Anda di halaman 1dari 59

PERCOBAAN I

DIODA DAN RANGKAIAN DIODA

1.1 Tujuan
1. Memeriksa kondisi dioda
2. Mempelajari karakteristik I = f (V), bias reverse dan bias forward

1.2 Tinjauan Pustaka


1.2.1 Sejarah Dioda
Walaupun dioda kristal (semikonduktor) dipopulerkan sebelum dioda
termionik, dioda termionik dan kristal dikembangkan secara terpisah pada waktu
yang bersamaan. Prinsip kerja dari dioda termionik ditemukan oleh Frederick
Guthrie pada tahun 1873 Sedangkan prinsip kerja dioda kristal ditemukan pada
tahun 1874 oleh peneliti Jerman, Karl Ferdinand Braun. Pada waktu penemuan,
peranti seperti ini dikenal sebagai penyearah. Pada tahun 1919, William Henry
Eccles memperkenalkan istilah dioda yang berasal dari di berarti “dua”, dan ode
berarti "jalur".

1.2.2 Pengertian dari Dioda


Dioda memiliki fungsi yang unik yaitu hanya dapat mengalirkan arus satu
arah saja. Struktur dioda tidak lain adalah sambungan semikonduktor P dan N.
Satu sisi adalah semikonduktor dengan tipe P dan satu sisinya yang lain adalah
tipe N. Dengan struktur demikian arus hanya akan dapat mengalir dari sisi P
menuju sisi N.

Gambar 1.1 Simbol dan Struktur Dioda


Gambar ilustrasi di atas menunjukkan sambungan PN dengan sedikit
porsi kecil yang disebut lapisan deplesi (depletion layer), dimana terdapat
keseimbangan hole dan elektron. Seperti yang sudah diketahui, pada sisi P
banyak terbentuk hole-hole yang siap menerima elektron sedangkan di sisi N
banyak terdapat elektron-elektron yang siap untuk bebas merdeka. Lalu jika
diberi bias positif, dengan arti kata memberi tegangan potensial sisi P lebih besar
dari sisi N, maka elektron dari sisi N dengan serta merta akan tergerak untuk
mengisi hole di sisi P. Tentu kalau elektron mengisi hole disisi P, maka akan
terbentuk hole pada sisi N karena ditinggal elektron. Ini disebut aliran hole dari P
menuju N, Kalau mengunakan terminologi arus listrik, maka dikatakan terjadi
aliran listrik dari sisi P ke sisi N.

Gambar 1.2 Dioda dengan Bias Maju

Sebaliknya apakah yang terjadi jika polaritas tegangan dibalik yaitu


dengan memberikan bias negatif (reverse bias). Dalam hal ini, sisi N mendapat
polaritas tegangan lebih besar dari sisi P.

Gambar 1.3 Dioda dengan Bias Negatif


Tentu jawabannya adalah tidak akan terjadi perpindahan elektron atau
aliran hole dari P ke N maupun sebaliknya. Karena baik hole dan elektron
masing-masing tertarik ke arah kutup berlawanan. Bahkan lapisan deplesi
(depletion layer) semakin besar dan menghalangi terjadinya arus. Demikianlah
sekelumit bagaimana dioda hanya dapat mengalirkan arus satuarah saja.
Dengan tegangan bias maju yang kecil saja dioda sudah menjadi konduktor.
Tidak serta merta diatas 0 volt, tetapi memang tegangan bebera pavolt diatas nol
baru bisa terjadi konduksi. Ini disebabkan karena adanya dinding deplesi
(depletion layer). Untuk dioda yang terbuat dari bahan Silikon tegangan konduksi
adalah diatas 0,7 volt. Kira-kira 0,2 volt batas minimum untuk dioda yang terbuat
dari bahan Germanium.

Gambar 1.4 Grafik Arus Dioda

Sebaliknya untuk bias negatif dioda tidak dapat mengalirkan arus, namun
memang ada batasnya. Sampai beberapa puluh bahkan ratusan volt baru terjadi
breakdown, dimana dioda tidak lagi dapat menahan aliran elektron yang
terbentuk di lapisan deplesi.

1.2.3 Karakteristik Umum Dioda


Karakteristik dioda pada garis besarnya dapat dibedakan atas
karakteristik forward dan karakteristik reverse. Untuk membuat karakteristik dioda
yang menunjukkan besarnya arus pada bermacam-macam harga tegangan yang
diberikan digunakan rangkaian seperti pada gambar.
Gambar 1.5 Skema Untuk Membuat Karakteristik Dioda

Percobaan dengan rangkaian ini terdiri dari dua bagian, bagian pertama
untuk mendapatkan karakteristik forward dan bagian kedua reverse. Bagian
pertama memerlukan tahanan R = 50 ohm yang terpasang seri seperti pada
gambar 1.5 gunanya untuk membatasi arus reverse, bila tidak dioda akan rusak
jika tegangan 1,5 volt langsung dihubungkan padanya. Tegangan maksimum
yang boleh diberikan adalah 1,5 volt dan voltmeter harus mampu membaca dari
0 sampai 1,5 volt dengan selang 0,1 volt. Amperemeter (mA) harus mempunyai
skala maksimum 50 mA. Tegangan dinaikkan secara bertahap mulai dari nol
sampai J ,S volt dengan selang kenaikkan 0,1 volt, arus I yang ditunjukan oleh
mA dicatat, Bila data-data tersebut dinyatakan dalam grafik akan diperoleh
karakteristik forward seperti pada gambar 1.6.

Gambar 1.6 Karakteristik Forward


Untuk membuat karakteristik reverse pertama-tama polaritas baterai
harus dibalik. Untuk percobaan yang kedua ini diperlukan sumber tegangan yang
lebih besar sekitar 10 volt. Batas ukur voltmeter diperbesar sekitar 10 volt.
Besarnya arus reverse sangat kecil hanya beberapa persepuluhan mikroampere
akibat tahanan reverse yang mencapai beberapa mega ohm. Oleh karena itu
amperemeter harus sanggup membaca dari 0 sampai 0.1 mikroampere dengan
selang 0,01 mikroampere.
Bila karakteristik forward ini diperhatikan tampak bahwa mula-mula
lengkungnya berbentuk parabola yaitu pada tegangan VD yang kecil, begitu VD
mulai membesar arus forward ID akan naik dengan cepat praktis secara linier.
Pada daerah linier ini perubahan tegangan yang kecil saja akan mengakibatkan
perubahan arus yang besar.
Bentuk karakteristik reverse berbeda dengan karakteristik forward-nya,
mula, mula arus naik secara parabola kemudian setelah mencapai harga
tertentu, arus reverse ini akan tetap konstan walaupun tegangan reverse VD
dinaikkan, hal ini disebabkan oleh terbatasnya minority carriers sehingga arus tak
dapat naik lagi. Tetapi bila tegangan reverse dinaikkan terus, suatu saat arus
reverse akan naik dengan tiba-tiba menjadi besar sekali. Peristiwa semacam ini
disebut breakdown dan tegangan pada saat terjadi breakdown disebut tegangan
breakdown. Pada umumnya tegangan reverse maksimum yang diijinkan (VDM)
selalu lebih kecil dari tegangan breakdown-nya, kecuali pada dioda zener.
(Pertiwi Puji Kumala, 2011).
a. Karakteristik dioda umumnya dinyatakan dengan grafik hubungan antara
tegangan pada dioda dengan arus yang melewatinya sehingga disebut
karakteristik tegangan-arus(V-I)
b. Secara teoritis, hubungan antara tegangan dan arus dioda dinyatakan oleh
persamaan:

ID = IS (eVD /ηVT − 1) ………………………..………..(1.1)

Keterangan:
ID = arus dioda, positif jika didalam dioda arahnya dari anode ke katode
IS = arus mundur jenuh (10-8s.d. 10-14A)
VT = tegangan kesetaraan suhu
T kT
volt = …….………..………..………....(1.2)
11600 q

Pada T= 300oK, VT = 26mV dan pada T = 273oK, VT = 25mV η =


koefisien emisi, antara1 sampai dengan 2 dan untuk silikon pada arus normal
mendekati 2e= bilangan natural = 2,72)

1.2.4 Jenis-jenis dari Dioda


Ada berbagai jenis dioda yang dibuat sesuai dengan fungsinya tanpa
meninggalkan karakteristik serta spesifikasinya, seperti dioda penyearah
(rectifier), dioda Emisi Cahaya (LED), dioda Zener, dioda foto dan Dioda
Varaktor.
a. Dioda Penyearah (Rectifier)
Dioda penyearah adalah jenis dioda yang terbuat dari bahan Silikon yang
berfungsi sebagai penyearah tegangan / arus dari arus bolak-balik (AC) ke arus
searah (DC) atau mengubah arus AC menjadi DC. Secara umum dioda ini
disimbolkan:

Gambar 1.7 Simbol Dioda Penyearah

b. Dioda Zener
Fenomena tegangan breakdown dioda ini mengilhami pembuatan
komponen elektronika lainnya yang dinamakan zener. Sebenarnya tidak ada
perbedaan sruktur dasar dari zener, melainkan mirip dengan dioda. Tetapi
dengan memberi jumlah doping yang lebih banyak pada sambungan P dan N,
ternyata tegangan breakdown dioda bisa makin cepat tercapai. Jika pada dioda
biasanya baru terjadi breakdown pada tegangan ratusan volt, pada zener bisa
terjadi pada angka puluhan dan satuan volt. Di data sheet ada zener yang
memiliki tegangan Vz sebesar 1.5 volt, 3.5 volt dan sebagainya.
Gambar 1.8 Simbol Zener

Ini adalah karakteristik zener yang unik. Jika dioda bekerja pada bias
maju maka zener biasanya berguna pada bias negatif (reverse bias). Dioda
Zener atau juga dikenal sebagai voltage regulation diode adalah silikon PN
junction yang bekerja pada saat reverse bias di daerah breakdown. Simbol dari
suatu dioda zener ditunjukkan pada gambar a dan karakteristik reverse biasnya
(gambar b) ternyata sama dengan dioda lainnya.

Gambar 1.9 (a) Simbol Dioda Zener (b) Karakteristik Dioda Zener

Tegangan zener VZ adalah tegangan reverse di mana terjadi breakdown.


Bila tegangan reverse VD kurang dari VZ tahanan dioda zener di sekitar 1 mega
ohm atau lebih. Bila VD naik sedikit saja di atas VZ arus reverse akan naik
dengan cepat, oleh karena itu di dalam pemakaian dioda zener selalu digunakan
suatu tahanan seri untuk mencegah terjadinya arus yang berlebihan. Bila
tegangan reverse dihubungkan pada PN-junction, lebar depletion layer akan
bertambah karena elektron dan hole tertolak dari junction. Lebar depletion layer
tergantung dari kadar doping, bila digunakan silikon dengan doping tinggi akan
dihasilkan depletion layer yang tipis. Sehingga bila tegangan reverse
dihubungkan akan menimbulkan medan listrik yang kuat di dalam dioda dan jika
tegangan reverse mencapai tegangan zener VZ maka medan listrik yang
dibangkitkan demikian kuatnya sehingga sejumlah besar elektron akan terlepas
dan daya tarik intinya diikuti dengan kenaikan arus reverse secara mendadak.
Peristiwa inilah yang disebut dengan Zener breakdown.
Jadi dioda zener sebenarnya adalah PN junction dengan doping tinggi
menghasilkan depletion layer tipis; biasanya zener breakdown terjadi di bawah
tegangan 5 volt dan masih tergantung pada temperatur. Di bawah pengaruh
medan listrik yang kuat, atom-atom lebih mudah melepaskan elektronnya
menjadi ion-ion bila temperatumya naik. Jadi VZ turun bila temperatur dioda
zener naik.
PN junction dioda yang dibuat dengan doping rendah depletion layer-nya
lebih, lebar. Medan listrik harus lebih kuat untuk menghasilkan zener breakdown.
Tetapi sebelum zener breakdown terjadi elektron-elektron minority carriers sudah
akan memperoleh tenaga kinetik demikian besarnya hingga pada saat menabrak
atom akan menimbulkan ionisasi yang menimbulkan elektron baru. Elektron-
elektron baru akan ikut bergerak akibatnya tabrakan akan berlangsung secara
berantai sehingga makin banyak elektron yang dihasilkan dan arus reverse naik
dengan cepat. Peristiwa semacam ini disebut avalanche breakdown. Bila
temperatur dioda naik laju gerakan. elektron dalam depletion layer menurun
sehingga diperlukan tegangan yang lebih besar untuk memberikan kecepatan
yang cukup bagi elektron-elektron.
Jadi kita mengenal zener breakdown yaitu ionisasi karena kekuatan
medan listrik dan avalanche breakdown yaitu ionisasi karena tubrukan. Yang
pertama terjadi pada bahan dengan tahanan jenis rendah (doping tinggi) yang
dipisahkan oleh depletion layer tipis yaitu untuk Vz di bawah 5 volt. Yang kedua
terjadi pada bahan dengan tahanan jenis tinggi (doping rendah) yang dipisahkan
oleh depletion layer lebar untuk Vz di atas 5 volt. Meskipun demikian dalam
prakteknya kedua tipe di atas tetap dinamakan dioda zener. Membeloknya
karakteristik pada saat breakdown (knee) pada dioda silikon lebih tajam (gambar
a) dibandingkan dengan dioda germanium (gambar b).

Gambar 1.10 (a) Knee dari Dioda Silikon (b) Knee dari Dioda Germanium
Karena alasan inilah maka zener dioda dibuat dari silikon. Data-data
zener dioda yang perlu diketahui adalah:
1. Tegangan zener VZ terletak antara 3,3 Volt sampai 200 Volt. Tiap zener
mempunyai VZ tertentu dengan toleransi 5 sampai 10 persen.
2. Arus zener IZ ialah arus yang mengalir pada saat breakdown. IZ minimum
adalah besarnya Iz tepat pada knee. IZ maksimum adalah arus yang tidak
boleh dilampaui, karena dapat menimbulkan panas yang berkelebihan.
Misalkan sebuah zener dioda dengan: VZ = 5,8 volt, IZ min = 1 mA dan IZ
mak = 50 mA pada temperatur 40° C.
3. Tahanan zener rz ialah suatu nilai yang menunjukkan perbandingan
perubazhan tegangan zener (VZ) terhadap perubahan arus zener (IZ).

ΔVZ
rZ = ……….…………………………….. (1.3)
ΔIZ

Tahanan zener minimum sekitar 10 ohm bila VZ nya sckitar 6 volt.


Tahanan ini akan naik bila Vz lebih atau kurang dari 6 volt. Hubungan antara VZ
dan rZ ini dapat dilihat pada gambar dibawah.

Gambar 1.11 Hubungan Antara Tahanan Zener (Rz) dan Tegangan Zener (Vz)

Oleh karena itu penggunaan zener sebagai stabilisator Vz yang terbaik


adalah sekitar 6 volt. Bila tegangan yang akan distabilkan lebih dari 6 volt dapat
digunakan beberapa zener yang dihubungkan seri. (Dickson Kho, 2014).
c. Dioda Emisi Cahaya ( Light Emitting Diode )
Dioda emisi cahaya atau dikenal dengan singkatan LED merupakan Solid
State Lamp yang merupakan piranti elektronik gabungan antara elektronik
dengan optik, sehingga dikategorikan pada keluarga “Optoelectronic”.
Sedangkan elektroda-elektrodanya sama seperti dioda lainnya, yaitu anoda (+)
dan Katoda (-). Ada tiga kategori umum penggunaan LED, yaitu :
1. Sebagai lampu indikator,
2. Untuk transmisi sinyal cahaya yang dimodulasikan dalam suatu jarak
tertentu,
3. Sebagai penggandeng rangkaian elektronik yang terisolir secara total.

Gambar 1.12 Simbol Dioda LED

Bahan dasar yang digunakan dalam pembuatan LED adalah bahan


Galium Arsenida (GaAs) atau Galium Arsenida Phospida (GaAsP) atau juga
Galium Phospida (GaP), bahan-bahan ini memancarkan cahaya dengan warna
yang berbeda-beda. Bahan GaAs memancarkan cahaya infra-merah, Bahan
GaAsP memancarkan cahaya merah atau kuning, sedangkan bahan GaP
memancarkan cahaya merah atau hijau.
Seperti halnya piranti elektronik lainnya , LED mempunyai nilai besaran
terbatas dimana tegangan majunya dibedakan atas jenis warna

Tabel 1.1 Tabel LED dan Tegangan pada dioda

Warna Tegangan Maju


Merah 1.8 volt
Orange 2.0 volt
Kuning 2.1 volt
Hijau 2.2 volt

Sedangkan besar arus maju suatu LED standard adalah sekitar 20 mA.
Karena dapat mengeluarkan cahaya, maka pengujian LED ini mudah, cukup
dengan menggabungkan dengan sumber tegangan dc kecil saja atau dengan
ohmmeter dengan polaritas yang sesuai dengan elektrodanya.
d. Dioda Foto ( Photo Diode)
Dioda cahaya ini bekerja pada daerah reverse, jadi hanya arus bocor saja
yang melewatinya. Dalam keadaan gelap, arus yang mengalir sekitar 10 A untuk
dioda cahaya dengan bahan dasar germanium dan 1A untuk bahan silikon. Kuat
cahaya dan temperature keliling dapat menaikkan arus bocor tersebut karena
dapat mengubah nilai resistansinya dimana semakin kuat cahaya yang menyinari
semakin kecil nilai resistansi dioda cahaya tersebut. Penggunaan dioda cahaya
diantaranya adalah sebagai sensor dalam pembacaan pita data berlubang
(Punch Tape), dimana pita berlubang tersebut terletak diantara sumber cahaya
dan dioda cahaya. Jika setiap lubang pita itu melewati antara tadi, maka cahaya
yang memasuki lubang tersebut akan diterima oleh dioda cahaya dan diubah
dalam bentuk signal listrik. Sedangkan penggunaan lainnya adalah dalam alat
pengukur kuat cahaya (Lux-Meter), dimana dalam keadaan gelap resistansi
dioda cahaya ini tinggi sedangkan jika disinari cahaya akan berubah rendah.
Selain itu banyak juga dioda cahaya ini digunakan sebagai sensor sistem
pengaman (security) misal dalam penggunaan alarm.

Gambar 1.13 Simbol Dioda Foto.

e. Dioda Varaktor
Dioda Varaktor disebut juga sebagai dioda kapasitas yang sifatnya
mempunyai kapasitas yang berubah-ubah jika diberikan tegangan. Dioda ini
bekerja didaerah reverse mirip dioda Zener. Bahan dasar pembuatan dioda
varaktor ini adalah silikon dimana dioda ini sifat kapasitansinya tergantung pada
tegangan yang diberikan padanya. Jika tegangan tegangannya semakin naik,
kapasitasnya akan turun. Dioda varaktor banyak digunakan pada pesawat
penerima radio dan televisi di bagian pengaturan suara (Audio).

Gambar 1.14 Simbol Dioda Varaktor


f. Dioda Schottky (SCR)
Dioda SCR singkatan dari Silicon Control Rectifier. Adalah Dioda yang
mempunyai fungsi sebagai pengendali. SCR atau Thyristor masih termasuk
keluarga semikonduktor dengan karateristik yang serupa dengan tabung
thiratron. Sebagai pengendalinya adalah gate (G). SCR sering disebut Thyristor.
SCR sebetulnya dari bahan campuran P dan N. Isi SCR terdiri dari PNPN (Positif
Negatif Positif Negatif) dan biasanya disebut PNPN Trioda.

(a) (b)
Gambar 1.15 (a) Konstruksi Dioda Schottky (b) Simbol Dioda Schottky.

Pada gambar diatas terlihat SCR dengan anoda pada kaki yang berulir,
Gerbang gate pada kaki yang pendek, sedangkan katoda pada kaki yang
panjang.

1.2.5 Rangkaian Dioda Penyearah


Rangkaian dioda penyearah adalah rangkaian dioda yang mengubah
tegangan AC menjadi tegangan DC berdenyut. Sumber tegangan AC yang biasa
digunakan adalah transformator penurun tegangan (stepdown). Pada siklus
positif dari tegangan masukan, dioda akan dibias maju (forward bias) dan pada
siklus negatif dari tegangan masukan, dioda akan dibias mundur (reverse bias).
Rangkaian dioda penyearah ini terdiri dari 2 macam, yaitu:
1. Penyearah setengah gelombang (Half-Wave Rectifier)
2. Penyearah gelombang penuh (Full-Wave Rectifier)
Pada penyearah setengah gelombang, dioda menyearahkan tegangan
AC yang berbentuk gelombang sinus menjadi tegangan DC hanya selama siklus
positif tegangan AC saja. Sedangkan pada saat siklus negatifnya, dioda
mengalami panjaran balik (reverse bias) sehingga tegangan beban (output)
menjadi nol. (Eko Purnomo, 2015).
Gambar 1.16 Penyearah Setengah Gelombang

Pada penyearah gelombang penuh yang didefinisikan oleh T. Pada


gambar 1.16 , nilai rata-rata (jumlah suatu aljabar dari daerah maksimum atas
dan bawah sumbu) adalah 0 (nol). Gambar 1.16 disebut dengan rangkaian
penyearah setengah gelombang yang akan menghasilkan gelombang Vo yang
akan memiliki nilai rata-rata khusus, digunakan dalam proses mengubah
tegangan bolak balik (AC) menjadi tegangan searah (DC). Power pada gambar
rangkaian di atas biasanya lebih tinggi daripada jenis dioda yang digunakan
dalam aplikasi dioda lain.
Selama interval t = 0  T/2 pada gambar 1.16 polaritas diterapkan
tegangan Vi seperti untuk menetapkan “tekanan” dalam arah yang ditunjukkan
dan menyalakan dioda dengan polaritas yang muncul di atas dioda. Subtitusikan
short-circuit untuk dioda ideal akan menghasilkan rangkaian ekivalen seperti
pada gambar 1.17 dibawah ini. Pada gambar 1.17 ditunjukan bahwa sinyal
output merupakan replika yang tepat dari sinyal diterapkan. Dua terminal
mendefinisikan sebagai tegangan output yang terhubung langsung ke sinyal
yang diterapkan kemudian melalui short-circuit arus pendek dari dioda ekuivalen.

Gambar 1.17 Konduksi Daerah (0  T/2)

Pada periode T/2  T, polaritas dari input Vi seperti yang ditunjukkan


pada gambar 1.18 dan hasil polaritas melintasi dioda ideal yang menghasilkan
keadaan “off” dengan ekuivalen sirkuit yang terbuka. Hasilnya adalah tidak
adanya jalan untuk mengalirkan dan Vo = iR = (0)R = 0V untuk periode T/2  T.
Input Vi dan output Vo yang digambarkan pada Gambar 1.19 untuk mengetahui
perbandingan. Sinyal output Vo pada penyearah setengah gelombang sekarang
memiliki area positif bersih di atas sumbu selama priode penuh dan nilai rata-rata
yang ditentukan oleh Vdc.
𝑉𝑑𝑐 = 0.318𝑉𝑚 ..........................................(1.4)

Gambar 1.18 Non-Konduksi Daerah (0T/2)

Gambar 1.19 Penyearah Setengah Gelombang Sinyal


Rangkaian dioda penyearah gelombang penuh terdiri dari 2 metode:
1. Konfigurasi Bridge.
2. Transformator Center Tapped.

Pada konfigurasi bridge, tingkat DC diperoleh dari input sinusidal yang


dapat ditingkatkan 100% menggunakan proses yang disebut rektifikasi
gelombang penuh. Jaringan yang paling familiar untuk menerapkan fungsi
ditampilkan pada gambar 1.20 dengan empat dioda dalam konfigurasi jembatan.
Selama periode t = 0 sampai T/2 polaritas input seperti ditunjukkan pada
gambar 1.21. Polaritas yang dihasilkan melintasi dioda ideal juga ditampilkan
pada gambar 1.21 untuk mengungkapkan bahwa D2 dan D3 sedang terkonduksi
sementara D1 dan D4 berada dalam keadaan mati. Hasil akhirnya adalah
konfigurasi gambar 1.22 dengan arus yang ditunjukkan pada seluruh polaritas R.
Dikarenakan dioda ideal memiliki tegangan beban Vo = Vi, seperti yang dinjukkan
pada gambar 1.22

Gambar 1.20 Penyearah Gelombang Penuh

Gambar 1.21 Periode 0→T/2 Dengan Tegangan Input Vi

Gambar 1.22 Konduksi Untuk Daerah Positif

Untuk daerah negatif dari input dioda D1 dan D4 dapat dilihat


konfigurasinya pada gambar 1.23. hasil dalam konfigurasi ini adalah bahwa
seluruh polaritas beban resistor R adalah sama seperti pada gambar 1.21 yang
mendirikan pulsa positif kedua, seperti ditunjukkan pada gambar 1.23. lebih dari
satu siklus penuh tegangan input dan output akan muncul seperi ditunjukkan
pada gambar 1.24.
.
Gambar 1.23 Konduksi Untuk Daerah Negatif

Gambar 1.24 Gelombang Input Dan Output dari Penyearah Gelombang Penuh

Dikarenakan daerah di atas sumbu untuk satu siklus penuh sekarang


menjadi dua kali lipat yang diperoleh untuk sistem setengah gelombang, tingkat
dc juga telah dua kali lipat, maka:
𝑉𝑑𝑐 = 0,636𝑉𝑚 ...................................................(1.5)
Pada Transformator Center-Tapped, penyearah gelombang penuh kedua
muncul pada gambar 1.25 dengan hanya dua dioda tetapi membutuhkan
Transformator Center-Tapped (CT) untuk membentuk sinyal input di setiap
bagian dari transformator sekunder. Selama bagian positif dari Vi diterapkan
pada transformator utama, jaringan akan muncul seperti ditunjukkan pada
gambar 1.26 D1 mengansumsikan short-circuit ekuivalen dan D2 open-circuit
ekuivalen, sebagaimana ditentukan oleh tegangan sekunder dan arah arus yang
dihasilkan. Tegangan output muncul seperti ditunjukkan pada gambar 1.26

Gambar 1.25 Center-Tapped Transformator Penyearah Gelombang Penuh


Gambar 1.26 Kondisi Rangkaian dari Daerah Positif Vi

Selama bagian negatif dari in-out jaringan muncul seperti yang


ditunjukkan dalam gambar 1.27, dengan membalikkan peran dioda tetapi
menjaga polaritas yang sama untuk tegangan beban resistor (R). Efek bersih
adalah output yang sama seperti yang muncul pada gambar 1.27.

Gambar 1.27 Kondisi Rangkaian dari Daerah Negatif Vi

Pada penyearah-penyearah tegangan dan arus dengan dioda masih


mengandung tegangan dan arus rippel. Untuk membuat tegangan dan arus
tersebut lebih rata atau memperkecil faktor rippel, biasanya antara penyearah
dengan beban dihubungkan rangkaian filter. Ada bermacam-macam rangakain
filter yang dikenal. Pada percobaan ini akan diselediki filter C (kondensator) dan
RC.
Filter dalam rangkaian penyearah digunakan untuk memperkecil
tegangan ripple, baik untuk penyearah setengah gelombang maupun gelombang
penuh. Filter diperlukan karena rangkaian-rangkaian elektronik memerlukan
sumber tegangan DC yang tetap, baik untuk keperluan sumber daya dan
pembiasan yang sesuai operasi rangkaian. Rangkaian filter dapat dibentuk dari
kapasitor (C), induktor (L),atau keduanya.
a. Filter C
Selama seperempat periode positif yang pertama dari tegangan
sekunder. Dioda D1 menghantar, karena dioda menghubungkan sumber VS1
secara langsung dengan kapasitor, maka kapasitor akan dimuati sampai
tegangan maksimum VM.
Setelah mencapai harga maksimum, dioda berhenti menghantar (mati),
hal ini terjadi karena kapasitor mempunyai tegangan sebesar VM, yang artinya
sama dengan tegangan sumber dan bagi dioda artinya tidak ada beda potensial.
Akibatnya dioda seperti saklar terbuka atau di bias mundur (reverse). Dengan
tidak menghantarnya dioda kapasitor mulai mengosongkan diri melalui resistansi
beban RL sampai tegangan sumber mencapai harga yang lebih besar dari
tegangan kapasitor. Pada saat dimana tegangan sumber lebih besar dari
tegangan kapasitor dioda kembali menghantar dan mengisi kapasitor. Untuk arus
beban yang rendah tegangan keluaran akan hampir tetap sama dengan VM.
Tetapi bila arus beban tinggi pengosongan akan lebih cepat yang mengakibatkan
ripple yang lebih besar dan teganan keluaran DC yang lebih kecil.
b. Filter RC
Rangkaian RC filter terdiri dari dua kapasitor C1 dan C2 dan sebuah
resistor. Prinsip kerja filter ini adalah membuat gelombang yang dihasilkan dari
rectifier mendekati gelombang DC murni.
Pada saat rectifier mengeluarkan gelombang tegangan pada nilai puncak,
maka kapasitor C1 akan terisi dengan muatan (charge). Ketika gelombang
tegangan menurun, nilainya menuju titik nol, C1 akan mengeluarkan muatan
(discharge). Kondisi C1 yang selalu terisi muatan dan mengeluarkannya membuat
ripple gelombang semakin kecil selanjutnya gelombang diperhalus oleh C2
hingga gelombang tegangan keluaran menyerupai gelombang tegangan DC.
(Erik. S, 2014).
1.3. Alat dan bahan yang digunakan
1. Modul elektronika dasar
2. Satu buah multimeter Penjepit buaya
3. Osiloskop
4. Mistar / penggaris
5. Pulpen / pensil

1.4 Langkah Percobaan


1.4.1 Memeriksa Keadaan Diode
Gunakan alat ukur multimeter untuk memeriksa diode – diode yang ada.
Pada saat pengukuran R maju gunakan range yang paling kecil (ohm) dan range
yang besar untuk R mundur (10 K ohm), untuk multimeter analog. Pada
multimeter digital gunakan range untuk mengukur. Catat hasil pengukuran anda
pada table 1.2.
Table 1.2 Pemeriksaan baik buruknya diode
Resistansi Dioda Keadaan diode
No Jenis dan tipe dioda Multimeter Ket
Forward Reverse Baik Buruk
Analog
IN 4002
Dioda Digital
1
penyearah Analog
Ge IN34
Digital
Analog
5,1 V
Diode zener Digital
2
1W Analog
9V
Digital
Analog
Red
Digital
3 LED
Analog
Green
Digital
Diode Analog
4 MV 2209
varaktor Digital

1.4.2 Karakteristik V – I (dengan multimeter)


1. Buatlah rangkaian seperti gambar 1.28, untuk pengukuran Vd gunakan
multimeter digital dan Id dengan multimeter analog.
2. Atur Vs agar didapat harga seperti pada table 1.3 (untuk bias forward).
Dan harga Vd sesuai dengan table 1.3 (untuk bias reverse).
3. Lakukan untuk diode Si, Ge, dan zener.

Gambar 1.28 Rangkaian diode pada karakteristik V – I diukur dengn multimeter


Table 1.3 Pengukuran diode pada karakteristik V – I dengan multimeter

Bias forward Vd Bias reverse Vd


Dioda LED Dioda Dioda LED Dioda
V0 I0 Penyearah Zener Penyearah Zener
(V) (mA IN GE Re Gree 5,1 9V IN GE Re Gree 5,1 V 9V
) 4002 IN3 d n V 4002 IN3 d n
4 4
0,0
0,1
0,2
0,5
1,0
1,5
2,0
1.4.3 Penyearah Setengah Gelombang Dengan 1 diode
1. Buatlah rangkaian seperti pada gambar 1.29., untuk pengukuran VRL dan
IRL gunakan multimeter digital.
2. Hubungkan Vsi pada 18 Vrms, kemudian ukur besarnya IRL (arus DC),
dan VRL1 (tegangan DC), catat pada table 1.4.
3. Hubungkan VSi pada 25 Vrms, kemudian ukur besarnya IRL1 (arus DC),
dan VRL (tegangan DC), catat pada table 1.4.
4. Ulangilah langkah – langkah diatas untuk RL1 10Ω20W dan RL2
100Ω20W .
5. Catatlah hasil pengukuran anda pada table 1.4.

18

Gambar 1.29 Rangkaian diode penyerah setengah gelombang dengan 1


diode

Table 1.4 Pengukuran diode penyearah setengah gelombang dengan 1 diode


Vp Vs Pengukuran Perhitungan
rms RL (15 W) rms Multimeter Digital Keterangan
IRL VRL PRL F
(V) (V) IRL VP VRL VS
220 10Ω 18

1.4.4 Penyearah Gelombang Penuh


1.4.4.1Menggunakan 2 dioda
1. Buatlah rangkaian seperti pada gambar 1.30.
2. Kemudian isialah table 1.5 untuk RL sama dengan RL110Ω20W dan
RL2100Ω20W
18

18

Gambar 1.30 Rangkaian diode penyerah setengah gelombang dengan 2 diode

Table 1.5 Pengukuran diode penyearah setengah gelombang dengan 2 diode


Vp Vs Pengukuran Perhitungan
rms RL (15 W) rms Multimeter Digital Keterangan
I RL VRL PRL F
(V) (V) I RL VP VRL VS
220 10Ω 18

1.4.4.2Menggunakan 4 dioda
1. Buatlah rangkaian seperti pada gambar 1.31.
2. Kemudian isilah table 1.6, untuk RL sama dengan RL1 10Ω20W dan RL2
100Ω20W

18

Gambar 1.31 Diode penyearah gelombang penuh dengan 4 diode

Table 1.6 pengukuran diode penyearah gelombang penuh dengan 4 diode


Vp Vs Pengukuran Perhitungan
rms Vp RL Multimeter Digital Keterangan
I RL VRL PRL F
(V) rms I RL VP VRL VS
220 18 10 Ω
1.4.5 Penyearah dengan filter RC
1. Buatlah rangkaian seperti pada gambar 1.32.

10 W

Gambar 1.32 Penyearah dengan filter RC

2. Ukurlah besarnya Vo tanpa beban, VRL, IRL dan gambar VRL dan Vr,
untuk harga C = 1K μF
3. Kemudian isilah tabel 4.2
4. Untuk mencari Ripple dapat menggunakan rumus :
Vrms
Ripple = Vdc
x 100%

5. Dan Untuk mencari tegangan regulsi dapat menggunakan rumus :


Vnl−Vfl
6. Vreg = Vfl
x 100%
1.5 Data Hasil Percobaan
1.5.1 Data Hasil percobaan pemeriksaan baik buruknya diode
Tabel 1.7 merupakan data hasil pemeriksaan baik/buruknya diode.
Tabel 1.7 Tabel Pemeriksaan Baik atau Buruknya Diode
Keadaan
Resistansi Dioda
N dioda
Jenis dan tipe dioda Multimeter Ket
o Forward Reverse
Baik Buruk
(Ω) (Ω)

Dioda IN 4002 Analog 7 ∞  Baik


1
penyearah Ge IN34 Analog 7 ∞  Baik

Dioda 5,1 V Analog 7,5 ∞ Baik
2 zener

1W 9V Analog 7,5 ∞ Baik

Red Analog 8 5  Buruk


3 LED
Green Analog 70 ∞  Baik
Dioda 
4 MV 2209 Analog 7 ∞ Baik
varaktor

1.5.2 Data hasil percobaan karakterisik V-I pada dioda


Tabel 1.8 dan 1.9 Merupakan data hasil pengukuran karakteristik V-I
dioda dalam keadaan Forward bias dan Reverse bias dengan menggunakan
multimeter digital.
Tabel 1.8 Pengkuran dioda pada Karakteristik V-I keadaan Forward dengan multimeter
Bias forward Vd

V0 Dioda Penyearah LED Dioda Zener


(V)
IN 4002 GE IN34 Red Green 5,1 V 9V
ID VD ID VD ID VD ID VD ID VD ID VD
(A) (V) (A) (V) (A) (V) (A) (V) (A) (V) (A) (V)
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0,1 0 0,1 0 0,1 0 0,1 0 0,1 0 0,1 0 0,1
0,2 0 0,2 0 0,2 0 0,2 0 0,2 0 0,2 0 0,2
0,5 0 0,5 0 0,5 0 0,5 0 0,5 0 0,5 0 0,5

1,0 0,027 0,750 0,028 0,737 0,004 0,561 0 1,070 0,029 0,799 0,020 0,826

1,5 0,084 0,789 0,085 0,783 0,084 0,795 0 1,771 0,835 0,835 0,082 0,863

2,0 0,121 0,805 0,122 0,798 0,111 0,910 0,007 2,001 0,847 0,847 0,115 0,871
Tabel 1.9 Pengkuran dioda pada Karakteristik V-I (keadaan Reverse) dengan multimeter
Bias reverse VD
Dioda Penyearah LED Dioda Zener
IN 4002 GE IN34 Red Green 5,1 V 9V
Vs
ID VD ID VD ID VD ID VD ID VD ID VD
(V)
(A) (V) (A) (V) (A) (V) (A) (V) (A) (V) (A) (V)
0,0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0,1 0 -0,1 0 -0,1 0 -0,1 0 -0,1 0 0 -0,1 -0,1
0,2 0 -0,2 0 -0,2 0 -0,2 0 -0,2 0 0 -0,2 -0,2
0,5 0 -0,5 0 -0,5 0 -0,5 0 -0,5 0 0 -0,5 -0,5
1,0 0 -1,0 0 -1,0 0 -1,0 0 -1,0 0 0 -1 -1,0
1,5 0 -1,5 0 -1,5 0 -1,5 0 -1,5 0 0 -1,5 -1,5
2 0 -2,0 0 -2,0 0 -2,0 0 -2,0 0 0 -2 -2,0

1.5.3 Penyearah Setengah Gelombang dengan 1 Diode


Tabel 1.10 merupakan data hasil pengukuran dioda penyearah setengah
gelombang dengan 1 dioda menggunakan multimeter digital.
Tabel 1.10 Pengukuran Diode Penyearah Setengah Gelombang dengan 1 Diode

Pengukuran Perhitungan
Vp RL VS
rms (15W) rms Multimeter Digital
Irms Vrms P F Ket
(V) (Ω) (V)
Irms VP Vrms VS (A) (V) (W) (Hz)
(A) (V) (V) (V)
220 10 18 0,695 220 06,72 18 0,6116 6,116 3,74 49,90

Berikut merupakan perhitungan yang digunakan untuk mendapatkan hasil


seperti pada Tabel 1.10
Diketahui : VS = 18V
VD = 0,7V
VMAX = (18V-0,7V) x 50% = 8,65 V
Ditanya : Vrms, VMAX, P = ?
A. Vrms = VMAX × 0,7071
= 8,65 x 0,7071
= 6,116V
B. Irms = Vrms/R
= 6,116 V/10
= 0,6116 A
C. P = Vrms x Irms
= 6,116V x 0,6116 A
= 3,74 W

Gambar 1.33 Bentuk Gelombang Keluaran Penyearah Setengah Gelombang

1.5.4 Penyearah Gelombang Penuh dengan 2 Diode


Tabel 1.11 merupakan data hasil pengukuran diode penyearah
gelombang penuh dengan 2 dioda menggunakan multimeter digital.
Tabel 1.11 Pengukuran diode penyearah gelombang penuh dengan 2 diode

Pengukuran Perhitungan
Vp RL VS
rms (15W) rms Multimeter Digital
Irms Vrms P F Ket
(V) (Ω) (V)
Irms VP Vrms VS (A) (V) (W) (Hz)
(A) (V) (V) (V)
220 10 18 1,326 220 13,24 18 1,248 12,48 15,575 100,0

Berikut merupakan perhitungan yang digunakan untuk mendapatkan hasil


seperti pada Tabel 1.11
Diketahui : VS = 18V
D1 D2 0,7×0,7
VD = = = 0,35 V
D1 +D2 0,7+0,7

VMAX = (18V-0,35V) = 17,65V


Ditanya : Vrms, VMAX, P = ?
A. Vrms = VMAX x 0,7071
= 17,65 x 0,7071
= 12,48V
B. Irms = Vrms/R
= 12,48/10
= 1,248 A
C. P = Vrms x Irms
= 12,48 V x 1,248 A
= 15,575 W

Gambar 1.34 Bentuk Gelombang Keluaran Penyearah Gelombang Penuh


dengan 2 Diode

1.5.5 Penyearah Gelombang Penuh dengan 4 Diode


Tabel 1.12 merupakan data hasil pengukuran diode penyearah
gelombang penuh dengan 4 diode menggunakan multimeter digital.
Tabel 1.12 Pengukuran diode penyearah gelombang penuh dengan 4 diode

Pengukuran Perhitungan
Vp RL VS
rms (15W) rms Multimeter Digital
Irms Vrms P F Ket
(V) (Ω) (V)
Irms VP Vrms VS (A) (V) (W) (Hz)
(A) (V) (V) (V)
220 10 18 1,256 220 12,54 18 1,223 12,23 14,85 100,0

Berikut merupakan perhitungan yang digunakan untuk mendapatkan hasil


seperti pada Tabel 1.12
Diketahui : VS = 18V
D D D D
VD = D 1+D2 + D 3+D4 = 0,7 V
1 2 3 4

VMAX = (18V-0,35V) = 17,3 V


Ditanya : Vrms, VMAX, P = ?
A. Vrms = VMAX x 0,7071
= 17,3 x 0,7071
= 12,23 V
B. Irms = Vrms/R
= 12,23/10
= 1,223 A
C. P = Vrms x Irms
= 12,23 V x 1,223 A
= 14,95 W

Gambar 1.35 Bentuk Gelombang Keluaran Penyearah Gelombang Penuh


dengan 4 Diode

1.5.6 Penyearah dengan Filter RC


Tabel 1.13 merupakan data hasil pengukuran diode penyearah
gelombang penuh dengan 4 diode menggunakan multimeter digital.
Tabel 1.13 Pengukuran diode penyearah dengan Filter RC

Pengukuran Perhitungan
Vp RL VS
rms (15W) rms Multimeter Digital
Irms Vrms P F Ket
(V) (Ω) (V)
Irms VP Vrms VS (A) (V) (W) (Hz)
(A) (V) (V) (V)
220 10 18 0,896 220 08,92 18 1,229 12,232 14,85 <10

Berikut merupakan perhitungan yang digunakan untuk mendapatkan hasil


seperti pada Tabel 1.13
Diketahui : VS = 18V
D D D D
VD = D 1+D2 + D 3+D4 = 0,7 V
1 2 3 4

VMAX = (18V-0,35V) = 17,3 V


C = 1800 µF + 1000 µF = 2 x 10-3f
1
XC = = 0,8 Ω
2𝜋𝑓𝐶

Z = √𝑅 2 + XC2 = 10,03 Ω
Ditanya : Vrms, VMAX, P = ?
A. Vrms = VMAX x 0,7071
= 17,3 x 0,7071
= 12,23 V
B. Irms = Vrms/R
= 12,23/10
= 1,223 A
C. P = Vrms x Irms
= 12,23 V x 1,223 A
= 14,95 W

Gambar 1.36 Bentuk Gelombang Keluaran Penyearah dengan Fillter RC


1.6 Analisis Data Hasil Percobaan
1.6.1 Memeriksa Keadaan Dioda
Tabel 1.14 merupakan data hasil percobaan dari pemeriksaan baik
buruknya dioda
Tabel 1.14 Pemeriksaan Baik Buruknya Dioda
Keadaan
Resistansi Dioda
dioda
No Jenis dan tipe dioda Multimeter Ket
Forward Reverse
Baik Buruk
(Ω) (Ω)

Dioda IN 4002 Analog 7 ∞  Baik


1
penyearah Ge IN34 Analog 7 ∞  Baik
Dioda 
5,1 V Analog 7,5 ∞ Baik
2 zener
1W 9V Analog 7,5 ∞  Baik
Red Analog 8 5  Buruk
3 LED 
Green Analog 70 ∞ Baik
Dioda 
4 MV 2209 Analog 7 ∞ Baik
varaktor

Agar dapat mengetahui baik buruknya dioda, dapat dilakukan pengukuran


terhadap dioda dengan menggunakan multimeter atau AVO meter analog. Untuk
memeriksa dioda pada saat forward bias dilakukan dengan cara
menghubungkan kabel probe merah dengan kaki katoda dan kabel probe hitam
dihubungkan dengan kaki anoda. Untuk memeriksa dioda pada saat reverse bias
dilakukan dengan cara menghubungkan kabel probe merah dengan kaki anoda
dan probe hitam dengan kaki katoda. Dioda yang baik akan menghasilkan nilai
resistansi rendah pada keadaan forward bias dan akan memunculkan hasil “∞”
yang berarti tak berhingga pada keadaan reverse bias pada AVO meter. Berikut
adalah hasil dari pengukuran dioda untuk mengetahui baik buruknya dioda.
A. Dioda Penyearah
Tabel 1.15 merupakan data hasil percobaan dari pemeriksaan baik
buruknya dioda penyearah
Tabel 1.15 Pemeriksaan Baik Buruknya Dioda Penyearah
Resistansi Dioda Keadaan dioda
No Jenis dan tipe dioda Multimeter Forward Reverse
Baik Buruk
(Ω) (Ω)
Dioda IN 4002 Analog 7 ∞ 
1
penyearah Ge IN34 Analog 7 ∞ 
Pada percobaan pemeriksaan keadaan baik buruknya dioda digunakan
alat ukur multimeter analog. Pada pengukuran resistansi dioda IN 4002 dan
dioda GE IN 34 dalam keadaan forward bias masing-masing yaitu 7 Ω dan 7 Ω,
dan pada pengukuran resistansi kedua dioda penyearah tersebut menunjukkan
nilai resistansi tak berhingga (∞) dalam keadaan reverse bias. Setelah
pengukuran dilakukan, dapat kita simpulkan keadaan dioda tersebut berada
dalam keadaan baik.
Dioda dalam percobaan ini dikatakan baik karena memenuhi persyaratan
dioda ideal yaitu memiliki tahanan atau resistansi rendah pada saat
mendapatkan forward bias dan nilai tahanan tak terhingga pada saat mendapat
reverse bias sehingga jenis dioda penyearah mampu mengalirkan arus ke satu
arah dan menghambat aliran arus dari arah sebaliknya.
B. Dioda Zener
Tabel 1.16 merupakan data hasil percobaan dari pemeriksaan baik
buruknya dioda zener
Tabel 1.16 Pemeriksaan Baik Buruknya Dioda zener
Resistansi Dioda Keadaan dioda
No Jenis dan tipe dioda Multimeter Forward Reverse
Baik Buruk
(Ω) (Ω)
Dioda zener 5,1 V Analog 7,5 ∞ 
1
1W 9V Analog 7,5 ∞ 

Pada percobaan pemeriksaan keadaan baik buruknya dioda digunakan


alat ukur multimeter analog. Pada pengukuran resistansi dioda Zener 5,1 V dan
dioda Zener 9 V dalam keadaan forward bias masing-masing yaitu 7,5 Ω dan 7,5
Ω , dan pada pengukuran resistansi kedua dioda zener tersebut dalam keadaan
reverse bias yaitu tak terhingga (∞). Setelah pengukuran dilakukan, dapat kita
simpulkan keadaan dioda tersebut berada dalam keadaan baik.
Dioda dalam percobaan ini dikatakan baik karena memenuhi persyaratan
dioda ideal yaitu memiliki tahanan atau resistansi rendah pada saat
mendapatkan forward bias dan nilai tahanan tak terhingga pada saat mendapat
reverse bias sehingga jenis dioda Zener mampu melakukan tugasnya sebagai
penstabil tegangan.
C. Light Emitting Dioda (LED)
Tabel 1.17 merupakan data hasil percobaan dari pemeriksaan baik
buruknya dioda Light Emitting Dioda (LED)
Tabel 1.17 Pemeriksaan Baik Buruknya Light Emitting Dioda (LED)
Resistansi Dioda Keadaan dioda
No Jenis dan tipe dioda Multimeter Forward Reverse
Baik Buruk
(Ω) (Ω)

Red Analog 8 5 
1 LED
Green Analog 70 ∞ 

Pada percobaan pemeriksaan keadaan baik buruknya dioda digunakan


alat ukur multimeter analog. Pada pengukuran resistansi LED Red dan LED
Green dalam keadaan forward bias masing-masing yaitu 8 Ω dan 5 Ω , dan pada
pengukuran resistansi LED green dalam keadaan reverse bias yaitu tak
terhingga (∞) sedangkan pada LED red terdapat resistansi sebesar 5 Ω. Setelah
pengukuran dilakukan, dapat kita simpulkan keadaan LED Green berada dalam
keadaan baik sedangkan LED red dalam keadaan buruk.
Dioda dalam percobaan ini dikatakan baik karena memenuhi persyaratan
dioda ideal yaitu memiliki tahanan atau resistansi rendah pada saat
mendapatkan forward bias dan nilai tahanan tak terhingga pada saat mendapat
reverse bias. Namun, LED Red dalam keadaan buruk karena tidak menunjukkan
nilai resistansi tak berhingga (∞) saat reverse bias. Hal ini disebabkan oleh
kondisi LED Red yang sudah rusak.
D. Dioda Varaktor
Tabel 1.18 merupakan data hasil percobaan dari pemeriksaan baik
buruknya dioda Dioda Varaktor
Tabel 1.18 Pemeriksaan Baik Buruknya Dioda Varaktor
Resistansi Dioda Keadaan dioda
No Jenis dan tipe dioda Multimeter Forward Reverse
Baik Buruk
(Ω) (Ω)
Dioda
1 MV 2209 Analog 7 ∞ 
varaktor
Pada percobaan pemeriksaan keadaan baik buruknya dioda digunakan
alat ukur multimeter analog. Pada pengukuran resistansi dioda varaktor MV 2209
dalam keadaan forward bias yaitu 7 Ω , dan pada pengukuran resistansi kedua
dioda tersebut dalam keadaan reverse bias yaitu tak terhingga (∞). Setelah
pengukuran dilakukan, dapat kita simpulkan keadaan dioda tersebut berada
dalam keadaan baik.
Dioda dalam percobaan ini dikatakan baik karena memenuhi persyaratan
dioda ideal yaitu memiliki tahanan atau resistansi rendah pada saat
mendapatkan forward bias dan nilai tahanan tak terhingga pada saat mendapat
reverse bias.

1.6.2 Analisis Karakteristik V – I (dengan multimeter)


Tabel 1.19 merupakan data hasil pengukuran karakteristik V-I dioda
dalam keadaan forward menggunakan multimeter. Tabel 1.20 merupakan data
hasil pengukuran karakteristik V-I dioda dalam keadaan reverse menggunakan
multimeter
Tabel 1.19 Pengkuran dioda pada Karakteristik V-I keadaan Forward dengan multimeter
Bias forward Vd

V0 Dioda Penyearah LED Dioda Zener


(V)
IN 4002 GE IN34 Red Green 5,1 V 9V
ID VD ID VD ID VD ID VD ID VD ID VD
(A) (V) (A) (V) (A) (V) (A) (V) (A) (V) (A) (V)
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0,1 0 0,1 0 0,1 0 0,1 0 0,1 0 0,1 0 0,1
0,2 0 0,2 0 0,2 0 0,2 0 0,2 0 0,2 0 0,2
0,5 0 0,5 0 0,5 0 0,5 0 0,5 0 0,5 0 0,5

1,0 0,27 0,750 0,028 0,737 0,004 0,561 0 1,070 0,029 0,799 0,020 0,826

1,5 0,084 0,789 0,085 0,783 0,084 0,795 0 1,771 0,835 0,835 0,082 0,863

2,0 0,121 0,805 0,122 0,798 0,111 0,910 0,007 2,001 0,847 0,847 0,115 0,871
Tabel 1.19 Pengkuran dioda pada Karakteristik V-I keadaan Reverse dengan multimeter
Bias reverse VD
Dioda Penyearah LED Dioda Zener
IN 4002 GE IN34 Red Green 5,1 V 9V
Vs
VD ID VD ID VD ID VD ID VD ID VD ID
(V)
(V) (A) (V) (A) (V) (A) (V) (A) (V) (A) (V) (A)
0,0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0,1 -0,1 0 -0,1 0 -0,1 0 -0,1 0 -0,1 0 -0,1 0
0,2 -0,2 0 -0,2 0 -0,2 0 -0,2 0 -0,2 0 -0,2 0
0,5 -0,5 0 -0,5 0 -0,5 0 -0,5 0 -0,5 0 -0,5 0
1,0 -1 0 -1 0 -1 0 -1 0 -1 0 -1 0
1,5 -1,5 0 -1,5 0 -1,5 0 -1,5 0 -1,5 0 -1,5 0

2 -2 0 -2 0 -2 0 -2 0 -2 0 -2 0

1.6.2.1 Analisis Karakteristik V – I Pada Dioda Penyearah IN 4002


Pada tabel 1.19 dapat dianalisis bahwa dioda penyearah IN 4002, terlihat
bahwa dioda akan mengalirkan arus listrik pada saat diberikan tegangan 0,7 V
atau lebih saat forward bias. Pada reverse bias arus tidak akan mengalir
sehingga tegangan yang mengalir ke rangkaian sama dengan 0 V. Nilai arus
yang dihitung adalah nilai arus pada saat nilai Vs ≥ Vd. Secara matematis arus
pada dioda dapat dihitung melalui persamaan berikut:
Vs  V D
I ...............................................................(1.6)
R
Keterangan :
I = Arus (A)
Vs = Tegangan sumber (V)
VD = Tegangan pada dioda (V)
R = Hambatan pada rangkaian (Ω)
Dari data hasil pengukuran dapat dihitung nilai arus pada dioda jenis IN
4002 sebagai berikut :
1,0 − 0,75
Vs = 1,0 volt maka I = = 0,025 A
10
1,5 − 0,79
Vs = 1,5 volt maka I = = 0,071 A
10
2,0 − 0,803
Vs = 2,0 volt maka I = = 0,119 A
10
Dari data hasil pengukuran arus ID secara teori, kita bisa mencari selisih
nilai ID antara praktek dengan teori menggunakan rumus 1.7 :
Δ𝑉 = 𝑉𝑜(𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖) − 𝑉𝑜(𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑘)............................................(1.7)
Selisih pada ID antara teori dengan praktek dapat dihitung sebagai berikut :
Selisih pada VS = 1,0 v Δ𝑉 = 0,025 − 0,027 = −0,02
Selisih pada VS = 1,5 v Δ𝑉 = 0,071 − 0,084 = −0,013
Selisih pada VS = 2,0 v Δ𝑉 = 0,119 − 0,121 = −0,02

Tabel 1.20 Selisih arus ID pada IN 4002 antara praktek dengan teori
ID (A) ID (A)
No Vs Selisih
(Pengukuran) (Teori)
1 1,0 0,27 0,025 -0,02
2 1,5 0,084 0,071 -0,013
3 2,0 0,119 0,119 -0,02

Dari data pada tabel 1.20 dapat dilihat bahwa antara arus yang diukur
secara langsung dan arus yang didapat dari hasil perhitungan dengan
menggunakan persamaan dan teori memiliki selisih yang kecil. Hal ini terjadi
karena adanya perbedaan dari hasil pengukuran dengan teori yang seharusnya.
Salah satu faktor yang menyebabkan hal tersebut adalah faktor internal alat,
dimana alat yang sudah lama tidak di kalibrasi dapat menyebabkan persentase
kesalahan lebih besar dari pada alat yang di kalibrasi secara berkala, selain itu
terdapat juga faktor eksternal dari kesalahan praktikan itu sendiri.

1.6.2.2 Analisis Karakteristik V – I Pada Dioda Penyearah GE IN 34


Pada tabel 1.19 dapat dianalisis bahwa dioda penyearah GE IN 34,
terlihat pada saat dioda ini dibias maju, agar arus dapat mengalir maka tegangan
harus ≥ 0,7 Volt. Apabila tidak mencapai tegangan minimal tersebut, arus yang
datang dari anoda tidak akan mengalir ke katoda. Apabila tegangan tersebut
sudah mencapai tegangan minimal, maka arus akan naik dengan cepat seperti
yang terlihat yaitu kurva karakteristik dioda ini. Pada reverse bias arus tidak akan
mengalir sehingga tegangan yang mengalir ke rangkaian sama dengan 0 V. Nilai
arus yang dihitung adalah nilai arus pada saat nilai Vs ≥ Vd. Secara matematis
arus pada dioda dapat dihitung melalui persamaan 1.6. Nilai arus pada dioda
penyearah GE IN 34 dapat dihitung sebagai berikut :
1,0 − 0,737
Vs = 1,0 volt maka I = = 0,026 A
10
1,5 − 0,783
Vs = 1,5 volt maka I = = 0,071 A
10
2,0 − 0,798
Vs = 2,0 volt maka I = = 0,120 A
10
Dari data hasil pengukuran arus ID secara teori, kita bisa mencari selisih
nilai ID antara praktek dengan teori menggunakan rumus 1.7 maka:
Selisih pada VS = 1,0 v Δ𝑉 = 0,026 − 0,028 = 0,002
Selisih pada VS = 1,5 v Δ𝑉 = 0,071 − 0,085 = 0,014
Selisih pada VS = 2,0 v Δ𝑉 = 0,120 − 0,122 = 0,002

Tabel 1.21 Selisih arus ID pada GE IN34 antara praktek dengan teori
ID (A) ID (A)
No Vs Selisih
(Pengukuran) (Teori)
1 1,0 0,27 0,025 0,002
2 1,5 0,084 0,071 0,013
3 2,0 0,119 0,119 0,002

Dari data pada tabel 1.21 dapat dilihat bahwa antara arus yang diukur
secara langsung dan arus yang didapat dari hasil perhitungan dengan
menggunakan persamaan dan teori memiliki selisih yang kecil. Hal ini terjadi
karena adanya perbedaan dari hasil pengukuran dengan teori yang seharusnya.
Salah satu faktor yang menyebabkan hal tersebut adalah faktor internal alat,
dimana alat yang sudah lama tidak di kalibrasi dapat menyebabkan persentase
kesalahan lebih besar dari pada alat yang di kalibrasi secara berkala, selain itu
terdapat juga faktor eksternal dari kesalahan praktikan itu sendiri.

1.6.2.3 Analisis Karakteristik V – I Pada Dioda LED Green


Dapat dilihat pada tabel 1.19 LED green, dapat diketahui bahwa LED
Green mengalami forward bias, yang mana mengalami kenaikan atau
peningkatan arus yang sangat signifikan pada tegangan dioda penyearah
terakhir yang mempunyai tegangan awal paling maksimal. Pada reverse bias
arus tidak akan mengalir sehingga tegangan yang mengalir ke rangkaian sama
dengan 0 V. Nilai arus yang dihitung adalah nilai arus pada saat nilai Vs ≥ Vd.
Secara matematis arus pada dioda dapat dihitung melalui persamaan 1.6.
sehingga dapat dihitung nilai arus pada dioda jenis LED green sebagai berikut :
2,0−2,001
Vs = 2,0 volt maka I = = 0,0001 A
10

Dari data hasil pengukuran arus ID secara teori, kita bisa mencari selisih
nilai ID antara praktek dengan teori menggunakan rumus 1.7 maka:
Selisih pada VS = 2,0 v Δ𝑉 = 0,007 − 0,0001 = 0,0069

Tabel 1.22 Selisih pada ID Teori dan Praktek Bias Forward Voltage (V) pada LED Green
ID (A) ID (A)
No Vin Kesalahan
(Pengukuran) (Teori)
1 2,0 0,007 0,0001 0,0069

Dari data pada tabel 1.22 dapat dilihat bahwa antara arus yang diukur
secara langsung dan arus yang didapat dari hasil perhitungan dengan
menggunakan persamaan dan teori memiliki persentasa kesalahan, adanya
perbedaan antara hasil secara teori dengan hasil yang sebenarnya dapat
disebabkan oleh faktor internal alat, dimana alat yang sudah lama tidak di
kalibrasi akan menyebabkan persentasa kesalahan lebih besar dari pada alat
yang di kalibrasi secara berkala, selain itu terdapat juga faktor eksternal dimana
merupakan kesalahan dari praktikan itu sendiri.

1.6.2.4 Analisis Karakteristik V – I Pada Dioda LED Red

Dapst dilihat pada tabel 1.29 dapat dianalisis LED red, bahwa terjadi
kenaikan arus pada dioda penyearah jika dibias maju atau forward. Peningkatan
dioda LED Red dalam bias forward mengalami peningkatan seiring dengan
peningkatan yang dialami pada tegangan V0, tetapi peningkatannya tidak
konstan. Pada reverse bias arus tidak akan mengalir sehingga tegangan yang
mengalir ke rangkaian sama dengan 0 V. Nilai arus yang dihitung adalah nilai
arus pada saat nilai Vs ≥ Vd. Secara matematis arus pada dioda dapat dihitung
melalui persamaan 1.6. Nilai VD untuk dioda jenis LED red adalah 1,9 volt,
sehingga dapat dihitung nilai arus pada dioda jenis LED red sebagai berikut :
1,0 − 0,561
Vs = 1,0 volt maka I = = 0,043 A
10
1,5 − 0,795
Vs = 1,5 volt maka I = = 0,052 A
10
2,0 − 0,810
Vs = 2,0 volt maka I = = 0,119 A
10
Dari data hasil pengukuran arus ID secara teori, kita bisa mencari selisih
nilai ID antara praktek dengan teori menggunakan rumus 1.7 maka:
Selisih pada VS = 1,0 v Δ𝑉 = 0,043 − 0,044 = 0,01
Selisih pada VS = 1,5 v Δ𝑉 = 0,052 − 0,084 = 0,32
Selisih pada VS = 2,0 v Δ𝑉 = 0,119 − 0,111 = 0,8
Tabel 1.23 Persentase Kesalahan ID Bias ForwardVoltage (V) pada LED Red
ID (A) ID (A)
No VIN Selisih
(Pengukuran) (Teori)
1 1,0 0,043 0,044 0,01
2 1,5 0,052 0,084 0,32
3 2,0 0,119 0,111 0,08

Dari data pada tabel 1.23 dapat dilihat bahwa antara arus yang diukur
secara langsung dan arus yang didapat dari hasil perhitungan dengan
menggunakan persamaan dan teori memiliki selisih yang kecil. Hal ini terjadi
karena adanya perbedaan dari hasil pengukuran dengan teori yang seharusnya.
Salah satu faktor yang menyebabkan hal tersebut adalah faktor internal alat,
dimana alat yang sudah lama tidak di kalibrasi dapat menyebabkan persentase
kesalahan lebih besar dari pada alat yang di kalibrasi secara berkala, selain itu
terdapat juga faktor eksternal dari kesalahan praktikan itu sendiri.

1.6.2.5 Analisis Karakteristik V – I Pada Dioda Zener 5.1 V


Berdasarkan pada tabel 1.19 pada dioda zener 5.1 V, dapat diketahui
bahwa Dioda Zener 5,1 V terlihat jika dibias maju, agar arus dapat mengalir
maka tegangan harus ≥ 0,7 Volt. Pada reverse bias arus tidak akan mengalir
sehingga tegangan yang mengalir ke rangkaian sama dengan 0 V. Nilai arus
yang dihitung adalah nilai arus pada saat nilai Vs ≥ Vd. Secara matematis arus
pada dioda dapat dihitung melalui persamaan 1.6. Nilai VD untuk dioda jenis
dioda zener 5.1 V adalah 0,7 volt, sehingga dapat dihitung nilai arus pada dioda
jenis dioda zener 5.1 V sebagai berikut :
1,0−0,799
Vs = 1,0 volt maka I = 10
= 0,020 A
1,5−0,835
Vs = 1,5 volt maka I = 10
= 0,066 A
2,0−0,847
Vs = 2,0 volt maka I = = 0,115 A
10
Berdasarkan data yang diperoleh pada hasil percobaan dan hasil
kalkulasi maka dapat dihitung selisih antara hasil teori dan praktek dengan
menggunakan persamaan 1.7 sebagai berikut :
Selisih pada VS = 1,0 v Δ𝑉 = 0,020 − 0,023 = 0,03
Selisih pada VS = 1,5 v Δ𝑉 = 0,066 − 0,81 = 0,015
Selisih pada VS = 2,0 v Δ𝑉 = 0,115 − 0,117 = 0,02
Tabel 1.23 Selisih Arus ID antara Teori dengan Praktek pada Dioda Zener 9 V
ID (A) ID (A)
No Vin Selisih
(Pengukuran) (Teori)

1 1,0 0,023 0,020 0,03

2 1,5 0,081 0,066 0,015

3 2,0 0,117 0,1157 0,02

Dari data pada tabel 1.23 dapat dilihat bahwa antara arus yang diukur
secara langsung dan arus yang didapat dari hasil perhitungan dengan
menggunakan persamaan dan teori memiliki Selisih yang sedikit. Salah satu
faktor yang menyebabkan perbedaan tersebut adalah faktor internal alat, dimana
alat yang sudah lama tidak dikalibrasi akan menyebabkan persentasa kesalahan
lebih besar dari pada alat yang dikalibrasi secara berkala, selain itu terdapat juga
faktor eksternal dimana merupakan kesalahan dari praktikan itu sendiri.

1.6.2.6 Analisis Karakteristik V – I Pada Dioda Zener 9 V


Berdasarkan pada tabel 1.19 pada dioda zener 9V, dapat diketahui
bahwa Dioda Zener 9 V mengalami forward bias, yang mana mengalami
kenaikan atau peningkatan arus yang sangat signifikan pada tegangan dioda
penyearah keempat hingga terakhir. Pada reverse bias arus tidak akan mengalir
sehingga tegangan yang mengalir ke rangkaian sama dengan 0 V. Nilai arus
yang dihitung adalah nilai arus pada saat nilai Vs ≥ Vd. Secara matematis arus
pada dioda dapat dihitung melalui persamaan 1.6. Nilai VD untuk dioda jenis
dioda zener 9 V adalah 0,7 volt, sehingga dapat dihitung nilai arus pada dioda
jenis dioda zener 9 V sebagai berikut :
1,0−0,826
Vs = 1,0 volt maka I = 10
= 0,017 A
1,5−0,863
Vs = 1,5 volt maka I = 10
= 0,063 A
2,0−871
Vs = 2,0 volt maka I = = 0,012 A
10
B Berdasarkan data yang diperoleh pada hasil percobaan dan hasil
kalkulasi maka dapat dihitung selisih antara hasil teori dan praktek dengan
menggunakan persamaan 1.7 sebagai berikut :
Selisih pada VS = 1,0 v Δ𝑉 = 0,020 − 0,023 = 0,03
Selisih pada VS = 1,5 v Δ𝑉 = 0,066 − 0,081 = 0,015
Selisih pada VS = 2,0 v Δ𝑉 = 0,115 − 0,117 = 0,002
Tabel 1.23 Selisih Arus ID antara Teori dengan Praktek pada Dioda Zener 9 V
ID (A) ID (A)
No Vin Selisih
(Pengukuran) (Teori)
1 1,0 0,020 0,023 0,03
2 1,5 0,06 0,069 0,015
3 2,0 0,109 0,1159 0,002

Dari data pada tabel 1.23 dapat dilihat bahwa antara arus yang diukur
secara langsung dan arus yang didapat dari hasil perhitungan dengan
menggunakan persamaan dan teori memiliki selisih yang sedikit, Salah satu
faktor yang menyebabkan hal tersebut adalah faktor internal alat, dimana alat
yang sudah lama tidak di kalibrasi akan menyebabkan selisih yang lebih besar
dari pada alat yang di kalibrasi secara berkala, selain itu terdapat juga faktor
eksternal dimana merupakan kesalahan dari praktikan itu sendiri.

1.6.3 Analisis Penyearah Setengah Gelombang dengan 1 Dioda


Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan menghitung Irms, Vrms, P,
dapat digunakan persamaan berikut:
Vrms = Vmax x 0,7071 .......................................................(1.8)
𝑉𝑟𝑚𝑠
Irms = 𝑅
........................................................................(1.9)

P = Vrms x Irms..........................................................(1.10)
Keterangan :
VD Silikon = 0,7 Volt
Pada percobaan ini digunakan satu buah dioda untuk untuk membentuk
penyearah setengah gelombang. Hal ini memanfaatkan karakteristik dioda yang
melewatkan arus pada satu sisi dan menghambat arus dari sisi lain.
a. Perhitungan Secara Teori

Diketahui : VS = 18V
VD = 0,7V
VMAX = (18V-0,7V) x 50% = 8,65 V
Ditanya : Vrms, VMAX, P = ?
A. Vrms = VMAX × 0,7071
= 8,65 x 0,7071
= 6,116V
B. Irms = Vrms/R
= 6,116 V/10
= 0,6116 A
C. P = Vrms x Irms
= 6,116V x 0,6116 A
= 3,74 W
Tabel 1.24 Pengukuran Diode Penyearah Setengah Gelombang dengan 1 Diode

Pengukuran Perhitungan
Vp RL VS
rms (15W) rms Multimeter Digital
Irms Vrms P F Ket
(V) (Ω) (V)
Irms VP Vrms VS (A) (V) (W) (Hz)
(A) (V) (V) (V)
220 10 18 0,695 220 06,72 18 0,6116 6,116 3,74 49,90

b. Selisih antara Hasil Teori dan Praktikum


Dari tabel diatas dapat dicari Selisih antara hasil teori dengan praktikum
menggunakan rumus 1.6 diatas, maka dapat dicari sebagai berikut :
Selisih Irms = 0,6116 – 0,695 = 0,083
Selisih Vrms = 6,72 – 6,116 = 0,604

Tabel 1.25 Selisih antara Hasil Teori dan Praktikum


Pengukuran Multimeter
Perhitungan Selisih
Digital
Irms Vrms Irms Vrms
Irms Vrms
(A) (V) (A) (V)
0,611
0,695 06,72 6,116 0,083 0,604
6
c. Gambar Percobaan

Gambar 1.43 Gelombang Hasil Percobaan Dioda Penyearah Setengah Gelombang


dengan 1 Dioda
Penyearah setengah gelombang (half wave rectifier) hanya menggunakan
1 buah dioda sebagai komponen utama dalam menyearahkan gelombang AC.
Prinsip kerja dari penyearah setengah gelombang ini adalah mengambil sisi
sinyal positif dari gelombang AC dari transformator.

Gambar 1.44 Ilustrasi Dioda Penyearah Setengah Gelombang dengan 1 Dioda

Pada saat transformator memberikan output sisi positif dari gelombang


AC maka dioda dalam keadaan forward bias sehingga sisi positif dari gelombang
AC tersebut dilewatkan dan pada saat transformator memberikan sinyal sisi
negatif gelombang AC maka dioda dalam posisi reverse bias, sehingga sinyal sisi
negatif tegangan AC tersebut ditahan atau tidak dilewatkan. Berdasarkan gambar
1.44 dapat dianalisis bahwa hasil praktikum sama dengan teori yang ada, yaitu
mengambil sisi sinyal positif dari gelombang AC dari transformator. Pada saat
transformator memberikan output sisi positif dari gelombang AC maka dioda
dalam keadaan forward bias sehingga sisi positif dari gelombang AC tersebut
dilewatkan dan pada saat transformator memberikan sinyal sisi negatif
gelombang AC maka dioda dalam posisi reverse bias. Serta karena ada selisih
antara hasil praktikum dan teori, hal ini disebabkan karena alat yang sudah lama
tidak digunakan dan kesalahan dari praktikan itu sendiri.
1.6.4 Analisis Penyearah Gelombang Penuh dengan 2 Diode
Pada percobaan ini mengunakan dioda Si dan dioda Ge dimana dioda
jenis ini mulai bekerja dan arus baru mulai ada pada tegangan 0,7 V. Pada
penyearah gelombang penuh dengan 2 dioda ini D1 paralel dengan D2. Besarnya
VD pada penyearah gelombang penuh dengan 2 dioda dapat dihitung dengan
persamaan berikut :
D1 x D2
VD = ....................................................(1.11)
D1 + D2

a. Perhitungan Secara Teori


Diketahui : VS = 18V
D D 0,7×0,7
VD = D 1+D2 = 0,7+0,7 = 0,35 V
1 2

VMAX = (18V-0,35V) = 17,65V


Ditanya : Vrms, VMAX, P = ?
A. Vrms = VMAX x 0,7071
= 17,65 x 0,7071
= 12,48V
B. Irms = Vrms/R
= 12,48/10
= 1,248 A
C. P = Vrms x Irms
= 12,48 V x 1,248 A
= 15,575 W
Tabel 1.26 Pengukuran diode penyearah gelombang penuh dengan 2 diode

Pengukuran Perhitungan
Vp RL VS
rms (15W) rms Multimeter Digital
Irms Vrms P F Ket
(V) (Ω) (V)
Irms VP Vrms VS (A) (V) (W) (Hz)
(A) (V) (V) (V)
220 10 18 1,326 220 13,24 18 1,248 12,48 15,575 100,0

b. Selisih antara Hasil Teori dan Praktikum


Dari tabel diatas dapat dicari Selisih antara hasil teori dengan praktikum
menggunakan rumus 1.6 diatas, maka dapat dicari sebagai berikut :
Selisih Irms = 1,248 – 1,326 = 0,078
Selisih Vrms = 15,575 – 13,24 = 0,604

Tabel 1.27 Selisih antara Hasil Teori dan Praktikum


Pengukuran Multimeter
Perhitungan Selisih
Digital
Irms Vrms Irms Vrms
Irms Vrms
(A) (V) (A) (V)
1,326 13,24 1,248 13,24 0,078 0,604

c. Gambar Hasil Perccobaan

Gambar 1.45 Bentuk Gelombang Keluaran Penyearah Gelombang Penuh dengan 2


Diode
Pada gambar 1.45 pada percobaan penyearah gelombang penuh dengan
dua buah dioda memiliki frekuensi pada channel satu yang ditandai dengan
warna kuning adalah 50 Hz dan pada channel dua yang ditandai dengan warna
biru adalah 100 Hz.

Gambar 1.46 Ilustrasi Dioda Penyearah Gelombang Penuh dengan 2 Dioda

Prinsip kerja rangkaian penyearah gelombang penuh dengan 2 dioda yaitu


pada saat terminal output pada D1 memberikan sinyal puncak positif maka
terminal output pada D2 memberikan sinyal puncak negatif, pada kondisi ini D1
pada posisi forward dan D2 pada posisi reverse. Sehingga sisi puncak positif
dilewatkan melalui D1. Kemudian pada saat terminal output pada D1 memberikan
sinyal puncak negatif maka terminal output pada D2 memberikan sinyal puncak
positif, pada kondisi ini D1 posisi reverse dan D2 pada posisi forward. Sehingga
sinyal puncak positif dilewatkan melalui D2. Berdasarkan perbandingan dari
gambar 1.45 dan 1.46 dapat dianalisis bahwa gambar hasil praktikum penyearah
gelombang penuh dengan 2 dioda sama dengan teori yang ada. Serta karena
ada selisih antara hasil praktikum dan teori, hal ini disebabkan faktor internal alat,
dimana alat yang sudah lama tidak di kalibrasi akan menyebabkan selisih lebih
besar dari pada alat yang di kalibrasi secara berkala, selain itu terdapat juga
faktor eksternal dimana merupakan kesalahan dari praktikan itu sendiri.

1.6.5 Penyearah Gelombang Penuh dengan 4 Dioda


Pada percobaan ini mengunakan dioda Si dimana dioda jenis ini mulai
bekerja dan arus baru mulai adapadategangan 0,7 V. Pada penyearah
gelombang penuh dengan 4 dioda ini D1 paralel dengan D2 dan D3 paralel
dengan D4 sehingga besarnya VD dapat dihitung dengan persamaan berikut :

D xD D xD
VD = D 1 + D2 + D 3 + D4 ..................................(1.13)
1 2 3 4

a. Perhitungan Secara Teori


Diketahui : VS = 18V
D D D D
VD = D 1+D2 + D 3+D4 = 0,7 V
1 2 3 4

VMAX = (18V-0,35V) = 17,3 V


Ditanya : Vrms, VMAX, P = ?
A. Vrms = VMAX x 0,7071
= 17,3 x 0,7071
= 12,23 V
B. Irms = Vrms/R
= 12,23/10
= 1,223 A
C. P = Vrms x Irms
= 12,23 V x 1,223 A
= 14,95 W
Tabel 1.27 Pengukuran diode penyearah gelombang penuh dengan 4 diode

Pengukuran Perhitungan
Vp RL VS
rms (15W) rms Multimeter Digital
Irms Vrms P F Ket
(V) (Ω) (V)
Irms VP Vrms VS (A) (V) (W) (Hz)
(A) (V) (V) (V)
220 10 18 1,256 220 12,54 18 1,223 12,23 14,85 100,0

b. Selisih antara Hasil Teori dan Praktikum


Dari tabel diatas dapat dicari Selisih antara hasil teori dengan praktikum
menggunakan rumus 1.6 diatas, maka dapat dicari sebagai berikut :
Selisih Irms = 1,223 – 1,256 = 0,033
Selisih Vrms = 12,23 – 12,54 = 0,31

Tabel 1.27 Selisih antara Hasil Teori dan Praktikum


Pengukuran Multimeter
Perhitungan Selisih
Digital
Irms Vrms Irms Vrms
Irms Vrms
(A) (V) (A) (V)
1,256 12,54 1,223 12,23 0,033 0,31

c. Gambar Hasil Percobaan

Gambar 1.47 Bentuk Gelombang Keluaran Penyearah Gelombang Penuh dengan 4


Diode
Pada gambar diatas pada percobaan penyearah gelombang penuh
dengan empat buah dioda memilki frekuensi pada chanel satu yang ditandai
dengan warna kuning adalah 100,0 Hz
Gambar 1.48 Ilustrasi Dioda Penyearah Gelombang Penuh dengan 4 Dioda

Penyearah gelombang penuh dengan 4 dioda diatas dimulai pada saat


output transformator memberikan level tegangan sisi positif, maka D1, D3 pada
posisi forward bias dan D2, D4 pada posisi reverse bias sehingga level tegangan
sisi puncak positif tersebut akan di lewatkan melalui D1 ke D3. Kemudian pada
saat output transformator memberikan level tegangan sisi puncak negatif maka
D2, D4 pada posisi forward bias dan D1, D3 pada posisi reverse bias sehinga
level tegangan sisi negatif tersebut dialirkan melalui D4, D2. Pada gambar hasil
praktikum dapat dilihat bahwa hasil praktikum sedikit berbeda dengan teori yang
ada. Dari membandingkan gambar 1.47 dan 1.48 dapat dianalisis bahwa dioda
tidak bekerja secara optimal sehingga pada saat level tegangan melalui D1 dan
D3 tidak diteruskan secara optimal. Sehingga menghasilkan sinyal yang kurang
sesuai dengan teori. Serta karena ada selisih antara hasil praktikum dan teori,
hal ini disebabkan faktor internal alat, dimana alat yang sudah lama tidak di
kalibrasi akan menyebabkan selisih lebih besar dari pada alat yang di kalibrasi
secara berkala, selain itu terdapat juga faktor eksternal dimana merupakan
kesalahan dari praktikan itu sendiri.

1.6.6 Analisis Penyearah Dengan Filter RC

Pada percobaan ini mengunakan dioda Si dimana dioda jenis ini mulai
bekerja dan arus baru mulai adapadategangan 0,7 V. Pada penyearah
gelombang penuh dengan filter RC ini D1 paralel dengan D2 dan D3 paralel
dengan D4 sehingga besarnya VD dapat dihitung dengan persamaan 1.14.
0,7 X 0,7 0,7 X 0,7
VD = + = 0,7 V.............(1.14)
0,7 + 0,7 0,7 + 0,7
a. Perhitungan Secara Teori

Diketahui : VS = 18V
D1 D2 D3 D4
VD = + = 0,7 V
D1 +D2 D3 +D4

VMAX = (18V-0,35V) = 17,3 V


C = 1800 µF + 1000 µF = 2 x 10-3f
1
XC = 2𝜋𝑓𝐶 = 0,8 Ω

Z = √𝑅 2 + XC2 = 10,03 Ω
Ditanya : Vrms, VMAX, P = ?
A. Vrms = VMAX x 0,7071
= 17,3 x 0,7071
= 12,23 V
B. Irms = Vrms/R
= 12,23/10
= 1,223 A
C. P = Vrms x Irms
= 12,23 V x 1,223 A
= 14,95 W
Tabel 1.28 Pengukuran diode penyearah dengan Filter RC

Pengukuran Perhitungan
Vp RL VS
rms (15W) rms Multimeter Digital
Irms Vrms P F Ket
(V) (Ω) (V)
Irms VP Vrms VS (A) (V) (W) (Hz)
(A) (V) (V) (V)
220 10 18 0,896 220 08,92 18 1,229 12,232 14,85 <10

b. Selisih antara Hasil Teori dan Praktikum


Dari tabel diatas dapat dicari Selisih antara hasil teori dengan praktikum
menggunakan rumus 1.6 diatas, maka dapat dicari sebagai berikut :
Selisih Irms = 1,229 – 0,896 = 0,33
Selisih Vrms = 12,232 – 08,92 = 3,31
Tabel 1.29 Selisih antara Hasil Teori dan Praktikum
Pengukuran Multimeter
Perhitungan Selisih
Digital
Irms Vrms Irms Vrms
Irms Vrms
(A) (V) (A) (V)
0,869 08,92 1,229 12,232 0,33 3,31

c. Gambar Hasil Percobaan

Gambar 1.49 Bentuk Gelombang Keluaran Penyearah dengan Fillter RC


Pada gambar 1.23 diatas pada percobaan penyearah dengan filter RC
memilki frekuensi pada channel satu yang ditandai dengan warna kuning pada
channel dua yang ditandai dengan warna biru.

Gambar 1.50 Ilustrasi Dioda Penyearah Gelombang Penuh dengan Filter RC

Rangkaian RC filter terdiri dari dua kapasitor C1 dan C2 dan sebuah


resistor. Prinsip kerja filter ini adalah membuat gelombang yang dihasilkan dari
rectifier mendekati gelombang DC murni. Pada saat rectifier mengeluarkan
gelombang tegangan pada nilai puncak, maka kapasitor C1 akan terisi dengan
muatan (charge). Ketika gelombang tegangan menurun, nilainya menuju titik nol,
C1 akan mengeluarkan muatan (discharge).
Kondisi C1 yang selalu terisi muatan dan mengeluarkannya membuat
ripple gelombang semakin kecil (gambar 1.50 b), selanjutnya gelombang
diperhalus oleh C2 hingga gelombang tegangan keluaran menyerupai gelombang
tegangan DC (gambar 1.50 c). Pada akhirnya, gelombang tegangan output
hampir menyerupai dengan gelombang tegangan DC (gambar 1.50 d).
Besarnya tegangan filter akan tergantung pada besarnya arus beban.
Arus beban yang terlalu tinggi akan mengakibatkan tegangan pada R semakin
menurun. Pada praktiknya filter RC digunakan untuk catu daya dengan arus
beban kurang dari 100mA.
Dari hasil percobaan praktikum dapat dianalisis terdapat perbedaan yang
sangat besar. Dimana bentuk gelombang hasil praktikum berbeda dengan teori,
terdapat lembah yang cukup dalam, namun menurut teori sepantasnya sudah
tidak ada lagi lembah yang terbentuk. Sehingga hasil analisis yang didapat
berupa terdapat kerusakan pada komponen baik itu berupa dioda maupun
kapasitor yang digunakan. Sehingga menghasilkan bentuk gelombang yang
menyimpang dari teori. Teori menyatakan kapasitor berfungsi sebagai penyimpan
energi sehingga pada saat tegangan turun maka energi tersebut akan dilepaskan
dan membuat bentuk gelombang yang menyerupai bentuk gelombang pada arus
DC. Dengan begitu, hasil data percobaan tidak sesuai dengan teori yang ada.
1.7 Pertanyaan dan Jawaban
1.7.1 Pertanyaan
1. Bagaimana cara untuk mengetahui baik buruknya dioda ,(dioda si,Ge,
dan Zener) ?
2. Untuk percobaan setengah gelombang dan penyearah gelombang penuh
hitunglah faktor rippel-nya untuk masing – masing harga RL?
3. Sebutkan dan jelaskan karakteristik dioda sebagai penyearah !
4. Jelaskan apa yang anda ketahui tentang penyearah setengah gelombang
& penyearah gelombang penuh !
5. Bagaimana pengaruh perubahan nilai C terhadap nilai VRL dan IRC ?
jelaskan.

1.7.2 Jawaban :
1. Untuk menentukan baik atau rusaknya suatu Dioda, dapat digunakan
satuan ohmmeter. Dimana komponen Dioda hanya dapat menghantar
arus searah saja, maka pada saat waktu pengukuran alat tersebut
dengan ohmmeter, pointer/jarum ohmmeter hanya dapat digerakkan jika
(+) probe dihubungkan ke kaki katoda dioda. Sedangkan (-) probe
dihubungkan ke kaki anoda dioda.

Sedangkan (+) probe dihubungkan ke kaki anoda dan (-) probe


dihubungkan ke kaki katoda Dioda, maka pointer/jarum ohmmeter tidak
boleh bengerak. Hasil pengukuran tersebut menunjukkan bahwa Dioda
dalam keadaan baik karena hanya mengalir searah saja.

2. Untuk menghitung nilai dari Ripple digunakan persamaan :


Ripple x 100%
a. Pengukuran dioda penyearah setengah gelombang dengan 1 dioda
Vrms = 220 V
Vdc = 6,64 V
Ripple = (220 / 6,64) x 100%
= 3.313,25 %
b. Pengukuran dioda penyearah gelombang penuh dengan 2 dioda
Vrms = 220 V
Vdc = 13 V
Ripple = (220/13) x 100%
= 1.692,3 %
c. Pengukuran dioda penyearah gelombang penuh dengan 4 dioda
Vrms = 220 V
Vdc = 12,52 V
Ripple = (220/12,52) x 100%
= 1.757,18 %
d. Pengukuran dioda penyearah dengan filter RC
Vrms = 220 V
Vdc = 8,07 V
Ripple = (220/8,07) x 100%
= 2.726,14 %
3. Karakteristik Dioda dapat diketahui dengan cara memasang dioda seri
dengan sebuah catu daya dc dan sebuah resistor. Dengan menggunakan
rangkaian tersebut maka akan dapat diketahui tegangan dioda dengan
variasi sumber tegangan yang diberikan. Seperti yang telah kita ketahui
bahwa dioda adalah komponen aktif dari dua elektroda (katoda dan
anoda) yang sifatnya semikonduktor, jadi dengan sifatnya tersebut dioda
tidak hanya memperbolehkan arus listrik mengalir ke satu arah, tetapi
juga menghambat arus dari arah sebaliknya. Dioda dapat dibuat dari
Germanium (Ge) dan Silikon atau Silsilum (Si). Komponen aktif ini
mempunyai fungsi sebagai; pengaman, penyearah, voltage regulator,
modulator, pengendali frekuensi, indikator, dan switch.
4. Penyearah setengah gelombang merupakan rangkaian penyearah yang
paling sederhana, yaitu yang terdiri dari satu dioda. Gambar dibawah
menunjukkan rangkaian penyearah setengah gelombang. Rangkaian
penyearah setengah gelombang memperoleh masukan dari sekunder
trafo yang berupa tegangan berbentuk sinus.

Prinsip kerja penyearah setengah gelombang adalah bahwa pada saat


sinyal input berupa siklus positif maka dioda mendapat bias maju
sehingga arus (i) mengalir ke beban (RL), dan sebaliknya bila sinyal input
berupa siklus negatif maka dioda mendapat bias mundur sehingga tidak
mengalir arus. Bentuk gelombang tegangan input (vi) ditunjukkan pada
(b) dan arus beban (i) pada (c) dari gambar 1.48.
Gambar di atas menunjukkan rangkaian penyearah gelombang penuh
dengan menggunakan trafo CT. Terminal sekunder dari Trafo CT
mengeluarkan dua buah tegangan keluaran yang sama tetapi fasanya
berlawanan dengan titik CT sebagai titik tengahnya. Kedua keluaran ini
masing- masing dihubungkan ke D1 dan D2, sehingga saat D1 mendapat
sinyal siklus positif maka D2 mendapat sinyal siklus negatip, dan
sebaliknya.

Dengan demikian, D1 dan D2 hidupnya bergantian. Namun karena arus


i1 dan i2 melewati tahanan beban (RL) dengan arah yang sama, maka iL
menjadi satu arah. Rangkaian penyearah gelombang penuh ini
merupakan gabungan dua buah penyearah setengah gelombang yang
hidupnya bergantian setiap setengah siklus.
5. Pengaruh perubahan nilai C terhadap nilai VRL dan IRC adalah semakin
besar nilai C maka semakin kecil nilai VRL dan IRC .
1.8 Simpulan
Setelah melakukan praktikum percobaan I yaitu mengenai karakteristik
dioda dan rangkaian dioda, maka dapat disimpulkan yaitu :
1. Dioda merupakan suatu komponen elektronika yang berfungsi sebagai
penyearah dan penstabil tegangan
2. Dioda mengalami forward bias ketika dioda di aliri arus listrik dan dioda
dapat menghantarkan arus listrik dan grafiknya sebanding dengan
tegangan, sedangkan reverse bias terjadi saat dioda di aliri arus listrik
tetapi dioda tersebut tidak bisa menghantarkan arus listrik dan grafiknya
tidak terlalu berpengaruh pada tegangan.
3. Dioda yang dapat dikatakan baik jika pada saat mengukur dalam mode
forward bias dioda memiliki suatu nilai resistansi, dan pada saat diukur
dalam mode reverse bias dioda memiliki nilai tahanan yang tak terhingga.
4. Rangkaian dioda Penyearah setengah gelombang (half wave rectifier)
menggunakan 1 buah dioda sebagai komponen utama dalam
menyearahkan gelombang AC dengan cara mengambil sisi sinyal positif
dari gelombang AC dari transformator. Pada saat sumber AC
memberikan output sisi postif dari gelombang AC maka dioda dalam
keadaan forward bias sehingga sisi positif dari gelombang AC tersebut
dilewatkan dan sebaliknya pada saat reverse bias
5. Rangkaian penyearah gelombang penuh dengan 2 dioda dapat bekerja
karena menggunakan transformator dengan CT. Transformator dengan
CT dapat memberikan output tegangan AC pada kedua terminal output
sekunder terhadap terminal CT dengan tingkat tegangan yang berbeda
fasa 180°.
6. Rangkaian penyearah arus gelombang penuh dengan 4 dioda dapat
merubah arus AC menjadi DC sehingga keluaran yang dihasilkan adalah
bentuk gelombang penuh, dimana pada tegangan dioda positif arus
dioda mengalir, dan pada tegangan negatif arus dioda juga mengalir.
Namun saat percobaan, kondisi reverse bias dioda yang sepantasnya
menghambat arus listrik, mengalirkan arus tersebut karena telah terjadi
avalance (longsoran) akibat tidak kuatnya dioda menahan muatan listrik
saar dioda pada kondisi reverse bias Pada percobaan dioda penyearah
dengan Filter RC, menggunakan 2 kapasitor sehingga dapat memberikan
tekanan pada ripple sehingga gelombang yang dihasilkan lebih halus dan
hampir menyerupai gelombang DC. Apabila terdapat atau terbaca suatu
nilai pada salah satu resistansi dioda yaitu pada saat bias maju saja atau
pada saat bias mundur saja maka dapat dipastikan bahwa dioda tersebut
dalam keadaan baik.
DAFTAR PUSTAKA

1. Pertiwi Puji Kumala. 2011. Karakteristik Dioda Sebagai Penyearah.


https://www.academia.edu/16757016/KARAKTERISTIK_DIODA_SEBAG
AI_PENYEARAH (diakses pada 10 Maret 2017)
2. Dickson Kho. 2014. Pengertian dan Fungsi DIoda Zener.
http://teknikelektronika.com/pengertian-fungsi-dioda-zener/ (diakses pada
10 Maret)
3. Anonim. 2014. Konsep Dasar Penyearah Gelombang.
http://elektronika-dasar.web.id/konsep-dasar-penyearah-gelombang-
rectifier/ (diakses pada 10 Maret 2017)
4. Anonim. 2015. Penyearah Setengah Gelombang .
http://www.nulis-ilmu.com/2015/08/penyearah-setengah-gelombang.html
(diakses pada 15 Maret 2017)
5. Anonim. 2011. Diode Working and Types of Diode .
https://www.electrical4u.com/diode-working-principle-and-types-of-diode/
(diakses pada 15 Maret 2017)
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai