Anda di halaman 1dari 162

ELEKTRONIKA DASAR

 Dioda memiliki 2 buah kaki yang masing2


disebut Kutub Anoda (Positif) dan Kutub
Katoda (Negatif).

 Pada Dioda arus listrik mengalir


dari kutub anoda menuju
kutub katoda

 Penggunaan Dioda :
-. Penyearah arus dan tegangan listrik
-. Pengaman arus dan tegangan listrik
-. Memblokir arus dan tegangan listrik
 Dioda adalah komponen elektronik yang
dapat mengalirkan arus hanya pada satu arah
saja.

 Simbol Dioda adalah seperti di bawah ini, di


mana arus listrik yang dapat mengalir
hanyalah pada arah panah seperti pada
simbol berikut ini.
JENIS-JENIS DIODA:
 Dioda Silikon
Berfungsi sebagai penyearah dan banyak
dipakai dalam rangkaian power supply
 Dioda Germanium
Banyak dipakai sebagai detektor di dalam
rangkaian pesawat penerima radio.
Memiliki ukuran kecil mirip resistor dan
diberi tanda gelang pada badannya yang
menunjukan tanda kutub katoda
 Dioda Selenium
Banyak dipakai sebagai penyearah atau perata
rangkaian power supply.
Dioda ini memiliki 4 kaki yang 2 diantaranya
dipakai sebagai input tegangan arus bolak-balik
(AC) dan yang 2 lainnya sebagai outpur berupa
tegangan arus searah (DC)
 Dioda Kuprox
Memiliki bentuk seperti dioda selenium
dan memiliki 4 buah kaki.
Perbedaannya hanya pada bahan pembuat
dioda tersebut yakni Kuprous Oksida
 Dioda Rectifier
Memiliki bentuk seperti baut besar dan
dirancang khusus untuk dapat dilalui arus
besar.
Banyak dipakai dalam pembuatan rangkaian
power supply dengan arus tinggi
 Dioda Zener
Dioda Zener adalah salah satu bentuk dioda
yang dirancang khusus di mana arus balik dapat
terjadi pada tegangan yang sudah melebihi
tegangan yang sudah ditentukan tanpa merusak
dioda.
 Dioda ini memiliki karakteristik
menyalurkan arus listrik mengalir ke arah
yang berlawanan jika tegangan yang
diberikan melampaui batas "tegangan
rusak" (breakdown voltage) atau
"tegangan Zener". Ini berlainan
dari dioda biasa yang hanya menyalurkan
arus listrik ke satu arah.
 Fungsi utamanya adalah untuk menstabilkan
tegangan. Pada saat disambungkan secara
parallel dengan sebuah sumber tegangan yang
berubah-ubah yang dipasang sehingga
mencatu-balik, sebuah dioda zener akan
bertingkah seperti
sebuah kortsleting (hubungan singkat) saat
tegangan mencapai tegangan rusak diode
tersebut. Hasilnya, tegangan akan dibatasi
sampai ke sebuah angka yang telah diketahui
sebelumnya.
 Dioda LED
Penggunaannya sangat populer karena
dapat menghasilkan cahaya berwarna
warni.
 LED memiliki 2 buah kaki berbentuk
panjang dan pendek untuk membedakan
kutub anoda dan katoda
DIODA SEMIKONDUKTOR
(Dioda Penyearah)
 Dioda semikonduktor dibentuk dengan
cara menyambungkan semi-konduktor
tipe p dan semikonduktor tipe n. Pada
saat terjadinya sambungan (junction) p
dan n, hole-hole pada bahan p dan
elektron-elektron pada bahan n disekitar
sambungan cenderung untuk
berkombinasi.
 Hole dan elektron yang berkombinasi ini
saling meniadakan, sehingga pada daerah
sekitar sambungan ini kosong dari
pembawa muatan dan terbentuk daerah
pengosongan (depletion region).
Dioda Tanpa Bias (Unbiased Diode)
+ + + + - - - --
+ + + + - - - -

Adanya medan diantara ion menyebabkan adanya


perbedaan potensial yang disebut potensial barier

Pada suhu 25 derajat, besarnya potensial barier


kira-kira 0,3V untuk dioda germanium,
sedangkan untuk
dioda silikon besarnya 0,7V
Pengaruh suhu terhadap potensial barier

Suhu yang tinggi akan menyebabkan besarnya


potensial barier berkurang, adapun besarnya
pengurangan adalah 2,5mV untuk setiap
kenaikan 1 derajat celcius baik untuk dioda
germanium maupun silikon. Perubahan potensial
barier dapat dituliskan sbb:

ΔV = -0,0025 ΔT
 Suatu dioda bisa diberi bias mundur (reverse bias)
atau diberi bias maju (forward bias) untuk
mendapatkan karakteristik yang diinginkan.

 Bias mundur adalah pemberian tegangan negatip


baterai ke terminal anoda (A) dan tegangan
positip ke terminal katoda (K) dari suatu dioda.

 Dengan kata lain, tegangan anoda katoda VA-K


adalah negatip (VA-K < 0). Apabila tegangan
positip baterai dihubungkan ke terminal Anoda
(A) dan negatipnya ke terminal katoda (K), maka
dioda disebut mendapatkan bias maju (foward
bias).
 Hubungan antara besarnya arus yang
mengalir melalui dioda dengan tegangan
VA-K juga dapat dilihat pada kurva
karakteristik dioda dibawah ini.
 Gambar menunjukan dua macam kurva, yakni
dioda germanium (Ge) dan dioda silikon (Si).
 Pada saat dioda diberi bias maju, yakni bila VA-
K positip, maka arus ID akan naik dengan cepat
setelah VA-K mencapai tegangan cut-in (Vg).
Tegangan cut-in (Vg) ini kira-kira sebesar 0.2
Volt untuk dioda germanium dan 0.6 Volt untuk
dioda silikon.
 Dengan pemberian tegangan baterai sebesar
ini, maka potensial penghalang (barrier
potential) pada persambungan akan teratasi,
sehingga arus dioda mulai mengalir dengan
cepat.
Latihan ya, tolong di kerjakan !!!!
Latihan juga !!!!
Ini Jawabannya :
Rangkaian Aplikasi Dioda
Rangkaian Aplikasi Dioda Yang
Banyak Dijumpai :

 Rangkaian Penyearah
 Rangkaian Pemotong (Clipper)
 Rangkaian Clamper
 Rangkaian Pengali Tegangan
 Dioda Sebagai Rangkaian Logika
Rangkaian Penyearah Dengan Dioda
 Setiap perangkat elektronik membutuhkan catuan
berupa tegangan DC.
 Sumber tegangan yang tersedia dari penyedia daya untuk
industri dan rumah tangga adalah sumber tegangan AC.
 Dibutuhkan pengubahan dari besaran AC ke besaran
DC dengan menggunakan rangkaian penyearah.
 Penyearah dasar yang digunakan dalam aplikasi
menggunakan dioda.
 Rangkaian penyearah terbagi menjadi 2, yaitu penyearah
½ gelombang dan penyearah gelombang penuh.
Parameter Penyearah Dioda
 Nilai hasil penyearahan rangkaian penyearah
disebut sebagai Vdc (V average).
 Peak Inverse Voltage (PIV) merupakan nilai
tegangan tertinggi yang tidak boleh dilewati pada
dioda saat dioda mengalami bias mundur.
 Frekuensi keluaran (fout) merupakan frekuensi
keluaran dari rangk. Penyearah.
 Ketiga parameter ini merupakan parameter
kualitas kerja rangkaian rectifier (penyearah).
RECTIFIER ( PENYEARAH )
GELOMBANG SINUSOIDAL
V
VP
Vrms

108
HARGA EFEKTIP ( rms VALUE )
T T
1 2 R 2 2
P  R.  i dt   I p sin .t dt
T0 T0
2
I .R T
P  .t dt
p 2
sin
T 0

I p2 .R  t sin 2.t  T I p2 .R
P    
T 2 4  0 2
I p2 .R Ip
P 2 .R   I rms 
2
I rms .R I rms
2 2
Vp
sec ara sama  Vrms 
2
109
HALF WAVE RECTIFIER
( PENYEARAH SETENGAH GELOMBANG )

V2
Jumlah lilitan T
Ideal V2p
N1 N2
p
Vo
2p t
220 V
V1 V2 T
RL Vo
fin= Vop
60 Hz p
2p t
TRAFO

110
DIODE ON ( FORWARD )
DIODE DALAM KEADAAN MENGHANTAR

DIODE Vop = V2p


+
I Vdc = 0,318 Vop
V2 RL Vo
Vdc
- Idc 
RL
Idiode = Idc
111
DIODE OFF ( REVERSE )
DIODE TIDAK MENGHANTAR

DIODE
-
PIV = V2P
V2 RL Vo

112
ARUS DAN TEGANGAN RATA-RATA
sin .t d(.t )
T T
1 Ip
I dc   I p sin .t dt  0
T0 T 

T
Ip Ip
I dc    d cos .t   cos .t T0 / 2
T 0
p

fout = fin
Ip  T  Ip  p 
I dc    cos .  cos 0     cos  1
p 2  p 2 

I dc 
Ip
 I dc  0,318 I p
I
p

dengan cara yang sama : t


Vdc  0,318 Vp T
113
Rangkaian Penyearah Gelombang Penuh

 Melakukan penyearahan pada seluruh


siklus sinyal masukan.
 Dalam realisasinya dapat menggunakan
minimal 2 buah dioda.
 Rangkaian penyearah yang dikenal luas
penggunaannya menggunakan 4 buah
dioda (Penyearah Jembatan).
Full Wave Rectifier Dengan Dua Dioda
D1

Vo
- +
V1 CT

V2 RL

D2
D1

CT Rangkaian
V1 ekivalen

RL Vo

D2
Full Wave Rectifier
Jumlah lilitan
N1 N2
Dengan 4 Dioda
D1 D2

220 V
V1 V2 +
fin=
60 Hz Vo
D3 D4 RL

TRAFO -

Jumlah lilitan
N1 N2

D1 D2

220 V RL
V1 V2 - +
fin= Vo
60 Hz
D3 D4

TRAFO
Bentuk Sinyal Penyearah Gelombang
Penuh Dengan Masukan Sinusoidal
V input  Dioda akan ON secara bergantian
pada setiap siklus sinyal
 Pada penyearah gelombang yang
+ + menggunakan 2 Dioda, D1 ON pada
t
siklus positif, sedangkan D2 pada
- -
siklus sinyal negatif.
 Sedangkan pada penyearah gelombang
V output penuh dengan menggunakan 4 dioda,
pasangan D2 & D3 ON saat siklus
V maks sinyal positif, sedangkan pasangan D1
V DC dan D4 saat siklus sinyal negatif.
+ + + +
Penyearah Gelombang Penuh
(Lanjutan)
Vdc I
Vdc = 0,636 Vm Idc  I
diode
 dc
2
RL
fout = 2. fin

PIV Rating :
Untuk penyearah dengan 2 dioda, PIV = 2Vm
Untuk penyearah dengan 4 dioda, PIV = Vm
Rangkaian Penyearah Dengan Filter C

 Terlihat bahwa hasil penyearahan yang diperoleh masih memiliki


ripple yang besar, ripple adalah komponen ac yg terdapat pada
keluaran penyearah
 Untuk mengatasinya digunakan komponen tambahan berupa
kapasitor yang diparalel dengan resistor beban (ambil kasus
rangkaian penyearah gelombang penuh menggunakan 4 dioda)

+ + D1 D2

Sinyal
Input AC
D4
D3
- - R C Vo
Bentuk tegangan keluaran penyearah dengan filter C

Bentuk Tegangan
Output

0,00417 0,0024 .V max


Vdc  (1  ) Vmax Vripple 
RL .C RL .C

Nilai kapasitor minimum yang 0,24


harus dipasang, dapat dicari C min 
dengan rumus : r.R L
Dioda sebagai pengali tegangan
Vp
- +
C1
- C1
AC D1 D2
Vp D1 D2
+

C2
C2

Vp Vp
- + - +
C1 D2
- C1 -
+
Vp D1 RL
D1 C2 2 Vp
Vp D2 +
-
+ C2

- 2 Vp +
Dioda Sebagai
Clipper (pemotong)

1. Clipper Positif / + R
Negatif Vp D
RL

Prinsip kerja nya sama dengan


penyearah dioda setengah gelombang,
sinyal mana yang akan dipotong
tergantung dari posisi pemasangan
dioda
2. Clipper di bias Positif / Negatif

Ketika fase positif, dioda seharusnya berada pada posisi


panjar maju (forward bias) namun adanya tegangan DC 3V (batere)
yang diseri dengan dioda maka harus diperhitungkan dulu nilai Vi.
Untuk nilai Vi dibawah 3V, dioda dalam keadaan panjar balik (reverse
bias) sehingga nilai Vo mengikuti Vi. Ketika Vi berada pada tegangan
3V atau lebih maka dioda dalam keadaan panjar maju (forward bias),
maka tegangan Vi akan melewati dioda dan Vo hanya mengukur
tegangan batere saja.
Ketika fase negatif, dioda dalam keadaan panjar balik
sehingga Vo mengikuti grafik nilai Vi dengan nilai minimum -10V.
Teori di atas berlaku juga untuk pembatas tegangan negatif (negative
clipper). Rangkaian pembatas tegangan negatif hampir sama dengan
rangkaian pembatas tegangan positif, hanya saja polaritas diodanya
yang dibalik.
2. Clipper Kombinasi di bias Positif dan Negatif

Ketika fase positif, dioda D1 pada posisi panjar maju (forward bias) dan D2
pada posisi panjar balik. Untuk nilai Vi di bawah 3V, dioda D1 dalam
keadaan panjar balik (reverse bias) sehingga nilai Vo mengikuti Vi. Ketika Vi
berada pada tegangan 3V atau lebih maka dioda D1 dalam keadaan panjar
maju (forward bias), maka tegangan Vi akan melewati dioda D2 dan Vo
hanya mengukur tegangan batere V1 saja.
Ketika fase negatif, dioda D2 pada posisi panjar maju (forward bias) dan D1
pada posisi panjar balik. Untuk nilai Vi di atas -3V, dioda D2 dalam keadaan
panjar balik (reverse bias) sehingga nilai Vo mengikuti Vi. Ketika Vi berada
pada tegangan -3V atau kurang maka dioda D2 dalam keadaan panjar maju
(forward bias), maka tegangan Vi akan melewati dioda D2 dan Vo hanya
mengukur tegangan batere V2 saja. Sinyal yang dihasilkan sesuai dengan
pembatas yang diberikan yaitu 3V ~ -3V saja.
TRANSISTOR

DEFINISI: MERUPAKAN KOMPONEN AKTIF ELEKTRONIKA


YANG MEMILIKI TIGA KAKI (GABUNGAN DARI DUA DIODA),
YAITU:
1. EMITER FUNGSI MENYUNTIKAN ELEKTRON KE BASIS

2. BASIS FUNGSI TEMPAT LALU LEWATNYA ELEKTRON

3. KOLEKTOR FUNGSI TEMPAT MENGUMPULKAN


ELEKTRON

FUNGSI DARI TRANSISTOR:


1. SEBAGAI SAKLAR ELEKTRONIK
2. SEBAGAI PENGUAT SINYAL INPUT
SIMBOL DAN JENIS TRANSISTOR

BASIS
EMITER KOLEKTOR
EMITER KOLEKTOR
P N P
N P N

P N P
N P N

C
C

B
B

E
E

TRANSISTOR JENIS PNP TRANSISTOR JENIS NPN


Parameter Transistor
 Alpha dc
Seperti diketahui bahwa lebih dari 95% dari elektron yang diinjeksikan
emiter mencapai kolektor, sehingga dapat dikatakan bahwa arus kolektor
hampir sama dengan arus emiter. Alpha dc menyatakan perbandingan
itu, sehinggga alpha dc dinyatakan:

IC Transistor ideal Alpha dc = 1, tapi kebanyakan transistor


 dc  di pasaran memiliki Alpha dc antara 0,95 – 0,99
IE
 Betha dc
Perbandingan antara arus kolektor dan arus basis.

IC Transistor di pasaran memiliki Betha dc antara 50 – 200,


 dc  bahkan untuk beberapa jenis transistor, ada yang
IB mencapai 1000

 Hubungan antara alpha dc dan betha dc


 dc  dc
 dc   dc 
1   dc  dc 1
Contoh soal
 Diketahui arus yg mengalir di kolektor
suatu transistor sebesar 4,9 mA. Jika
diketahui transistor tersebut memiliki αdc
sebesar 0,98, berapakah arus yg mengalir
di emiter dan tentukan pula βdc-nya.
 Diketahui arus yg mengalir di basis suatu
transistor sebesar 0,05 mA, dan arus
kolektor sebesar 5 mA, tentukanlah βdc
dan αdc -nya
Arus Bias
Arus bias memungkinkan elektron dan hole
berdifusi antara kolektor dan emitor menerjang
lapisan base yang tipis itu. Sebagai rangkuman,
prinsip kerja transistor adalah arus bias base-
emiter yang kecil mengatur besar arus kolektor-
emiter. Bagian penting berikutnya adalah
bagaimana caranya memberi arus bias yang tepat
sehingga transistor dapat bekerja optimal.
Ada tiga cara yang umum untuk memberi
arus bias pada transistor, yaitu :
1. Rangkaian CE (Common Emitter)
2. CC (Common Collector)
3. CB (Common Base)
Rangkaian Bias Transistor

a) Bias Basis RC

Transistor akan berfungsi


IC sebagai saklar apabila telah
RB + mencapai titik jenuh (Ic = maks).
VCE Dan untuk mendapatkan supaya
VCC
IB
+ -
transistor jenuh diperlukan arus
VBE
VBB
- basis sebesar:

I C ( sat )
I B ( sat ) 
VBB  VBE  dc
IB 
RB
VCE = VCC – IC.RC VCC
I C ( sat ) 
RC
Contoh Soal
5KΏ

Βdc : 100
1 MΏ
20 V

10 V

tentukan harga Ib agar transistor jenuh


Contoh soal-2 LED pada gambar diketahui
memiliki tegangan forward 2,3
Volt jika konduksi. Jika transistor
2N3904 mempunyai β sebesar
150, tentukanlah harga Vin agar
LED tsb menyala (kondisi
Transistor jenuh).

Solusi:
Vin Arus Pada LED (ILED)=

Arus basis yg dapat menjenuhkan transsitor sebesar :

Dengan menggunakan hk. Kirchoff diperoleh Vin sebesar :

= (0,118 mA x 47 kΩ) + 0,7 = 6,25 Volt


b) Bias Pembagi Tegangan
R2
V2  Vcc
R1  R2
+ VCC

V2  V BE
R1
RC
IC
IE 
RE
+

VCE  VCC  I C RC  I E RE
VCE

+ +
R2 V2 RE VE Karena IC dan IE hampir sama, maka :
-
VCE  VCC  I C ( RC  RE )
-

VCC
I C ( sat ) 
RC  R E
Contoh soal
30 V

20 KΏ 4 KΏ

Tentukanlah VCE dan IC (sat)

10 KΏ 5 KΏ
TRANSISTOR SEBAGAI PENGUAT

Salah satu fungsi transistor yang paling


banyak digunakan di dunia Elektronika
Analog adalah sebagai penguat yaitu
penguat arus,penguar tegangan, dan
penguat daya. Fungsi komponen
semikonduktor ini dapat kita temukan
pada rangkaian Pree-Amp Mic, Pree-Amp
Head, Mixer, Echo, Tone Control, Amplifier
dan lain-lain.
Penguat sinyal transistor terdiri dari :

1. Penguat Common Base


2. Penguat Common Collector
3. Penguat Common Emitter
1. Penguat Common Base
Penguat Common Base digunakan sebagai penguat
tegangan. Pada rangkaian ini Emitor merupakan input
dan Collector adalah output sedangkan Basis di-ground-
kan/ ditanahkan.. Penguat ini dapat menghasilkan
penguatan tegangan antara sinyal masukan dan keluaran,
tetapi tidak penguatan arus. Karakteristiknya adalah
impedansi masukan kecil dan impedansi keluaran seperti
pada penguat common emitter.
Penguat common basis sering digunakan pada
frekwensi tinggi yang menghasilkan penguatan tegangan
lebih besar daripada rangkaian dengan 1 transistor
lainnya. Di atas frekwensi corner kapasitor antara basis
dan ground pada rangkaian akan menghasilkan
pentanahan sinyal AC yang efektif pada basis transistor.
Sifat-sifat Penguat Common Base:

Isolasi input dan output tinggi sehingga Feedback lebih


kecil
Cocok sebagai Pre-Amp karena mempunyai impedansi
input tinggi yang
dapat menguatkan sinyal kecil
Dapat dipakai sebagai penguat frekuensi tinggi
Dapat dipakai sebagai buffer
Rangkaian Common Base
2. Penguat Common Collector

Penguat Common Collector digunakan


sebagai penguat arus. Rangkaian ini hampir sama
dengan Common Emitor tetapi outputnya
diambil dari Emitor. Input dihubungkan ke Basis
dan output dihubungkan ke Emitor. Rangkaian ini
disebut juga dengan Emitor Follower (Pengikut
Emitor) karena tegangan output hapir sama
dengan tegangan input.
Penguat Common Collector juga disebut pengikut emiter
(emiter follower) karena tegangan sinyal keluaran pada emiter
hampir sama dengan tegangan masukan pada basis. Penguat
tegangan ini selaulu lebih kecil dari satu, tetapi mempunyai
penguatan arus yang tinggi dan biasanya digunakan untuk
mecocokan sumber dengan impedansi tinggi ke beban yang
impedansi rendah. Penguat ini mempunyai impedansi masukan
besar dan impedandi keluaran rendah.
Sifat-sifat Penguat Common Collector:

Signal output dan sigal input satu phasa (tidak


terbalik seperti Common Emitor)
Penguatan tegangan kurang dari 1 (satu)
Penguatan arus tinggi (sama dengan HFE
transistor)
Impedansi input tinggi dan impedansi output
rendah sehingga cocok digunakan sebagai buffer
3. Penguat Common Emitter

Penguat Common Emitter sering dirancang


dengan sebuah resistor emiter (RE). Resistor ini
menghasilkan bentuk dari umpan balik negatif
yang dapat digunakan untuk menstabilkan titik
operasi DC dan penguatan AC.

Penguat Common Emitor digunakan sebagai


penguat tegangan. Pada rangkaian ini Emitor di-
ground-kan/ ditanahkan, Input adalah Basis, dan
output adalah Collector.
Sifat-sifat Penguat Common Emitor:

Signal output berbeda phasa 180 derajat


Memungkinkan adanya osilasi akibat feedback,
untuk mencegahnya sering dipasang feedback
negatif.
Sering dipakai sebagai penguat audio (frekuensi
rendah)
Stabilitas penguatan rendah karena tergantung
stabilitas suhu dan bias transistor
RANGKAIAN COMMON EMITER

+ vcc

R1 RC

Vout

β dc

RS Re`

AC
R2 RE
Zin (basis)
LANGKAH-LANGKAH ANALISA :

1. Tentukan tegangan di R2 R2
V2  Vcc
R1  R2
2. Tentukan nilai IE V2  V BE
IE 
RE
25 mV
3. Tentukan nilai re`(resistansi dioda - emiter) re`
IE

4. Tentukan nilai impedansi masukan (Zin) basis


Z in ( basis )   .re `
5. Tentukan nilai impedansi masukan (Zin) total Zin  Zin(basis) // R1 // R2
Z in
6. Tentukan Vin Vin  Vs
Z in  Rs

7. Tentukan faktor penguatan (A) A = Rc / re`

8. Tegangan Keluaran (Vout) adalah: A .Vin


CONTOH SOAL
+ 30 V

60 K 5K

Vout

β dc = 100
4K

1 mV
30 K 10 K
Zin (basis)

TENTUKAN Vout ?
Daerah Operasi Transistor
Sebuah Transistor memiliki empat daerah
Operasi Transistor :

1. Daerah Aktif
2. Daerah CutOff
3. Daerah Saturasi
4. Daerah Breakdown
Daerah Aktif
Daerah kerja transistor yang normal adalah
pada daerah aktif, dimana arus IC konstans
terhadap berapapun nilai VCE. Dari kurva ini
diperlihatkan bahwa arus IC hanya
tergantung dari besar arus IB. Daerah kerja
ini biasa juga disebut daerah linear (linear
region).
 Jika hukum Kirchhoff mengenai tegangan dan
arus diterapkan pada loop kolektor (Rangkaian
CE), maka dapat diperoleh hubungan :
VCE = VCC - ICRC
 Dapat dihitung dissipasi daya transistor adalah
:
PD = VCE.IC
 Rumus ini mengatakan jumlah dissipasi daya
transistor adalah tegangan kolektor-emitor
dikali jumlah arus yang melewatinya
Dissipasi daya ini berupa panas yang
menyebabkan naiknya temperatur transistor.
Umumnya untuk transistor power sangat perlu
untuk mengetahui spesifikasi PDmax. Spesifikasi
ini menunjukkan temperatur kerja maksimum
yang diperbolehkan agar transistor masih bekerja
normal. Sebab jika transistor bekerja melebihi
kapasitas daya PDmax, maka transistor dapat
rusak atau terbakar.
Daerah Saturasi
Daerah saturasi adalah mulai dari VCE = 0
volt sampai kira-kira 0.7 volt (transistor
silikon), yaitu akibat dari efek dioda
kolektor-base yang mana tegangan VCE
belum mencukupi untuk dapat menyebabkan
aliran elektron.
Daerah Cut-Off

Jika kemudian tegangan VCC dinaikkan


perlahan-lahan, sampai tegangan VCE tertentu
tiba-tiba arus IC mulai konstan. Pada saat
perubahan ini, daerah kerja transistor
berada pada daerah cut-off yaitu dari
keadaan saturasi (On) menjadi keadaan mati
(Off). Perubahan ini dipakai pada system
digital yang hanya mengenal angka biner 1
dan 0 yang tidak lain dapat direpresentasikan
oleh status transistor OFF dan ON.
Rangkaian Driver LED
Misalkan pada rangkaian driver LED di atas,
transistor yang digunakan adalah transistor
dengan β = 50. Penyalaan LED diatur oleh
sebuah gerbang logika (logic gate) dengan
arus output high = 400 uA dan diketahui
tegangan forward LED, VLED = 2.4 volt. Lalu
pertanyaannya adalah, berapakah seharusnya
resistansi RL yang dipakai.
 IC = β IB = 50 x 400 uA = 20 mA
 Arus sebesar ini cukup untuk menyalakan LED pada saat
transistor cut-off. Tegangan VCE pada saat cut-off idealnya
= 0, dan aproksimasi ini sudah cukup untuk rangkaian ini.
 RL = (VCC - VLED - VCE) / IC
= (5 - 2.4 - 0)V / 20 mA
= 2.6V / 20 mA
= 130 Ohm
Daerah Breakdown
Dari kurva kolektor, terlihat jika tegangan VCE
lebih dari 40V, arus IC menanjak naik dengan
cepat. Transistor pada daerah ini disebut berada
pada daerah breakdown. Seharusnya transistor
tidak boleh bekerja pada daerah ini, karena akan
dapat merusak transistor tersebut. Untuk
berbagai jenis transistor nilai tegangan VCEmax
yang diperbolehkan sebelum breakdown
bervariasi. VCEmax pada data book transistor
selalu dicantumkan juga.
Garis Beban Transistor
Garis beban sangat penting dalam
menggambarkan karakteristik sebuah Transistor,
garis beban mencakup setiap kemungkinan titik
operasi rangkaian.
Dengan kata lain bila hambatan pada Basis
bervariasi mulai dari nol sampai tak terhingga
maka akan menyebabkan Arus Basis (IB) menjadi
berubah sehingga Arus Colector (IC) dan VCE
pun akan bervariasi pada daerah masing-masing.
Bila kita menggambarkan nilai IC dan VCE
untuk tiap nilai IB yang mungkin, maka kita
akan memperoleh gambaran mengenai
Grafik GAris Beban, dengan kata lain Garis
Beban adalah sebuah Kesimpulan Visual dari
semua yang memungkinkan Titik Operasi
Transistor

Contoh : ?
Titik Jenuh
Terjadi bilamana hambatan pada Basis terlalu
kecil sehingga arus kolektor menjadi sangat
besar dan tegangan kolektor emitor menjadi
rendah mendekati nol, pada keadaan ini
Transistor berada pada kondisi Jenuh
artinya Arus Kolektor meningkat mendekati
nilai maksimum.
Titik Cutoff
Keadaan dimana garis Beban berpotongan
dengan daerah Cutoff Kurva Colektor hal
ini disebabkan karena arus kolektor adalah
sangat kecil, sehingga titik cutoff hampir
menyentuh ujung bawah garis beban, dengan
kata lain Titik cutoff menyatakan bahwa
Tegangan Colektor Emitor adalah tegangan
maksimum yang mungkin dalam rangkaian.

Anda mungkin juga menyukai