3
Rugi Inti
a. Rugi Arus Eddy (Arus Pusar)
EDDY CURRENT
INTI BERLAPIS
DAN DISEKAT
4
Rugi Inti
b. Rugi Hysterisis
Rugi hysterisis merupakan rugi-rugi yang berasal dari
simpul medan magnet di dalam inti trafo, rugi-rugi ini
berkaitan dengan sifat logam yang digunakan pada inti trafo. Iex
❑ Iex bergerak dari nol ke maximum, menimbulkan dari
nilai nol ke nilai maksimum.
❑ Ketika Iex bergerak ke arah nol, akan tetap. Sehingga
sisa medan magnet masih ada.
❑ Demikian pula ketika Iex bergerak dari nol ke minimum
❑ Karena rugi tembaga tergantung nilai arus primer dan sekunder, maka rugi
tembaga bersifat tidak tetap, tergantung beban trafo tersebut.
6
7
8
9
Current Transformer (CT)
Trafo Arus
Fungsi CT:
❑ Mentransformasikan arus yang besar ke arus kecil dan
digunakan untuk pengukuran dan proteksi.
❑ Sebagai isolasi antara sisi tegangan yang yang
diukur/diproteksi dengan alat ukur/proteksinya.
10
Transformator
Dimana:
I1 = Arus primer (A)
I2 = Arus sekunder (A)
N1 = Jumlah belitan primer
N2 = Jumlah belitan sekunder
a = Perbandingan trafo
11
Konstruksi CT
Sisi primer merupakan batang Sisi primer merupakan belitan
PRIMARY
SECONDARY
12
Konstruksi CT
1. Konstruksi Seri-Paralel
13
Konstruksi CT
2. Konstruksi Multi Rasio
14
Konstruksi CT
3. Konstruksi Multi Core
15
Rangkaian arus CT 500/1-1-1-1 A
Rangkaian arus semuanya seri untuk setiap CT
P1 1S1 1A
KWH KVARH
8V A KW KVA
1S2
2S1 1A
P2
6V
2S2
F 32 F 40 F 51 V
F 87
3S1 1A
P3
2V
3S2
4S1
P4 TIDAK DIGUNAKAN
4S2
16
Tujuan Grounding pada Sisi
Sekunder CT
▪ Tujuan salah satu sisi sekunder dibumikan ialah jika terjadi
hubung singkat antara sisi primer dan sisi sekunder, tegangan
di sisi sekunder tidak akan naik. Pada dasarnya pembumian
dapat dilakukan S1 atau S2.
▪ Dalam beberapa hal, letak pembumian sisi sekunder
mengikuti buku petunjuk pemasangan meter atau relainya.
Pembumian tidak mempengaruhi arah arus.
P1
1S1 1A
KWH KVARH
8V A KW KVA
IP IS 1S2
17
Indeks Ketelitian CT (IEC 186/1987)
1. Rasio Kesalahan
𝐾𝑁 . 𝐼𝑆 − 𝐼𝑃 Dimana:
𝜀𝐶𝑇 = 𝑥100% KN = Rasio transformasi
𝐼𝑃
IP = Arus primer (A)
IS = Arus sekunder (A)
Contoh:
CT 500/5 A → KN = 100
2. Kesalahan Sudut
Pergeseran sudut sisi sekunder kurang atau lebih dari 1800, maka
IS 2 = -
IS IP
18 1 = +
IS
Nilai Batas Kesalahan CT
19
CT Meter Vs. CT Proteksi
❑ Karateristik CT untuk pengukuran (CT Meter)
▪ Untuk pengukuran, tingkat ketelitian untuk daerah kerja arus
mulai dari 80 % sampai 120 % dari arus pengenal.
20
21
Fungsi PT
❑ Mentransformasikan tegangan tinggi ke tegangan rendah guna
pengukuran atau proteksi.
❑ Sebagai isolasi antara sisi tegangan yang diukur/diproteksikan
dengan alat ukurnya/proteksinya.
22
Jenis PT
❑ Trafo tegangan dengan inti besi seperti transformator
biasa umumnya untuk tegangan rendah sampai dengan
tegangan tinggi.
23
Jenis Trafo Tegangan
a. Dipasang antara fasa dan fasa
b. Dipasang antara fasa dan tanah
c. Trafo tegangan dengan 3 lilitan, lilitan ke tiga untuk earth
fault relay.
d. Trafo tegangan dengan 3 lilitan, lilitan ke dua untuk relai ke
1 dan meter, lilitan ke tiga untuk relai ke 2.
P1 P2 P1 P1 P1
P2 P2 P2
R
S
T
SEKRING
P1 P2 P1 P2 P1 P1 P1
P2 P2 P2
S2 S2 S2 S2 S2
S1 S1 S1 S1 S1
25
Indeks Ketelitian PT (IEC 186/1987)
❑ Pada PT dikenal 2 macam kesalahan yaitu:
❑ Kesalahan perbandingan Beban ; Ketelitian ; Kesalahan
𝐾𝑁 .𝑉𝑆 −𝑉𝑃
𝜀𝑃𝑇 = 𝑉𝑃
𝑥100%
KN : Perbandingan nominal transformasi
Contoh: Pada PT (20.000/v3)|(100/v3) → KN = 200
❑ Kesalahan sudut
Pergeseran sudut sisi sekunder kurang atau lebih dari 1800
VS
2 = -
VS VP
1 = +
26 VS
PT Meter Vs. PT Proteksi
❑ Karateristik PT untuk pengukuran (PT Meter)
▪ Untuk pengukuran, tingkat ketelitian untuk daerah kerja
tegangan mulai dari 80 % sampai 120 % dari tegangan
pengenal.
27
Batas Kesalahan Transformasi dan
Pergeseran Sudut untuk PT
28
CT PT
29
30