Anda di halaman 1dari 44

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 01 TAHUN 1970

TENTANG

KESELAMATAN KERJA

BAB I

TENTANG ISTILAH-ISTILAH

Pasal 1

Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan :

(1). "tempat kerja" ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap dimana tenaga kerja
bekerja, atau sering dimasuki tempat kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau
sumber-sumber bahaya sebagaimana diperinci dalam pasal 2 ; termasuk tempat kerja ialah semua ruangan,
lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau berhubung dengan tempat kerja
tersebut;

(2). "pengurus" ialah orang yang mempunyai tugas langsung sesuatu tempat kerja atau bagiannya yang berdiri
sendiri;

(3) "pengusaha" ialah :

a. orang atau badan hukum yang menjalankan sesuatu usaha milik sendiri dan untuk keperluan itu
mempergunakan tempat kerja;

b. orang atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan sesuatu usaha bukan miliknya dan untuk
keperluan itu mempergunakan tempat kerja;

c. orang atau badan hukum, yang di Indonesia mewakili orang atau badan hukum termaksud pada (a) dan (b),
jikalau yang mewakili berkedudukan di luar Indonesia.

(4) "direktur" ialah pejabat yang ditunjuk oleh Mneteri Tenaga Kerja untuk melaksanakan Undang-undang ini.

(5) "pegawai pengawas" ialah pegawai teknis berkeahlian khusus dari Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk
oleh Menteri Tenaga Kerja.

(6) "ahli keselamatan kerja" ialah tenaga teknis berkeahlian khusus dari luar Departemen Tenaga Kerja yang
ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk mengawasi ditaatinya Undang-undang ini.

BAB II

RUANG LINGKUP

Pasal 2

(1). Yang diatur oleh Undang-undang ini ialah keselamatan kerja dalam segala tempat kerja, baik di darat, di
dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum
Republik Indonesia.

(2). Ketentuan-ketentuan dalam ayat (1) tersebut berlaku dalam tempat kerja di mana :
a. dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat, perkakas, peralatan atau instalasi yang
berbahaya atau dapat menimbulkan kecelakaan atau peledakan;

b. dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut, atau disimpan atau bahan yang dapat
meledak, mudah terbakar, menggigit, beracun, menimbulkan infeksi, bersuhu tinggi;

c. dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau pembongkaran rumah, gedung atau
bangunan lainnya termasuk bangunan perairan, saluran atau terowongan di bawah tanah dan sebagainya
atau dimana dilakukan pekerjaan persiapan.

d. dilakukan usaha: pertanian, perkebunan, pembukaan hutan, pengerjaan hutan, pengolahan kayu atau hasil
hutan lainnya, peternakan, perikanan dan lapangan kesehatan;

e. dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan : emas, perak, logam atau bijih logam lainnya, batu-batuan,
gas, minyak atau minieral lainnya, baik di permukaan atau di dalam bumi, maupun di dasar perairan;

f. dilakukan pengangkutan barang, binatang atau manusia, baik di darat, melalui terowongan, dipermukaan
air, dalam air maupun di udara;

g. dikerjakan bongkar muat barang muatan di kapal, perahu, dermaga, dok, stasiun atau gudang;

h. dilakukan penyelamatan, pengambilan benda dan pekerjaan lain di dalam air;

i. dilakukan pekerjaan dalam ketinggian diatas permukaan tanah atau perairan;

j. dilakukan pekerjaan di bawah tekanan udara atau suhu yang tinggi atau rendah;

k. dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah, kejatuhan, terkena pelantingan benda,
terjatuh atau terperosok, hanyut atau terpelanting;

l. dilakukan pekerjaan dalam tangki, sumur atau lobang;

m. terdapat atau menyebar suhu, kelembaban, suhu, kotoran, api, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca,
sinar atau radiasi, suara atau getaran;

n. dilakukan pembuangan atau pemusnahan sampah atau limbah;

o. dilakukan pemancaran, penyinaran atau penerimaan radio, radar, televisi, atau telepon;

p. dilakukan pendidikan, pembinaan, percobaan, penyelidikan atau riset (penelitian) yang menggunakan alat
teknis;

q. dibangkitkan, dirobah, dikumpulkan, disimpan, dibagi-bagikan atau disalurkan listrik, gas, minyak atau air;

r. diputar film, pertunjukan sandiwara atau diselenggarakan reaksi lainnya yang memakai peralatan, instalasi
listrik atau mekanik.

(3). Dengan peraturan perundangan dapat ditunjuk sebagai tempat kerja, ruangan-ruangan atau
lapangan-lapangan lainnya yang dapat membahayakan keselamatan atau kesehatan yang
bekerja atau yang berada di ruangan atau lapangan itu dan dapat dirubah perincian tersebut
dalam ayat (2).
BAB III

SYARAT-SYARAT KESELAMATAN KERJA

Pasal 3

(1). Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk :


a. mencegah dan mengurangi kecelakaan;
b. mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;
c. mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;
d. memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-
kejadian lain yang berbahaya;
e. memberi pertolongan pada kecelakaan;
f. memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;
g. mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu,
kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar radiasi, suara dan getaran;
h. mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physik maupun
psychis, peracunan, infeksi dan penularan.
i. memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;
j. menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;
k. menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;
l. memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;
m. memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses
kerjanya;
n. mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau barang;
o. mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;
p. mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan
barang;
q. mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;
r. menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya
kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

(2). Dengan peraturan perundangan dapat dirubah perincian seperti tersebut dalam ayat (1) sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknik dan teknologi serta pendapatan-pendapatan baru di kemudian hari.

Pasal 4

(1). Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja dalam perencanaan, pembuatan,
pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan
bahan, barang, produk teknis dan aparat produksi yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya
kecelakaan.

(2). Syarat-syarat tersebut memuat prinsip-prinsip teknis ilmiah menjadi suatu kumpulan ketentuan yang disusun
secara teratur, jelas dan praktis yang mencakup bidang konstruksi, bahan, pengolahan dan pembuatan,
perlengkapan alat-alat perlindungan, pengujian dan pengesyahan, pengepakan atau pembungkusan, pemberian
tanda-tanda pengenal atas bahan, barang, produk teknis dan aparat produk guna menjamin keselamatan barang-
barang itu sendiri, keselamatan tenaga kerja yang melakukannya dan keselamatan umum.

(3). Dengan peraturan perundangan dapat dirubah perincian seperti tersebut dalam ayat (1) dan (2); dengan
peraturan perundangan ditetapkan siapa yang berkewajiban memenuhi dan mentaati syarat-syarat keselamatan
tersebut.
BAB IV

PENGAWASAN

Pasal 5

(1). Direktur melakukan pelaksanaan umum terhadap Undang-undang ini sedangkan para pegawai pengawas dan
ahli keselamatan kerja ditugaskan menjalankan pengawasan langsung terhadap ditaatinya Undang-undang ini
dan membantu pelaksanaannya.

(2). Wewenang dan kewajiban direktur, pegawai pengawas dan ahli keselamatan kerja dalam melaksanakan
Undang-undang ini diatur dengan peraturan perundangan.

Pasal 6

(1). Barang siapa tidak dapat menerima keputusan direktur dapat mengajukan permohonan
banding kepada Panitia Banding.

(2). Tata cara permohonan banding, susunan Panitia Banding, tugas Panitia Banding dan lain-
lainnya ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja.

(3). Keputusan Panitia Banding tidak dapat dibanding lagi.

Pasal 7

Untuk pengawasan berdasarkan Undang-undang ini pengusaha harus membayar retribusi menurut ketentuan-
ketentuan yang akan diatur dengan peraturan perundangan.

Pasal 8

(1). Pengurus di wajibkan memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik dari tenaga kerja
yang akan diterimanya maupun akan dipindahkan sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan yang diberikan padanya.

(2). Pengurus diwajibkan memeriksakan semua tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya, secara berkala
pada Dokter yang ditunjuk oleh Pengusaha dan dibenarkan oleh Direktur.

(3). Norma-norma mengenai pengujian kesehatan ditetapkan dengan peraturan perundangan.

BAB V

PEMBINAAN

Pasal 9

(1). Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang :

a. Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang dapat timbul dalam tempat kerja;
b. Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan dalam tempat kerja;
c. Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan;
d. Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya.

(2). Pengurus hanya dapat mempekerjakan tenaga kerja yang bersangkutan setelah ia yakin bahwa tenaga kerja
tersebut telah memahami syarat-syarat tersebut di atas.

(3). Pengurus diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja yang berada di bawah
pimpinannya, dalam pencegahan kecelakaan dan pemberantasan kebakaran serta peningkatan keselamatan dan
kesehatan kerja, pula dalam pemberian pertolongan pertama pada kecelakaan.
(4). Pengurus diwajibkan memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang berlaku bagi
usaha dan tempat kerja yang dijalankan.

BAB VI

PANITIA PEMBINA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Pasal 10

(1). Menteri Tenaga Kerja berwenang membertuk Panitia Pembina Keselamatan Kerja guna memperkembangkan
kerja sama, saling pengertian dan partisipasi efektif dari pengusaha atau pengurus dan tenaga kerja dalam
tempat-tempat kerja untuk melaksanakan tugas dan kewajiban bersama di bidang keselamatan dan kesehatan
kerja, dalam rangka melancarkan usaha berproduksi.

(2). Susunan Panitia Pembina dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, tugas dan lain-lainnya ditetapkan oleh
Menteri Tenaga Kerja.

BAB VII

KECELAKAAN

Pasal 11

(1). Pengurus diwajibkan melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi dalam tempat kerja yang dipimpinnya, pada
pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.

(2). Tata cara pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan oleh pegawai termaksud dalam ayat (1) diatur dengan
peraturan perundangan.

BAB VIII

KEWAJIBAN DAN HAK TENAGA KERJA

Pasal 12

Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak tenaga kerja untuk:
a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas dan atau
keselamatan kerja;
b. Memakai alat perlindungan diri yang diwajibkan;
c. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang
diwajibkan;
d. Meminta pada Pengurus agar dilaksanakan semua syarat keselamatan dan kesehatan kerja
yang diwajibkan;
e. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan dimana syarat kesehatan dan keselamatan kerja
serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan olehnya kecuali dalam hal-hal
khususditentukan lain oleh pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih dapat
dipertanggung jawabkan.

BAB IX

KEWAJIBAN BILA MEMASUKI TEMPAT KERJA

Pasal 13

Barang siapa akan memasuki sesuatu tempat kerja, diwajibkan mentaati semua petunjuk keselamatan kerja dan
memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan.
BAB X

KEWAJIBAN PENGURUS

Pasal 14

Pengurus diwajibkan :

a. Secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua syarat keselamatan kerja yang
diwajibkan, sehelai Undang-undang ini dan semua peraturan pelaksanaannya yang berlaku bagi tempat kerja
yang bersangkutan, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli
keselamatan kerja;

b. Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan
semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk
pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.

c. Menyediakan secara cuma-cuma, semua alat perlindungan diri yang diwajibkan pada tenaga kerja berada di
bawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai
dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk
pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.

BAB XI

KETENTUAN-KETENTUAN PENUTUP

Pasal 15

(1). Pelaksanaan ketentuan tersebut pada pasal-pasal di atas diatur lebih lanjut dengan peraturan perundangan.

(2).Peraturan perundangan tersebut pada ayat (1) dapat memberikan ancaman pidana atas pelanggaran peraturannya
dengan hukuman kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau denda setinggi-tingginya Rp. 100.000,- (seratus
ribu rupiah).

(3). Tindak pidana tersebut adalah pelanggaran.

Pasal 16

Pengusaha yang mempergunakan tempat-tempat kerja yang sudah ada pada waktu Undang-undang ini mulai
berlaku wajib mengusahakan di dalam satu tahun sesudah Undang-undang ini mulai berlaku, untuk memenuhi
ketentuan-ketentuan menurut atau berdasarkan Undang-undang ini.

Pasal 17

Selama peraturan perundangan untuk melaksanakan ketentuan dalam Undang-undang ini belum dikeluarkan, maka
peraturan dalam bidang keselamatan kerja yang ada pada waktu Undang-undang ini mulai berlaku, tetap berlaku
sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-undang ini.

Pasal 18

Undang-undang ini disebut "UNDANG-UNDANG KESELAMATAN KERJA" dan mulai berlaku pada hari
diundangkan.

Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang ini dengan
penempatan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
. Disahkan di Jakarta
pada tanggal 12 Januari 1970

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd

SOEHARTO

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 12 Januari 1970

Sekretaris Negara Republik Indonesia,

ttd

ALAMSYAH
SELAMAT DATANG
PESERTA DIKLAT

▪ OLEH : TIM SMKP

STRATEGI IMPLEMENTASI SMKP


Karakteristik Pertambangan Kementerian ESDM PP No. 19 Tahun 1973
✓ Padat Modal & Teknologi ✓ Memiliki personil Menteri ESDM
✓ Risiko Besar & Spesifik khusus melakukan pengawasan
✓ Peralatan khusus ✓ Memiliki peralatan atas K3 dalam bidang
khusus pertambangan kecuali
✓ Dinamis (Hazard & Risiko
Berpindah) untuk Ketel Uap.

Tambang Terbuka Tambang Bawah Tanah

Kuari Lepas Pantai (Kapal Keruk) Tambang Hidrolis


1/18/2023 Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan Indonesia 2
1. Rencana Kerja, Anggaran, dan Biaya (RKAB);
2. Kepala Teknik Tambang (KTT), Kepala Tambang Bawah
Tanah (KTBT), Kepala Kapal Keruk/Isap, Penanggung Jawab
Operasional (PJO); Penanggung Jawab Teknik dan
Lingkungan (PTL)
3. Pengawas Operasional dan Teknik;
4. Personel Khusus Pertambangan;
5. Pengelolaan Keselamatan Operasi Pertambangan;
6. Bahan Peledak dan Peledakan;
7. Penyelidikan Kecelakaan, Kejadian Berbahaya, dan
Penyakit Akibat Kerja;
8. Diklat Pekerja dan Pengawas, Buku Tambang, dan Buku
Kecelakaan; dan
9. Keselamatan di Luar Pekerjaan.
1/18/2023 Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan Indonesia 3
KONSEP AKADEMIS

1/18/2023 Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan Indonesia 4


TAHAPAN MENUJU
BUDAYA KESELAMATAN

CC
E3
E3 BB
E1
E1 E2 E1 E2

(E1) (E3) (CC)


Engineering Enforcement E3 BB Culture
E1 E2
Change
E1 E2
(E2) (BB)
Education Behavior-based
S.K. Poon

1/18/2023 Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan Indonesia 5


BEBERAPA STANDAR DI DUNIA
AS/NZS
SMK3 4801: 2001

APOSHO
ILO OSH 2001 STANDAR
2000

ISO 45001:2018 DR 96311


PERUSAHAAN

BS 8800 Safety Map

SA 8000 ISRS VPP OSHA

1/18/2023 Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan Indonesia 6


DEFINISI DAN RUANG
LINGKUP SMKP
Bagian dari sistem manajemen
perusahaan secara keseluruhan dalam
rangka pengendalian risiko yang berkaitan
dengan kegiatan kerja guna terciptanya
tempat kerja yang aman, efisien dan
produktif.
(PP 50 / 2012, Pasal 1 angka 1)

Ringkasan
18/01/2023 7 dari 57
SISTEM SISTIM MANAJEMEN
MANAJEMEN KESELAMATAN
KESELAMATAN PERTAMBANGAN
PERTAMBANGAN (SMKP)MINERAL
MINERALDAN
DANBATUBARA
BATUBARA
KEBIJAKAN PERENCANAAN
TINJAUAN 1. Penyusunan
MANAJEMEN Kebijakan
1. Penelaahan Awal
2. Isi Kebijakan 2. Manajemen Risiko
Tinjauan Manajemen dan
peningkatan kinerja 3. Penetapan Kebijakan 3. Identifikasi dan Pemenuhan
Peraturan Perundangan dan
4. Komunikasi Kebijakan Persyaratan Lainnya yang
DOKUMENTASI 5. Tinjauan Kebijakan Relevan
1. Manual SMKP 4. Tujuan, Sasaran, dan Program
2. Pengendalian Dokumen 5. Rencana Kerja, Anggran, dan
Biaya (RKAB)
3. Pengendalian Rekaman
4. Jenis Dokumen dan
SIKLUS SMKP
Rekaman
ORGANISASI & PERSONEL
IMPLEMENTASI 1. Struktur Organisasi, Tanggung Jawab &
PEMANTAUAN, Wewenang
1. Pengelolaan Operasional
EVALUASI DAN TINDAK 2. Kepala Teknik Tambang, Kepala
LANJUT 2. Pengelolaan Lingkungan Kerja Tambang Bawah Tanah, Kepala Kapal
Keruk/Isap
1. Pemantauan dan 3. Pengelolaan Kesehatan Kerja
3. Penunjukan PJO
Pengukuran Kinerja 4. Pengelolaan Keselamatan
Operasi Pertambangan 4. Bagian K3 dan KO
2. Inspeksi Keselamatan
5. Bahan Peledak dan Peledakan 5. Pengawas Operasional dan Teknik
Pertbg
6. Tenaga Teknik Khusus Pertambangan
3. Evaluasi Pemenuhan/ 6. Sistem Perancangan dan
Kepatuhan Peraturan Rekayasa 7. Komite Keselamatan Pertambangan (KP)
Perundangan 7. Sistem Pembelian 8. Tim Tanggap Darurat
4. Penyelidikan Kecelakaan, 9. Seleksi dan Penempatan Personel
8. Pengelolaan Perusahaan Jasa
Kejadian Berbahaya, dan Pert, 10. Diklat dan Kompetensi
Penyakit Akibat Kerja 11. Komunikasi Keselamatan Pertambangan
9. Pengelolaan Keadaan Darurat
5. Evaluasi Administasi KP 12. Administrasi Keselamatan Pertambangan
10. Pertolongan Pertama Pada
6. Audit Internal SMKP Kecelakaan 13. Partisipasi, Konsultasi, Motivasi, dan
7. Rencana Perbaikan & Kesadaran
11. Keselamatan di Luar Pekerjaan
Tindak Lanjut
18/01/2023 8 dari 57
SISTEM SISTIM MANAJEMEN
MANAJEMEN KESELAMATAN
KESELAMATAN PERTAMBANGAN
PERTAMBANGAN (SMKP)MINERAL
MINERALDAN
DANBATUBARA
BATUBARA
PERMEN ESDM NO 38 TH 2014
TENTANG
PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN
PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA
Amanah PerMen ESDM No. 26 Tahun 2018 tentang Pelaksanaan Kaidah
Pertambangan yang Baik dan Penerapan Pengawasan Pertambangan
Minerba Link
Pedoman

KepMen ESDM No. 1827 K/30/MEM/2018 tentang Pedoman


Pelaksanaan Kaidah Pertambangan yang Baik dan Penerapan
Pengawasan Pertambangan Minerba
Link

18/01/2023 9 dari 57
SISTEM SISTIM MANAJEMEN
MANAJEMEN KESELAMATAN
KESELAMATAN PERTAMBANGAN
PERTAMBANGAN (SMKP)MINERAL
MINERALDAN
DANBATUBARA
BATUBARA
18/01/2023 10 dari 57
SISTEM SISTIM MANAJEMEN
MANAJEMEN KESELAMATAN
KESELAMATAN PERTAMBANGAN
PERTAMBANGAN (SMKP)MINERAL
MINERALDAN
DANBATUBARA
BATUBARA
DASAR PERTIMBANGAN
SMKP MINERBA

a. Memenuhi ketentuan dalam Peraturan Perundang-undangan

b. Menjamin pekerja tambang yang selamat dan sehat serta


operasional tambang yang aman, efisien, dan produktif
dalam pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan, perlu
menerapkan sistem manajemen keselamatan pertambangan
mineral dan batubara.

18/01/2023 11 dari 57
SISTEM SISTIM MANAJEMEN
MANAJEMEN KESELAMATAN
KESELAMATAN PERTAMBANGAN
PERTAMBANGAN (SMKP)MINERAL
MINERALDAN
DANBATUBARA
BATUBARA
PENGERTIAN

1. SMKP Minerba

2. Keselamatan Pertambangan

3. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan

4. Keselamatan Operasi Pertambangan

5. Kepala Teknik Tambang (KTT)/PTL

6. Penanggung Jawab Operasional (PJO)

7. Audit SMKP
18/01/2023 12 dari 57
SISTEM SISTIM MANAJEMEN
MANAJEMEN KESELAMATAN
KESELAMATAN PERTAMBANGAN
PERTAMBANGAN (SMKP)MINERAL
MINERALDAN
DANBATUBARA
BATUBARA
PENGERTIAN SMKP MINERBA

Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan Mineral dan Batubara,


yang selanjutnya disebut SMKP Minerba, adalah
bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam
rangka pengendalian risiko keselamatan pertambangan yang terdiri
atas keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan, dan
keselamatan operasi pertambangan.

(PP No. 50/2012 Pasal 1(1) dan Lampiran IV KepMen ESDM No. 1827
K/30/MEM/2018 )

18/01/2023 13 dari 57
SISTEM SISTIM MANAJEMEN
MANAJEMEN KESELAMATAN PERTAMBANGAN
SMKP-19-02-2015-SDKP
KESELAMATAN PERTAMBANGAN (SMKP)MINERAL
MINERALDAN
DANBATUBARA
BATUBARA
KESELAMATAN PERTAMBANGAN

Keselamatan Pertambangan adalah segala kegiatan yang


meliputi pengelolaan keselamatan dan kesehatan kerja
pertambangan dan keselamatan operasional pertambangan

Lampiran IV KepMen ESDM No. 1827 K/30/MEM/2018 Pasal 14 (3)

SMKP-19-02-2015-SDKP
18/01/2023 14 dari 57
SISTEM SISTIM MANAJEMEN
MANAJEMEN KESELAMATAN
KESELAMATAN PERTAMBANGAN
PERTAMBANGAN (SMKP)MINERAL
MINERALDAN
DANBATUBARA
BATUBARA
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
PERTAMBANGAN

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan (K3


Pertambangan) adalah segala kegiatan untuk menjamin dan
melindungi pekerja tambang agar selamat dan sehat melalui
upaya pengelolaan keselamatan kerja, kesehatan kerja, dan
lingkungan kerja Pertambangan

Lampiran IV KepMen ESDM No. 1827 K/30/MEM/2018 Pasal 14 (4)

18/01/2023 15 dari 57
SISTEM SISTIM MANAJEMEN
MANAJEMEN KESELAMATAN
KESELAMATAN PERTAMBANGAN
PERTAMBANGAN (SMKP)MINERAL
MINERALDAN
DANBATUBARA
BATUBARA
KESELAMATAN OPERASI PERTAMBANGAN

Keselamatan Operasi Pertambangan (KO Pertambangan)


adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi operasional
tambang yang aman, efisien, dan produktif melalui upaya, antara lain
pengelolaan sistem dan pelaksanaan pemeliharaan/perawatan sarana,
prasarana, pertambangan; pengaman instalasi; kelayakan sarana
prasarana, instalasi dan peralatan pertambangan, kompetensi tenaga
teknik, dan evaluasi laporan hasil kajian teknis.

Lampiran IV KepMen ESDM No. 1827 K/30/MEM/2018 Pasal 14 (5)

18/01/2023 16 dari 57
SISTEM SISTIM MANAJEMEN
MANAJEMEN KESELAMATAN
KESELAMATAN PERTAMBANGAN
PERTAMBANGAN (SMKP)MINERAL
MINERALDAN
DANBATUBARA
BATUBARA
DEFINISI DAN ISTILAH SMKP (Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan)

Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan Mineral dan Batubara (SMKP Minerba) terdiri atas Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) pertambangan dan Keselamatan Operasi (KO) pertambangan, diterapkan oleh pemegang IUP
Operasi Produksi khusus untuk pengolahan dan/atau pemurnian dan perusahaan jasa pertambangan.
Penerapan SMKP Minerba terdiri atas elemen dan sub elemen sebagai berikut:
1.Elemen 1 (Kebijakan)
1. Penyusunan .
2. Isi Kebijakan.
3. Penatapan kebijakan.
4. Komunikasi kebijakan.
5. Peninjauan Kebijakan.
2.Elemen 2 ( Perencanaan )
1. Penelaahan Awal
2. Identifikasi bahaya dan penilaian risiko.
3. Identifikasi dan kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan persyaratan lainnya yang terkait
4. Penetapan Tujuan, Sasaran, dan Program (TSP)
5. Rencana kerja dan anggaran keselamatan Pertambangan

Induksi Keselamatan Pertambangan dan Lingkungan Hidup Slide 1 dari 103


3. Elemen 3 (Organisasi dan Personil)
1. Struktur Organisasi, Tanggung jawab dan Wewenang
2. Penunjukan KTT, KTBT, KKK
3. Penunjukan PJO
4. Pembentukan dan Penetapan Bagian K3 Pertambangan dan Bagian KO Pertambangan
5. Pengawasan Operasional dan Teknik
6. Penunjukan Tenaga Teknik khusus pertambangan
7. Pembentukan dan Penetapan Komite Keselamatan Pertambangan
8. Penunjukan Tim Tanggap Darurat
9. Seleksi dan Penempatan Personel
10.Penyelenggaraan dan Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan Serta Kompetensi Kerja
11.Penyusunan, Penetapan dan penerapan Komunikasi Keselamatan Pertambangan
12.Administrasi Keselamatan Pertambangan
13.Partisipasi, Konsultasi, Motivasi dan Kesadaran

Induksi Keselamatan Pertambangan dan Lingkungan Hidup Slide 2 dari 103


4. Elemen 4 (Implementasi)
1.Pelaksanaan Pengelolaan Operasional
2.Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan kerja
3.Pelaksanaan Pengelolaan Kesehatan Kerja
4.Pelaksanaan Pengelolaan Keselamatan operasi Pertambangan
5.Pengelolaan Bahan Peledak dan Peledakan
6.Penetapan Sistem Perancangan dan Rekayasa
7.Penetapan Sistem Pembelian
8.Pemantauan dan Pengelolaan Perusahaan Jasa Pertambangan
9.Pengelolaan Keadaan Darurat
10.Penyediaan dan Penyiapan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
11.Pelaksanaan Keselamatan di Luar Pekerjaan (Off The Job Safety)

Induksi Keselamatan Pertambangan dan Lingkungan Hidup Slide 3 dari 103


5. Elemen 5 (Evaluasi dan Tindak Lanjut)
1.Pemantauan dan Pengukuran Kinerja
2.Inspeksi Pelaksanaan Keselamatan Pertambangan
3.Penyelidikan Kecelakaan, kejadian Berbahaya dan penyakit
Akibat kerja
6. Elemen 6 (Dokumentasi)
1.Penyusunan manual SMKP
2.Pengendalian Dokumen
3.Pengendalian Rekaman
4.Dokumen dan Rekaman
7. Elemen 7 (Tinjauan Manajemen)
Induksi Keselamatan Pertambangan dan Lingkungan Hidup Slide 4 dari 103
Kebijakan Keselamatan Pertambangan & Lingkungan Hidup PT MITRA MAJU GEMILANG

Isi Kebijaan Ruang Lingkup Penetapan


a. Visi, misi, dan tujuan
Kebijakan
perusahaan
a. disahkan oleh
b. Komitmen dan tekad
pimpinan tertinggi
melaksanakan kebijakan
Perusahaan
c. Kerangka dan program kerja
d. Komitmen K3 Pertambangan
b. tertulis, tertanggal, dan
e. Komitmen KO Pertambangan ditandatangani
f. Komitmen untuk mendorong c. menyatakan tujuan dan
keterlibatan pekerja sasaran keselamatan
tambang pertambangan
g. Komitmen untuk mematuhi d. terdokumentasi dan
ketentuan peraturan terpelihara dengan baik
perundangan – undangan e. bersifat dinamis
serta persyaratan lainnya
yang terkait

Induksi Keselamatan Pertambangan dan Lingkungan Hidup Slide 5 dari 103


GOLDEN RULE M-9
GOLDEN RULE M-9

Modern (Pembaruan) / Meaningful (Berarti) / Synergy (Sinergi) / Goal Oriented (Berorientasi pada tujuan) / Integrity (Kejujuran)

PT. MMG
Induksi Keselamatan Pertambangan dan Lingkungan Hidup SlideONE
ONE TEAM 6 dariGOAL
103
1. MENGOPERASIKAN KENDARAAN
Setiap orang yang mengoperasikan kendaraan atau alat berat perusahaan
harus berperilaku dengan aman.
1. Tidak seorangpun diperkenankan mengoperasikan kendaraan atau alat berat tanpa memiliki
SIMPER atau MINE LICENSE yang berlaku untuk kendaraan atau alat berat tersebut,
kecuali bagi orang yang sedang menjalani pelatihan atau sedang ujian SIMPER atau MINE
LICENSE dengan didampingi oleh Instruktur/Penguji dari perusahaan.
2. Tidak seorangpun diperkenankan memasuki wilayah Tambang MHU dengan
mengoperasikan kendaraan ringan yang tidak dilengkapi bendera (buggy whip) yang
standar, berwarna orange dengan reflektor dan lampu strobe light berwarna kuning.
3. Setiap pengemudi dan penumpang kendaraan atau alat berat harus menggunakan Sabuk
Pengaman saat kendaraan atau alat berat tersebut beroperasi.

Induksi Keselamatan Pertambangan dan Lingkungan Hidup Slide 7 dari 103


1. MENGOPERASIKAN KENDARAAN
4. Tidak seorangpun diperkenankan mengendarai kendaraan atau alat berat
dengan kecepatan lebih dari 20 km/jam dari batas maksimal kecepatan
yang ditetapkan, kecuali kendaraan darurat seperti ambulance, rescue dan
fire truck yang sedang melakukan tanggap darurat.
5. Tidak seorangpun diperkenankan mengoperasikan kendaraan atau alat
berat sambil menjawab panggilan telepon atau melakukan panggilan
telepon.
6. Tidak seorangpun diperkenankan mengoperasikan kendaraan atau alat
berat dengan kondisi mengkonsumsi minuman keras dan atau obat-obatan
terlarang.
7. Saat beraktivitas di lokasi tambang, tidak seorangpun diperkenankan
mendekati, memposisikan atau memarkirkan kendaraannya dalam jarak
kurang dari 30 meter dari wilayah operasi alat berat, atau bukan di posisi
Tower Lamp ditempatkan tanpa komunikasi persetujuan.

Induksi Keselamatan Pertambangan dan Lingkungan Hidup Slide 8 dari 103


2. BEKERJA DIAREA PELEDAKAN

Setiap orang tidak diperkenankan memasuki area peledakan kecuali


jika mengetahui dengan pasti bahwa hal itu aman untuk dilakukan.

1. Tidak seorangpun diperkenankan


memasuki areal peledakan yang
sedang atau sudah diisi dengan bahan
peledak tanpa ijin dari Juru Ledak yang
bertugas.
2. Tidak seorangpun diperkenankan
menerobos blokade jalan oleh petugas
saat persiapan peledakan dan saat
sedang peledakan berlangsung

Induksi Keselamatan Pertambangan dan Lingkungan Hidup Slide 9 dari 103


3. BEKERJA DI KETINGGIAN
Setiap orang harus selalu melindungi diri agar
tidak terjatuh ketika bekerja di ketinggian.
Tidak seorangpun diperkenankan bekerja di
ketinggian lebih dari 1,8 meter dari
permukaan tanah atau lantai kerja permanen
atau perancah/ scaffolding tanpa:
1. Menggunakan alat pelindung jatuh dari
ketinggian (seperti full body harness dan tali
pengaman/ lanyard yang terpasang dengan
baik).
2. Menyelesaikan pelatihan tentang bekerja di
ketinggian yang disetujui

Induksi Keselamatan Pertambangan dan Lingkungan Hidup Slide 10 dari 103


4. KESELAMATAN LISTRIK
Setiap orang harus melindungi diri dari bahaya akibat arus
listrik.
1. Tidak seorangpun diperkenankan menggunakan
peralatan listrik, alat instrumentasi atau kabel
listrik jika ditemukan tanda-tanda tidak aman.
2. Tidak seorangpun diperkenankan memasuki
area bertegangan tinggi (area tertutup atau
berpagar) tanpa ijin masuk ke lokasi
bertegangan tinggi.

Induksi Keselamatan Pertambangan dan Lingkungan Hidup Slide 11 dari 103


5. BEKERJA DI RUANG TERBATAS

Setiap orang tidak diperkenankan memasuki ruang terbatas


(confined spaces) jika tidak aman untuk bekerja.

1. Tidak seorangpun diperkenankan masuk ke


ruang terbatas (confined space) tanpa ijin
masuk ruang terbatas.
2. Tidak seorangpun diperkenankan masuk ke
ruang terbatas (confined space) tanpa
menyelesaikan pelatihan bekerja di ruang
terbatas (confined space) yang disetujui.

Induksi Keselamatan Pertambangan dan Lingkungan Hidup Slide 12 dari 103


6. ISOLASI, PENGUNCIAN DAN PELABELAN (LOTTO)
Setiap orang yang bertugas melakukan perbaikan
dan perawatan kendaraan, alat berat atau
peralatan harus memastikan bahwa pekerjaan
tersebut berlangsung dengan aman.
1. Tidak seorangpun diperkenankan melakukan
pekerjaan perbaikan atau perawatan kendaraan
atau alat berat atau peralatan tanpa menerapkan
prosedur isolasi, penguncian dan label yang berlaku,
yaitu dengan memasang personal danger tag, dan
kunci/lock di titik isolasi.
2. Tidak seorangpun diperkenankan memindah atau
melepas kunci atau label kepunyaan orang lain
tanpa persetujuan dari Kepala Teknik Tambang atau
yang mewakili.

Induksi Keselamatan Pertambangan dan Lingkungan Hidup Slide 13 dari 103


7. BEKERJA DI DEKAT AIR DAN LUMPUR

Setiap orang harus melindungi diri dari bahaya


tenggelam.
1. Tidak seorangpun diperkenankan bekerja/berada di atas
air dengan kedalaman lebih dari 1 meter dengan anjungan
kerja atau ponton yang tidak aman (tidak berpagar) dan
tanpa menggunakan pelampung pengaman yang
terpasang dengan baik.
2. Tidak seorangpun diperkenankan bekerja di atas kolam
lumpur dengan kedalaman lebih dari 1 meter tanpa
anjungan kerja atau ponton yang aman atau mengenakan
tali pengaman/fall restraint harness yang dikenakan
dengan baik

Induksi Keselamatan Pertambangan dan Lingkungan Hidup Slide 14 dari 103


8. PEMANGKASAN POHON

Setiap orang yang bertugas harus memastikan pekerjaan


pemangkasan/ penebangan dilakukan dengan aman.

1. Tidak seorangpun diperkenankan


melakukan pekerjaan
memangkas/menebang pohon
tanpa ijin.
2. Tidak seorangpun diperkenankan
masuk daerah dimana sementara
ada kegiatan
pemangkasan/penebangan pohon
tanpa ijin petugas.

Induksi Keselamatan Pertambangan dan Lingkungan Hidup Slide 15 dari 103


9. PROSEDUR KERJA/JSEA
Setiap orang yang bekerja harus memastikan ketersediaan prosedur
kerja/instruksi kerja/Job Safety Analysis yang masih berlaku.

1. Tidak seorangpun diperkenankan melakukan pekerjaan


tanpa dilengkapi dengan Job Safety Analysis yang
masih berlaku. No JSA No Work.
2. Tidak seorangpun diperkenankan melakukan panggilan
telepon atau menerima panggilan telepon di area yang
dilarang, seperti tempat penyimpanan atau pengisian
bahan bakar minyak.
3. Tidak seorangpun diperkenankan merokok di tempat-
tempat yang terdapat tanda larangan merokok

Induksi Keselamatan Pertambangan dan Lingkungan Hidup Slide 16 dari 103


PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN COVID-19

Induksi Keselamatan Pertambangan dan Lingkungan Hidup Slide 17 dari 103


DEFINISI DAN ISTILAH LINGKUNGAN HIDUP (PP 22 Tahun 2021)

1. Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan sernuA benda,


daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan
perilakunya, yang mempengarutri alam itu sendiri, kelangsungan
perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup
lain.
2. Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah upaya sistematis dan
terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi Lingkungan
Hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan
Lingkungan, Hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan,
pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan
hukum.

Induksi Keselamatan Pertambangan dan Lingkungan Hidup Slide 18 dari 103


Induksi Keselamatan Pertambangan dan Lingkungan Hidup Slide 19 dari 103
Induksi Keselamatan Pertambangan dan Lingkungan Hidup Slide 20 dari 103
MMG
_Modern_

_Meaningfull_

_Goal Oriented_

PT Mitra Maju Gemilang

Head Office Site Office


TCC Batavia Tower 1.41 Floor Unit 5 Jl. Yos Sudarso RT. 005 Desa Jembayan, Dusun
Jl. KH. Mas Mansyur Kav.126 - Jakarta Pusat 10220 Margasari, Kec. Loa Kulu Kota, Kab. Kukar,
Kaltim

Induksi Keselamatan Pertambangan dan Lingkungan Hidup Slide 21 dari 103

Anda mungkin juga menyukai