Anda di halaman 1dari 26

PENGUAT OPERASIONAL

(Operational Amplifier atau Op-


Amp)
Asistensi Elektronika Dasar
Semester Genap 2021-2022

Kamis, 3 Februari 2022


2.1 Definisi, Simbol, Rangkaian Internal

• Penguat operasional merupakan suatu penguat diferensial


(masukannya dua) dengan keluaran tunggal dalam bentuk untai
terintegrasi (IC = Integrated Circuit) yang mudah dipergunakan
dibanding komponen diskret lain seperti transistor.
• Untuk sebagian besar pemakaian kita tidak perlu tahu secara
persis apa yang ada di dalamnya.
• Sifat rangkaian opamp akan ditentukan oleh komponen luar yang
dipasang sehingga lebih mudah diprediksi.
Simbol opamp:
+Vcc

Kompensasi offset
V+
+
Vout
V-

-Vcc
Gambar 1. Simbol opamp

Arti dan fungsi tiap pin adalah:

V+ = masukan tak membalik


V- = masukan membalik
Vcc = catu positif
-Vcc = catu negatif
Vo = keluaran
Kompensasi offset = untuk membuat keluaran nol saat V+ = V-
Sifat-sifat opamp ideal antara lain :

•Hambatan masukan (Ri) nilainya tak berhingga, sehingga opamp tidak


membebani rangkaian sebelumnya.

•Hambatan keluaran (Ro) nilainya nol, sehingga adanya beban yang dipasang
tidak akan menurunkan nilai tegangan keluaran.

•Penguatan tegangan diferensial (A) nilainya tak berhingga.

•Rasio Penolakan Modus Sekutu (CMRR =Common Mode Rejection


Ratio) nilainya tak berhingga. Artinya
Opamp hanya memperkuat selisih tegangan kedua masukan
,dan tidak memperkuat nilai rata-rata kedua masukan.
Jadi bila opamp ideal maka :

Vo = A(V+ - V-)

•Tegangan dan arus offset nol. Artinya bila V+ = V- maka Vo = 0


Gambar 2. Model rangkaian internal opamp ideal (pin catu daya dan offset tidak
digambarkan)
2.2 Analisis Rangkaian Opamp berumpan balik negatif
Cara menganalisis rangkaian yang menggunakan opamp
ideal yang memiliki umpan balik negatif ( yaitu ada sebagian
Vo dikembalikan ke masukan V-) dilakukan dengan
berpegang pada dua prinsip sbb :
1. Kedua pin masukan bertegangan sama atau V+ = V-
2. Arus yang masuk pada kaki masukan opamp (baik pada
V+ atau pun V-) sama dengan nol.
Walaupun pada kenyataannya tidak ada opamp yang ideal
namun analisis sebagian besar untai opamp, dengan
berdasarkan prinsip tersebut dapat memberikan hasil yang
cukup teliti.
Ada dua macam penguat dasar opamp yaitu:
1. Penguat Membalik (Inverting Amplifier)
2. Penguat Tak-membalik (Non-Inverting Amplifier)
2.2.1 Analisis Penguat Membalik
Bati Penguat Membalik yang menggunakan opamp ideal (A=∞)
 vi 
vi I vO   I .R2   .R2
I   R1 
R1 I
0
I Vo R2
Av  
Vi R1

Gambar 3. Analisis rangkaian Penguat membalik dengan opamp ideal

Karena tidak ada arus yang masuk ke kaki masukan opamp maka arus yang
mengalir melewati R1 maupun R2 adalah sama (I).
Selanjutnya, karena ada umpan balik negatif (melalui R2) maka V+=V-,
sehingga ketika V+ diground (tegangannya nol) maka tegangan V- juga setara
ground (disebut virtual ground atau ground semu).
2.2.2 Analisis Penguat Tak-Membalik
Bati Penguat Tak-Membalik yang menggunakan opamp ideal (A=∞)
I
vi
I I
R1
vi
0 I

Gambar 4. Analisis rangkaian Penguat Tak-Membalik dengan opamp ideal


vi
vO  IR1  IR2  R1  R2 
R1
vO R2
Av  1
vi R1
2.3. Rangkaian aplikasi opamp

1. Penguat Penjumlah (Summing Amplifier)

Gambar 5. Rangkaian penguat penjumlah (summing amplifier)


2. Integrator

vi
i1 
R

Gambar 6. Rangkaian Integrator


t t
1 1
vO   vC    i1dt    vi dt
C0 RC 0
Jadi keluaran merupakan integral dari masukan (dengan tambahan ada
tanda negatif atau membalik fase)
3. Diferensiator

dvi
iC
dt

Gambar 7. Rangkaian Diferensiator

dvi
vO  iR   RC
dt
Jadi keluaran merupakan diferensiasi dari masukan (dengan tambahan
ada tanda negatif atau membalik fase)
4. Penguat Selisih/Penguat Diferensial (Differential Amplifier) 12

Gambar 8. Penguat Selisih (Differential Amplifier), syarat : R1.R4=R2.R3

Penguat diferensial (PD) memiliki dua masukan (dalam


contoh ini vi1 dan vi2). Jika PD ideal maka keluaran akan
sebanding dengan selisih masukan, atau secara matematis:
vO  Ad (vi 2  vi1 )  Ad vd
Di mana Ad = bati selisih (differential gain)
vd = vi2-vi1 = sinyal masukan selisih

Contohnya, jika pasangan masukan vi2=5V, vi1=3V diberikan


ke PD ideal, maka akan memberikan nilai vO yang sama
dengan pasangan masukan vi2=8V, vi1=6V, karena selisih
masukannya sama-sama 2V. Pada PD yang real (nyata)
hasilnya tidak akan sama, karena keluaran tidak hanya
tergantung pada selisih nilai masukan melainkan juga
tergantung pada rerata nilai masukan.
Rumus vO untuk Gambar 28 bisa dicari dengan prinsip
superposisi (opamp dianggap ideal):
Gambar 9. Prinsip superposisi untuk mencari vO = vO1+vO2

R2 R4  R2 
vO1   vi1 vO 2  vi 2 1  
R1 R3  R4  R1 
vO  vO1  vO 2
R2 R4  R2 
  vi1  vi 2 1  
R1 R3  R4  R1 
R2 R4 R1  R2 
  vi1  vi 2
R1 R1 R3  R4 
R2 R1 R4  R2 R4
  vi1  vi 2
R1 R1 R4  R1 R3
Jika dipenuhi syarat: R1.R4=R2.R3 maka :

R2 R2 R3  R2 R4 R2
vO  vi1  vi 2  vi 2  vi1 
R1 R1 R4  R1 R3 R1
Maka untuk PD tersebut, bati selisihnya adalah: Ad =R2/R1

vO  Ad vi 2  vi1   Ad vd
5. Penguat Instrumentasi (Instrumentation Amplifier)

vi1 vO1
vi1 R4
i
R3
vd R2
i R1
2R1 R3
R2
vi 2 i
R4
vi 2 vO 2

Gambar 10. Penguat Instrumentasi (Instrumentation Amplifier)


vd  R2  R2
vO1  vi1  iR2  vi1  R2  vi1 1    vi 2
R1  R1  R1

vd  R2  R2
vO 2  
 vi 2  iR2  vi 2  R2  vi 2 1    vi1
R1  R1  R1
Opamp A3 beserta R3 dan R4 membentuk PD dengan bati diferensial R4/R3 maka :

R4 R4  2 R2 
vO  vO 2  vO1   1  vi 2  vi1   Ad vd
R3 R3  R1 
Maka bati diferensial penguat instrumentasi di atas adalah:

R4  2 R2 
Ad  1  
R3  R1 
2.4 Ketidakidealan Op-Amp
1. Common Mode Rejection Ratio (CMRR)
Opamp yang riil tidak hanya memperkuat selisih masukan saja, tapi
juga memperkuat rerata nilai masukan:

 v  v 
vO  Ad ( v   v  )  Ac  
 2 
vO  Ad vd  Ac vc
Dimana:
vd = sinyal selisih masukan = v+- v-
vc = sinyal bersama atau sinyal rerata masukan = (v++ v-)/2
Ad = bati selisih
Ac= bati sinyal bersama

Diinginkan nilai A sebesar mungkin dan A sekecil mungkin.


Untuk mengetahui kualitas sebuah opamp dalam menolak (tidak
memperkuat) sinyal bersama, maka didefinisikan parameter CMRR:
Ad Ad
CMRR  CMRR ( dB )  20 log
Ac Ac
Nilai CMRR op-amp bisa dilihat pada datasheet-nya. Nilainya biasanya
di atas 90dB pada frekuensi rendah. Nilai CMRR akan turun pada
frekuensi yang makin tinggi. Idealnya CMRR = .

Cara mencari keluaran opamp dengan CMRR terbatas:


Persamaan keluaran opamp dapat dituliskan:

 Ac   vc 
vO  Ad  v d  vc   Ad  v d  
 Ad   CMRR 
2. Slew Rate (SR)

Slew Rate didefinisikan sebagai laju maksimum tegangan keluaran


opamp.

Nilai SR tergantung pada jenis opamp yang bersangkutan. Sebagai


contoh, opamp LM 741 mempunyai SR sekitar 0.3~1 (V/s) sedangkan
opamp video bisa mempunyai SR di atas 1000 (V/s).

Dengan adanya SR yang terbatas maka keluaran opamp tidak bisa


berubah seketika melainkan memerlukan waktu tertentu. Jadi SR
membatasi kecepatan opamp dan dapat menimbulkan distorsi bentuk
gelombang.

Pembatasan oleh SR dapat ditunjukkan dengan contoh memberikan


gelombang kotak pada rangkaian penyangga seperti di bawah ini.
-12V
Vi
-5/5V LM741/NS
Vo
+
1000 Hz
12V

7.500 V
A: vo
B: vi_1
Vi
5.000 V

2.500 V

Vo
0.000 V
Vo Vi
-2.500 V

-5.000 V

-7.500 V
0.000us 100.0us 200.0us 300.0us 400.0us 500.0us 600.0us 700.0us

Measurement Cursors
1 vo X: 0.0000 Y: -4.9991
2 vo X: 37.261u Y: 4.9730
Cursor 2 - Cursor 1 X: 37.261u Y: 9.9722
Berdasarkan hasil simulasi di atas, nilai SR dari LM 741 yang dipakai
adalah :
9 ,97
SR  (V/s )
37 ,26
 0,27(V/s )

3. Full Power Bandwidth (FPBW)


Salah satu parameter opamp yang menentukan kecepatan respon
keluarannya adalah FPBW yang didefinisikan sebagai frekuensi
gelombang sinus tertinggi beramplitudo Vomaks pada keluaran yang tidak
terdistorsi.
Contoh perhitungan nilai FPBW secara praktis ditunjukkan sebagai
berikut ini.
-15V
Vi
-14/14V LM741/NS
Vo
+
100 Hz
15V
15.00 V
A: vo
Vi
B: vi_1
10.00 V

5.000 V
Vo
0.000 V

-5.000 V

-10.00 V

-15.00 V
0.000ms 5.000ms 10.00ms 15.00ms 20.00ms

Bila Vi dinaikkan menjadi  14,5 (V) maka nampak mulai terjadinya


distorsi pada keluaran.
15.00 V
A: vo
B: vi_1
10.00 V

5.000 V

0.000 V

-5.000 V

-10.00 V

-15.00 V
0.000ms 5.000ms 10.00ms 15.00ms 20.00ms
Maka dapat disimpulkan bahwa Vomaks untuk LM741 dengan Vcc =
15(V) adalah sekitar 14 (V).
Untuk mencari FPBW maka frekuensi masukan dinaikkan sampai mulai
akan terjadi distorsi pada keluaran.
Dicoba pada frekuansi 3,5 (kHz) masih belum terlihat adanya distorsi
pada keluaran.
15.00 V
A: vo
B: vi_1
10.00 V

5.000 V

0.000 V

-5.000 V

-10.00 V

-15.00 V
0.000us 50.00us 100.0us 150.0us 200.0us 250.0us 300.0us
Bila frekuensi dinaikkan menjadi 3,7 (kHz) distorsi mulai nampak
sehingga tegangan keluaran tidak lagi sama dengan masukan.
Jadi dapat diperkirakan bahwa FPBW LM 741 adalah sekitar 3,5 (kHz).
15.00 V
A: vo
B: vi_1
10.00 V

5.000 V

0.000 V

distorsi
-5.000 V

-10.00 V

-15.00 V
0.000us 50.00us 100.0us 150.0us 200.0us 250.0us 300.0us

Secara teoritis nilai FPBW terkait dengan nilai SR sebagai berikut:


d d
vo (t )  vi (t )
dt dt
d
 Vm sin (t )
dt
 Vm cos (t )
Nilai maksimum dari laju perubahan tegangan keluaran apabila
masukannya adalah gelombang sinus dengan amplitudo Vomaks terjadi
pada frekuensi yang sama dengan FPBW, maka :
d
vo (t ) maks  mVomaks
dt
Karena laju perubahan keluaran maksimum adalah SR maka :
SR  mVomaks
SR
m 
Vomaks
SR
fm   FPBW
2Vomaks
Misalkan LM 741 mempunyai SR = 0,3 (V/s) maka:
SR 0,3
fm   6  3,42 ( kHz )
2Vomaks 10 .2. .14
Hasil tersebut mendekati nilai hasil simulasi sebelumnya yaitu 3,5 kHz.

Anda mungkin juga menyukai