Anda di halaman 1dari 40

PERATURAN PERUNDANG

UNDANGAN DI BIDANG HIPERKES


DAN KESELAMATAN KERJA

1
TENAGA KERJA

PAK
(KESEHATAN) KECELAKAAN KERJA
APD (KESELAMATAN)
Proses

BAHAN ALAT

PENCEMARAN
LINGKUNGAN
KEBIJAKAN KETENAGAKERJAAN
Berdasar : PERMENAKERTRANS NO. 2 THN 2012
(RENSTRA KEMENAKERTRANS DLM PEMBANGUNAN NASIONAL)

1. Perluasan penciptaan kesempatan kerja & penempatan


NAKER
2. Peningkatan Kompetensi & kualitas produktivitas NAKER
3. Pengelolaan Iklim Kerja yg kondusif mll hubungan industrial
yg harmonis
4. Peningkatan intensitas & kualitas pengawasan
5. ketenagakerjaan, keselamatan dan kesehatan kerja serta
penegakan hukum
KEBIJAKAN DISNAKERTRANS
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
– Peningkatan kualitas dan produktivitas angkatan kerja
melalui pelatihan dan sertifikasi tenaga kerja.
– Peningkatan Penempatan tenaga kerja kerja melalui
informasi pasar kerja dan pelaksanaan bursa kerja
– Peningkatan Perluasan Kesempatan kerja melalui
kegiatan pemberdayaan masyarakat dengan usaha
kelompok dan mandiri.
– Peningkatan perlindungan dan Jaminan sosial bagi tenaga
kerja.
– Perbaikan pengiriman transmigrasi.
Tujuan dan Manfaat Penerapan Peraturan
Perundang-undangan K3
• Tujuan :
a. Melindungi tenaga kerja dari bahaya-bahaya
akibat kerja
b. Memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan dan keselamatan tenaga kerja
sehingga mampu melaksanakan pekerjaan
dengan produktifitas kerja yang tinggi.
c. Memelihara dan meningkatkan kesejahteraan
tenaga kerja melalui jaminan atau kelestarian
kesempatan kerja.

5
e. Terciptanya perasaan aman dan terlindungi
sehingga meningkatkan motivasi untuk lebih
berprestasi.
f. Memelihara stabilitas dalam bidang
ketenagakerjaan dengan semakin mantapnya
pelaksanaan Hubungan Industrial Pancasila.
g. Dapat meningkatkan efisiensi kerja, memelihara
kontinuitas usaha, menurunkan biaya
pengobatan dan meningkatkan produktivitas
kerja.

6
KEWAJIBAN PENGUSAHA, BIDANG K3 :
1. Menjelaskan pada tenaga kerja : potensi bahaya yang dihadapi di
tempat kerja, pengaman dan peralatan perlindungan, APD dan SOP
2. Mengadakan pembinaan K3
3. Memeriksakan kesehatan tenaga kerja Awal, berkala dan khusus
4. Melaporkan kejadian kecelakaan kerja (2 x 24 jam)
5. Menempelkan syarat-syarat K3, poster-poster K3 yang relevan
6. Menyediakan scr Cuma-Cuma semua APD yang dibutuhkan
pekerja

KEWAJIBAN DAN HAK PEKERJA :


1. Memberi keterangan yang benar jika diminta pengawas / ahli
K3
2. Memakai APD yg diwajibkan
3. Mentaati syarat-syarat K3 yang diwajibkan
4. Meminta pengusaha memenuhi persyaratan K3 yang
diperlkan
5. Menyatakan keberatan melakukan pekerja di tempat yg tidak
memenuhi syarat K3-nya
Manfaat :

a. Bagi Pengusaha ;
• Terlaksananya amanat Undang –Undang Dasar
1945 Pasal 27 ayat (2).
• Adanya kepastian hukum bagi pelaku industri
dan investasi di Indonesia.
• Mempunyai pedoman / standart dalam
menerapkan Higiene Perusahaan dan Kesehatan
Kerja di perusahaannya

8
b. Bagi Tenaga Kerja :
• Diberdayakannya tenaga kerja secara optimal
dan manusiawi
• Memberikan perlindungan kepada tenaga
kerja dalam mewujudkan kesejahteraan.
• Meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan
keluarganya.

9
Terdapat beberapa alasan mengapa K3 penting
sehingga perlu adanya Peraturan Per UU an :
1. Tenaga kerja merupakan aset perusahaan yang
sangat berharga untuk mencapai tujuan-tujuan
yang telah ditetapkan perusahaan
2. Bila terjadi kecelakaan maka berakibat tenaga kerja
dan keluarganya menderita dan hal ini akan
menurunkan produktivitas tenaga kerja
3. Bila terjadi kecelakaan maka perusahaan akan
mengalami kerugian yang sangat besar

10
Ketentuan Pokok Tentang K3

Undang –Undang Dasar 1945 Pasal 27 ayat 2


mengamanatkan ;

“ Tiap warga negara berhak atas pekerjaan


dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan “

11
Peraturan Perundang-Undangan Yang
Berkaitan Dengan Bidang Higiene
Perusahaan, Kesehatan dan
Keselamatan Kerja

12
Undang – Undang No. 1 Tahun 1970 Tentang
Keselamatan Kerja.
• Sekalipun disebut sebagai Undang-Undang
Keselamatan Kerja, UU ini juga memuat masalah
kesehatan kerja.
Pasal 8 :
Pengurus diwajibkan memeriksa kesehatan (fisik &
mental) bagi TK yang akan diterima maupun akan
dipindah sesuai dengan sifat pekerjaannya.
Pengurus diwajibkan memeriksa kesehatan TK
secara berkala.

13
Pasal 9 ayat 1 :
Pengurus diwajibkan menunjukkan dan
menjelaskan pada TK baru tentang :
a. Kondisi dan bahaya di tempat kerja
b. Semua pengamanan dan alat perlindungan
yang harus ada
c. APD bagi tenaga kerja ybs
d. Cara dan sikap yang aman dalam bekerja

14
Pasal 9 ayat 3 :
Pengurus diwajibkan menyelenggarkan pembinaan
bagi semua TK nya dalam hal :
* Pencegahan kecelakaan & pemberantasan
kebakaran
* Peningkatan keselamatan & kesehatan kerja
* Pemberian pertolongan pertama pada
kecelakaan.

15
Undang – Undang No. 1 Tahun 1951
• Tenaga kerja tidak boleh bekerja lebih dari 8 jam sehari dan
40 jam seminggu.
• Untuk pekerjaan malam hari atau berbahaya bagi
keselamatan dan kesehatan tenaga kerja maka waktu kerja
tidak boleh lebih dari 6 jam sehari dan 35 jam seminggu
• Setelah bekerja 4 jam terus menerus diberikan waktu
istirahat minimal setengah jam
• Penyimpangan waktu kerja diperbolehkan asal tidak lebih 9
jam sehari dan 54 jam seminggu dengan pemberian
tambahan kalori minimal 1.400 kalori.

16
Undang – Undang No. 3 Tahun 1969 Tentang
Persetujuan Konvensi ILO No. 120 mengenai Higiene
dalam Perniagaan dan kantor – kantor.

Memuat ketentuan-ketentuan antara lain tentang :


•Kebersihan, Ventilasi,Penerangan, Suhu nyaman,
•Tempat kerja dan Tempat duduk yang aman
untuk kesehatan TK
•Persediaan minum/air minum

17
• Perlengkapan cuci & Sanitasi
• Tempat duduk yang cukup
• Tempat ganti dan menyimpan pakaian
• Pekerjaan dibawah tanah atau tidak berjendela
harus memenuhi standar hygiene yang baik
• Penyediaan Alat Pelindung Diri.
• Kebisingan & getaran yang membahayakan harus
dikurangi
• Menyediakan kotak P3K

18
Undang-Undang No 13 tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan.
•UU dikeluarkan pada tanggal 25 Maret 2003, terdiri
dari 18 Bab dan 192 pasal, adapun yang
berhubungan dengan Hiperkes dan Keselamatan
Kerja diantaranya :

Paragraf 5 Psl 86 tentang K3 yang memuat tentang


hak pekerja/buruh untuk memperoleh perlindungan
atas :
a.Keselamatan dan Kesehatan kerja
b.Moral dan kesusilaan

19
c. Perlakukan yang sesuai dengan harkat dan
martabat manusia serta nilai-nilai agama.
d. Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja
guna menunjang produktivitas kerja yang
optimal.

Pasal 87, yang memuat tentang Setiap


perusahaan wajib menerapkan sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
yang terintegrasi dengan sistem manajemen
perusahaan.

20
PENGUJIAN / PEMERIKSAAN K3
• Prinsip : Perusahaan wajib melakukan pengujian /
pemeriksaan K3 paling lama setahun sekali

1. Pengujian potensi bahaya di tempat kerja : Faktor Fisik,


Kimia, Biologi, Fisiologi, Psikologi.
2. Pengujian peralatan kerja, instalasi listrik, peralatan
pemadam api/ kebakaran, sarana/prasarana kerja lainnya.
3. Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja : Awal, berkala,
khusus.
4. Pemeriksaan pelaksanaan norma K3 pada umumnya.
P.M.P No. 7 Tahun 1964 tentang Syarat
Kesehatan, Kebersihan serta Penerangan
Ditempat Kerja Ganti BAB III Per 05 2018
1. Kesehatan :
• TK harus mendapatkan ruang udara (cubic space)
min 10 m dan sebaiknya 15 m
• Tinggi tempat kerja min 3 m, luas tempat kerja min
2 m per TK
• Lantai : terbuat bahan yg keras, tahan air dan tahan
bahan kimia.
• TK yg bekerja sambil duduk harus disediakan tempat
duduk yang ergonomis
22
2. Kebersihan :
• Saluran air harus tertutup
• Sampah harus terkumpul pada tempat khusus,
tertutup, tidak menjadi sarang lalat atau serangga
lain dan pada waktu tertentu dibuang ke TPA
• Pengaturan WC dan persyaratan WC yang
bersih

23
3. Penerangan
• Bila penerangan alami hanya masuk lewat jendela
maka jarak lantai dengan jendela max 1,2 m. Sinar
matahari harus dapat mencapai dinding di seberang
• Jika penerangan alami tidak cukup maka ditambah
penerangan buatan, tetapi tidak boleh
menyebabkan kenaikan suhu hingga suhu ruangan
melebihi 32 o C
• Pekerjaan malam hari harus mempunyai alat-alat
penerangan darurat yang sumber tenaganya bebas
dari insalasi umum

24
Permenakertrans No. Per.13/Men/X/2011
/BAB II PER. 05 2018 Tentang Nilai Ambang
Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat
Kerja
• Memuat aturan-aturan pelaksanaan pengujian, arti
dan batasan-batasan atau Nilai Ambang Batas
seperti :

Faktor fisik adalah faktor didalam tempat kerja yang


bersifat fisika ( Iklim kerja, kebisngan, getaran,
gelombang mikro dan sinar ultra ungu)

25
Nilai Ambang Batas (NAB) adalah standart faktor
tempat kerja yang dapat diterima tenaga kerja tanpa
mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan
untuk waktu 8 jam sehari dan 40 jam seminggu.

26
Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi
dan Koperasi No.Per.01/Men/1976 tentang
Kewajiban Latihan bagi dokter perusahaan

Didalamnya memuat antara lain :


• Setiap perusahaan diwajibkan mengirimkan
dokternya untuk dilatih dalam bidang hiperkes dan
keselamatan kerja
• Difinisi dokter perusahaan adalah dokter yang
ditunjuk dan bekerja diperusahaan dan
bertanggungjawab atas hiperkes dan keselamatan
kerja
27
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No.Per.01/Men/1979 tentang
Kewajiban Latihan hiperkes dan keselamatan
kerja bagi tenaga paramedis
Didalamnya memuat antara lain :
• Perusahaan yang menggunakan paramedis
diwajibkan mengikuti latihan dalam bidang hiperkes
dan keselamatan kerja
• Difinisi paramedis perusahaan adalah tenaga
paramedis yg ditugaskan untuk melaksanakan atau
membantu penyelenggaraan tugas-tugas hiperkes
dan kk di perusahaan atas petunjuk dan bimbingan
dokter perusahaan.
28
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
No.Per.02/Men/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan
Tenaga Kerja
• Didalamnya memuat antara lain :
1. Kewajiban perusahaan untuk melaksanakan :
a. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja
b. Pemeriksaan kesehatan berkala
c. Pemeriksaan kesehatan khusus
2. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja dan berkala
meliputi : fisik lengkap, kesegaran jasmani, Rontgen
paru, lab rutin serta px lain yang dianggap perlu.

29
Permenakertrans No.Per.01/Men/1981
tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat
Kerja
• Didalamnya memuat antara lain :
- Bila dalam Px berkala dan khusus ditemukan PAK maka
pengurus wajib melapor secara tertulis kepada Disnaker
setempat
- Pengurus wajib menyediakan APD (alat pelindung diri ) secara
cuma-cuma dan TK harus memakai APD yang diwajibkan
untuk pencegahan PAK
- TK berhak menyatakan keberatan untuk melakukan pekerjaan
pada tempaat kerja yang diragukan keadaan pencegahannya
terhadap PAK

30
Permenakertrans No.Per.03/Men/1982
tentang Pelayanan Kesehatan Kerja.
Didalamnya memuat antara lain :
• Setiap TK berhak mendapatkan pelayanan kesehatan
kerja dan pengurus wajib memberikan pelayanan
kesehatan kerja sesuai dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi
• Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja :
1. TK > 500 : harus punya poli yg dipimpin oleh dokter
dg jam kerja sesuai oprsl persh
2. TK 200 - 500 : menyediakan poli tiap hari kerja dan
unt 2 hari sekali dipimpin oleh dokter
31
3. TK 100 s/d 200 org : menyediakan poli yg
ditangani paramedis serta dokter praktek tiap 3
hari sekali
4. TK dibawah 100 orang : dapat menyelenggarakan
pelayanan kesehatan bersama-sama dg pengurus
lain
• Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dipimpin
dan dijalankan oleh seorang dokter.
• Pengurus wajib memberikan kebebasan
profesional kepada dokter yang menjalankan
pelayanan kesehatan kerja

32
Kep. Menaker No. Kep.25/Men/2008 tentang
Diagnosa dan Pelaporan PAK
Didalamnya memuat antara lain :
• PAK dapat didiagnosa sewaktu dilaksanakan
pemeriksaan kes TK ( berkala dan khusus )
• Pada saat pemeriksaan kesehatan harus ditentukan
apakah penyakit yang diderita TK merupakan PAK
atau bukan
• Tata cara diagnosis PAK dan proses pelaporan PAK
• PAK adalah setiap penyakit yang disebabkan oleh
pekerjaan atau lingkungan kerja.

33
Permenaker No. 04/Men/1987 tentang P2K3
serta Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan
dan Kesehatan Kerja

• Pembentukan P2K3 wajib bagi perusahaan dengan


tenaga kerja lebih 100 orang
• P2K3 juga wajib dibentuk oleh perusahaan dengan
tenaga kerja dibawah 100 orang tetapi menggunakan
bahan, proses dan instalasi yang beresiko tinggi akan
terjadinya peledakan, kebakaran, keracunan dan
penyinaran radio aktif

34
• Keanggotaan P2K3 terdiri dari unsur pengusaha dan
pekerja yang terdiri dari Ketua, sekretaris ( Ahli
Keselamatan Kerja dari perusahaan yang
bersangkutan) dan anggota

• Tugas P2K3 memberikan saran dan pertimbangan


baik diminta maupun tidak kepada pengusaha atau
pengurus mengenai masalah keselamatan dan
kesehatan kerja

35
• Ahli Keselamatan Kerja adalah tenaga teknis
berkeahlian khusus dari luar Kemenakertrans yang
ditunjuk oleh Menteri dan berfungsi membantu
pimpinan perusahaan dalam penyelenggaraan K3 di
perusahaan

• Keputusan penunjukan Ahli Keselamatan Kerja


berlaku selama 3 tahun dan dapat dimintakan
perpanjangan kepada Menteri

36
Kep. Menteri Koordinasi Bidang Kesehatan
Masyarakat No. 06/Kep/Menko
Kesra/VIII/1998 tentang Pola Umum Gerakan
Perbaikan Menu Makan Rakyat dan Juklaknya

• Program pangan dan gizi berdemensi pada


produktivitas kerja. Dan sebagai penanggung jawab
adalah Departemen Tenaga Kerja

37
SE Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
No.SE 01/Men/1979 tentang Pengadaan
Kantin dan Ruang Makan
• Perusahaan dengan TK 50 s/d 200 orang :
menyediakan ruang tempat makan
• Perusahaan dengan TK lebih 200 orang :
menyediakan kantin.

38
Surat Edaran Direktur Jenderal Bina Hubungan
Ketenagakerjaan dan Pengawasan Norma
Kerja No. 86/BW/89 tentang Catering bagi
tempat kerja

• Pengelola catering yang melayani makan tenaga


kerja telah mengikuti Pelatihan Hiperkes dan
Keselamatan Kerja.

39
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai