Anda di halaman 1dari 43

BUKU AJAR

PRIYAMBADA CAHYA NUGRAHA


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. TEGANGAN LISTRIK


Tegangan listrik atau yang lebih dikenal sebagai
beda potensial listrik adalah perbedaan potensial listrik
antara dua titik dalam rangkaian listrik. Tegangan listrik
merupakan ukuran beda potensial yang mampu
membangkitkan medan listrik sehingga menyebabkan
timbulnya arus listrik dalam sebuah konduktor listrik.

1.2. ARUS LISTRIK


Arus listrik merupakan aliran muatan listrik. Aliran
ini berupa aliran elektron atau aliran ion. Aliran ini harus
melalui media penghantar listrik yang biasa disebut
sebagai konduktor. Ketika dua ujung konduktor
disambungkan pada sumber tegangan, misalnya baterai,
maka elektron akan mengalir melalui konduktor dari
kutub (-) menuju kutub (+) baterai. Sebaliknya aliran ion
positif mengalir dari kutub (+) ke kutub (-). Arah panah
dari arus listrik adalah aliran ion.

1.3. HUKUM OHM


“Besar arus listrik (I) yang mengalir melalui sebuah
penghantar atau konduktor akan berbanding lurus
dengan beda potensial / tegangan (V) yang
diterapkan kepadanya dan berbanding terbalik
dengan hambatannya (R)”.

I = -------

1.4. HUKUM KIRCHHOFF


1.4.1. HUKUM KIRCHHOFF UNTUK ARUS
“Jumlah aljabar dari arus di
satu node (simpul) adalah nol”

∑I=0

1.4.2. HUKUM KIRCHHOFF UNTUK TEGANGAN


“Jumlah aljabar dari tegangan
di satu loop (lintasan tertutup)
adalah nol”

∑V = 0
Node A : -i1-i2-i3 = 0
Node B : i1+i2+i3 = 0
Dengan perjanjian arus yang meninggalkan node
bernilai negatif dan arus yang masuk node bernilai
positif.
Loop I : -v1-v2+v3 = 0
Loop II : -v3+v4+v5 = 0
Loop III : -v1-v2+v4+v5 = 0
Tegangan bernilai negatif bila searah dengan arus loop,
tegangan bernilai positif bila berlawanan arah dengan
arus loop, sesuai dengan Hukum Ohm.

1.5. CONTOH
i1 = (-0,5)A
i1
5W A v4
i2 = 0,25A
v2
i3 2W i3 = 0,25A
v1 i2 v3 v5
v1 = 5V

5V 10W 8W v2 = (-2,5)V

v3 = 2,5V
i2
v4 = 0,5V

B v5 = 2,0V
i1 i3

Pembuktian:
Node A : -i1-i2-i3 = 0
-(-0,5)-0,25-0,25 = 0
0 = 0 → terbukti
Node B : i1+i2+i3 = 0
(-0,5)+0,25+0,25 = 0
0 = 0 → terbukti
Loop I : -v1-v2+v3 = 0
-5-(-2,5)+2,5 = 0
0 = 0 → terbukti
Loop II : -v3+v4+v5 = 0
-2,5+0,5+2 = 0
0 = 0 → terbukti
Loop III : -v1-v2+v4+v5 = 0
-5-(-2,5)+0,5+2 = 0
0 = 0 → terbukti
BAB 2
HUBUNGAN SERI-PARALEL

2.1. HUBUNGAN
SERI
V1
R1
V
I I1
I = I 1 = I2
V = V1 + V 2 Vs
= I1R1 + I2R2 I2
= I R1 + I R 2
= I(R1+R2) R2 V2
= I RS
V
V
I
I = ----- Vs RS
RS

RS = R1 + R2

RSN = R1 + R2 + … + RN
CONTOH:
V1
R1 5W
RS = R1 + R2
V
= 5 + 5 = 10W I I1
10V
VS 10 I2
I = ------- = ----- = 1A
RS 10 R2 5W V2

V
I

Vs RS

2.2. HUBUNGAN PARALEL

V
I V1 V2
Is R1 I2 R2
I1

V
I
Is RP
V = V1 = V2
I = IS
I = I1 + I 2
= V1/R1+V2/R2
= V /R1+V /R2
= V(1/R1+1/R2)
= V(1/RP)

V= I RP
Jadi:
1 1 1 1 1 1 1
---- = ---- + ---- → ---- = ---- + ---- + … + ----
RP R1 R2 RPN R1 R2 RN
1 R2 + R 1
---- = --------------
RP R1 R2
R1 R2
RP = ------------
R1 + R2

Notasi lain untuk menuliskan resistor paralel:


RP = R1//R2 ➔ RP adalah R1 paralel dengan R2
RP = R1//R2//R3 ➔ RP adalah R1 paralel dengan R2
paralel dengan R3.

CONTOH:
V
I V1
2A R1 I2 R2
I1
10W 10W

V
I
Is RP

RP = R1//R2
R1 R2 10*10
= --------- = --------
R1+R2 10+10
= 5W
V = I RP
=2*5
= 10 V
BAB 3
AKUMULASI SUMBER TEGANGAN & SUMBER ARUS

3.1. AKUMULASI SUMBER TEGANGAN

5W 12V 10W

15V 10V

5W 10W
12V

15V 10V

5+10=15W

-12+15+10=13V

Sumber-sumber tegangan dapat diakumulasi bila


terhubung seri.
3.2. AKUMULASI SUMBER ARUS

R1 3W R2 2W

2A 3A 6A

Rp =3 2/(3+2)
=6/5
=1,2W -2-3+6=1A

Sumber-sumber arus dapat diakumulasi bila


terhubung paralel.
BAB 4
PEMBAGIAN TEGANGAN & ARUS

4.1. PEMBAGIAN TEGANGAN

V1 = (R1/RS)VS

V2 = (R2/RS)VS

V3 = (R3/RS)VS

RS = R1 + R2 + R3

Misalkan:
VS = 10V
R1 = 1W
R2 = 4W
R3 = 5W
Maka:
V1 = (R1/RS)VS = (1/(1+4+5))*10 = 1V
V2 = (R2/RS)VS = (4/(1+4+5))*10 = 4V
V3 = (R3/RS)VS = (5/(1+4+5))*10 = 5V
Bila V1, V2 dan V3 dijumlah maka nilainya
samadengan VS.
4.2. PEMBAGIAN ARUS

I1 = (RP/R1)IS
I2 = (RP/R2)IS
I3 = (RP/R3)IS
1/RP = 1/R1 + 1/R2 + 1/R3

Misalkan:
IS = 2A
R1 = 3W
R2 = 4W
R3 = 12W
Maka:
1/RP = 1/R1 + 1/R2 + 1/R3
= 1/3 + 1/4 + 1/12
= (4+3+1)/12
= 8/12
= 2/3
RP = 3/2
I1 = (RP/R1)IS = (3/2/3)*2 = 1A
I2 = (RP/R2)IS = (3/2/4)*2 = 0,75A
I3 = (RP/R3)IS = (3/2/12)*2 = 0,25A
Bila I1, I2 dan I3 dijumlah maka nilainya samadengan
IS .
BAB 5
TEOREMA SUPERPOSISI
5.1. TEOREMA SUPERPOSISI

Pada rangkaian dengan sumber lebih dari satu,


analisis dapat dilakukan dengan membuat sumber aktif
bergantian. Hasil analisis akhir adalah jumlah dari
masing-masing analisis saat suatu sumber diaktifkan
dan sumber yang lain dinonaktifkan. Sumber tegangan
akan menjadi jalur hubungan tertutup bila dinonaktifkan.
Sumber arus akan menjadi jalur hubungan terbuka bila
dinonaktifkan.

5.2. CONTOH 1
Ix

2W

7A 5W 10W 5A

Ix = Ix(7A ON, yang lain OFF) + Ix(5A ON, yang lain OFF)
Ix

2W

7A 5W 10W

IX(7A ON) = (RP/R) IS


(2+10)5 1
= ----------- ------- 7
2+10+5 2+10
= 35 / 17

Ix

2W

5W 10W

IX(5A ON) = (RP/R) IS


(5+2)10 1
= ----------- ------- 5
5+2+10 5+2
= 50 / 17

Jadi IX = IX(7A ON) + IX(5A ON)


= (35/17) + (50/17)
= 85/17
=5A
5.3. CONTOH 2
Dapatkan nilai Vx dari rangkaian listrik di bawah
ini dengan menggunakan Teorema Superposisi.
W
Vx
50V
4A 7W 5A 3W

VX = VX(4A ON, yang lain OFF)


+ VX(5A ON, yang lain OFF)
+ VX(50V ON, yang lain OFF)

W
Vx

4A 7W 3W

VX(4A ON,yang lain OFF) = - (IX RX)


RP
= -(----) IS RX
R
(3+2) 7 1
= -(-----------)( --- ) 4*7 = -(140/12)
3+2+7 7
W
Vx
7W 5A 3W

VX(5A ON, yang lain OFF) = IX RX


RP
= ----- IS RX
R
(2+7) 3 1
= ----------- ----- 5*7 = 105/12
2+7+3 2+7
W
Vx
50V
7W 3W

Rx 7
VX(50V ON, yang lain OFF) = ----- Vs = ---------- 50 = 350/12
Rs 2+7+3
VX = VX(4A ON, lain OFF) + VX(5A ON, lain OFF) + VX(50V ON, lain OFF)
= -(140/12) + 105/12 + 350/12
= 315/12
= 105/4 V
5.4. LATIHAN

W
6V Vz
3A W W 6A
Iy

Dapatkan nilai IY dan VZ dengan Teorema


Superposisi.

5.5. -e-
BAB 6
TEOREMA TRANSFORMASI SUMBER

6.1. T. TRANSFORMASI SUMBER

Rangkaian dengan sumber tegangan bisa diubah


menjadi rangkaian dengan sumber arus, dan sebaliknya.
Dengan syarat tegangan V dan arus I di kedua sisi
nilainya sama.
VS – VR – V = 0 V = IR RP
V = VS – VR = (IS – I) RP
V = VS – I RS = IS RP – I RP
V=V
VS – I RS = IS RP – I RP
Jadi:
• VS = IS RP
• I RS = I RP → RS = RP
dipakai untuk konversi dari sumber arus ke sumber
tegangan.
I RS = VS –V IS - IR – I = 0
I = (VS –V)/RS I = IS – IR
I = VS/RS –V/RS I = IS – V/RP
I=I
VS/RS –V/RS = IS – V/RP
Jadi:
• IS = VS/RS
• V/RP = V/RS → RP = RS
dipakai untuk konversi sumber tegangan ke sumber
arus.

6.2. CONTOH 1
Dapatkan nilai Ix dari rangkaian listrik di bawah ini
dengan menggunakan Teorema Transformasi Sumber
Ix

2W

7A 5W 10W 5A

Ix

2W

7A 5W 10W 5A
Is Rp Rp Is
Ada IS dan RP sehingga bisa dilakukan konversi sumber
arus ke sumber tegangan. Bagian yang ditanyakan (IX)
tidak boleh dikonversi.
Ix
Rs=Rp=5W Rs=Rp=10W

2W
= Is Rp Vs = Is Rp
Vs = 7A 5W = 5A 10W
= 35V = 50V

Ix = Vx/Rx
Ix Rx
= (---- Vs)/Rx
5W 2W 10W Rs
35+50 = = Vs/Rs
Dua sumber tegangan = 85/(5+2+10)
85V =
yang tersusun seri bisa = 85/17
dijumlahkan/diselisihkan = 5A

6.3. CONTOH 2
Dapatkan nilai Vx dari rangkaian listrik di bawah ini
dengan menggunakan Teorema Transformasi Sumber.
W
Vx
50V
4A 7W 5A 3W

Bagian VX tidak boleh dikonversi, jadi yang dapat


dikonversi adalah VS=50V dan RS=3W.
W
Vx
50V
4A 7W 5A 3W

Konversi sumber tegangan → arus


W
Vx

4A 7W 5A 3W = (50/3)A

Dua sumber arus yang tersusun


paralel bisa dijumlahkan/diselisihkan

W
Vx
= (50/3)+5
4A 7W 3W = (50/3)+(15/3)
= (65/3)A

Konversi sumber arus → tegangan


W 3W
Vx
=(65/3) 3
4A 7W = 65V

R yang terhubung seri bisa dijumlah


+3=5W
Vx

4A 7W 65V

Konversi sumber tegangan → arus

Vx
= 65/5
4A 7W 5W
= 13A

Dua sumber arus yang tersusun


paralel bisa dijumlahkan/diselisihkan

Vx
= 13-4
7W 5W
= 9A

Vx = Ix Rx
Rp
= ----- Is Rx
R
75 1 315 105
= ------ --- 9 7 = ----- = ----- V
7+5 7 12 4

6.4. LATIHAN
W
6V Vz
3A W W 6A
Iy

Dapatkan nilai IY dan VZ dengan Teorema


Transformasi Sumber

6.5. -e-
BAB 7
RANGKAIAN ORDE PERTAMA

7.1 DEFINISI & KONDISI


Rangkaian Orde Pertama adalah rangkaian yang
mengandung 2(dua) komponen, RC yaitu R(resistor)
dan C(kapasitor), atau RL yaitu R(resistor) dan
L(induktor).

Kapasitor akan membentuk rangkaian hubungan


terbuka saat kondisi tunak/stabil (steady state)...(t<0,t>0)

induktor akan membentuk rangkaian hubungan


tertutup saat kondisi tunak/stabil (steady state)...(t<0,t>0)

7.2 SWITCH CONDITION


waktu
saklar t<0 t=0 t>0

push off switch

push on switch
7.3 INITIAL CONDITION

v(t)
i(t)

Vs t<0 R C Is t<0 R L

Eo
t=0 R C t=0 R L Io

vf
if

t>0 R C t>0 R L

Rangkaian tanpa sumber adalah kondisi rangkaian


yang sumber-sumbernya telah dilepas lewat saklar. Saat
saklar dipindah muncul initial condition (Eo-initial
capacitor voltage or Io-initial inductor current)

7.4 PERSAMAAN UMUM


Persamaan umum untuk v(t) dan i(t)

v(t) = Ae(-t/) + vf
i(t) = Be(-t/) + if
Dimana:
A,B = konstanta/bilangan
e = basis dari logaritma alami
nilainya 2,71828 18284 59045 23536 02874 71352
t = variabel waktu (dalam detik)
t = konstanta waktu (time constant) (dalam detik)

7.5 KONSTANTA WAKTU


Dalam fisika dan teknik, konstanta waktu, biasanya
dilambangkan dengan huruf Yunani  (tau), adalah
parameter yang mencirikan respons terhadap input
langkah dari sistem linear time-invariant (LTI) orde
pertama. Konstanta waktu (τ dalam detik) adalah unit
karakteristik utama dari sistem LTI orde pertama.
• RC circuit ...(τ = RC)
R in ohm (W)
C in farad (F)
• RL circuit ...(τ = L/R)
R in ohm (W)
L in henry (H)

7.6 TEKNIK ANALISIS PERSAMAAN


[1] Gambarkan rangkaian lengkap.
[2] Tulis persamaan umum dari v(t) atau i(t).
[3] Hitung nilai t (time constant), nilai R yang
dimasukkan adalah R yang terlibat saat initial
condition melepaskan energinya. Selanjutnya
masukkan nilai t ke persamaan.
[4] Buat rangkaian saat t>0, dapatkan nilai vf atau
if, masukkan ke persamaan.
[5] Buat rangkaian saat t<0, dapatkan nilai Eo
(pada kapasitor) atau Io (pada induktor).
[6] Buat rangkaian saat t=0, pasang Eo atau Io,
dapatkan nilai v(0) atau i(0).
[7] Buat persamaan v(t) atau i(t) saat t=0,
sandingkan dengan hasil langkah 6 sehingga
didapatkan nilai konstanta. Pasang konstanta
tersebut pada persamaan v(t) atau i(t).

7.7 CONTOH 1

v(t)

6V 10KW 10nF

Dapatkan persamaan v(t) pada rangkaian di atas.

Persamaan umum: v(t) = Ae(-t/) + vf


Dimana  = RC
= (10*103)(10*10(-9))
= 1*10(-4) detik
= (1/10000) detik
Sehingga
v(t) = Ae(-t/(1/10000))+vf
v(t) = Ae(-10000t)+vf
Saat t>0

vf

6V 10KW 10nF

vf = 0
sehingga v(t) = Ae(-10000t) + 0
= Ae(-10000t)
Saat t<0

Eo

6V 10KW 10nF

Eo = 6V
Saat t=0
v(0)
Eo
10KW C

v(0) = Ae(-10000*0)
= Ae0
= A*1
=A
Dimana v(0) = Eo = 6V
Jadi A = 6
Sehingga persamaan menjadi v(t) = 6e(-10000t) Volt

7.8 CONTOH 2
1W

i(t)

6A 5W 4H

1H

Dapatkan persamaan i(t) pada rangkaian di atas

Persamaan umum: i(t) = Be(-t/) + if


Dimana  = L/R
= 4/(1+5)
= (2/3) detik
Sehingga i(t) = Be(-t/(2/3)) + if
= Be(-3t/2) + if

Saat t>0
1W

if
6A
5W 4H

1H

If = (RP/R) IS
If =(1*5/(1+5))(1/1) * 6 = 5A
sehingga i(t) = Be(-3t/2) + 5
Saat t<0
1W
Io

6A 5W 4H

1H

Io = 0
Saat t=0
1W

i(0)

6A 5W 4H Io

1H

i(0) = Be(-3*0/2) + 5
= Be0 + 5
= B*1 + 5
=B+5
Dimana i(0) = Io = 0
Jadi 0 = B + 5 → B = -5
Sehingga persamaan menjadi i(t) = -5e(-3t/2) + 5 Ampere

7.9 CONTOH 3
3W i(t)

7A 5H 4W

Dapatkan persamaan i(t) pada rangkaian di atas

Persamaan umum: i(t) = Ce(-t/) + if


Dimana  = L/R
= 5/(3//4)
= 5/(3*4/(3+4))
= (5/12/7)
= (35/12) detik
Sehingga i(t) = Ce(-t/(35/12)) + if
= Ce(-12t/35) + if
Saat t>0
3W if

7A 5H 4W

If = 0
Sehingga i(t) = Ce(-t/(35/12)) + 0
i(t) = Ce(-t/(35/12))
Saat t<0
3W

7A Io 5H 4W

IO = 7A
Saat t=0
3W i(0)

Io
7A 4W

i(0) = Ce(-12*0/35)
= Ce0
= C*1
=C

Dimana i(0) = -(Rp/R)Io


= -((3*4)/(3+4)/4)*7
= -3
Jadi C = -3
Sehingga persamaan menjadi i(t) = -3e(-12t/35) Ampere

7.10 CONTOH 4
W
v(t)

7A 5W 4F

Dapatkan persamaan v(t) pada rangkaian di atas.

Persamaan umum: v(t) = De(-t/) + vf


Dimana  = RC
= 1*4
= 4 detik
Sehingga. v(t) = De(-t/4) + vf
Saat t>0
W

5W 4F

Vf = 0
Sehingga. v(t) = De(-t/4) + vf
v(t) = De(-t/4)
Saat t<0
W
Eo

7A 5W 4F

Eo = 7*5 = 35 V
Saat t=0
W
v(0)
Eo
7A 5W C

v(0) = De**(-0/4)
= De**0
= D*1
=D

Dimana v(0) = Eo = 35V


Jadi D = 35
Sehingga persamaan menjadi v(t) = 35e(-t/4) Volt

7.11 CONTOH 5
40K

i(t)

24V 20K
10nF 12V

40K 30nF
Dapatkan persamaan i(t) pada rangkaian di atas.
Persamaan umum: i(t) = Ae(-t/) + if
Dimana  = RC
= (40//40)*(103)* 10*(10(-9))
= (1600/80)*10*(10(-6))
= 0,0002 detik
Sehingga i(t) = Ae(-t/0,0002) + if
= Ae(-5000t) + if
40K

if

24V 20K
12V

40K
saat
t>0

if = (V)/(R)
= (24-12)/(40+40)
= 0,15mA
Sehingga i(t) = Ae(-5000t) + 0,15 mA
40K

Eo1
24V 20K
Eo2 12V

40K
saat
t<0

Eo1 = Eo2 = 24 V
40K

i(0)
20K
24V
24V 12V
Eo1 24V
40K
saat
Eo2
t=0

i(0)[Eo1-on] = 24V/40K
i(0)[24V-on] = 0
I(0)[Eo2-on] = 0
i(0)[12V-on] = -12V/40K
i(0) = 12V/40K
= 0,3 mA
i(0) = Ae(-5000*0) + 0,15 mA
= Ae0 + 0,15
= A*1 + 0,15
= A + 0,15
Jadi 0,3 = A + 0,15
A = 0,15
Sehingga persamaan i(t) = 0,15e(-5000t) + 0,15 mA

7.12 CONTOH 6
40K

24V 20K
10nF 12V

40K 30nF

v(t)

Dapatkan persamaan i(t) pada rangkaian di atas.


Persamaan umum:
v(t) = Be(-t/) + vf
Dimana  = RC
= (40//40)*(103)* 10*(10(-9))
= (1600/80)*10*(10(-6))
= 0,0002 detik
Sehingga v(t) = Be(-t/0,0002) + vf
= Be(-5000t) + vf
40K

24V 20K
12V

40K
saat
t>0 vf

vf = (R2/RS) VS
= (40/(40+40))*12
= 6V
Sehingga v(t) = Be(-5000t) + 6 V
40K

Eo1
24V 20K

Eo2 12V

40K
saat
t<0

Eo1 = Eo2 = 24 V
40K

20K
24V
24V 12V
Eo1 24V
40K
saat Eo2
t=0 v(0)

v(0) = Be(-5000*0) + 6
= Be0 + 6
= B*1 + 6
=B+6

v(0)[Eo1-on] = -24V
v(0)[24V-on] = 24V
v(0)[Eo2-on] = 0V
v(0)[12V-on] = 0V
v(0) =0

Jadi: 0 = B + 6
B = -6
Sehingga persamaan v(t) = -6e(-5000t) + 6 Volt

7.13 LATIHAN
20K

i2(t)

12V 20K
30nF 6V

40K 10nF

v2(t)

Dapatkan persamaan i2(t) dan v2(t) pada rangkaian di


atas.

7.14 -e-

Anda mungkin juga menyukai