Anda di halaman 1dari 57

BAB 1

PARAMETER ADMITANSI DAN PARAMETER IMPEDANSI

1.1 TUJUAN PRAKTIKUM


1. Menentukan parameter admitansi dan impedansi dari suatu rangkaian kutub
empat
2. Menggunakan parameter rangkaian tersebut untuk menyedaerhanakan dan
mensistematiskan analisiss jaringan dengan dua titik singgah yang linear.

1.2 TEORI DASAR

Rangkaian kutub empat adalah suatu rangkaian yang memiliki sepasang terminal
pada sisi input dan output. Rangkaian kutub empat banyak dipergunakan dalam jaringan
system komunikasi, system control, system daya dan rangkaian elektronik. Rangkaian kutub
empat atau sering disebut sebagai jaringan dua titik singgah digambarkan sebagai berikut :

+ IA IC +

V1 V2
- ID -
IB

Gambar 1.1 Rangkaian Kutub Empat

Syarat suatu rangkaian kutub empat adalah port condition dimana arus yang masuk
sama dengan arus yang keluar pada port yang sama. Suatu rangkaian disebut resiprokal
apabila tegangan yang terukur pada port 2 terhadap arus pada port 1 sama dengan tegangan
yang terukur pada port 1 terhadap arus pada port 2. Syarat lain adalah dimana tidak boleh
ada sumber dependen pada rangkaian yang resiprokal. Sedangkan rangkaian dikatakan
simetri bila impedansi input sama dengan impedansi outputnya.
Analisis suatu rangkaian kutub empat didasarkan atas hubuungan antaara arus dan
tegangan pada terminal jaringannya, untuk mendapatkan parameter jaringan tersebut.

Parameter rangkaian kutub empat dibedakan atas :

a. Parameter admitansi (Y)


b. Parameter impedansi (Z)
c. Parameter hybrid (h)
d. Parameter transmisi (abcd)
e. Parameter inver transmisi
f. Parameter inverse-hibrid (g)

Parameter admitansi didapat dengan menuliskan persamaan arus sebagai fungsi dari
tegangan jaringannya.

I1 = Y11 V1 + Y12 V2

I1=Y21 + V1 + Y22 + V2

I1 Y11 Y12 V1
I2 Y21 Y22 V2

Parameter impedansi didapat dengan menuliskan persamaan tegangan terminal


sebagai fungsi dari arus jaringannya.

V1 = Z11 I1 + Z12 I2

V1 = Z21 I1 + Z22 I2

I1 Y11 Y12 V1
I2 Y21 Y22 V2

Hubungan antar rangkaian kutub empat disebut interkoneksi, terdapat tiga jenis
interkoneksi pada rangkaian kutub empat yaitu :
1. Interkoneksi Hubung Seri

V1
V2

Gambar 1.2 Rangkaian Interkoneksi Hubungan Seri

2. Interkoneksi Hubung Pararel

I1 I2
+ Na +
V1 V2
[YA]
- -

+ NB +

- [YB] -

Gambar 1.3 Rangkaian Interkoneksi Hubung Pararel

3. Interkoneksi Hubung Cascade

1 𝐼1 𝐼𝑎 𝐼𝑏 𝐼2 2 1 𝐼1 𝐼2 2
+ B1A1 + + A2 B2 + + A B +
𝑉1 𝑉𝑎 𝑉𝑏 𝑉2 𝑉1 𝑉2
- C1 D1 - - C2 D2 - - C D -
1 2 1 2

Gambar 1.4 Rangkaian Interkoneksi Hubung Cascade


1.3 ALAT DAN BAHAN
1. Trainer rangkaian listrik RL-T-UN-2016
2. 2 Buah Voltmeter DC
3. 2 Buah Ampermeter DC
4. Kabel penghubung ( Jack Banana )

1.4 LANGKAH PRAKTIKUM

I1 I2 I1 I2
+
+ - P Q - B + - - + B
A1 A2 A1 A2
+ R3 + R3 +

V1 R1 R2 V2 V1 V R1 R2 V V2

- - -

S R

a). b).

Gambar 1.5 (a) Rangkaian Parameter Admitansi; (b) Rangkaian Parameter


Impedansi

(a) Rangkaian Parameter Admitansi


1. Siapkan Trainer RL-T-UN-2016, kabel penghubung ( Jack Banana ) dan alat ukur
ampermeter dan voltmeter
2. Pastikan kondisi trainer RL-T-UN-2016 tidak terhubung dengan catu daya AC
3. Buatlah pengkabelan dengan mengacu pada skema rangkaian gambar 1.5 (a)
4. Pilihlah nilai hambatan yang tertera pada papan trainer RL-T-UN-2016
5. Hubungkan titik B dengan R, dan titik S dengan P
6. Berikan catu daya pada V1 dan balik polaritas A2
7. Hidupkan power suplay. Catat arus I1 dan I2 untuk tiap kenaikan tegangan V1
8. Hubungkan titik A dengan R dan S dengan Q
9. Betikan catu daya pada V2 dan balik polaritas A1 dan A2
10. Hidupkan Power Suplay. Catat arus I1 dan I2 untuk tiap kenaikan Tegangan V2
11. Kembalikan catu daya ke posisi nol (0), matikan power suplay
12. Lampirkan hasil perhitungan berdasarkan rumus pada laporan praktikum
13. Apa kesimpulan terhadap pengukuran yang anda lakukan?
1.5 HASIL PRAKTIKUM
 Hubungan B dengan R dan S dengan P

Tabel 1.1 Hasil Pengukuran Rangkaian Parameter Admitansi

V1 I1 I2

(Volt) (Amper) (Amper)

 Hubungan A dengan R dan S dengan Q

Tabel 1.2 Hasil Pengukuran Rangkaian Parameter Admitansi

V1 I1 I2

(Volt) (Amper) (Amper)

(b) Rangkaian Parameter Impedansi


1. .siapkan trainer RL- T-UN-2016, kabel penghubung (Jack Banana) dan alat ukur
amperneter dan voltmeter
2. Pastikan kondisi trainer RL-T-UN-2016 tidak terhubung dengan catu daya AC
3. Buatlah pengkabelan dengan mengacu pada skema rangkaian gambar 1.5 (b)
4. Pilihlah nilai hambatan yang tertera pada papan trainer RL-T-UN-2016
5. Berikan catu daya pada V1
6. Hidupkan power suplay. Catat tegangan V1 dan V2 untuk tiap kenaikan I1
7. Kembalikan catu daya ke posisi nol (0), matikan power suplay
8. Berikan catu daya pada V2
9. Hidupkan power suplay. Catat besar arus V1 dan V2 untuk tiap kenaikan I2
10. Kembalikan catu daya ke posisi nol (0), matikan power suplay
11. Apa kesimpulan terhadao oengukuran yang anda lakukan?

Tabel 1.3 Hasil Pengukuran Rangkaian Parameter Impedansi pada Catu Daya V1

V1 V1 I1

(Volt) (Volt) (Amper)

Tabel 1.4 Hasil Pengukuran Rangkaian Parameter Impedansi pada Catu Daya V2

V1 V1 I2

(Volt) (Volt) (Amper)


1.6 PERTANYAAN DAN TUGAS

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan rangkaian kutub empat?


2. Jelaskan alasan dibutuhkannya analisa rangkaian kutub empat dalam analisa
rangkaian listrik.
BAB 2

RANGKAIAN RESPON FREKUENSI RL

2.1 TUJUAN PRAKTIKUM

Mahasiswa dapat mempelajari efek perubahan frekuensi terhadap impedansi dan


arus pada rangkaian RL seri.

2.2 TEORI DASAR

Rangkaian RL adalah sebuah rangkaian yang terdiri dari resistor atau hambatan
dan inductor, yang terhuubung secara langsung terhadap sumber arus atau sumber
tegangan. Bila kontak saklar ditutup maka arus didalam hambatan mulai naik.
Seandainya inductor tersebut tidak ada, maka arus akan naik dengan cepat. Akaan
tetapi, karena adanya inductor, maka sebuah tegangan yang muncul didalam
rangkaian tersebut, dari hukum Lenz, maka tegangan gerak elektrik ini menentang
kenaikan arus, yang berarti polaritas tegangan gerak elektrik ini menentang kenaikan
arus. Jika terminal-terminal osiloskop dihubungkan melalui hambatan, maka bentuk
gelombang yang dipertunjukkan akan membentuk gelombang dari arus didalam
rangkaian tersebut karena penurunan potensial melalui R yang menentukan
penyimpangan osiloskop, adalah diberikan oleh V = I . R.

R VR
+
V
- L VL

Gambar 2.1 Rangkaian RL

Impedansi rangkaian RL seri diberikan rumus:


Z = √𝑅 2 + 𝑋𝐿2 ......................................................................................................................................... (2.1)

Jika R adalah constant, perubahan 𝑋𝐿 akan mempengaruhi Z. sehingga kenaikan 𝑋𝐿 ,


menyebabkan Z naik. Sebaliknya 𝑋𝐿 turun menyebabkan Z turun.

𝑋𝐿 = 2 . π . f . L .............................................................................................................................................. (2.2)

Perubahan 𝑋𝐿 dapat dilakukan dengan menaikkan atau menurunkan harga L, dengan f


mendekati constant. Dapat pula dengan menaikkan atau menurunkan f, dengan L mendekati
constant.

Arus pada rangkaian AC diberi rumus:

𝑉
I = 𝑍 ........................................................................................................................................................... (2.3)

Besarnya arus berbanding terbalik dengan Z. pada saat Z bertambah dengan f pada
rangkaian RL seri, maka arus akan berkurang sebagaimana f bertambah.

2.3 ALAT DAN BAHAN

1. Trainer rangkaian listrik RL-T-UN-2016


2. Function generator
3. Multimeter digital
4. Kabel penghubung (jack banana)

2.4 LANGKAH PRAKTIKUM

Gambar 2.2 Rangkaian Petunjuk Praktikum Frekuensi RL


1. Siapkan trainer RL-T-UN-2016, kabelpenghubung (jack banana), alat ukur digital
berupa multimeter
2. Pastikan kondisi trainer RL-T-UN-2016 dalam kondisi off
3. Buatlah pengkabelan dengan mengacu pada skema rangkaian gambar 2.2
4. Pilihlah nilai hambatan dan nilai inductor yang tertera pada papan trainer RL-T-UN-
2016 (Nilai R ditentukan sekali dalam praktikum ini)
5. Konsultasikan rangkaian yang dibuat dengan dosen pengampu, dan bila di acc,
selanjutnya
6. Hidupkan dana tur FG dengan Vout = 5 Vpp dan Frekuensi = 50Hz. Ukur nilai
resistor, tegangan pada resistor 𝑉𝑅 dan catat pada tabel 2.1
7. Atur FG sehingga f = 100Hz, cek tegangan keluaran = 5Vpp. Ukur 𝑉𝑅 dan catat pada
tabel 2.1
8. Ulangi langkah 6 untuk frekuensi seperti pada tabel 2.1 pada tiap frekuensi, ukur 𝑉𝑅
dan catat hasil pengukuran pada tabel 2.1 setelah pengukurab selesai, matikan AG
9. Dengan harga terukur dari 𝑉𝑅 dan R. hitung arus pada rangkaian tiap frekuensi.
Catat hasil pengukuran pada tabel 2.1
10. Dengan harga hasil perhitungan dari arus I dan tegangan V, hitung impedansi Z
rangkaian dari arus I dan tegangan V, hitung impedansi Z rangkaian pada tiap
frekuensi. Catat hasil perhitungan saudara pada tabel 2.1

2.5 HASIL PRAKTIKUM

Tabel 2.1 Hasil Pengukuran Rangkaian Respon Frekuensi RL

Tegangan Arus
Frekuensi Tegangan Impedansi
Ress Rangkaian

F,(Hz) (Vpp) Rangkaian


VR,(V) (A)
50 5
100 5
150 5
200 5
250 5
300 5
350 5
400 5
450 5
500 5

Catatan: R (nominal) = 10kΩ ; R (terukur) =……………………Ω

2.6 PERTANYAAN DAN TUGAS


1. Jelaskan dengan kalimat saudara, bagaimana efek perubahan frekuensi terhadap arus
dan impedansi pada suatu rangkaian RL seri.
2. Gambarkan grafik yang menggambarkan impedansi terhadap frekuensi menggunakan
data tabel 2.1, sumbu horizontal (x) menunjukkan frekuensi dan sumbu vertical (y)
menunjukkan impedansi. Dengan sumbu yang sama, gambarkangrafik arus terhadap
frekuensi!
3. Lampirkan Hasil Perhitungan berdasarkan rumus pada laporan praktikum
BAB 3

RANGKAIAN RESPON FREKUENSI RC

3.1 TUJUAN PRAKTIKUM

Setelah melakukan praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat mempelajari efek


perubahan frekuensi terhadap impedansi dan arus pada rangkaian RC seri

3.2 TEORI DASAR

Rangkaian RC adalah suatu rangkaian seri yang tersusun oleh resistor atau
penghambat (hambatan) dan kapasitor yang terhubung oleh suatu sumber arus atau
sumber tegangan. Disini kita memasukkan kapasitor sebagai sebuah elemen rangkaian
yang akan menghantarkan kita ke konsep arus-arus yang berubah terhadap waktu. Jika
sebuah hambatan dimasukkan didalam rangkaian maka pertambahan muatan dari
kapasitor per satuan waktu menuju nilaikesetimbangannya. Sifat rangkaian RC didalam
selama permuatan dan pelucutan dapat dipelajari dengan sebuah osiloscop. Yang dapat
mempertunjukkan pada layar florensen sinyal grafik-grafik variasi potensial dengan waktu.
Sehingga dapat terlihat perbedaan potensial V terhadap kapasitor dan perbedaan potensial
V, melalui hambatan sebagai fungsi-fungsi dari waktu. Membanding fasa tegangan disetiap
elemen terhadap arus I.

+ VR

- VC

Gambar 3.1 Rangkaian RC


Impedansi rangkaian RC seri diberikan rumus :

Z = √𝑅 2 + 𝑋𝐶 ²....................................................................................................................................... (3.1)

Perubahan Xc Berbanding terbalik dengan frekuensi. Rumus Xc


1
Xc = 2.𝜋.𝑓.𝐶................................................................................................................................................ (3.2)

Impedansi rangkaian RC seri bertambah dengan penurunan frekuensi dan sebaliknya


akan berkurang dengan kenaikan frekuensi.

Besarnya arus berbanding terbalik dengan Z. pada saat Z bertambah dengan F pada
rangkaian RL seri, maka arus akan berkurang sebagaimana F bertambah.

Pada rangkaian RC seri, ketika F Berkurang, Xc Bertambah, Z Bertambah dan I


berkurang. Ketika F bertambah, Xc Berkurang, Z berkurang dan I bertambah.

Hubungan ini berkebalikan dengan rangkaian RL seri. Sehingga dapat dikatakan bahwa
efek dari kapasitor dan inductor pada arus rangkaian RC dan RL adalah kebalikan

3.3 ALAT DAN BAHAN

1. Trainer Rangkian Listrik RL-T-UN-2016


2. Function Generator
3. Multimeter Digital
4. Kabel Penghubung (Jack Banana)

3.5 PETUNJUK PRAKTIKUM

Gambar 3.2 Rangkaian Respon Petunjuk Praktikum Frekuensi RC

1. Siapkan trainer RL-T-UN-2016, kabel penghubung, alat ukur digital berupa


multimeter.
2. Pastikan kondisi trainer RL-T-UN-2016 dalam kondisi off.
3. Buatlah pengkabelan dengan mengacu pada skema rangkaian gambar 3.2
4. Pilihlah nilai hambatan dan nilai kapasitor yang tertera pada papan trainer RL-T-
UN-2016
5. Konsultasikan rangkaian yang dibuat dengan dosen pembimbing dan bila di acc,
selanjutnya
6. Hidupkan dana tur FG dengan Vout = 5 Vpp dan Frekuensi = 50 Hz. Ukur nilai
resistor, tegangan pada resistor VR dan catat pada tabel 3.1 pengukuran
7. Turunkan frekuensi menjadi 450Hz. Cek tegangan keluarannya ukur VR dan catat
pada tabel 3.1
8. Ulangi langkah 6 untuk frekuensi seperti tabel 3.1, setelah itu pengukuran selesai
matikan AG
9. Dengan menggunakan harga VR yang terukur pada (dari tabel 3.1) dan R (dari
tabel2.1) hitung arus I pada rangkaian tiap frekuensi. Catat hasil perhitungan pada
tabel 3.2
10. Dengan menggunakan harga hasil perhitungan arus I dan tegangan V, hitung
impedansi rangkaian pada tiap harga frekuensi. Catat hasil perhitungan pada tabel
3.1

3.5 HASIL PRAKTIKUM

Tabel 3.1 Respon Frekuensi Rangkaian RC seri

Tegangan Arus
Frekuensi Tegangan
Ress Rangkaian Impedansi
Rangkaian
F, (Hz) (Vpp)
VR, (V) (A)
50 5
100 5
150 5
200 5
250 5
300 5
350 5
400 5
450 5
500 5

Catatan: R(nominal) = Ω ; R(terukur) =…………..Ω

3.6 PERTANYAAN DAN TUGAS

1. Gambarkan Grafik yang menggambarkan impedansi terhadap frekuensi


menggunakan data tabel 3.1, sumbu horizontal (x) menunjukkan frekuensi dan
sumbu vertical (y) menunjukkan impedansi. Dengan sumbu yang sama,
gambarkan grafik terhadap frekuensi
2. Apakah ada bagian grafik linier pada grafik pertanyaan 1?. Jika tidak ada,
mengapa linier, jelaskan!
3. Bagaimana grafik impedansi terhadap frekuensi pada rangkaian RL seri berbeda
dengan rangkaian RC? Jelaskan!
4. Bagaimana grafik arus terhadap frekuensi pada rangkaian RL seri berbeda
dengan rangkaian RC seri? Jelaskan!
5. Buatlah kesimpulan dari percobaan ini!
BAB 4

RANGKAIAN BEBAN RESISTIF PADA RANGKAIAN AC

4.1 TUJUAN PRAKTIKUM

1. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami dasar-dasar rangkaian AC


2. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami tentang nilai puncak, nilai rms, dan
nilai rata-rata/average
3. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami karakteristik beban resistif pada
rangkaian AC

4.2 TEORI DASAR

Jaringan pada listrik AC memiliki tiga jenis beban listrik yang harus dipotong oleh
pembangkit listrik. Ketiga beban tersebut yaitu beban resistif, beban induktif, dan beban
kapasitif. Ketiganya memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lainnya.

Beban resistif dihasilkan oleh alat-alat listrik yang bersifat murni tahanan (resistor)
seperti pada elemen pemanas dan lampu pijar. Beban resistif ini memiliki sifat yang “pasif”,
dimana ia tidak mampu memproduksi energy listrik, dan justru menjadi konsumen energy
listrik. Resistor bersifat menghalangi aliran electron yang melewatinya (dengan jalan
menurunkan tegangan listrik yang mengalir), sehingga mengakibatkan terkonversinya
energy listrik menjadi panas. Dengan sifat demikian, resistor tidak akan merubah sifat-sifat
listrik AC yang mengalirinya. Gelombarng arus dan tegangan listrik yang melewati resistor
akan selalu bersamaan membentuk bukit dan lembah. Dengan kata lain, beban resistif tidak
akan menggeser posisi gelombang arus maupun tegangan listrik AC.
Gambar 4.1 Gelombang sinusoidal Beban Resistif Listrik AC

Nampak pada grafik diatas, karena gelombang tegangan dan arus listrik berada pada
fase yang sama maka nilai dari daya listrik akan selalu positif. Inilah mengapa beban resistif
murni akan selalu ditompang oleh 100% daya nyata.

Apabila terdapat sebuah beban resistif murni R pada rangkaian AC, maka persamaan
tegangannya adalah:

V = Vm sin ωt ........................................................................................................................................ (4.1)

Dan sesuai dengan Hukum OHM, maka arus yang dihasilkan adalah

𝑣 𝑉𝑚 sin ωt
I=𝑅 = sin ωt ............................................................................................................................ (4.2)
𝑅

Dari persamaan diatas, terlihat bahwa tegangan dan arus sesaat pada rangkaian AC
untuk beban resistif murni adalah Sefasa, karena sudut fasa ωt yang sama dan melewati nol
secara bersamaan.

4.3 ALAT DAN BAHAN

1. Trainer rangkaian listrik RL-T-UN-2016


2. Function Genarator
3. Oscillopscope
4. Multimeter digital
5. Kabel penghubung ( banana jack )
4.4 LANGKAH PRAKTIKUM

V R

Gambar 4.2 rangkaian petunjuk praktikum pengukuran AC untuk R

1. Siapkan trainer RL-T-UN-2016, kabel penghubung (banana jack), komponen


resistor
2. Pastikan kondisi trainer RL-T-UN-2016 tidak terhubung dengan catu daya AC
3. Buatlah pengkabelan dengan mengacu pada skema rangkaian gambar 4.2
4. Pilihlah nilai resistor yang tertera pada papan trainer RL-T-UN-2016
5. Konsultasikan rangkaian yang anda buat dengan dosen pengampu, bila di ACC,
selanjutnya
6. Hidupkan dana tur FG (Function Generator) dengan frekuensi awal = 10 Hz
(Mengikuti tabel 4.1)
7. Perhatikan bentuk dan gelombang oscillopscope, gambar dan catat nilai
tegangan puncak Vm pada tabel 4.1 hasil percobaan
8. Isilah tabel berdasarkan pengukuran dan rumus dari rangkaian skema gambar
4.1
9. Lampirkan hasil perhitungan berdasarkan rumus pada laporan praktikum

4.5 HASIL PRAKTIKUM

Tabel 4.2 Hasil Percobaan Beban resistif R

Arus
Arus
Frekuensi Tegangan berdasarkan
Pengukuran
Vm (V) perhitungan
F, (Hz) (Vpp)
(A)
(A)
10 5
20 5
30 5
40 5
50 5

CATATAN: R (NOMINAL) = ……….….Ω ; R (TERUKUR) = …………..Ω

4.6 PERTANYAAN DAN TUGAS

1. Hitung tegangan maksimum Vm


2. Hitung nilai tegangan rata-rata Vav
3. Untuk semua frekuensi, hitunglah periode gelombang tegangannta
4. Untuk semua frekuensi, hitunglah nilai R[V/I
5. Bandingkan nilai tahanan dari hasil perhitungan dengan daya resistor yang
digunakan? Apa alasannya?
6. Apa pendapat anda tentang resistansi terhadap perubahan frekuensi? Jelaskan
secara detail
7. Lampirkan hasil perhitungan berdasarkan rumus pada laporan praktikum
8. Berilah kesimpulan anda tentang percobaan ini.
BAB 5

BEBAN INDUKTIF L PADA RANGKAIAN AC

5.2 TUJUAN PRAKTIKUM

1. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami dasar-dasar rangkaian AC


2. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami karakteristik beban induktif pada
rangkaian AC

5.1 TEORI DASAR

Beban induktif diciptakan oleh lilitan kawat (kumparan) yang terdapat di berbagai
alat-alat listrik seperti motor, trafo, dan relay. Kumparan dibutuhkan oleh alat-alat listrik
tersebut untuk menciipatakan medan magnet sebagai komponen kerjanya. Pembangkitan
medan magnet pada kumparan inilah yang menjadi beban induktif pada rangkaian arus
listrik AC.

Beban induktif (L) yaitu beban yang terdiri dari kumparan kawat yang dililitkan pada
suatu inti, seperti coil, transformator, dan soleonida. Beban ini dapat mengakibatkan
pergeseran fasa (phase shift) pada arus sehingga bersifat lagging. Hal ini disebabkan oleh
energy yang tersimpan berpa medan magnetis aka mengakibatkan fasa arus bergeser
menjadi tertinggal terhadap tegangan. Beban jenis ini menyerap daya aktif dan daya reaktif.
Persamaan daya aktif untuk beban induktif adalah sebagai berikut:

I V

AC V L
I
V=V 0°
I=I -90° = -jI
Ket: Arus pada rangkaian AC untuk beban induktif murni tertinggal 2 pi rad atau 90°
terhadap tegangannya

Gambar 5.1 Gelombang sinusoidal Beban Induktif Listrik AC

P = VI cos ϕ

Dengan :

P = Daya aktif yang diserap beban ( watt)

V = Tegangan yang mencatu beban ( Volt )

I = Arus yang mengalir pada beban ( A )

ᵠ = Sudut antara arus dan tegangan

Apabila terdapat sebuah beban induktif murni L pada rangkaian AC, maka sesuai
persamaan nilai tegangannya adalah:

V = 𝑉𝑚 𝑠𝑖𝑛 ωt ......................................................................................................................................... (5.1)

Dan tegangannya juga dipengaruhi besarnya induktansi dan perubahan arus terhadap
waktu, sehingga:

𝑑𝐼
V = L𝑑𝑇 .................................................................................................................................................... (5.2)
Dari kedua persamaan ditas, jika disubtitusikan:

𝑑𝐼
L𝑑𝑇…= 𝑉𝑚 Sin ϕt .................................................................................................................................... (5.3)

𝑉𝑚
di = Sin ϕt dt.................................................................................................................................... (5.4)
𝐿

𝑉𝑚
i= ∫ 𝑆𝑖𝑛 ϕt dt................................................................................................................................... (5.5)
𝐿

𝑉 𝑉𝑚 𝜋
i = − 𝜔𝐿
𝑚
cos 𝜔𝑡 = sin (𝜔𝑡 − 2 ) ................................................................................................. (5.6)
𝑋𝐿

XL adalah reaktansi induktif dengan besaran Ohm, dimana:

XL = 2 𝜋𝑓𝐿 ........................................................................................................................................... (5.7)

5.3 ALAT DAN BAHAN

1. Trainer rangkaian listrik RL-T-UN-2016


2. Function generator
3. Oscilloscope
4. Multimeter digital
5. Kabel penghubung (jack banana)

5.4 PETUNJUK PRAKTIKUM

V L

Gambar 5.2 Rangkaian Petunjuk Praktikum Pengukuran AC untuk L


1. Siapkan trainer RL-T-UN-2016, kabel penghubung (jack banana), komponen
inductor.
2. Pastikan kondisi trainer RL-T-UN-2016 tidak terhubung dengan catu daya AC.
3. Buatlah pengkabelan dengan mengacu pada skema rangkaian gambar 5.2
4. Pilihlah nilai lilitan/inductor yang tertera pada papan trainer RL-T-UN-2016.
5. Konsultasikan rangkaian yang anda buat dengan dosen pengampu, bila di ACC,
selanjutnya.
6. Hidupkan dana tur FG dengan frekuensi awal = 10Hz (mengikuti tabel 5.1)
7. Perhatikan bentuk dan gelombang osiloskop, gambar dan catat nilai tegangan
puncak Vm pada tabel 5.1 hasil percobaan.
8. Isilah tabel berdasarkan pengukuran dan rumus dari rangkaian skema gambar 5.1
9. Lampirkan hasil perhitungan berdasarkan rumus pada laporan praktikum.

5.4 HASIL PRAKTIKUM

Tabel 5.1 Hasil Percobaan Beban Resistif L

Arus
Arus
Frekuensi Tegangan Vm Berdasarkan
Pengukuran
Perhitungan
F, (Hz) (Vpp) (V)
(A)
(A)

10

20

30

40

50
5.6 PERTANYAAN DAN TUGAS

1. Hitunglah nilai tegangan maksimum Vm


2. Hitunglah nilai tegangan rata-rata Vav
3. Hitunglah nilai reaktansi induktif untuk setiap perubahan frekuensi. 𝑋𝐿 = V/I untuk
setiap perubahan frekuensi
4. Hitunglah nilai reaktansi induktif untuk setiap perubahan frekuensi 𝑋𝐿 = 2πf L untuk
setiap perubahan frekuensi.
5. Bandingkan nilai reaktansi induktif dari hasil perhitungan untuk kedua formula
tersebut? Apa pendapat anda>
6. Apa pendapat anda tentang reaktansi induktif terhadap perubahan frekuensi?
Jelaskan secara detail.
7. Berilah kesimpulan anda tentang percobaan ini.
BAB 6

BEBAN KAPASITIF C PADA RANGKAIAN AC

6.1 TUJUAN PRAKTIKUM

1. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami dasar-dasar rangkaian AC


2. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami karakteristik beban kapasitif pada rangkaian
AC.

6.2 TEORI DASAR

Beban kapasitif merupakan kebalikan dari beban induktif. Jika beban induktif
menghalangi terjadinya perubahan nilai arus listrik AC, maka beban kapasitif, bersifat
menghalangi terjadinya perubahan nilai tegangan listrik. Sifat ini menunjukkan bahwa kapasitor
bersifat seakan-akan menyimpan tegangan listrik sesaat.

Beban kapasitif (C) yaitu beban yang memiliki kemampuan kapasitansi atau
kemampuan untuk menyimpan energi yang berasal dari pengisian elektrik (electrical discharge)
pada suatu sirkuit. Komponen ini dapat menyebabkan arus leading terhadap tegangan. Arus
leading yang biasa disebut dengan PF leading mendahului dari tegangan. Beban jenis ini
menyerap daya aktif dan mengeluarkan daya reaktif.

I
I
V
V C
AC

V=V 0°
I=I -90° = -jI
Ket: arus pada rangkaian AC untuk beban kapasitifini mendahului 2𝜋 rad atau 90˚ terhadap
tegangannya.

Gambar 6.1 Gelombang Sinusodial Beban Induktif Listrik AC

Apabila terdapat sebuah beban kapasitif murni C pada rangkaian AC maka nilai tegangannya
adalah :

V = Vm sin 𝜔𝑡 ................................................................................................ (6.1)

Dan arusnya dipengaruhi oleh besarnya perubahan muatan listrik terhadap waktu, dimana:

𝑑𝑞
i = 𝑑𝑡 ............................................................................................................... (6.2)

𝑑(𝐶𝑣) 𝑑
i= = C 𝑑𝑡 Vm sin 𝜔𝑡 ............................................................................ (6.3)
𝑑𝑡

i = 𝜔𝐶𝑉𝑚 cos 𝜔𝑡 ..................................................................................... (6.4)

𝑉𝑚 𝜋
i= sin(𝜔𝑡 + 2 )........................................................................................ (6.5)
𝑋𝐶

XC adalah reaktansi kapasitif dengan besaran Ohm, dimana :

1
XC = .................................................................................................. (6.6)
𝜔𝐶
6.3 ALAT DAN BAHAN

1. Trainer rangkaian listrik RL-T-UN-2016


2. Function Generator
3. Oscilloscope
4. Multimeter digital
5. Kabel penghubung (Jack banana)

6.4 LANGKAH PRAKTIKUM

C
AC V

Gambar 6.2 Rangkaian Pentujuk Praktikum Pengukuran AC untuk AC

1. Siapkan trainer RL-T-UN-2016, kabel penghubung (Jack banana), komponen induktor.


2. Pastikan kondisi trainer RL-T-UN-2016 tidak terhubung dengan catu daya AC.
3. Buatlah pengkabelan dengan mengacu pada skema rangkaian ganbar 6.2.
4. Pilihlah nilai kapasitor yang tertera pada papan trainer RL-T-UN-2016.
5. Konsultasikan rangkaian yang anda buat dengan dosen pengampu, bila di ACC,
selanjutnya.
6. Hidupkan dan Atur FG dengan frekuensi awal= 10HZ (Mengikuti tabel 6.1)
7. Perhatikan bentuk dan gelombang oscilloscope , gambar dan catat nilai tegangan puncak
Vm pada tabel 6.1 hasil percobaan.
8. Isilah tabel berdasarkan pengukuran dan rumus dari rangkaian skema gambar 6.1.
9. Lampirkan hasil perhitungan berdasarkan rumus pada laporan praktikum.
6.5 HASIL PRAKTIKUM

Tabel 6.1 Hasil Percobaan Beban resistif C

Arus
Arus
Frekuensi Tegangan Berdasarkan
Pengukuran
Vm (V) Perhitungan
F, (HZ) (Vpp)
(A)
(A)
10 5
20 5
30 5
40 5
50 5

6.5 PERTANYAAN DAN TUGAS

1. Hitunglah nilai tegangan maksimum Vm .


2. Hitunglah nilai tegangan rata-rata Vav.
3. Hitunglah nilai reaktansi kapasitif untuk setiap perubahan frekuensi, XC =V/I untuk setiap
perubahan frekuensi.
4. Hitunglah nilai reaktansi kapasitif untuk setiap perubahan frekuensi XC = 2𝜋𝑓 𝐿 untuk
setiap perubahan frekuensi.
5. Bandingkan nilai reaktansi kapasitif dari hasil perhitungan untuk kedua formula tersebut?
Apa pendapat anda?
6. Apa pendapat anda tentang reaktansi kapasitif terhadap perubahan frekuensi? Jelaskan
secara detail.
7. Lampirkan hasil perhitungan berdasarkan rumus pada laporan praktikum.
8. Berilah kesimpulan anda tentang percobaan ini.
BAB 7

RANGKAIAN RL SERI

7.1 TUJUAN PRAKTIKUM

Pada saat melakukan praktikum mahasiswa dapat mengerti dan memahami tentang
karakteristik rangkaian AC seri serta memahami tentang rangkaian RL seri.

7.2 TEORI DASAR

Apabila terdapat sesuatu resistansi murni R dan gulungan induktif murni L di dalam sebuah
rangkaian AC, dengan masukan rms V dan arus mengalir I, seperti pada gambar berikut:

R L

𝑉𝐿 𝑉𝐿
𝑉𝑅 V
AC

𝑉𝑅 I

Gambar 7.1 Rangkaian RL Seri

Sesuai dengan gambar diatas, arus yang mengalir pada resistor sama dengan arus yang
mengalir pada induktor, yaitu I. Tetapi tegangan resistor VR tidak sama dengan tegangan
induktor VL. Sesuai dengan pembahasan pada Bab sebelumnya, bahwa tegangan dan arus untuk
beban resistif adalah sefasa, tetapi untuk beban induktif rusnya tertinggal 90˚ terhadap
tegangannya, karena arus yang melewati resistor dan induktor sama, maka arus sebagai referensi
dan tegangan resistor VR dan tegangan induktor VL terpisah 90˚, lihat phasor pada gambar vektor
7.1) sehingga tegangan V merupakan vektor dengan besar V dan sudut , dimana :
V=√𝑉𝑅 2 + 𝑉𝐿 2 .......................................................................................................................... (7.1)

𝑉
ᵠ = 𝑡𝑎𝑛−1 (𝑉 𝐿 ) ......................................................................................................................... (7.2)
𝑅

Karena VR = I . R

Dan VL = I. XL

Maka tegangan V adalah :

V = √(𝐼. 𝑅)2 + (𝐼. 𝑋𝐿)2 ............................................................................................................. (7.3)

𝑉 2 = 𝐼 2 (𝑅 2 + XL2) .................................................................................................................... (7.4)

Sehingga arus yang mengalir dalam rangkaian RL seri adalah :

𝑉
I = √𝑅2 ............................................................................................................................... (7.5)
+𝑋𝐿2

𝑉
I = 𝑍 .......................................................................................................................................... (7.6)

Hubungan antara impedansi, resistansi dan reaktansi induktif, dapat diperlihatkan pada
gambar phasor berikut:

V 𝑋𝐿


R

Gambar 7.2 Phasor Diagram rangkaian RL

Dan adalah sudut antara impedansi Z terhadap resistansi R, yang disebut juga sudut
fasa dimana :

ᵠ = 𝑡𝑎𝑛−1 (𝑋𝐿𝑅) ..................................................................................................... (7.7)


Dan cos R = Z cos ᵠ
Sehingga impedansi Z merupakan vektor yang dinyatakan dalam bentuk bentuk
bilangan komleks, dan dinyatakan dalam bentuk polar adalah :

Z=Z< ᵠ ........................................................................................................................................(7.8)
Dan Bila impedansi Z dinyatakan dalam bentuk bilangan rectangular :

Z = R + j XL .................................................................................................................... (7.9)

7.3 ALAT DAN BAHAN

1. Trainer rangkaian listrik RL-T-UN-2016


2. Function Generator
3. Oscilloscope
4. Multimeter digital

7.4 LANGKAH PRAKTIKUM

𝑉𝑅 𝑉𝐿
V V

R L

A
I

AFG
I

Gambar 7.3 Rngkaian Petunjuk Praktikum RL Seri

1. Siapkan trainer RL-T-UN-2016, kabel penghubung (Jack banana), komponen resistor


dan induktor.
2. Pastikan kondisi trainer RL-T-UN-2016 tidak terhubung dengan catu daya AC.
3. Buatlah pengkabelan dengan mengacu pada skema rangkaian gambar 7.2.
4. Pilihlah nilai resistor dan induktor yang tertera pada papan trainer RL-T-UN-2016.
5. Konsultasikan rangkaian yang anda buat dengan dosen pengampu, bila di ACC,
selanjutnya.
6. Hidupkan dan Atur FG dengan frekuensi awal= 10HZ (Mengikuti tabel 7.1).
7. Dengan memperhatikan voltmeter, atur tegangan awal keluaran AFG pada 5volt.
8. Diusahakan tegangan V tersebut dipertahankan konstan pada 5 volt.
9. Catat nilai pada tabel 7.1 yang ditunjukkam alat ukur, I, VR, dan VL pada tabel hasil
percobaan.
10. Ulangi langkah 6 dan 9 dengan frekuensi yang bervariasi sesuai dengan tabel.
11. Lampirkan hasil perhitungan berdasarkan rumus pada laporan praktikum.

7.5 HASIL PRAKTIKUM

Arus Arus berdasarkan


Frekuensi
Pengukuran perhitungan
NO 𝑉𝑅 (𝑉𝑜𝑙𝑡) 𝑉𝐿 (𝑉𝑜𝑙𝑡)
F, (Hz)
(mA) (A)
1 10
2 20
3 30
4 40
5 50

Tabel 7.1 Hasil Pengukuran Rangkaian RL Sei

7.6 PERTANYAAN DAN TUGAS

Hitunglah untuk semua frekuensi pada tabel percobaan rangkaian RL Seri:

𝑉𝐿
 Nilai reaktansi induktif XL dengan metode XL = 2𝜋𝑓𝐿 dan XL = 𝑟
𝑉
 Nilai Impedansi Z dengan metode Z = √𝑅 2 𝑋𝐿2
+ dan Z = 𝐼
 Nilai pf dan sudut fasa
 Hitunglah nilai daya S, P, dan Q
 Buatlah Grafik untuk rangkaian RL seri Z = f (frekuensi)
 Bandingkan nilai reaktansi induktif XL dari hasil perhitungan dengan kedua metode
tersebut untuk rangkaian RL seri, jelaskan!
 Buatlah phasor diagram untuk tegangan, impedansi dan daya dari salah satu data dari
hasil percobaan rangkaian RL seri!
 Dengan memperhatikan grafik Z = f (frekuensi) untuk rangkaian RL seri, apa pengaruh
frekuesni terhadap impedansi, jelaskan!

.
BAB 8

RANGKAIAN RC SERI

8.1 TUJUAN PRAKTIKUM

Pada saat melakukan praktikum mahasiswa dapat mengerti dan memahami


tentang karakteristik rangakian AC seri serta mema hami tentang rangkaian RL seri.

8.2 TEORI DASAR

Apabila terhadap resistansi murni R dan kapasitif murni C didalam sebuah


rangkaian AC, dengan masukan tegangan rms V dan arus yang mengalir I, seperti pada
gambar beri = ut.

R C

I ᵠ 𝑉𝑅 I
𝑉𝐿 𝑉𝐶
𝑉𝑅 I
V
AC

Gambar 8.1 Rangkaian RC seri

Dari gambar diatas, arus yang mengalir pada resistor sama dengan arus yang
mengalir pada kapasitor, yaitu I, dan tegangan resistor VR tidak sama dengan tegangan
kapasitor VC, analogi dengan rangkaian RL seri, bahwa tegangan dan arus untuk beban
resistif adalah sefasa, tetapi untuk beban kapasitif arusnya mendahului 90˚, (lihat gambar
vektor 8.1), sehingga tegangan V merupakan vektor yang mempunyai besaran V dan sudut
, dimana:
V=√𝑉𝑅 2 + (−𝑉𝐶 )2 ............................................................................................................. (8.1)

ᵠ = 𝑡𝑎𝑛−1 (𝐼𝑅𝐼𝐿 ) ....................................................................................................................................... (8.2)

Karena VR = I . R

Dan VC = I. XC

Maka tegangan V adalah :

V = √(𝐼. 𝑅)2 + (−𝐼. 𝑋𝐶)2 ................................................................................................ (8.3)

𝑉 2 = 𝐼 2 (𝑅 2 + 𝑋𝐶 2 )............................................................................................................. (8.4)

Sehingga arus yang mengalir dalam rangkaian RC seri adalah :

𝑉
I = √𝑅2 ...................................................................................................................... (8.5)
+𝑋𝐶 2

𝑉
I = 𝑍 .................................................................................................................................. (8.6)

Pada rangkaian RC seri, Z adalah suatu impedansi dari rangkaian AC yang terdiri dari
suatu resistansi dan reaktansi kapasitif dengan satuan ohm, dimana :

Z = √𝑅 2 + 𝑋𝐶 2 ................................................................................................................ (8.7)

Hubungan antara impedansi, resistansi dan reaktansi kapasitif, diper;ihatkan pada


gambar phasor berikut ini :

R

𝑉𝐶
z

Gambar 8.2 Phasor diagram rangkaian RC seri


Seperti pada rangkaian RL seri, adalah sudut antara impedansi Z terhadap resistansi
R dimana :

ᵠ = 𝑡𝑎𝑛−1 (𝑋𝐶𝑅)
Dan R = Z cos

Sehingga impedansi Z merupakan vektor yang dapat dinyatakan dalam bentuk


bilangan kompleks, jika dinyatakan dalam bentuk polar adalah :

Z =Z< ᵠ
Dan bila impedansi Z dinyatakan dalam bentuk bilangan rectangular :

Z = R – j XC

8.3 ALAT DAN BAHAN

Trainer rangkaian listrik RL-T-UN-2016

1. Function Generator
2. Oscilloscope
3. Multimeter digital.

8.5 LANGKAH PRAKTIKUM

𝑉𝑅 𝑉𝐶
V V

A R C
I

AFG
I

Gambar 8.2 Rangkaian Petunjuk Praktikum RC Seri


1. Siapkan trainer RL-T-UN-2016, kabel penghubung ( Jack banana), komponen
resistor dan kapasitor.
2. Pastikan kondisi trainer RL-T-UN-2016.
3. Buatlah pengkabelan dengan mengacu pada skema rangkaian gambar 8.2.
4. Pilihlah nilai resistor dan kapasitor yang tertera pada papan trainer RL-T-UN-2016.
5. Konsultasikan rangkaian yang anda buat dengan dosen pengampu, bila di ACC,
selanjutnya.
6. Hidupkan dan Atur FG dengan frekuensi awal= 10HZ (Mengikuti tabel 8.1)
7. Dengan memperhatikan voltmeter, atur tegangan awal keluaran AFG pada 5 volt.
8. Diusahakan tegangan V tersebut dipertahankan konstan pada 5 volt.
9. Catat nilai pada tabel 8.1 yang ditunjukkan alat ukur I, V, dan VC.
10. Ulangi langkah 6 dan 9 dengan frekuensi yang bervariasi sesuai dengan tabel.
11. Lampirkan hasil perhitungan berdasarkan rumus pada laporan praktikum.

8.5 HASIL PRAKTIKUM

Tabel 8.1 Hasil Pengukuran Rangkaian RC Seri

Arus Arus Berdasarkan


Frekuensi VR VC
NO Pengukuran Perhitungan
F, (HZ) (Volt) (Volt)
(mA) (A)
1. 10
2. 20
3. 30
4. 40
5. 50

8.6 PERTANYAAN DAN TUGAS

Hitunglah untuk semua frekuensi pada tabel percobaan rangkaian RC Seri:

1 𝑉𝐶
 Nilai reaktansi kapasitif XC dengan metode XC = dan XC = 𝐼
𝑉
 Hitunglah nilai impedansi Z dengan metode Z = √𝑅 2 + 𝑋𝐶 2 dan Z = 𝐼
 Hitunglah nilai pf dan sudut fasa
 Hitunglah nilai daya S, P, dan Q
 Buatlah Grafik untuk rangkaian RC seri Z = f (frekuensi)
 Bandingkan nilai reaktansi kapasitif XC dari hasil perhitungan dengan kedua metode
tersebut untuk rangkaian RC seri, jelaskan!
 Bandingkan nilai impedansi Z dari hasil perhitungan dengan kedua metode tersebut
untuk rangkaian RC seri, jelaskan!
 Buatlah phasor diagram untuk tegangan, impedansi daya dari salah satu data hasil
percobaan rangkaian RC seri !
 Dengan memperhatikan grafik Z= f (frequensi) untuk rangkaian RC seri, apa pengaruh
frekuensi terhadap impedansi, jelaskan !
BAB IX

RANGKAIAN RLC SERI

9.1 TUJUAN PRAKTIKUM

Pada saat melakukan Praktikum mahasiswa dapat mengerti dan memahami tentang
karakteristik rangkaian AC seri serta memahami tentang rangkaian RLC seri.

Rangkaian Seri RLC yaitu rangkaian yang terdiri atas hambatan, inductor dan kapasitor
yang dihubungkan seri, kemudian dihubungkan dengan sumber tegangan AC. Telah
diterangkan bahwa pada rangkaian hambatan arus tegangan sefase, sedangkan pada
inductor tegangan mendahului arus, dan pada kapasitor arus mendahului tegangan. Sifat
rangkaian seri dari sebuah resistor dan sebuah inductor yang dihubungkan dengan sumber
tegangan bolak-balik sinusioda adalah terjadinya pembagian tegangan di (VR), (VL) DAN (VC)
secara vektoris. Arus (i) yang mengalir pada hubungan seri adalah sama besar. Arus (i)
tertinggal 90° tehadap tegangan inductor (VL). Tidak terjadi perbedaan fasa antara tegangan
jatuh pada resistor (VR) dan arus (i). gambar dibawah ini memperlihatkan rangkaian seri R-L-
C

Dan hubungan arus (i), tegangan resistor (VR), tegangan kapasitor (VC)

Gambar 9.1 Rangkaian RLC seri


Sehingga arus yang mengalir pada resistor, inductor dan kapasitor sama nilainya
yaitu I dan tegangan pada rangkaian terdiri tegangan resistor VR, tegangan inductor VL,
dan tegangan VC. Karena arus yang mengalir pada beban sama, maka arus sebagai
referensi maka seperti yang terlihat pada gambar phasor, sehingga tegangan V
merupakan vector yang mempunyai besaran V dan sudut ϕ, dimana :

V = √𝑉𝑅 2 + (𝑉𝐿 − 𝑉𝐶)2 .............................................................................................................................. (9.1)

𝑉𝐿−𝑉𝐶
Φ=𝑡𝑎𝑛−1 [ ] ............................................................................................................................................. (9.2)
𝑉𝑅

Dan arus yang mengalir dalam rangkaian RLC seri adalah:


𝑉
I= .............................................................................................................................. (9.3)
√𝑅 2 +(𝑋𝐿 −𝑋𝐶 )²

I = V/Z ............................................................................................................................................... (9.4)

Z adalah suatu impedansi dari rangkaian RLC seri yang terdiri dari suatu resistansi
dan reaktansi induktif dan reaktansi kapasitif dengan satuan ohm, dimana:

Z = √𝑅 2 + 𝑋² ......................................................................................................................................... (9.5)

X = 𝑋𝐿 -𝑋𝐶 ................................................................................................................................................. (9.6)

Hubungan antara impedansi, resistansi, reaktansi indukrif dan reaktansi kapasitif


diperlihatkan pada gambar phasor berikut:

𝑋𝐿

Z (𝐼𝐿 − 𝑋𝐶 )

φ
R
𝑋𝐶

Gambar 9.2 Phasor diagram rangkaian RLC seri

Dan adalah sudut antara impedansi Z tehadap resistansi R dimana:


ϕ = 𝑡𝑎𝑛−1 ................................................................................................................... (9.5)

Dan R = Z cos ϕ............................................................................................................................. (9.6)

Sehingga impedansi Z merupakan vector dan dinyatakan dalam bentuk bilangan


kompleks, jika dalam bentuk polar adalah:

Z=Z<ϕ

Dan bila impedansi Z dinyatakan dalam bentuk bilangan rectangular:

Z=R+j(XL + XC)

9.3 ALAT DAN BAHAN

1. Trainer rangkaian listrik RL-T-UN-2016


2. Function Generator
3. Oscilloscope
4. Multimete digital

9.4 LANGKAH PRAKTIKUM

𝑉𝑅 𝑉𝐿 𝑉𝐶
V V V

R L C
A
I AFG I

Gambar 9.2 Petunjuk Praktikum Rangkaian RLC


1. Siapkan trainer RL-T-UN-2016, kabel penghubung (jack banana), komponen
resistor, inductor dan kapasitor
2. Pastikan kondisi trainer RL-T-UN-2016 tidak terhubung dengan catu daya AC
3. Buatlah pengkabelan dengan mengacu pada skema rangkaian gambar 9.3
4. Pilihlah nilai resistor, inductor dan kapasitor yang tertera pada papan trainer RL-T-
UN-2016
5. Konsultasikan rangkaian yang anda buat dengan dosen pengampu bila di ACC,
selanjutnya
6. Hidupkan dana tur AFG dengan frekuensi awal = 5 Hz (Mengikuti tabel 9.1)
7. Dengan memperhatikan voltmeter atur tegangan awal keluaran AFG pada 5 volt
8. Diusahakan tegangan V tersebut dipertahankan konstans pada 5 volt
9. Catat nilai pada tabep 9.1 yang ditunjukkan alat ukur I,VR,VI dan VC pada tabel hasil
percobaan
10. Ulangi langkah 6 dan 9 dengan frekuensi yang bervariansi sesuai dengan tabel
11. Lampirkan hasil perhitungan berdasarkan rumus pada laporan praktikum

9.5 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

Tabel 9.1 Hasil Pengukuran Rangkaian RLC Seri

Arus
Arus
Frekuensi 𝑉𝑅 𝑉𝐿 𝑉𝐶 Berdasarkan
Pengukuran
NO Perhitungan
F, (Hz) (mA) (Volt) (Volt)
(mA)
(A)
1 50
2 150
3 200
4 250
5 350
6 450
7 550
8 650
9.6 PERTANYAAN DAN TUGAS

Hitunglah untuk semua frekuensi pada table Percobaan Rangkaian RLS Seri:

𝑉
 Hitunglah nilai impedansi Z dengan metode Z = √𝑅² + (𝑋𝐿 − 𝑋𝐶 )² dan Z = 𝐼
 Hitunglah frekuensi resonansi rangkaian RLC Seri
 Hitunglah batas frekuensi dari bandwith rangkaian RLC Seri Tersebut.
 Hitunglah nilai pf dan sudut fasa φ
 Hitunglah nilai daya S, P dan Q
 Buatlah Grafik untuk rangkaian RLC seri Z = f (frekuensi) ; I = f
 Bandingkan nilai impedansi Z dari hasil perhitungan dengan kedua metode
tersebut untuk rangkaian RLC seri, jelaskan!
 Buatkan phasor diagram untuk tegangan, impedansi dan daya dari salah satu
data hasil percobaan rangkaian RLC seri!
 Dengan memperhatikan Grafik Z = f untuk rangkaian RLC seri apa pengaruh
frekuensi terhadap impedansi, jelaskan!
BAB 10

RANGKAIAN RL PARALEL

10.1 TUJUAN PRAKTIKUM

1. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami tentang karakteristik rangkaian AC


pararel.
2. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami tentang rangkaian RL pararel.
3. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami tentang daya listrik pada rangkaian AC.

10.2 TEORI DASAR

Hubungan paralel dua komponen yang terdiri dari resisitor murni (R) dan
reaktansi Induktif (XL), dimana pada kedua ujung resistor terdapat tegangan yang sama
besar. Arus efektif yang melalui resistor berada sefasa dengan tegangan. Arus yang
mengalir pada reaktansi induktif (IL) = U/XL tertinggal terhadap tegangan sejauh 90˚.
Sedangkan arus gabungan (IS) diperoleh dari jumlah nilai sesaat (IR) dan (IL). Arus
tersebut tertinggal terhadap tegangan sebesar sudut (). Fasor arus efektif (IR) dan (IL).
Arus tersebut tertinggal dengan tegang (U), sedangkan fasor dari arus reaktansi induktif
(IL) tertinggal sejauh 90˚. Arus gabungan (IS) merupakan jumlah geometris dari arus
efektif (IR) dan arus reaktansi induktif (IC). Sudut antara tegangan (U) dan arus (IL)
adalah sudut beda fasa

𝐼𝑅 V
𝐼𝐿
I 𝐼𝑅 ϕ
V R
L 𝐼𝐿
I

Gambar 10.1 Rangkaian RL Pararel


Sesuai gambar diatas, tegangan sumber, resistor, dan inductor adalah sama,
sedangkan arusnya, sesuai dengan hokum kirchoff, arus yang masuk percabangan sama
dengan arus yang keluar dari percabangan, sehingga arus I adalah penjumlahan secara
vector antara arus resistor 𝐼𝑅 dan arus inductor 𝐼𝐿 .

Sesuai dengan pembahasan modul, bahwa tegangan dan arus untuk beban resistif
adalah sefasa, tetapi untuk beban induktif arusnya tertinggal 90° terhadap tegangan.
Karena tegangan resistor dan inductor sama, maka tegangan sebagai referensi dan arus
resistor 𝐼𝑅 dan arus inductor 𝐼𝐿 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑖𝑠𝑎ℎ 90° sehingga arus 𝐼 merupakan penjumlahan
vector dengan besar 𝐼 𝑑𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 ϕ, dimana :

Z = √𝐼𝑅 ² + (−𝐼𝐿 )² ............................................................................................................................. (10.1)

𝐼
ϕ = 𝑡𝑎𝑛−1 (𝐼 𝐿 ) .................................................................................................................................... (10.2)
𝑅

𝑉
Karena 𝐼𝑅 = 𝑅

𝑉
Dan 𝐼𝐿 = 𝑋
𝐿

𝑉 2 𝑉 2
Maka I : I = √(𝑅) + (𝑋 ) ...................................................................................... (10.3)
𝐿

1 1
I = 𝑉 √𝑅2 + 𝑋 2 .............................................................................................. (10.4)
𝐿

I = 𝑽. 𝒀.......................................................................................................... (10.5)

I = 𝑽/𝒁 ......................................................................................................... (10.6)

Dimana Y merupakan besaran admitansi dengan :

𝐼 𝐼
Y = √𝑅2 + 𝑋 .............................................................................................. (10.7)
𝐿²
Y =√𝐺 2 + 𝐵 2 ................................................................................................... (10.8)

𝐼 1
Dimana : G = 𝑅 dan B = 𝑋 ......................................................................................... (10.9)
𝐿

Sudut Fasa ϕ dapat dicari :

𝐵
ϕ = 𝑡𝑎𝑛−1 (𝐺 ) .......................................................................................................... (10.10)

Sehingga admitansi Y untuk rangkaiaan RL Pararel dinyatakan dalam bilangan


kompleks adalah :

Y = G – jb ..................................................................................................................................... (10.11)

Y=Y - ϕ ............................................................................................................................... (10.12)

Dan impedansi Z rangkaian RL pararel dapat dicari dengan formula :

𝟏 𝟏
Z=𝒀=𝒀 =𝒁 φ ........................................................................................................... (10.13)
−φ

10.3 ALAT DAN BAHAN

1) Trainer rangkaian listrik RL – T – UN – 106

2) Function Generator

3) Oscilloscope

4) Multimeter digital
10.4 PETUNJUK PRAKTIKUM

I
A
A 𝐼 A 𝐼𝐿
𝑅
V V R L
AFG

Gambar 10.2 Petunjuk Praktikum Rangkaian RL Pararel

1. Siapkan trainer RL–T– UN-2016, kabel penghubung (Jack bananan), komponen


resistor dan induktor.
2. Pastikan kondisi trainer RL-T-UN-2016 tidak terhubung dengan catu daya AC.
3. Buatlah pengkabelan dengan mengacu pada skema rangkaian gambar 10.2.
4. Pilihlah nilai resitor dan kapasitor yang tertera pada papan trainer RL-T-UN-2016.
5. Konsultasikan rangakaian yang anda buat dengan doesn pengampu, bila ACC,
selanjutnya
6. Hidupkan dan atur AFG dengan frekuensi awal=5 Hz (Mengikuti tabel 10.1)
7. Dengan memperhatikan voltneter, atur tegangan awal keluaran AFG pada 5 volt.
8. Diusahakan tegangan V tersebut dipertahankan konstans pada 5 volt.
9. Catat nilai pada tabel 12.1 yang ditunjukkan alat ukur I, VR, VI dan VC pada tabel
hasil percobaan.
10. Ulangi langkah 6 dan 9 dengan frekuensi yang bervariasi sesuai dengan tabel.
11. Lampirkan hasil perhitungan berdasarkan rumus pada laporan praktikum

10.5 HASIL PRAKTIKUM

Tabel 10.1 Hasil Pengukuran Rangkaian RL Pararel

Frekuensi V
NO. 𝑰𝑹 (𝒎𝑨) 𝑰𝑳 (𝒎𝑨) I (Ma)
F, (Hz) (Volt)
1 5
2 15
3 20
4 25
5 35
6 45
7 55
8 65

10.6 PERTANYAAN DAN TUGAS

Hitunglah untuk semua frekuensi pada tabel percobaan rangkaian RL Pararel:

𝐼 𝐼 1
 Hitunglah nilai suseptansi induktif B = 𝑉𝐼 𝑑𝑎𝑛 B = 𝑋𝐿 = 2𝜋𝑓𝐼

 Hitunglah nilai admitansi Y = √𝐺² + 𝐵²


𝐼 𝑉
 Hitunglah nilai impedansi Z dengan Metode Z = 𝑌 dan Z = 𝐼
 Hitunglah nilai daya S, P dan Q
 untuk rangkaian RC Pararel B = f ; Y = f ; Z = f
 bandingkan nilai susepatansi induktif B dari hasil perhitungan dengan kedua
metode tersebut rangkaian RL pararel, jelaskan!
 Bandingkan nilai impedansi Z dari hasil perhitungan dengan kedua metode tersebut
untuk rangkaian RL pararel, jelaskan!
 Gambarkan phasor diagram untuk arus, admitansi, impedansi dan daya dari salah
satu data hasil percobaan rangkaian RL, pararel!
 Dengan memperhatikan grafik B = f , untuk rangkaian RL Pararel, apa pengaruh
frekuensi terhadap suseptansi induktif, jelaskan!
 Dengan memperhatikan Grafik Y = f untuk rangkaian RL Pararel, apa saja pengaruh
frekuensi terhadap impedansi, jelaskan!
BAB 11
RANGKAIAN RC PARAREL

11.1 TUJUAN PRAKTIKUM

1. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami tentang karakteristik rangkaian AC pararel


2. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami tentang rangkaian RC prararel
3. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami tentang daya listrik pada rangkaian AC
pararel

11.2 TEORI DASAR

Sebuah rangkaian RC Pararel yang terdiri dari sebuah resistor dan kapasitor.
Tegangan sumber, tegangan resistor dan inductor adalah sama, yaitu V. analog dari rangkaian RL
pararel, aarus I adalah penjumlahan secara vector antara arus resistor 𝐼𝑅 dan arus 𝐼𝐶 Sesuai
dengan pembahasan modul bahwa tegangan dan arus untuk beban resistif adalah sefasa,
sedangkan untuk beban kapasitif arusnya mendahului 90° terhadap tegangannya.

𝐼𝐶
I 𝐼𝑅 I 𝐼𝐶
V R V
C
φ
𝐼𝑅
I

Gambar 11.1 Rangkaian RC Pararel

Karena tegangan resistor dan kapasitor sama, maka tegangan sebagai referensi dan arus
resistor 𝐼𝑅 dan arus inductor 𝐼𝐿 terpisah 90°, sehingga arus merupakan penjumlahan vector
dengan besar I dan sudut ϕ, dimana:

I = √𝐼𝑅2 + (𝐼𝐶 )² ............................................................................................................ (11.1)


𝐼
ϕ = 𝑡𝑎𝑛−1 (𝐼𝐶 ) ............................................................................................................ (11.2)
𝑅

𝑉
karena 𝐼𝑅 = 𝑅........................................................................................................................... (11.3)

𝑉
dan 𝐼𝐶 = 𝑋 ......................................................................................................................... (11.4)
𝐶
𝑉 2 𝑉 2
I = √(𝑅) + (𝑋 ) ...................................................................................................... (11.5)
𝐶

𝐼 𝐼
I = √𝑅² + 𝑋 ²................................................................................................................ (11.6)
𝐶

I = V.Y .......................................................................................................................... (11.7)


𝑉
I = 𝑍 ............................................................................................................................. (11.8)

Dimana Y merupakan besaran admitansi dengan:

1 1
Y = √𝑅² + 𝑋 ² .............................................................................................................. (11.9)
𝐶

Y = √𝐺 2 + 𝐵²............................................................................................................. (11.10)
1 1
Dengan G = 𝑅 dan B = 𝑋 ........................................................................................................ (11.11)
𝐶

Sudut fasa ϕ dapat dicari:


𝐵
ϕ = tan-1 (𝐺 ) ............................................................................................................. (11.12)

Sehingga admitansi Y untuk rangkaian RC Pararel dinyatakan dalam bilangan kompleks adalah:

Y = G + jB .................................................................................................................... (11.13)

Y = Y + <ϕ .................................................................................................................. (11.14)

Dan impedansi Z rangkaian RL Pararel dapat dicari dengan formula:


1 1
Z = 𝑌 = 𝑌<𝜑 = Z < −𝜑 .................................................................................................. (11.15)

12.3 ALAT DAN BAHAN

1. Trainer rangkaian listrik RL-T-UN-2016


2. Function generator
3. Osiloskop
4. Multimeter digital
11.4 LANGKAH PERCOBAAN

A
A 𝐼 A 𝐼𝐶
𝑅
V V R C
AFG

1. Siapkan trainer RL-T-UN-2016, kabel penghubung, komponen resistor dan kapasitor


2. Pastikan kondisi trainer RL-T-UN-2016 tidak terhubung dengan catu daya AC.
3. Buatlah pengkabelan dengan mengacu pada skema rangkaian gambar 11.2
4. Pilihlah nilai resistor yang tertera pada papan trainer RL-T-UN-2016
5. Konsultasikan rangkaian yang anda buat dengan dosen pembimbing, bila di ACC,
selanjutnya
6. Hidupkan dana atur AFG dengan frekuensi awal = 5 Hz
7. Dengan memperhatikan voltmeter, atur tegangan awal keluaran AFG pada 5 volt
8. Diusahakan tegangan V tersebut dipertahankan konstans pada 5 volt
9. Catat nilai pada tabel 11.1 yang ditunjukkan alat ukur I, VR, VI dan VC pada tabel
percobaan
10. Ulangi langkah 6 dan 9 dengan frekuensi yang bervariasi sesuai dengan tabel.
11. Lampirkan hasil perhitungan berdasarkan rumus pada laporan praktikum

11.5 HASIL PERAKTIKUM

Tabel 11.1 Hasil Pengukuran Rangkaian RC Pararel

Frekuensi
No V (Volt) 𝑰𝑹 (mA) 𝑰𝑪 (mA) I(mA)
F,(Hz)
1 5

2 15

3 20

4 25

5 35

6 45

7 55

8 65
11.6 PERTANYAAN DAN TUGAS

Hitunglah untuk semua frekuensi pada table percobaan rangkaian RC Pararel


𝐼𝐶
 Hitunglah nilai suspentansi kapasitif B = dan B = 𝑋𝐶 = 2𝜋𝑓C
𝑉
 Hitunglah nilai admitansi Y = √𝐺 2 = 𝐵²
1 𝑉
 Hitunglah impedansi Z dengan metode Z = 𝑌 dan Z = 1
 Hitunglah nilai pf dan sudut fasa ϕ
 Hitunglah nilai daya S, P dan Q
 Untuk rangkaian RC Pararel B = f (frekuensi) ; Y = f ; Z = f
 Bandingkan nilai suseptansi kapasitif B dari hasil perhitungan dengan kedua metode
tersebut untuk rangkaian RC Pararel, jelaskan!
 Bandingkan nilai impedasi Z dari hasil perhitungan dengan kedua metode tersbt untuk
rangkaian RC Pararel!
 Gambarkan phasor diagram untuk arus, admitansi, impedansi dan daya dari salah satu
hasil percobaan rangkaian RC Pararel!
 Dengan memperhatikan grafik B = f untuk rangkaian RC Pararel, apa pengaruh frekuensi
terhadap suseptansi kapasitif, jelaskan!
 Dengan memperhatikan grafik Y = f untuk rangkaian RC Pararel, apa pengaruh frekuensi
terhadap admitansi, jelaskan!
 Dengan memperhatikan grafik Z = f untuk rangkaian RC Pararel, apa pengaruh frekuensi
terhadap impedansi, jelaskan!
BAB 12

RANGKAIAN RLC PARAREL

12.1 TUJUAN PRAKTIKUM

1. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami tentang karakteristik rangkaian AC


Pararel.
2. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami tentang rangkaian RC Pararel
3. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami tentang daya listrik pada rangkaian AC
Pararel

12.2 TEORI DASAR

Rangkaian Pararel Resistor (suatu komponen yang berfungsi untuk menahan


tegangan atau arus listrik pada suatu rangkaian listrik), inductor (suatu komponen yang
terbuat dari lilitan berfungsi menyimpan energy pada medan magnet yang dihasilkan oleh
arus listrik yang melewatinya), dan kapasitor (suatu komponen yang terbuat dari dua
keeping logam yang dirangkai sejajar yang dapat menyimpan energy pada medan listrik)
para rangkaian arus bolak-balik. Ketiga komponen tersebut jika dirangkai dengan sumber
tegangan atau arus listrik bolak-balik maka akan menghasilkan pengaruh yang berbeda pada
tegangan dan arus listrik rangkaian tersebut dapat disimbolkan dengan R // L // C.

𝐼𝐶
𝐼𝐶
I 𝐼𝑅
𝐼𝐿 I (𝐼𝐶 − 𝐼𝐿 )
V R
C
AC φ V
𝐼𝑅 𝐼𝐿
I

Gambar 12.1 Rangkaian RL Pararel


Pada gambar 12.1 diatas, diperlihatkan sebuah rangkaian RLC pararel yang terdiri
dari sebuah resistor, inductor dan kapasitor. Tegangan sumber, tegangan resistor, inductor
dan kapasitor adalah sama, yaitu arus adalah penjumlahan secara vector antara arus
resistor, arus inductor dan arus kapasitor karena tegangan resistor, inductor dan kapasitor
sama, maka tegangan sebagai referensi dan arus resistor dan arus inductor tertinggal
terhadap tegangan, sedangkan arus kapasitor mendahului tegangan sehingga arus
merupakan penjumlahan vector dengan besar I dan sudut ϕ, dimana:

I = √𝐼𝑅2 + (𝐼𝐶 − 𝐼𝐿 ),2 .................................................................................................... (12.1)

𝐼𝑐−𝐼𝑙
ϕ = 𝑡𝑎𝑛−1 ( ) ............................................................................................................................... (12.2)
𝐼𝑅

𝑉
𝐼𝑅 = 𝑅 ...................................................................................................................................................... (12.3)

𝑉
𝐼𝐿 = 𝐼 ..................................................................................................................................................... (12.4)
𝐿

𝑉
𝐼𝐶 = .................................................................................................................................................... (12.5)
𝑋𝐶

𝑉 𝑉 𝑉
I = √(𝑅) ² + (𝑋 − 𝑋 ),2 ................................................................................................ (12.6)
𝐶 𝐿

𝐼 𝐼 𝐼
I = V √(𝑅) + (𝑋 − 𝑋 ) ² ............................................................................................. (12.7)
𝐶 𝐿

I = VY ............................................................................................................................ (12.8)

𝑉
I = 𝑍 ............................................................................................................................... (12.9)

Dimana Y merupakan besaran admitansi rangkaian RLC pararel dengan:

𝐼 𝐼 𝐼
Y = √(𝑅) + (𝑋 − 𝑋 ) ² ............................................................................................. (12.10)
𝐶 𝐿

Y = √𝐺 2 + 𝐵 2 ............................................................................................................. (12.11)
𝐼 𝐼 𝐼
Dimana: G = 𝑅 dan B = 𝑋 − 𝑋 .................................................................................. (12.12)
𝐶 𝐿

Sudut fasa ϕ dapat dicari:

𝐵
ϕ = 𝑡𝑎𝑛−1 (𝐺 ) ................................................................................................................................... (12.13)

Sehingga admitansi Y dinyatakan dalam bilangan kompleks adalah:

Y = G – jB ............................................................................................................................................ (12.14)

Y = Y <-φ ........................................................................................................................................... (12.15)

Dan imepedansi Z rangkaian pararel dapat dicari dengan formula:

1 1
Z=𝑌= = 𝑍 <φ .................................................................................................................. (12.16)
𝑌<−𝜑

12.4 LANGKAH PRAKTIKUM

A
I A 𝐼 A A 𝐼
𝑅
𝐼𝐿 𝐶
R
V V L
AFG C

Gambar 12.2 Petunjuk Rangkaian RLC Pararel

1. Siapkan trainer RL-T-UN-2016, kabel penghubung, komponen resistor,


inductor dan kapasitor.
2. Pastikan kondisi trainer RL-T-UN-2016 tidak terhubung dengan catu daya AC
3. Buatlah pengkabelan dengan mengacu pada skema rangkaian gambar 12.2
4. Pilihlah nilai resistor, inductor dan kapasitor yang tertera pada papan trainer
RL-T-UN-2016
5. Konsultasikan rangkaian yang anda buat dengan dosen pengampu, bila di ACC,
selanjutnya
6. Hidupkan dana tur AFG dengan frekuensi awal = 5 Hz
7. Dengan memperhatikan voltmeter, atur tegangan awal keluaran AFG pada 5
volt
8. Diusahakan tegangan V tersebut dipertahankan konstan pada 5 volt
9. Catat nilai pada tabel 12.1 yang ditunjukkan alat ukur 𝐼𝑅 , 𝐼𝐿 , 𝐼𝐶 , 𝐼𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 dan
𝑉𝐶 pada tabel percobaan
10. Ulangi langkah 6 dan 9 dengan frekuensi yang bervariasi sesuai dengan tabel
11. Lampirkan hasil perhitungan berdasarkan rumus pada laporan praktikum

12.5 HASIL PRAKTIKUM

Frekuensi
NO 𝐼𝑅 (mA) 𝐼𝐿 (mA) 𝐼𝐶 (mA) I (mA) V (Volt)
F,(Hz)
1 5
2 15
3 20
4 25
5 35
6 45
7 55
8 65

12.6 PERTANYAAN DAN TUGAS

 Hitunglah nilai admitansi Y = √𝐺 2 + 𝐵 2


1 𝑉
 Hitunglah nilai impedansi Z dengan metode Z = 𝑌 dan Z = 𝐼
 Hitunglah frekuensi resonansi rangkaian RLC pararel
 Hitunglah nilai pf dan sudut fasa φ
 Hitunglah nilai daya S, P dan Q
 Untuk rangkaian RLC Pararel B = f ; Y = f ; Z = f
 Bandingkan nilai impedansi Z dari hasil perhitungan kedua metode tersebut untuk
rangkaian RLC pararel, jelaskan!
 Gambarkan phasor diagram untuk arus, admitansi, impedansi dan daya dari salah
satu data hasilpercobaan rangkaian RLC Pararel
 Dengan memperhattikan grafik Y =f untuk rangkaian RLC Pararel, apa pengaruh
frekuensi terhadap admitansi, jelaskan
 Dengan memperhatikan Grafik Z = f untuk rangkaian RLC Pararel apa pengaruh
frekuensi terhadap impedansi
 Grafik I = f disebutjuga kurva resornasi. Dengan memperhatikan grafik tersebut,
jelaskan tentang kurva resornasi para rangkaian RLC Pararel!

Anda mungkin juga menyukai