Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK TENAGA LISTRIK

TRAFO 3 FASA (3X50VA) PRIMER Δ


DAN BEBAN Y DENGAN COS-Q METER

Kelompok 2 LT -2E

Arieska Syaifuddin (3.39.17.1.05)

Asilla Adin Hanun Nabilah (3.39.17.1.06)

Banon Nugroho Jati (3.39.17.1.07)

PROGRAM STUDI D3-TEKNIK LISTRIK

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

POLITEKNIKNEGERI SEMARANG

2018/2019
1. TUJUAN
Setelah melaksanakan praktek ini, mahasiswa dapat :

TRAFO 3 FASA :

 Mengindentifikasi terminal kumparan transformator 3 fasa sesuai dengan rekomendasi


IEC.
 Menentukan dengan benar simbol hubungan dari rangkaian transformator 3 fasa.
 Menggambarkan diagram vektor tegangan transformator 3 fasa sesuai dengan macam
hubungannya

BEBAN Y DENGAN COS-Q METER:


 Menentukan besaran tegangan line dan tegangan fasa,
 Menentukan besaran arus line dan arus fasa,
 Menggambar vektor diagram tegangan dan arus,
 Menentukan daya nyata, daya semu, daya buta dengan menggunakan metode :
o Cos ф meter dan Voltmeter, Ampermeter.
 Membuktikan rumus-rumus 3 fasa hubungan bintang.
 Membandingkan daya yang didisipasikan beban menggunakan beberapa metode.
 Menjelaskan penghantar netral arusnya nol.

2. PENDAHULUAN
TRAFO 3 FASA :
Sebelum merangkai kumparan transformator 3 fasa perlu diadakan pengetesan polaritas
agar didapatkan hasil rangkaian sesuai dengan yang diinginkan.
Identifikasi terminal transformator 3 fasa sesuai dengan rekomendasi IEC adalah sebagai
berikut :
Terminal tegangan tinggi ( TT ) :
Untuk polaritas rendah adalah A1, B1, dan C1
Untuk polaritas tinggi adalah A2, B2, dan C2
Untuk neteral adalah N
Terminal tegangan rendah ( TR ) :
Untuk polaritas rendah adalah a1, b1, dan c1
Untuk polaritas tinggi adalah a2, b2, dan c2
Untuk netral adalah n
Macam hubungan kumparan transformator 3 fasa baik primer maupun sekunder ada tiga,
yaitu hubungan bintang (Y), segitiga () dan zig- zag (Z).

Kumparan primer dan sekunder dapat dirangkai dalam hubungan yang berbeda dan
berarti terdapat selisih fasa antara kedua kumparan tersebut. Untuk memudahkan dalam
mengingatnya biasa digunakan sistem ‘jam’ untuk menyatakan selisih fasa antara sisi primer
dan sisi sekunder pada suatu fasanya. Jarum panjang (menit) menyatakan arah vektor
tegangan primer ( selalu menunjuk angka 12 ) dan jarum pendek ( jam ) menyatakan vektor
tegangan sekunder. Selisih fasanya adalah besar sudut yang dibentuk oleh kedua jarum
tersebut.

Contoh : Yd5 artinya kumparan tegangan tinggi dalam hubungan bintang (Y) dan
kumparan tegangan rendah dalam hubungan segitiga (), dan selisih fasanya sebesar sudut
yang dibentuk jarum panjang dan jarum pendek pada saat pukul 5 (lima).

Gambar diagram fasa tegangannya adalah sebagai berikut :

12 12
A

C B

Gambar 9.1. Diagram Fasa


BEBAN Y DENGAN COS-Q METER:
Dalam percobaan ini beban dihubungkan bintang. Hubungan bintang diperoleh dengan
cara menghubungkan ketiga pangkal lilitan fasa menjadi satu, dan pada sistem saluran 4
kawat hubungan ketiga pangkal lilitan fasa tersebut disebut titik nol (netral) dan apabila
dihubungkan dengan suatu kawat, maka kawat tersebut dikatakan penghantar netral. Pada
beban simetri penghantar netral praktis tidak berarus. Dengan kata lain pada beban simetri
hubungan bintang bisa tanpa penghantar netral.

VL = Vp 3(Volt)

IL = Ip (Amper)
In = Ip1 + Ip2 + Ip3 = 0

P = 3 Vp. Ip cos 
P = VL. IL.3cos 
S = VL. IL.3(VA)
P = S cos  (Watt)
Q = S sin  (VAR)
Q = P tg 

3. PERALATAN
1. ACPS 220 V 1 buah
2. Transformator 1 fasa 220/48 V 3 buah
3. Multimeter Analog 1 buah
4. Kabel jumper 20 buah.
5. Multimeter analog 2 buah
6. Lampu pijar 100 W 220 V 3 buah
7. Balast 220 V 3 buah
8. Kondensator AC 3  F 250 V 3 buah.
9. Cos ф meter 1 buah
10. Ampermeter tang 1 buah
4. GAMBAR RANGKAIAN

Mengetes pole trafo untuk menentukan kutub yang positif “+” dan negative “-“ pada
keluaran trafo dengan cara sbb :

- Tes Pole 1

V3

220 V V1 V2
0 – 220V

Gambar 4.1. Rangkaian percobaan tes pole 1

Tabel 4.1. Polaritas 1

V1 V2 V3 Keterangan

100 25 125 V3 = V1 + V2

- Tes Pole 2

Gambar 4.2. Rangkaian percobaan tes pole 2


Tabel 4.2. Polaritas 2

V1 V2 V3 Keterangan

100 25 75 V3 = V1 – V2

A
A a A2 a2
A2 a2

A1 a1
A1 a1 a

B
B b B2 b2
B2 b2

B1 b1
B1 b1 b

C
C c C2 c2
C2 c2

C1 c1
C1 c
c1

Gambar 4.3. Rangkaian 1 Gambar 4.4. Rangkaian 2

- Menentukan daya yang didisipasikan dengan metoda Volt Amper meter dan Cos ф meter,
serta mengukur arus pada penghantar netral.

Beban R / Lampu Pijar Beban Balast


L1 Cos
A Ø L1
L1

V V R1 L1
N N
A N

L2 L2 R2 L2 L2
R3 L3
L3
L3
L3

L1 Beban Balast // Condensator


L1

N
Z1

L2 Z2
Z3
L3
5. LANGKAH KERJA
TRAFO 3 FASA :
1) Menentukan polaritas terminal masing-masing transformator satu fasa yang akan dirangkai
menjadi sebuah transformator tiga fasa. Menandai terminal-terminalnya sesuai dengan
rekomendasi IEC.
2) Membuat rangkaian seperti gambar rangkaian 4.3
3) Menghubungkan primer transformator tiga fasa yang telah dirangkai tersebut dengan
sumber tegangan AC tiga fasa 3 x 380 V / 220 V ( A pada L1, B pada L2, C pada L3 dan N
pada N ). Tetapi karena sisi tegangan tinggi terhubung segitiga tidak boleh diberi sumber 3
x 380 Volt. Mencatat tegangan-tegangannya pada tabel 1.
4) Untuk mengetahui tipe hubungannya atau kelompok jamnya, sambungkan terminal A
dengan terminal a. kemudian catat tegangan antara terminal C dan c, B dan c, C dan b serta
A dan B pada tabel 2.
5) Mengulangi langkah 3, 4 dan 5 untuk rangkaian 4.4

BEBAN Y DENGAN COS-Q METER :


1) Memastikan alat dan bahan yang digunakan dalam keadaan baik dan tidak rusak, lalu
membuat rangkaian seperti pada gambar rangkaian diatas
2) Memberi catu sumber tegangan 3 x 220 Volt
3) Mengisi tabel hasil pengamatan.

6. LEMBAR KERJA
TRAFO 3 FASA
Tabel 6.1. Pengukuran Tegangan Primer dan Sekunder

Tegangan PERCOBAAN
( Volt ) Gb. 4.3 Gb. 4.4
AB 214,9 215

BC 215,4 218

CA 215,9 214
AN - 125

BN - 125

CN - 128

Ab 52 24

Bc 52,2 24

Ca 52,3 24

an - 0,1

bn - 0,1

cn - 0,1

Tabel 9.4. Pengukuran Tegangan Antar Primer - Sekunder

Tegangan PERCOBAAN
( volt ) Gb. 4.3 Gb. 4.4
Cc 228 24

Bc 220 240

Cb 220 24

AB 214 215

Catatan Dd6 Dy1


BEBAN Y DENGAN COS-Q METER

- Menentukan besarnya tegangan fasa dan line serta arus pada penghantar netral dengan
pengukuran Cos  meter

Beban Cos  I (A) Vab Vbc Vca

R lampu pijar
0,999 0,439 384,7 386 385,4
100 w
Balast 1A 220
0,991 0,621 223,1 388,5 388,3
V
Kondensor
0,99 mendekati 0 360 357 357
3µF // balast

Beban Van Vbn Vcn


R lampu pijar 100 w 221 223,8 223,6

Balast 1A 220 V 222,5 225,1 225,5

Balast // Kondensor
205,7 209,2 205,6
3,5µF

7. ANALISA DATA
Sebelum merangkai kumparan transformator 3 fasa, pada masing-masing transformator
dilakukan pengecekan polaritas guna memastikan polaritas output dan input transformator.

Pada percobaan trao 3 faasa ini untuk praktikum gambar 4.3 jam vector menunjukkan
hubungan Dd dengan jam vector menunjukkan pukul 6, karena dari data didapatkan Cc > Bc =
Cb < Cc > AB dan untuk percobaan gambar 4.4 menunjukkan hubungan Dd1 dengan jam vector
menunjukkan pukul 1, karena dari data didapatkan Cc < Bc > Cb = Cc < AB.

Sedangkan pada percobaan beban bintang dengan Cosφ meter, Dapat dilihat bahwa
lampu pijar 100 W memiliki nilai Cos φ yang paling baik dibanding beban inductor lainnya . Hal
ini karena lampu merupakan inductor murni. Untuk nilai tegangan, VAB, VBC, VAC, nilainya
hampir sama pada masing-masing beban .
Arus pada sambungan netral pada rangkaian beban hubung bintang yang setimbang
memiliki nilai arus netral sebesar nol (𝐼𝑛 = 0). Tegangan yang digunakan dalam rangkaian ini
adalah sebesar 3 × 380 Volt, dan terukur pada masing-masing beban sebesar 220 Volt. Hal ini
dikarenakan Pada hubungan bintang, nilai V fasa (beda potensial fasa ke netral) pada belitan
𝑉𝑙𝑖𝑛𝑒
primer 𝑉𝑓𝑎𝑠𝑎 = atau 𝑉𝑙𝑖𝑛𝑒 = √3 × 𝑉𝑓𝑎𝑠𝑎.
√3

8. KESIMPULAN
Kesimpulan dari praktikum ini adalah :
1. Pada hasil percobaan pengukuran tegangan antara pimer dan sekunder dapat digambarkan
dengan vector jam
2. Terminal tegangan rendah berfungsi untuk polaritas rendah, a1, b1, c1 untuk a2, b2, c2
dan netral menggunakan N
3. Tegangan pada belitan primer sama dengan Tegangan sekunder
4. Pada belitan primer hubungan bintang nilai V line = √3 V fasa
5. Penggunaan trafo yang masih sehat akan menghasilkan data yang maksimal.
6. Cos φ pada lampu pijar lebih besar dibandingkan dengan ballast dan kondensor.
7. Cos φ yang dihasilkan ballast lebih kecil dibandingkan dengan lampu pijar dan
kondensor.
8. Condensator yang diparalel dengan ballast dapat meningkatkan nilai Cos φ.
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK TENAGA LISTRIK
HUBUNGAN KUMPARAN TRAFO 3 FASA (3X50VA) PRIMER Y

1. TUJUAN
Setelah melaksanakan praktek ini, mahasiswa dapat :

 Mengindentifikasi terminal kumparan transformator 3 fasa sesuai dengan rekomendasi


IEC.
 Menentukan dengan benar simbol hubungan dari rangkaian transformator 3 fasa.
 Menggambarkan diagram vektor tegangan transformator 3 fasa sesuai dengan macam
hubungannya

2. PENDAHULUAN
Sebelum merangkai kumparan transformator 3 fasa perlu diadakan pengetesan polaritas
agar didapatkan hasil rangkaian sesuai dengan yang diinginkan.
Identifikasi terminal transformator 3 fasa sesuai dengan rekomendasi IEC adalah sebagai
berikut :
Terminal tegangan tinggi ( TT ) :
Untuk polaritas rendah adalah A1, B1, dan C1
Untuk polaritas tinggi adalah A2, B2, dan C2
Untuk neteral adalah N
Terminal tegangan rendah ( TR ) :

Untuk polaritas rendah adalah a1, b1, dan c1


Untuk polaritas tinggi adalah a2, b2, dan c2
Untuk netral adalah n
Macam hubungan kumparan transformator 3 fasa baik primer maupun sekunder ada tiga,
yaitu hubungan bintang (Y), segitiga () dan zig- zag (Z).

Kumparan primer dan sekunder dapat dirangkai dalam hubungan yang berbeda dan
berarti terdapat selisih fasa antara kedua kumparan tersebut. Untuk memudahkan dalam
mengingatnya biasa digunakan sistem ‘jam’ untuk menyatakan selisih fasa antara sisi primer
dan sisi sekunder pada suatu fasanya. Jarum panjang (menit) menyatakan arah vektor
tegangan primer ( selalu menunjuk angka 12 ) dan jarum pendek ( jam ) menyatakan vektor
tegangan sekunder. Selisih fasanya adalah besar sudut yang dibentuk oleh kedua jarum
tersebut.

Contoh : Yd5 artinya kumparan tegangan tinggi dalam hubungan bintang (Y) dan
kumparan tegangan rendah dalam hubungan segitiga (), dan selisih fasanya sebesar sudut
yang dibentuk jarum panjang dan jarum pendek pada saat pukul 5 (lima).

Gambar diagram fasa tegangannya adalah sebagai berikut :

12 12
A

C B

Gambar 9.1. Diagram Fasa

3. PERALATAN
1. ACPS 220 V 1 buah
2. Transformator 1 fasa 220/48 V 3 buah
3. Multimeter Analog 1 buah
4. Kabel jumper 20 buah.
4. GAMBAR RANGKAIAN
Mengetes pole trafo untuk menentukan kutub yang positif “+” dan negative “-“ pada
keluaran trafo dengan cara sbb :

- Tes Pole 1

V3

220 V V1 V2
0 – 220V

Gambar 4.1. Rangkaian percobaan tes pole 1

Tabel 4.1. Polaritas 1

V1 V2 V3 Keterangan

100 25 125 V3 = V1 + V2

- Tes Pole 2

Gambar 9.3. Rangkaian percobaan tes pole 2


Tabel 4.2. Polaritas 2

V1 V2 V3 Keterangan

100 25 75 V3 = V1 – V2

A a A a
A2 a2 A2 a2

A1 a1 A1 a1

B b B b
B2 b2 B2 b2

B1 b1 B1 b1

C c C c
C2 c2 C2 c2

C1 c1 C1 c1
N N

Gambar 4.3. Rangkaian 1 Gambar 4.4. Rangkaian 2

A a
A2 a2

A1 a1

B b
B2 b2

B1 b1

C c
C2 c2

C1 c1
N

Gambar 4.5. Rangkaian 3


5. LANGKAH KERJA
1) Menentukan polaritas terminal masing-masing transformator satu fasa yang akan dirangkai
menjadi sebuah transformator tiga fasa. Menandai terminal-terminalnya sesuai dengan
rekomendasi IEC.
2) Membuat rangkaian seperti gambar rangkaian 1.
3) Menghubungkan primer transformator tiga fasa yang telah dirangkai tersebut dengan
sumber tegangan AC tiga fasa 3 x 380 V ( A pada L1, B pada L2, C pada L3 dan N pada N
). Mencatat tegangan-tegangannya pada tabel 1.
4) Untuk mengetahui tipe hubungannya atau kelompok jamnya, sambungkan terminal A
dengan terminal a. kemudian catat tegangan antara terminal C dan c, B dan c, C dan b serta
A dan B pada tabel 2.
5) Mengulangi langkah 3, 4 dan 5 untuk rangkaian 4.4 dan 4.5

6. LEMBAR KERJA
Tabel 9.3. Pengukuran Tegangan Primer dan Sekunder.

Tegangan PERCOBAAN
( Volt ) Gb. 4.3 Gb. 4.4 Gb. 4.5
AB 386,3 385,5 384,5

BC 384,7 383,7 385

CA 386,6 384,7 384,7

AN 222,8 227 227

BN 192,2 226 226,5

CN 192.5 228 227,5

Ab 0,006 0,006 0,005

Bc 0,006 0,006 0,006

Ca 0,006 0,006 0,005


an 54,1 55,2 54,7

bn 46,6 55,2 54,7

cn 46,6 55,3 54,7

Tabel 9.4. Pengukuran Tegangan Antar Primer - Sekunder

Tegangan PERCOBAAN
( volt ) Gb. 4.3 Gb. 4.4 Gb. 4.5
Cc 270 406 320

Bc 324 406 320

Cb 321 366,7 366,7

AB 360 360 360

Catatan Yy12 Yd1 Yd11

7. ANALISA DATA
Sebelum merangkai kumparan transformator 3 fasa, pada masing-masing
transformator dilakukan pengecekan polaritas guna memastikan polaritas output dan
input transformator.

Pada percobaan 2 gambar 4.3 menunjukkan hubungan Yy dengan jam vector


pukul 12 , karena dari data didapatkan Cc < Bc = Cb > Cc< AB . Kemudian pada
percobaan gambar 4.4 menunjukkan hubungan Yd dengan jam vector pukul 1, karena
data yang didapat Cc < Bc > Cb = Cc < AB. Sedangkan untuk gambar 4.5 menunjukkan
hubungan Yy dengan jam vector menunjukkan pukul 11 karena dari data didapatkan Cc =
Bc < Cb > Cc <AB.
8. KESIMPULAN
Kesimpulan dari praktikum ini adalah :
1. Pada hubungan bintang pada belitan primer nilai Vfasa = V sin √3 atau V line = √3 Vfasa
2. Pada hasil percobaan pengukuran tegangan antara primer dan sekunder dapat
digambarkan dengan vector jam.
3. Tegangan pada belitan primer sama dengan tegangan sumber.
4. Selisih fasa adalah besar sudut yang dibentuk oleh kedua jarum.
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK TENAGA LISTRIK
BEBAN BINTANG 3 FASA DENGAN 3 WATTMETER

1. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melaksanakan praktik ini, mahasiswa dapat :

1) Menentukan besarnya tegangan line dan tegangan fasa,


2) Menentukan besarnya arus line dan arus fasa,
3) Menggambarkan vektor diagram tegangan dan arus,
4) Menentukan daya nyata, daya semu, daya buta dengan menggunakan metode :
- Dua Watt meter 1 fasa.
- Tiga Watt meter 1 fasa dan cos Ø meter.
- Volt meter / ampere meter dan 1 watt meter 3 fasa
5) Membuktikan rumus-rumus 3 fasa hubungan bintang.
6) Membandingkan daya yang didisipasikan beban dengan menggunakan beberapa
metode,
7) Membuktikan penghantar netral arusnya nol.

2. PENDAHULUAN
Dalam percobaan ini, beban dihubungkan bintang. Hubungan bintang diperoleh dengan
cara menghubungkan ketiga pangkal lilitan fasa menjadi satu, dan pada sistem saluran 4
kawat hubungan ketiga pangkal lilitan fasa tersebut disebut titik nol (netral) dan apabila
dihubungkan dengan suatu kawat, maka kawat tersebut dikatakan penghantar netral. Pada
beban simetri penghantar netral praktis tidak berarus. Dengan kata lain pada beban simetri
hubungan bintang bisa tanpa penghantar netral.
3. ALAT-ALAT YANG DIPERLUKAN :
Dalam melaksanakan praktik ini, alat-alat yang diperlukan yaitu :

1) VACPS 220 V 1 buah;


2) Multimeter analog 2 buah;
3) Kabel jumper 20 buah;
4) Wattmeter 3 fasa 3 buah;
5) Lampu pijar 100 Watt + Fitting 3 buah;
6) Balast 3 buah;
7) Kondensator AC 3 F 250 V 3 buah.

4. GAMBAR RANGKAIAN

a. Menentukan daya yang didisipasikan dengan metoda volt / amper meter dan 1 watt meter.

Beban R / Lampu Pijar Beban Balast


L1
A W L1
L1

V R1 L1
N N
N

L2 L2 R2 L2 L2
R3 L3
L3
L3
L3

L1 Beban Balast // Condensator


L1

N
Z1

L2 Z2
Z3
L3
b. Menentukan Daya yang didisipasikan dengan metoda tiga Watt meter 1 fasa.

Beban R / Lampu Pijar Beban Balast


L1
A W L1
L1

V R1 L1
N N
N

L2 L2 R2 L2 L2
W
R3 L3
L3
W L3
L3

L1 Beban Balast // Condensator


L1

N
Z1

L2 Z2
Z3
L3

c. Menentukan daya yang didisipasikan dengan metoda 2 wattmeter 1 fasa.

Beban R / Lampu Pijar Beban Balast


L1
Cos W
Ø A
R1 R2 L1 L2
V V
L2 B

R3 L3
V
L3 C
W
Beban Balast // Condensator

L1 L2
C1
C2

L3
C3
5. LANGKAH KERJA
1) Memastikan alat dan bahan yang digunakan dalam keadaan baik dan tidak rusak, lalu
membuat rangkaian seperti pada gambar rangkaian diatas
2) Memberi catu sumber tegangan 3 x 220 Volt
3) Mengisi tabel hasil pengamatan

6. TABEL HASIL PENGAMATAN

a. Menentukan daya yang didisipasikan dengan metoda volt / amper meter dan
1 watt meter.

Daya semu Daya


VL Daya nyata Cos  arc cos
Beban IL(A) (VA) 𝑃 buta
(volt) (watt) (𝑆 ) (o)
𝑆 = 3𝑉𝐿𝐼𝐿 (VAR)

Lampu pijar
387,4 0,443 42 297,25 0,14 81,9 294,28
100 w
Balas 220 V 386,6 0,61 62 408,46 0,15 87,27 403,73

Balas // Condensator
385,3 0,365 30 243,59 0,123 82,93 241,74
3,5 µF

b. Menentukan Daya yang didisipasikan dengan metoda tiga Watt meter 1 fasa.
VL (Volt) Watt meter IL
No Beban
P1 P2 P3 (Ampere)
R lampu pijar
1. 392,5 19 16 8 0,452
100 watt
2. balast 391,7 6 24 12 0,614
Balast //
3. 394,9 8 20 8 0,379
condensator3,5 µF
C. Menentukandaya yang didisipasikan dengan metoda 2 wattmeter 1 fasa.
𝑷
Wattmeter IL (A) Cos  ( 𝑺 )
No Beban VL (Volt)
P1 P2
Lampu pijar
1. 387,1 44 6 0,428 0,174
100 watt
2. Ballast 1A 387,2 10 32 0,605 0,104
3. Balast // condensator3,5 µF 385,2 2 20 0,361 0,091

7. ANALISA DATA
Dari tabel hasil praktikum menunjukkan bahwa lampu merupakan beban resistif yang
memiliki nilai cos  mendekati 1. Sedangkan untuk ballas merupakan beban induktif yang
arusnya tertinggal terhadap tegangannya atau lagging yang memiliki nilai cos  kurang dari 1.
Kemudian ketika beban ballas diparalel dengan kondensor maka nilai cos  nya akan naik,
atau pemasangan kondensor ini fungsinya adalah sebagai perbaikan faktor daya dari beban.
Daya disipasikan pada beban ballas nilainya paling besar dibandingkan dengan beban lampu
maupun ballas yang diparalel dengan kondensator. Sehingga pemasangan kondensator bisa
mengurangi daya disipasikan dari suatu beban yang memiliki nilai daya disipasikan yang
besar.
Arus pada sambungan netral pada rangkaian beban hubung bintang yang setimbang
memiliki nilai arus netral sebesar nol (𝐼𝑛 = 0). Tegangan yang digunakan dalam rangkaian ini
adalah sebesar 3 × 380 Volt, dan terukur pada masing-masing beban sebesar 220 Volt. Hal ini
dikarenakan Pada hubungan bintang, nilai V fasa (beda potensial fasa ke netral) pada belitan
𝑉𝑙𝑖𝑛𝑒
primer 𝑉𝑓𝑎𝑠𝑎 = atau 𝑉𝑙𝑖𝑛𝑒 = √3 × 𝑉𝑓𝑎𝑠𝑎.
√3
8. KESIMPULAN
1) Pada penggunaan rangkaian 1 wattmeter 3 fasa cos  balast lebih besar dari cos  R dan
cos  R lebih besar dari cos  condensor.
2) Pada penggunaan rangkaian 2 wattmeter 3 fasa cos  R lebih besar dari cos  kondensor
dan cos  kondensor lebih besar dari cos  ballast.
3) Pada penggunaan rangkaian 3 wattmeter 3 fasa cos  R lebih besar dari cos  kondensor
dan cos  kondensor lebih besar dari cos  ballast.
4) Penggunaan jumlah wattmeter yang berbeda dan jenis wattmeter yang berbeda
mempengaruhi nilai cos  tiap beban.

Anda mungkin juga menyukai