1.1 Tujuan
1. Mempelajari cara membuat hubungan trafo satu phasa yang dipakai pada
jaringan tiga phasa
2. Mengetahui karakteristik trafo tiga phasa yang dibentuk oleh tiga buah
trafo satu phasa.
1. Hubungan Y – Y
Hubungan poritas dengan fasor ditunjukkan pada gambar 1.1. Untuk
tegangan antar phasa, besarnya harga adalah 1/'13 tegangan antara
terminal tiap trafo, sedangkan besar arus jala-jala sama dengan arus
kumparan, itu berarti kumparannya dapat dibuat kurang lilitan dan
kawatnya sedikit tebal, hanya isolasi dapat dibuat lebih murah serta
kekuatan mekanis kumparan dapat lebih besar. Untuk trafo tegangan
tinggi hal ini menguntungkan sekali.
A a
B b
C c
1
2. Hubungan Y -
Trafo hubungan ini banyak digunakan sebagai trafo step down pada ujung
jaringan transmisi, dimana tegangan transmisi perlu diturunkan seperti
terlihat pada gambar 1.2
A a
B b
C c
3. Hubungan - Y
Hubungan - Y diperlihatkan pada gambar 1.3. dimana hubungan tersebut
dapat memberikan jalan arus bagi harmonisa ketiga arus magnetisasi.
2
Arus harmonisa ketiga mempunyai phasa yang sama, bersirkulasi pada
kumparan yang dihubungkan tersebut, sehingga tegangan trafo
tidak mengalami distorsi harmonisa ketiga.
4. Hubungan -
Hubungan - sering digunakan untuk mensuplai beban penerangan 1
phasa dan beban 3 phasa secara bersamaan. Hubungan - dapat dilihat
pada gambar 1.4.
Untuk mendapatkan satu phasa, tap tengah sekunder salah satu trafo
ditanahkan. Jika kerja satu phasa dihubungkan pada tap yang sama
dan mempunyai perbandingan tegangan yang sama maka akan terjadi
arus., sirkulasi yang tinggi.
1.3 Peralatan
1. Tiga buah transformator satu phasa
2. Voltmeter AC
3. Ampermeter AC
4. Watt Meter
3
1.4 Langkah Percobaan
1.4.1 Percobaan Hubungan Transformator
1. Susunlah rangkaian percobaan seperti terlihat pada gambar 1.6, 1.7, 1.8,
dan 1.9.
2. PTAC pada posisi minimum dan switch S pada posisi terbuka.
3. Tutup switch S, naikkan tegangan dengan mengatur PTAC sampai
tegangan nominal sisi primer.
4. Catat pembacaan V2 untuk terminal 2U1 – 2U2 dan seterusnya seperti
terlihat pada tabel 1.1.
5. Turunkan tegangan dan buka switch S
6. Kemudian buat rangkaian Y - , - , Y - Y
7. Dengan prosedur yang sama catat pembacaan V2
Mulai
Susun rangkaian
seperti gambar 1.6.
Turunkan tegangan
dan buka switch S
selesai
4
2U1
R 1U1
2U2
1U2
2U3 V2
1U3
2U4
V1
P 2U5
T
A 2V1
C
S 1V1
2V2
3
P
1V2
H 2V3
A
S 1V3
A 2V4
2V5
2W1
T 1W1
2W2
1W2
2W3
1W3
2W4
2W5
2U1
R 1U1 2U2 V2
1U2 2U3
P
T 1U3
V2
2U4
A
2U5
C
2V1
R
3 1V1 2V2
P
H 1V2 2V3
A 1V3
S 2V4
A 2V5
2W1
1W1 2W2
R
1W2 2W3
1W3 2W4
2W5
5
2U1
R 1U1 2U2 V2
1U2 2U3
P
T 1U3 2U4
V2
A
2U5
C
2V1
R
3 1V1 2V2
P
H 1V2 2V3
A
1V3
S 2V4
A 2V5
2W1
1W1 2W2
R
1W2 2W3
1W3 2W4
2W5
2U1
R 1U1 2U2 V2
1U2 2U3
P
T 1U3
V2
2U4
A
2U5
C
2V1
R
3 1V1 2V2
P
H 1V2 2V3
A 1V3
S 2V4
A 2V5
2W1
1W1 2W2
R
1W2 2W3
1W3 2W4
2W5
6
Hubun Teganga Teganga Teganga
Terminal Terminal Terminal
gan n (Volt) n (Volt) n (Volt)
2U1 – 2U2 12,92 2V1 – 11,89 2W1 – 2W2 11,67
2V2
2U1 – 2U3 25,9 2V1 – 23,6 2W1 – 2W3 23,2
2V3
-Y
2U1 – 2U4 38,1 2V1 – 35,8 2W1 – 2W4 35,2
2V4
2U1 – 2U5 51,1 2V1 – 47,8 2W1 – 2W5 46,6
2V5
2U1 – 2U2 7,12 2V1 – 6,72 2W1 – 2W2 6,84
2V2
2U1 – 2U3 14,14 2V1 – 13,36 2W1 – 2W3 13,70
2V3
Y-
2U1 – 2U4 21,1 2V1 – 20 2W1 – 2W4 20,19
2V4
2U1 – 2U5 28,3 2V1 – 26,7 2W1 – 2W5 27,2
2V5
2U1 – 2U2 12,58 2V1 – 11,78 2W1 – 2W2 11,58
2V2
2U1 – 2U3 24,8 2V1 – 23,4 2W1 – 2W3 23
2V3
-
2U1 – 2U4 37 2V1 – 35,7 2W1 – 2W4 34,9
2V4
2U1 – 2U5 49,5 2V1 – 47,6 2W1 – 2W5 46,3
2V5
2U1 – 2U2 7,17 2V1 – 6,98 2W1 – 2W2 6,52
2V2
Y–Y 2U1 – 2U3 14,24 2V1 – 13,97 2W1 – 2W3 13,5
2V3
2U1 – 2U4 21,1 2V1 – 21,1 2W1 – 2W4 19,72
7
2V4
2U1 – 2U5 28,3 2V1 – 28,1 2W1 – 2W5 25,9
2V5
1.4.3 Pembahasan
1. Tegangan pada masing – masing terminal U, V dan W relatif sama, ini
menunjukkan rasio lilitan ketiga trafo sama.[2]
2. Terlihat jika kita menghubungkan secara bintang (Y) di sisi primer,
tegangan input sama dengan tegangan phasa – netral yaitu dibagi 1.732.
3. Dari nilai perbandingan pengukuran masing – masing terminal U1/V1/W1
sampai U5/V5/W5, kita bisa menggunakan tap-tap point tersebut untuk
menaik-turunkan tegangan output sesuai keinginan.
4. Dari nilai perbandingan pengukuran masing – masing terminal V1 sampai
V5 nilai pada pengukuran terminal V1 – V5 lah yang paling besar dengan
rasio perbandingan 1:1.
Misalkan :
Pada saat trafo terhubung :
maka delta, wye dengan tegangan primer 50 V dan hasil pengukuran
terminal U 1 dan U 2 adalah 12,92 V
wye, delta dengan tegangan primer 50 V dan hasil pengukuran terminal
U 1 dan U 2 adalah 7,12 V
delta, delta dengan tegangan primer 50 V dan hasil pengukuran terminal
U 1 dan U 2 adalah 12,58 V
wye, wye dengan tegangan primer 50 V dan hasil pengukuran terminal
U 1 dan U 2 adalah 7,17 V
Dit : berapa rasio U 1 dan U 2 , ?
Solusi :
V1 50
Delta dan wye = a 3,869
V2 12,92
V1 50
Wye dan delta = a 7,002
V2 7,12
8
V1 50
Delta dan delta = a 3,97
V2 12,58
V1 50
Wye dan wye = a 6,97
V2 7,17
A2 2U1
R 1U1
A1 2U2
1U2
2U3 V2
1U3
2U4
V1
P 2U5
T
A 2V1
C
S 1V1
2V2
3
P
1V2
H 2V3
A
S 1V3
A 2V4
2V5
2W1
T 1W1
2W2
1W2
2W3
1W3
2W4
2W5
Gambar 1.10. Rangkaian pembentukan trafo tiga phasa dengan beban resistif
2. PTAC dalam keadaan posisi minimum dan switch S dalam keadaan
terbuka.
3. Saklar S1 ditutup dan selanjutnya tegangan input dijaga konstan.
4. Masukan tegangan input 110 Volt dan catat V2
5. Pada kondisi arus beban minimum, switch S2 ditutup
6. Arus beban dinaikkan secara bertahap sampai mencapai harga nominal
arus sekundernya dengan cara mengatur beban.
7. Untuk setiap tingkat kenaikkan arus beban, catat A1, A2 dan V2
8. Turunkan arus beban, switch S1 dan S2 dibuka.
9
Mulai
Masukkan teganagn
input 110V dan catat V2
Untuk setiap
tingkaykenaikan arus catat
A1, A2 dan V2
selesai
Gambar 1.11. Flow Chart Percobaan Transformator Tiga Phasa Beban Resistif
10
1.4.6 Pembahasan
1. Terjadi penurunan tegangan pada V2 yang seharusnya sama (Percobaan
1.4) karena efisiensi dari trafo tersebut.
2. Besarnya beban yang diberikan pada trafo tidak berpengaruh besar
terhadap tegangan pada V2, namun besar arus I2 meningkat seiring
dengan bertambahnya beban.
3. Efisiensi meningkat dengan peningkatan beban resistif.[2]
R 1U1
A1 2U2
1U2
2U3 V2
1U3
2U4
V1
P 2U5
T
A 2V1
C M
S 1V1
2V2
3
P
1V2
H 2V3
A
S 1V3
A 2V4
2V5
2W1
T 1W1
2W2
1W2
2W3
1W3
2W4
2W5
Gambar 1.12. Rangkaian pembentukan trafo tiga phasa dengan beban induktif
11
Mulai
selesai
Gambar 1.13 Flow Chart Percobaan Transformator Tiga Phasa Beban Induktif
12
200 1,54 0,47 202 72 23,38 1
220 1,94 0,58 221 90 21,90 0,45
1.4.9 Pembahasan
1. Dengan memperbesan tegangan input tidak dapat menaikkan efisiensi dari
trafo pada beban induktif.
2. Terdapat banyak daya yang hilang saat beban induktif yang tidak
terdeteksi pada percobaan tersebut yaitu beban reaktif VAR.
3. Load 100 watt:
Diketahui : V 2 = 100,1 V P1 = 1 w V1= 100 V
I 1 = 0.01 A I 2 = 0.47 A
Solusi : P 2 = V 2 x I 2 x cos
= 100,1x 0.47 x 0.8
= 37,6 W
P2 37.6
% = x 100 % = x100% = 37,6 %
P1 1
V1 V2 100 100,1
Vr % x100% = x100% = 0,1%
V2 100,1
Penyelesaian :
Untuk Tabel 1.1
-Y
1U1 – 1U2 : 2U1 – 2U2 = 50 : 12,92 = 3,87 : 1
1U1 – 1U2 : 2U1 – 2U3 = 50 : 25,9 = 1,93 : 1
13
1U1 – 1U2 : 2V1 – 2V4 = 50 : 38,1 = 1,31 : 1
1U1 – 1U2 : 2W1 – 2W5 = 50 : 51,1 =1:1
Y-
1U1 – 1U2 : 2U1 – 2U2 = 50 : 7,57 = 6,6 : 1
1U1 – 1U2 : 2V1 – 2V3 = 50 : 15 = 3,33 : 1
1U1 – 1U2 : 2V1 – 2V4 = 50 : 22,3 = 2,24 : 1
1U1 – 1U2 : 2W1 – 2W5 = 50 : 29,8 = 1,68 : 1
-
1U1 – 1U2 : 2U1 – 2U2 = 50 : 12,58 = 3,97 : 1
1U1 – 1U2 : 2V1 – 2V3 = 50 : 24,8 = 2.02 : 1
1U1 – 1U2 : 2W1 – 2W4 = 50 : 37 = 1,35 : 1
1U1 – 1U2 : 2W1 – 2W5 = 50 : 49,5 = 1,01 : 1
Y–Y
1U1 – 1U2 : 2U1 – 2U2 = 50 : 7.17 = 6,97 : 1
1U1 – 1U2 : 2V1 – 2V3 = 50 : 14.24 = 3,51 : 1
1U1 – 1U2 : 2V1 – 2V4 = 50 : 21.1 = 2,37 : 1
1U1 – 1U2 : 2W1 – 2W5 = 50 : 28.3 = 1,77 : 1
14
Untuk Tabel 1.3
Untuk voltage regulator tidak dapat kita hitung karena tegangan ke beban
selalu kita ubah-ubah.
15
BAB 2
PENGUKURAN TAHANAN BELITAN, TEST TANPA BEBAN DAN
LOCKED ROTOR TEST MOTOR INDUKSI TIGA PHASA
2.1 Tujuan
Untuk menentukan konstanta motor induksi tiga phasa yaitu : R1 (tahanan
stator) dan R2 (tahanan rotor).
2.3 Peralatan
1. Multi Tester
2. Motor Induksi Tiga Phasa
3. Tegangan DC
16
2.4 Langkah Percobaan
2.4.1 Percobaan Pengukuran Tahanan Belitan Stator
1. Buat rangkaian percobaan seperti gambar di 2.2.
selesai
17
2.4.2 Hasil Percobaan
Tabel 2.1. Pengukuran Tahanan Stator
2.4.3 Pembahasan
1. Pada saat motor tanpa beban putaran motor tersebut akan normal.
2. Pada saat motor diberi tegangan input 25% dari tegangan nominalnya
maka arus pada A1, A2 dan A3 akan bernilai sama, dan motor dapat
berputar hanya saja tidak maksimal.
3. Nilai rata-rata tahanan Rac dari ketiga jenis hubungan fasa hampir sama
dan besarnya tegangan V1 tidak mempengaruhinya.
4. Nilai tahanan Rdc dari hubungan fasa U-W bernilai sama, tidak
terpengaruh terhadap besarnya tegangan V1.
18
2.4.5 Hasil Percobaan
Tabel 2.2. Pengukuran beban nol
V1 – LL A1 A2 A3
P1(Watt) P2(Watt) P3(Watt) N(rpm)
(Volt) (Amp) (Amp) (Amp)
380 0.52 0.521 0.58 106 102 114 1502
2.4.6 Pembahasan
Beberapa cara untuk mengurangi besarnya arus start antara lain adalah :
1. Primary resistor control
2. Transformer control
3. Wey-Delta control
4. Part-winding start control
5. Electronic control
19
Untuk phasa U-W
20
BAB 3
KARAKTERISTIK MOTOR INDUKSI TIGA PHASA
3.3 Peralatan
1. Votlmeter AC
2. Ampermeter AC
3. Set Percobaan Motor Induksi
4. Watt meter
21
2. Semua saklar terbuka dan pengatur tegangan minimum.
3. Tutuplah S1 lalu naikkan PTAC secara perlahan sampai tegangan nominal
sesuai dengan tabel 3.1.
mulai
Catatlah hasil
pengukuran percobaan
pada tabel 4.1
Catatlah hasil
pengukuran percobaan
pada tabel 4.2
selesai
L2
L3
Circuit Breaker
Circuit Breaker
Stop 1 5 1 3 5 1 5
3 3
K Utama K Start K Delta
2 6 2 4 6 2 6
4 4
95 97
13 OL OL
Kontaktor
96 98
Start
K1
14
U1 V2
V1 Motor W2
A1 W1 3 Phasa U2
K1 H1 H2
A2
Netral
22
3.4.2 Hasil Percobaan
Tabel 3.1. : Data percobaan motor induksi terhubung bintang
V1-LL I1 Iasut Pin N
Cos
(Volt) (Amper) (Amper) (Watt) (rpm)
120 0,191 0,15 34 0,72 1442
160 0,197 0,16 55 0,94 1470
180 0,215 0,18 70 0,94 1479
200 0,244 0.20 87 0,94 1490
220 0,275 0.22 96 0,93 1493
380 0,60 0,44 320 0,92 1509
mulai
selesai
Gambar 3.4. Flow Chart Data Percobaan Motor Terhubung Bintang & Delta
23
Tabel 3.2. : Data percobaan motor induksi terhubung segitiga (delta)
V1-LL I1 Iasut Pin N
Cos
(Volt) (Amper) (Amper) (Watt) (Rpm)
120 0.420 0,43 88 0,94 1487
160 0,560 0,30 159 0,93 1490
180 0,623 0.67 196 0,93 1499
200 0,80 0,80 255 0,92 1501
220 0,89 0,92 323 0,93 1501
3.4.3 Pembahasan
1. Besar kecilnya tegangan V1-LL tidak begitu berpengaruh terhadap
kecepatan motor berputar.
2. Semakin besar tegangan V1-LL maka Cos φ akan semakin kecil.
3. I asut hampir 3 kali lebih besar saat hubungan Delta dibabnding hubungan
bintang .
4. Daya yang bekerja pada hubungan delta lebih besar daripada hubungan
bintang.
Dari percobaan kita mendapatkan hasil yang berbeda antara Z1 dengan Z2,
hal ini dikarenakan pembacaan arus asut yang sesaat sangat menyulitkan
alat ukur kita. Jadi arus asut yang terbaca bukan merupakan arus asut
tertinggi pada kondisi tersebut
24
BAB 4
MOTOR INDUKSI 1 PHASA DENGAN SUPLAI INVERTER
4.2 Peralatan
1. Multitester
2. Osciloscope
3. Watt Meter
4. Set percobaan inverter phasa tunggal
5. Modul beban
S1
A
P
T OSC OSC
Vs V1 CH1 V2 CH2 V3
A
C
25
4. Aturlah frekuensi inverter sehingga diperoleh frekuensi 50 Hz dan
tegangan output 220 Volt.
5. Ukur dan catat penunjukkan tegangan serta arus pada tabel 4.1.
mulai
Selesai
Vs V1 A V2 V3 Bentuk Gelombang
(Volt) (Volt) (Amper) (Volt) (Volt) CH1(DC) CH2(AC)
120 6,98 1.36 3,1 134,9 Cacat Sinus
180 10,8 2,25 5,7 226,1 Cacat Sinus
200 11,1 4.36 13,2 261,8 Cacat Sinus
26
Gambar 4.3 Bentuk Gelombang Gambar 4.4 Bentuk Gelombang
Channel 1 dan 2 Tegangan 120V Channel 1 dan 2 Tegangan 180V
4.3.3 Pembahasan
1. Nilai tagangan pada V1 dan V2 akan lebih kecil dari nilai V sumber.
2. Semakin besar V sumber maka arus (A) akan semakin besar.
3. Nilai tagangan pada V3 akan lebih besar dari nilai V sumber.
4. Bentuk sinyal DC akan selalu lurus.
5. Bentuk sinyal AC akan selalu sinusiodal.
Dik :
V P V1 120V
V S V2 6,98V
a ?
Dit :
V1 120
a 17,19
V2 6,98
27
Maka sesuai rumus perbandingan transformator untuk membuktikan
V2 6,98V kita bisa buktikan dengan rumus :
N 1 V1
a ;
N 2 V2
misalkanV2 ?
V1
a
V2
120
17,19
V2
V 2 .17,19 120
120
V2 6,98V
17,19
Maka dari hasil analisa perbandingan didapatkan rasio trafo adalah 6,98 V
P
T
Vs V1 V2 V3
A
C
selesai
Gambar 4.7. Flow Chart Percobaan Inverter Satu Phasa Beban Resistif
28
4.3.5 Hasil Percobaan
Tabel 4.2. : Data Percobaan Inverter Beban Resistif
Beban V1 V2 V3 A1 A2 P
(Watt) (Volt) (Volt) (Volt) (Amper) (Amper) (Watt)
5 11,85 28,8 242,8 3,2 1,4 18
10 12 8,16 228,4 4 1,2 25
15 11,95 13.32 215 5,1 1,1 38
20 11,98 13,1 206 6,1 1 54
25 11,98 12.78 194,1 7,1 1,1 66
4.3.6 Pembahasan
1. Semakin besar beban maka arus pada A1 dan A2 akan semakin besar.
2. Semakin besar beban maka tegangan V1, V2 dan V3 akan semakin kecil.
3. Semakin besar beban maka daya (P) akan semakin besar.
Misalkan :
V1 11,58 V
P1 18 V
Dit : A1 ?
Solusi :
P1 8
A1 0,69 A
V1 11,58
P2 25
A2 2,08 A
V2 12
Semakin besar beban pada motor maka semakin besar pula daya yang
dibutuhkan dan arus semakin kecil apabila beban besar.
29
4.3.7 Percobaan Inverter Satu Phasa Berbeban Induktif
1. Rangkailah percobaan seperti gambar 4.8.
S1 S2
A1 A2 W
P
T
A
Vs V1 V2 V3 M
C
selesai
30
45 12,37 12.45 164 13`.8 3.98 65 2471
40 12,37 11.58 152 16 4.90 64 2017
30 12,37 11.77 135 17.6 5.4 60 1518
4.3.9 Pembahasan
1. Semakin kecil Frekuwensi maka kecepatan motor akan menurun.
2. Semakin kecil Frekuwensi maka Arus pada A1 dan A2 akan semakin
besar.[1]
3. Besar kecilnya Frekuwensi tidak mempengaruhi besarnya daya (P).
Misalkan :
Dik :
f = 60 Hz dan 50 Hz
V = 220 V
P = 4 Kutub
Dit :
Ns = ?
Solusi :
120. f 120.60
Ns = 101,4rpm
P 71
120. f 120.50
Ns = 88,24rpm
P 68
Jadi analisa nya semakin kecil frekuensi maka kecepatan akan
turun dan semakin besar frekuensi kecepatan akan semakin tinggi.
Diket :
N = 2900 rpm (kecepatan putar rotor dari name plate)
f = 50 Hz
P = 2 Kutub
Dit : slip ?; nr 2900
120. f 120.60
Solusi : N s = 101,4rpm
P 71
N S N 101,4 2900
slip = 27,59
NS 101,4
31
N r (1 s) x n s
N r (1 27,59) x 101,4
N r 2899rpm
32
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Penggunaan kombinasi tapping lilitan bisa digunakan untuk tujuan
regulasi tegangan pada sistim distribusi daya.
2. Beberapa kombinasi hubungan trafo - , -Y , Y- dan Y-Y banyak
sekali digunakan pada sistim transmisi dan distribusi daya dengan
karakteristik tertentu untuk keperluan efisiensi dan safety.
3. Pada pengukuran Trafo Tiga Phasa Beban resistif terdapat rugi-rugi inti
pada trafo yang membuat tegangan sekunder menurun.
4. Arus pada A1 lebih besar dari arus pada A2 karena pengaruh lilitan pada
trafo itu sendiri yang membuat arus pada A1 lebih besar.
5. Efisiensi meningkat saat trafo optima kondisi pada beban resistif.
6. Motor tanpa beban tidak akan mempengaruhi tegangan dan arus.
7. Nilai Rdc pada terminal U-W bernilai konstan dibandingkan dengan
hubungan V-W dan U-V.
8. Ada beberapa cara untuk mengurangi besarnya arus start antara lain adalah
- Primary resistor control
- Transformer control
- Wey-Delta control
- Part-winding start control
- Electronic control
9. Perubahan tegang DC ke AC akan mengakibatkan tegangan output pada
AC akan lebih besar dari sumbernya.
10. Perubahan tegang AC ke DC akan mengakibatkan tegangan output pada
DC akan lebih besar dari sumbernya.
11. Besarnya Frekuwensi berpengaruh terhadap kecepatan kerja motor.
12. Besarnya Frekuwensi mempengaruhi besarnya nilai Arus (A) dan
Tegangan (V).
33
5.2 Saran
1. Penambahan Assisten Laboratorium yang bertujuan memudahkan
praktikan dalam bertanya pada saat melaksanakan praktikum yang tidak
dimengerti, sehingga proses pelaksanaan praktikum berjalan lancar dan
lebih efektif dan efisien.
2. Praktikan hendaknya membaca modul praktikum sebelum melaksakan
praktikum sehingga pada saat praktikum mahasiswa sudah tau apa yang
harus dilakukan
34