PELATIHAN
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA ( K3 )
OLEH :
Tim
2022
PENYEGARAN
PELATIHAN
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA ( K3 )
OPERASI PRODUKSI
PROGRAM CONOCO PHILLIPS
DAFTAR BUKU
1. UNDANG - UNDANG NO. 1 TAHUN 1970
2. KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA
3. ALAT PELINDUNG DIRI
4. SCBA
5. INSTRUMENT SAFETY
6. CHEMISTRY OF FIRE & FFT
7. ALAT PEMADAM API RINGAN
8. HOSE CONNECTION
OLEH :
Tim
2022
23/04/2015
Oleh :
Tim K3
BAB I
TENTANG ISTILAH-ISTILAH
Pasal 1 :
Dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan :
1)"Tempat kerja" : adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup
atau terbuka, bergerak atau tetap dimana tenaga kerja
bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk
keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau
sumber-sumber bahaya sebagaimana diperinci dalam pasal 2,
termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan
halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian
atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut
1
23/04/2015
3) "Pengusaha" ialah :
a.Orang atau badan hukum yang menjalankan sesuatu
usaha milik sendiri dan untuk keperluan itu
mempergunakan tempat kerja.
b.Orang atau badan hukum yang menjalankan sesuatu
usaha bukan miliknya dan untuk keperluan itu
mempergunakan tempat kerja.
c.Orang atau badan hukum, yang di Indonesia mewakili
orang atau badan hukum termasuk pada (a) dan (b),
jikalau yang diwakili berkedudukan diluar Indonesia
2
23/04/2015
BAB II
RUANG LINGKUP
Pasal 2 :
1) Yang dimaksud oleh undang-undang ini ialah keselamatan
kerja dalam segala tempat kerja baik di darat, di dalam
tanah, dipermukaan air, didalam air, maupun diudara, yang
berada didalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.
3
23/04/2015
4
23/04/2015
5
23/04/2015
BAB III
SYARAT-SYARAT KESELAMATAN KERJA
Pasal 3 :
1) Dengan peraturan perundangan ditetapkan syaratsyarat
keselamatan kerja untuk
6
23/04/2015
Pasal 4 :
7
23/04/2015
BAB IV
PENGAWASAN
Pasal 5 :
1) Direktur melakukan pelaksanaan umum terhadap
Undang-undang ini sedangkan para pegawai pengawas
dan ahli keselamatan kerja ditugaskan menjalankan
pengawasan langsung terhadap ditaatinya Undang-
undang ini dan membantu pelaksanannya.
8
23/04/2015
Pasal 6 :
1) Barang siapa tidak menerima keputusan Direktur dapat
mengajukan permohonan banding kepada Panitia Banding.
Pasal 7 :
Untuk pengawasan berdasarkan Undang-undang ini pengusaha
harus membayar restribusi menurut ketentuan-ketentuan yang
akan diatur dengan peraturan perundangan.
Pasal 8 :
1) Pengurus diwajibkan memeriksa kesehatan badan, kondisi
mental dan kemampuan fisik dari tenaga kerja yang akan
diterimanya maupun akan dipindahkan sesuai dengan sifat-
sifat pekerjaan yang akan diberikan kepadanya.
9
23/04/2015
BAB V
PEMBINAAN
Pasal 9 ;
1) Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap
tenaga kerja baru tentang :
10
23/04/2015
BAB VI
Pasal 10 :
1) Menteri Tenaga Kerja berwenang membentuk
Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja
guna memperkembangkan kerja sama, saling
pengertian dan partisipasi efektif dari pengusaha
atau pengurus dan tenaga kerja dalam tempat-
tempat kerja untuk melaksanakan tugas kewajiban
bersama di bidang keselamatan dan kesehafan
kerja, dalam rangka melancarkan usaha produksi.
11
23/04/2015
BAB VII
KECELAKAAN
Pasai 11 :
1) Pengurus diwajibkan melaporkan tiap
kecelakaan yang terjadi dalam tempat
kerja yang dipimpinnya pada pejabat yang
ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.
BAB VIII
KEWAJIBAN DAN HAK TENAGA KERJA
Pasal 12 :
Dengan Peraturan Perundangan diatur kewajiban dan atau hak
tenaga kerja untuk
12
23/04/2015
BAB IX
KEWAJIBAN BILA MEMASUKI TEMPAT KERJA
Pasal 13 :
Barang siapa akan memasuki suatu tempat kerja,
diwajibkan mentaati semua petunjuk keselamatan
kerja dan memakai alat-alat perlindungan diri yang
diwajibkan.
13
23/04/2015
BAB X
KEWAJIBAN PENGURUS
Pasal 14 :
Pengurus diwajibkan :
14
23/04/2015
BAB XI
KETENTUAN-KETENTUAN PENUTUP
Pasal 15:
1) Pelaksanaan ketentuan tersebut pada pasal-pasal di atas
diatur lebih lanjut dengan peraturan perundangan.
Pasal 16 :
Pengusaha yang mempergunakan tempat-tempat kerja yang
sudah ada pada waktu Undang-undang ini berlaku diwajibkan
mengusahakan di dalam satu tahun sesudah Undang-undang ini
mulai berlaku, untuk memenuhi ketentuan-ketentuan menurut
atau berdasarkan Undangundang ini.
Pasal 17 :
Selama Peraturan perundangan untuk melaksanakan ketentuan
dalam Undang-undang ini belum dikeluarkan, maka peraturan
dalam bidang keselamatan kerja yang ada pada waktu
Undang-undang ini mulai berlaku, tetap berlaku sepanjang
tidak bertentangan dengan Undang-undang ini.
15
23/04/2015
Pasal 18 :
Undang-undang ini disebut
Tentang :
PENGATURAN PENGAWASANKESELAMATAN KERJA
DI BIDANG PERTAMBANGAN
16
23/04/2015
Menimbang :
33
34
17
23/04/2015
Pasal 1:
35
Pasal 2 :
Menteri Pertambangan melakukan pengawasan atas
keselamatan kerja dalam bidang pertambangan
dengan berpedoman kepada UU no.1 th.1970 serta
peraturan pelaksanaannya
Pasal 3 :
36
18
23/04/2015
Pasal 4 :
37
Pasal 5 :
Peraturan Pemerintah ini tidak berlaku bagi
pengaturan dan pengawasan Ketel Uap
sebagaimana termaksud dalam Stoom Ordonanntie
1930 (Stbl 1930 no.225)
Pasal 6 :
38
19
23/04/2015
20
23/04/2015
21
23/04/2015
22
23/04/2015
TERIMA KASIH
23
Oleh :
Tim K3
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MINYAK DAN GAS BUMI
CEPU 2018
Definisi K-3
Filosofi
Segala daya upaya atau pemikiran yang
ditujukan untuk menjamin keutuhan dan
kesempurnaan baik jasmani maupun
rohani tenaga kerja khususnya dan
manusia pada umumnya, hasil karya dan
budayanya, untuk meningkatkan
kesejahteraan tenaga kerja menuju
masyarakat adil dan makmur
» Keilmuan
Suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya
dalam upaya mencegah kecelakaan,
kebakaran, peledakan, pencemaran,
penyakit, dll
(ACCIDENT PREVENTION) 2
1
Tujuan keselamatan kerja
1. Agar semua orang baik pekerja maupun
orang lain yang berada di tempat kerja
selalu dalam kondisi sehat dan selamat
2. Agar produksi dapat berjalan secara
efektif dan efisien
3. Agar sumber produksi berjalan dengan
lancar dan aman
Difinisi
adalah :
Kejadian yang tidak dikehendaki
dan tidak diduga /tiba-tiba yang
dapat menimbulkan korban
manusia dan atau harta benda
2
Kerugian akibat kecelakaan
a. Kerugian yang bersifat ekonomis baik
langsung mapun tidak langsung seperti :
3
Kerugian akibat kecelakaan***
a. Karyawan :
– Luka/ Cidera, sakit dan kematian
– Persoalan kejiwaan akibat cacat tetap
– Kesedihan/ penderitaan keluarga
– Beban masa depan
b. Perusahaan
– Biaya pengobatan dan perawatan korban
– Biaya ganti rugi
– Kerugian material/ peralatan produksi
– Upah yang dibayar selama korban tidak bekerja
– Biaya lembur
7
4
Penyebab kecelakaan kerja
a. Sub standard condition (kondisi tidak
aman)
b. Sub standard action (tindakan tidak
aman)
5
Penyebab kecelakaan kerja***
b. Sub standard action (tindakan tidak aman)
Tingkah laku/ tindakan yang berpotensi menimbulkan
kecelakaan, al :
Program pencegahan
Kecelakaan Kerja
1. Peraturan dan perundangan
2. Standarisasi
3. Penelitian teknis
4. Riset medis
5. Penelitian psikologis
6. Penelitian statistik
7. Pendidikan
8. Latihan
9. Penggairahan 12
6
IDENTIFIKASI BAHAYA
• Usaha untuk mengetahui, mengenal dan
memperkirakan adanya bahaya pada suatu sistem
(peralatan, unit kerja, prosedur).
1. Pendekatan Fundamental
2. Pendekatan Teknis
7
Komponen Identifikasi Bahaya
• Tersedianya data
• Tersedianya informasi tentang bahan yang
diolah dan sarana teknis yang digunakan
dalam pengolahan
8
Sumber Pengetahuan &
Pengalaman
Pengalaman pribadi tentang bahaya
Tahu dari orang lain yang pernah
mengalami
Menyadari situasi tertentu sama dengan
yang pernah dipelajari
Pengetahuan tentang standard
Hasil penelitian tentang sifat fisik, kimia
dan proses untuk memperkirakan bahaya
9
Keuntungan
Dapat ditentukan sumber atau penyebab
timbulnya bahaya
Dapat ditentukan kualitas fisik dan mental
pekerja yang dibebani tugas
Dapat ditentukan cara, prosedur dan
posisi kerja yang tepat
10
Contoh Sumber Bahaya
a. Bahan kimia
b. Listrik
c. Mekanik
d. Tekanan
e. Suhu
f. Bising
g. Pencahayaan
h. dll
11
Menyusun Check List
• Dalam menyusun check list harus berisi :
1. Nama Bagian/sistem
2. Unit Kerja/Sub Sistem Lokasi
3. Sumber bahaya
4. Bahaya potensial
5. Jumlah bahaya potensial
24
12
INSPEKSI KESELAMATAN DAN KESEHATAN
KERJA (K3)
• INSPEKSI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
(K3) BERTUJUAN :
– MENCEGAH TERJADINYA KECELAKAAN KERJA
– MENCEGAH PENYAKIT AKIBAT KERJA
– MEMELIHARA KEAMANAN LINGKUNGAN KERJA
– MENCEGAH TINDAKAN TIDAK AMAN
– MEMELIHARA KELANCARAN PROSES DAN
PRODUKTIVITAS KERJA
DENGAN PROGRAM INSPEKSI K3 DAPAT DIKETAHUI SEDINI
MUNGKIN ADANYA SUMBER-SUMBER PENYEBAB
TERJADINYA KECELAKAAN KERJA, SEHINGGA DAPAT
DIAMBIL TINDAKAN PREVENTIF
25 dari 8
• manfaat inspeksi k3 :
– untuk mengecek apakah ada suatu
penyimpangan/pertentangan dari program yang sudah
ditentukan
– untuk menggairahkan kembali (interest) terhadap
keselamatan kerja
– Mengevaluasi kembali semua safety standard yang ada
– Sebagai bahan untuk safety meeting
– Guna memeriksa fasilitas-fasilitas baru
– Untuk menilai tingkat kesadaran keselamatan kerja pada
karyawan
Disamping itu dapat dijadikan alat bagi manajemen (tool of
management) dalam memelihara tingkat produktivitas dan
efisiensi
Perusahaan.
Setiap laporan inspeksi dapat dijadikan indikator untuk menilai
safety performance perusahaan
26 dari 8
13
Pelaksanaan Inspeksi K3
• Pelaksanaan inspeksi dapat dibagai 2 :
1. Extern Perusahaan
Inspeksi yang dilaksanakan oleh petugas
di luar perusahaan
misalnya : Inspektur KK dari instansi
pemerintah, petugas asuransi.
27 dari 8
• Intern Perusahaan
Kegiatan inspeksi yang dilaksanakan
petugas dilingkungan perusahaan
seperti pengawas keselamatan kerja,
pengawas setempat dsb.
28 dari 8
14
Macam-Macam Inspeksi K3
1. Inspeksi Rutin
Misalnya : inspeksi sebelum pekerjaan
dimulai
2. Inspeksi Berkala
Inspeksi yang dilakukan 6 bln atau 1 bln
3. Inspeksi Khusus
Inspeksi dalam hal-hal khusus
misalnya : Inspeksi alat pemadam
29 dari 8
30 dari 8
15
• Dalam melaksanakan inspeksi dapat
dilakukan :
a. Sistim langsung, yaitu petugas
memeriksa secara langsung
b. Sistim check list, yaitu dengan
menggunakan daftar pemeriksaan
yang telah ditentukan
31 dari 8
32 dari 8
16
SAFETY PERMIT / IJIN KERJA
33
34
17
Apa yang dimaksud
daerah terbatas
35
36
18
Api Kebakaran
37
38
19
Daerah berbahaya dibagi sebagai berikut :
a). Divisi 0 :
Suatu daerah dimana terdapat udara berbahaya
dalam keadaan terus-menerus.
Contoh: Lokasi diatas tangki minyak disekitar lubang
pengukuran, disekitar oil catcher.
b). Divisi 1 :
c). Divisi 2. :
Suatu daerah dimana terdapat udara berbahaya
yang mungkin timbul dalam keadaan operasi tidak normal.
Contoh : pipa minyak, gas yg. bocor.
39
Larangan
di Daerah Terbatas
20
Pekerjaan rutin
a). Mengencangkan flens pipa dan sambungan-
sambungan.
b). Menyetel mesin dan kerangan.
c). Menukar/ mengganti saluran bahan bakar
,filter dan mengganti bola lampu.
d). Menyetel atau mengganti peralatan instrument
atau peralatan yang sejenis, namun bila
pekerjaan ini mengakibatkan tidak terjaminnya
lagi dari segi keselamatan alat , maka surat ijin
kerja mutlak diperlukan.
41
42
21
JENIS-JENIS SURAT IJIN KERJA
43
44
22
SURAT IJIN KERJA DINGIN
( COOL WORK PERMIT )
45
46
23
SURAT IJIN KERJA
PENGGALIAN
( DIGGING PERMIT )
47
48
24
SURAT IJIN PEKERJAAN
RADIOGRAFI
49
PROSEDUR PELAKSANAAN
SURAT IJIN KERJA ( SAFETY
PERMIT )
50
25
3. Bagian teknik setelah mempelajari
permohonan ijin dan SKP menyerahkan ke
bagian LK3
4. Bagian LK3 setelah mempelajari permohonan
Ijin Kerja dan SKP, menugaskan petugas GSI
( Gas Safety Inspector ) untuk melakukan
pemeriksaan ke lokasi pekerjaan untuk
memastikan tempat tersebut dalam keadaan
aman atau sebaliknya; dalam pemeriksaan ini
perlu disaksikan oleh bagian teknik dan
pengawas operasi
51
52
26
7. Surat Ijin Kerja ini dibuat rangkap 4 dengan
pendistribusian sbb :
- lembar pertama diberikan kepada
pelaksana pekerjaan
- lembar kedua diberikan kepada
bagian operasi
- lembar ketiga diberikan kepada
bagian LK3
- Lembar keempat diberikan kepada
Kepala Bidang Operasi
53
27
oleh :
Tim K3
55
Hygiene Perusahaan
• Spesialisasi dari ilmu hygiene dengan
mengadakan penilaian tentang faktor-
faktor penyebab penyakit di lingkungan
kerja melalui pengukuran yg hasilnya
digunakan untuk tindakan korektif serta
preventif agar pekerja terhindar dari
bahaya akibat kerja dan memperoleh
derajat kesehatan yg setinggi-tingginya
28
Hygiene Perusahaan
Bersifat :
• Teknis
Kesehatan Kerja
• Spesialisasi ilmu kedokteran yg
bertujuan agar pekerja memperoleh
derajat kesehatan yg setinggi-tingginya
baik fisik, mental maupun sosial dengan
usaha-usaha preventif maupun kuratif
terhadap gangguan kesehatan yg
diakibatkan oleh pekerjaan dan
lingkungan kerjanya
29
Kesehatan Kerja
Bersifat :
• Medis
30
Permasalahan :
31
Pengenalan Lingkungan
Manfaat Pengenalan
Lingkungan Kerja
32
Penilaian Lingkungan Kerja
33
Penyakit Akibat Kerja
• Faktor Fisik
• Faktor Kimia
• Faktor Biologi
• Faktor Fisiologi
• Faktor Physicology
34
1. Faktor Fisik meliputi :
Bising, radiasi, vibrasi, pencahayaan,
suhu, tekanan, kelembaban
2. Faktor Kimia meliputi :
Bahan kimia berupa gas, cair, fume,
kabut, padat
3. Faktor Biologi meliputi :
Virus, jamur, bakteri
35
Program Pengendalian Hygiene
Perusahaan & Kesehatan Kerja
Pengendalian Hygiene
Perusahaan Secara Teknis
• Substitusi :
Mengganti bahan yg berbahaya dengan yg
tidak berbahaya atau kurang berbahaya
• Ventilasi :
Menghisap udara keluar dan memasukkan
udara bersih
• Isolasi :
Menyendirikan proses yang membahayakan
36
Pengendalian Hygiene
Perusahaan Secara Teknis
• Segregasi :
Memisahkan proses yg mengandung bahaya
dari proses yg lain
• Enclosure :
Menutup rapat proses yg mengandung
bahaya shg pekerja tidak langsung kontak
• Pendidikan :
Memberi pengetahuan tentang K3
37
75
38
Oleh :
Tim K3
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MINYAK DAN GAS BUMI
CEPU 2015
1
Pemilihan Alat Pelindung Diri
Pemilihan alat pelindung diri didasarkan pada
beberapa faktor :
a. Dapat memberikan perlindungan terhadap bahaya
yang dihadapi oleh pekerja
b. Memenuhi standard
c. Ukuran yang sesuai
d. Bentuk dan warna menarik
e. Beratnya seringan mungkin
f. Tidak menimbulkan bahaya tambahan
g. Tidak membatasi gerak si pemakai
h. Suku cadangnya mudah didapat
3
2
Jenis-jenis alat pelindung diri
3
Pengujian Safety Helmet
1. Uji Kekuatan :
Helmet dipasang pada kepala buatan
kemudian besi dijatuhkan yang dapat memberi
benturan 4kg – 8 kg, lekukan yang terjadi tidak
boleh melebihi jarak antara helmet dengan
anyaman penyangga
2. Uji Kekakuan
Tepi helmet ditekan dengan gaya 90 N selama
8 – 10 detik, lekukan tidak boleh melebihi 5 mm
4
Alat pelindung pernafasan
2. Supplying Respirator
Orang yang memakai alat ini udara
pernafasannya di suplai dari luar sehingga
relatif tidak terpengaruh oleh kondisi udara
lingkungan yang dihadapi
Jenis ini ada dua type :
a. Air line
b. SCBA (Self Contained Breathing Apparatus)
9
10
5
Gambar Air Line
11
Gambar SCBA
12
6
Alat pelindung telinga
Alat ini digunakan untuk meredam
suara yang tidak dikehendaki (bising)
Alat ini ada dua jenis :
a. Ear Plug
b. Ear Muff
13
14
7
2. Alat pelindung muka (Face Sheild)
Berfungsi untuk melindungi muka dari
percikan cairan bahan kimia pada
pekerjaan laboratorium serta butiran
logam pada pekerjaan penggerindaan
15
8
• Gambar Apron
17
18
9
2. Alat pelindung lengan
seperti pada sarung tangan alat ini terbuat
dari beraneka macam bahan yang sesuai
dengan bahaya yang dilindungi
19
20
10
Alat pencegah jatuh
1. Sabuk keselamatan (Safety belt)
berfungsi untuk melindungi si pemakai dari
kemungkinan jatuh dari suatu ketinggian,
digunakan pada pekerjaan 2 m atau lebih dari
lantai kerja
2. Sabuk untuk penolong
digunakan untuk menolong korban pada suatu
ketinggian
21
22
11
Alat pencegah tenggelam
Alat pencegah tenggelam (Life Jacket)
berfungsi untuk melindungi si pemakai dari
kemungkinan bahaya tenggelam pada
pekerjaan diatas air
23
Be Success!
12
(Self Contained Breathing Apparatus)
SCBA
Oleh :
Tim K3
CEPU 2015
Bahaya-Bahaya Pernafasan
• Absorbsi bahan kimia ke dalam tubuh
melalui :
a. Saluran pernafasan (Inhalation)
b. Mulut (Peroral)
c. Kulit (Percutaneous)
1
Sistim Saluran Pernafasan
2
a. Conductive airways
Yaitu bagian sistim pernafasan yang hanya
berfungsi sebagai jalannya pernafasan yang
dimulai dari hidung sampai ke terminal
bronchiole.
b. Respiratory airways
Adalah bagian mulai dari terminal Brochole
sampai ke paru-paru.
3
• Pemaparan bahan kimia berbentuk padat /
debu :
- Debu berdiameter 20 µ keatas
- Debu berdiameter antara 10 µ sampai
20 µ
- Debu berdiameter antara 3 µ sampai
10 µ
- Debu berdiamater 3 µ ke bawah
• Debu yang tergolong Carcinogenic antara
lain : Asbes, Silica, Besi, Kapas.
Setengah kali
Paru 700 - 1100 luas perm.lap.
tenis
Saluran 100 - 110 Lantai garasi
pencernaan mobil
Kulit 20 - 22 Bed Cover
4
Jenis Alat Pelindung
Pernafasan
10
5
• Berdasarkan cara kerjanya Air Purifying
Respirator dibagi 3 yaitu :
a. Chemical Type
Digunakan untuk memapar gas-gas
beracun (toksik)
b. Mechanical Type
Digunakan untuk memapar debu- debu
berbahaya
11
c. Combination type
Digunakan untuk memapar gas-
gas beracun dan debu-debu
berbahaya yang ada secara
bersamaan
12
6
Gambar Air Purifying Respirator
13
14
7
Syarat Penggunaan Purifying
Respirator
Kadar Oksigen harus lebih dari 16 %
Bila digunakan untuk tugas rutin misalnya inspeksi atau
maintenance maka tidak dianjurkan untuk memapar gas
dengan toksisitas tinggi
15
16
8
Air Supplying Respirator
• Air Supplying Respirator adalah
Alat pelindung pernafasan dimana udara
pernafasan yang dipakai didapat dari
suplai udara bersih dari suatu compressor
atau tabung udara
17
18
9
Gambar Air Line
19
Gambar SCBA
20
10
• Berdasarkan cara kerjanya SCBA
mempunyai 2 type :
a. Open Circuit
Pada SCBA type ini udara exhalasi kita
terbuang langsung ke atmosfer
b. Closed Circuit
Pada SCBA ini udara exhalasi kita tidak
terbuang tetapi diproses lagi sehingga
oksigennya bisa digunakan lagi
(Recycle)
21
22
11
• Berdasarkan suplai udaranya maka
SCBA mempunyai 2 jenis yaitu :
a. Continues Flow (tekanan positif)
Suplai udara selalu tersedia
didalam Face Mask
b. Demand Type (tekanan negatif)
Suplai udara akan keluar bila kita
menarik nafas
23
WD = FD-SM
FD = Fp.V/ Is
Is = 40 ltr/mnt.BAR
SM = Sp.V/ Is
24
12
DRAGGER SABRE
26
13
TERIMA KASIH
14
23/04/2015
oleh :
Tim K3
oleh :
TIM K3
1
23/04/2015
Gas Detector
4
PEMILIHAN GAS DETECTOR
1. Sesuai bahan yang akan diukur
2. Efektif dan efisien
3. Tingkat ketelitian tinggi
4. Mudah dioperasikan (simpel)
5. Mudah dikalibrasi
6. Suku cadang mudah didapat
2
23/04/2015
3
23/04/2015
Explosimeter
4
23/04/2015
5
23/04/2015
Gas atau uap yang mudah terbakar dari contoh udara akan
terbakar pada filament, dimana hal ini menyebabkan naiknya
suhu dan memperbesar tahanannya sesuai dengan konsentrasi
gas atau uap yang mudah terbakar contoh udara, sehingga
mengakibatkan ketidak seimbangan sirkuit listrik yang
menyebabkan penyimpangan jarum penunjuk pada meter,
makin tinggi konsentrasi gas atau uap yang mudah terbakar
yang terhisap, maka makin tinggi penunjukan jarum pada meter
indicator dan akan menunjukkan skala yang sesuai dengan
konsentrasi gas dari contoh udara.
6
23/04/2015
13
Cara Pembacaan Prosentase Gas
Pembacaan skala explosimeter didasarkan pada konsentrasi uap gas
hidrokarbon dibawah LEL (Lower Explosive Limit).
Contoh :
Skala pembacaan explosimeter pada crude oil menunjukkan angka 60, maka
konsentrasi gas/ uap yang ada di lokasi tersebut adalah :
60
--- x 1 % = 0,6 % (FR Crude Oil 1 % - 10 %)
100
Apabila konsentrasi tsb dirubah dalam ppm (part per million), maka skala
pembacaan 60 adalah :
60
--- x 10.000 ppm = 6.000 ppm
100
(1% = 10.000 ppm)
60
× 1 % = 0 ,6 %
100
60
× 10 . 000 ppm = 6 . 000 ppm
100
(1 % = 10 . 000 ppm )
14
7
23/04/2015
8
23/04/2015
Prinsip kerja alat deteksi Portable adalah Electrochemical sensor diatur oleh 2
buah elektroda yang berada didalam larutan kimia elektrolit dan ditutup
suatu membran yang memungkinkan gas masuk kedalamnya, reaksi gas
dengan larutan kimia elektrolit akan menghasilkan arus listrik, semakin besar
konsentrasi gas yang masuk, semakin cepat reaksi elektro kimia, sehingga
arus listrik menjadi makin besar. Arus listrik ini kemudian dihubungkan dengan
amplifier untuk menggerakkan galvanometer
Capillary Entrance
O-ring
Sensing Electrode
Membrane
Reference Electrode
Counter Electrode
Electrolytic fluid
9
23/04/2015
19
20
10
23/04/2015
Oxygen Analyzer
21
Kalibrasi
22
11
23/04/2015
Kalibrasi
23
oleh :
Tim K3
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MINYAK DAN GAS BUMI
CEPU 2015 24
12
23/04/2015
KEBISINGAN
Apakah Kebisingan Itu :
Kebisingan didefinisikan sebagai "suara
yang tak dikehendaki, misalnya yang
merintangi terdengarnya suara-suara, atau
yang menyebabkan rasa sakit
25
26
13
23/04/2015
Pengaruh Kebisingan
27
Pengaruh Kebisingan
28
14
23/04/2015
Metode Pengukuran
(JIS Z8731 [ISO1996-1.2])
Posisi Pengukuran
Biasanaya, pengukuran-pengukuran
dilaksanakan dari ketinggian 1,2
sampai 1,5 m di atas tanah.
30
15
23/04/2015
Menentukan Nyaringnya
Kebisingan
[1] Bila indikasi meteran tingkat kebisingan
sedikit naik turun atau tidak sama sekali (Tipe 1)
Bila naik-turun tetap antara 2 - 3 dB, maka
diambil bacaan yang paling sering.
Contoh: Unit air conditioning di luar rumah
(outdoor unit)
31
Menentukan Nyaringnya
Kebisingan
[3] Bila indikasi meteran tingkat kebisingan naik-
turun secara periodik atau sebentar-sebentar,
tetapi nilai maksimum secara umum konstan
(Type 3)
Rata- rata dari nilai-nilai maksimum (LAmax) yang
di-indikasikan dalam setiap naik-turun diambil.
Contoh: Pemancang tiang
16
23/04/2015
33
34
17
23/04/2015
35
Aplikasi
Aplikasi Sound Level Meter biasanya
dipakai dipabrik, untuk menganalisi
kebisingan peralatan dipabrik
tersebut misalnya pada pabrik, alat
yang berpotensi menimbulkan
kebisingan seperti turbin,
compressor, condenser, pompa drum
dan lain-lain.
36
18
23/04/2015
Tambahan Decibel
Untuk meneliti efek dari suara-suara besar yang dipancarkan
secara simultan dari banyak sumber, decibel ditambahkan.
Formulanya adalah di bawah ini. Metode penambahan ini
dinamakan "kombinasi energi (kombinasi kekuatan)".
38
19
23/04/2015
39
40
20
23/04/2015
41
42
21
Oleh :
Tim K3
KIMIA API
Definisi Api/Kebakaran :
Api/kebakaran adalah suatu proses kimia yang diikuti oleh evolusi panas dan
cahaya.
CH4 + 2O2 --> CO2 + 2H2O+ Energi
CH4 + O2 --> CO + H2O + H2+ Energi
1
PERBEDAAN
API KEBAKARAN
- BERMANFAAT - TIDAK BERMANFAAT
- TERKENDALI
- TIDAK TERKENDALI
- TIDAK MERUGIKAN
- MERUGIKAN
2
BIDANG EMPAT API
3
BAHAN BAKAR (FUEL)
4
OKSIGEN ( O2)
SUMBER PENYALAAN
5
TITIK NYALA (FLASH POINT)
n-Butan -1 -31
Ques 1988 : Process Plant Safety Tecnologi, Norman USA : Ques Consultan Inc
6
TITIK BAKAR (FIRE POINT)
7
Subtance Autoignition Tempetarure (°F )
Hydrogen 1076
Acetylene 635
Methane 999
Etyhylene 1000
Ethane 950
Propylene 927
Propane 871
Natural gas -
i-Butane -
N-Butane 806
N-pentane 588
N-Hexane 477
Toulene 1036
N-Heptane 452
N-Oktane 450
N-Nonane -
N-Decane >500
Gasoline 495
Kerosine 490
Nelson, W.L, Oil Gas J, Apr 2, 1956,p 140. also see Dougharty, R.P, Oil Gas J, Sept. 1, 1952, p 94
UFL 7,6
8
Explosive limits, by % VOLUME in air
MATERIAL
LOWER HIGHER
Hydrogen 4,1 74,2
Acetylene 2,5 80,0
Methane 5,3 13,9
Etylene 3,02 34,0
Ethane 3,12 15,0
Propylene 2,0 11,1
Propane 2,37 9,5
Natural Gas 4,8 13,5
i-butane 1,8 8,4
N-butane 1,6 8,5
N-pentane 1,4 8,0
N-hexane 1,25 6,9
Toulene 1,27 7,0
N-heptane 1,0 6,0
N-octane 0,84 3,2
N-nonane 0,74 2,9
N-decane 0,67 2,6
Gasoline 1,3 6,0
kerosine 1,16 6,0
Nelson, W.L, Oil Gas J, Apr 2, 1956,p 140. also see Dougharty, R.P, Oil Gas J, Sept. 1, 1952, p 94
SUMBER PANAS
BAHAN BAKAR TITIK
NYALA
(dalam bentuk uap) API
DAERAH BISA
UDARA
TERBAKAR
(Zat asam)
4/23/2015 18
9
TEKNIK PEMADAM KEBAKARAN
Prinsip didalam pemadaman kebakaran adalah
merusak keseimbangan pada “BIDANG EMPAT
API”, yaitu :
1. STARVATION
AYO MAS ...
2. SMOTHERING KITA SEMPROT
APINYA
3. DILLUTION
4. COOLING
5. INHIBITION OF
CHAIN REACTION
Prinsip dasar
Pemadaman Keba-
karan adalah dengan
merusak keseimbangan
Bidang Empat Api
10
STARVATION
SMOTHERING/ EXCLUSION
OF OXIGEN
11
DILLUTION
Teknik Pemadaman
dilakukan dengan cara
melukukan
pengenceran
konsentrasi oksigen
pada pada proses
pembakaran sampai
dibawah minimalnya.
Teknik pemadaman
dilakukan dengan cara
menurunkan
temperatur bahan
bakar yang terbakar
sampai dibawah Titik
Nyalanya (Flash
Point).
12
INHIBITION OF CHAIN
REACTION
Adalah teknik pemadaman
dengan cara memutus
rantai reaksi kebakaran.
POMPA PEMADAM
KELUAR
TRANSFER VAVE
CLAPPER VALVE
MASUK
13
VENTILASI
14
FORCE DRAFT
15
DASAR TAKTIK PEMADAM KEBAKARAN
1. Penyelamatan Jiwa/Rescue
2. Penyelamatan Harta/Salvage
3. Pencegahan Pemaparan/Exposure
Prevention
4. Lokalisir/Confirment
5. Pemadaman/Extinguishment
6. Peranginan/Ventilation
7. Penataan Kembali/Overhoul
REFERENSI
1. Chemical Proces Enginering, second
edition : Daniel A. Crowl/ Josep F. Louvar
2. Essensial of Fire Fighting, Thirtd edition :
Validateds by International Fire Service
Training Association
3. Fire Service Rescue : Ifsta
4. NFPA : Handbook
5. NFPA : Standard (code)
16
TERIMA KASIH
17
Oleh :
Tim K3
1
3
KETERBATASAN APAR
4
2
DAYA GUNA DAN HASIL GUNA DARI
APAR
5
KLASIFIKASI KEBAKARAN
6
PENGERTIAN :
Pembagian/penggolongan kebakaran berdasarkan jenis
bahan bakar yang terbakar.
TUJUAN :
Agar dapat memilih dengan cepat dan tepat media
pemadam yang akan dipakai untuk memadamkan
kebakaran.
3
KLASIFIKASI KEBAKARAN
7
KLAS “A”
Kebakaran bahan bakar padat
bukan logam, seperti kayu,
kertas, dan lain-lain.
KLAS “B”
Kebakaran bahan bakar cair dan
gas, seperti bensin, keroseine,
LPG, LNG, dan lain-lain.
KLAS “C”
Kebakaran listrik hidup, misal
motor listrik.
KLAS “D”
Kebakaran Logam, misal Al, Mg,
Mn, dan lain-lain.
KLASIFIKASI KEBAKARAN
8
SIMBUL
KLASIFIKASI
KEBAKARAN
4
MEDIA PEMADAM
9
2. Jenis Cair.
3. Jenis Gas.
5
MEDIA PEMADAM JENIS PADAT
11
- Kalium Sulfat
- Met-L-X
- Pyromet Powder
DRY CHEMICAL
12
– Cartridge System
CARTRIDGE
STORED SYSTEM
PRESSURE
6
APAR JENIS AIR
13
7
APAR JENIS BUSA KIMIA
15
Busa Mekanik dapat digunakan untuk kebakaran minyak yang luas karena:
•Karena media pemadam busa memiliki daya cooling
•media pemadam busa dapat menutupi permukaan minyak yang terbakar
cukup kuat dan stabil
8
APAR JENIS HALON
17
PENGGANTI HALON :
- Inergen
- AF11
- FM 200
- Dan lain-lain
- Swa pancar
- Tidak korosif
9
RATING APAR
19
10
APAR dengan Rating 60-B :
21
PEMERIKSAAN APAR
22
11
PEMERIKSAAN JANGKA PENDEK
23
12
Tekanan uji yang diperlukan adalah :
25
26
13
TERIMA KASIH
14
oleh :
Tim K3
Peralatan pokok :
1. Selang pemadam (Fire Hose)
2. Penyambung selang (Hose Fitting)
3. Penyemprot (Nozzle)
1
Selang Pemadam (Fire Hose)
2
Selang Isap (Suction Hose)
3
Jenis-jenis Discharge Hose
4
Cara Menggulung Selang
10
5
Coupling
11
Jenis-Jenis Coupling
Ditinjau dari bentuk dan standardnya maka
coupling dibagi 2 yaitu :
1.Screw/ulir
2.Interlock : a. Instantaneous
b. Machino
c. Storz
d. Hermaprodite
e. Symetric.
12
6
Coupling Screw, Instantaneous, Machino,
Storz, Hermaprodite dan Symetric
13
14
7
Cara Menyambung Coupling
11
15
Friction Loss
16
8
Turunan (Adaptor)
Cabang (Breeching)
9
Cabang Pembagi
19
Cabang Pengumpul
20
10
Penyemprot (Nozzle)
21
22
11
HandLine Nozzle
23
Monitor Nozzle
Nozzle ini berkapasitas aliran besar yaitu
diatas 250 GPM
Monitor Nozzle terdiri dari :
1. Portable Monitor
2. Trailer Monitor
3. Fixed Monitor
24
12
Fire Hydrant
Adalah salah satu fasilitas yang terpasang
tetap dan digunakan sebagai sumber air
untuk keperluan pemadaman kebakaran.
Fire hydrant dipasang pada jarak 50 – 75
meter dengan masing-masing buangan
(discharge) 500 liter/ menit dan
maksimum 4 buangan (discharge).
Tinggi buangan pada hydrant adalah
antara 0,5 meter sampai dengan 0,8
meter dari tanah.
25
Fire Hydrant
26
13
Sumber Air
1. Persediaan air untuk kebutuhan
hydrant dapat berasal dari
sumur artetis, sumur gali
dengan sistem penampungan
gravitasi tangki atau reservoir
air dengan sistem pemompaan.
2. Persediaan air setiap saat
yang dapat dipergunakan
minimum selama 30 menit
pada kapasitas pompa 1.800
liter per menit.
27
Pompa Pemadam
Pompa pemadam kebakaran merupakan peralatan yang
sangat penting fungsinya dalam usaha penanggulangan
kebakaran, untuk dapat mensuplai air secara terus menerus
dalam jumlah yang cukup besar dari sumber air ke dalam
jaringan pipa air pemadam.
Pompa pemadam kebakaran harus tersedia 2 (dua)
unit pompa dengan kapasitas yang sama, dimana satu
unit sebagai pompa utama dan yang lain sebagai cadangan.
28
14
Jaringan Pipa Pemadam
Jaringan pipa air pemadam kebakaran dirancang
untuk mampu menahan tekanan dan mampu
menyalurkan air dalam jumlah yang cukup ke
tempat-tempat yang memerlukan, pada
umumnya jaringan air pemadam memakai sistem
ring (loop system).
Secara garis besar ada 3 (tiga) macam pipelines
atau pipa penyalur :
Primery Feeder
Skundery Feeder
Distributor
29
30
15
TERIMA KASIH
16