Anda di halaman 1dari 31

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rangkaian listrik (Inggris: electrical circuit) adalah sambungan dari bermacam-macam


elemen listrik pasif seperti resistor, kapasitor, induktor, transformator, sumber tegangan, sumber
arus, dan saklar (switch). Istilah sirkuit listrik sedikit dibedakan dari jaringan listrik (electrical
network atau electrical distribution network), di mana jaringan listrik membahas penggunaan
sirkuit listrik dalam skop yang lebih luas seperti dalam jaringan distribusi pembangkit listrik dari
generator pembangkit sampai pada pelanggan listrik di masing-masing rumah. Sebetulnya kedua
macam rangkaian ini menggunakan prinsip dasar yang sama, hanya dalam jaringan listrik
dibahas mengenai jalur transmisi yaitu mengenai sifat kabel pada frekuensi tinggi.

Analisis Mesh adalah metode yang digunakan untuk menyelesaikan sirkuit planar untuk arus
(dan secara tidak langsung tegangan) di tempat manapun di sirkuit listrik. Sirkuit planar adalah
sirkuit yang dapat ditarik pada permukaan pesawat tanpa kabel yang saling menyilang.

Node atau titik simpul adalah titik pertemuan dari dua atau lebih elemen rangkaian. Junction atau
titik simpul utama atau titik percabangan adalah titik pertemuan dari tiga atau lebih elemen
rangkaian.

Teorema superposisi untuk Sirkuit Elektronik menyatakan untuk sistem linear bahwa respon dari
(tegangan atau Arus)dalam setiap cabang dari tiap sirkuit linear memiliki lebih dari satu sumber
independen( independen source ) yang hasilnya sama dengan jumbah aljabar dari respon yang
disebabkan oleh sumber independen ( independen source ) itu sendiri, dimana semua sumber
independen lain diganti dengan impedansi internal itu sendiri.
BAB II

DASAR TEORI

2.1 Analisa Mesh

Mesh adalah sifat rangkaian sebidang dan tidak didefinisikan untuk rangkaian tak sebidang.
Analisis Mesh dapat dipakai hanya pada rangkaian – rangkaian yang terletak dalam satu
bidang. Rangkaian sebidang ( planar circuit ) merupakan rangkaian pada permukaan bidang
yang sedemikian rupa yang tak ada cabang yang melalui di atas atau di bawah cabang lain.
Seperti Gambar 1.1 yang membedakan rangkaian sebidang dan tak sebidang.

(a) (b) (c)

a). Jaringan sebidang dapat digambarkan pada sebuah permukaan bidang tanpa
penyeberangan (cross-over).
b). Sebuah jaringan tak sebidang tidak dapat digambarkan pada sebuah permukaan bidang
tanpa paling sedikit satu penyeberangan.
c). Sebuah jaringan sebidang dapat digambarkan sehingga kelihatannya tak sebidang.
Pada rangkaian diatas dapat menggunakan analisis Mesh untuk menyelesaikannya
dengan menggunakan konsep arus mesh dan Hukum Tegangan Kirchoff (Kirchoff Voltage
Law/KVL).

Untuk menyelesaikan rangkaian tersebut dengan analisis Mesh dapat kita lakukan
dengan menentukan arah arus terlebih dahulu yang mengalir pada setiap sumber tegangan.
Menentukan loop dan arah arus sebaiknya searah dengan arah jarum jam.

Setelah menentukan loop dan arah arus. Pisahkan rangkaian tersebut menjadi dua
bagian sesuai loop menjadi loop 1 dan loop 2 sesuai arah arus yang keluar pada setiap
sumber.

2.2 Analisa Node

Dalam menganalisis teorema node berprinsip pada Hukum Arus Kirchoff (Kirchoff
Current Law/KCL) yaitu Jumlah aljabar semua arus yang memasuki sebuah simpul adalah
nol. Analisis node lebih mudah jika pencatunya adalah sumber arus dimana tegangan pada
setiap node belum diketahui.
Dalam menganalisis teorema node voltage pada rangkaian arus bolak-balik, langkah
pertama adalah menentukan impedansi dari rangkaian tersebut. salah satu simpul node yang
dijadikan sebagai simpul referensi yang selanjutnya akan mendefinisikan tegangan diantara
setiap simpul lain dengan simpul referensi. Perlu diketahui bahwa sebuah rangkaian yang
bersimpul N memiliki (N-1) tegangan yang tak diketahui dan (N-1) persamaan untuk dapat
disederhanakan.
Pada suatu rangkaian yang terlihat pada Gambar 1.1 dapat menggunakan analisis
Node Voltage.
Langkah-langkah penyelesaian dengan menggunakan analisis Node Voltage adalah:

1. Tentukan impedansi dari rangkaian.


2. Tentukan tegangan titik simpul (node).
Tegangan titik simpul (simpul acuan) merupakan titik – titik pada suatu rangkaian dimana
ujung – ujung dua elemen atau lebih yang saling bertemu.
3. Tentukan arah arus pada rangkaian tersebut.

4. Tentukan persamaan arus.


Penentuan besarnya suatu arus berprinsip pada Hukum Kirchoff / KCL, dimana jumlah
arus yang masuk dan keluar dari titik percabangan akan sama dengan nol.
∑I = 0
I 1+ I 2−I 3=0

V A −V N
I 1= . . . .. . .. .(1)
INGAT! Z1

Arus yang menuju node V B−V N


bernilai positif, dan arus I 2= .. . .. . . ..( 2)
Z2
yang meninggalkan node
bernilai negative VN
I 3= .. . . .. . ..( 3)
Z3
2.3 Teorema Superposisi

Seperti teorema node voltage, teorema superposisi juga pernah dibahas sebelumnya pada
Rangkaian Listrik 1 di semester 2. Teorema superposisi hanya berlaku untuk rangkaian yang
bersifat linier. Teorema superposisi berpatokan dengan satu sumber dan sumber yang lainnya
dapat dihubung singkat. Seperti pada pembahasan teorema sebelumnya, kita tentukan terlebih
dahulu impedansi daari rangkaian.
Beberapa langkah penyelesaian superposisi:
 tentukan patokan satu sumber
 tentukan arah arus
 menghitung besar arus pada masing – masing beban

Seperti pada gambar rangkaian di bawah ini, penyelesaiannya dapat dengan


menggunakan analisis Superposisi.
Langkah-langkah penyelesaiannya adalah:

1. Buat VA sebagai patokan, maka VB di short. Kemudian tentukan arah arus dari rangkaian
tersebut.

2. Kemudian hitung besar arus pada masing-masing beban.


Z2 Z
ZG1 = Z1 + 3

Z 2 +Z 3

VA
I1’ =
ZG1
Z3
I2’ = . I1’
Z 2 +Z 3
Z2
I3’ = . I1’
Z 2 +Z 3
3. Setelah itu, ubah patokan sumbernya pada VB, maka VA, di short.

4. Kemudian hitung besar arus pada masing-masing beban.


Z1Z
ZG1 = Z2 + 3

Z 1 +Z 3
Z3
I1” = . I2’’
Z 1 +Z 3
VB
I2’’ =
ZG2
Z1
I3’’ = . I2’’
Z 1 +Z 2

5. Besar arus yang mengalir tiap cabang.

Jika I1’ arusnya berlawanan arah dengan I1’’ , maka I1 = I1’ – I1” , begitu pula dengan I2.
Jika I1’ arusnya searah dengan I1’’ , maka I1 = I1’ + I1” , begitu pula dengan I2

2.4 Rangkaian Seri dan Paralel

Rangkaian seri terdiri dari dua atau lebih beban listrik yang dihubungkan ke catu daya
lewat satu rangkaian.
Rangkaian seri dapat berisi banyak beban listrik dalam satu rangkaian. Contoh yang baik dari
beberapa beban rangkaian dihubung seri adalah lampu pohon Natal. ( kurang lebih 20 lampu
dalam rangkaian seri ).
Dua buah elemen berada dalam susunan seri jika mereka hanya memiliki sebuah titik utama yang
tidak terhubung menuju elemen pembawa arus pada suatu jaringan.
Karena semua elemen disusun seri, maka jaringan tersebut disebut rangkaian seri. Dalam
rangkaian seri, arus yang lewat sama besar pada masing-masing elemen yang tersusun seri.
Sifat-sifat Rangkaian Seri
 Arus yang mengalir pada masing beban adalah sama.
 Tegangan sumber akan dibagi dengan jumlah tahanan seri jika besar tahanan
sama. Jumlah penurunan tegangan dalam rangkaian seri dari masing-masing
tahanan seri adalah sama dengan tegangan total sumber tegangan.
 Banyak beban listrik yang dihubungkan dalam rangkaian seri, tahanan total
rangkaian menyebabkan naiknya penurunan arus yang mengalir dalam
rangkaian.  Arus yang mengalir tergantung pada jumlah besar tahanan beban
dalam rangkaian.
 Jika salah satu beban atau bagian dari rangkaian tidak terhubung atau putus,
aliran arus terhenti.

Rangkaian Paralel merupakan salah satu yang memiliki lebih dari satu bagian garis edar
untuk mengalirkan arus.  Dalam kendaraan bermotor, sebagian besar beban listrik dihubungkan
secara parallel. Masing-masing rangkaian dapat dihubung-putuskan tanpa mempengaruhi
rangkaian yang lain.

Sifat-sifat Rangkaian Paralel


 Tegangan pada masing-masing beban listrik sama dengan tegangan sumber.
 Masing-masing cabang dalam rangkaian parallel adalah rangkaian individu.
Arus masing-masing cabang adalah tergantung besar tahanan cabang.
 Sebagaian besar tahanan dirangkai dalam rangkaian parallel, tahanan total
rangkaian mengecil, oleh karena itu arus total lebih besar. (Tahanan total dari
rangkaian parallel adalah lebih kecil dari tahanan yang terkecil dalam
rangkaian.)
 Jika terjadi salah satu cabang tahanan parallel terputus, arus akan terputus
hanya pada rangkaian tahanan tersebut. Rangkaian cabang yang lain tetap
bekerja tanpa terganggu oleh rangkaian cabang yang terputus tersebut.
2.5 Software Proteus 8 Professional
Proteus adalah sebuah software untuk mendesain PCB yang juga dilengkapi dengan
simulasi PSpice pada level skematik sebelum rangkaian skematik di-upgrade ke PCB
sehingga sebelum PCBnya di cetak  kita  akan tahu apakah PCB yang akan kita cetak
apakah sudah benar atau tidak. Proteus mampu mengkombinasikan program ISIS untuk
membuat skematik desain rangkaian dengan program ARES untuk membuat layout PCB
dari skematik yang kita buat. Software Proteus ini bagus digunakan untuk desain
rangkaian mikrokontroller. 

   Proteus juga bagus untuk belajar elektronika seperti dasar-dasar elektronika sampai
pada aplikasi pada mikrokontroller. Software Proteus ini menyediakan banyak contoh
aplikasi desain yang disertakan pada instalasinya. Sehingga memungkinkan kita bisa
belajar dari contoh-contoh yang sudah ada.
BAB III

METODE

3.1 Alat dan bahan :


 Laptop
 Software proteus

3.2 Langkah – langkah percobaan rangkaian node :


 Buatlah rangkaia seperti diagram rangkaian berikut.

 Nyalakan sumber DC.


 Aplikasikan tegangan sebesar 5 volt dan catat pembacaan voltmeternya.
 Ubahlah nilai tegangan secara gradual dan catat pembacaan voltmeternya.
 Ukurlah setiap loop dengan voltmeternya, untuk mendapatkan nilai V 1,V 2, IV 3 .
 Verivikasilah hasil tersebut dengan perhitungan matematis anda.

3.3 Langkah –langkah percobaan rangkaian mesh :


 Buatlah ragkaian seperti diagram rangkaian berikut.
 Nyalakan sumber DC.
 Aplikasikan tegangan sebesar 5 volt dan catat pembacaan voltmeternnya.
 Ubahlah nilai tegangan secara gradual dan catat pembacaan voltmeternya.
 Ukurlah setiap loop dengan ammeter, untuk mendapatkan nilai I 1, I 2, I 3.
 Verivikasilah hasil tersebut dengan perhitungan matematis anda.

3.4 Langkah –langkah percobaan rangkaian teorema superposisi :


 Buatlah rangkaian seperti diagram rangkaian berikut .

1.

2.

3.

 Dari gambar 1, catat arus yang mengalir melewati R3 dinotasikan sebagai 1.


 Dari gambar 2, catat pembacaan ammeter, dan jadikan itu I1.
 Dari gambar 3, catat pembacaan ammeter, dan jadikan itu I2.
 Verivikasi I = I1 + I2.

BAB IV

HASIL DAN PERHITUNGAN

4.1 Hasil Perhitungan Analisis Mesh

Tegangan Arus loop 1 Arus 2 Arus 3


loop loop
Sumber Calc Pract calc pract calc pract
5V 4,8 mA 4,8 mA 0,58 mA 0,59 mA 0,12 mA 0,12 mA
10V 9,6 mA 9,6 mA 1,17 mA 1,17 mA 0,23 mA 0,24 mA
15V 14,33 mA 14,4 mA 1,74 mA 1,76 mA 0,35 mA 0,37 mA
20V 19,11 mA 19,2 mA 2,32 mA 2,34 mA 0,46 mA 0,49 mA
25V 24 mA 24,9 mA 2,91 mA 2,93 mA 0,58 mA 0,61 mA

Perhitungan kalkulasi
a) V = 5V
Tinjau Arus Loop I1
∑V = 0 → V = I×R
-5 = 1000I1 + 47(I2-I1) = 0
1047I1 – 47I2 = 5
Tinjau Arus Loop I2
∑V = 0 → V = I×R
220I2 + 47(I2-I1) + 150(I2-I3) = 0
220I2 + 47I2-47I1 +150I2-150I3 = 0
Tinjau Arus Loop I3
∑V = 0 → V = I×R
100I3 + 470I3 + 150(I3-I2) = 0
570I3 + 150I3 -150I2 = 0
720I3 = 150I2
720
I 3=I 2
150
4,8 I 3=I 2
Taksiran terdekat 5I3 = I2
Subtitusikan persamaan 1,2,dan3
# 1047 I 1−47,8 I 3=5
1047 I 1−22,5 I 3=5
#−47 I 1+ 417,5 I 3−150 I 3=0
−47 I 1+ 1935 I 3=0
Gunakan eliminasi
1047 I 1−22,5 I 3=5 86 90042 I 1−1935 I 3=430
−47 I 1+ 1935 I 3=0 1 -47I1 + 1935I3 = 0 +
89995I1 = 430
I1 = 4,8mA
-47 × 4,8mA +1935I3 = 0
1935 I3 = 225,6
I3 = 0,1165 mA
I3 = 0,12 mA

-47I1 + 417I2 – 150I3 = 0


-47 × 4,8 mA + 417I2 – 150 × 0,12 mA = 0
-225,6 + 417I2 -18 = 0
417I2 = 243,6
I2 = 0,584 mA
I2 = 0,58 mA

b) V = 10V
Tinjau Arus Loop I1
∑V = 0 → V = I×R
-10 + 1000I1 + 47(I1-I2) = 0
1047I1 – 47I2 = 10
Tinjau Arus Loop I2
∑V = 0 → V = I×R
220I2 + 47(I2-I1) + 150(I2-I3) = 0
220I2 + 47I2-47I1 +150I2-150I3 = 0
-47I1 + 417I2 – 150I3 = 0
Tinjau Arus Loop I3
∑V = 0 → V = I×R
100I3 + 470I3 + 150(I3-I2) = 0
570I3 + 150I3 -150I2 = 0
720I3 = 150I2
720
I 3=I 2
150
4,8 I 3=I 2
Taksiran terdekat 5I3 = I2
Subtitusikan persamaan 1,2,dan3
# 1047 I 1−47 ×8 I 3=10
1047 I 1−22,5 I 3=10
#−47 I 1+ 417 ×5 I 3−150 I 3=0
−47 I 1+ 1935 I 3=0
Gunakan elimi nasi
1047 I 1−22×5 I 3=10 86 90042 I 1−1935 I 3=860
−47 I 1+ 1935 I 3=0 1 -47I1 + 1935I3 = 0 +
89,995I1 = 860
I1 = 860
89,995I1
I1 = 9,56 mA
I1 = 9,6 mA

-47 × 9,6mA +1935I3 = 0


1935 I3 = 451,2
I3 = 451,2 mA
1935
I3 = 0,23 mA

-47I1 + 417I2 – 150I3 = 0


-47 × 9,6 mA + 417I2 – 150 × 0,23 mA = 0
-451,2 + 417I2 -34,5 = 0
417I2 = 485,7
I2 = 1,165 mA
I2 = 1,17 mA

c) V = 15V
Tinjau Arus Loop I1
∑V = 0 → V = I×R
-15 + 1000I1 + 47(I1-I2) = 0
1047I1 – 47I2 = 15
Tinjau Arus Loop I2
∑V = 0 → V = I×R
220I2 + 47(I2-I1) + 150(I2-I3) = 0
220I2 + 47I2-47I1 +150I2-150I3 = 0
-47I1 + 417I2 – 150I3 = 0
Tinjau Arus Loop I3
∑V = 0 → V = I×R
100I3 + 470I3 + 150(I3-I2) = 0
570I3 + 150I3 -150I2 = 0
720I3 = 150I2
720
I 3=I 2
150
4,8 I 3=I 2
Taksiran terdekat 5 = I2
Subtitusikan persamaan 1,2,dan3
# 1047 I 1−47 × 4,8 I 3=15
1047 I 1−22,5 I 3=15
#−47 I 1+ 417 ×5 I 3−150 I 3=0
−47 I 1+ 1935 I 3=0
Gunakan eliminasi
1047 I 1−47 × 4,8 I 3=5 86 90,042 I 1−1935 I 3=1290
−47 I 1+ 1935 I 3=0 1 -47I1 + 1935I3 = 0 +
89,995I1 = 1290
I1 = 1290
89,995
I1 = 14,33 mA

-47 × 14,33mA +1935I3 = 0


1935 I3 = 673,51
I3 = 673,51 mA
1935
I3 = 0,35 mA

-47I1 + 417I2 – 150I3 = 0


-47 × 14,33mA + 417I2 – 150 × 0,35 mA = 0
417I2 = 726,01
I2 = 1,74 mA

d) V = 20V
Tinjau Arus Loop I1
∑V = 0 → V = I×R
-20 + 1000I1 + 47(I1-I2) = 0
1047I1 – 47I2 = 20
Tinjau Arus Loop I2
∑V = 0 → V = I×R
220I2 + 47(I2-I1) + 150(I2-I3) = 0
220I2 + 47I2-47I1 +150I2-150I3 = 0
-47I1 + 417I2 – 150I3 = 0
Tinjau Arus Loop I3
∑V = 0 → V = I×R
100I3 + 470I3 + 150(I3-I2) = 0
570I3 + 150I3 -150I2 = 0
720I3 = 150I2
720
I 3=I 2
150
4,8 I 3=I 2
Taksiran terdekat 5I3 = I2
Subtitusikan persamaan 1,2,dan3
# 1047 I 1−47 × 4,8 I 3=20
1047 I 1−22,5 I 3=20
#−47 I 1+ 417 ×5 I 3−150 I 3=0
−47 I 1+ 1935 I 3=0
Gunakan eliminasi
1047 I 1−22,5 I 3=20 86 90,042 I 1−1935 I 3=1720
−47 I 1+ 1935 I 3=0 1 -47I1 + 1935I3 = 0 +
89,995I1 = 1720
I1 = 1720
89,995
I1 = 19,11 mA

47 × 19,11 mA +1935I3 = 0
1935 I3 = 898,17
I3 = 898,17 mA
1935
I3 = 0,46 mA

-47I1 + 417I2 – 150I3 = 0


-47 × 19,11mA + 417I2 – 150 × 0,46 mA = 0
417I2 = 967,17
I2 = 2,32 mA
e) V = 25V
Tinjau Arus Loop I1
∑V = 0 → V = I×R
-25 + 1000I1 + 47(I1-I2) = 0
1047I1 – 47I2 = 25
Tinjau Arus Loop I2
∑V = 0 → V = I×R
220I2 + 47(I2-I1) + 150(I2-I3) = 0
220I2 + 47I2-47I1 +150I2-150I3 = 0
-47I1 + 417I2 – 150I3 = 0
Tinjau Arus Loop I3
∑V = 0 → V = I×R
100I3 + 470I3 + 150(I3-I2) = 0
570I3 + 150I3 -150I2 = 0
720I3 = 150I2
720
I 3=I 2
150
4,8 I 3=I 2
Taksiran terdekat 5I3 = I2
Subtitusikan persamaan 1,2,dan3
# 1047 I 1−47 × 4,8 I 3=25
1047 I 1−22,5 I 3=25
#−47 I 1+ 417 ×5 I 3−150 I 3=0
−47 I 1+ 1935 I 3=0
Gunakan eliminasi
1047 I 1−22,5 I 3=25 86 90,042 I 1−1935 I 3=2150
−47 I 1+ 1935 I 3=0 1 -47I1 + 1935I3 =0 +
89,995I1 = 2150
I1 = 2150
89,995
I1 = 24 mA
47 × 24 mA +1935I3 = 0
1935 I3 = 1128
I3 = 1128 mA
1935
I3 = 0,58 mA

-47I1 + 417I2 – 150I3 = 0


-47 × 24mA + 417I2 – 150 × 0,58 mA = 0
417I2 = 1215
I2 = 2,91mA

4.2 Hasil Perhitungan Analisis Node

Tegangan Teg Node 1 Teg Node 2 Teg Node 3


Sumber Calc Pract calc Pract calc pract
5V 0,22 V 1,27 V 0,08 V 0,15 V 0,01V 0,08 V
10V 0,44 V 2,53 V 0,17 V 0,31 V 0,02 V 0,16 V
15V 0,67 V 3,80 V 0,27 V 0,46 V 0,04V 0,24 V
20V 0,89 V 5,06 V 0,24 V 0,61 V 0.04V 0,32 V

 Perhitungan Kalkulus
 VS=5V
Tinjau node voltage V1
V 1−5 V 1
+ =0
1000 47
47V 1-235+1000V 1= 0
1047V 1-235= 0

235
V1 = =0,22 V
1047

Tinjau node voltage V2


V 2−V 1 V 2−0
+ =0
220 150
V 2−V 1 V 2
+ =0
3300 3300
37V 2−15 V 1=0

37 V 1−15 × 0,22=0

37V 2−3,3=0

3,3
V 2= =0,08 V
37

Tinjau node voltage V3

V 3−V 2 V 3−0
+ =0
470 100
10V 3 −10 V 2 47 V 3−0
+ =0
4700 4700
57V 3−10 V 2=0

57 V 3−10 × 0,08=0

57V 3−0,8=0

0,8
V 3= =0,01V
57

 VS=10V
Tinjau node voltage V1
V 1−10 V 1
+ =0
1000 47
47V 1-470+1000V 1= 0
1047V 1-470= 0

470
V1 = =0,44 V
1047

Tinjau node voltage V2


V 2−V 1 V 2−0
+ =0
220 150
V 2−V 1 V 2
+ =0
3300 3300
37V 2−15 V 1=0

37 V 1−15 × 0,44=0

37V 2−6,6=0

6,6
V 2= =0,17 V
37

Tinjau node voltage V3

V 3−V 2 V 3−0
+ =0
470 100
10V 3 −10 V 2 47 V 3−0
+ =0
4700 4700
57V 3−10 V 2=0

57 V 3−10 × 0,17=0

57V 3−1,7=0

1,7
V 3= =0,02 V
57

 VS=15V
Tinjau node voltage V1
V 1−15 V 1
+ =0
1000 47
47V 1-702+1000V 1= 0
1047V 1-702= 0

702
V1 = =0,67 V
1047

Tinjau node voltage V2


V 2−V 1 V 2−0
+ =0
220 150
V 2−V 1 V 2
+ =0
3300 3300
37V 2−15 V 1=0

37 V 1−15 × 0,67=0

37V 2−10,05=0

10,05
V 2= =0,27 V
37

Tinjau node voltage V3

V 3−V 2 V 3−0
+ =0
470 100
10V 3 −10 V 2 47 V 3−0
+ =0
4700 4700
57V 3−10 V 2=0

57 V 3−10 × 0,27=0

57V 3−2,7=0

2,7
V 3= =0,04 V
57

 VS=20 V
Tinjau node voltage V1
V 1−20 V 1
+ =0
1000 47
47V 1-940+1000V 1= 0
1047V 1-940= 0

940
V1 = =0,89 V
1047

Tinjau node voltage V2


V 2−V 1 V 2−0
+ =0
220 150
V 2−V 1 V 2
+ =0
3300 3300
37V 2−15 V 1=0

37 V 1−15 × 0,89=0

37V 2−8,9=0

8,9
V 2= =0,24 V
37

Tinjau node voltage V3

V 3−V 2 V 3−0
+ =0
470 100
10V 3 −10 V 2 47 V 3−0
+ =0
4700 4700
57V 3−10 V 2=0

57 V 3−10 × 0,24=0

57V 3−2,4=0

2,4
V 3= =0,04 V
57

4.3 Hasil Perhitungan Teorema Superposisi

Tegangan Sumber Arus yang melewati R3


Calc pract
Ketika V1 dan V2 ≠ 0 4,91 mA 9,30 ACmA
Ketika V1 = 0 dan V2 ≠ 0 0,1152 mA 4,65 ACmA
Ketika V1 ≠ 0 dan V2 = 0 4,8 mA 4,65 ACmA

R2×R3
 RT 1=R 1+
R 2+ R 3
2000.50
¿ 1000+
2000+50
100.000
= 1000+
2050
¿ 1000+48,7 8
¿ 1.048,78 Ω
V1 5
IR 1= = =0,0048 A
RT 1 1.048,78
R3
IR 3= × IR 1
R 2+ R 3
50
¿ × 0,0048
2000+50
50
¿ ×0,0048
2050
¿ 0,024 × 0,0048
¿ 0,0001152 A →0,1152 mA

R1 × R 3
 RT 2=R 2+
R 1+ R 3
1000× 50
¿ 2000+
1000+50
50.000
¿ 2000+
1050
¿ 2000+ 47,61
¿ 2.047,61 Ω
V2 10
IR 1= = =0,0048 A → 4,8 mA
IRT 2 2047,61
 I =I 1+ I 2
¿ 0,1152+ 4,8
¿ 4,91
BAB V

PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini praktikan menggunakan software proteus 8 profesional untuk
menentukan arus pada analisa mesh , menentukan tegangan pada analisa node dan menentukan
arus pada teorema superposisi. Dimana pada ketiga percobaan ini menghasilkan dua nilai yaitu
secara calculasi dan praktek langsung yang didapat dari software proteus pada saat percobaan
berlangsung.

Pada percobaan pertama pada analisa mesh menggunakan tegangan ssumber dari 5V, 10V, 15V,
20V, dan 25V. Pada masing masing tegangan seperti pada sumber tegangan 5Volt diteumkan
hasil calculasi dan praktek pada masing masing arus. Seperti pada Arus Loop 1 calculasi bernilai
4,8 mA dan pada practicenya juga bernilai 4,8 mA, lalu pada Arus Loop 2 calculasi bernilai 0,58
mA dan pada practicenya bernilai 0,59 mA dan pada Arus Loop 3 calculasi bernilai 0,12 mA dan
pada practicenya juga bernilai 0,12 mA. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa hasil dari
hitungan calculasi maupun practicenya tidak jauh berbeda. Maka dapat dinyatakan hasil digital
dan perhitungan manual sesuai.

Pada percobaan kedua yaitu pada analisa node dengan menggunakan tegangan sumber 5V, 10V,
15V dan 20V. pada masing masing tegangan tersebut dapat menghasilkan dua macam
perhitungan baik secara manual maupun paracticenya. Seperti pada salah satu tegangan sumber 5
Volt hasil yang ditemukan pada perhitungan manual dan practicenya yaitu pada tegangan node 1
hasil calculasi menunjukkan nilai 0,22 V dan pada practicenya bernilai 1,27 V , pada tegangan
node 2 hasil calculasi menunjukkan nilai 0,08 V dan pada practicenya bernilai 0,15 Vdan pada
tegangan node 3 hasil calculasi menunjukkan nilai 0,01 V dan pada practicenya bernilai 0,08 V.
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa hasil dari perhitungan manual maupun practicenya
lumayan jauh berbdeda. Maka dapat dinyatakan hasil digital dan perhitungan manual kurang
sesuai.

Pada percobaan ketiga yaitu pada teorema superposisi dengan menggunakan tegangan sumber
V1 = 5V dan V2 = 10V lalu masing masing hambatannya bernilai 1000𝛺, 2000𝛺, dan 50𝛺.
Sehingga hal tersebut dapat menghasilkan dua macam perhitungan baik secara manual dan
practicenya. Seperti yang telah dijabarkan diatas kita dapat melihat perbedaan yang cukup
signifikan dari kedua perhitungan tersebut dimana apabila perhitungan practinya kita jumlahkan
dengan memferivikasikan I = I1 + I2 → 9,30 mA = 4,65 + 4,65 =9,30 mA apabila dijumlahkan
menemukan hasil yang sama. Namun pada perhitungan calculasi atau manualnya kita
menemukan angka sebagai berikut dengan memferivikasikan I = I1 + I2 → =0,1152 + 4,8 = 4,91
mA apabila dijumlahkan menemukan hasil yang berbeda dari perhitungan manual dengan
menggunakan software proteus. Maka dapat disimpulkan bahwa pada hasil perhitungan manual
dan digital pada percobaan 3 ini kurang sesuai.
BAB VI

KESIMPULAN

Dari data dan pembahasan pada bab sebelumnya makadapat diambil kesimpulan, yaitu

1. Pada percobaan analis node error yang dihasilkan terlalu besar karena hasil antara
perhitungan dan esperimen berbeda jauh dan dapat dikatakan percobaan analisis node
kurang berhasil dilakukan.
2. Pada percobaan analis mesh error yang dihasilkan hampir mendekati nol karena hasil
antara perhitungan dan esperimen sesuai dan dapat dikatakan percobaan analisis mesh
berhasil dilakukan.
3. Pada percobaan teorema superposisi error yang ditemukan ialah pada perhitungan manual
maka dapat dinyatakan bahwa pada percobaan teorema superposisi kurang berhasil
dilakukan.
BAB VII

DAFTAR PUSTAKA

M. Ramadhani, Rangkaian Listrik, Jakarta: Erlangga, 2008.

Durbin, dkk. 2005. Rangkaian listrik. Jakarta: Erlangga

Rusdianto, eduard. 1999. Penerapan konsep dasar listrik dan elektronika. Yogyakarta: kanisius

Jumadi, 2010. [Online]. Available: http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Jumadi,


%20M.Pd.,%20Dr./ Teori%20superposisi%20&%20Norton.pdf. [Diakses 4 Desember 2018]

Bishop, Owen. Dasar-Dasar Listrik. Erlangga. Jakarta. 2004

Suryatim,Budi.1998.Fisika untuk Sains dan Tekhnik.Jakarta:Erlangga

Tim Penyusun.2013.PanduanPraktikum Fisika Dasar I.Jambi:Universitas Jambi

Wirasasmita Omang.1989.Pengantar Laboratorium Fisika.Jakarta:Kementrian Pendidikan dan


Kebudayaan

Anonym.2009.Paralel dan Seri.Tersedia:www.fisikamuda.com[Diakses tanggal 4 Desember


2018]
LAPORAN PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK II

DISUSUN OLEH :

1. OWEN TULUS (1702005)


2. ESA PRATAMA (1702009)
3. HASANUDIN (1702006)
4. RIZKIANI MUTIARA (1702029)
5. JEFRI ZAMZUARDI (1502064)

LABORATURIUM D3 TEKNIK INSTRUMENTASI ELEKTRONIKA


MINYAK DAN GAS BUMI BALIKPAPAN
2018

Anda mungkin juga menyukai