Anda di halaman 1dari 34

BAB 1

PEMBENTUKAN TRAFO TIGA PHASA

1.1 Tujuan
1. Mempelajari cara membuat hubungan trafo satu phasa yang dipakai pada
jaringan tiga phasa
2. Mengetahui karakteristik trafo tiga phasa yang dibentuk oleh tiga buah
trafo satu phasa.

1.2 Landasan Teori


Dalam pembentukan trafo tiga phasa dari tiga buah transformator satu
phasa maka diperoleh hubungan sebagai berikut:
1. Primer Y, sekunder Y
2. Primer Y, sekunder 
3. Primer , sekunder Y
4. Primer , sekunder 

1. Hubungan Y – Y
Hubungan poritas dengan fasor ditunjukkan pada gambar 1.1. Untuk
tegangan antar phasa, besarnya harga adalah 1/'13 tegangan antara
terminal tiap trafo, sedangkan besar arus jala-jala sama dengan arus
kumparan, itu berarti kumparannya dapat dibuat kurang lilitan dan
kawatnya sedikit tebal, hanya isolasi dapat dibuat lebih murah serta
kekuatan mekanis kumparan dapat lebih besar. Untuk trafo tegangan
tinggi hal ini menguntungkan sekali.
A a

B b

C c

Gambar 1.1. Rangkaian Transformator Hubungan Y - Y

1
2. Hubungan Y - 
Trafo hubungan ini banyak digunakan sebagai trafo step down pada ujung
jaringan transmisi, dimana tegangan transmisi perlu diturunkan seperti
terlihat pada gambar 1.2

A a

B b

C c

Gambar 1.2. Rangkaian Transformator Hubungan Y - 

Trafo ini tidak dapat diparalelka dengan trafo Y - A atau  – 

3. Hubungan  - Y
Hubungan  - Y diperlihatkan pada gambar 1.3. dimana hubungan tersebut
dapat memberikan jalan arus bagi harmonisa ketiga arus magnetisasi.

Gambar 1.3. Rangkaian Transformator Hubungan  - Y

2
Arus harmonisa ketiga mempunyai phasa yang sama, bersirkulasi pada
kumparan yang dihubungkan  tersebut, sehingga tegangan trafo
tidak mengalami distorsi harmonisa ketiga.

4. Hubungan  - 
Hubungan  -  sering digunakan untuk mensuplai beban penerangan 1
phasa dan beban 3 phasa secara bersamaan. Hubungan  -  dapat dilihat
pada gambar 1.4.

Gambar 1.4. Rangkaian Transformator Hubungan  - 

Untuk mendapatkan satu phasa, tap tengah sekunder salah satu trafo
ditanahkan. Jika kerja satu phasa dihubungkan pada tap yang sama
dan mempunyai perbandingan tegangan yang sama maka akan terjadi
arus., sirkulasi yang tinggi.

1.3 Peralatan
1. Tiga buah transformator satu phasa
2. Voltmeter AC
3. Ampermeter AC
4. Watt Meter

3
1.4 Langkah Percobaan
1.4.1 Percobaan Hubungan Transformator
1. Susunlah rangkaian percobaan seperti terlihat pada gambar 1.6, 1.7, 1.8,
dan 1.9.
2. PTAC pada posisi minimum dan switch S pada posisi terbuka.
3. Tutup switch S, naikkan tegangan dengan mengatur PTAC sampai
tegangan nominal sisi primer.
4. Catat pembacaan V2 untuk terminal 2U1 – 2U2 dan seterusnya seperti
terlihat pada tabel 1.1.
5. Turunkan tegangan dan buka switch S
6. Kemudian buat rangkaian Y - ,  - , Y - Y
7. Dengan prosedur yang sama catat pembacaan V2
Mulai

Susun rangkaian
seperti gambar 1.6.

PTAC pada posisi minimum


& switch S posisi terbuka

Tutup switch S, naikkan


tegangan dengan mengatur
PTACsampai tegangan minimum

Catat pembacaan V2 untuk terminal


2U1-2U2 dan seterusnya seperti pada
tabel 1.1.

Turunkan tegangan
dan buka switch S

Buat rangkaian Y-Δ, Δ-Δ dan


Y-Y

Dengan prosedur yang


sama catat pembacaan V2

selesai

Gambar 1.5. Flow Chart Percobaan Mengukur Hubungan Transformator

4
2U1

R 1U1
2U2

1U2
2U3 V2

1U3
2U4
V1
P 2U5
T
A 2V1
C
S 1V1
2V2
3
P
1V2
H 2V3
A
S 1V3
A 2V4

2V5

2W1

T 1W1
2W2

1W2
2W3

1W3
2W4

2W5

Gambar 1.6. Rangkaian pembentukan trafo tiga phasa  - Y

2U1
R 1U1 2U2 V2

1U2 2U3
P
T 1U3
V2
2U4
A
2U5
C
2V1

R
3 1V1 2V2
P
H 1V2 2V3
A 1V3
S 2V4

A 2V5

2W1

1W1 2W2
R

1W2 2W3

1W3 2W4

2W5

Gambar 1.7. Rangkaian pembentukan trafo tiga phasa Y - 

5
2U1
R 1U1 2U2 V2

1U2 2U3
P
T 1U3 2U4
V2
A
2U5
C
2V1

R
3 1V1 2V2
P
H 1V2 2V3
A
1V3
S 2V4

A 2V5

2W1

1W1 2W2
R

1W2 2W3

1W3 2W4

2W5

Gambar 1.8. Rangkaian pembentukan trafo tiga phasa  - 

2U1
R 1U1 2U2 V2

1U2 2U3
P
T 1U3
V2
2U4
A
2U5
C
2V1

R
3 1V1 2V2
P
H 1V2 2V3
A 1V3
S 2V4

A 2V5

2W1

1W1 2W2
R

1W2 2W3

1W3 2W4

2W5

Gambar 1.9. Rangkaian pembentukan trafo tiga phasa Y – Y

1.4.2 Hasil Percobaan


Tabel. 1.1. Pengukuran Trafo Tiga Phasa
Terminal sisi primer : 50 Volt

6
Hubun Teganga Teganga Teganga
Terminal Terminal Terminal
gan n (Volt) n (Volt) n (Volt)
2U1 – 2U2 12,92 2V1 – 11,89 2W1 – 2W2 11,67
2V2
2U1 – 2U3 25,9 2V1 – 23,6 2W1 – 2W3 23,2
2V3
-Y
2U1 – 2U4 38,1 2V1 – 35,8 2W1 – 2W4 35,2
2V4
2U1 – 2U5 51,1 2V1 – 47,8 2W1 – 2W5 46,6
2V5
2U1 – 2U2 7,12 2V1 – 6,72 2W1 – 2W2 6,84
2V2
2U1 – 2U3 14,14 2V1 – 13,36 2W1 – 2W3 13,70
2V3
Y-
2U1 – 2U4 21,1 2V1 – 20 2W1 – 2W4 20,19
2V4
2U1 – 2U5 28,3 2V1 – 26,7 2W1 – 2W5 27,2
2V5
2U1 – 2U2 12,58 2V1 – 11,78 2W1 – 2W2 11,58
2V2
2U1 – 2U3 24,8 2V1 – 23,4 2W1 – 2W3 23
2V3
-
2U1 – 2U4 37 2V1 – 35,7 2W1 – 2W4 34,9
2V4
2U1 – 2U5 49,5 2V1 – 47,6 2W1 – 2W5 46,3
2V5
2U1 – 2U2 7,17 2V1 – 6,98 2W1 – 2W2 6,52
2V2
Y–Y 2U1 – 2U3 14,24 2V1 – 13,97 2W1 – 2W3 13,5
2V3
2U1 – 2U4 21,1 2V1 – 21,1 2W1 – 2W4 19,72

7
2V4
2U1 – 2U5 28,3 2V1 – 28,1 2W1 – 2W5 25,9
2V5

1.4.3 Pembahasan
1. Tegangan pada masing – masing terminal U, V dan W relatif sama, ini
menunjukkan rasio lilitan ketiga trafo sama.[2]
2. Terlihat jika kita menghubungkan secara bintang (Y) di sisi primer,
tegangan input sama dengan tegangan phasa – netral yaitu dibagi 1.732.
3. Dari nilai perbandingan pengukuran masing – masing terminal U1/V1/W1
sampai U5/V5/W5, kita bisa menggunakan tap-tap point tersebut untuk
menaik-turunkan tegangan output sesuai keinginan.
4. Dari nilai perbandingan pengukuran masing – masing terminal V1 sampai
V5 nilai pada pengukuran terminal V1 – V5 lah yang paling besar dengan
rasio perbandingan 1:1.
Misalkan :
Pada saat trafo terhubung :
maka delta, wye dengan tegangan primer 50 V dan hasil pengukuran
terminal U 1 dan U 2 adalah 12,92 V
wye, delta dengan tegangan primer 50 V dan hasil pengukuran terminal
U 1 dan U 2 adalah 7,12 V
delta, delta dengan tegangan primer 50 V dan hasil pengukuran terminal
U 1 dan U 2 adalah 12,58 V
wye, wye dengan tegangan primer 50 V dan hasil pengukuran terminal
U 1 dan U 2 adalah 7,17 V
Dit : berapa rasio U 1 dan U 2 , ?
Solusi :
V1 50
Delta dan wye = a    3,869
V2 12,92

V1 50
Wye dan delta = a    7,002
V2 7,12

8
V1 50
Delta dan delta = a    3,97
V2 12,58

V1 50
Wye dan wye = a    6,97
V2 7,17

Jadi rasio U 1 dan U 2 , adalah relatif sama

1.4.4 Percobaan Transformator Tiga Phasa Beban Resistif


1. Susunlah rangkaian percobaan seperti terlihat pada gambar 1.10.

A2 2U1

R 1U1
A1 2U2

1U2
2U3 V2

1U3
2U4
V1
P 2U5
T
A 2V1

C
S 1V1
2V2
3
P
1V2
H 2V3
A
S 1V3
A 2V4

2V5

2W1

T 1W1
2W2

1W2
2W3

1W3
2W4

2W5

Gambar 1.10. Rangkaian pembentukan trafo tiga phasa dengan beban resistif
2. PTAC dalam keadaan posisi minimum dan switch S dalam keadaan
terbuka.
3. Saklar S1 ditutup dan selanjutnya tegangan input dijaga konstan.
4. Masukan tegangan input 110 Volt dan catat V2
5. Pada kondisi arus beban minimum, switch S2 ditutup
6. Arus beban dinaikkan secara bertahap sampai mencapai harga nominal
arus sekundernya dengan cara mengatur beban.
7. Untuk setiap tingkat kenaikkan arus beban, catat A1, A2 dan V2
8. Turunkan arus beban, switch S1 dan S2 dibuka.

9
Mulai

Susun lrangkaian percobaan seperti pada


gambar 1.10.

PTAC dalam keadaan minimum dan


switch S dalam keadaan terbuka

Saklar S1 ditutup dan tegangan input


dijaga konstan

Masukkan teganagn
input 110V dan catat V2

Arus beban dinaikkan secara brtahap sampai


mencapai harga nominal arus skunder dengan
cara mengatur beban

Untuk setiap
tingkaykenaikan arus catat
A1, A2 dan V2

Turunkan arusbeban switch S1


dan S2 dibuka

selesai

Gambar 1.11. Flow Chart Percobaan Transformator Tiga Phasa Beban Resistif

1.4.5 Hasil Percobaan


Tabel. 1.2. Pengukuran Trafo Tiga Phasa Beban Resistif
Terminal sisi primer : 110 Volt
Load A1 A2
V1 (Volt) V2 (Volt) P2 (Watt) h (%) Vr (%)
(Watt) (Amp) (Amp)
100 110 0.89 0.49 110 13.0 13.28% 0.0%
200 110 1.52 0.74 108.4 25.0 14.95% 1.5%
300 110 2.03 1.06 106.9 35.0 15.67% 2.8%
400 110 2.6 1.4 104.9 44.0 15.38% 4.6%
500 110 3.18 1.73 103 34.0 9.72% 6.4%

10
1.4.6 Pembahasan
1. Terjadi penurunan tegangan pada V2 yang seharusnya sama (Percobaan
1.4) karena efisiensi dari trafo tersebut.
2. Besarnya beban yang diberikan pada trafo tidak berpengaruh besar
terhadap tegangan pada V2, namun besar arus I2 meningkat seiring
dengan bertambahnya beban.
3. Efisiensi meningkat dengan peningkatan beban resistif.[2]

1.4.7 Percobaan Transformator Tiga Phasa Beban Induktif


1. Susunlah rangkaian percobaan seperti terlihat pada gambar 1.12.
A2 2U1

R 1U1
A1 2U2

1U2
2U3 V2

1U3
2U4
V1
P 2U5
T
A 2V1

C M
S 1V1
2V2
3
P
1V2
H 2V3
A
S 1V3
A 2V4

2V5

2W1

T 1W1
2W2

1W2
2W3

1W3
2W4

2W5

Gambar 1.12. Rangkaian pembentukan trafo tiga phasa dengan beban induktif

2. PTAC dalam keadaan posisi minimum dan switch S dalam keadaan


terbuka.
3. Saklar S1 ditutup dan selanjutnya tegangan input dijaga konstan.
4. Masukan tegangan input secara bertahap sampai nominalnya dan catat V2
5. Pada kondisi arus beban minimum, switch S2 ditutup
6. Arus beban dinaikkan secara bertahap sampai mencapai harga nominal
arus sekundernya dengan cara mengatur beban.
7. Untuk setiap tingkat kenaikkan arus beban, catat A1, A2 dan V2
8. Turunkan arus beban, switch S1 dan S2 dibuka.

11
Mulai

Susun rangkaian percobaan


seperti pada gambar 1.12

PTAC dalam keadaan posisi minimum


dan switch S dalam keadaan terbuka.

Saklar S1 ditutup dan selanjutnya


tegangan input dijaga konstan

Masukan tegangan input secara bertahap


sampai nominalnya dan catat V2

Arus beban dinaikkan secara bertahap sampai


mencapai harga nominal arus sekundernya
dengan cara mengatur beban

Untuk setiap tingkat kenaikkan arus


beban, catat A1, A2 dan V2

Turunkan arus beban, switch S1


dan S2 dibuka

selesai

Gambar 1.13 Flow Chart Percobaan Transformator Tiga Phasa Beban Induktif

1.4.8 Hasil Percobaan


Tabel. 1.3. Pengukuran Trafo Tiga Phasa Beban Induktif
V1 A1 A2 V2 P2  Vr
(Volt) (Amp) (Amp) (Volt) (Watt) % %
100 0,01 0,47 100,1 6 37,6 0,1
120 0,68 0,47 121,3 15 18,38 1,08
140 0,78 0,46 140 23 21,1 0
160 0,95 0,47 161,7 34 22,37 1,06
180 1,2 0,47 182,3 51 23,6 1,1

12
200 1,54 0,47 202 72 23,38 1
220 1,94 0,58 221 90 21,90 0,45

1.4.9 Pembahasan
1. Dengan memperbesan tegangan input tidak dapat menaikkan efisiensi dari
trafo pada beban induktif.
2. Terdapat banyak daya yang hilang saat beban induktif yang tidak
terdeteksi pada percobaan tersebut yaitu beban reaktif VAR.
3. Load 100 watt:
Diketahui : V 2 = 100,1 V P1 = 1 w V1= 100 V

I 1 = 0.01 A I 2 = 0.47 A

Dit : P 2 , % ,dan V r %=. . .?

Solusi : P 2 = V 2 x I 2 x cos 
= 100,1x 0.47 x 0.8
= 37,6 W

P2 37.6
% = x 100 % = x100% = 37,6 %
P1 1

V1  V2 100  100,1
Vr %  x100% = x100% = 0,1%
V2 100,1

1.5 Jawaban Pertanyaan


1. Buatlah perbandingan antara hasil percobaan yang dilakukan dengan
analisa perhitungan.

Penyelesaian :
Untuk Tabel 1.1
-Y
1U1 – 1U2 : 2U1 – 2U2 = 50 : 12,92 = 3,87 : 1
1U1 – 1U2 : 2U1 – 2U3 = 50 : 25,9 = 1,93 : 1

13
1U1 – 1U2 : 2V1 – 2V4 = 50 : 38,1 = 1,31 : 1
1U1 – 1U2 : 2W1 – 2W5 = 50 : 51,1 =1:1

Y-
1U1 – 1U2 : 2U1 – 2U2 = 50 : 7,57 = 6,6 : 1
1U1 – 1U2 : 2V1 – 2V3 = 50 : 15 = 3,33 : 1
1U1 – 1U2 : 2V1 – 2V4 = 50 : 22,3 = 2,24 : 1
1U1 – 1U2 : 2W1 – 2W5 = 50 : 29,8 = 1,68 : 1

-
1U1 – 1U2 : 2U1 – 2U2 = 50 : 12,58 = 3,97 : 1
1U1 – 1U2 : 2V1 – 2V3 = 50 : 24,8 = 2.02 : 1
1U1 – 1U2 : 2W1 – 2W4 = 50 : 37 = 1,35 : 1
1U1 – 1U2 : 2W1 – 2W5 = 50 : 49,5 = 1,01 : 1

Y–Y
1U1 – 1U2 : 2U1 – 2U2 = 50 : 7.17 = 6,97 : 1
1U1 – 1U2 : 2V1 – 2V3 = 50 : 14.24 = 3,51 : 1
1U1 – 1U2 : 2V1 – 2V4 = 50 : 21.1 = 2,37 : 1
1U1 – 1U2 : 2W1 – 2W5 = 50 : 28.3 = 1,77 : 1

Untuk Tabel 1.2

14
Untuk Tabel 1.3
Untuk voltage regulator tidak dapat kita hitung karena tegangan ke beban
selalu kita ubah-ubah.

2 Buatlah kesimpulan dari setiap percobaan yang dilakukan.


Dari hasil percobaan yang telah kita lakukan, perbandingan ratio sisi
primer dengan sisi sekunder dalam kenyataannya tidak selalu tepat, terkadang
hasilnya bisa lebih tinggi ataupun lebih rendah dari yang seharusnya karena
adanya kesalahan alat ukur ataupun kondisi trafo yang sudah saturasi.
Penambahan ataupun perubahan tegangan pada sisi primer akan mempengaruhi
arus yang dihasilkan, biasanya perubahan tegangan sebanding dengan perubahan
arusnya.

15
BAB 2
PENGUKURAN TAHANAN BELITAN, TEST TANPA BEBAN DAN
LOCKED ROTOR TEST MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

2.1 Tujuan
Untuk menentukan konstanta motor induksi tiga phasa yaitu : R1 (tahanan
stator) dan R2 (tahanan rotor).

2.2 Landasan Teori


Pengukuran tahanan belitan motor induksi dapat dilakukan dengan
menggunakan ohm meter dan sumber tegangan DC. Adapun cara lainnya adalah
dengan menggunakan volt meter dan amper meter dimana ketiga impedansi terhubung
bintang. Tahanan (R) yang sebenarnya adalah setengah dari tahanan hasil
pengukuran, karena rotor dan stator terhubung bintang seperti diperlihatkan pada
gambar 2.1. di bawah ini.

Gambar 2.1. Hubungan bintang motor induk

2.3 Peralatan
1. Multi Tester
2. Motor Induksi Tiga Phasa
3. Tegangan DC

16
2.4 Langkah Percobaan
2.4.1 Percobaan Pengukuran Tahanan Belitan Stator
1. Buat rangkaian percobaan seperti gambar di 2.2.

Gambar 2.2. Rangkaian Percobaan

2. Pengatur tegangan dalam posisi minimum


3. Naikkan tegangan secara bertahap dan baca pengukuran A dan V serta
catat pada tabel 2.1 dan 2.2.
4. Lakukan percobaan yang sama untuk belitan pada phasa yang lain.
5. Selesai percobaan, turunkan pengatur tegangan sampai minimum
6. Rac = 1,3 x Rdc (ohm)
mulai

Buat rangkaian percobaan


seperti gambar di 2.2

Pengatur tegangan dalam posisi


minimum

Naikkan tegangan secara bertahap dan


baca pengukuran A dan V serta catat pada
tabel 2.1 dan 2.2.

Lakukan percobaan yang sama untuk


belitan pada phasa yang lain

Lakukan percobaan yang sama untuk


belitan pada phasa yang lain

selesai

Gambar 2.3 Flow Chart Percobaan Pengukuran Tahanan Belitan Stator

17
2.4.2 Hasil Percobaan
Tabel 2.1. Pengukuran Tahanan Stator

Phasa V1 (V) I (Amp) Rdc (Ohm)Rac (Ohm) Rac rata-rata (ohm)


1 0.012 83.3333 108.333
2 0.025 80 104
U-V 105.43
3 0.037 81.0811 105.405
4 0.05 80 104
1 0.013 76.9231 100
2 0.025 80 104
V-W 103.88
3 0.037 81.0811 105.405
4 0.049 81.6327 106.122
1 0.013 76.9231 100
2 0.025 80 104
U-W 99.07
3 0.038 78.9474 102.632
4 0.058 68.9655 89.6552

2.4.3 Pembahasan
1. Pada saat motor tanpa beban putaran motor tersebut akan normal.
2. Pada saat motor diberi tegangan input 25% dari tegangan nominalnya
maka arus pada A1, A2 dan A3 akan bernilai sama, dan motor dapat
berputar hanya saja tidak maksimal.
3. Nilai rata-rata tahanan Rac dari ketiga jenis hubungan fasa hampir sama
dan besarnya tegangan V1 tidak mempengaruhinya.
4. Nilai tahanan Rdc dari hubungan fasa U-W bernilai sama, tidak
terpengaruh terhadap besarnya tegangan V1.

2.4.4 Percobaan Beban Nol


1. Buat Rangkaian Percobaan Seperti gambar di 2.4.

Gambar 2.4. Rangkaian percobaan Beban Nol

18
2.4.5 Hasil Percobaan
Tabel 2.2. Pengukuran beban nol

V1 – LL A1 A2 A3
P1(Watt) P2(Watt) P3(Watt) N(rpm)
(Volt) (Amp) (Amp) (Amp)
380 0.52 0.521 0.58 106 102 114 1502

V = 25% Maks Tegangan Nominal


V = 25% x 380 = 95 Volt

2.4.6 Pembahasan
Beberapa cara untuk mengurangi besarnya arus start antara lain adalah :
1. Primary resistor control
2. Transformer control
3. Wey-Delta control
4. Part-winding start control
5. Electronic control

2.5 Jawaban Pertanyaan


Hitunglah tahanan stator dan rotor motor induksi yang diukur sesuai dari
hasil percobaan.
Penyelesaian :
Untuk phasa U-V

Untuk phasa V-W

19
Untuk phasa U-W

20
BAB 3
KARAKTERISTIK MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

3.1 Tujuan Praktikum


1. Mengetahui arus starting motor induksi tiga phasa jika terhubung bintang
dan segitiga (delta) secara start langsung.
2. Menentukan karakteristik dari motor induksi tiga phasa terhubung bintang
dan segitiga (delta).

3.2 Landasan Teori


Permasalahan start yang paling umum ialah arus start yang cukup besar
yang dapat menimbulkan panas berlebihan terutama pada start langsung.
Fluktuasi tegangan sering terjadi bila motor dijalankan secara langsung. Oleh
sebab itu sangat tergantung pada:
1. Ukuran dan rancangan motor
2. Bentuk pemakaian motor
3. Lokasi motor dalam sistem distribusi
4. Kapasitas sistem daya

3.3 Peralatan
1. Votlmeter AC
2. Ampermeter AC
3. Set Percobaan Motor Induksi
4. Watt meter

3.4 Langkah Percobaan


3.4.1 Percobaan Starting Motor Induksi
1. Buatlah rangkaian percobaan seperti pada gambar 3.1 dengan motor
induksi terhubung bintang.
P S1
R
T W
A
C V1
S
3
P
A M
H
A
S T
A

Gambar 3.1. Rangkaian percobaan motor induksi start langsung

21
2. Semua saklar terbuka dan pengatur tegangan minimum.
3. Tutuplah S1 lalu naikkan PTAC secara perlahan sampai tegangan nominal
sesuai dengan tabel 3.1.
mulai

Buatlah rangkaian percobaan seperti


pada gambar 3.1 dengan motor
induksi terhubung bintang

Semua saklar terbuka dan


pengatur tegangan minimum

Tutuplah S1 lalu naikkan PTAC


secara perlahan sampai tegangan
nominal sesuai dengan tabel 8.1

Catatlah hasil
pengukuran percobaan
pada tabel 4.1

Lakukan petunjuk 1 s/d 4 untuk motor


induksi terhubung segitiga (delta)

Catatlah hasil
pengukuran percobaan
pada tabel 4.2

selesai

Gambar 3.2. Flow Chart Percobaan Starting Motor Induksi


Phasa L1

L2

L3

Circuit Breaker

Circuit Breaker

95 97 Over Load Relay


OL OL
96 98

Stop 1 5 1 3 5 1 5
3 3
K Utama K Start K Delta
2 6 2 4 6 2 6
4 4

95 97
13 OL OL
Kontaktor
96 98

Start
K1

14

U1 V2

V1 Motor W2

A1 W1 3 Phasa U2

K1 H1 H2
A2
Netral

Gambar 3.3. Rangkaian kontrol motor induksi start langsung

22
3.4.2 Hasil Percobaan
Tabel 3.1. : Data percobaan motor induksi terhubung bintang
V1-LL I1 Iasut Pin N
Cos 
(Volt) (Amper) (Amper) (Watt) (rpm)
120 0,191 0,15 34 0,72 1442
160 0,197 0,16 55 0,94 1470
180 0,215 0,18 70 0,94 1479
200 0,244 0.20 87 0,94 1490
220 0,275 0.22 96 0,93 1493
380 0,60 0,44 320 0,92 1509

4. Catatlah hasil pengukuran percobaan pada tabel 3.1.


5. Lakukan petunjuk 1 s/d 4 untuk motor induksi terhubung segitiga (delta)
6. Catatlah hasil pengukuran percobaan pada tabel 3.2.

mulai

Buatlah rangkaian percobaan seperti terlihat pada gambar


3.2 dengan motor induksi terhubung bintang

Semua saklar terbuka dan pengatur


tegangan minimum

Tutuplah saklar S1 dan S2, lalu


naikkan PTAC secara perlahan
sampai tegangan nominal sesuai
dengan tabel 3.3

Bukalah saklar S2, lalu catatlah hasil percobaan


pada tabel 3.3 kemudian buka saklar S1.

selesai

Gambar 3.4. Flow Chart Data Percobaan Motor Terhubung Bintang & Delta

23
Tabel 3.2. : Data percobaan motor induksi terhubung segitiga (delta)
V1-LL I1 Iasut Pin N
Cos 
(Volt) (Amper) (Amper) (Watt) (Rpm)
120 0.420 0,43 88 0,94 1487
160 0,560 0,30 159 0,93 1490
180 0,623 0.67 196 0,93 1499
200 0,80 0,80 255 0,92 1501
220 0,89 0,92 323 0,93 1501

3.4.3 Pembahasan
1. Besar kecilnya tegangan V1-LL tidak begitu berpengaruh terhadap
kecepatan motor berputar.
2. Semakin besar tegangan V1-LL maka Cos φ akan semakin kecil.
3. I asut hampir 3 kali lebih besar saat hubungan Delta dibabnding hubungan
bintang .
4. Daya yang bekerja pada hubungan delta lebih besar daripada hubungan
bintang.

3.5 Jawaban Pertanyaan


1. Hitunglah impedansi stator dari hasil percobaan
Penyelesaian :

Dari percobaan kita mendapatkan hasil yang berbeda antara Z1 dengan Z2,
hal ini dikarenakan pembacaan arus asut yang sesaat sangat menyulitkan
alat ukur kita. Jadi arus asut yang terbaca bukan merupakan arus asut
tertinggi pada kondisi tersebut

24
BAB 4
MOTOR INDUKSI 1 PHASA DENGAN SUPLAI INVERTER

4.1 Tujuan Praktikum


1. Memahami cara kerja inverter phasa tunggal
2. Memahami pengaruh pembebanan pada inverter phasa tunggal
3. Memahami pengaruh perubahan frekuensi dari inverter terhadap beban
induktif

4.2 Peralatan
1. Multitester
2. Osciloscope
3. Watt Meter
4. Set percobaan inverter phasa tunggal
5. Modul beban

4.3 Langkah Percobaan


4.3.1 Percobaan Inverter Satu Phasa Tanpa Beban
1. Susunlah rangkaian seperti gambar 4.1 di bawah ini.

S1
A
P
T OSC OSC
Vs V1 CH1 V2 CH2 V3
A
C

Gambar 4.1. Rangkaian Inverter Satu Phasa Tanpa Beban

2. Semua saklar terbuka dan pengatur tegangan minimum.


3. Tutuplah S1 lalu naikkan PTAC secara perlahan sampai tegangan nominal
sesuai dengan tabel 4.1.

25
4. Aturlah frekuensi inverter sehingga diperoleh frekuensi 50 Hz dan
tegangan output 220 Volt.
5. Ukur dan catat penunjukkan tegangan serta arus pada tabel 4.1.

mulai

Susunlah rangkaian seperti


gambar 4.1 di bawah ini

Semua saklar terbuka dan


pengatur tegangan minimum

Tutuplah S1 lalu naikkan PTAC


secara perlahan sampai tegangan
nominal sesuai dengan tabel 4.1.

Aturlah frekuensi inverter sehingga


diperoleh frekuensi 50 Hz dan
tegangan output 220 Volt.

Ukur dan catat


penunjukkan tegangan
serta arus pada tabel 4.1.

Selesai

Gambar 4.2. Percobaan Inverter Satu Phasa Tanpa Beban

4.3.2 Hasil Percobaan


Tabel 4.1. : Data Percobaan Inverter Tanpa Beban

Vs V1 A V2 V3 Bentuk Gelombang
(Volt) (Volt) (Amper) (Volt) (Volt) CH1(DC) CH2(AC)
120 6,98 1.36 3,1 134,9 Cacat Sinus
180 10,8 2,25 5,7 226,1 Cacat Sinus
200 11,1 4.36 13,2 261,8 Cacat Sinus

26
Gambar 4.3 Bentuk Gelombang Gambar 4.4 Bentuk Gelombang
Channel 1 dan 2 Tegangan 120V Channel 1 dan 2 Tegangan 180V

Gambar 4.5 Bentuk Gelombang


Channel 1 dan 2 Tegangan 200V

4.3.3 Pembahasan
1. Nilai tagangan pada V1 dan V2 akan lebih kecil dari nilai V sumber.
2. Semakin besar V sumber maka arus (A) akan semakin besar.
3. Nilai tagangan pada V3 akan lebih besar dari nilai V sumber.
4. Bentuk sinyal DC akan selalu lurus.
5. Bentuk sinyal AC akan selalu sinusiodal.
Dik :
V P  V1  120V
V S  V2  6,98V

a  ?
Dit :
V1 120
a   17,19
V2 6,98

27
Maka sesuai rumus perbandingan transformator untuk membuktikan
V2  6,98V kita bisa buktikan dengan rumus :
N 1 V1
a  ;
N 2 V2
misalkanV2  ?
V1
a
V2
120
17,19 
V2
V 2 .17,19  120
120
V2   6,98V
17,19
Maka dari hasil analisa perbandingan didapatkan rasio trafo adalah 6,98 V

4.3.4 Langkah Percobaan Inverter Satu Phasa Beban Resistif


1. Rangkailah percobaan seperti gambar 4.6.
S1
A1 A2 W

P
T
Vs V1 V2 V3
A
C

Gambar 4.6. Rangkaian Inverter Satu Phasa Beban Resistif

2. Berikan tegangan Vs = 220 Volt dan Frekuensi inverter 50 Hz


3. Berikan beban resistif, lalu catat hasil percobaan pada tabel 4.2.
Mulai

Rangkailah percobaan seperti


gambar 4.6

Berikan tegangan Vs = 220 Volt


dan Frekuensi inverter 50 Hz

Berikan beban resistif, lalu


catat hasil percobaan pada
tabel 4.2.

selesai

Gambar 4.7. Flow Chart Percobaan Inverter Satu Phasa Beban Resistif

28
4.3.5 Hasil Percobaan
Tabel 4.2. : Data Percobaan Inverter Beban Resistif
Beban V1 V2 V3 A1 A2 P
(Watt) (Volt) (Volt) (Volt) (Amper) (Amper) (Watt)
5 11,85 28,8 242,8 3,2 1,4 18
10 12 8,16 228,4 4 1,2 25
15 11,95 13.32 215 5,1 1,1 38
20 11,98 13,1 206 6,1 1 54
25 11,98 12.78 194,1 7,1 1,1 66

4.3.6 Pembahasan
1. Semakin besar beban maka arus pada A1 dan A2 akan semakin besar.
2. Semakin besar beban maka tegangan V1, V2 dan V3 akan semakin kecil.
3. Semakin besar beban maka daya (P) akan semakin besar.
Misalkan :
V1  11,58 V
P1  18 V
Dit : A1  ?
Solusi :
P1 8
A1    0,69 A
V1 11,58

P2 25
A2    2,08 A
V2 12
Semakin besar beban pada motor maka semakin besar pula daya yang
dibutuhkan dan arus semakin kecil apabila beban besar.

29
4.3.7 Percobaan Inverter Satu Phasa Berbeban Induktif
1. Rangkailah percobaan seperti gambar 4.8.

S1 S2
A1 A2 W
P
T
A
Vs V1 V2 V3 M
C

Gambar 4.8. Rangkaian Inverter Satu Phasa Beban Induktif

2. Berikan tegangan Vs = 220 Volt selanjutnya aturlah frekuensi dari inverter


secara bertahap seperti diperlihatkan pada tabel 4.3
3. Berikan beban induktif, lalu catat hasil percobaan pada tabel 4.3.
Mulai

Rangkailah percobaan seperti


gambar 4.8

Berikan tegangan Vs = 220 Volt selanjutnya


aturlah frekuensi dari inverter secara bertahap
seperti diperlihatkan pada tabel 4.3

Berikan beban induktif, lalu catat


hasil percobaan pada tabel 4.3.

selesai

Gambar 4.9. Flow Chart Percobaan Inverter Beban Induktif

4.3.8 Hasil Percobaan


Tabel 4.3. : Data Percobaan Inverter Beban Induktif
Frekuensi V1 V2 V3 A1 A2 P N
(Hz) (Volt) (Volt) (Volt) (Amper) (Amper) (Watt) (Rpm)
60 12,37 11,99 151,1 .15.8 3.62 71 2871
55 12,37 12.18 157 14.4 1.95 70 2874
50 12,37 12,20 160 14.8 2.29 68 2816

30
45 12,37 12.45 164 13`.8 3.98 65 2471
40 12,37 11.58 152 16 4.90 64 2017
30 12,37 11.77 135 17.6 5.4 60 1518

4.3.9 Pembahasan
1. Semakin kecil Frekuwensi maka kecepatan motor akan menurun.
2. Semakin kecil Frekuwensi maka Arus pada A1 dan A2 akan semakin
besar.[1]
3. Besar kecilnya Frekuwensi tidak mempengaruhi besarnya daya (P).
Misalkan :
Dik :
f = 60 Hz dan 50 Hz
V = 220 V
P = 4 Kutub
Dit :
Ns = ?
Solusi :
120. f 120.60
Ns =   101,4rpm
P 71
120. f 120.50
Ns =   88,24rpm
P 68
Jadi analisa nya semakin kecil frekuensi maka kecepatan akan
turun dan semakin besar frekuensi kecepatan akan semakin tinggi.
Diket :
N = 2900 rpm (kecepatan putar rotor dari name plate)
f = 50 Hz
P = 2 Kutub
Dit : slip ?; nr  2900
120. f 120.60
Solusi : N s =   101,4rpm
P 71
N S  N 101,4  2900
slip =   27,59
NS 101,4

31
N r  (1  s) x n s
N r  (1  27,59) x 101,4
N r  2899rpm

32
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Penggunaan kombinasi tapping lilitan bisa digunakan untuk tujuan
regulasi tegangan pada sistim distribusi daya.
2. Beberapa kombinasi hubungan trafo - , -Y , Y- dan Y-Y banyak
sekali digunakan pada sistim transmisi dan distribusi daya dengan
karakteristik tertentu untuk keperluan efisiensi dan safety.
3. Pada pengukuran Trafo Tiga Phasa Beban resistif terdapat rugi-rugi inti
pada trafo yang membuat tegangan sekunder menurun.
4. Arus pada A1 lebih besar dari arus pada A2 karena pengaruh lilitan pada
trafo itu sendiri yang membuat arus pada A1 lebih besar.
5. Efisiensi meningkat saat trafo optima kondisi pada beban resistif.
6. Motor tanpa beban tidak akan mempengaruhi tegangan dan arus.
7. Nilai Rdc pada terminal U-W bernilai konstan dibandingkan dengan
hubungan V-W dan U-V.
8. Ada beberapa cara untuk mengurangi besarnya arus start antara lain adalah
- Primary resistor control
- Transformer control
- Wey-Delta control
- Part-winding start control
- Electronic control
9. Perubahan tegang DC ke AC akan mengakibatkan tegangan output pada
AC akan lebih besar dari sumbernya.
10. Perubahan tegang AC ke DC akan mengakibatkan tegangan output pada
DC akan lebih besar dari sumbernya.
11. Besarnya Frekuwensi berpengaruh terhadap kecepatan kerja motor.
12. Besarnya Frekuwensi mempengaruhi besarnya nilai Arus (A) dan
Tegangan (V).

33
5.2 Saran
1. Penambahan Assisten Laboratorium yang bertujuan memudahkan
praktikan dalam bertanya pada saat melaksanakan praktikum yang tidak
dimengerti, sehingga proses pelaksanaan praktikum berjalan lancar dan
lebih efektif dan efisien.
2. Praktikan hendaknya membaca modul praktikum sebelum melaksakan
praktikum sehingga pada saat praktikum mahasiswa sudah tau apa yang
harus dilakukan

34

Anda mungkin juga menyukai