BAB VI
RANGKAIAN DIODA
Hubungan P-N
Hubungan pn dapat terjadi dengan mendifusi impuritas tipe-p pada salah
satu ujung kristal tipe-n. Walaupun ada hubungan antara dua tipe silikon
namun sebagai keseluruhan bertidak sebagai kisi kristal tunggal.
Akibatnya elektron bebas dari tipe-n akan bergerak menuju hole pada
tipe-p demikian pula hole pada tipe-p bergerak ke elektron di tipe-n
sehingga terjadi proses rekombinasi. Selanjutnya akan terjadi lapisan
deplesi. Pada dasarnya lapisan ini adalah isolator dengan kelebihan
elektron di sisi tipe-p dan kelebihan hole di sisi tipe-n dan berakibat
timbulnya beda tegangan di hubungan pn, yaitu V , seperti ditunjukkan
pada Gambar 1.
+ -
- - - - + + + +
- - - - + + + +
- - - - + + + +
P N
dengan VD : beda potensial pada terminal anoda dan katoda dioda p-n
kT
VT : tegangan termal = ;
q
nA
VD
VT
Jika VD >> VT , maka I D I o e diperoleh :
VD 2
VT
I D 2 Ioe (VD 2 VD1 ) /VT
= VD 1
= e
I D1 VT
Ioe
atau
VD= VD2 - VD1 = VT ln (ID2/ID1)
Model II: sama seperti model pertama hanya bedanya pada saat dioda
mendapat bias maju ada tegangan V sebesar 0,7 volt (Rr =
, Rf = 0 )
Model III: sama seperti model II hanya pada saat dioda mendapat bias
maju ada hambatan bulk Rb . Hambatan rB dihitung dengan
V V1
cara rB = 2 , dengan V1, I1 tegangan dan arus di sekitar
I 2 I1
knee, V2, I2 tegangan dan arus di atas knee. Disamping itu
ada hambatan DC dioda, , hambatan pada saat reverse ( RR
)dan pada saat forward ( RF.) Pada model ini Rr = , Rf =
kecil.
Model IV: sama seperti model III hanya pada saat dioda mendapat bias
mundur ada hambatan Rr (Rr = besar , Rf = kecil ).
I I
V V
Model I Model II
I I
V V
Model III Model IV
Jika diberi bias positif, maka dioda mendapat bias maju akibatnya dioda
dapat dianggap hanya bagian atas saja. Sedangkan jika diberi bias
negatif dioda dapat dianggap hanya pada rangkaian bawah saja.
V
D
RL
i=0 untuk t 2
1
2 0
Sedangkan Idc = id (t )
1 Vm sin t
2 0 RL
= d t
Vm I
= = m
RL
Filter kapasitif
D
C
RL
RL
Vm sin(t + )
i= untuk t 2
RL
2
1
Sedangkan Idc =
2 id (t )
0
2
1 Vm sin t 1 Vm sin(t + )
2 0 RL
= d t + d t
2 RL
Vm I
=2 =2 m
RL
Perhatikan rangkaian simulasi berikut ini.
Filter Kapasitif
RL
C
I dcT I dc V
Sehingga diperoleh tegangan ripple Vr = = = dc ,
C fC fRL C
Namun tegangan zener tidak konstan, cara yang lebih baik adalah
dengan menggunakan umpan balik aktif (regulator sumber tegangan).
Rangkaian umpanbalik ini melihat output dan melakukan pengaturan
agar outputnya sesuai dengan yang diharapkan, seperti yang ditunjukkan
pada gambar berikut ini.
In Out
+v
-v
C1 A D2
D1 C2 doubler
C2 D3
D1
C3 trippler
C1 D2
C3 D4
C1 D3
quadrupler
C4
D2
D1
C2
tidak ada lagi loop arus yang mengalir di D1. Tegangan di titik A adalah
VA = Vin+ Vin sin t dengan Vin adalah amptudo tegangan dari tegangan
sekunder trafo. Selanjutnya loop D2, C2 dan C1 terjadi aliran arus untuk
mengisi tegangan di kapasitor C2 sampai tegangannya mencapai 2Vin.
Penjelasan yang sama juga berlaku untuk rangkaian trippler dan
quadrupler.
Perlu diingat bahwa hukum kekekalan energi berlaku, sehingga daya
outputnya tetap. Misalnya sumber AC dengan tegangan 220 V dan arus
3A, dapat menghasilkan tegangan DC sebesar 3000 V dan arus-nya
berkurang menjadi 220 mA (jika diasumsikan tidak ada yang daya
disipasi di dioda, kapasitor, transformer dan kabel listrik.
Contoh 1:
R1
Vin D Vout
R1
Vin Vout
Dari rangkaian ekivalen ini, pada saat dioda mendapat bias mundur
berlaku :
Vout = Vin
Sedangkan bila Vin < - 0.7 volt, dioda mendapat forward bias dengan
rangkaian ekivalen sbb :
R1
contoh 2 :
Untuk Vin < (V2 + 0,7 )
dioda mendapat reverse bias
Vout = Vin
Untuk Vin > (V2 + 0,7)
Bila V2 < Vinmaz maka signal input dan outputnya adalah sbb :
;Contoh 3:
Gambarkan kurva transfer karakteristik (kurva yang menggambarkan
hubungan antara output dengan input) untuk rangkaian sbb: (anggap
dioda ideal model I)
Dioda akan konduksi (dioda mendapat bias maju) yaitu pada saat
tegangan input Vin > VB
Sehingga tegangan outputnya :
Vout = VB
Sebaliknya jika Vin < VB dioda akan mendapat bias mundur, sehingga
outputnya dapat didekati menjadi:
Vout = Vin
(Kalau tidak mau ada pendekatan, maka tegangan outputnya adalah Vout
= Vin i R)
Dengan demikian karakteristik transfer dari rangkaian tsb adalah:
V out
Vout V in
V in
Tambahan
Coba kerjakan juga untuk rangkaian berikut ini
Contoh 4
Perhatikan rangkaian switching berikut yang terdiri atas tiga buah dioda
seperti ditunjukkan pada gambar. Hitung tegangan di terminal B (VB)
untuk tegangan input Vin = +3, +2, +1, 0, dan -1 V.
Jawab:
Dioda D2 dan D3 dapat dianggap sebagai sebuah dioda ideal dengan
sumber tegangan sebesar 2 0,7V = 1, 4V , sehingga rangkaian di atas
dapat diganti menjadi:
Untuk Vin < 0,7 , D1 mendapat bias maju, sedang D23 mendapat bias
mundur sehingga arus I 23 = 0 dan VB = Vin 0,7
(5 1, 4)V
Arus yang mengalir di dioda D23 adalah I 23 = = 3,6mA
1k
Dari penjelasan ini, maka:
Vin +3V +2V +1V 0V -1V
VB 1,4V 1,4V 1,4V -0,7V -1,7
Contoh 6:
Dari rangkaian berikut ini diketahui :
R1 A
vs
R2 D
VB
Diketahui R1 = R2 = 100
vs = 0,1 cos t volt
VB = 2 volt
Anggap dioda tersebut memiliki karakteristik Rf = 50 , Rr = dan V
= 0,7 volt. Cari vD dan iD secara analitik :
Jawab:
Dari terminal AB ke kiri diubah menjadi rangkaian ekivalen thevenin,
dengan :
R2
Vth = (vs + VB ) = 1 + 0,05cos t
R1 + R2
R1 R2
Rth = = 50
R1 + R2
Contoh aplikasi lain dari dioda adalah battery backup yaitu suatu
rangkaian yang memungkinkan dapat tetap bekerjawalaupun ada
kegagalan sumber daya. Rangkaian logika untuk maksud ini
ditunjukkan pada gambar berikut ini.
CLIPPING
Fungsi rangkaian clipper adalah memotong tegangan output dari
tegangan input, Vin hingga mencapai tegangan batas tertentu, Vbatas. Di
atas harga batas tsb akan di clip hingga Vbatas .
Rangkaian clipper positif dan rangkaian clipper negatif ditunjukkan
pada gambar berikut.
0
0 0.005 0.01 0.015 0.02 0.025 0.03 0.035 0.04 0.045 0.05
Tegangan Output (V)
-1
-2
-3
-4
waktu (s)
Rangkaian clipper akan berfungsi normal jika hambatan seri jauh lebih
kecil dari hambatan beban dan juga jauh lebih besar dari hambatan bulk,
biasanya diambil pendekatan:
100 RB < RS < 0,01 RL
Tegangan output dari rangkaian clipper positif untuk berbagai hambatan
Rs ditunjukkan pada gambar berikut ini.
0
0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06
Tegangan Output (V)
-2
-4
-6
-8
Waktu (s)
contoh :
D1 D2
Vin
VA VB
Vout
VA
vin
VB
CLAMPING
Rangkaian clamping dipergunakan untuk menjaga (clamp) nilai tertinggi
dari suatu signal agar tetap berharga sama. Secara umum, pada saat
melewati amplifier signal acuan DC tsb akan swing (berayun) maka
C
vout
vin
Gambar 6, Contoh rangkaian clamping
v in
V o u t
V m
t2 t
t1
-V m
Vin
Vm
-Vm
Vout
Sebaliknya jika dioda dibalik, outputnya menjadi :
Vout = (10 + 10 sin t) untuk t >
Vout = 0 untuk /2 < t <
Vout = vin untuk 0 < t < /2
vac R1
C
A B
VDC R2 vout
1
Z= Z membesar pada saat mengecil
jC
R2 R2 1/ jC
maka Vout = Vdc + vac + vac
R1 + R2 R1 + R2 1/ jC + R2
R2 1/ jC
Anggap 1/C >> R2 , sehingga Vout = Vdc + vac
R1 + R2 1/ jC + R2
Gambar 10, Karakteristik I-V dioda zener, skematik dioda zener dan
model dioda zener
Berdasarkan hukum KCL, maka arus yang malir pada dioda zener 20V
adalah I Z 20 = I 750 I1k = 10 mA
Contoh:
Pada rangkaian berikut, tentukan tegangan outputnya
Pada saat tegangan tegangan input Vin > 4.3 V, maka dioda Z1 konduksi
(forward) dan dioda Z2 tidak (reverse), sehingga VA = 4.3 V
Sebaliknya pada saat tegangan input Vin < - 4.3 V, maka dioda Z2
konduksi (forward) dan dioda Z1 tidak (reverse), sehingga VA = - 4.3 V
Sedangkan untuk 4.3 V < Vin < -4.3 V, maka VA = Vin
Dengan EWB dilakukan sbb:
LATIHAN :
Buatlah sket tegangan output dari rangkaian-rangkaian berikut ini
dengan menggunakan karaktristik ideal dioda model II. Tentukan
kondisi-kondisi masing-masing dioda agar mendapat bias maju maupun
mendapat bias mundur.
D
Vo sin ?t
V1
R1
Vo sin ?t
D
V1
R1 D2
Vo sin ?t
D1
V2
V1
1 k?
6,3V AC
220V