Tujuan UU
Ruang Lingkup UU
Veiligheidsreglement. Stbl Van Nederlandsch Indie No 406 Tahun 1910. diberlakukan di Indonesia oleh DE
GOUVERNEUR-GENERAAL VAN NEDERLANDSCH diubah dengan : Stbl 1917 nr 212, 1917 nr 497
jo 645, 1919 nr 245, 1925 nr 120, 1926 nr 527, 1930 nr 39, 1931 nr 168 dan masa RI. 1947 nr 208.
12 Januari 1970
VR 1910
UUNo. 1 Th 1970
Sentralisasi kebijakan
Desentralisasi operasional
b.
c.
Tenaga kerja
Orang lain
Sumber-sumber produksi agar dapat dipakai secara aman dan efisien, guna mewujudkan Produktifitas
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA
1. Mencabut VR 1919
2. Memberlakukan UU No 1 Th 1970
Menimbang :
a.
Bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan dalam melakukan pekerjaan
untuk kesejahteraan dan; meningkatkan produksi serta produktivitas Nasional
b.
bahwa setiap orang lainnya yang berada di tempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya;
c.
bahwa setiap sumber produksi perlu dipakai dan dipergunakan secara aman dan effisien;
d.
bahwa berhubung dengan itu perlu diadakan segala daya upaya untuk membina norma-norma perlindungan
kerja;
e.
bahwa pembinaan norma-norma itu pelru diwujudkan dalam Undang-undang yang memuat ketentuanketentuan umum tentang keselamatan kerja yang sesuai dengan perkembangan masyarakat, industri, teknik
dan teknologi.
RUANGLINGKUP
Pasal 2
(1) Yang diatur oleh Undang-undang ini ialah keselamatan kerja dalam segala tempat kerja, baik di darat, di dalam
tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik
Indonesia;
Kritria Tempat kerja terdapat 3 unsur pokok 1. Adanya kegiatan usaha 2. Adanya orang yang bekerja 3.
Terdapat sumber bahaya
(2) Ketentuan-ketentuan dalam ayat (1) tersebut berlaku dalam tempat kerja di mana :
a. dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat, perkakas, peralatan atau instalasi yang berbahaya
atau dapat menimbulkan kecelakaan, kebakaran atau peledakan;
b. dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut, atau disimpan bahan atau barang yang: dapat
meledak, mudah terbakar, menggigit, beracun, menimbulkan infeksi, bersuhu tinggi;
c. dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau pembongkaran rumah, gedung atau bangunan
lainnya termasuk bangunan pengairan, saluran atau terowongan di bawah tanah dan sebagainya atau dimana
dilakukan pekerjaan persiapan.
d. dilakukan usaha: pertanian, perkebunan, pembukaan hutan, pengerjaan hutan, pengolahan kayu atau hasil hutan
lainnya, peternakan, perikanan dan lapangan kesehatan;
e. dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan: emas, perak, logam atau bijih logam lainnya, batu-batuan, gas,
minyak atau mineral lainnya, baik di permukaan atau di dalam bumi, maupun di dasar perairan;
f. dilakukan pengangkutan barang, binatang atau manusia, baik di darat, melalui terowongan, dipermukaan air,
dalam air maupun di udara;
g. dikerjakan bongkar muat barang muatan di kapal, perahu, dermaga, dok, stasiun atau gudang;
h. dilakukan penyelaman, pengambilan benda dan pekerjaan lain di dalam air;
i. dilakukan pekerjaan dalam ketinggian di atas permukaan tanah atau perairan;
j. dilakukan pekerjaan dibawah tekanan udara atau suhu yang tinggi atau rendah;
k.dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah, kejatuhan, terkena pelantingan benda, terjatuh
atau terperosok, hanyut atau terpelanting;
l. dilakukan pekerjaan dalam tangki, sumur atau lubang;
m. terdapat atau menyebar suhu, kelembaban, debu, kotoran, api, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau
radiasi, suara atau getaran;
n. dilakukan pembuangan atau pemusnahan sampah atau limbah;
o. dilakukan pemancaran, penyiaran atau penerimaan radio, radar, televisi, atau telepon;
p. dilakukan pendidikan, pembinaan, percobaan, penyelidikan atau riset (penelitian) yang menggunakan alat teknis;
q. dibangkitkan, dirubah, dikumpulkan, disimpan, dibagi-bagikan atau disalurkan listrik, gas, minyak atau air;
r. diputar film, pertunjukan sandiwara atau diselenggarakan rekreasi lainnya yang memakai peralatan, instalasi listrik
atau mekanik.
Penjelasan Pasal 2 (Ruang lingkup)
Dalam ayat ini diperinci sumber bahya (Hazards) yang dikenal dewasa ini yang bertalian dengan:
1. Keadaan mesin-mesin, pesawat-pesawat, alat-alat kerja serta peralatan lainnya, bahanbahan dan sebagainya.
2. Lingkungan
4. Cara kerja;
3. Sifat pekerjaan;
5. Proses produksi.
BAB III
SYARAT-SYARAT KESELAMATAN KERJA
Pasal 3 Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat syarat keselamatan kerja untuk
18 macam kondisi K3 yang diharapkan (a s/d r)
-
(2) Syarat-syarat tersebut memuat prinsip-prinsip teknis ilmiah menjadi suatu kumpulan ketentuan yang disusun
secara teratur, jelas dan praktis yang mencakup bidang konstruksi, bahan, pengolahan dan pembuatan, perlengkapan
alat-alat perlindungan, pengujian dan pengesahan, pengepakan atau pembungkusan, pemberian tanda-tanda pengenal
atas bahan, barang, produk teknis dan aparat produk guna menjamin keselamatan barang-barang itu sendiri,
keselamatan tenaga kerja yang melakukannya dan keselamatan umum.
(3)Dengan peraturan perundangan dapat dirubah perincian seperti tersebut dalam ayat (1) dan (2); dengan peraturan
perundangan ditetapkan siapa yang berkewajiban memenuhi dan mentaati syarat-syarat keselamatan tersebut.
BAB IV PENGAWASAN
Pasal 5
(1) Direktur melakukan pelaksanaan umum terhadap Undang-undang ini, sedangkan para pegawai pengawas dan
ahli keselamatan kerja ditugaskan menjalankan pengawasan langsung terhadap ditaatinya Undang-undang ini
dan membantu pelaksanaannya.
(2) Wewenang dan kewajiban direktur, pegawai pengawas dan ahli keselamatan kerja dalam melaksanakan Undangundang ini diatur dengan peraturan perundangan
PENGAWASAN K3
Pasal 1 (5)
Pegawai Pengawasan adalah pegawai teknis berkeahlian khusus dari Depnaker yang ditunjuk oleh
Menteri Tenaga Kerja
Pasal 1 (6)
Ahli Keselamatan Kerja ialah tenaga teknis berkeahlian khusus dari luar Depnaker yang ditunjuk oleh
Menteri Tenaga Kerja untuk mengawasi ditaatinya Undang-undang ini
PENGAWASAN K3?
Management review PDCA; Pengawasan dalam prinsip manajemen: adalah kegiatan Monitoring dan Evaluasi,
guna menilai kesesuaian Pelaksanaan kegiatan dibandingkan dengan Rencana tujuan yang ingin dicapai
Tugas dan fungsi pengawas: polisionel dan Advis teknis. Dimaksudkan untuk mencegah atau memperbaiki
kesalahan, penyimpangan, ketidaksesuaian, pelanggaran dan lainnya yang tidak sesuai dengan yang telah ditentukan
Penerapan K3(pengawas/ ahli k3):
1. Mengidentifikasi bahaya( memeriksa, meneliti, menghitung, mengukur, menguji, menganalisis)
2. Menilai resiko
3. kendalikan (danger, safe)
UU No. 1 Tahun 1970 Keselamatan Kerja
Pasal 5
(1) Direktur sebagai pelaksana umum
(2) Wewenang dan kewajiban :
KEWAJIBAN PENGURUS
Pasal 8
(1)Pengurus diwajibkan memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik dari tenaga kerja
yang akan diterimanya maupun akan dipindahkan sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan yang diberikan padanya.
(2)Pengurus diwajibkan memeriksa semua tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya, secara berkala pada
Dokter yang ditunjuk oleh Pengusaha dan dibenarkan oleh Direktur.
(3) Norma-norma mengenai pengujian kesehatan ditetapkan dengan peraturan perundangan
Pasal 9 PEMBINAAN
1. Menjelaskan dan menunjukkan pada tenaga kerja baru :
-
Menyediakan APD
yang diharuskan
3. Melakukan pembinaan
-
pencegahan kecelakaan
pemberantasan kebakaran
peningkatan K3
pemberiaan PK3
4. Wajib memenuhi dan mentaati syarat K3
PASAL 10
(1) Menteri Tenaga Kerja berwenang membertuk Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja guna
memperkembangkan kerja sama, saling pengertian dan partisipasi efektif dari pengusaha atau pengurus dan tenaga
kerja dalam tempat-tempat kerja untuk melaksanakan tugas dan kewajiban bersama dibidang keselamatan
dankesehatan kerja, dalam rangka melancarkan usaha berproduksi.
(2) Susunan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja, tugas dan lain-lainnya ditetapkan oleh Menteri
Tenaga Kerja.
PENJELASAN PASAL 10
Ayat (1)
Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja bertugas memberi pertimbangan dan dapat membantu
pelaksanaan usaha pencegahan kecelakaan dalam perusahaan yang bersangkutan serta dapat memberikan dan
penerangan efektif pada para pekerja yang bersangkutan.
Ayat (2)
Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan suatu Badan yang terdiri dari unsur-unsur penerima
kerja, pemberi kerja dan Pemerintah (tripartite).
Susunan P2K3
Diatur dan tetapkan oleh Menteri
Peraturan pelaksana Permen No. 04/Men/1987
Ketua
Manajemen
Sekretaris :
AK3
Anggota
(Bipartite)
Dilantik
Disnaker
Fungsi
Wadah kerjasama peningkatan bidang K3 TRIPARTITE
PERKEMBANGAN NORMA K3 (Perluasan ruang lingkup dan perubahan pola penerapannya. Dari polisionol
menjadi pembinaan K3 MANDIRI)
1910-1969= Veiligheidsreglement tahun 1910 (Stbl. No. 406) Direct Inspection
1970 = UU No.1 th 1970
1987 = P2K3 PerMen. 04/1987
1988 = PJIT Uap KepMen. 1261/1988 (pengawasan terpadu)
1922 = AHLI K3 PerMen. 02/1922
1995 = Fihak III PJK3 PerMen. 04/1995
1996 = SMK3 PerMen. 05/1996
2003 = UU No.13/2003 SMK3
1.
2.
3.
1.
2.
Pasal 16 Kewajiban pengusaha memenuhi ketentuan undang-undang ini paling lama setahun (12 Januari 1970)
Pasal 17 Aturan peralihan untuk memenuhi keselamatan kerja VR 1910 tetap berlaku selama tidak bertentangan
Pasal 18 Undang-undang ini disebut "UNDANG-UNDANG KESELAMATAN KERJA" dan mulai berlaku pada
hari diundangkan. Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang
ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
PERATURAN ORGANIK
o
Kelembagaan
SDM
Keteknikan
Kesisteman
Sektoral
(2) Untuk melindungi keselamatan pekerja / buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal
diselenggarakan upaya K3.
(3) Perlindungan sebagaimana pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan dengan peraturan perundangan yang berlaku.
PASAL 87
(1)
Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) yang
terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan
(2)
Ketentuan mengenai penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah
SISTEM MANAJEMEN K3 (UU 13-2003)
SANKSI
Pasal 186
(1) Barang siapa melanggar ketentuan Pasal 35 , dikenakan sanksi pidana penjara paling singkat 1 (satu) bulan dan
paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling sedikit Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dan paling banyak
Rp 400.000.000,00 (empat ratus juta rupiah).
Pasal 190
(1) Menteri atau pejabat yg ditunjuk mengenakan sanksi administratif atas pelanggaran . Pasal 87
(2).ayat (1) berupa :
a. teguran;
b. peringatan tertulis;
c. pembatasan kegiatan usaha;
d. pembekuan kegiatan usaha;
e. pembatalan persetujuan;
f. pembatalan pendaftaran;
g. penghentian sementara sbgn atau seluruh alat produksi;
h. pencabutan ijin;
(3) sanksi adm. .. diatur lebih lanjut oleh Menteri.
SECARA SEKTORAL
- PP No. 19/1973
- PP No. 11/ 1979
- Per.Menaker No. 01/1978 K3 Dalam Penebangan dan Pengangkutan Kayu
- Per.Menaker No. 01/1980 K3 Pada Konstruksi Bangunan
PEMBIDANGAN TEKNIS
Kebakaran Otomatik
PENDEKATAN SDM
Peraturan Khusus AA
Peraturan Khusus BB
Peraturan Khusus CC
Peraturan Khusus DD
Peraturan Khusus EE
Peraturan Khusus FF
Peraturan Khusus G
Peraturan Khusus HH
Peraturan Khusus II
Peraturan Khusus K
Peraturan Khusus L
Peraturan Khusus N
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
P3K
Listrik
Pabrik gula
Bejana tekan
Pabrik Mudah Terbakar
Botol baja
Bioskop
Timah Putih
Las Karbit
Pabrik Mudah Meledak
Tangki Apung
Pabrik Gelas