3.
Dasar Hukum & Peraturan K3
di Indonesia
Peraturan & Perundangan Dalam K3
Pertambangan
3 - SK - TA4241 K3 & Hukum Perburuhan
PENJELASAN UMUM
Peraturan Keselamatan Kerja (Veilgheidsreglement) yg ada sekarang mulai berlaku
pada 1901 (stbl no. 406) sejak itu disana sini mengalami beberapa perubahan.
Sejak perkembangan serta kemajuan teknologi & industrialisasi di RI seperti mesin-
mesin, alat-alat, pesawat-pesawat baru serta intensitas kerja operasional & tempo
kerja para pekerja yang memerlukan pengerahan tenaga kerja secara intensif,
kelelahan-kelelahan, keseimbangan merupakan sebab terjadinya kecelakaan.
Bahan-bahan yg mengandung racun, mesin-mesin, alat-alat pesawat-pesawat dan
sebagainya yang serba pelik serta cara-cara kerja yg buruk. Kekurang terampilan &
latihan kerja, tidak adanya pengetahuan tentang sumber bahaya yg baru, senantiasa
merupakan sumber-sumber bahaya & penyakit akibat kerja. Maka dapat dipahami
perlu adanya pengetahuan K3 yg maju & tepat.
Pengawasan berdasarkan veiligheidsreglement seluruhnya bersifat represif.
Sedangkan Undang-undang No. 1 Tahun 1970 ini mengalami perubahan prinsipil
dengan merobahnya lebih diarahkan pada sifat preventif.
Peruntukan Syarat-Syarat
Keselamatan Kerja
3 - SK - TA4241 K3 & Hukum Perburuhan
Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas atau
ahli keselamatan kerja.
Memakai dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja
yang diwajibkan
Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan
kerja yang diwajibkan
Meminta pada pengurus agar dilaksanakan semua syarat-syarat keselamatan
dan kesehatan kerja yang diwajibkan
Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan dimana syarat keselamatan kerja
dan kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan
diragukan olehnya kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan lain oleh pegawai
pengawas dalam batas-batas yang masih dapat dipertanggung jawabkan.
PP RI No. 19/ 1973.
Pengaturan & Pengawasan Keselamatan Kerja
3 - SK - TA4241 K3 & Hukum Perburuhan
PENJELASAN UMUM
Untuk melaksanakan Undang-undang Keselamatan Kerja Khususnya di
Bidang Pertambangan yang dalam era pembangunan dewasa ini sedang
berkembang dengan pesatnya, diperlukan pengawasan lengkap dengan
tenaga-tenaga staf yang memadai baik kualitas maupun kwantitasnya.
Tenaga tenaga tersebut yang memiliki keahlian dan penguasaan teoritis
dalam bidang-bidang spesialisasi pertambangan dan memiliki cukup
pengalaman-pengalaman, telah ada di Departemen Pertambangan yaitu
Pelaksana Inspeksi Tambang (PIT).
Maka berkenaan dengan Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 Pasal 1 ayat
6 Menteri Tenaga Kerja dapat mendelegasikan pelaksanaan pengawasan
dan Pengaturan Keselamatan Kerja tersebut khusus dibidang
Pertambangan kepada Menteri Pertambangan dan Energi.
PP RI No. 19/ 1973.
Pengaturan & Pengawasan Keselamatan Kerja
3 - SK - TA4241 K3 & Hukum Perburuhan
PENJELASAN UMUM
Pasal 4 Ayat (2) UU No. 11/1967, PelaksanaanPenguasaan Negara & Pengaturan
Usaha Pertambangan Bahan Galian Golongan C dilakukan oleh Pemerintah Daerah
Tingkat I tempat terdapatnya bahan galian Golongan C tersebut
Secara bertahap dengan memperhatikan kemampuan yang nyata sebagian urusan
Pemerintah Daerah Tingkat I kepada Pemerintah Tingkat II menjadi urusan rumah
tangganya
Hal-hal yang menyangkut kepentingan Nasional, maka usaha pertambangan bahan
galian Golongan C sepanjang terletak dilepas pantai serta usaha bahan galian
GOLONGAN C yang pengusahanya dalam rangka penanaman modal asing masih
tetap menjadi wewenang dan tanggung jawab Mentri Pertambangan dan Energi
KepMen PE No. 2555.K/201/MPE/1993. Pelaksana
Inspeksi Tambang (PIT) Bidang Pertambangan Umum
3 - SK - TA4241 K3 & Hukum Perburuhan
PENDIDIKAN:
Sarjana Tambang atau sarjana teknik yang berkaitan
Sarjana Muda Tambang atau sarjana muda teknik yang berkaitan atau D3
teknik yang berkaitan
Sekolah Teknik Menengah Jurusan Tambang atau listrik
PENDIDIKAN KHUSUS:
Lulus kursus pelaksana inspeksi tambang atau kursus pelatihan yang
sederajat yang disetujui dan diakui panitia khusus yang dibentuk oleh Direktur
Jendral
PENGALAMAN:
Pengalaman dalam bidang pertambangan umum sekurang-kurangnya 4
(empat) tahun untuk sarjana, 8 (delapan) tahun untuk sarjana muda atau D3
dan 15 (limabelas) tahun untuk STM kecuali ditetapkan lain oleh Direktur
Jendral Pertambangan Umum
KepDirJen PU No. 1245.K/26/DDJP/1993.
Pelaksana Pengawasan Keselamatan & Kesehatan Kerja Serta
3 - SK - TA4241 K3 & Hukum Perburuhan
Pertambangan Umum
Terdiri dari: 10 Bab
1 Bab. Ketentuan Peralihan
1 Bab. Penutup
Berisi: 555 Pasal
Bab. I. Ketentuan Umum (Pasal 1 s/d 51)
Bab. II. Bahan Peledak & Peledakan (Pasal 52 s/d 79)
Bab. III. Lingkungan Tempat Kerja (Pasal 80 s/d 91)
Bab. IV. Sarana Tambang di Permukaan (Pasal 92 s/d 227)
Bab. V. Pemboran (Pasal. 228 s/d 238)
Bab. VI. Tambang Permukaan (Pasal 239 s/d 257)
Bab. VII. Kapal Keruk (Pasal 258 s/d 294)
Bab. VIII. Tambang Bijih Bawah Tanah (Pasal 295 s/d 489)
Bab. IX. Tambang Batubara Bawah Tanah (Pasal 490 s/d 551)
Bab. X. Sanksi (Pasal. 552)
Bab. XI. Ketentuan Peralihan (Pasal 553)
Bab. XII. Ketentuan Penutup (Pasal 554 dan 555)
KepMen PE No. 555.K/26/MPE/1995.
Bab I Ketentuan Umum
3 - SK - TA4241 K3 & Hukum Perburuhan
Dilarang memasuki atau berada pada suatu lokasi atau kegiatan usaha
pertambangan kecuali mereka yang bekerja atau mendapat izin
Bagi mereka yang mendapat izin untuk memasuki suatu wilayah kegiatan
usaha pertambangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), harus
disertai oleh KTT atau petugas yang ditunjuk yang memahami situasi dan
kondisi daerah yang akan dikunjungi
Jalan yang ditetapkan oleh KTT sebagai jalan khusus yang dipergunakan
kegiatan usaha pertambangan dan apabila diberikan kegiatan usaha
pertambangan dan apabila diberikan hak kepada umum untuk
mempergunakannya, maka keselamatan penggunaan hak tersebut
menjadi tanggung jawab KTT.
Inspektur tambang dapat memasuki wilayah kapan saja tanpa
pemberitahuan yang memberi izin masuk KTT - Delegasi
KepMen PE No. 555.K /26/ M.PE /95
Kepala Teknik Tambang
3 - SK - TA4241 K3 & Hukum Perburuhan
Setiap usaha pertambangan harus memiliki KTT sebagai penanggung jawab terhadap
dilaksanakannya/terlaksananya peraturan perundangan yg berlaku tentang K3 pada lingkungan
Pertambangan Umum. KTT juga sebagai moderator atas dilaksanakannya peraturan bidang K3L
dan perintah, larangan, petunjuk dari PIT setelah melakukan investigasi & Inspeksi di Lapangan.
KEPALA TEKNIK TAMBANG: seseorang yang mempunyai kedudukan jabatan tertinggi pada
level kesatu (top manajer) pada garis lini komando struktur organisasi di lapangan.
WAKIL KEPALA TEKNIK TAMBANG: seseorang yang mempunyai kedudukan jabatan level
kedua pada garis lini komando struktur organisasi di lapangan. Bisa menjabat KTT bila KTT tidak
ada di tempat (acting KTT). Dapat diusulkan orang yang mempunyai kedudukan jabatan pada
level ketiga pada garis lni komando struktur organisasi dilapangan, tetapi tidak bisa menjabat
KTT bila KTT berhalangan / tidak berada di tempat.
KEDUDUKAN KTT: harus di lapangan dimana kegiatan usaha pertambangan dilakukan.
BILA KTT TIDAK BERADA DI TEMPAT: karena cuti atau mendapat tugas atau mengikuti kursus
dll, harus menyerahkan tugasnya kepada wakil KTT atau yang ditunjuk dan menuliskan pada
buku tambang serta mengirim kopinya kepada KAPIT
KepMen PE No. 555.K /26/ M.PE /95.
Pengangkatan Kepala Teknik - Pasal 5
3 - SK - TA4241 K3 & Hukum Perburuhan
Safety Manager
Knowledgeable of safety
Competent on safety
Knowledgeable of system management
Pekerja Tambang harus memenuhi persyaratan yang sesuai dengan sifat pekerjaan
yang akan diberikan kepadanya dan harus sehat jasmani maupun rohani.
Dilarang bagi pekerja tambang wanita bekerja pada tambang bawah tanah kecuali yang
bertugas dalam pekerjaan kesehatan atau melaksanakan tugas belajar, penelitian dan
mendapatkan rekomendasi dari KTT.
Dilarang menugaskan pekerja tambang bekerja seorang diri pada tempat terpencil atau
dimana ada bahaya yang tidak diduga (kecuali tersedia alat komunikasi yang langsung
dengan pekerja lain yang berdekatan).
Dilarang memperkerjakan pekerja tambang dalam keadaan sakit atau karena sesuatu
sebab tidak mampu bekerja secara normal.
Apabila dari hasil penyelidikan PIT, KTT atau Kepala Bagian Tambang Bawah Tanah
ternyata ditemukan pekerja tambang melanggar Keputusan Menteri ini dengan sengaja,
maka pekerja tambang tersebut dapat dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
KepMen PE No. 555.K /26/ M.PE /95.
Kewajiban - Pasal 32
3 - SK - TA4241 K3 & Hukum Perburuhan
RISIKO
Terjadi pada saat energi atau orang
ditempatkan pada suatu bahaya
Contoh - orang berjalan diatas tumpahan oli
Pengertian Kecelakaan
3 - SK - TA4241 K3 & Hukum Perburuhan
Insiden adalah kontak yang dapat menyebabkan kerugian atau kerusakan. Penyebab
potensial kecelakaan adalah kontak dengan energi diatas kemampuan tubuh atau
struktur. Contohnya, Suatu benda yang terbang atau bergerak mengandung energi
kinetik yang berpindah ke tubuh. Apabila energi yang berpindah terlalu besar dapat
menyebabkan kerugian atau kerusakan. Kenyataan bahwa tidak hanya energi kinetik,
tetapi juga energi listrik, energi panas, maupun energi kimia.
Bahaya adalah sesuatu yang berpotensi menimbulkan cidera. Bahaya bisa mencakup
bahan-bahan, mesin-mesin dan metode-metode kerja. Contoh: lantai tergenang oli
adalah sebuah bahaya, oli menyebabkan lantai menjadi licin, berpotensi menimbulkan
cidera bila orang tergelincir karenanya. Sedangkan resiko adalah sesuatu yang
merupakan akibat pertemuan energi atau orang dengan sebuah bahaya. Contoh :
bahaya lantai licin menjadi resiko ketika seseorang berjalan diatas lantai lalu tergelincir.
Terdapat resiko tergelincir dan terluka.
Kecelakaan adalah sesuatu yang tidak diinginkan yang mengakibatkan kerugian pada
manusia, kerusakan pada bangunan dan kerugian pada proses. Umumnya Kecelakaan
terjadi akibat hasil kontak substansi (zat) dengan sumber energi (kimia, panas, akustik,
mekanik, listrik, dan lain lain ) diatas batas kemampuan tubuh atau struktur.
KepMen PE No. 555.K/26/M.PE/95.
Kecelakaan Tambang & Kejadian Berbahaya - Pasal 39
3 - SK - TA4241 K3 & Hukum Perburuhan
2. Mengakibatkan cidera pekerja tambang atau orang yang diberi izin oleh
4. Terjadi pada jam kerja pekerja tambang yang mendapat cedera atau
proyek
KepMen PE No. 555.K/008/M.PE/1995.
Kategori Cidera Akibat Kecelakaan Tambang - Pasal 40
3 - SK - TA4241 K3 & Hukum Perburuhan
1.Cidera ringan
Cidera akibat kecelakaan tambang yg menyebabkan pekerja tambang tdk
mampu melakukan tugas semula selama > dari 1 hari
2. Cidera berat
Cidera akibat kecelakaan tambang yg menyebabkan pekerja tambang tdk mampu
melakukan tugasnya semula selama > 3 mg termasuk minggu & hari hari libur.
Cidera akibat kecelakaan tambang yg menyebabkan pekerja tambang cacat tetap
(invalid) yg tidak mampu menjalankan tugasnya semula
Cidera akibat kecelakaan tambang yg tidak tergantung dari lamanya pekerjaan
tambang tidak mampu melakukan tugasnya semula, tetapi mengalami cidera seperti
salah satu dibawah ini :
keretakan tengkorak kepala, tulang punggung, pinggul, lengan bawah, lengan atas, paha
atau kaki
pendarahan di dalam, atau pingsan disebabkan kekurangan oksigen
luka berat atau luka terbuka/terkoyak yang dapat mengakibatkan ketidakmampuan tetap
persendian yang lepas yang sebelumnya tidak pernah terjadi.
Tumpahan bahan berbahaya yang cukup besar
Memerlukan sumber daya dari luar untuk menangani
Berpotensi untuk eskalasi walaupun terbatas
KepMen PE No. 555.K/008/M.PE/1995.
Kategori Cidera Akibat Kecelakaan Tambang - Pasal 40
3 - SK - TA4241 K3 & Hukum Perburuhan
Pasal 46
PENGERTIAN
1. BP adalah semua senyawa kimia, campuran atau alat yang dibuat,
diproduksi atau digunakan untuk membuat BP dengan reaksi kimia yang
berkesinambungan didalam bahan-bahannya.BP dalam hal ini termasuk
mesiu, nitrogliserin, dinamit, gelatin, sumbu ledak, sumbu bakar,
detonator, amonium nitrat, apabila dicampur dengan hidrokarbon dan
ramuan lainnya.
2. Detonator adalah suatu benda yang mengandung isian BP yang
digunakan sebagai penyala awal ledakan dan dalam hal ini termasuk
detonator listrik atau detonator tunda dan NONEL.
3. Gudang adalah suatu bangunan atau kontainer yang secara teknis
mampu menyimpan BP secara aman.
KepMen PE No. 555.K /26/ M.PE /95.
Bahan Peledak & Peledakan Pasal - 52/2
3 - SK - TA4241 K3 & Hukum Perburuhan
PENGERTIAN
4. Juru ledak adalah seseorang yang diangkat oleh perusahaan
pertambangan atau KTT untuk melaksanakan pekerjaan peledakan dan
orang tersebut harus memiliki kartu izin meledakan (KIM).
5. Pekerjaan peledakan adalah pekerjaan yang terdiri dari meramu BP,
membuat primer, mengisi dan menyumbat lubang ledak, merangkai dan
menyambung suatu pola peledakan, menyambung suatu sirkit peledakan
kesebuah sirkit detonator, sirkit alat penguji atau mesi peledak,
menetapkan daerah berbahaya, menyuruh orang menyingkir, dan
berlindung menguji sirkit peledakan, meledakan lubang ledak, menangani
kegagalan peledakan, dan mengendalikan akibat peledakan yang
merugikan seperti lontaran batu, getaran tanah, kebisingan, dan
tertekannya udara yang mengakibatkan efek ledakan (air blast).
KepMen PE No. 555.K /26/ M.PE /95.
Bahan Peledak & Peledakan - Pasal 52/3
3 - SK - TA4241 K3 & Hukum Perburuhan
6. Calon juru ledak adalah seseorang yang disetujui oleh KTT untuk
mengikuti pelatihan dalam pekerjaan peledakan dengan pengawasan
yang ketat dari seseorang juru ledak.
7. Jarak aman gudang BP adalah jarak minimum dimana gudang BP harus
terpisah dari gudang-gudang yang lain, bangunan yang dihuni orang,
jalan kereta api dan jalan umum dan yang tergantung pada jenis dan
jumlah bahan peledak yang disimpan didalamnya.
8. BP peka detonator adalah BP yg dapat meledak dengan detonator No. 8.
9. BP peka primer adalah BP yang hanya dapat meledak dengan
menggunakan primer atau booster dengan detonator No. 8.
10. Bahan ramuan BP adalah bahan baku yang apabila dicampur dengan
bahan tertentu akan menjadi BP peka primer.
KepMen PE No. 555.K /26/ M.PE /95.
Bahan Peledak & Peledakan - Pasal 52/4
3 - SK - TA4241 K3 & Hukum Perburuhan
11. Gudang BP utama adalah gudang yang letaknya tidak terlalu jauh dari
tambang dan dari gudang ini BP dipakai untuk keperluan peledakan.
12. Gudang BP transit adalah gudang yang dipergunakan sebagai tempat
penyimpanan sementara sebelum diangkat/dipindahkan ke gudang BP
utama.
13. Gudang BP sementara adalah gudang yang dipergunakan untuk
kegiatan pertambangan pada tahap eksplorasi atau persiapan
penambangan.
14. Kontainer adalah gudang BP yang berbentuk peti kemas yang dibuat dari
plat logam.
KepMen PE No. 555.K /26/ M.PE /95.
Izin Gudang Bahan Peledak - Pasal 52
3 - SK - TA4241 K3 & Hukum Perburuhan
15. BP yang disimpan di tambang hanya pada gudang yang telah mempunyai izin
dengan kapasitas tertentu sebagaimana ditetapkan oleh KAPIT secara
tertulis. Apabila gudang BP terletak diluar wilayah tempat usaha
pertambangan dan akan digunakan untuk kegiatan pertambangan, harus
mendapat persetujuan dari KAPIT.
16. BP yang digunakan untuk kegiatan lain harus mendapat persetujuan dari
KAPIT.
17. Permohonan izin gudang BP sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) harus
melampirkan:
Gambar konstruksi gudang BP dengan skala 1:100 yang memperlihatkan
pandangan atas dan pandangan samping serta hal-hal lain yang diperlukan
sesuai dengan kapasitas maksimum gudang BP yang dimohon dan gambar
situasi gudang BP dengan skala 1:500 yang memperlihatkan jarak aman.
KepMen PE No. 555.K /26/ M.PE /95.
Izin Gudang Bahan Peledak - Pasal 52
3 - SK - TA4241 K3 & Hukum Perburuhan
20. Permohonan izin gudang BP di bawah tanah harus dilengkapi dengan peta
dan spesifikasi yang memperlihatkan rancang bangun dan lokasi gdang BP.
21. Detonator tidak boleh disimpan dalam gudang yang sama dengan BP
lainnya, tetapi harus dalam gudang tersendiri yang diizinkan untuk
menyimpan detonator. Gudang detonator harus mempunyai konstruksi
yang sama seperti gudang BP.
22. Persyaratan untuk mendapatkan izin gudang BP ditetapkan oleh KAPIT.
23. Masa berlakunya izin gudang BP:
1. Izin gudang BP sementara diberikan untuk 2 tahun
2. Izin gudang BP transit diberikan untuk 5 tahun, dan
3. Izin gudang BP utama diberikan untuk 5 tahun.
24. PIT dapat membatalkan izin gudang BP yang tidak lagi memenuhi
persayaratan.
25. Apabila kegiatan pertambangan berhenti atau dihentikan untuk lebih dari 3
bulan, KTT harus melaporkan kepada KAPIT dan gudang harus tetap dijaga.
Tambang Permukaan
3 - SK - TA4241 K3 & Hukum Perburuhan
UMUM
Disekitar bagian tambang yg masih ada kegiatan maupun yg sudah
ditinggalkan dan dapat menimbulkan bahaya harus diberi pengaman
dengan tinggi sekurang-kurangnya 80 cm atau dipasang tanda peringatan.
Jalan masuk ke setiap tempat kerja harus dirawat
Jalan masuk yg mempunyai kemiringan 40 derajat harus dilengkapi
tangga, apbila jalan kemiringannya 75 derajat harus dilengkapi sandaran
punggung
Tangga yg panjangnya lebih daripada 10 meter harus mempunyai lantai
istirahat pada setiap jarak 10 meter dan pada ujung tangga tersebut harus
menonjol 90 meter pada tiap lantai
Penggunaan kereta gantung (cable way) atau kendaraan yang berjalan di
atas rel untuk pengangkutan orang harus mendapat izin dari KAPIT.
Mulut sumuran, bak penampung, dapur pemanggangan atau corongan
harus diberi pagar pengaman.
Tambang Permukaan
3 - SK - TA4241 K3 & Hukum Perburuhan
TAMBANG HIDROLIS
Pengaturan bendungan
ADMINISTRASI TAMBANG
KTT menunjuk Kepala Tambang Bawah Tanah yang namanya dicatat dalam
buku tambang
Dalam melakukan pengawasan, Kepala Tambang Bawah Tanah dibantu
pengawas teknis dan pengawas operasional.
Apabila terdapat lebih dari satu tambang bawah tanah atau daerah kegiatan
tambang bawah tanah cukup luas maka dapat diangkat pengawas wilayah
yang diberi tanggung jawab berdasarkan wilayah.
Batas wilayah harus ditunjukkan pada peta tambang dan dipaparkan di kantor
tambang serta kopi peta tersebut disampaikan kepada KPAIT.
KTT dapat bertindak sebagai Kepala Tambang Bawah Tanah kecuali PIT
berkeberatan untuk kepentingan K3
Kepala Tambang Bawah Tanah-2
3 - SK - TA4241 K3 & Hukum Perburuhan
Pada pekerjaan bawah tanah harus tersedia dua jalan keluar yg terpisah
kecuali pada pembuatan sumuran, jalan keluar ke permukaan,
terowongan eksplorasi atau terowongan yg bukan untuk tujuan produksi
yg terowongan tersebut dimulai dari suatu sumuran atau jalan keluar
permukaan dgn ketentuan jumlah pekerja tidak lebih dari 30 orang.
Sumuran atau jalan keluar tersebut harus terpisah lebih dari 20 m
sehingga apabila terjadi gangguan pada salahsatu jalan keluar tersebut
tidak akan mempengaruhi jalan keluar lainnya.
KTT harus menyediakan tata cara penyelamatan diri dari penggunaan
satu jalan keluar dalam hal terjadi gangguan.
Apabila gangguan terjadi KTT harus:
Melaksanakan tata cara penyelematan diri satu jalan keluar
Memerintahkan pengamanan
Melapor kepada pelaksana inspeksi tambang
Dalam hal terjadi gangguan maka pekerjaan tambang bawah tanah harus
dihentikan dan membatasi seminimal mungkin jumlah pekerja tambang bawah
tanah, yaitu hanya:
Pekerja tambang yg melaksanakan pekerjaan pengamanan jalan keluar yg terganggu
Pekerja tambang yg memberikan pertolongan
Pekerjaan perbaikan jalan keluar yg terganggu dapat dilakukan setelah mendapat
persetujuan pelaksana inspeksi tambang.
Evaluasi Akibat Adanya Hempasan Atau Kebakaran Di
Tambang Bawah Tanah
3 - SK - TA4241 K3 & Hukum Perburuhan
KTT harus menjamin tersedianya aliran udara bersih yg cukup untuk semua tempat kerja dengan
ketentuan volume oksigennya tidak kurang dari 19,5 %dan volume karbon dioksida tidak lebih dari
0,5%
Dilarang mempekerjakan karyawan pada tempat kerja yg mengandung debu, asap atau uap yg
konsentrasinya dapat membahayakan kesehatan
Aliran udara harus cukup untuk mengurangi atau menyingkirkan konsentrasi asap peledakan
secepat mungkin.
Apabila dalam sistem ventilasi tambang harus terdeteksi adanya gas yg mudah terbakar atau
meledak maka KTT harus melakukan tindakan pengaman khusus untuk memperbaiki kondisi
tersebut.
Volume udara bersih yg dialirkan dalam sistem ventilasi harus diperhitungkan berdasarkan jumlah
pekerja terbanyak pada suatu lokasi kerja dengan ketentuan untuk setiap orang tidak kurang dari
2 m3 permenit selama pekerja berlangsung.
Ditambang sebanyak 3 m3 permenit untuk setiap tenaga kuda (HP) apabila mesin diesel
dioperasikan
PIT dapat memerintahkan KTT untuk meningkatkan mutu dan volume aliran udara bersih pada
suatu bagian dari tambang.
Pada sistem ventilasi dilarang menerapkan sistem sirkulasi balik
Standar Ventilasi Tambang Bijih
3 - SK - TA4241 K3 & Hukum Perburuhan
Temperatur udara di dalam tambang bawah tanah harus dipertahankan antara 18o-24oC dengan
kelemebaban relatif 85%.
Kondisi ventilasi di tempat kerja harus, untuk rata-rata 8 jam volumenya:
CO 0,005%; CH4 0,25%; H2S 0,001%; NO 0,0003%
Dalam tenggang waktu 15 menit: CO 0,04%; NO 0,0005%
Lampu keselamatan atau alat lain harus digunakan untuk menguji kurangnya kandungan oksigen
Lokasi yg tidak memerlukan ventilasi harus ditutup atau dirintangi dan dipasang tanda larangan
memasuki daerah tersebut.
Pada setiap lokasi yg sudah ditutup dinding penyekatnya harus dipasang pipa yg dilengkapi
katup pengambilan percontoh udara untuk melakukan pengukuran tekanan dibalik dinding
penyekat.
Kecepatan udara ventilasi yg dialirkan ke tempat kerja harus sekurang-kurangnya 7 m/menit dan
dapat dinaikkan sesuai kebutuhan pekerjaan.
Jalan udara harus mempunyai ukuran yg memadai sesuai dengan jumlah udara yg dialirkan
KTT harus menunjuk petugas yg bertanggung jawab untuk melakukan pengawasan ventilasi
tambang dan namanya dicatat dalam buku tambang
Jumlah dan mutu udara yg mengalir pada masing-masing lokasi atau tempat kerja harus
ditentukan dengan tenggang waktu tidak lebih dari satu bulan.
Standar Ventilasi Tambang Bijih
3 - SK - TA4241 K3 & Hukum Perburuhan
KATEGORI
Setiap tambang batubara bawah tanah dinyatakan tambang
berbahaya gas dan tambang bawah tanah lainnya dapat juga
dinyatakan sebagai tambang berbahaya gas apabila
memenuhi salahsatu ketentuan sebagai berikut:
Terdapat kandungan gas methana (fire damp) 0,25% setiap saat
dibagian manapun dibawah tanah
Telah terjadi kebakaran atau ledakan gas methana dibawah tanah
Tambang Batubara Bawah Tanah
3 - SK - TA4241 K3 & Hukum Perburuhan
PENGECUALIAN
Kepala pelaksana inspeksi tambang dapat menyatakan
bahwa suatu tambang bawah tanah dinyatakan sebagai
bukan berbahaya gas apabila tidak satupun kondisi
sebagaimana ketentuan di atas:
Tambang Batubara Bawah Tanah
3 - SK - TA4241 K3 & Hukum Perburuhan
KEWAJIBAN:
KTT harus menunjuk orang yg berkemampuan dalam jumlah
cukup untuk melakukan pemeriksaan gas methana
KTT harus menentukan tempat, waktu dan prosedur
pemeriksaan gas methana
Pencegahan terhadap debu yg mudah terbakar
Memastikan bahwa kondisi penyanggaan kokoh
Memastikan sistem ventilasi berjalan dengan baik
SANKSI
3 - SK - TA4241 K3 & Hukum Perburuhan
Lost time injuries (LTIs) adalah jumlah Lost Day Injuries (LDI) dan Restricted
Work Duty Injuries (RWDI).
Lost Day Injury (LDI) adalah cidera kerja yang mengakibatkan satu atau dua
hari absen dari kerja. Korban meninggal terhitung dalam LDI.
Restricted Work Duty Injury (RWDI) - aktivitas kerja terbatas terjadi ketika
pekerja mengalami cidera kerja, secara fisik maupun mental tidak dapat
melaksanakan semua atau sebagian tugas normalnya selama seluruh atau
sebagian hari/shift kerja normalnya dan merupakan kecelakaan kerja
sebagai akibat di mana,
Pekerja ditugaskan ke pekerjaan lain secara sementara.
Pekerja bekerja secara permanen kurang dari waktu penuh.
Pekerja bekerja secara permanen dalam pekerjaan yang diberikan tetapi tidak
dapat melaksanakan tugasnya secara normal.
Pengukuran Statistik Kecelakaan
3 - SK - TA4241 K3 & Hukum Perburuhan
Medical Treatment Case (MTC) /Kasus Penanganan Medis adalah cidera kerja yang
tidak diklasifikasikan sebagai Lost Time Injury, tetapi mengakibatkan kehilangan
kesadaran atau memerlukan penanganan medis lain di luar pertolongan pertama.
All Injuries (AI) adalah jumlah Los Time Injury (LTI) dan Medical Treatment Cases
(MTC).
Berdasarkan Risk Rank dapat dilihat bahwa yang dimaksud dengan insiden yang
berpotensial mematikan adalah insiden yang mempunyai Risk Rank 1, 2, 4, 7 dan 11
sesuai dengan tingkat kekerapan kejadiannya.
Jumlah hari/shift hilang adalah jumlah aktual shift atau hari di mana pekerja tidak dapat
bekerja karena cidera kerja yaitu jumlah hari tidak bekerja (Days Away From
Work/DAW) dan hari dalam tugas kerja terbatas (Restricted Work Duties/RWD). Jika
seseorang tidak dapat kembali ke pekerjaan normalnya setelah dua tahun, cidera
tersebut dianggap sebagai cidera tetap dan tidak ada kehilangan hari/shift yang
dihitung. Cidera ini diklasifikasi ulang sebagai Cidera Permanen (Permanent Damage
Injury/PDI). Tidak akan ada lagi shift/hari hilang yang dihitung untuk korban meninggal
atau PDI.
Pengukuran Statistik Kecelakaan
3 - SK - TA4241 K3 & Hukum Perburuhan
Semua Cidera
All Injury Frequency Rate (AIR) adalah tingkat AIRFR = x 200.000
terjadinya semua cidera per 200.000 jam kerja. Jam Unjuk Kerja
SR =
Lost Time x 1.000.000
Man Hours
FR =
Injury x 1.000.000
Man Hours