KEBISINGAN
Disusun oleh:
Siti Uswatun Hasanah
0516140121
1.3 Tujuan
Tujuan praktikum kebisingan ini adalah sebagai berikut :
1. Mahasiswa mampu mengukur kebisingan dengan menggunakan aplikasi
Sound Level Meter.
2. Mahasiswa mampu menghitung paparan kebisingan pada orang gerinda.
3. Mahasiswa mampu memberikan upaya pengendalian kebisingan pada
orang gerinda.
1.3 Manfaat
Agar mahasiswa dapat melakukan pengukuran kebisingan dengan
menggunakan aplikasi Sound Level Meter dan dapat mengaplikasikannya di dunia
industri.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Bunyi
Pengukuran intensitas kebisingan Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor.Per.13/MEN/X/2011 Tentang
Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja, kebisingan
didefinisikan sebagai semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari
alat-alat proses produksi dan/atau alat-alat kerja pada tingkat tertentu dapat
menimbulkan gangguan pendengaran. Di PT. Iskandar Indah Printing Textile
Surakarta, sumber kebisingan berasal dari mesin weaving juga dari mesin palet.
Hasil pengukuran kebisingan di PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta
terendah di bagian kantor (65,8 dBA) dan tertinggi di bagian weaving (98,4 dBA)
(Sumardiyono, 2018).
Bunyi merupakan energi berbentuk gelombang yang berasal dari getaran suatu
benda yang dapat merambat melalui media baik itu padat, cair, maupun gas, tetapi
bunyi tidak dapat merambat pada ruang hampa udara (Santiasih & Handoko , 2012).
Bunyi atau suara didefinisikan sebagai serangkaian gelombang yang merambat dari
suatu sumber getar sebagai akibat perubahan kerapatan dan juga tekanan suara.
Bunyi adalah rangsangan yang diterima oleh telinga karena getaran-getaran melalui
media elastis. Bunyi terjadi bila sumber bunyi merambat. Gerakan rambatannya
menjauhi sumber bunyi. Bunyi bergerak di udara dengan kecepatan ± 340 m/s.
Kecepatan akan bertambah besar apabila bunyi bergerak di dalam air = 1500 m/s,
sedang di dalam baja kecepatan bunyi = 5000 m/s (Soeripto, 2008:323).
Dalam mempelajari bunyi khususnya yang berkaitan dengan kesehatan
pendengaran ada dua (2) hal yang perlu diketahui :
1. Frekuensi
Frekuensi adalah jumlah gelombang lengkap yang merambat per satuan
waktu yang dinyatakan dalam getaran per detik (cps) atau dalam Hertz (Hz).
Besarnya frekuensi akan menentukan nada suara. Bunyi yang dapat didengar
oleh manusia (orang muda) sangat terbatas yaitu terletak pada kisaran frekuensi
antara 20-20.000 Hz. Frekuensi yang penting adalah Center Band Frequency
adalah 250, 500, 1000, 2000, 4000 dan 5000 Hz (naik 1 oktaf). Frekuensi antara
250-3000 Hz adalah frekuensi yang penting untuk percakapan. Frekuensi 4000
Hz adalah frekuensi yang paling peka ditangkap telinga, sangat penting untuk
diketahui bahwa ketulian yang disebabkan oleh kebisingan ialah adanya
pengurangan (penurunan) pendengaran pada frekuensi ini. Bunyi dapat terdiri
dari nada tunggal, tetapi umumnya terdiri dari beberapa variasi intensitas nada.
Di alam jarang didapat suara yang bersifat nada tunggal (Moeljoso, 2008:324).
8
T (L -85) ........................................................(2.2)
3
2
di mana:
T = waktu maksimum di mana pekerja boleh berhadapan
dengan tingkat kebisingan (dalam menit)
L = tingkat kebisingan (dB) yang dianggap berbahaya
3 = exchange rateyang digunakan di Indonesia, standar
OSHA digunakan nilai sebesar 5.
2.4 Nilai Ambang Batas (NAB) Kebisingan
NAB adalah standar faktor tempat kerja yang dapat diterima tenaga kerja
tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan dalam pekerjaan sehari-
hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu. Menurut Surat
Keputusan Menteri Tenaga Kerja PER.13 MEN X 2011 tentang NAB Faktor Fisika
dan kimia di tempat kerja, NAB kebisingan yang diperkenankan diIndonesia
adalah 85 dB (Suma’mur, 1996). Akan tetapi NAB bukan merupakan
jaminan sepenuhnya bahwa tenaga kerja tidak akan terkena risiko akibat bising
tetapi hanya mengurangi risiko yang ada (Budiono, 2003).
Tabel 2.5 Waktu Pemajanan yang diperkenankan Berdasarkan Intensitas
Kebisingan Tertentu.
Waktu pemajanan per hari Intensitas Kebisingan dalam
dBA
8 85
4 Jam 88
2 91
1 94
30 97
15 100
7,5 Menit 103
3,75 106
1,88 109
0,94 112
28,12 115
14,06 118
7,03 121
3,52 124
1,76 Detik 127
0,88 130
0,44 133
0,22 136
0,11 139
2. Mengarahkan smartphone pada objek mesin dengan jarak sekitar 1 meter atau
1 langkah dari orang gerinda
3. Menambahkan nilai 10 dB pada hasil pembacaan alat smartphone dan mencatat
hasil pengukuran
4. Mengulangi pengukuran sebanyak 5 kali dengan interval waktu 5 menit pada 1
titik pengukuran
5. Melakukan langkah 2 – 4 untuk setiap titik pengukuran yang berbeda
6. Menghitung luas ruangan alat atau ruang terpapar.
Mencatat alat atau sumber kebisingan sekitar yang dapat mempengaruhi
pengukuran
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1. Analisis Data
4.1.1. Pengambilan Data
Berdasarkan hasil praktikum yang telah kami lakukan tentang kebisingan
pada salah satu perusahaan di Surabaya maka didapatkan hasil sebagai berikut :
Nama ruang : Area Hall 3 fabrikasi proses gerinda
Tanggal pengukuran : 04 Oktober2018
Nama pengukur : Siti Uswatun H
Pada praktikum pengukuran kebisingan di salah satu perusahaan di
Surabaya diperoleh data sebagai berikut. Ada 3 titik yang ditentukan.
Tabel 4.1 Data Hasil Pengukuran Kebisingan Proses gerinda
Titik Pengambilan Data Rata-Rata
Sound Level (dB)
Pengukuran ke -
1 90 dB
2 86 dB
1 3 83 dB 86.6 dB
4 86 dB
5 88 dB
1 83 dB
2 84 dB
2 3 81 dB 82.6 dB
4 83 dB
5 82 dB
1 81 dB
2 82 dB
3 3 78 dB 80.2 dB
4 81 dB
5 79 dB
Rata-Rata 83.13 dB
(Sumber Hasil pengukuran, 2018)
4.1.2 Hasil pengukuran menggunakan Smart Phone
Hasil Pengukuran Titik 1
8
T (L -85)
3
2
di mana:
T = waktu maksimum di mana pekerja boleh berhadapan dengan tingkat
kebisingan (dalam menit)
L = tingkat kebisingan (dB) yang dianggap berbahaya
3 = exchange rate yang digunakan di Indonesia, standar OSHA digunakan
sebesar 5
Maka sesuai dengan hasil pengukuran kebisingan yang terdapat pada table 4.1
bahwa kebisingan yang dihasilkan masih dibawah NAB.
4.2 Pembahasan
Dari pengukuran yang di ambil yaitu mengukur proses orang gerinda disalah
satu perusahaan di Surabaya. Pengukuran dilakukan selama 75 menit dan jarak
yang dilakukan pengukuran sebesar 1 meter. Luas area yang di ambil sekitar 2x2
meter karena mengambil satu orang melakukan proses gerinda. Hasil dari
pengukuran 3 tidak lebih dari NAB maka masih diperkenankan untuk melakukan
aktivitas selama 8 jam. Tetapi lebih baik direkomendasikan pekerja menggunakan
ear plug/ ear muff karena 83.13 dB hamper mendekati nilai ambang batas.
Pengendaliannya antara laian sosialisasi kepada pekerja bahaya dalam gerinda dan
menggunakan APD.
BAB V
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah:
1. Mengukur kebisingan menggunakan aplikasi SLM sangat membantu tanpa
harus ada alat ukur yang asli.
2. Hasil dari pengukuran kebisingan pada orang gerinda sebesar 83.13 dB.
3. Pengendalian yang dapat dilakukan pada orang gerinda cukup menggunakan
APD seperti ear plug.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberika pada pengukuran kebisingan ini adalah:
1. Meskipun menggunakan smartphone membantu dalam pengukuran
kebisingan namun ketelitian dalam pengukuran yang dihasilkan masih
diragukan sebaiknya menggunakan alat ukur SLM yang sudah terkalibrasi.
2. Pihak penyelenggara/kampus lebih baik menambah SLM yang sudah
terkalibrasi yang ada di ruang praktikum agar mahasiswa lebih mudah
dalam pengaplikasiannya di dunia industry nanti.
3. Mahasiswa sebaiknya menggunakan langkah-langkah yang sesuai dalam
pengukuran agar hasil yang didapat akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Santiasih., Lukman, Handoko,. (2012). Modul Praktikum Pengukuran Lingkungan
Kerja, Surabaya: Indonesia.
Soeripto. 2008. Higiene Industri. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Tambunan, Sihat Tigor Benjamin, 2005. Kebisingan di Tempat Kerja. Andi,
Yogyakarta.
Wentz Charles, A. 1999. Penambahan untuk Sound Level Pressure dari Sumber
Beragamam. England.
Zulmiar Yanri, 1999. Pengendalian Bahaya Kebisingan di Tempat Kerja. Jakarta