Rangkaian kutub empat adalah suatu rangkaian yang memiliki sepasang terminal
pada sisi input dan output. Rangkaian kutub empat banyak dipergunakan dalam jaringan
system komunikasi, system control, system daya dan rangkaian elektronik. Rangkaian kutub
empat atau sering disebut sebagai jaringan dua titik singgah digambarkan sebagai berikut :
+ IA IC +
V1 V2
- ID -
IB
Syarat suatu rangkaian kutub empat adalah port condition dimana arus yang masuk
sama dengan arus yang keluar pada port yang sama. Suatu rangkaian disebut resiprokal
apabila tegangan yang terukur pada port 2 terhadap arus pada port 1 sama dengan tegangan
yang terukur pada port 1 terhadap arus pada port 2. Syarat lain adalah dimana tidak boleh
ada sumber dependen pada rangkaian yang resiprokal. Sedangkan rangkaian dikatakan
simetri bila impedansi input sama dengan impedansi outputnya.
Analisis suatu rangkaian kutub empat didasarkan atas hubuungan antaara arus dan
tegangan pada terminal jaringannya, untuk mendapatkan parameter jaringan tersebut.
Parameter admitansi didapat dengan menuliskan persamaan arus sebagai fungsi dari
tegangan jaringannya.
I1 = Y11 V1 + Y12 V2
I1=Y21 + V1 + Y22 + V2
I1 Y11 Y12 V1
I2 Y21 Y22 V2
V1 = Z11 I1 + Z12 I2
V1 = Z21 I1 + Z22 I2
I1 Y11 Y12 V1
I2 Y21 Y22 V2
Hubungan antar rangkaian kutub empat disebut interkoneksi, terdapat tiga jenis
interkoneksi pada rangkaian kutub empat yaitu :
1. Interkoneksi Hubung Seri
V1
V2
I1 I2
+ Na +
V1 V2
[YA]
- -
+ NB +
- [YB] -
1 𝐼1 𝐼𝑎 𝐼𝑏 𝐼2 2 1 𝐼1 𝐼2 2
+ B1A1 + + A2 B2 + + A B +
𝑉1 𝑉𝑎 𝑉𝑏 𝑉2 𝑉1 𝑉2
- C1 D1 - - C2 D2 - - C D -
1 2 1 2
I1 I2 I1 I2
+
+ - P Q - B + - - + B
A1 A2 A1 A2
+ R3 + R3 +
V1 R1 R2 V2 V1 V R1 R2 V V2
- - -
S R
a). b).
V1 I1 I2
V1 I1 I2
Tabel 1.3 Hasil Pengukuran Rangkaian Parameter Impedansi pada Catu Daya V1
V1 V1 I1
Tabel 1.4 Hasil Pengukuran Rangkaian Parameter Impedansi pada Catu Daya V2
V1 V1 I2
Rangkaian RL adalah sebuah rangkaian yang terdiri dari resistor atau hambatan
dan inductor, yang terhuubung secara langsung terhadap sumber arus atau sumber
tegangan. Bila kontak saklar ditutup maka arus didalam hambatan mulai naik.
Seandainya inductor tersebut tidak ada, maka arus akan naik dengan cepat. Akaan
tetapi, karena adanya inductor, maka sebuah tegangan yang muncul didalam
rangkaian tersebut, dari hukum Lenz, maka tegangan gerak elektrik ini menentang
kenaikan arus, yang berarti polaritas tegangan gerak elektrik ini menentang kenaikan
arus. Jika terminal-terminal osiloskop dihubungkan melalui hambatan, maka bentuk
gelombang yang dipertunjukkan akan membentuk gelombang dari arus didalam
rangkaian tersebut karena penurunan potensial melalui R yang menentukan
penyimpangan osiloskop, adalah diberikan oleh V = I . R.
R VR
+
V
- L VL
𝑋𝐿 = 2 . π . f . L .............................................................................................................................................. (2.2)
𝑉
I = 𝑍 ........................................................................................................................................................... (2.3)
Besarnya arus berbanding terbalik dengan Z. pada saat Z bertambah dengan f pada
rangkaian RL seri, maka arus akan berkurang sebagaimana f bertambah.
Tegangan Arus
Frekuensi Tegangan Impedansi
Ress Rangkaian
Rangkaian RC adalah suatu rangkaian seri yang tersusun oleh resistor atau
penghambat (hambatan) dan kapasitor yang terhubung oleh suatu sumber arus atau
sumber tegangan. Disini kita memasukkan kapasitor sebagai sebuah elemen rangkaian
yang akan menghantarkan kita ke konsep arus-arus yang berubah terhadap waktu. Jika
sebuah hambatan dimasukkan didalam rangkaian maka pertambahan muatan dari
kapasitor per satuan waktu menuju nilaikesetimbangannya. Sifat rangkaian RC didalam
selama permuatan dan pelucutan dapat dipelajari dengan sebuah osiloscop. Yang dapat
mempertunjukkan pada layar florensen sinyal grafik-grafik variasi potensial dengan waktu.
Sehingga dapat terlihat perbedaan potensial V terhadap kapasitor dan perbedaan potensial
V, melalui hambatan sebagai fungsi-fungsi dari waktu. Membanding fasa tegangan disetiap
elemen terhadap arus I.
+ VR
- VC
Z = √𝑅 2 + 𝑋𝐶 ²....................................................................................................................................... (3.1)
Besarnya arus berbanding terbalik dengan Z. pada saat Z bertambah dengan F pada
rangkaian RL seri, maka arus akan berkurang sebagaimana F bertambah.
Hubungan ini berkebalikan dengan rangkaian RL seri. Sehingga dapat dikatakan bahwa
efek dari kapasitor dan inductor pada arus rangkaian RC dan RL adalah kebalikan
Tegangan Arus
Frekuensi Tegangan
Ress Rangkaian Impedansi
Rangkaian
F, (Hz) (Vpp)
VR, (V) (A)
50 5
100 5
150 5
200 5
250 5
300 5
350 5
400 5
450 5
500 5
Jaringan pada listrik AC memiliki tiga jenis beban listrik yang harus dipotong oleh
pembangkit listrik. Ketiga beban tersebut yaitu beban resistif, beban induktif, dan beban
kapasitif. Ketiganya memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lainnya.
Beban resistif dihasilkan oleh alat-alat listrik yang bersifat murni tahanan (resistor)
seperti pada elemen pemanas dan lampu pijar. Beban resistif ini memiliki sifat yang “pasif”,
dimana ia tidak mampu memproduksi energy listrik, dan justru menjadi konsumen energy
listrik. Resistor bersifat menghalangi aliran electron yang melewatinya (dengan jalan
menurunkan tegangan listrik yang mengalir), sehingga mengakibatkan terkonversinya
energy listrik menjadi panas. Dengan sifat demikian, resistor tidak akan merubah sifat-sifat
listrik AC yang mengalirinya. Gelombarng arus dan tegangan listrik yang melewati resistor
akan selalu bersamaan membentuk bukit dan lembah. Dengan kata lain, beban resistif tidak
akan menggeser posisi gelombang arus maupun tegangan listrik AC.
Gambar 4.1 Gelombang sinusoidal Beban Resistif Listrik AC
Nampak pada grafik diatas, karena gelombang tegangan dan arus listrik berada pada
fase yang sama maka nilai dari daya listrik akan selalu positif. Inilah mengapa beban resistif
murni akan selalu ditompang oleh 100% daya nyata.
Apabila terdapat sebuah beban resistif murni R pada rangkaian AC, maka persamaan
tegangannya adalah:
Dan sesuai dengan Hukum OHM, maka arus yang dihasilkan adalah
𝑣 𝑉𝑚 sin ωt
I=𝑅 = sin ωt ............................................................................................................................ (4.2)
𝑅
Dari persamaan diatas, terlihat bahwa tegangan dan arus sesaat pada rangkaian AC
untuk beban resistif murni adalah Sefasa, karena sudut fasa ωt yang sama dan melewati nol
secara bersamaan.
V R
Arus
Arus
Frekuensi Tegangan berdasarkan
Pengukuran
Vm (V) perhitungan
F, (Hz) (Vpp)
(A)
(A)
10 5
20 5
30 5
40 5
50 5
Beban induktif diciptakan oleh lilitan kawat (kumparan) yang terdapat di berbagai
alat-alat listrik seperti motor, trafo, dan relay. Kumparan dibutuhkan oleh alat-alat listrik
tersebut untuk menciipatakan medan magnet sebagai komponen kerjanya. Pembangkitan
medan magnet pada kumparan inilah yang menjadi beban induktif pada rangkaian arus
listrik AC.
Beban induktif (L) yaitu beban yang terdiri dari kumparan kawat yang dililitkan pada
suatu inti, seperti coil, transformator, dan soleonida. Beban ini dapat mengakibatkan
pergeseran fasa (phase shift) pada arus sehingga bersifat lagging. Hal ini disebabkan oleh
energy yang tersimpan berpa medan magnetis aka mengakibatkan fasa arus bergeser
menjadi tertinggal terhadap tegangan. Beban jenis ini menyerap daya aktif dan daya reaktif.
Persamaan daya aktif untuk beban induktif adalah sebagai berikut:
I V
AC V L
I
V=V 0°
I=I -90° = -jI
Ket: Arus pada rangkaian AC untuk beban induktif murni tertinggal 2 pi rad atau 90°
terhadap tegangannya
P = VI cos ϕ
Dengan :
Apabila terdapat sebuah beban induktif murni L pada rangkaian AC, maka sesuai
persamaan nilai tegangannya adalah:
Dan tegangannya juga dipengaruhi besarnya induktansi dan perubahan arus terhadap
waktu, sehingga:
𝑑𝐼
V = L𝑑𝑇 .................................................................................................................................................... (5.2)
Dari kedua persamaan ditas, jika disubtitusikan:
𝑑𝐼
L𝑑𝑇…= 𝑉𝑚 Sin ϕt .................................................................................................................................... (5.3)
𝑉𝑚
di = Sin ϕt dt.................................................................................................................................... (5.4)
𝐿
𝑉𝑚
i= ∫ 𝑆𝑖𝑛 ϕt dt................................................................................................................................... (5.5)
𝐿
𝑉 𝑉𝑚 𝜋
i = − 𝜔𝐿
𝑚
cos 𝜔𝑡 = sin (𝜔𝑡 − 2 ) ................................................................................................. (5.6)
𝑋𝐿
V L
Arus
Arus
Frekuensi Tegangan Vm Berdasarkan
Pengukuran
Perhitungan
F, (Hz) (Vpp) (V)
(A)
(A)
10
20
30
40
50
5.6 PERTANYAAN DAN TUGAS
Beban kapasitif merupakan kebalikan dari beban induktif. Jika beban induktif
menghalangi terjadinya perubahan nilai arus listrik AC, maka beban kapasitif, bersifat
menghalangi terjadinya perubahan nilai tegangan listrik. Sifat ini menunjukkan bahwa kapasitor
bersifat seakan-akan menyimpan tegangan listrik sesaat.
Beban kapasitif (C) yaitu beban yang memiliki kemampuan kapasitansi atau
kemampuan untuk menyimpan energi yang berasal dari pengisian elektrik (electrical discharge)
pada suatu sirkuit. Komponen ini dapat menyebabkan arus leading terhadap tegangan. Arus
leading yang biasa disebut dengan PF leading mendahului dari tegangan. Beban jenis ini
menyerap daya aktif dan mengeluarkan daya reaktif.
I
I
V
V C
AC
V=V 0°
I=I -90° = -jI
Ket: arus pada rangkaian AC untuk beban kapasitifini mendahului 2𝜋 rad atau 90˚ terhadap
tegangannya.
Apabila terdapat sebuah beban kapasitif murni C pada rangkaian AC maka nilai tegangannya
adalah :
Dan arusnya dipengaruhi oleh besarnya perubahan muatan listrik terhadap waktu, dimana:
𝑑𝑞
i = 𝑑𝑡 ............................................................................................................... (6.2)
𝑑(𝐶𝑣) 𝑑
i= = C 𝑑𝑡 Vm sin 𝜔𝑡 ............................................................................ (6.3)
𝑑𝑡
𝑉𝑚 𝜋
i= sin(𝜔𝑡 + 2 )........................................................................................ (6.5)
𝑋𝐶
1
XC = .................................................................................................. (6.6)
𝜔𝐶
6.3 ALAT DAN BAHAN
C
AC V
Arus
Arus
Frekuensi Tegangan Berdasarkan
Pengukuran
Vm (V) Perhitungan
F, (HZ) (Vpp)
(A)
(A)
10 5
20 5
30 5
40 5
50 5
RANGKAIAN RL SERI
Pada saat melakukan praktikum mahasiswa dapat mengerti dan memahami tentang
karakteristik rangkaian AC seri serta memahami tentang rangkaian RL seri.
Apabila terdapat sesuatu resistansi murni R dan gulungan induktif murni L di dalam sebuah
rangkaian AC, dengan masukan rms V dan arus mengalir I, seperti pada gambar berikut:
R L
𝑉𝐿 𝑉𝐿
𝑉𝑅 V
AC
ᵠ
𝑉𝑅 I
Sesuai dengan gambar diatas, arus yang mengalir pada resistor sama dengan arus yang
mengalir pada induktor, yaitu I. Tetapi tegangan resistor VR tidak sama dengan tegangan
induktor VL. Sesuai dengan pembahasan pada Bab sebelumnya, bahwa tegangan dan arus untuk
beban resistif adalah sefasa, tetapi untuk beban induktif rusnya tertinggal 90˚ terhadap
tegangannya, karena arus yang melewati resistor dan induktor sama, maka arus sebagai referensi
dan tegangan resistor VR dan tegangan induktor VL terpisah 90˚, lihat phasor pada gambar vektor
7.1) sehingga tegangan V merupakan vektor dengan besar V dan sudut , dimana :
V=√𝑉𝑅 2 + 𝑉𝐿 2 .......................................................................................................................... (7.1)
𝑉
ᵠ = 𝑡𝑎𝑛−1 (𝑉 𝐿 ) ......................................................................................................................... (7.2)
𝑅
Karena VR = I . R
Dan VL = I. XL
𝑉
I = √𝑅2 ............................................................................................................................... (7.5)
+𝑋𝐿2
𝑉
I = 𝑍 .......................................................................................................................................... (7.6)
Hubungan antara impedansi, resistansi dan reaktansi induktif, dapat diperlihatkan pada
gambar phasor berikut:
V 𝑋𝐿
ᵠ
R
Dan adalah sudut antara impedansi Z terhadap resistansi R, yang disebut juga sudut
fasa dimana :
Z=Z< ᵠ ........................................................................................................................................(7.8)
Dan Bila impedansi Z dinyatakan dalam bentuk bilangan rectangular :
Z = R + j XL .................................................................................................................... (7.9)
𝑉𝑅 𝑉𝐿
V V
R L
A
I
AFG
I
𝑉𝐿
Nilai reaktansi induktif XL dengan metode XL = 2𝜋𝑓𝐿 dan XL = 𝑟
𝑉
Nilai Impedansi Z dengan metode Z = √𝑅 2 𝑋𝐿2
+ dan Z = 𝐼
Nilai pf dan sudut fasa
Hitunglah nilai daya S, P, dan Q
Buatlah Grafik untuk rangkaian RL seri Z = f (frekuensi)
Bandingkan nilai reaktansi induktif XL dari hasil perhitungan dengan kedua metode
tersebut untuk rangkaian RL seri, jelaskan!
Buatlah phasor diagram untuk tegangan, impedansi dan daya dari salah satu data dari
hasil percobaan rangkaian RL seri!
Dengan memperhatikan grafik Z = f (frekuensi) untuk rangkaian RL seri, apa pengaruh
frekuesni terhadap impedansi, jelaskan!
.
BAB 8
RANGKAIAN RC SERI
R C
I ᵠ 𝑉𝑅 I
𝑉𝐿 𝑉𝐶
𝑉𝑅 I
V
AC
Dari gambar diatas, arus yang mengalir pada resistor sama dengan arus yang
mengalir pada kapasitor, yaitu I, dan tegangan resistor VR tidak sama dengan tegangan
kapasitor VC, analogi dengan rangkaian RL seri, bahwa tegangan dan arus untuk beban
resistif adalah sefasa, tetapi untuk beban kapasitif arusnya mendahului 90˚, (lihat gambar
vektor 8.1), sehingga tegangan V merupakan vektor yang mempunyai besaran V dan sudut
, dimana:
V=√𝑉𝑅 2 + (−𝑉𝐶 )2 ............................................................................................................. (8.1)
Karena VR = I . R
Dan VC = I. XC
𝑉 2 = 𝐼 2 (𝑅 2 + 𝑋𝐶 2 )............................................................................................................. (8.4)
𝑉
I = √𝑅2 ...................................................................................................................... (8.5)
+𝑋𝐶 2
𝑉
I = 𝑍 .................................................................................................................................. (8.6)
Pada rangkaian RC seri, Z adalah suatu impedansi dari rangkaian AC yang terdiri dari
suatu resistansi dan reaktansi kapasitif dengan satuan ohm, dimana :
Z = √𝑅 2 + 𝑋𝐶 2 ................................................................................................................ (8.7)
R
ᵠ
𝑉𝐶
z
ᵠ = 𝑡𝑎𝑛−1 (𝑋𝐶𝑅)
Dan R = Z cos
Z =Z< ᵠ
Dan bila impedansi Z dinyatakan dalam bentuk bilangan rectangular :
Z = R – j XC
1. Function Generator
2. Oscilloscope
3. Multimeter digital.
𝑉𝑅 𝑉𝐶
V V
A R C
I
AFG
I
1 𝑉𝐶
Nilai reaktansi kapasitif XC dengan metode XC = dan XC = 𝐼
𝑉
Hitunglah nilai impedansi Z dengan metode Z = √𝑅 2 + 𝑋𝐶 2 dan Z = 𝐼
Hitunglah nilai pf dan sudut fasa
Hitunglah nilai daya S, P, dan Q
Buatlah Grafik untuk rangkaian RC seri Z = f (frekuensi)
Bandingkan nilai reaktansi kapasitif XC dari hasil perhitungan dengan kedua metode
tersebut untuk rangkaian RC seri, jelaskan!
Bandingkan nilai impedansi Z dari hasil perhitungan dengan kedua metode tersebut
untuk rangkaian RC seri, jelaskan!
Buatlah phasor diagram untuk tegangan, impedansi daya dari salah satu data hasil
percobaan rangkaian RC seri !
Dengan memperhatikan grafik Z= f (frequensi) untuk rangkaian RC seri, apa pengaruh
frekuensi terhadap impedansi, jelaskan !
BAB IX
Pada saat melakukan Praktikum mahasiswa dapat mengerti dan memahami tentang
karakteristik rangkaian AC seri serta memahami tentang rangkaian RLC seri.
Rangkaian Seri RLC yaitu rangkaian yang terdiri atas hambatan, inductor dan kapasitor
yang dihubungkan seri, kemudian dihubungkan dengan sumber tegangan AC. Telah
diterangkan bahwa pada rangkaian hambatan arus tegangan sefase, sedangkan pada
inductor tegangan mendahului arus, dan pada kapasitor arus mendahului tegangan. Sifat
rangkaian seri dari sebuah resistor dan sebuah inductor yang dihubungkan dengan sumber
tegangan bolak-balik sinusioda adalah terjadinya pembagian tegangan di (VR), (VL) DAN (VC)
secara vektoris. Arus (i) yang mengalir pada hubungan seri adalah sama besar. Arus (i)
tertinggal 90° tehadap tegangan inductor (VL). Tidak terjadi perbedaan fasa antara tegangan
jatuh pada resistor (VR) dan arus (i). gambar dibawah ini memperlihatkan rangkaian seri R-L-
C
Dan hubungan arus (i), tegangan resistor (VR), tegangan kapasitor (VC)
𝑉𝐿−𝑉𝐶
Φ=𝑡𝑎𝑛−1 [ ] ............................................................................................................................................. (9.2)
𝑉𝑅
Z adalah suatu impedansi dari rangkaian RLC seri yang terdiri dari suatu resistansi
dan reaktansi induktif dan reaktansi kapasitif dengan satuan ohm, dimana:
Z = √𝑅 2 + 𝑋² ......................................................................................................................................... (9.5)
𝑋𝐿
Z (𝐼𝐿 − 𝑋𝐶 )
φ
R
𝑋𝐶
Z=Z<ϕ
Z=R+j(XL + XC)
𝑉𝑅 𝑉𝐿 𝑉𝐶
V V V
R L C
A
I AFG I
Arus
Arus
Frekuensi 𝑉𝑅 𝑉𝐿 𝑉𝐶 Berdasarkan
Pengukuran
NO Perhitungan
F, (Hz) (mA) (Volt) (Volt)
(mA)
(A)
1 50
2 150
3 200
4 250
5 350
6 450
7 550
8 650
9.6 PERTANYAAN DAN TUGAS
Hitunglah untuk semua frekuensi pada table Percobaan Rangkaian RLS Seri:
𝑉
Hitunglah nilai impedansi Z dengan metode Z = √𝑅² + (𝑋𝐿 − 𝑋𝐶 )² dan Z = 𝐼
Hitunglah frekuensi resonansi rangkaian RLC Seri
Hitunglah batas frekuensi dari bandwith rangkaian RLC Seri Tersebut.
Hitunglah nilai pf dan sudut fasa φ
Hitunglah nilai daya S, P dan Q
Buatlah Grafik untuk rangkaian RLC seri Z = f (frekuensi) ; I = f
Bandingkan nilai impedansi Z dari hasil perhitungan dengan kedua metode
tersebut untuk rangkaian RLC seri, jelaskan!
Buatkan phasor diagram untuk tegangan, impedansi dan daya dari salah satu
data hasil percobaan rangkaian RLC seri!
Dengan memperhatikan Grafik Z = f untuk rangkaian RLC seri apa pengaruh
frekuensi terhadap impedansi, jelaskan!
BAB 10
RANGKAIAN RL PARALEL
Hubungan paralel dua komponen yang terdiri dari resisitor murni (R) dan
reaktansi Induktif (XL), dimana pada kedua ujung resistor terdapat tegangan yang sama
besar. Arus efektif yang melalui resistor berada sefasa dengan tegangan. Arus yang
mengalir pada reaktansi induktif (IL) = U/XL tertinggal terhadap tegangan sejauh 90˚.
Sedangkan arus gabungan (IS) diperoleh dari jumlah nilai sesaat (IR) dan (IL). Arus
tersebut tertinggal terhadap tegangan sebesar sudut (). Fasor arus efektif (IR) dan (IL).
Arus tersebut tertinggal dengan tegang (U), sedangkan fasor dari arus reaktansi induktif
(IL) tertinggal sejauh 90˚. Arus gabungan (IS) merupakan jumlah geometris dari arus
efektif (IR) dan arus reaktansi induktif (IC). Sudut antara tegangan (U) dan arus (IL)
adalah sudut beda fasa
𝐼𝑅 V
𝐼𝐿
I 𝐼𝑅 ϕ
V R
L 𝐼𝐿
I
Sesuai dengan pembahasan modul, bahwa tegangan dan arus untuk beban resistif
adalah sefasa, tetapi untuk beban induktif arusnya tertinggal 90° terhadap tegangan.
Karena tegangan resistor dan inductor sama, maka tegangan sebagai referensi dan arus
resistor 𝐼𝑅 dan arus inductor 𝐼𝐿 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑖𝑠𝑎ℎ 90° sehingga arus 𝐼 merupakan penjumlahan
vector dengan besar 𝐼 𝑑𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 ϕ, dimana :
𝐼
ϕ = 𝑡𝑎𝑛−1 (𝐼 𝐿 ) .................................................................................................................................... (10.2)
𝑅
𝑉
Karena 𝐼𝑅 = 𝑅
𝑉
Dan 𝐼𝐿 = 𝑋
𝐿
𝑉 2 𝑉 2
Maka I : I = √(𝑅) + (𝑋 ) ...................................................................................... (10.3)
𝐿
1 1
I = 𝑉 √𝑅2 + 𝑋 2 .............................................................................................. (10.4)
𝐿
I = 𝑽. 𝒀.......................................................................................................... (10.5)
𝐼 𝐼
Y = √𝑅2 + 𝑋 .............................................................................................. (10.7)
𝐿²
Y =√𝐺 2 + 𝐵 2 ................................................................................................... (10.8)
𝐼 1
Dimana : G = 𝑅 dan B = 𝑋 ......................................................................................... (10.9)
𝐿
𝐵
ϕ = 𝑡𝑎𝑛−1 (𝐺 ) .......................................................................................................... (10.10)
Y = G – jb ..................................................................................................................................... (10.11)
𝟏 𝟏
Z=𝒀=𝒀 =𝒁 φ ........................................................................................................... (10.13)
−φ
2) Function Generator
3) Oscilloscope
4) Multimeter digital
10.4 PETUNJUK PRAKTIKUM
I
A
A 𝐼 A 𝐼𝐿
𝑅
V V R L
AFG
Frekuensi V
NO. 𝑰𝑹 (𝒎𝑨) 𝑰𝑳 (𝒎𝑨) I (Ma)
F, (Hz) (Volt)
1 5
2 15
3 20
4 25
5 35
6 45
7 55
8 65
𝐼 𝐼 1
Hitunglah nilai suseptansi induktif B = 𝑉𝐼 𝑑𝑎𝑛 B = 𝑋𝐿 = 2𝜋𝑓𝐼
Sebuah rangkaian RC Pararel yang terdiri dari sebuah resistor dan kapasitor.
Tegangan sumber, tegangan resistor dan inductor adalah sama, yaitu V. analog dari rangkaian RL
pararel, aarus I adalah penjumlahan secara vector antara arus resistor 𝐼𝑅 dan arus 𝐼𝐶 Sesuai
dengan pembahasan modul bahwa tegangan dan arus untuk beban resistif adalah sefasa,
sedangkan untuk beban kapasitif arusnya mendahului 90° terhadap tegangannya.
𝐼𝐶
I 𝐼𝑅 I 𝐼𝐶
V R V
C
φ
𝐼𝑅
I
Karena tegangan resistor dan kapasitor sama, maka tegangan sebagai referensi dan arus
resistor 𝐼𝑅 dan arus inductor 𝐼𝐿 terpisah 90°, sehingga arus merupakan penjumlahan vector
dengan besar I dan sudut ϕ, dimana:
𝑉
karena 𝐼𝑅 = 𝑅........................................................................................................................... (11.3)
𝑉
dan 𝐼𝐶 = 𝑋 ......................................................................................................................... (11.4)
𝐶
𝑉 2 𝑉 2
I = √(𝑅) + (𝑋 ) ...................................................................................................... (11.5)
𝐶
𝐼 𝐼
I = √𝑅² + 𝑋 ²................................................................................................................ (11.6)
𝐶
1 1
Y = √𝑅² + 𝑋 ² .............................................................................................................. (11.9)
𝐶
Y = √𝐺 2 + 𝐵²............................................................................................................. (11.10)
1 1
Dengan G = 𝑅 dan B = 𝑋 ........................................................................................................ (11.11)
𝐶
Sehingga admitansi Y untuk rangkaian RC Pararel dinyatakan dalam bilangan kompleks adalah:
Y = G + jB .................................................................................................................... (11.13)
A
A 𝐼 A 𝐼𝐶
𝑅
V V R C
AFG
Frekuensi
No V (Volt) 𝑰𝑹 (mA) 𝑰𝑪 (mA) I(mA)
F,(Hz)
1 5
2 15
3 20
4 25
5 35
6 45
7 55
8 65
11.6 PERTANYAAN DAN TUGAS
𝐼𝐶
𝐼𝐶
I 𝐼𝑅
𝐼𝐿 I (𝐼𝐶 − 𝐼𝐿 )
V R
C
AC φ V
𝐼𝑅 𝐼𝐿
I
𝐼𝑐−𝐼𝑙
ϕ = 𝑡𝑎𝑛−1 ( ) ............................................................................................................................... (12.2)
𝐼𝑅
𝑉
𝐼𝑅 = 𝑅 ...................................................................................................................................................... (12.3)
𝑉
𝐼𝐿 = 𝐼 ..................................................................................................................................................... (12.4)
𝐿
𝑉
𝐼𝐶 = .................................................................................................................................................... (12.5)
𝑋𝐶
𝑉 𝑉 𝑉
I = √(𝑅) ² + (𝑋 − 𝑋 ),2 ................................................................................................ (12.6)
𝐶 𝐿
𝐼 𝐼 𝐼
I = V √(𝑅) + (𝑋 − 𝑋 ) ² ............................................................................................. (12.7)
𝐶 𝐿
I = VY ............................................................................................................................ (12.8)
𝑉
I = 𝑍 ............................................................................................................................... (12.9)
𝐼 𝐼 𝐼
Y = √(𝑅) + (𝑋 − 𝑋 ) ² ............................................................................................. (12.10)
𝐶 𝐿
Y = √𝐺 2 + 𝐵 2 ............................................................................................................. (12.11)
𝐼 𝐼 𝐼
Dimana: G = 𝑅 dan B = 𝑋 − 𝑋 .................................................................................. (12.12)
𝐶 𝐿
𝐵
ϕ = 𝑡𝑎𝑛−1 (𝐺 ) ................................................................................................................................... (12.13)
Y = G – jB ............................................................................................................................................ (12.14)
1 1
Z=𝑌= = 𝑍 <φ .................................................................................................................. (12.16)
𝑌<−𝜑
A
I A 𝐼 A A 𝐼
𝑅
𝐼𝐿 𝐶
R
V V L
AFG C
Frekuensi
NO 𝐼𝑅 (mA) 𝐼𝐿 (mA) 𝐼𝐶 (mA) I (mA) V (Volt)
F,(Hz)
1 5
2 15
3 20
4 25
5 35
6 45
7 55
8 65