Anda di halaman 1dari 22

PENGUKURAN DAYA

Jurusan Elektro
Fakultas Teknik Universitas Indonesia
Depok
2019
Pada arus searah (murni) , maka daya yang dipakai dalam beban (dalam tahanan R)
dapat dinyatakan dalam :
V = tegangan
P  V . I  I2R I = Arus Beban
 
Sedangkan untuk arus bolak balik daya yang dipakai dalam beban pada saat tegangan
dan arus beban adalah v dan I, maka harga sesaat dari daya yang terpakai adalah :
P = v.i
Bila tegangan dinyatakan sebagai fungsi SINUS seperti pada gambar maka kurva arus
untuk pada rangkaian R-C
Vg = Vg Sin Wt
 
Bila tahanan beban adalah R, maka arus beban
 i  VG Sint  I Sint
R G

maka P dinyatakan ;
P = VGIG Sin2 t atau
V I
P  G G (1  Cos 2t )
2
Hubungan tersebut dapat dilukiskan seperti pada gambar dibawah ini :
 
 
 
 

Sesuai dengan harga efektif, maka harga rata-rata dari p melalui satu periode ( yaitu
harga P) adalah
VG I G
P  VI  I 2 R
2
V dan I adalah harga-harga efektif dari v dan I,
Bila beban mempunyai induktansi L, maka

VG
i Sin(t  2 )  I G Sin(t  2 )
L
VG I G
maka P  VG I GSint Sint  2   Sint
2

Beban Induktif vs daya ABB


Bila induktansi L diberikan energi dari sumber A.B.B, maka untuk setengah periode
akan menyimpan energi elektromagnetik, dan mengembalikannya kembali ke sumber
pada setengah periode berikutnya. L tidak dipergunakan daya secara rata-rata. Harga
rata-rata daya dalam L = 0
        Jika beban merupakan kombinasi dari tahanan dan reaktansi, maka :
  i  i Sint
G
P  VG I G sin tSin t   
dengan tg  = X / R maka didapatkan P  VICosw1  Cos 2 wt   VISinSin 2wt
 

Beba umum vs daya ABB


harga rata-rata P adalah ; P  VICos
R
jika Cos  = P  IR 2
  R2  X 2

dapat dilihat bahwa daya rata-rata ABB dengan beban umum dapat dinyatakan
serbagai perkalian arus dengan tegangan (P = V.I) dimana V dan I adalah harga-
harga efektifnya dan Cos  adalah beda phasa antara arus dan tegangan yang lewat
beban tersebut.

Cos  dikenal sebagai power factor (p.f) kalau beban murni resistif (tahanan murni :
R) maka  = 0
Jika Cos (0) = 1 maka dalam hal ini besarnya daya P=0 = V I.
ALAT UKUR WATT (Wattmeter)
 
Untuk pengukuran daya dan perhitungannya maka digunakan alat yang :
1.      Mempunyai penunjukan yang berbanding lurus dengan suatu perkalian
2.      Mempunyai rangkaian khusus perkalian dalam alat tersebut
3.      Harga - harga khususnya didapat secara tidak langsung
 
Untuk 1) dan 2) alat pengukur daya, biasanya untuk 1) adalah tipe elektrodinamis atau
tipe Induksi, sedangkan 3) biasanya dari tipe thermocouple atau sejenisnya.

Term inal Term inal


Arus Tegangan

Ip

Ic Ic

Sum ber AC Beban


Jenis wattmeter diatas adalah jenis elektromagnetis yaitu alat yang mempunyai 2
kumparan, satu kumparan tetap dan yang lainnya kumparan berputar.
 
Alat penunjuk dari jenis instrument ini akan berputar dengan suatu sudut yang
berbanding lurus dengan hasil perkalian arus yang melalui kumparan-kumparan
tersebut.
Arus IC dari sumber masuk ke kumparan tetap dan dihubungakan seri dengan beban
(kumparan ini disebut kumparan ARUS) kumparan berputar mempunyai sebuah
tahanan yahng besan R, diseri dengan kumparan tersebut. Kumparan putar dengan
tahanan R ini dihubungakan secara paralel dengan beban.
Untuk terminal kumparan putar disebut Terminal Tegangan arus yang mengalir
Ip kecil (biasanya 10 – 50 mA).
Arus pada kumparan tetap membangkitkan medan magnit yang besarnya sebanding
dengan ARUS 1C . Arus pada kumparan berputar sebanding dengan tegangan di beban

 V 
 ip  L 
 R

Maka jarum kumparan berputar akan melakukan suatu putaran dengan skala tertentu.
Alat jenis ini punya 4 terminal :
        2 terminal untuk tegangan
        2 terminal untuk arus
 
        terminal arus dihubungkan dengan kumparan tetap
        terminal tegangan dihubungkan dengan kumparan berputar
 
 

Ic Ic

A B
B B
E E
B B
R A
N R A
N

Gam bar (a) Gam bar (b)

kalau arus besar, tegangan rendah, maka hubungan kumparan seperti pada gambar a).
sedangkan kalau tegangaan tinggi dan arus kecil maka digunakan hubungan seperti
pada gambar b).
Pengukuran Daya dengan alat ukur Voltmeter dan Amperemeter
Daya arus searah dapat diukur dengan alat pengukur volt dan alat pengukur ampere,
yang dihubungkan seperti diperlihatkan dalam gambar dibawah, dalam hal ini maka
adalah penting diperhitungkan kerugian-kerugian daya yang terjadi, oleh adanya alat-
alat pengukuran.
Ia, Ra Ia, Ra
A A

V Vv, Rv V R Vv, Rv V V

Gambar (a) Gambar (b)

misalkan bahwa beban tahanan adalah R, tegangan beban adalah V dan arus beban
adalah I, sedangkan alat-alat pengukur volt dan ampere yang mempunyai tahanan-
tahanan dalmnya Rv dan Ra, menunjukkan Vv dan Ia, dengan mempergunakan
rangkaian pada gambar diatas akan didapatkan :
 
Va  IR  IRa Ia  I
maka daya yang akan diukur adalah :
W  I 2 R  VvIa  Ia 2 Ra
dan pula dengan cara yang sama dalam (b),
Vv 2
W  VI  Vv Ia 
Rv
Bila dimisalkan bahwa pada (b), tahanan dalam dari alat pengukur volt adalah 10 k,
sedangkan alat pengukur volt menunjukkan 100 V, dan pembacaan pada alat pengukur
amper sama dengan 5 A, maka beban daya pada beban adalah :
 
W  100 x 5  100 2 / 10 4   499 W

Cara yang mana yang akan dipilih dalam menghubungkan alat-alat ukur volt dan
ampere untuk mengukur daya yaitu (a) dan (b) haruslah ditentukan dengan
memperhatikan penjabaran yang diberikan sebelumnya.

Dalam pengukuran arus bolak-balik, bila diketahui tegangan V dan Arus I dan
dikethui faktor daya atau cos , maka besarnya W disitung dari :

W  VI cos 
Metode tiga alat pengukur volt dan tiga alat pengukur ampere

Daya satu fasa dapat diukur dengan mempergunakan tiga alat pengukur volt atau tiga
alat pengukur ampere.
Gambar dibawah memperlihatkan cara tiga alat pengukur volt
  V2
V1

R I
AC V3 V1 Z
V3
V2 = I.R

bila dalam metode tiga alat ukur volt, masing-masing alat pengukur volt
menunjukkan V1, V2 dan V3, maka :
V3  V1  V2  2V1V2 cos 
2 2 2

V2
W  V1 I cos   V1 cos 
R
W 
1
2R

2 2
V3  V1  V2
2

Apabila pengukuran dilakukan dengan tiga alat pengukur ampere maka dapat
dijelaskan sebagai berikut:
 
I2 = V/R
A3 A1 V

A2
AC Z
R
I3
I1

bila dalam metode tiga alat ukur ampere, masing-masing alat pengukur volt
menunjukkan I1, I2 dan I3, maka :

I 1  I 2  2VI 1 I 2 cos 
2 2 2
I3 
W  VI 1 cos   I 2 RV1 cos 

W 
2

R 2 2
I 3  I1  I 2
2

 
Kesalahan Dalam Wattmeter
 
Walaupun hubungan antara instrumen dengan rangkaian yang akan diukur sudah
tepat dan benar, tetapi kesalahan pengukuran tetap ada.
Kesalahan ini diakibatkan oleh daya yang dibutuhkan kumparan tetap untuk
membangkitkan medan magnit, selain itu juga adanya daya yang hilang karena
jatuhnya tegangan pada ujung-ujung terminal tegangan.
Jika besarnya arus yang mengalir 5 A, kehilangan daya pada rangkaian kumparan
tegangan  2,9 W. untuk pengukuran daya yang besar maka kesalahan yang terjadi ini
adalah kecil, tetapi kesalahan menjadi cukup besar jika pengukuran yang dilakukan
dalam skala kecil.
Kesalahan dalam instrumen wattmeter yang dibuat untuk komersil berada antara :

 0,1 – 0,5 % jika bekerja dalam frekuensi yang ditetapkan.

Untuk menghindari kerusakan pada alat maka ;


Besarnya dibatasi max 5 A; jadi untuk mengukur daya dengan arus besar digunakan
trafo ARUS, sedang bila tegangan yang dipakai lebih dari 300 volt, maka diturunkan
ke 115 – 125 dengan PT.
Langkah-langkah dalam menguikur Daya

  jika arus > 5 A gunakan CT sebelum dihubungakan ke wattmeter atau alat lainnya

  hindari penempatan wattmeter dari daerah yang mempunyai medan magnit luar
yang kuat

 hubungkan terminal  dari wattmeter dengan bagian/sisi yang sama dari saluran
/rangkaian yang akan diukur

 jangan hubungkan alat dengan arus dan tegangan yang lebih besar dari kemam -
puannya. Yang harus diingat bahwa arus atau tegangan dapat melebihi batasnya
walaupun pembacaan dayanya tidak menunjukan penyimpangan yang melewati batas.

   Jika menggunakan wattmeter, ammeter dan voltmeter harus dilakukan koreksi.


PENGUKURAN DAYA 3
 
Dalam jaringan 3 dengan 3 kawat penghantar dapat diukur dengan
mempergunakan 2 wattmeter biasa 1  seperti pada gambar dibawah dan
menjumlahkan secara aljabar hasil-hasil penunjukannya.
Bila penunjukan dari alat-alat pengukur watt adalah W 1 dan W2 maka ;
 
W 1 VAB I ACos  A   A 
W2  VCB I C Cos  C   C 

bila tegangan dalam jaringan 3  maka VAB = VBC =VCA dan A = C= 30o, jika beban
juga seimbang maka IA = IC = I dan A = C =  maka didapat

W1 = VI Cos (30o + )
W2 = VI Cos (30o - )

Jika power factor (pf) beban > 0,5 maka kedua wattmter menunjukan pembacaan
positif sehingga daya total PT=P1+P2
Sedangkan bila pf beban <0,5, maka salah satu dari meter-meter tersebut (misalnya
wattmeter  2 ) akan menunjukan harga Negatif.
Dalam hal ini kawat arus (dari meter yang menunjukan negatif) diubah arah arusnya
(dengan menukar hubungannya pada terminal arus) maka jarum akan menunjukan
arah positif sehingga daya total dari penunjukan meter-meter adalah P T=P1 - P2.
PENGUKURAN ENERGI LISTRIK

Daya terpakai di beban dapat dihitung dalam waktu, sehingga jumlah energi
yang dikonsumsi oleh beban dapat diketahui. Jika satu watt dialirkan pada beban
dalam satu detik, maka energi yang dikonsumsi dalam waktu tersebut adalah sama
dengan 1 joule atau disebut wattsecond. Dalam perhitungan tenaga listrik digunakan
watt-jam atau kilowatt-jam, dimana satu kilowatt-jam adalah sama dengan 1000 watt
energi yang terpakai dalam satu jam.
Peralatan yang paling umum untuk mengukur energi adalah watt-jam meter
(wh meter atau kwh meter), tipe dari kwh ini penggunaannya sudah sangat luas dan
telah dikembangkan oleh Schellumberger pada 1888, meter ini tidak mahal,
ketelitiannya cukup baik dan dapat dioperasikan untuk waktu lama dengan hanya
sedikit perawatan. Selain itu instrumen ini juga tidak banyak dipengaruhi oleh
besarnya perubahan beban, power factor (pf) dan keadaan lingkungan.
Pencatatan energi yang terpakai oleh beban, dihitung dari jumlah putaran piringan
aluminium yang dihubungkan dengan roda-roda angka penunjuk.
Gambar susunan Internal dan koneksi dari watt-jam meter tipe induksi
Dari gambar di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :
      Cara kerja instrumen mirip dengan motor induksi selain itu alat ini juga
berprinsip kerja seperti alat ukur induksi.
        p adalah jumlah lilitan tegangan
        cp adalah inti besi untuk lilitan tegangan
        cc adalah inti besi untuk lilitan arus
        c adalah lilitan arus
        arus beban I melalui c fluk magnetik 1
        p mempunyai jumlah lilitan yang besar, dan dianggap reaktansi murni sehingga
arus Ip yang melalui p lagging terhadap beban dengan sudut 90o fluk magnetik 2
momen gerak TD berbanding lurus dengan daya beban piringan berputar dengan
kecepatan putar.
Torsi pada piringan adalah sebanding dengan v dan I sehingga daya yang lebih besar
yang lewat meter menyebabkan piringan berputar lebih cepat.
Pada saat berputar piringan D memotong garis-garis fluks magnetik m (dari magnit
permanen) sehingga menyebabkan arus putar yang besarnya berbanding lurus
ddengan nm dalam piringan aluminium tersebut. Arus putar juga memotong garis-
garis fluks magnetik m sehingga piringan D mengalami momen Redaman T d yang
besarnya berbanding lurus dengan n2m bila TD dan Td seimbang maka
Kd
n VICos
K m m
2

Kd dan Km adalah konstanta


Dari persamaan tersebut didapatkan kecepatan putar dari piringan D adalah
berbanding lurus dengan VI Cos  , dengan demikian julah perputaran piringan D
dalam waktu tertentu berbanding dengan energi yang akan diukur untuk waktu
tersebut.
Piringan D berada pada satu poros yang mempunyai roda-roda gigi yang dihubungkan
kepada roda-roda angka penunjuk. Biasanya dilakukan transformasi kecepatan
putaran D terhadap roda-roda angka penunjuk, agar roda-roda angka tidak berputar
denga kecepatan yang sama denga D. maka setelah melalui kalibrasi angka-angka
roda penunjuk akan menunjukkan energi yang diukur dalam Kwh.
Pada pengukuran tenaga listrik yang jumlah Kwh diukur BESAR, maka perlu
penyesuaian dari alat-alat yang digunakan. Dalam hal ini jika tegangan yang
digunakan tetap, dengan demikian 2 hampir tetap juga. Tetapi arus dapat bervariasi
sangat lebar yang menyebabkan terjadinya variasi pada 1 , maka pada pengukuran
tenaga listrik yang besar dapat terjadi kesalahan yang negatif yang disesbakan oleh
K1n21.
Untuk mengurangi kesalahan ini maka 1 dibuat kecil, sedangkan 2 besar, dfan
putaran n kecil. Selain itu ditempatkan juga Shunt Magnetis dalam inti kumparan
arus yang di saat arus beban I kecil 1 juga kecil. Maka shunt magnetis
memungkinkan 1’ yang merupakan bagian dari 1. Sehingga fluks magnetis karena
arus memotong D berkurang menjadi (1-1’). Tapi pada saat arus besar maka 1’
juga besar ampai 1’m pada saat kejenuhan fluks magnetis terjadi.
Pada piringan D terdapat sebuah lubang kecil, yang merupakan suatu cara untuk
menghindari berputarnya D pada saat beban nol.
Bila lubang kecil tersebut sampai dibawa inti dari kumprran tegangan, maka jalan
dari arus putar akan mengalami gangguan. Hal ini menyebabkan momen pada beban
nol berkurang, sehingga piringan D berhenti berputar pada posisi tersebut

Anda mungkin juga menyukai