Anda di halaman 1dari 12

PENGUJIAN PERBANDINGAN BELITAN TRAFO

Oleh:

DHANI JULIANTO PUTRA


42123239
Kelompok 1
4C RPL Teknik Listrik

PROGRAM STUDI D4 TEKNIK LISTRIK


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
2023
I. TUJUAN
1. Untuk mengukur dan menetukan perbandingan jumlah kumparan sisi primer dan
sisi sekunder.
2. Untuk menentukan error perbandingan belitan transformer antara name plate dan
pengukuran.
3. Untuk mengetahui tapping pada transformator dan kegunaannya.

II. TEORI DASAR

Tujuan dari pengetesan perbandingan belitan (winding ratio) pada transformator


adalah untuk memastikan bahwa semua belitan memiliki jumlah lilitan (belitan) sesuai
dengan desain atau yang tersebut dalam name plate. Jika transformator memiliki
beberapa tapping maka pada transformator tersebut juga perlu dilakukan pengujian
perbandingan transformator pada setiap tapping-nya.
Berdasarkan standard ANSI dan IEEE bahwa ratio tegangan terukur antara dua
belitan bera
tegangan kerja tinggi pada salah satu sisinya (misal 70 kV, 150 kV), pengetesan
dilakukan dengan memberikan tegangan rendah pada sisi tegangan yang lebih rendah
dan mengukur tegangan outputnya pada sis tegangan yang lebih tinggi.
Dalam konsepsi dasar, transformator adalah peralatan yang sederhana. Dibentuk
dari dua gulungan kawat berisolasi pada inti besi. Salah satu gulungan dihubungkan
ke sumber atau generator yang selanjutnya di sebut sisi primer. Kemudian daya dari
sisi primer akan ditransfer ke beban, yang disebut sebagai sisi sekunder. Energi
ditransfer dari satu sisi ke sisi lainnya dengan menggunakan prinsip induksi magnet
(magnetic induction). Semakin banyak gulungan (turn) pada belitan, maka semakin
besar impedansi yang dihasilkan, serta makin besar tegangan yang dibentuk pada
terminal belitan tersebut dan arusnya menjadi lebih kecil (terkait percobaan tahanan
kumparan). Jika sisi sekunder memiliki jumlah lilitan yang lebih banyak dari sisi
primer, maka tegangan sisi sekunder akan lebih tinggi dibandingkan sisi primer
dengan arus yang mengalir lebih rendah. Kondisi ini disebut transformator “step-up”
(step-up transformer). Sebaliknya jika sisi sekunder memiliki jumlah lilitan lebih
sedikit dibandingkan maka akan dihasilkan step-down transformer.
Hubungan langsung antara jumlah belitan dan tegangan antara sisi primer terhadap
sekunder dinyatakan sbb:
𝑉𝑝 𝑁𝑝
= = 𝛼
𝑉𝑠 𝑁𝑠
Dimana :
Vp = tegangan primer
Vs = tegangan sekunder
Np = jumlah lilitan primer
Ns = jumlah lilitan sekunder

Pada step-up transformer nilai perbandingan a > 1, sebaliknya step-down transformer


nilai perbandingan a < 1.
Notasi standar untuk indikasi sisi belitan yang lebih tinggi adalah “H” dengan
terminasi H1 dan H2. Belitan tegangan lebih rnedah dinotasikan “X” dengan terminasi
X1 dan X2. Sumber tegangan dapat dihubungkan ke dua sisi tranformator, tergantung
kebutuhan apakah digunakan sebagai step-up transformer atau step-down transformer.

Gambar 1. Notasi terminasi pada transformator

Rangkaian pengganti transformator juga dapat digambarkan sbb:

Gambar 2. Rangkaian ekuivalent transformator


Dimana :
Vp = tegangan masuk / sisi primer (Volt)
Vs = tegangan keluar / sisiskunder (Volt)
Ep = g.g.l. induksi pada sisi primer (Volt)
Es = g.g.l. induksi pada sisi sekunder (Volt)
NP = jumlah lilitan sisi primer
NS = jumlah liltan sisi sekunder
A = rasio perbandingan belitan

III. ALAT DAN BAHAN


a. Tiga unit transformator 1 phase atau 1 unit transformator 3 fase (1 modul
transformator)
b. Dua buah Voltmeter (analog / digital)
c. Kabel penghubung secukupnya
d. Sumber tegangan 3 fase

IV. RANGKAIAN PERCOBAAN

a. Rangkaian Tranformer Ratio 1

MODUL TRANSFORMATOR
1 U1 2 U1

L1 V
2 U2
1 U3
v v v 3 U1

N 1 U2 3 U2

L3 L2 1 V1 2 V1

Sumber Tegangan 2 V2
1 V3
3 V1

1 V2 3 V2

1 W1 2 W1
Titik Netral
2 W2 Sekunder 2
1 W3
3 W1 Titik Netral
Sekunder 1
Titik Netral Primer
1 W2 3 W2

Gambar 3. Rangkaian Percobaan - Transformer Ratio 1


b. Rangkaian Percobaan Transformer Ratio 2

Gambar 4. Rangkaian Percobaan – 2 Transformer Ratio 2

c. Rangkaian Percobaan Transformer Ratio 3

MODUL TRANSFORMATOR
1 U1 2 U1

L1 V
2 U2
1 U3
v v v 3 U1

N 1 U2 3 U2

L3 L2 1 V1 2 V1

Sumber Tegangan 2 V2
1 V3
3 V1

1 V2 3 V2

1 W1 2 W1
Titik Netral
2 W2 Sekunder 2
1 W3
3 W1 Titik Netral
Sekunder 1
Titik Netral Primer
1 W2 3 W2

Gambar 5. Rangkaian Percobaan – Transformer Ratio 3


d. Rangkaian Percobaan Transformer Ratio 4

Gambar 6. Rangkaian Percobaan – 4 Transformer Ratio 4

V. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Mencatatat ratio trafo, sesuai yang tercantum pada belitan trafo.
2. Menyiapkan alat dan bahan percobaan.
3. Mengkalibrasi alat ukur.
4. Merangkai alat percobaan (transformator dan kabel) sesuai gambar 3.
5. Sebelum mehubungkan sumber tegangan ke rangkaian, periksa besar tegangan
output sumber tegangan.
6. Mencatat dan menghitung nameplate transformer ratio pada setiap tapping.
7. Menghubungkan sumber tegangan sesuai rangkaian percobaan.
8. Menyalakan (ON) sumber tegangan.
9. Mengukur tegangan sesuai tabel.
10. Mengukur tegangan pada sisi sekunder, untuk semua tapping.
11. Mencatat hasil pengukuran.
12. Mengulangi untuk tap ratio lainnya sesuai gambar dan tabel.
VI. KEAMANAN & KESELAMATAN KERJA (K3)
A. Potensi Bahaya
1. Menyentuh terminal bertegangan dari alat injeksi yang dapat menimbulkan
electric Shock.
2. Hubung singkat karena menginjeksi phase yang sama, hubung singkat,
kebakaran, dan rusaknya peralatan.
3. Kebakaran yang diakibatkan oleh kondisi injeksi tegangan yang melampaui
ketahanan isolasi dari peralatan.

B. Antisipasi

1. Mengikuti petunjuk instruksi manual dan pembimbing.


2. Memeriksa kembali semua rangkaian sebelum memulai mengoperasikan
peralatan praktikum dibawah pengawasan pembimbing.
3. Matikan semua sumber tegangan sebelum membuat atau mengubah koneksi
apa pun.
4. Menggunakan peralatan pelindung seperti safety shoes dan helmet bila
diperlukan.
5. Biasakan diri Anda dengan peralatan keamanan, MCB

VII. HASIL PERCOBAAN


Data Name Plate (Perhatikan tegangan yang tercantum di atas belitan transformator):

1. Untuk Rangkaian 1 (2U2 dan 3U1; 2V2 dan 3V1; 2W2 dan 3W1 tidak
terhubung)
Tabel 1. Hasil Pengukuran Tegangan Belitan Transformator pada Rangkaian 1
No Titik Ukur Tegangan
SISI PRIMER
1. 1U 1 – 1V 1 401 V
2. 1V 1 – 1W1 403 V
3. 1W 1 – 1U 1 400 V
4. 1U 1 – 1U 2/N (primer) 229,6 V
5. 1V 1- 1V 2/N (primer) 231,6 V
6. 1W 1 – 1W 2/N (primer) 231,2 V
SISI SEKUNDER 1
1. 2U 1 – 2V 1 121,7 V
2. 2V 1 – 2W 1 122,4 V
3. 2W 1 – 2U 1 121,2 V
4. 2U 1 – 2U 2/N (sekunder 1) 69,7 V
5. 2V 1 – 2V 2/N (sekunder 1) 70,1 V
6. 2W 1 – 2W 2/N (sekunder 1) 70 V
SISI SEKUNDER 2
1. 3U 1 – 3V 1 121,7 V
2. 3V 1 – 3W 1 122,4 V
3. 3W 1 – 3U 1 121,3 V
4. 3U 1 – 3U 2/N (sekunder 2) 69,6 V
5. 3V 1 – 3V 2/N (sekunder 2) 70,1 V
6. 3W 1 – 3W 2/N (sekunder 2) 70 V

2. Untuk Rangkaian 2 (hubungkan 2U2 dan 3U1; 2V2 dan 3V1; 2W2 dan 3W1
terhubung dan lepaskan Netral 1)
Tabel 2. Hasil Pengukuran Tegangan Belitan Transformator pada Rangkaian 2
No Titik Ukur Tegangan
SISI PRIMER
1. 1U 1 – 1V 1 401 V
2. 1V 1 – 1W1 403 V
3. 1W 1 – 1U 1 399 V
4. 1U 1 – N (primer) 229,3 V
5. 1V 1- N (primer) 231,5 V
6. 1W 1 – N (primer) 230,9 V
SISI SEKUNDER 1
1. 2U 1 – 2V 1 243 V
2. 2V 1 – 2W 1 244,5 V
3. 2W 1 – 2U 1 242,2 V
4. 2U 1 – 3U 2/N (sekunder 2) 139,3 V
5. 2V 1 – 3V 2/N (sekunder 2) 140,3 V
6. 2W 1 – 3W 2/N (sekunder 2) 139,9 V

Pindahkan Netral primer dari 1U2-1V2-1W2 ke 1U3-1V3-1W3

3. Untuk Rangkaian 3 (2U2 dan 3U1; 2V2 dan 3V1; 2W2 dan 3W1 tidak
terhubung)
Tabel 3. Hasil Pengukuran Tegangan Belitan Transformator pada Rangkaian 3

No Titik Ukur Tegangan


SISI PRIMER
1. 1U 1 – 1V 1 400 V
2. 1V 1 – 1W1 403 V
3. 1W 1 – 1U 1 399,3 V
4. 1U 1 – 1U3/N (primer) 229,4 V
5. 1V1 - 1V3/N (primer) 231,6 V
6. 1W 1 – 1V3/N (primer) 230,9 V
SISI SEKUNDER 1
1. 2U 1 – 2V 1 210,8 V
2. 2V 1 – 2W 1 211,9 V
3. 2W 1 – 2U 1 209,8 V
4. 2U 1 – 2U 2/N (sekunder 1) 120,5 V
5. 2V 1 – 2V 2/N (sekunder 1) 121,5 V
6. 2W 1 – 2W 2/N (sekunder 1) 121,2 V
SISI SEKUNDER 2
1. 3U 1 – 3V 1 210,7 V
2. 3V 1 – 3W 1 211,8 V
3. 3W 1 – 3U 1 210 V
4. 3U 1 – 3U 2/N (sekunder 2) 120,6 V
5. 3V 1 – 3V 2/N (sekunder 2) 121,5 V
6. 3W 1 – 3W 2/N (sekunder 2) 121,2 V

4. Untuk Rangkaian 4 (hubungkan 2U2 dan 3U1; 2V2 dan 3V1; 2W2 dan 3W1
terhubung dan lepaskan Netral 1)
Tabel 4. Hasil Pengukuran Tegangan Belitan Transformator pada Rangkaian 4

No Titik Ukur Tegangan


SISI PRIMER
1. 1U1 – 1V1 400 V
2. 1V1 – 1W1 403 V
3. 1W1 – 1U1 399,2 V
4. 1U1 – N (primer) 229,1 V
5. 1V1- N (primer) 231,2 V
6. 1W1 – N (primer) 230,5 V
SISI SEKUNDER 1
1. 2U1 – 2V1 95,8 V
2. 2V1 – 2W1 115 V
3. 2W1 – 2U1 66,9 V
4. 2U1 – N (sekunder 2) 28,2 V
5. 2V1 – N (sekunder 2) 93,3 V
6. 2W1 – N (sekunder 2) 48 V

VIII. ANALISA PERCOBAAN


Pada percobaan ini yaitu Pengujian Perbandingan Belitan Transformator, dapat
kita perhatikan pada :
1) Pada Tabel 1. Pengukuran Tegangan Belitan Traformator di rangkaian pertama,
antara belitan dengan belitan pada sisi primer dan antara belitan primer dengan
titik netral memiliki perbedaan nilai tegangan yang tidak terlalu jauh atau
normal yang disebabkan karena tegangan yang ada pada belitan dapat keluar
langsung pada titik netral dan nilai tegangan yang didapatkan pada sisi primer
cukup besar karena dipengaruhi oleh jumlah lilitan belitan yang ada pada sisi
primer. Kemudian untuk sisi sekunder 1 dan sekunder 2, antara belitan dengan
belitan maupun antara belitan dengan netral dapat kita lihat juga bahwa
perbedaan nilai tegangan yang didapatkan tidak terlalu jauh atau normal, tetapi
nilai tegangan yang didapatkan pada sisi sekunder 1 dan sekunder 2 sangat kecil
karena dipengaruhi oleh jumlah lilitan belitan yang ada pada sisi sekunder.

2) Pada Tabel 2. Pengukuran Tegangan Belitan Transformator di rangkaian


pertama, antara belitan dengan belitan pada sisi primer dan antara belitan primer
dengan netral memiliki perbedaan nilai tegangan yang tidak terlalu jauh atau
normal yang disebabkan karena arus yang ada pada belitan dapat keluar
langsung pada titik netral dan nilai tegangan yang didapatkan pada sisi primer
besar karena dipengaruhi oleh jumlah lilitan belitan yang ada pada sisi primer.
Kemudian untuk sisi sekunder 1, antara belitan dengan belitan maupun antara
belitan dengan ground dapat kita lihat juga bahwa perbedaan nilai tegangan
yang didapatkan tidak terlalu jauh atau normal, tetapi nilai tegangan yang
didapatkan pada sisi sekunder 1 sangat kecil karena dipengaruhi oleh jumlah
lilitan belitan yang ada pada sisi sekunder 1.

3) Pada Tabel 3. Pengukuran Tegangan Belitan Transformator di rangkaian kedua,


antara belitan dengan belitan pada sisi primer dan antara belitan primer dengan
titik netral memiliki perbedaan nilai tegangan yang tidak terlalu jauh atau
normal yang disebabkan karena tegangan yang ada pada belitan dapat keluar
langsung pada titik netral dan nilai tegangan yang didapatkan pada sisi primer
cukup besar karena dipengaruhi oleh karena dipengaruhi oleh jumlah lilitan
belitan yang ada pada sisi primer. Kemudian untuk sisi sekunder 1 dan sekunder
2, antara belitan dengan belitan maupun antara belitan dengan netral dapat kita
lihat juga bahwa perbedaan nilai tegangan yang didapatkan tidak terlalu jauh,
tetapi nilai tegangan yang didapatkan pada sisi sekunder 1 dan sisi sekunder 2
sangat kecil karena dipengaruhi oleh jumlah belitan yang ada pada sisi
sekunder.

4) Pada Tabel 4. Pengukuran Tegangan Belitan Transformator di rangkaian kedua,


antara belitan belitan pada sisi primer dan antara belitan primer dengan netral
memiliki perbedaan nilai tegangan yang tidak terlalu jauh atau normal yang
disebabkan karena arus yang ada pada belitan dapat keluar langsung pada titik
netral dan nilai tegangan yang didapatkan pada sisi primer besar karena
dipengaruhi oleh jumlah lilitan belitan yang ada pada sisi primer. Kemudian
untuk sisi sekunder 1, antara belitan dengan belitan maupun antara belitan
dengan ground dapat kita lihat bahwa perbedaan nilai tegangan yang ada sangat
signifikan, dimana pada nilai tegangan yang dapatkan memiliki perbedaan yang
sangat jauh, perbedaan dan kecilnya nilai tegangan yang didapatkan pada sisi
sekunder 1 dipengaruhi oleh sisi sekunder adalah sisi output dari sebuah
tranformator kemudian jumlah lilitan belitan juga yang ada pada sisi sekunder
1 sedikit. Dapat diingat Kembali bahwa jumlah lilitan belitan sangat
mempengaruhi besar tegangan yang ada pada tranformator, persamaan berikut
menyatakan bahwa nilai teganga dipengaruhi oleh jumlah lilitan belitan.

𝑉𝑝 𝑁𝑝
= = 𝛼
𝑉𝑠 𝑁𝑠
Dimana :
Vp = tegangan primer
Vs = tegangan sekunder
Np = jumlah lilitan primer
Ns = jumlah lilitan sekunder

IX. KESIMPULAN
Nilai tegangan pada suatu transformator dipengaruhi oleh jumlah lilitan yang
ada pada setiap sisi primer maupun sekunder. transformator. Kemudian posisi
belitan juga pada input maupun output dapat mempengaruhi jumlah tegangan yang
didapatkan.
Kemudian tapping pada transformator merupakan bagian yang dipasangkan
pada transformator sehingga dapat mengendalikan tegangan output pada
transformator dan menjaga tegangan terminal konsumen sampai pada batas yang
telah ditentukan.

Anda mungkin juga menyukai