Anda di halaman 1dari 4

ERROR DETEKTOR

PENGANTAR
Dalam bahasan ini akan dijelaskan tentang error detektor sebagai salah satu komponen
dalam sistem pengaturan khususnya sistem pengaturan loop tertutup. Materi yang
dibahas meliputi apakah fungsi error detektor, klasifikasi error detektor maupun
implementasi rangkaiannya secara fisik dalam sistem pengaturan.

ERROR DETEKTOR
Error detektor merupakan salah satu komponen sistem pengaturan yang sangat penting.
Dalam sistem pengaturan khususnya sistem pengaturan loop tertutup atau sistem
pengaturan umpanbalik, error detektor digunakan untuk membandingkan sinyal
keluaran sebenarnya atau sinyal keluaran terukur dengan sinyal masukan acuan
(setpoint). Kedudukan error detektor dalam sistem pengaturan dapat dilihat pada blok
diagram berikut ini :

error detektor
R(s) Σ Kontroler Aktuator Plant C(s)
+ E(s)
-
Sensor / Elemen
C*(s) ukur

Simbol untuk menyatakan sebuah error detektor adalah sebagai berikut :

+ E(s) = R(s) – C*(s)


R(s)
-

C*(s)

Atau
R(s) + - E(s) = R(s) – C*(s)

C*(s)

1
dimana,
E : sinyal kesalahan (error)
R : sinyal masukan acuan (setpoint)
C* : sinyal keluaran terukur

Rangkaian error detektor dapat diklasifikasikan menjadi rangkaian analog dan digital.
Rangkaian error detektor secara analog dapat berupa rangkaian elektronik dan rangkaian
mekanik. Rangkaian elektronik dari suatu error detektor pada umumnya diimplemen
tasikan dalam bentuk rangkaian amplifier.
Rangkaian error detektor dengan Summing Amplifier + Inverting Amplifier :
• Analisa Summing Amplifier :

Rf

I1 R1 If
V1
A -
ε V0
V2
R2 +
I2

Gambar 1. Summing Amplifier

Analisa rangkaian summing amplifier diatas adalah sebagai berikut :


Di node A :
i1 + i2 + i f − i0 = 0 dimana i0 ≈ 0 dan V A = ε = 0

i f = − (i1 + i2 )

⎛ V0 − V A ⎞
⎜ ⎟ = − ⎛⎜ V1 − V A + V 2 − V A ⎞⎟
⎜ Rf ⎟ ⎜ R R2 ⎟⎠
⎝ ⎠ ⎝ 1

V0 ⎛V V ⎞
= − ⎜⎜ 1 + 2 ⎟⎟
Rf ⎝ R1 R2 ⎠
jika R1 = R2 = Ri

2
maka
Rf
V0 = − (V1 + V2 )
Ri

• Analisa Summing Amplifier + Inverting Amplifier :

R
Rf
R
R1
V1 -
+ -V1 -
V0
V2
R2 +

Inverter Phasa Summing Amplifier

Gambar 2. Summing amplifier + Inverting amplifier

Analisa rangkaian summing amplifier + inverting amplifier diatas adalah sebagai


berikut :
Rf Rf
V0 = − (V2 − V1 ) = (V1 − V2 )
Ri Ri
Jika
R f = Ri = R

Maka
V0 = V1 − V2

Jika diasumsikan V0 adalah sinyal error (E(s)), V2 adalah sinyal keluaran terukur

(C*(s)) dan V1 adalah sinyal masukan acuan (R(s)) maka didapatkan :

E(s) = R(s) – C*(s)

3
Contoh rangkaian mekanik dari suatu error detector adalah bimetal.

Mercury Glass Bulb

Switch
Connection

Base Bimetal Strip

SetPoint

Switch off
Switch on

Base
Base

Temperature Rendah
Temperature Tinggi

Gambar 3. Bimetal

Tampak sebuah mercury switch pada sebuah keping bimetal pada temperatur setpont.
Jika temperatur menurun dibawah temperatur setpoin, keping bimetal akan melengkung
ke bawah mengakibatkan mercury strip meluncur ke bagian bawah (sisi kanan) dan
menghubungkan kontak listrik (switch on). Sebaliknya, jika temperatur naik diatas
temperatur setpoin keping bimetal akan melengkung ke atas mengakibatkan mercury
strip meluncur ke bagian sisi kiri dan memutuskan kontak listrik (switch off).

RINGKASAN

1. Pada sistem pengaturan, error detektor berfungsi membandingkan sinyal keluaran


sebenarnya atau sinyal keluaran terukur dengan sinyal masukan acuan (setpoint).

2. Keluaran error detektor adalah sinyal kesalahan atau sinyal error.

LATIHAN

Beri satu contoh lainnya realisasi error detektor dengan menggunakaan rangkaian
elektronika.

Anda mungkin juga menyukai