AudioVisual Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Tentang

Personal Hygiene Saat Menstruasi Di MTS Swasta Terpadu Kota Langsa Tahun

2019. Pendidikan Dan Praktik Kesehatan, 3 No. 1, 44–53.

Haryoko, S. (2009). Efektivitas Pemanfaatan Media Audio Visual Sebagai Alternatif

Optimalisasi Model Pembelajaran. Edukasi Elaktro, 4 No. 1.

Hijrah, D. (2015). Tanya Jawab Islam : Piss KTB. Daarul Hijrah Technology.

House, S., Mahon, T., & Cavill, S. (2012). Menstrual Hygiene Matters.

Indonesia, Y. M. I. dan K. S. P. M. S. (2006). Infeksi Saluran Reproduksi.

Indriana, D. (2011). Ragam Alat Bantu Media Pembelajaran. DIVA Press.

Kapti, R. E., Rustina, Y., & Widyatuti. (2013). Efektifitas AudioVisual Sebagai Media

Penyuluhan Kesehatan Terhadap Peningkatan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dalam

Tatalaksana Balita Dengan Diare Di Dua Rumah Sakit Kota Malang. Ilmu
85

Keperawatan, 1 No. 1, 53–60.

Kemenkes, R. (2016). Laporan Penelitian Prevalensi Infeksi Saluran Reproduksi dan

HIV Pada Wanita Hamil di Beberapa Kota di Indonesia.

Kemenkes, R. (2017). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2017.

https://www.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-

indonesia/Profil-Kesehatan-Indonesia-tahun-2017.pdf

Khamzah, S. N. (2015). Tanya Jawab Seputar Menstruasi. FlashBooks.

Kusmiran, E. (2012). Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Salemba Medika.

Larassati, P. A., & Rumintang, B. I. (2018). Pengaruh Pendidikan Kesehatan

Menggunakan Media Video Terhadap Peningkatan Pengetahuan Remaja Putri

Mengenai Dampak Kehamilan Usia Remaja di SMPN 1 Lingsar Tahun 2018.

Jurnal Midwifery Update, 21–29.

Lestariningsih, S. (2015). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Praktik Higiene

Menstruasi. Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai, 14–22.

Manuaba, I. A. C., Manuaba, I. B. G. F., & Manuaba, I. B. G. (2009). Memahami

Kesehatan Reproduksi Wanita Edisi 2 (Edisi 2). Buku Kedokteran EGC.

Masturoh, I., & Anggita, T. N. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Kemenkes RI.

Meidiana, R., Simbolon, D., & Wahyudi, A. (2018). Pengaruh Edukasi Melalui Media

Audio Visual Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Remaja Overweight. Jurnal

Kesehatan, 9 No. 3, 478–484.


86

MUI. (2016). Haid Dan Kesehatan Menurut Ajaran Islam. Sekolah Pascasarjana

Universitas Nasional.

Munir. (2012). Konsep dan Aplikasi Dalam Pendidikan. Alfabeta.

Nisa, A. H., Dharminto, Winarni, S., & DharmawanYudhy. (2020). Faktor-Faktor yang

Berhubungan dengan Praktik Personal Hygiene Saat Menstruasi Pada Remaja Putri

Pondok Pesantren Al Asror Kota Semarang Tahun 2019. Jurnal Kesehatan

Masyarakat (E-Journal), 8 No. 1, 145–151.

Notoatmodjo, S. (2014). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2015). Kesehatan Masyarakat : Ilmu dan Seni. Rineka Cipta.

Ovan, & Saputra, A. (2020). Aplikasi Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Penelitian Berbasis Web. Yayasan Ahmar Cendekia Indonesia.

Pemiliana, P. D., Agustina, W., & Verayanti, D. (2019). Perilaku Remaja Putri Dengan

Personal Hygiene Saat Menstruasi di SMA Etislandia Medan Tahun 2018. Jurnal

GASTER, 17 no. 1, 62–76.

Pertiwi, T. I., & Megatsari, H. (2018). Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Praktik

Menstrual Hygiene Siswi SDN 4 Pacarkembang Surabaya. Jurnal Promkes, 6 No.

2, 142–154.

Pudiastuti, R. D. (2012). 3 Fase Penting Pada Wanita (Menarche, Menstruasi dan

Menopause). PT Elex Media Komputindo.

Putri, N. A., & Setianingsih, A. (2016). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Terhadap

Perilaku Personal Hygiene Menstruasi. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 5 No.


87

1, 15–23.

Rhomawati, W. S., Estiwidani, D., & Wahyuningsih, H. P. (2014). Hubungan Tingkat

Pengetahuan Menstruasi Dengan Kesiapan Menarkhe Siswi SD Kelas 4,5 dan 6.

Jurnal Kesehatan Ibu Dan Anak, 6 No. 2, 59–66.

Rosyidah, I., & Winarni. (2016). Efektivitas Ceramah Dan AudioVisual Dalam

Peningkatan Pengetahuan Dismenorea Pada Siswi SMA. GASTER, 14 No. 2, 90–

99.

Setiyaningrum, & Putri. (2015). Pelayanan Keluarga dan Kesehatan Reproduksi. CV

Trans Info Media.

Sinaga, E., Saribanon, N., & Suprihatin. (2017). Manajemen Kesehatan Menstruasi.

Universitas Nasional.

Siregar, P. A., Harahap, R. A., & Aidha, Z. (2020). Promosi Kesehatan Lanjutan Dalam

Teori dan Aplikasi. KENCANA.

Sularmi, A., Handajani, S. R., & Murwati. (2014). Peran Keluarga Kaitannya Dengan

Tingkat Kesiapan Remaja Putri Menghadapi Menstruasi. Jurnal KesmaDasKa, 69–

74.

Sumpter, C., & Torondel, B. (2013). A systematic Review Of The Health And Social

Effect Of Menstrual Hygiene Management. PLOS ONE, 8 No 4, 1–15.

UNICEF. (2015). Menstrual Hygiene Management In Indonesia.

UNICEF. (2016). Menstrual Hygiene Management (MHM). UNICEF.


88

WHO. (2008). Global Incidence And Prevalence Of Selected Curable Sexually

Transmitted Infections - 2008.

https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/75181/9789241503839_eng.pdf;js

essionid=23BE6629ECB2C8A71A7E7998066F3735?sequence=1

WHO. (2020). Sexually Transmitted Infections (STIs). https://www.who.int/news-

room/fact-sheets/detail/sexually-transmitted-infections-(stis)

Yadav, R. N., Joshi, S., Poudel, R., & Pandeya, P. (2017). Knowledge, Attitude, and

Practice on Menstrual Hygiene Management among School Adolescents. Journal

Of Nepal Health Research Council, 15 No. 03, 212–216.

Yiadom, akwasi B., Alatule, A. D., Beweleyir, J., & Mohammad, H. B. (2018).

Assessing the Knowledge, Attitude and Practice of Menstrual Hygiene

Management Among Junior High Schools Adolescent Females in the Yendi

Municipality in the Northern Region of Ghana. European Scientific Journal, 14

No. 36, 468–487.

Yumaeroh, F., & Susanti, D. (2019). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Media

Video Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Personal Hygiene Saat

Menstruasi di SMPN 1 Gamping. Jurnal Media Ilmu Kesehatan, 8 No. 3, 203–209.

Yunus, E. M., & Parahita, S. (2018). Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Kelas VII

Tentang Menstruasi. Jurnal Kesehatan Poltekkes Kemenkes RI Pangkalpinang, 6

No. 2, 50–53.

Yusnita, & Nurmaria. (2016). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Menggunakan Media

Poster, Video dan Leaflet Terhadap Pengetahuan Siswa Dalam Mencuci Tangan
89

Menggunakan Sabun. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 5 No. 9, 651–660.

Zac, W. (2015). The Effective Use Of Video In Higher Education. Lectoraat Teaching,

Learning and Technology.


LAMPIRAN

90
91

Lampiran 1

KUESIONER PENGARUH MEDIA VIDEO TERKAIT INFORMASI


MENSTRUAL HYGIENE TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PADA
SISWI DI MAN 21 JAKARTA UTARA TAHUN 2021

Informed Consent

Assalammualaikum Wr. Wb.

Perkenalkan, saya Intan Ratu Fahira, mahasiswa peminatan Promosi Kesehatan,

Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Saya sedang melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh

Media Video Terkait Informasi Menstrual Hygiene Terhadap Pengetahuan dan Sikap

Pada Siswi Di MAN 21 Jakarta Utara Tahun 2021”. Penelitian ini dilaksanakan untuk

memenuhi syarat dalam meraih gelar sarjana Program Studi Kesehatan Masyarakat.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Media Video Terkait

Informasi Menstrual Hygiene Terhadap Pengetahuan dan Sikap Pada Siswi Di MAN 21

Jakarta Utara Tahun 2021.

Penelitian ini dilakukan selama Bulan Januari-Mei 2021 kepada siswi MAN 21

Jakarta Utara tahun ajaran 2020-2021. Setiap informasi yang anda berikan akan terjaga

kerahasiaannya sehingga jawaban jujur sangat saya harapkan. Tujuannya agar dapat

memberikan data yang sebenarnya. Peneliti mohon maaf apabila penelitian ini dapat

menyita waktu anda. Atas ketersediaan anda menjadi responden saya mengucapkan

terimakasih.

Jika ada hal yang ingin ditanyakan dapat menghubungi :

Intan Ratu F (085776808824


92

A. IDENTITAS RESPONDEN (Diisi Petugas)

A1 Nama

A2 Usia
1. X Agama
A3 Kelas
2. X MIA 1
3. X MIA 2
4. X IIS 1
5. X IIS 2
6. XI Agama
7. XI MIA 1
8. XI MIA 2
9. XI IIS 1
10. XI IIS

A4 No. Handphone
Apakah anda sudah mengalami menstruasi?
A5 Ya Tidak

B. PENGETAHUAN
Berilah tanda ceklis (✓) pada salah satu pilihan jawaban yang sesuai.

Pernyataan Benar Salah


B1 Menstruasi merupakan proses keluarnya darah dari rahim
perempuan karena rahim dalam keadaan kotor.

B2 Perempuan mengalami menstruasi pertama kali pada


rentang usia sekitar 10-14 tahun.

B3 Hal yang pertama kali dilakukan sebelum membasuh


organ reproduksi adalah mencuci tangan pakai sabun.

B4 Cara membersihkan/membasuh organ reproduksi


perempuan dengan benarr saat menstruasi yaitu
membersihkannya dari arah depan (vagina) ke arah
belakang (anus).
B5 Tampon dan Menstrual Cup tidak bisa dipakai untuk
menyerap dan menampung darah menstruasi.
93

B6 Mengganti pembalut saat menstruasi hanya 2 kali dalam


sehari sewaktu mandi saja.

B7 Saat menstruasi, dianjurkan untuk menggunakan


pantyliner secara terus-menerus agar organ reproduksi
bersih dan wangi.
B8 Mengganti celana dalam saat menstruasi minimal 2 kali
dalam sehari.

B9 Saat menstruasi, perempuan seharusnya memakai celana


dalam yang ketat agar pembalut tidak bocor.

B10 Saat menstruasi, dianjurkan untuk membasuh organ


reproduksi dengan menggunakan sabun khusus
pembersih kewanitaan.
B11 Saat menstruasi, perempuan diperbolehkan untuk
keramas dan menggunting kuku.

B12 Setelah membasuh organ reproduksi, seharusnya


mengeringkannya menggunakan tisu atau handuk kering
agar tidak lembab.

B13 Membuang pembalut sekali pakai adalah dengan mencuci


pembalut terlebih dahulu dan membungkusnya dengan
plastik/kertas lalu dibuang ke tempat sampah.

B14 Tujuan dari menjaga kebersihan saluran reproduksi yaitu


dikarenakan adanya peningkatan kelenjar dan
peningkatan produksi keringat di sekitar alat kelamin.

B15 Dampak dari tidak menjaga kebersihan diri dengan baik


saat menstruasi yaitu terkena penyakit Infeksi Saluran
Reproduksi (ISR)
C. SIKAP

Berilah tanda ceklis (✓) pada jawaban yang sesuai dengan penilaian anda.
Keterangan : Sangat Setuju (SS), Setuju (S),
Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS)

Pernyataan STS TS S SS
C1 Bagi saya menjaga kebersihan diri saat menstruasi
tidak perlu dan merepotkan (unfavorable)
94

C2 Bagi saya tidak penting mencuci tangan pakai sabun


sebelum dan sesudah mengganti pembalut
(unfavorable)
C3 Bagi saya menggunakan pembalut saat menstruasi
membuat saya risih/tidak nyaman (unfavorable)

C4 Bagi saya mengganti pembalut perlu dilakukan hanya


saat pembalut sudah penuh (unfavorable)

C5 Bagi saya tidak perlu memotong kuku saat menstruasi


walaupun kuku sudah panjang (unfavorable)

C6 Bagi saya apabila menggunakan pembalut terlalu lama


maka organ kewanitaan akan mudah lembab
(favorable)
C7 Bagi saya celana dalam hanya perlu diganti saat sudah
kotor (unfavorable)
C8 Bagi saya celana dalam yang ketat baik untuk
kesehatan reproduksi (unfavorable)

C9 Bagi saya mandi saat menstruasi hanya perlu satu kali


dalam sehari (unfavorable)
C10 Bagi saya keramas saat menstruasi perlu dilakukan
(favorable)
C11 Bagi saya rambut kemaluan tidak perlu
dicukur/dipotong (unfavorable)

C12 Bagi saya sangat penting mengeringkan organ


kewanitaaan dengan memakai tisu/handuk kering
setelah saya membersihkannya (favorable)
95

Lampiran 2

SURAT PERSETUJUAN ETIK (ETHICAL APPROVAL)


96

Lampiran 3
HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS

Item-Total Statistics

Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha

Item Deleted Item Deleted Total Correlation if Item Deleted

B1 10,90 8,557 ,194 ,792


B2 10,32 8,559 ,311 ,780
B3 10,29 8,213 ,576 ,764
B4 10,45 8,256 ,329 ,780
B5 10,48 8,058 ,391 ,775
B6 10,39 8,045 ,478 ,767
B7 10,58 7,518 ,564 ,758
B8 10,42 7,985 ,470 ,768
B9 10,58 7,585 ,537 ,761

B10 10,71 8,946 ,030 ,810


B11 10,35 7,903 ,595 ,759
B12 10,29 8,213 ,576 ,764

B13 10,32 8,426 ,380 ,776


B14 10,32 8,159 ,524 ,766
B15 10,29 8,880 ,181 ,788

Item-Total Statistics

Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha


Item Deleted Item Deleted Total Correlation if Item Deleted

C1 33,90 17,357 ,633 ,482

C2 33,77 18,047 ,749 ,481


C3 35,68 29,759 -,644 ,736
C4 34,19 20,561 ,234 ,579

C5 34,13 16,716 ,696 ,462


C6 35,61 26,512 -,352 ,696
C7 33,87 17,516 ,670 ,479
C8 33,77 21,114 ,304 ,567
C9 33,77 18,847 ,663 ,503
C10 34,23 20,514 ,278 ,570
C11 33,94 19,262 ,460 ,532
C12 34,03 22,966 -,016 ,632
97

Reliability Statistics Reliability Statistics

Cronbach's Cronbach's
Alpha N of Items Alpha N of Items
,786 15 ,596 12

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Total_Sikap ,128 50 ,040 ,953 50 ,045

a. Lilliefors Significance Correction

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Total_Pengetahuan ,127 50 ,044 ,958 50 ,070

a. Lilliefors Significance Correction

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Total_Sikap ,151 50 ,006 ,907 50 ,001

a. Lilliefors Significance Correction

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Total_Pengetahuan ,198 50 ,000 ,910 50 ,001

a. Lilliefors Significance Correction


98

HASIL UJI UNIVARIAT

Pre-Test

Statistics Statistics
Total_Sikap Total_Pengetahuan
N Valid 50 N Valid 50
Missing 0 Missing 0
Mean 35,58 Mean 9,86
Median 37,50 Median 10,50
Minimum 16 Minimum 3
Maximum 47 Maximum 15

Total_Sikap

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 16 1 2,0 2,0 2,0

18 1 2,0 2,0 4,0

21 1 2,0 2,0 6,0

22 2 4,0 4,0 10,0

23 1 2,0 2,0 12,0

24 1 2,0 2,0 14,0

25 1 2,0 2,0 16,0

27 2 4,0 4,0 20,0

28 1 2,0 2,0 22,0

32 1 2,0 2,0 24,0

33 2 4,0 4,0 28,0

34 2 4,0 4,0 32,0

35 3 6,0 6,0 38,0

36 4 8,0 8,0 46,0

37 2 4,0 4,0 50,0

38 1 2,0 2,0 52,0

39 4 8,0 8,0 60,0

40 4 8,0 8,0 68,0

41 8 16,0 16,0 84,0


42 1 2,0 2,0 86,0
99

43 2 4,0 4,0 90,0

44 1 2,0 2,0 92,0

45 2 4,0 4,0 96,0

46 1 2,0 2,0 98,0

47 1 2,0 2,0 100,0

Total 50 100,0 100,0

Total_Pengetahuan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 3 1 2,0 2,0 2,0

4 4 8,0 8,0 10,0

5 3 6,0 6,0 16,0

6 2 4,0 4,0 20,0

8 1 2,0 2,0 22,0

9 5 10,0 10,0 32,0

10 9 18,0 18,0 50,0

11 11 22,0 22,0 72,0

12 6 12,0 12,0 84,0

13 2 4,0 4,0 88,0

14 5 10,0 10,0 98,0

15 1 2,0 2,0 100,0

Total 50 100,0 100,0

Post-Test
Statistics Statistics
Total_Sikap Total_Pengetahuan
N Valid 50 N Valid 50
Missing 0 Missing 0
Mean 41,06 Mean 12,88
Median 41,00 Median 13,00
Minimum 27 Minimum 8
Maximum 48 Maximum 15
100

Total_Pengetahuan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 8 1 2,0 2,0 2,0

10 6 12,0 12,0 14,0

11 4 8,0 8,0 22,0

12 8 16,0 16,0 38,0

13 7 14,0 14,0 52,0

14 15 30,0 30,0 82,0

15 9 18,0 18,0 100,0

Total 50 100,0 100,0

Total_Sikap

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 27 1 2,0 2,0 2,0

32 1 2,0 2,0 4,0

33 1 2,0 2,0 6,0

34 1 2,0 2,0 8,0

35 2 4,0 4,0 12,0

37 1 2,0 2,0 14,0

39 8 16,0 16,0 30,0


40 6 12,0 12,0 42,0

41 5 10,0 10,0 52,0

42 6 12,0 12,0 64,0

43 4 8,0 8,0 72,0

44 2 4,0 4,0 76,0

45 4 8,0 8,0 84,0

46 6 12,0 12,0 96,0

47 1 2,0 2,0 98,0

48 1 2,0 2,0 100,0

Total 50 100,0 100,0


101

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 15 7 14,0 14,0 14,0

16 25 50,0 50,0 64,0

17 18 36,0 36,0 100,0

Total 50 100,0 100,0

A3

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid X Agama 5 10,0 10,0 10,0

X IIS 1 5 10,0 10,0 20,0

X IIS 2 5 10,0 10,0 30,0

X MIA 1 6 12,0 12,0 42,0

X MIA 2 4 8,0 8,0 50,0

XI Agama 5 10,0 10,0 60,0

XI IIS 1 5 10,0 10,0 70,0

XI IIS 2 5 10,0 10,0 80,0

XI MIA 1 5 10,0 10,0 90,0

XI MIA 2 5 10,0 10,0 100,0

Total 50 100,0 100,0


102

HASIL UJI BIVARIAT (WILCOXON SIGNED RANK TEST)

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

Posttest Pengetahuan - Negative Ranks 2a 10,75 21,50


Pretest Pengetahuan Positive Ranks 40b 22,04 881,50

Ties 8c

Total 50

a. Posttest Pengetahuan < Pretest Pengetahuan


b. Posttest Pengetahuan > Pretest Pengetahuan
c. Posttest Pengetahuan = Pretest Pengetahuan

Test Statisticsa

Posttest Pengetahuan -
Pretest Pengetahuan

Z -5,396b
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000

a. Wilcoxon Signed Ranks Test


b. Based on negative ranks.

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

Posttest Sikap - Pretest Negative Ranks 6a 13,25 79,50


Sikap Positive Ranks 38b 23,96 910,50

Ties 6c

Total 50

a. Posttest Sikap < Pretest Sikap


b. Posttest Sikap > Pretest Sikap
c. Posttest Sikap = Pretest Sikap

Test Statisticsa

Posttest Sikap - Pretest Sikap

Z -4,855b
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000

a. Wilcoxon Signed Ranks Test


b. Based on negative ranks.
103

Lampiran 4
PELAKSANAAN INTERVENSI
104

Lampiran 5
VIDEO MENSTRUAL HYGIENE

Anda mungkin juga menyukai