Anda di halaman 1dari 42

TRAFO ARUS

1S1 1S2 2S1 2S2 1S1 1S2 2S1 2S2

1
2
Komponen Proteksi dan Pengukuran

V W A

1. Trafo instrumen (CT & PT) - indra perasa


2. Relai - otak
3. Rangkaian kontrol/sinyal - saraf
4. Alat ukur - perut
5. PMT (CB) - tangan
6. Baterai - kaki 3
DAFTAR ISI
1. PENGANTAR
2. PENDAHULUAN
3. PENGENAL TRAFO ARUS.
4. TRAFO ARUS DENGAN BEBERAPA INTI
5. RANGKAIAN ARUS.
6. BURDEN (BURDEN).
7. KLAS KETELITIAN
8. TRAFO ARUS KLAS TPX, TPY, TPZ
9. TITIK LUTUT (KNEE POINT, Vk)
10. MENENTUKAN KURVA EKSITASI & POLARITAS CT.
11. TRAFO ARUS PADA KEADAAN TRANSIEN.
4
1. PENGANTAR
FLUKSI .

NiA
 weber (Wb)

 = k N I Wb ---> sefase dengan I

 : permeability  = 2 R : panjang rata - rata fluksi

N : jumlah lilitan r


i : arus (permebility pada
A : luas penampang ruang hampa)
r : permebility tergantung bahan

5
 pada maknit padananya sama dengan i (arus) pada listrik
pada maknit padanannya sam dengan 1/ (coduktivitas)
pada listrik
 akan berubah bolak-balik bila i adalah arus bolak-balik .
 akan tetap bila i adalah arus searah

6
TEGANGAN INDUKSI.
H. Faraday
Jika suatu fluksi yang berubah memotong suatu kumparan,
maka pada kumparan tersebut akan diinduksikan suatu
tegangan listrik.
d
eN
dt

Teganan yg dibangkitkan sebanding dengan julah lilitan


dan kecepatan perubahan fluksi terhadap waktu

7
H. Lenz
Suatu besaran yang diindusikan mempunyai polaritas atau arah
akan berusaha untuk melawan penyebab induksi tersebut

   sin t e = k N cos  t

Tegangan e selalu teringgal 900 terhadap fluksi 

 searah (konstan) e = 0 ( tidak dibangkitkan tegangan)

8
TRAFO DISTRIBUSI .

Tidak ada arus


maupun fluksi

I0 mengalir pada
lilitan prime
I0 membangkitkan 
0 membangkitkan
V .

E1 = 4,44 f N1  . E1 N1
 (a)
E2 = 4,44 f N2  . E2 N2
9
Trafo berbeban

I2 mengalir pada lilitan


sekunder
2 membangkitkan 
2 melawan  .
0 naik menjadi  + 
1 sama dengan 
Untuk menaikan1 , Iharus naik.
 =k N  Bila I0 diabaikan
 0 +  =  N1 I = N2 I
k0 + kN1 I = kN2 I I1 N 2
 (b)
0 + N1 I = N2 I I 2 N1
10
a*b
E1 I1 N1 N 2
 =1
E 2 I 2 N 2 N1

E1 I = E2 I -----> kVA1 = kVA2

11
TRAFO ARUS CT.

Kondisi PMT (CB) saat


masuk
- Arus mengalir pada
beban
- V1 = I1 Z

Misalkan A terbuka

- 1 = akan membang-
kitkan tegang-
an V2 .
- V2 = 4,44 f N2 

12
A tertutup
- V2 mengalirkan arus pada A sebesar I2
- I2 membangkitkan 2 melawan 
- 1 = 2
- N1 I1 = N2 I

13
HUHUNG SINGKAT SISI 20 KV.
100 100 kVA
I hs  xIn  x A
% Zs  % ZTR % Zs  % ZTR kV 3

Trafo daya 150/20 KV 60 MVA.


Asumsi :
- % Z = 12 %
- % Zs diabaikan, sistem 150 kV rel infinite
100 60.000
I hs  x A  14.433 A
12 20 3

14
2. PENDAHULUAN
2. 1. Fungsi
- Mentransformasikan dari arus yg besar (primer) ke arus
yg kecil (sekunder) guna pengukuran atau poteksi

- Sebagai isolasi sirkit sekunder dari sisi primernya.

- Memungkinkan penggunaan standar arus pengenal utk meter


atau relai di sisi sekundernya.

Contoh : 2.000/5 A , 300/1 A


P1 P2 2.000 A dan 300 A = Ip merupakan
arus primer
5 A dan 1 A = Is merupakan
S1 S2 arus sekunder
15
Ip N2
  k ct
Is N1
- N2 >> N1 (N1 jumlah lilitan primer, N2 jumlah lilitan
sekender).
kct : perbandingan transformasi merupakan nilai yg konstan

16
1.2. Standard Trafo Arus & Trafo Tegangan
a. IEC IEC 185 : 1987 CTs
IEC 44-6 : 1992 CTs
IEC 186 : 1987 PTs
b. EUROPEAN BS 7625 PTs
BS 7626 CTs
BS 7628 CT and PT
c. BRITISH BS 3938 : 1973 CTs
BS 3941 : 1975 PTs
d. AMERICAN ANSI C51.13.1978 CTs and PTs
e. CANADIAN CSA CAN 3-C13-M83 CTs and PTs
g. AUSTRALIAN AS 1675-1986 CTs
h. INDONESIA SNI

17
2.3. Dua Kelompok Dasar Trafo Arus
a. Trafo arus untuk pengukuran

- Mempunyai ketelitian tinggi pada daerah kerja (daerah


pengenalnya) 5 % - 120 % In
- Cepat Jenuh
b. Trafo arus untuk proteksi

- Mempunyai daerah ketelitian yang luas


- Tidak cepat jenuh
Kinerja relai tergantung dari trafo arus yang digunakan.

18
1.4. Konstruksi Trafo Arus
Sisi primer batang Sisi primer lilitan

19
1.5. Jenis Trafo Arus Inti besi
a. Trafo arus dengan inti besi

b. Trafo arus tanpa inti besi


Rogowski coil

20
Sekunder
1000

100
Coil Rogowski Jenuh
10

0,1 Kovesional CT

0,01
0,01 0,1 1 10 100 1000
Primer
- Linier di seluruh djangkauan pengukuran
- Tidak jenuh
- Tidak terdapat rugi histerisis

21
c. Trafo arus dengan digitel optical
(Digitel Optical Instrument Transformer, DOIT)

A/D A/D  Analog ke


Digitel
Serat optik

22
Keuntungan terhadap CT biasa
- Sinyal digitel kurang sensitif terhadap electromagbetic
noise
- Signal cahaya tudak sensitif terhadap electromanetic noise
- Serat optik adalah isolator, konvesional isolasi kertas minyak
tidak diperlukan lagi, sehingga lebih ringan
- Karena DOIT lebih ringan konstruksi penyangga lebih ringan
dan dan fundasi juga berkurang sampai 50 %
- Karena tanpa minyak sehingga tidak terjadi kebocoran
minyak

23
3. PENGENAL TRAFO ARUS.
Pengenal primer : 10 - 12,5 - 15 - 20 - 25 - 30 - 40 - 50 - 60 - 75
- 80 A dan kelipatan 10

Pengenal sekunder : 1 - 2 - 5 A
- 5 A umumnya digunakan bila antara trafo arus dengan alat
ukur atau relainya dekat
- 1 A umumnya digunakan bila antara trafo arus dengan alat
ukur atau relainya
- 2 A untuk keperluan tertentu.

24
Trafo arus dengan 2 pengenal primer

Primer seri paralel Sekunder tap

P1 P2 P1 P2 P1 P2
S1- S2 = 500/5 A
S1- S3 = 1000/5 A

S1 S2 S1 S2 S1 S2 S3
1000/5 A 500/5 A 500 - 1000/5 A

25
Multi rasio
Contoh : 100 -200 -300 - 400 -500/5 A

P1 P2 Umum merupakan trafo arus


dan banyak digunakan A.S

A-B : 100/5 A
A-C : 200/5 A
A-D : 300/5 A
A-E : 400/5 A
A B C D E F A-F : 500/5 A

Hanya dapat digunakan satu julat saja, yang lain dibuka

SKT,D-EZD1-GI-CT,CTKUB1.PPT,200301 26
4. TRAFO ARUS DENGAN BEBERAPA INTI
Tujuan untuk berbagai keperluan yang mempunyai sifat berbe-
da dan untuk menghemat tempat.

Sebagai contoh.
C.T dengan 2 inti 300 / 5 A (untuk kubikel)
Penandaan primer P1 -- P2 atau C1 -- C2
Penandaan sekunder inti ke 1 1S1 -- 1S2 ---> pengukuran
Penandaan sekunder inti ke 2 2S1 -- 2S2 ---> relai arus lebih
P1 P2

1S1 1S2 2S1 2S2 27


Trafo Arus (Inti &
kumparan sekunder)

Isolasi
Konduktor

P1 (C1) P2 (C2)

1S1 1S2 2S1 2S2

28
CT dengan 4 inti.
Penandaan primer P1 -- P2 atau C1 -- C2
Penandaan sekunder inti ke 1 1S1 - 1S2 ---> pengukuran
Penandaan sekunder inti ke 2 2S1 - 2S2 ---> relai jarak
Penandaan sekunder inti ke 3 3S1 - 3S2 ---> proteksi rel
Penandaan sekunder inti ke 4 4S1 - 4S2 ---> proteksi rel

P1 P2

1S1 1S2 2S1 2S2 3S1 3S2 4S1 4S2

29
P1 (C1 P2 (C2)
)

1S1 1S2 2S1 2S2 3S1 3S2 4S1 4S2

P1(C1 P2(C2)
)

1S1 1S2 2S1 2S2 3S1 3S2 4S1 4S2


30
4. RANGKAIAN ARUS.
kWh
A W
VAR kvarh Beban
Sambungan langsung

P1 P2

S1 S2
Beban
kWh
A W
VAR kvarh
31
kWh
A W
1S1
VAR kvarh
1S2

F 51/50 F 51/50G
2S1
2S2

32
Tujuan salah satu sisi sekunder di bumikan.

Tujuan salah satu sisi sekunder dibumikan ialah jika terjadi


hubung singkat antara sisi primer dan sisi sekunder, tegangan
sirkit sekunder tidaak naik.

Pada dasarnya pembumian dapat dilakukan pada S1 atau S2 .

Dalam beberapa hal letak pembumian sisi sekunder mengikuti


buku petunjuk pemasangan meter atau relainya.

Pembumian tidak mempengaruhi arah arus.

33
Tujuan sisi sekunder di hubung pendek.

kWh
A W
1S1
1S2 VAR kvarh

2S1
2S2

Agar tidak terjadi kenaikan tegangan di sisi sekunder

34
Penjelasan sekunder CT yg tidak digunakan harus
dihubung singkat

N1 I1 = N2 I2 .
1 =  2 .
Es1 = 4,44 f N2 0 Volt
Es2 = 4,44 f N2 ( 0 ) Volt
Karena tidak ada yang
mengkompensir yaitu2 maka
tegangan pada sekunder dapat
menjadi besar, tergantung arus
yang mengalir.

1 = kN1I1 0 = kN1I0 2 = kN2 I 2

35
Rangkaiam arus CT 250-500/5 A tap sisi sekunder.
VAR kvarh
1S1 kWh
A W

1S2 Tidak boleh di hubung singkat


1S3
1S1
F 51/50 F 51/50G

1S2

1S3
36
Salah satu dipakai dan yg lain dihubung singkat.

Akan terjadi kesalahan pengukuran

S2 - S3 tidak boleh dihubung singkat, harus terbuka


37
5. BEBAN (BURDEN).
Beban pengenal
- Nilai dari beban CT dimana klas ketelitian dinyatakan
- Beban CT dinyatakan dalam VA
- Nilai beban umum digunakan : 2,5 ; 5 ; 7,5 ; 10 ; 15 ;
30 VA
Arus pengenal kontinyu
Umumnya dinyatakan pada sisi primer, misalnya 300/5 A,
2000/5 A

38
Pengenal arus waktu singkat (Short time rated current)
- Umumnya dinyatakan untuk 0,5 ; 1,0 ; 2,0 ; 3,0 detik.
- Tidak menimbulkan kerusakan
- Umumnya dinyatakan pada keadaan sekunder CT di hubung
singkat.
- Arus dinyatakan dalam RMS (nilai efektif)
Pengenal Arus dinamik
- Perbandingan dari : Ipuncak / Ipengenal .
- Ipuncak : kemampuan arus maksimum CT tanpa
menimbulkan suatu kerusakan

39
Contoh burden :
C.T. dengan 2 inti. 500 / 5 - 5 A
Polaritas primer P1 -- P2
Polaritas sekender inti ke 1 1S1 - 1S2 ---> 10 VA (meter)
Polaritas sekender inti ke 2 2S1 - 2S2 ---> 15 VA (relai)
Ditinjau burden sesungguhnya untuk relai arusd lebih
statik/numerikal :
Relai arus lebih fase : 0,3 VA pada In ( relai numerikal)
Jarak antara CT dan kubikel/relai arus lebih 5 m, dengan
menggunakan kabel NYA 6 mm2 r = 3,05 ohm/km
R untuk 5 m = 5/1000 x 3,05 ohm = 0,01525 ohm
Untuk I = 5 A beban kawat 5 m = 5 x 0,01525 VA = 0,07625
VA 40
5m
F 51/50
A = 6 mm2 Cu

F 51/50

F 51/50

F 51/50 G

41
Burden gangguan 2 fase = 2 x (0,3 + 0,07625) = 0,7525 VA
Burden gangguan 3 fase = 1 x (0,3 + 0,07625) = 0,37625 VA
Burden gangguan 1 fase = 2 x (0,3 + 0,07625) = 0,7525 VA
Burden untuk relai pada kubikel yang dominan ialah burden
dari relainya.

42

Anda mungkin juga menyukai