Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIKUM

ANTENA DAN INSTALASI JARINGAN RADIO


“ANTENA TRAINER ST2261”

DISUSUN OLEH :

NAMA :Yosefin Tesalonika Sinulingga


NIM :1905061045
LAPORAN KE :3 (Modul 3)

PRODI TEKNIK TELEKOMUNIKASI


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI MEDAN
MEDAN
2022
LEMBAR PENGESAHAN

No. percobaan : 03 / LAB.ANTENA&PROPAGASI / LTK-1/ TK-6A/ 2022

Judul percobaan : Antera Trainer ST-2661

Nama : Yosefin Tesalonika Sinulingga

Kelas / kelompok : TK-6A / III ( TIGA )

Nama Praktikan : 1. Annisa Ur Rahmi

2. Astrid Rebecca Rumapea

3. Elsa R.D Singarimbun

4. Hildayanti

5. Muhammad Ali Deay

6. Novia Dwi Rengganis

7. Ribkha Saragih

8. Yosefin Tesalonika

Tanggal percobaan :

Tanggal penyerahan : 29 April 2022

Instruktur : 1. Ir. Elferida Hutajulu, M.T.

2. Ir. Waldemar Banurea, M.T.

Menyetujui,

Instruktur I Instruktur II

Ir. Elferida Hutajulu, M.T. Ir. Waldemar Banurea, M.T.


ANTENA TRAINER ( ST-2661 )

I. TUJUAN PERCOBAAN

1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami cara kerja Antena Trainer ( ST-2661)

2. Mahasiswa dapat memahami tipe Antena dan masing – masing antena dan
Mahasiswa dapat mengukur daya terima I , VSWR, dan frekwensi pada antena

trainer.

II. DASAR TEORI

Seperti yang ditunjukkan, sebuah bagian kecil dari energi elektromagnetik

dilepaskan dari sistem dan menyebar. Ini terjadi karena barisan dari kekuatan berpergian

ke arah rangkaian terbuka, diperlukan untuk melengkapi tahap pembalikkan ketika

mereka menjangkaunya. Tidak semua dari mereka dapatmelakukan ini, ketika mereka

mempengaruhi kesesuaian dari kelesuan mekanik, dan beberapa dari mereka dilepaskan.

Hal ini harus ditambahkan bahwa bagian dari gelombang dilepaskan dari sistem yang

sisanya sangat kecil untuk 2 alasan.

Pertama, jika kita mempertimbangkan ruang lingkup sebagai beban dari saluran
transmisi. Kedua, sejak kedua kawat ditutup bersama, kenyataannya bahwa radiasidari
satu ujung akan dibatalkan dari yang lain. Ini karena mereka merupakan kebalikan
polaritas dan pada saat bagian yang jauh.

Efisiensi dari sistem ini ditingkatkan lebih lagi ketika 2 kawat dibelokkan sehingga
menjadi saluran yang sama. Elektris lahannya adalah secara penuh digabungkan ke
ruang lingkup. Sebagai gantinya dikurung diantara dua kawat dan hitungan max dari
hasil radiasi. Tipe dari radiator ini disebut dipole. Ketika panjang total dari 2 kawat
adalah setengah dari panjang gelombang, antenna itu disebut setengah gelombang dipole.
Adapun beberapa dasar teori yang mendukung tipe antenna ini antara lain :
a. Perbandingan Gelombang Vertikal

Perbandingan gelombang berdiri, standing wave ratio (SWR) didefinisikan


sebagai perbandingan antara nilai max dan min dari tegangan (dan arus) sepanjang
saluran.

SWR merupakan sebuah index dari adanya ketidakcocokkan antara beban


dan saluran feedingnya.

b. Perambatan COUPLER

Perambatan Coupler terdiri dari 2 saluran bertempat disepanjang sisi saluran


transmisi utama membawa energi dari generator ke antena. Pada tegangan yang
lebih rendah, tegangan akan membangun alat sepanjang alat dapat memahami
fungsi dioda forward.

Prosedur praktis untuk menggunakan perambatan Coupler untuk mengukur


SWR adalah sebagai berikut :

1) Hidupkan transmitter
2) Menempatkan switch dari SWR meter pada Forward dan mencatat yang
telah dibaca
3) Switch meter ke Reverse, dan menghitung SWR dengan rumus

c. Antena Matching

Sebuah saluran rangkaian transmisi pendek yang mempunyai panjang ¼ dari


panjang gelombang dari sinyal yang ditekan oleh generator. Pada akhir “shorted”
akan ada pembatalan tegangan dan arus yang max ketika pada sisi generator, maka
muncul situasi yang berlawanan dari tegangan yang maksimum dan arus pada
kondisi nol. Oleh karena itu pada saluran tampak generator sebagai impedansi tanpa
batas, sejak tidak adanya arus yang tergambar simpangan point dari generatorpada
saluran akan menjadi tegangan pada kondisi nol, dan arus yang max. impedansi
dari saluran, sebagai “penglihatan” dari generator itu akan menjadi shortcircuit.
Pada semua kasus intermediet dari sebuah sistem yang mempunyai antara ¼ dan
½ panjang gelombang, generator akan melihat impedansi antara nol dan tanpa
batas. Dengan hal yang sama saluran shorted ¼ panjang gelombang nol, impedansi
kembali dari nol tanpa batas.

Sejak saluran Loss Less, impedansi seharusnya reaktif. Saat mendapat ½ ke ¼


interval panjang gelombang ke impedansi dari nol ke tanpa batas dan kapasitif. Saat
pada ¼ panjang gelombang ke interval nol impedansi persegi dari tanpa batas ke
nol dan induktif.

Dimana Matching Stubs, pada panjang yang dapat disetel matching stub dapat
disetel untuk mempunyai reaktif impedansi yang sama pada modulus dan
menentang dati beban yang tidak sesuai.

d. Tipe-tipe Antena

Antena dapat diklasifikasikan oleh perambatan yang meradiasikan atau menerima


radiasi elektromagnetik yaitu isotropic, omnidirectional atau directional.

1) Antenna isotropic : Sebuah antenna hypotherical yang meradiasikan secara


seragam pada semua perambatan sehingga daerah elektrik pada beberapa
lapisan yang mempunyai kepentingan yang sama. Persamaan yang paling dekat
untuk sebuah antenna isotropis adalah dipole hertz
2) Dipole Hertz : nama yang diberikan pada sebuah dipole yang sangat kecil,
dibandingkan dengan panjang gelombangnya yang kira-kira 100 dari panjang
gelombang pada operasi frekuensi. Contoh : Antena Omni Directional
3) Antenna Directional : mempunyai radiasi yang paling banyak kekuatannya
pada satu arah tertentu. Contoh : Yagi Uda, Log Periodic & Hertical.

e. Karakteristik dari Antena

Sebuah antena dapat dikarakteristikkan dengan diikuti oleh faktor-faktor, seperti :

1) Resistansi Radiasi

Sebuah antenna sebagai beban bahwa akhir dari saluran transmisi yang field itu.
Pada prakteknya, impedansi dari seuah antenna dibuat dari impedansi itu
sendiri dan impedansi yang timbal balik. Impedansi itu sendiri adalah impedansi
yang akan diukur pada terminal dari antenna ketika berada pada ruang bebas.

2) Radiasi Pattern

Radiasi pattern dari sebuah antenna adalah ganjil ke tipe antena dankarakteristik
elektrisnya sebaik dimensi psikalnya. Biasanya ini direncanakan dalam hal yang
relatif. Radiasi pattern biasanya diukur pada dua tempat utama yakni azimuth dan
elevasi plane.

3) Beamwidth

Beamwidth dari sebuah antena biasanya digambarkan dengan dua cara, yang
dikenal 3 dB dari setengah kekuatan beamwidth, tetapi dari 10 dB beamwidth
yang juga digunakan, khususnya untuk antena yang beamnyadibatasi.Penguatan
absolut yang dapat dilihat, diukur dengan membandingkan penguatan antena
yang standard yang mana fungsi sebagai antena yang mempunyai penguatan
diukur dengan derajat tinggi dari akurasi.

4) Bandwidth

Bandwidth dari antena adalah terukur dari kemampuannya untuk meradiasikan


atau menerima frekuensi yang berbeda. Bandwidth adalah rentang frekuensi
dimana antena dapat menerima kisaran frekuensi operasi dispesifikasikan dengan
mengutip frekuensi atas dan bawah. Bandwidth dinyatakan dalam 2arah :
Persentase dan raksi atau Multi Oktaf.

5) Ratio Depan dan Belakang

Ratio depan ke belakang adalah ukuran kemampuan antena pengarah untuk


mengkonsentrasikan beam dalam arah ke depan yang dibutuhkan. Umumnya
dinyatakan dalam decibel sebagai ratio daya max dalam beam utama terhadap
lobus belakang.

6) Aperture
Luas aperture adalah luas penerimaan afektif dari antena dan dihitung dari bagian
yang diterima dan dibandingkan dengan kerapatan dari sinyal yangditerima :

P=S.A

Dimana :

S = kerapatan daya dari gelombang dalam (watt/meter)²

A = Luas tangkapan antena

P = Total daya yang diserap oleh antena

Aperture dari antena mengatur ukuran lebar beam secara umum aperture yang
besar, mempersempit lebar beam dan semakin tinggi perolehan frekuensi.

7) Polarisasi Medan Listrik

Polarisasi digunakan secara khusus untuk menjelaskan bentuk dan orientasi dari
lokus ekstrim dari vector medan listrik yang bervariasi dengan waktu pada titik
yang tetap dalam ruang. Secara umum, sudut digunakan adalah 45ᴼ yang dikenal
sebagai polarisasi slant. Polarisasi antena penerima harus sesuai dengan radiasi
datang dalam mendeteksi medan max.

III. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN

1. Antena Rotation : 1 buah


2. Antena Dipole λ/2 : 1 buah
3. Antena Dipole λ/4 : 1 buah
4. Antena Folded Dipole λ/2 : 1 buah
5. Antena Yagi Uda 3 Element Folded Dipole : 1 buah
6. Antena Yagi Uda 5 Element Folded Dipole : 1 buah
7. Antena Yagi Uda 5 Element Simple Dipole : 1 buah
8. Antena Yagi Uda 7 Element Simple Dipole : 1 buah
9. Antena Zeppelin : 1 buah
10. Antena λ/2 Phase Array : 1 buah
11. Antena λ/4 Phase Array : 1 buah
12. Antena Combined Collinear Array : 1 buah
13. Antena Broadside Array : 1 buah
14. Antena Loop : 1 buah
15. Antena Ground Plane : 1 buah
16. Antena Log Periodic : 1 buah
17. Antena Rhombus : 1 buah
18. Antena Slot : 1 buah
19. Antena Helix : 1 buah
20. Antena Cut Paraboloid Reflector : 1 buah
21. Mistar . Penggaris : 1 buah
22. Multimeter Digital : 1 buah
23. Matching Stub : 1 buah
24. Kabel BNC to BNC : 1 buah
25. Kabel BNC L : 2 buah
26. Kabel BNC T : 1 buah
27. RF Generator : 1 buah
28. RF Detector : 1 buah
29. Tiang Antena : 2 set
30. Digital Panel Meter Digital : 1 buah
31. AC to DC Adaptor : 1 buah
32. Calculator : 1 buah
33. Osiloskop : 1 buah
34. Goniometer Scale : 1 buah
35. Function Generator : 1 buah
36. CD Scientoch Technologis Pvt. L td : 1 Buah
IV. LANGKAH PERCOBAAN

1. PERCOBAAN 2

Tujuan : Untuk mempelajari Antena Simple Dipole λ/2

Dasar Teori :

Simple dipole merupakan bentuk simple atau sederhana dari antena yang
mempunyai 2 pola tiap panjangnya (λ/2). Impedansi normal dari antena adalah 73. Nilai
yang actual dari tugas ini adalah konstruksinya, seperti pada diameter roadsnya tanpa nol.
Bagian ini dari konektor NC dan tempat antena. Pengaruh dari semua perangkat ini
menjadi bagian yang amat berpengaruh besar dalam keberhasilan percobaan dalam hal
penyusunan “Y Match”.

Prosedur Kerja :

1. Menyusun alat seperti pada percobaan 1


2. Memasang antena simple dipole λ/2 pada tiang pemancar
3. Meletakkan perangkat detector dekat dengan unit utama dan mengatur ketinggian
dari kedua antena pemancar dan penerima supaya selalu sama
4. Menjaga perangkat detector dari unit utama kira-kira 1,5 inchi dan terus menjaganya
seperti itu.
5. Menyakinkan bahwa tidak ada hubungan reflector pada sekitar percobaan seperti
struktur baja, pipa, kabel, dll
2. PERCOBAAN 3

Tujuan : Untuk mempelajari Antena Simple Dipole

Prosedur Kerja :

1. Menukar antena λ/2 dari eksperiment no.2 dengan antena λ/4 dan menetapkan atau
meluruskan indikasi max pada detector meter
2. Mengikuti langkah-langkah yang diberikan pada percobaan no.2

3. PERCOBAAN 4

Tujuan : Untuk mempelajari Antena Folded Dipole λ/2

Dasar Teori :

Dibandingkan dengan Antena simple dipole, antena ini mempunyai resistansi


radiasi yang tinggi (nominalnya berkisar 300). Untuk tampilan lengan dari folded
(lihat gambar 18), impedansi actual diperoleh dari diameter road dan jarak dari tengah
dan akhir belokan. Dan kemudian dari konektor BNC, balun, dll

Tipe pola radiasi Pattern pada tempat horizontal untuk antena ini muncul seperti
pada kasus simple dipole pada antena sebelumnya. Polarisasi adalah horizontal. Tipe
pola dari Folded Dipole diberikan pada gambar 19 untuk proses percobaan sebagai
berikut :

Prosedur Kerja :

1. Memasang antena folded dipole λ/2 pada tiang pemancar dan mengikuti langkah pada
percobaan no.2 dan merencanakan grafik dari antena ini.

4. PERCOBAAN 5

Tujuan : Untuk Menampilkan Tes Polarisasi

Prosedur Kerja :

1. Dengan melanjutkan percobaan no.2


2. Menghubungkan “L” BNC pada atas tiang antena dan memasang antena detector
secara vertical
3. Sejak mengubah pesawat dari antena ke vertical, menjaga antena pemancar tetap di
horizontal yang detector, antena penerima menerima tidak ada sinyal
4. Memutar antena pemancar dari 0ᴼ-350ᴼ secara berangsur-angsur dan mengamati
bahwa antena penerima secara praktis tidak menerima sinyal sama sekali atausangat
sedikit sinyal
5. Mengulangi dengan antena yang berploarisasi horizontal lainnya
6. Mengecek dengan antena berpolarisasi vertikal

5. PERCOBAAN 6

Tujuan : Untuk menunjukkan tes modulasi

Prosedur Kerja :

1. Melanjutkan seperti pada percobaan 2


2. Menghubungkan output dari blok generator modulasi ke osiloskop. Menyakinkan
bahwa switch dari blok yang sama adalah pada proses INT dan memeriksa
gelombang sinus yang muncul
3. Menjaga level dari generator modulasi pada max
4. Mengobservasi sinyal pada terminal output dari perangkat detector dengan bantuan
pemeriksaan osiloskop. Sinyal yang dihasilkan harus merupakan gelombang sinus
amplitude rendah dan distorsi yang sedikit namun mengindikasikan sinyal informasi
(gelombang sinus) ditransmisikan dan diterima oleh antena
5. Mengubah-ubah level dari generator modulasi dan melihat apakah output dari
detector juga berubah-ubah, seiring diubahnya level control dari generator modulasi
6. Mencoba hal yang sama dengan beberapa model antena
6. PERCOBAAN 8

Tujuan : Untuk mempraktekkan bagaimana menggunakan matching stub yang


disediakan untuk antena trainer ini

Dasar Teori :

Matching Stub merupakan bagian dari jalur transmisi yang hubungan atau jalur
singkatnya biasanya pada Farend. Stub mempunyai sebuah masukan input yang murni
& biasanya digunakan sebagai tune komponen yang rentan pada jalur masukan.
Matching stub biasanya dipakai pada frekuensi tinggi untuk beban yang bervariasi

Prosedur Kerja :

1. Memasang folded dipole pada tiang pemancar, & menjaga pengaturan seperti pada
percobaan 1. Mengatur level RF dan level detector untuk indikasi yang optimal pada
detector meter
2. Melepas BNC dari output generator RF dan menghubungkan BNC to BNC ke
adaptor dan menghubungkan BNC T, sehingga pada percobaan ini mempunyai 2
hubungan. Dimana satu akan menghubungkan dengan tiang pemancar dan satu lagi
akan mengarah ke input matching stub
3. Mengobservasi bahwa pengamatan pada detector meter akan turun dengan adanya
hubungan dari stub. Bagaimana pun kita bisa juga menaikkan level output RF dan
detector sedikit untuk menyesuaikan dengan hasil pengukuran
4. Menjaga switch dari couple ke posisi REV
5. Memulai untuk menggerakkkan Knob dari kanan ke kiri secara perlahan-lahan dan
mengamati pembacaan pada meter di unit utama. Disini akan mengamai bahwa
meter memiliki nilai max dan min
6. Mulai mengamati pembacaan, nilai max menunjukkan bahwa daya refers adalah
max dan mismatched
7. Memilih titik minimum ketika menggerakkan dari kanan ke kiri. Posisi ini
menunjukkan bahwa jalur sesuai (matched).

7. PERCOBAAN 10

Tujuan : Pengukuran SWR

Dasar Teori :

Membaca teori SWR yang di berikan pada halaman depan jobsheet, dimana SWR
merupakan indeks mismatch (ketidaksamaan) antara beban dan saluran feeder. Dalam
percobaan yang sebelumnya, posisi ini juga merupakan posisi dari daya min refers.

Prosedur Kerja :

1. Mencatat hasil pembacaan dalam µA pada unit utama


2. Mengaktifkan switch ke :FWD”. hal ini memberikan pembacaan untuk daya
forward (maju)
3. SWR dapat dihitung dengan cara berikut : SWR = FWD + REV
FWD - REV
4. Setelah menghitung SWR, masukkan data pada tabel experiments 10

8. PERCOBAAN 11

Tujuan : Sensor Arus Antena

Dasar Teori :

Sensor arus antena ini digunakan untuk mengukur arus pada antena. Peralatan ini
terdiri dari sensing loop dengan menyearahkan dioda dan kapasitor. Lihat gambar 23,
ketika sensor antena ditempatkan pada lingkungan elemen radiasi antena, sebagiandari
flux magnetik yang berubah-ubah akan menyilang sensing loop dan berkembang
sepanjang tegangan tersebut. Tegangan ini dipengaruhi oleh kapasitor yang akan
memunculkan sebagai tegangan DC atau dimodulasi jika anda mentransmisikan sebagai
gelombang yang dimodulasi, modulasi amplitude (AM).

Untuk memperoleh arus yang harganya tepat, dapat mengikuti elemen radiasi
antena, loopnya harus sekecil mungkin, turun sekitar 1 point dari alat. Tegangan
sinyalnya terus berkembang pada loop merupakan bentuk proposional magnetik dari
flux yang menyilangnya. Hal ini menyatakan bahwa untuk mendapatkan magnetik
kemudahan mengukur nilai sinyal, harus kecil. Ukuran ideal dari sensor ditentukan
antara 2 persyaratan diatas.

Komponen E dari gelombang yang diradiasikan oleh antena juga turut campur
dengan sensor. Untuk kasus balok radiasi tanpa elemen aktif atau pasif yang berada
didekatnya, ataupun obstacle ke propagasi gelombang, lingkup E akan bisa
digambarkan sebagai Vector Orthogonal yang ditempatkan ke sumbu/poros balok
radiasi.
9. PERCOBAAN 12

Tujuan : Mempelajari Antena Yagi Uda 5 Elemen Folded Dipole

Dasar Teori :

Antena yagi uda dengan folded atau non folded dipole adalah antena yang paling
banyak digunakan. Dibelakang dipole antena ini mempunyai sebuah reflector dan
didepan mempunyai director 1-3-5, dll. Impedansi teoristis dari antena ini adalah 75.
Ini adalah antena yang paling penting untuk transmisi indirectional dan biasannya
banyak digunakan pada penerima TV, seperti gambar 24.

Antena yagi uda mempunyai folded dipole yang dikelilingi oleh director dan
reflector. Namun direktornya bisa dari 1,3,5,7,9, dll. Tipe pola radiasi ditunjukkan pada
gambar 25, polarisasinya horizontal.

Prosedur Kerja :

1. Memasang antena yagi uda 5 E folded dipole pada tiang pemancar


2. Mengikuti langkah-langkah seperti pada percobaan no.2
10. PERCOBAAN 13

Tujuan : Mempelajari Antena Yagi Uda 3 Element Folded Dipole

Prosedur Kerja :

1. Memasang antena Yagi Uda 3 Element Folded Dipole pada tiang pemancar
2. Mengikuti langkah-langkah seperti pada percobaan no.2

11. PERCOBAAN 14

Tujuan : Mempelajari Antena Yagi Uda 5 Element Simple Dipole

Prosedur Kerja :

1. Memasang antena yagi uda 5 element simple dipole pada tiang pemancar
2. Mengikuti langkah-langkah kerja seperti pada percobaan no.2
12. PERCOBAAN 15

Tujuan : Pengaturan pelatihan pengecekan fungsionalis

Prosedur Kerja :

1. Menjaga meja utama dan menghubungkan tali power, memeriksa voltage induk dan
menyalakannya. DPM akan menunjukkan beberapa pembacaan menurut tingkat
pada permulaan
2. Menginstal antena pemancar dan penerima, menghubungkan dengan unit yang
utama, lihat gambar 12
3. Memancarkan antena penerima tiang kanal pada beberapa jarak dari satu sama lain

Dasar Teori :

Bagian antena Horizontal :

Antena selalu diakhiri dengan pengiriman yang baik. Panjang antena sangatlah
bervariasi seperti setengah panjang gelombang dari sinyal atau perkalian. Menganggap
2 horizontal, yaitu :

a. Zeppelin

b. Hertz
V. HASIL PERCOBAAN

TABEL 1 Pola Radiasi Antenna Simple Dipole ᵡ/2

Arus Terima
Sudut(ᵩ) [derajat] (Ir)
0 34
10 30
20 28
30 18
40 8
50 1
60 1
70 1
80 1
90 1
100 1
110 1
120 1
130 1
140 1
150 1
160 15
170 10
180 5
190 11
200 12
210 15
220 19
230 22
240 23
250 26
260 16
270 8
280 2
290 1
300 1
310 20
320 30
330 45
340 58
350 50
Tabel 2 Pola Radiasi Antenna Simpole Dipole ᵡ/4

Arus Terima
Sudut(ᵩ) [derajat] (Ir)
0 25
10 25
20 23
30 19
40 15
50 7
60 1
70 1
80 1
90 1
100 1
110 1
120 1
130 1
140 1
150 1
160 1
170 2
180 3
190 4
200 2
210 1
220 6
230 1
240 1
250 1
260 1
270 1
280 1
290 1
300 1
310 5
320 10
330 15
340 19
350 19
Tabel 3 Pola Radiasi Antena folded Dipole

Sudut Arus terima,


[derajat] Ir [𝜇𝐴]
0 73
10 54
20 47
30 44
40 34
50 21
60 3
70 1
80 1
90 1
100 8
110 16
120 28
130 38
140 52
150 68
160 74
170 75
180 76
190 75
200 65
210 59
220 55
230 20
240 9
250 1
260 1
270 1
280 11
290 27
300 45
310 62
320 73
330 84
340 87
350 92
Tabel 4 Pola Radiasi Antenna Folded Dipole (BNC L)

Arus Terima (Ir)


Sudut(ᵩ) [derajat]

0 1
10 1
20 1
30 1
40 1
50 1
60 1
70 1
80 1
90 1
100 1
110 1
120 1
130 1
140 1
150 1
160 1
170 1
180 1
190 1
200 1
210 1
220 1
230 1
240 1
250 1
260 1
270 1
280 1
290 1
300 1
310 1
320 1
330 1
340 1
350 1
Tabel 5 Variasi Radiasi Antenna

Sudut(ᵩ) Arus Terima 1 Arus Terima Arus Terima Arus Terima Arus Terima
[derajat] ft (Ir) 2 ft (Ir) 3 ft (Ir) 4 ft (Ir) 5 ft (Ir)
0 70 38 5 1 1
10 77 28 7 1 1
20 79 23 6 1 1
30 60 20 4 1 1
40 40 8 2 1 1
50 22 1 1 1 1
60 8 1 1 1 1
70 1 1 1 1 1
80 1 1 1 1 1
90 1 1 1 1 1
100 1 1 1 1 1
110 8 1 1 1 1
120 18 6 1 1 1
130 30 12 1 1 1
140 34 29 1 1 2
150 44 33 4 1 2
160 52 25 2 1 3
170 58 28 1 1 3
180 56 19 4 1 3
190 58 25 2 1 2
200 55 21 1 1 1
210 49 14 1 1 1
220 38 9 1 1 1
230 28 11 1 1 1
240 19 5 1 1 1
250 11 4 1 1 1
260 10 1 1 1 1
270 1 1 1 1 1
280 1 1 1 1 1
290 1 2 1 1 1
300 1 8 1 1 1
310 5 177 1 1 1
320 18 20 1 1 1
330 35 28 1 1 1
340 47 27 6 1 1
350 58 29 30 1 2
Tabel 6 Pengukuran Teorema Timbal Balik 3 E Folded

Arus Terima Arus Pancar (It)


Sudut(ᵩ) [derajat] (Ir) [µA] [µA]
0 85 88
10 99 70
20 68 59
30 49 34
40 38 16
50 23 25
60 18 44
70 10 60
80 9 71
90 11 66
100 11 45
110 11 31
120 9 16
130 11 5
140 15 9
150 16 15
160 14 19
170 16 22
180 16 25
190 16 22
200 15 19
210 17 15
220 17 12
230 13 11
240 14 7
250 5 8
260 4 7
270 6 10
280 9 23
290 16 35
300 27 52
310 44 74
320 62 94
330 75 92
340 92 95
350 96 96
Tabel 7 Pola Radiasi Antenna Yagi UDA Folded Dipole 5E,3E

Sudut(ᵩ) [derajat] Arus Terima Yagi UDA 5E (Ir) Arus Terima Yagi UDA 3E (Ir)
[µA] [µA]
0 61 100
10 59 95
20 53 84
30 43 59
40 28 38
50 16 23
60 8 8
70 1 1
80 1 1
90 1 1
100 3 1
110 5 1
120 10 1
130 12 2
140 15 3
150 17 9
160 19 15
170 19 22
180 15 26
190 13 25
200 12 26
210 14 20
220 11 15
230 10 9
240 8 10
250 9 6
260 4 2
270 1 1
280 1 1
290 1 5
300 5 18
310 15 37
320 25 50
330 37 82
340 48 91
350 51 92
Tabel 8 Pola Radiasi Antena Yagi UDA 5E,7E Simple Dipole

Sudut(ᵩ) [derajat] Arus Terima Yagi UDA 5E Arus Terima Yagi UDA 7E (Ir)
(Ir) [µA] [µA]
0 17 35
10 16 32
20 14 30
30 10 23
40 6 19
50 4 17
60 1 14
70 1 11
80 1 8
90 1 6
100 1 4
110 1 1
120 1 1
130 1 1
140 1 1
150 1 1
160 1 1
170 1 1
180 1 1
190 1 1
200 1 1
210 1 1
220 1 1
230 2 2
240 3 3
250 3 5
260 3 5
270 3 4
280 4 3
290 6 3
300 7 4
310 11 7
320 16 9
330 18 20
340 21 26
350 20 33

Anda mungkin juga menyukai