Anda di halaman 1dari 11

Malang 2012

BAB I
KARAKTERISTIK DIODA SEBAGAI PENYEARAH

I. TUJUAN PERCOBAAN

1. Mempelajari karakteristik DIODA


2. Mengetahui cara kerja DIODA sebagai penyearah 1 fasa
3. Mengetahui cara kerja DIODA sebagai penyearah 3 fasa

II. DASAR TEORI

Semua diode prinsip kerjanya adalah sebagai penyearah, tetapi karena proses
pembuatan, bahan dan penerapannya yang berbeda beda, maka namanya juga berbeda-
beda.

Secara garis besar komponen elektronika yang terbuat dari bahan semi
konduktor adalah ringkas (kecil-kecil atau sangat kecil). Maka hampir-hampir kita tidak
bisa membedakan satu sama lainnya. Hal ini sangat penting untuk mengetahui
kode0kode atau tanda0tanda komponen tersebut.

Bahan dasar pembuatan komponen diode adalah germanium dan silicon yang
mempunyai sifat lebih tahan panas, oleh karena itu sering digunakan untuk komponen-
komponen elektronika yang berdaya tinggi. Electron-elektron yang terletak pada orbit
paling luar (lintasan valensi) sangat kuat terikat pada intinya (proton) sehingga sama
sekali tidak mungkin electron-electron tersebut melepaskan diri dari intinya.

Pembentukan diode bisa dilaksanakan dengan cara point kontak dan junction.
Pengertian junction (pertemuan) adalah daerah dimana tipe p dan tipe n bertemu, dan
diode junction adalah nama lain untuk Kristal pn (kata diode adalah pendekan dari dua
electrode dimana di berarti dua). Jelasnya lihat gambar dibawah ini.

P N
++++ ----
++++ ----
++++ ----
++++ ----

Gambar 1.1 Dioda Junction

Laporan Praktikum Elektonika daya 1


Malang 2012

Sisi P mempunyai banyak hole dan sisi N banyak electron pita konduksi. Agar
tidak membingungkan, pembawa minoritas tidak dilanjutkan, tetapi camkanlah
bahwa ada beberapa electron pita konduksi pada sisi P dan sedikit hole pada sisi N.
Electron pada sisi N cenderung untuk berdifusi ke segala arah, beberapa berdifusi
melalui junction. Jika electron masuk daerah P, ia akan merupakan pembawa
minoritas, dengan banyaknya hole sekitarnya, pembawa minoritas ini mempunyai
umur hidup yang singkat, segera setelah memasuki daerah P, electron akan jatuh ke
dalam hole. Jika ini terjadi, hole lenyap dan electron pita konduksi menjadi electron
valensi.

Setiap kali electron berdifusi melalui junction ia menciptakan sepasang ion,


untuk lebih jelasnya lihat gambar dibawah ini :

Lapisan Pengosongan
P N
+++ - + ---
+++ - + ---
+++ - + ---
+++ - + ---

Gambar 1.2 Perpindahan electron pada diode

Tanda positif berlingkaran menandakan ion positif dan tanda negative


berlingkaran menandakan ion negative. Ion tetap dalam struktur Kristal karena
ikatan kovalen dan tidak dapat berkeliling seperti electron pita konduksi ataupun
hole. Tiap pasang ion positif dan negative disebut dipole, penciptaan dipole berarti
satu electron pita konduksi dan satu hole telah dikeluarkan dari sirkulasi. Jika
terbentuk sejumlah dipole, daerah dekat junction dikosongkan dari muatan-muatan
yang bergerak, kita sebut daerah kosong muatan ini dengan lapisan pengosongan
(depletion layer). Adanya medan diantara ion adalah ekuivalen dengan perbedaan
potensial yang disebt potensial barier, potensial barier kira-kira sama dengan 0.3 V
untuk germanium dan 0.7 V untuk silicon.

A K

Gambar 1.3. Simbol Dioda

Laporan Praktikum Elektonika daya 2


Malang 2012

Prinsip Kerja Dasar Dioda

Aliran arus konvesional, pada saat titik “A” adalah positif dengan respek
terhadap titik “B” diode adalah dibias maju dan diode akan menghantar. Arus akan
mengalir dari point “A”, melalui point “B”. bagaimanapun arus beban hanya mengalir
selama diode di bias maju.

A
+ + +
0
0 INPUT OUTPUT
- - -
B

Gambar 1.4. Prinsip Kerja Dioda 1

Pada saat titik A mencapai titik nol dalam siklus dan menjadi negative, diode
akan menjadi dibias mundur. Jika diode tidak dapat menghantar, maka harga puncak
negative maksimum (ditunjukkan dengan titik-titik dalam output diagram) tampak
dibagian tersebut dan diode. Sehingga setengah siklus negative tidak tersedia pada
beban dan dalam hal ini dibuang.

A
Dioda tidak
+ + + menghantar

0 INPUT OUTPUT 0

- - -
B

Gambar 1.5. Prinsip Kerja Dioda 2

Laporan Praktikum Elektonika daya 3


Malang 2012

III. PERCOBAAN

1. Penyearah Jembatan 1 fasa


Lengkapi table dibawah dan gambarkan hasil outputan masing-masing tegangan input
pada osiloskop.

D1 D2

Vs Vo

D3 D4

Gambar 1. Rangkaian Penyearah Jembatan 1 fasa

Tabel 1.1 Percobaan pada penyearah jembatan

Kondisi Penyearah Vs (AC Volt) 𝑉𝑜𝑢𝑡(𝑑𝑐) = 𝑉𝑜𝑢𝑡(𝑎𝑣𝑔)

Penyearah Jembatan 12 10,809 volt

15 13,512 volt

24 21,619 volt

Gambar 1.1 Input 12 VAC Gambar 1.2 Output 12 Vdc

Laporan Praktikum Elektonika daya 4


Malang 2012

Gambar 1.3 Input 15 VAC Gambar 1.4 Output 15 Vdc

Gambar 1.5 Input 24 VAC Gambar 1.6 Output 24 Vdc

Perhitungan Secara Teori:

Average Load Voltage – Vout (dc) RMS Load Voltage – Vout (RMS)

2 𝑉𝑚 2 (12√2) 𝑉𝑚 12√2
𝑉𝑜𝑢𝑡(𝑎𝑣𝑔) = = = 10,809 V 𝑉𝑜𝑢𝑡(𝑅𝑀𝑆) = = = 12 Volt
𝜋 𝜋 𝜋 √2

2 𝑉𝑚 2 (15√2) 𝑉𝑚 15√2
𝑉𝑜𝑢𝑡(𝑎𝑣𝑔) = = = 13,512 V 𝑉𝑜𝑢𝑡(𝑅𝑀𝑆) = = = 15 Volt
𝜋 𝜋 𝜋 √2

2 𝑉𝑚 2 (24√2) 𝑉𝑚 24√2
𝑉𝑜𝑢𝑡(𝑎𝑣𝑔) = = = 21,619 V 𝑉𝑜𝑢𝑡(𝑅𝑀𝑆) = = = 24 Volt
𝜋 𝜋 𝜋 √2

Laporan Praktikum Elektonika daya 5


Malang 2012

2. Penyearah gelombang penuh 3 fasa


Lakukan percobaan sebanyak 3 kali dan lengkapi table dibawah dan gambarkan hasil
outputan masing-masing tegangan input pada osiloskop.

L1

D1 D2

L2
D3 D4
R
Input Output
D5 D6

T L3

Gambar 2. Rangkaian Penyearah Jembatan 1 fasa

Tabel 1.2 Percobaan pada penyearah gelombang penuh

Kondisi Penyearah Vs (AC Volt) 𝑉𝑜𝑢𝑡(𝑑𝑐) = 𝑉𝑜𝑢𝑡(𝑎𝑣𝑔)

Penyearah Jembatan 12 28,07 volt

15 35,09 volt

24 51,46 volt

Gambar 1.7 Input 12 VAC 3 phase Gambar 1.8 Output 28 DC

Laporan Praktikum Elektonika daya 6


Malang 2012

Gambar 1.9 Input 15 VAC 3 phase Gambar 2.0 Output 35 VDC

Gambar 2.1 Input 22 VAC 3 phase Gambar 2.2 Output 51 VDC

Perhitungan Secara Teori:

Tegangan output Vdc sebagai berikut:

RMS Load Voltage – Vout (RMS) RMS Load Voltage – Vout (RMS)

𝑉𝑜𝑢𝑡(𝑎𝑣𝑔) = 1,654 Vm = 1,654 x 12√2 𝑉𝑜𝑢𝑡(𝑟𝑚𝑠) = 1,6554 Vm = 1,6554 x 12√2

= 28.07 = 28.09

𝑉𝑜𝑢𝑡(𝑎𝑣𝑔) = 1,654 Vm = 1,654 x 15√2 𝑉𝑜𝑢𝑡(𝑟𝑚𝑠) = 1,6554 Vm = 1,6554 x 15√2

= 35.09 = 35.12

𝑉𝑜𝑢𝑡(𝑎𝑣𝑔) = 1,654 Vm = 1,654 x 22√2 𝑉𝑜𝑢𝑡(𝑟𝑚𝑠) = 1,6554 Vm = 1,6554 x 22√2

= 51.46 =51.50

Laporan Praktikum Elektonika daya 7


Malang 2012

BAB II
SILICONE CONTROLLED RECTIFIER (SCR)

I. TUJUAN PERCOBAAN

1. Mempelajari fungsi dan prinsip kerja dari SCR


2. Mengetahui cara kerja dari SCR
3. Mempelajari pengontrolan beban DC dengan SCR

II. DASAR TEORI

SCR adalah alat semikonduktor empat lapis (PNPN) yang menggunakan tiga
kaki anoda, katoda, dan gerbang. Tidak seperti transistor, operasi SCR tidak dapat
memperkuat sinyal. SCR tepat digunakan sebagai saklar solod state dan dikategorikan
menurut jumlah arus yang dapat beroperasi. SCR arus rendah dapat beroperasi dengan
arus anoda kurang dati 1A, sedangkan arus tinggi dapat menangani arus beban ribuan
ampere.

Tipe komponen ini dapat disaklarkan hanya sambung dengan mengendalikan


elektroda katupnya (gate). Dia akan tetap menghantarkan arus dari anoda ke katoda, jika
arus pada katupnya diturunkan sampai nol, maka aliran arus berhenti. Komponen
tersebut adalah : Silicone Controlled Rectifier (SCR)

Fungsi secara ideal :

 “Terhubung” arus akan mengalir dari anoda ke katoda melalui pengendalian arus IG
> 0 pada kondisi UAK > 0.

 “Tertahan” sumber arus tetap mengalir dari anoda ke katoda jika IG = 0 dan selama
UA > 0.

 “Terputus” tidak ada arus yang mengalir dari anoda ke katoda, hal ini akan terjadi,
jika diset IG = 0 dan IA = 0. Sehingga arus dari anoda ke katoda terputus IA = 0.

Terputus arus yang mengalir dari anoda ke katoda melalui pengendalian arus IG < 0,
IA > 0 adalah tidak mungkin terjadi.
A
IA

UAK
G
IG

Gambar 2.1 Simbol SCR

Laporan Praktikum Elektonika daya 8


Malang 2012

III. PERCOBAAN

1. Buat rangkaian penyearah untuk 1 fasa dan 3 fasa dengan menggunakan penyearah
terkendali dengan SCR.
2. Lakukan pengukuran dengan menggunakan osciloscop masing-masing rangkaian pada
input rangkaian dan output rangkaian (baik satu fasa maupun tiga fasa).
3. Buat analisa percobaan dari hasil pengukuran dengan menggunakan osciloscop
(rangkaian 1 fasa dan rangkaian 3 fasa)

Laporan Praktikum Elektonika daya 9


Malang 2012

BAB III
TRIAC

I. TUJUAN PERCOBAAN

1. Mempelajari fungsi dan prinsip kerja dari TRIAC


2. Mengetahui cara kerja TRIAC
3. Mempelajari pengontrolan beban AC dengan TRIAC

II. DASAR TEORI

Triac juga merupakan suatu komponen yang dapat digunakan dalam


pensyaklaran arus AC. Triac dirancang untuk menghantarkan pada kedua tegangan dari
bentuk gelombang output. Oleh karena itu, output dari triac adalah arus bolak balik,
bukan arus searah. Triac dibuat untuk menyediakan cara agar control daya AC
ditingkatkan.

Triac beroprasi sebagai 2 SCR dalam satu bungkus yang terhubung parallel.
Triac memiliki 3 terminal : Anoda, Katoda, dan Gate. Terminal anoda dan katoda
dirancang demikian sebab aliran arus adalah 2 arah. Karena aliran berinterasi dengan
gerbang, katoda digunakan sebagai pengukuran terminal referen. Arus dapat mengalir
antara anoda dan katoda dan juga antara gerbang dan katoda. Triac dapat trigger agar
konduksi pada salah satu arah dengan arus gerbang bergerak masuk atau keluar dari
gerbang. Apabila aliran arah arus terminal utama ditentukan. Triac pada dasarnya
mempunyai karakteristik pengoperasian internal yang sama dengan SCR. Triac
mempunyai empat kemungkinan mode pentrigeran, sehubungan dengan katoda, yaitu :

o Anoda positif dan gerbang positif


o Anoda positif dan gerbang negatif
o Anoda negatif dan gerbang positif
o Anoda negatif dan gerbang negatif

Gambar 3.1 Simbol TRIAC

Laporan Praktikum Elektonika daya 10


Malang 2012

III. PERCOBAAN

Buatlah rangkaian percobaan seperti di bawah ini

ILa La
> >

S1 S2

+
T2 +
UB=12V R1 330Ω V
T1 -
- IG
+
A - >
+
R2 1kΩ V
-

Gambar 3.2 Rangkaian Percobaan TRIAC

Tabel 1.4 Percobaan pada triac

No HASIL PENGUKURAN UG (V) UT-T1 (V) IG (mA) Lampu

1 Kondisi S1 OFF
0 Volt 0 Volt 0 mA mati
S2 OFF

2 Kondisi S1 ON
lalu di offkan lagi 0 Volt 0,656 Volt 0 mA nyala
S2 ON

Laporan Praktikum Elektonika daya 11

Anda mungkin juga menyukai