2.1. Pendahuluan
Peralatan-peralatan elektronik seperti TV, PC, sistem audio, dan peralatan laboratorium serta rangkaian
elektronika lainnya memerlukan tegangan DC (Direct Current) agar dapat dioperasikan. Sumber-
sumber tegangan DC dapat berupa batere primer (batere kering), batere sekunder (batere basah) dan
catu daya elektronika. Batere kering misalnya nikel cadmium, litium biasanya digunakan pada peralatan-
peralatan elektronika portable (mudah dibawa-bawa) seperti Radio-Saku, Kalkulator, Hand-Phone.
Namun sebahagian besar peralatan atau rangkaian elektronika beroperasi memper-gunakan catu daya
elektronik yang dirancang khusus. Catu daya DC inilah sesungguhnya ’Pahlawan’, karena tanpanya
semua peralatan elektronika tak dapat dioperasikan.
Catu daya elektronik dibangun dengan memanfaatkan sumber tegangan AC (Alternating Current) yang
berasal dari jala-jala (instalasi jaringan) PLN yang kemudian diubah menjadi besaran tegangan DC.
Gambar 2.1 memperlihatkan diagram blok catu daya DC linier. Penyearah (rectifier) berfungsi sebagai
rangkaian yang mengubah besaran tegangan AC ke DC. Tapis (filter) berfungsi untuk
memperkecil/memperhalus faktor riak, sementara regulator berfungsi untuk memelihara agar tegangan
DC keluaran senantiasa konstan.
Dalam subbab selanjutnya hanya membahas penyearah jembatan gelombang penuh dengan tapis
kapasitor, karena rangkaian ini paling lazim dipergunakan sebagai catu daya linier.
𝝁𝜷𝝅 Polythenic
5
Catu Daya Linier Rangkaian Elektronika
total dari dioda dan transformator) hingga mencapai tegangan puncak positif sekunder dikurangi jatuh
tegangan dari kedua dioda 𝑫𝟏 dan 𝑫𝟐 .
Tegangan Penghalang
(Potensial Barrier)
D2 D3
0V 0V
C RL Vout = Vdc
S-1
Beban (Load)
Penyearah Jembatan
Tapis (Filter) Utama
Untuk ¼ siklus positif berikutnya seperti diperlihatkan pada Gambar 2.3b, tepat setelah melewati
puncak positif masukan, 𝑫𝟏 dan 𝑫𝟐 berhenti menghantar (kedua dioda tersebut bertindak sebagai saklar
terbuka) ini dikarenakan tegangan kapasitor sedikit lebih besar dari tegangan masukan sekundernya.
Dengan keadaan 𝑫𝟏 , 𝑫𝟐 , 𝑫𝟑 dan 𝑫𝟒 terbuka, maka kapasitor akan membuang muatan-nya (discharged)
melalui resistansi beban 𝑹𝑳 , dan perioda pengosongan kapasitor bergantung dari konstanta 𝚪 = 𝑹𝑳 𝑪.
Kemudian untuk ¼ siklus negatif masukan yang pertama, polaritas ditunjukkan dalam Gambar 2.3c,
dioda 𝑫𝟑 dan 𝑫𝟒 mendapat prategangan maju artinya kedua dioda tersebut meng-hantar (bertindak
sebagai saklar tertutup), sementara 𝑫𝟏 dan 𝑫𝟐 mengalami prategangan mundur berarti kedua dioda
berstatus saklar terbuka. Oleh karena 𝑫𝟑 dan 𝑫𝟒 menghantar, arus mengalir melalui dioda tersebut dan
mengizinkan kapasitor 𝑪 dimuati (charged) melalui resistansi Thevenin 𝑹𝑻𝑯 (Resistansi total dari dioda
dan transformator) hingga mencapai tegangan puncak negatif sekunder dikurangi jatuh tegangan dari
kedua dioda 𝑫𝟑 dan 𝑫𝟒 .
Selanjutnya ¼ siklus negatif berikutnya seperti diperlihatkan pada Gambar 2.3d, tepat setelah melewati
puncak positif masukan, 𝑫𝟑 dan 𝑫𝟒 berhenti menghantar (kedua dioda tersebut bertindak sebagai saklar
terbuka) ini dikarenakan tegangan kapasitor sedikit lebih besar dari tegangan masukan sekundernya.
Dengan keadaan 𝑫𝟑 , 𝑫𝟒 , 𝑫𝟏 dan 𝑫𝟐 terbuka, maka kapasitor akan membuang muatan-nya melalui
resistansi beban 𝑹𝑳 .
Demikian seterusnya siklus tersebut berulang, dan Gambar 2.4 memperlihatkan bentuk lengkap
gelombang keluaran dari penyearah jembatan dengan tapis kapasitor. Frekwensi keluaran 𝒇𝒐𝒖𝒕 dari
penyearah ini adalah 2 (dua) kali frekwensi masukan atau sebesar 𝟏𝟐𝟎 𝐇𝐳 bilamana frekwensi masukan
sebesar 𝟔𝟎 𝐇𝐳. Tambahan pula bahwa dioda 𝑫𝟏 . . 𝑫𝟒 adalah dioda penyearah yang umumnya
mempunyai batas kemampuan daya lebih besar dari 𝟎, 𝟓 𝐖 dan untuk digunakan dalam keadaan paling
baik pada ranah frekwensi 𝟓𝟎 𝐇𝐳 − 𝟔𝟎 𝐇𝐳.
𝝁𝜷𝝅 Polythenic
6
Catu Daya Linier Rangkaian Elektronika
Fuse
V
¼ Siklus Positif Pertama 220 VAC
D D
4 1
O
O
n
ff
AC 220 VAC VPri VSek t
O
O
ff
n
D D
2 3
0
C R Vout = Vdc
S-1
Pengisian Kapasitor
Fuse
V
¼ Siklus Positif Kedua 220 VAC
D D
4 1
O
O
ff
ff
AC 220 VAC VPri VSek t
O
O
ff
ff
D D
2 3
0
Pengosongan Kapasitor
(b) Untuk ¼ siklus positif masukan berikutnya (atau ½ siklus positif masukan)
Fuse
V
220 VAC
D D
4 1
O
O
ff
n
n
ff
D D
2 3
0
¼ Siklus Negatif Pertama C R Vout = Vdc
S-1
Pengisian Kapasitor
Fuse
V
220 VAC
D D
4 1
O
O
ff
ff
ff
ff
D D
2 3
0
¼ Siklus Negatif Kedua C R Vout = Vdc
S-1
Pengosongan Kapasitor
(d) Untuk ¼ siklus negatif masukan berikutnya (atau ½ siklus negatif masukan)
Gambar 2.3 Skematik kerja penyearah jembatan dengan tapis kapasitor masukan
𝝁𝜷𝝅 Polythenic
7
Catu Daya Linier Rangkaian Elektronika
Vout
T/2 120 Hz
Vp
Vdc ∆V atau Vr(p-p)
Vmin
Riak
t
t1
Selanjutnya untuk memperkirakan nilai tapis kapasitor yang dibutuhkan untuk beban ringan, maka
selama pengosongan dianggap kapasitor memberikan arus tetap ke beban, sehingga tegangan riaknya
dapat diaproksimasikan sebagai garis lurus (gigi gergaji) seperti diperlihatkan pada Gambar 2.5.
t2
T/2
VP
VDC ∆V atau Vr(p-p)
Vmin θ1
Vmin’
θ2
t
t1
Gambar 2.5 Bentuk gelombang tegangan riak diaproksimasikan sebagai gigi gergaji
𝝁𝜷𝝅 Polythenic
8
Catu Daya Linier Rangkaian Elektronika
Dengan perkiraan tegangan riak berkisar 𝟓% hingga 𝟏𝟎% dari tegangan puncak keluarannya
𝑽𝑷, maka perioda pengosongan kapasitor 𝒕𝟏 senantiasa kecil dari perioda 𝑻(𝒕𝟏 < 𝑇), dan slope
𝒎𝟏 adalah
𝑽𝑷
𝒎𝟏 = |− |
𝒕𝟏
Karena 𝒕𝟏 = 𝑹𝑳 𝑪, maka:
𝑽𝑷
𝒎𝟏 = |− | (2.1a)
𝑹𝑳 𝑪
Dan,
∆𝑽
𝐭𝐚𝐧 𝜽𝟏 = = 𝒎𝟏
𝒕𝟏
atau
∆𝑽 𝑹𝑳 𝑪 ∆𝑽
𝒕𝟏 = = (2-1d)
𝒎𝟏 𝑽𝑷
𝑽𝒎𝒊𝒏′ 𝑻 𝑽𝒎𝒊𝒏′
𝒕𝟐 = = (2-1e)
𝒎𝟐 𝟐𝑽𝑷
atau
𝑻 𝑽𝒎𝒊𝒏′
𝒕𝟏 = (𝟏 + )
𝟐 𝑽𝑷
Karena
𝑽𝒎𝒊𝒏′ = 𝑽𝑷 − ∆𝑽
maka
𝑻 𝑽𝑷 − ∆𝑽
𝒕𝟏 = (𝟏 + )
𝟐 𝑽𝑷
𝝁𝜷𝝅 Polythenic
9
Catu Daya Linier Rangkaian Elektronika
𝟏
Oleh karena besar perioda 𝑻 = , maka diperoleh
𝒇𝒐𝒖𝒕
𝟏 ∆𝑽⁄𝑽𝑷
𝒕𝟏 = (𝟏 − ) (2-1f)
𝒇𝒐𝒖𝒕 𝟐
Karena slope 𝒎𝟏 dan 𝒎𝟐 dari gelombang gigi gergaji berlangsung pada satu siklus sinyal masukan,
sekarang kedua ruas dari persamaan (2-1g) dapat dikalikan dengan 𝟐𝝅, jadi
𝟐𝝅𝑹𝑳 𝑪 ∆𝑽 𝟐𝝅 ∆𝑽⁄𝑽𝑷
= (𝟏 − )
𝑽𝑷 𝒇𝒐𝒖𝒕 𝟐
𝟐𝝅𝑽𝑷 ∆𝑽⁄𝑽𝑷
𝟐𝝅𝑹𝑳 𝑪 ∆𝑽 = (𝟏 − )
𝒇𝒐𝒖𝒕 𝟐
∆𝑽⁄𝑽𝑷 ∆𝑽⁄𝑽𝑷
Oleh karena ≪ 𝟏, maka (𝟏 − ) ≈ 𝟏,
𝟐 𝟐
Sehingga diperoleh
𝟐𝝅𝑽𝑷
𝟐𝝅𝑹𝑳 𝑪 ∆𝑽 =
𝒇𝒐𝒖𝒕
atau
𝟐𝝅𝑽𝑷
𝑪 = (2-1h)
𝟐𝝅∆𝑽𝒇𝒐𝒖𝒕 𝑹𝑳
𝟓𝑽𝑷
𝑪= (2-2)
𝟐𝝅∆𝑽𝒇𝒐𝒖𝒕 𝑹𝑳
Dimana:
• Nilai 𝟓 diperoleh dengan perkiraan 𝟐𝝅 𝒙 𝟕𝟓% ≈ 𝟓
• 𝒇𝒐𝒖𝒕 adalah frekwensi gelombang keluaran dari penyearah jembatan sebesar 𝟏𝟐𝟎 𝑯𝒛
• ∆𝑽 adalah tegangan riak
• 𝑽𝑷 adalah tegangan puncak (maksimum) keluaran penyearah jembatan
• 𝑹𝑳 adalah resistansi beban
𝝁𝜷𝝅 Polythenic
10
Catu Daya Linier Rangkaian Elektronika
Sekarang mari kita lihat kembali Gambar 2.4, untuk tegangan riak berkisar 𝟓% hingga 𝟏𝟎% dari
tegangan puncak keluarannya, 𝑽𝑷 , maka besar tegangan rata-rata atau 𝑽𝑫𝑪 terlihat bahwa
∆𝑽
𝑽𝑫𝑪 = 𝑽𝑷 − (2-3)
𝟐
Dimana besar tegangan puncak keluaran 𝑽𝑷 dapat ditentukan berdasarkan persamaan berikut:
𝑽𝑷 = 𝑽(𝒔𝒆𝒌) 𝒓𝒎𝒔 √𝟐 − 𝟐𝑽𝑩 (2-4)
Dimana 𝑽𝑩 adalah besar tegangan penghalang (barrier potential) atau jatuh tegangan dari dioda yang
nilainya dapat dilihat pada datasheet. Akan tetapi pada kebanyakan dalam prakteknya untuk me-
mudahkan perhitungan sering dianggap 𝑽𝑩 kira-kira sebesar 𝟎, 𝟕 𝐕.
Selanjutnya besar arus mengalir melalui beban 𝑹𝑳 berdasarkan hukum Ohm diberikan
𝑽𝑫𝑪
𝑰𝑫𝑪 = (2-6)
𝑹𝑳
George Simon Ohm adalah seorang ahli fisika Jerman tak begitu terkenal yang telah
menerbitkan sebuah selebaran pada tahun 1827 berisikan hubungan Fundamental antara
arus dan tegangan. Ohm menyatakan bahwa tegangan melintas pada berbagai bahan jenis
konduktor adalah berbanding lurus kepada arus yang mengalir melalui bahan tersebut. Dan
hukumnya yang kita kenal sampai saat ini adalah Hukum Ohm.
Contoh 2.1
Mempergunakan rangkaian Gambar 2.6 dan diinginkan tegangan riak 𝟏𝟎 % dari tegangan puncak
keluaran. Tentukanlah:
a) Nilai kapasitor 𝑪 dipasang (di set)
b) Besar tegangan rata-rata 𝑽𝑫𝑪
c) Besar tegangan 𝑽𝒎𝒊𝒏
d) Arus mengalir melalui beban 𝑹𝑳
Tranformator Step-Down
Fuse
1N
40
4
D
01
9 VAC(rms)
D
A
AC 220 VAC Idc
0
3
D
D
2
S-1
C RL 560 Ω Vout = Vdc
𝝁𝜷𝝅 Polythenic
11
Catu Daya Linier Rangkaian Elektronika
Anggap jatuh tegangan dioda 1N4001 sebesar 𝟎. 𝟕 𝐕, maka besar tegangan keluaran puncak pada simpul
A adalah
𝑽𝑷 = 𝑽(𝒔𝒆𝒌) 𝒓𝒎𝒔 √𝟐 − 𝟐𝑽𝑩
𝑽𝑷 = 𝟗 𝑽𝒓𝒎𝒔 √𝟐 − 𝟐(𝟎, 𝟕 𝑽)
𝑽𝑷 = 𝟏𝟐, 𝟕𝟑 𝑽 − 𝟏, 𝟒 𝑽 = 𝟏𝟏, 𝟑𝟑 𝑽
Contoh 2.2
Mempergunakan Contoh 2.1, tentukan perioda (waktu) yang dibutuhkan untuk pengosongan kapasitor
tersebut.
Penyelesain:
Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa persamaan untuk pengosongan kapasitor diberikan
𝑽𝑫 = 𝑽𝒊 𝒆−𝒕⁄𝑹𝑪 (2-7a)
𝝁𝜷𝝅 Polythenic
12
Catu Daya Linier Rangkaian Elektronika
Sekarang kita logaritma alamikan kedua ruas dari persamaan (2.7b), dan diperoleh
𝒕𝟏 = −𝑹𝑳 𝑪(𝐥𝐧 𝑽𝒎𝒊𝒏 − 𝐥𝐧 𝑽𝑷) (2-8)
Apa yang dapat disimpulkan dari waktu pengosongan yang diperoleh dari 𝒕𝟏 ini, bahwa jelas terlihat
untuk tegangan riak berkisar 𝟓% hingga 𝟏𝟎% dari tegangan puncak keluarannya, maka senantiasa 𝒕𝟏 <
𝑇 (dan memang seharusnya demikian), dimana 𝑻 besarnya adalah
𝟏 𝟏
𝑻= = = 𝟖, 𝟑𝟑 𝒎𝒔
𝒇𝒐𝒖𝒕 𝟏𝟐𝟎 𝑯𝒛
Contoh 2.3
Tranformator Step-Down
Fuse
1N
40
4
D
01
12 VAC
D
0
3
D
D
2
S-1
330 μF C RL 330 Ω Vout = Vdc
Penyelesain:
a) Anggap jatuh tegangan dioda 1N4001 sebesar 𝟎, 𝟕 𝐕, maka besar tegangan keluaran puncak adalah
𝑽𝑷 = 𝟏𝟐 𝑽𝒓𝒎𝒔 √𝟐 − 𝟐(𝟎, 𝟕 𝑽)
𝑽𝑷 = 𝟏𝟔, 𝟗𝟕 𝑽 − 𝟏, 𝟒 𝑽 = 𝟏𝟓, 𝟓𝟕 𝑽
𝝁𝜷𝝅 Polythenic
13
Catu Daya Linier Rangkaian Elektronika
b) Oleh karena nilai tapis kapasitor masukan diketahui sebesar 220 µF, maka besar tegangan riak yang
dihasilkan adalah
𝟓𝑽𝑷
∆𝑽 =
𝟐𝝅𝑪𝒇𝒐𝒖𝒕 𝑹𝑳
𝟓(𝟏𝟓, 𝟓𝟕 𝑽)
∆𝑽 = = 𝟏, 𝟒 𝑽
𝟐𝝅(𝟐𝟐𝟎 𝝁𝑭)(𝟏𝟐𝟎 𝑯𝒛)(𝟑𝟑𝟎 𝛀)
c) Dan besar tegangan keluaran rata-rata yakni
𝟏, 𝟒 𝑽
𝑽𝑫𝑪 = 𝟏𝟓, 𝟓𝟕 𝑽 −
𝟐
𝑽𝑫𝑪 = 𝟏𝟓, 𝟓𝟕 𝑽 − 𝟎, 𝟕 𝑽 = 𝟏𝟒, 𝟖𝟕 𝑽 ≅ 𝟏𝟓 𝑽
Perihal batas kemampuan dioda penyearah menyangkut dua hal, yakni: tegangan balik puncak (peak
invers voltage; 𝐏𝐈𝐕) dan maksimum arus maju dioda. Mengapa hal ini perlu diperhatikan?, jawabannya
sebagai berikut, perhatikan kembali penjelasan pada subbab 2.2, pada saat ¼ siklus positif masukan
yang pertama lihat Gambar 2.3a, dioda 𝑫𝟏 dan 𝑫𝟐 diberi prategangan maju, sementara 𝑫𝟑 dan 𝑫𝟒
mengalami prategangan mundur. Ini berarti 𝑫𝟑 dan 𝑫𝟒 harus mampu menahan tegangan balik puncak
sekundernya. Demikian pula halnya untuk ¼ siklus negatif masukan yang pertama lihat Gambar 2.3c,
dioda 𝑫𝟏 dan 𝑫𝟐 harus mampu menahan tegangan balik puncak sekundernya. Dioda-dioda tersebut
harus memiliki tegangan dadal (breakdown) lebih besar dari tegangan balik puncak sekundernya, jika
tidak nyakinlah, bahwa suatu saat dioda itu akan dadal (hancur)!
Besar tegangan balik puncak yang dapat ditahan oleh dioda berkenaan penyearah jembatan untuk
rangkaian Gambar 2.2 dapat dinyatakan
𝑷𝑰𝑽 > 𝑽𝑷(𝒔𝒆𝒌) (2-9)
Data sheet menyatakan dengan berbagai simbol berkenaan dengan tegangan balik puncak yang mampu
ditahan oleh dioda, antara lain:
▪ Voltage breakdown
▪ Breakdown voltage
▪ Peak reverse voltage
▪ Peak invers voltage
▪ Voltage reverse working maximum
▪ Voltage reverse maximum
▪ Working peak reverse voltage
Sebagai contoh, lembar data dioda penyearah 1N4001 mencantumkan Working peak reverse voltage
(𝑽𝑹𝑾𝑴 ) sebesar 𝟓𝟎 𝐕.
𝝁𝜷𝝅 Polythenic
14
Catu Daya Linier Rangkaian Elektronika
Selanjutnya kembali memperhatikan Gambar 2.3a dan 2.3c, berdasarkan hukum arus Kirchhoff jumlah
arus dioda pada simpul (titik cabang) A sama dengan arus melalui beban dc. Oleh karena masing-masing
dioda (𝑫𝟏 dan 𝑫𝟐 atau 𝑫𝟑 dan 𝑫𝟒 ) hanya menghantar setiap setengah siklus, ini berarti masing-masing
dioda hanya memiliki batas kemampuan arus 𝑰𝒐 (arus maju) setengah dari arus beban 𝑰𝑫𝑪 . Jadi
𝟏
𝑰𝒐 ≥ 𝟐 𝑰𝑫𝑪 (2-10)
Sebagai contoh, data sheet dioda penyearah 1N4001 mencantumkan average rectified forward current
𝑰𝒐 sebesar 1 A.
Gustav Robert Kirchhoff adalah seorang guru besar diUniversitas Jerman. Kirchhoff
memulai kariernya dalam pendidikan hanya sebagai Privat-Dozent, yakni dosen dengan status
resmi tanpa gaji di Universitas Berlin. Dua hukum asiomatiknya yang terkenal sampai
sekarang ini adalah “hukum arus Kirchhoff (Kirchhoff Current Law)” disingkat KCL, dan
“hukum tegangan Kirchhoff (Kirchhoff Voltage Law)”disingkat KVL.
Dalam situasi terburuk ketika daya dinyalakan tegangan sekunder bernilai maksimum 𝑽𝑷(𝒔𝒆𝒌 )𝒎𝒂𝒌𝒔 , ini
berarti arus sentak juga bernilai maksimum. Satu-satunya yang menghambat besarnya arus sentak adalah
resistansi lilitan transformator dan resistansi dinamik (bulk) dioda. Misalkan dianggap kedua resistansi
tersebut sebagai resistansi Thevenin 𝑹𝑻𝑯 maka untuk situasi tersebut besar arus sentak dinyatakan
sebagai
𝑽𝑷(𝒔𝒆𝒌) − 𝟐𝑽𝑩
𝑰𝒔𝒆𝒏𝒕𝒂𝒌 = (2-11)
𝑹𝑻𝑯
D
D
Idc
AC 220 Vrms VP (sek)
D
+
D
2
C R
-
Kapasitor seperti
terhubung singkat
Aturan yang lazim dipergunakan untuk memperkirakan nilai resistansi sentak sebagai pembatas arus
sentak adalah
𝑽𝑷(𝒔𝒆𝒌) − 𝟐𝑽𝑩
𝑹𝒔𝒆𝒏𝒕𝒂𝒌 = (2-12)
𝑰𝑭𝑺𝑴
𝑰𝑭𝑺𝑴 adalah arus sentak maksimum dari sebuah dioda yang nilai dapat dilihat pada lembar data, dan
nilai arus sentak ini senatiasa bergayut terhadap jumlah siklus. Sebagai contoh, berdasarkan data sheet
dioda 1N4001 yakni grafik hubungan jumlah Siklus − 𝑽𝒔 − 𝑰𝑭𝑺𝑴 memperlihatkan kemampuan dioda
menahan arus sentak sebesar 𝟑𝟎 𝐀 untuk 𝟏 siklus, 𝟐𝟒 𝐀 untuk 2 siklus dan seterusnya.
Trafo Step-Down
D
D
1
Rsentak
AC 220 VAC VP(sek)
3
+
D
2
C R
Contoh 2.4
Sebuah catu daya linier dirancang seperti pada Gambar 2.10. Untuk melindungi (protection) komponen
akibat arus sentak, maka pada rangkaian ditambahkan resitansi sentak. Hitunglah nilai resistansi sentak
tersebut?.
Trafo Step-Down
1N
Fuse
40
4
D
01
D
0.25 A
Rsentak
AC 220 Vrms 12 VAC
D
+
D
2
4700 µF, 25 V 82 Ω, 5 W
0.5 A
Penyelesain:
Anggap mula-mula sebelum daya dinyalakan kapasitor dalam keadaan kosong (tanpa muatan). Ketika
daya dinyalakan, kapasitor tampak terhubung singkat, jika hubungan singkat itu berlangsung selama 1-
siklus sinyal masukan, dan berdasarkan data sheet dioda 1N4001 mampu menahan arus sentak sebesar
𝟑𝟎 𝐀 untuk 1-siklus dengan prategangan maju sebesar 𝟐, 𝟑 𝐕. Jadi besar resistansi sentak yang
diperlukan adalah
𝝁𝜷𝝅 Polythenic
16
Catu Daya Linier Rangkaian Elektronika
𝑽𝑷 − 𝟐𝑽𝑩
𝑹𝒔𝒆𝒏𝒕𝒂𝒌 =
𝑰𝑭𝑺𝑴
𝑹𝒔𝒆𝒏𝒕𝒂𝒌 = 𝟎, 𝟒 𝛀
Pilih
𝑹𝒔𝒆𝒏𝒕𝒂𝒌 = 𝟎, 𝟒𝟕 𝛀, 𝟏𝟎 𝐖 (resistor keramik)
Contoh 2.5
Penyelesain:
Besar tegangan puncak keluaran diberikan
𝑽𝑷 = 𝑽𝒔𝒆𝒌(𝒓𝒎𝒔) √𝟐 − 𝟐𝑽𝑩
𝑽𝑷 = 𝟏𝟐𝑽√𝟐 − 𝟐(𝟎, 𝟕 𝑽)
𝑽𝑷 = 𝟏𝟔, 𝟗𝟕 𝑽 − 𝟏, 𝟒 𝑽
𝑽𝑷 = 𝟏𝟓, 𝟓𝟕 𝑽
Ini berarti dengan kapasitor memiliki tegangan kerja (breakdown voltage) sebesar 𝟐𝟓 𝐕 mampu
menahan tegangan puncak sebesar 𝟏𝟓. 𝟓𝟕 𝐕 yang tentunya kapasitor bekerja dengan keadaan aman
tanpa menimbulkan resiko kerusakan
𝟓 𝑽𝑷
∆𝑽 =
𝟐𝝅𝑪𝒇𝒐𝒖𝒕 𝑹𝑳
𝟓 (𝟏𝟓, 𝟓𝟕 𝑽)
∆𝑽 =
𝟐𝝅(𝟒𝟕𝟎𝟎𝝁𝑭)(𝟏𝟐𝟎𝑯𝒛)(𝟖𝟐𝛀)
∆𝑽 = 𝟎, 𝟐𝟕 𝑽
𝝁𝜷𝝅 Polythenic
17
Catu Daya Linier Rangkaian Elektronika
𝑽𝑫𝑪 = 𝟏𝟓, 𝟒𝟑 𝑽
𝑽𝑫𝑪
𝑰𝑫𝑪 =
𝑹𝑳
𝟏𝟓, 𝟒𝟑 𝑽
𝑰𝑫𝑪 = = 𝟏𝟖𝟖, 𝟐𝟎 𝒎𝑨
𝟖𝟐 𝛀
𝑷𝒂𝒌𝒕𝒖𝒂𝒍 = 𝑰𝒅𝒄 𝟐 𝑹𝑳
𝑷𝒂𝒌𝒕𝒖𝒂𝒍 = (𝟏𝟖𝟖, 𝟐𝟎 𝒎𝑨)(𝟖𝟐𝛀)
𝑷𝒂𝒌𝒕𝒖𝒂𝒍 = 𝟐, 𝟗 𝑾
Oleh karena daya aktual yang mengalir melalui resistor hanya sebesar 𝟐. 𝟗 𝐖, sementara resistor
terpasang memiliki dissipasi daya sebesar 𝟓 𝐖, ini berarti resistor bekerja dalam keadaan aman.
Tranformator Step-Down
Fuse
+ Beban
C +Vdc
Vsek -
Vpri CT Penyearah
AC 220 VAC 0.01 µF
Jembatan
Vsek +
C Beban -Vdc
-
Berkenaan dengan rangkaian Gambar 2.11, persamaan untuk menentukan nilai kapasitansi C tetap
menggunakan persamaan (2.2). Akan tetapi untuk menentukan nilai 𝑽𝑷 bukan menggunakan persamaan
(2.4), untuk menjawabnya perhatikan kembali Gambar 2.12, setiap ¼ siklus positif masukan yang
pertama hanya dioda 𝑫𝟏 maupun 𝑫𝟐 mendapat prategangan maju, demikian pula halnya untuk ¼ siklus
𝝁𝜷𝝅 Polythenic
18
Catu Daya Linier Rangkaian Elektronika
negatif masukan yang pertama hanya dioda 𝑫𝟑 maupun 𝑫𝟒 mendapat prategangan maju. Sehingga besar
tegangan puncak keluaran keduanya (sama besar) dinyatakan:
Trafo Step-Down
Fuse D1
Vsek
CT
AC 220 VAC 0.01 µF Vpri +
Vsek C1 Beban +Vdc
S-1
D3 -
D4
+
C2 Beban -Vdc
-
D2
Selanjutnya besar arus yang mengalir pada kedua beban, 𝐼𝑑𝑐 dinyatakan
±𝑽𝒅𝒄
±𝑰𝒅𝒄 =
𝑹𝑳
Dan besar tegangan balik puncak yang dapat ditahan oleh dioda berkenaan rangkaian Gambar 2.12
dapat dinyatakan
𝑷𝑰𝑽(Peak Invers Voltage) > 2𝑽𝑷(𝒔𝒆𝒌) − 𝑽𝑩 (2-14)
Contoh 2.6
Mempergunakan rangkaian Gambar 2.11 dengan 𝑽𝒔𝒆𝒌 = 𝟗 𝑽𝒓𝒎𝒔 , beban= 𝟐𝟐𝟎 𝜴, ∆𝑽 = 𝟓% 𝑽𝑷,
Tentukanlah:
a) Nilai kapasitor C dipasang (di set)
b) Besar tegangan rata-rata ±𝑽𝒅𝒄
c) Besar tegangan ±𝑽𝒎𝒊𝒏
d) Arus mengalir melalui beban 𝑰𝒅𝒄
Penyelesain:
𝝁𝜷𝝅 Polythenic
19
Catu Daya Linier Rangkaian Elektronika
Anggap jatuh tegangan dioda pada penyearah jembatan yang dikemas sebesar 𝟎. 𝟕 𝐕, maka besar
tegangan keluaran puncak adalah
±𝑽𝑷 = 𝑽𝒔𝒆𝒌√𝟐 − 𝑽𝑩
±𝑽𝑷 = 𝟗𝑽√𝟐 − 𝟎, 𝟕𝑽
±𝑽𝑷 = 𝟏𝟐, 𝟕𝟑 𝑽 − 𝟎, 𝟕
±𝑽𝑷 = 𝟏𝟐, 𝟎𝟑 𝑽
𝟓𝑽𝑷
𝑪=
𝟐𝝅 ∆𝑽 𝒇𝒐𝒖𝒕 𝑹𝑳
𝟓(𝟏𝟐, 𝟎𝟑 𝑽)
𝑪= = 𝟔𝟎𝟒 𝝁𝑭
𝟐𝝅 (𝟎, 𝟔 𝑽)(𝟏𝟐𝟎 𝑯𝒛) (𝟐𝟐𝟎 𝛀)
±𝑽𝒎𝒊𝒏 = 𝑽𝑷 − ∆𝑽
±𝑽𝒎𝒊𝒏 = 𝟏𝟐, 𝟎𝟑 𝑽 − 𝟎, 𝟔 𝑽 = 𝟏𝟏, 𝟒𝟑 𝑽
±𝑽𝒅𝒄
±𝑰𝒅𝒄 =
𝑹𝑳
±𝟏𝟏, 𝟕𝟑 𝑽
±𝑰𝒅𝒄 = = 𝟓𝟑 𝒎𝑨
𝟐𝟐𝟎 𝛀
𝝁𝜷𝝅 Polythenic
20
Catu Daya Linier Rangkaian Elektronika
Trafo Step-Down
Fuse 220 VAC 5 Vrms
D4
D1
1N
40
02
AC
0 0
D3
D2
S-1
2200 μF C RL 470 Ω VDC
Trafo Step-Down
Fuse 220 VAC VSek
D4
D1
1N
40
02
AC
1A
0 0
D3
D2
S-1
470 μF RL 5,2 V
1,5 A
2.4 Rancanglah catu daya tunggal dengan tapis kapasitor masukan memiliki spesifikasi:
𝑽𝒅𝒄 = 𝟏𝟓 𝑽, 𝑰𝒅𝒄 = 𝟏𝟓𝟎 𝒎𝑨, ∆𝑽 = 𝟕, 𝟑% 𝑽𝑷 . Dioda penyearah digunakan 1N4002 dengan 𝑽𝑩 =
𝟎, 𝟕 𝑽. (Gunakan √𝟐 = 𝟏, 𝟒𝟏𝟒)
2.5 Rancangalah catu daya tunggal dengan tapis kapasitor yang menghasilkan tegangan keluaran rata-
rata 𝑽𝑫𝑪 = 𝟗 𝑽 dan arus mengalir melalui beban minimum 𝟐𝟎𝟎 𝒎𝑨. Trafo menyediakan
𝑽𝑺𝒆𝒌(𝒓𝒎𝒔) = 𝟗 𝑽𝒓𝒎𝒔 . (Gunakan √𝟐 = 𝟏, 𝟒𝟏𝟒)
𝝁𝜷𝝅 Polythenic
21
Catu Daya Linier Rangkaian Elektronika
2.6 Perhatikan Gambar 2.15, misalkan dioda 𝑫𝟐 dan 𝑫𝟒 dadal (status terbuka). Menurut analisa anda,
bagaimana bentuk gelombang 𝑽𝑶𝑼𝑻 dihasilkan?
Trafo Step-Down
Fuse Vsek
D4
D1
AC 220 VAC
0 0
D3
D2
S-1
C RL VOUT
2.7 Kembali ke soal 2.6, misalkan sekarang dioda 𝑫𝟑 dan 𝑫𝟒 dadal (status terbuka). Menurut analisa
anda, bagaimana bentuk gelombang 𝑽𝑶𝑼𝑻 dihasilkan?
2.8 Kembali lagi ke soal 2.6, misalkan sekarang dioda 𝑫𝟏 dan 𝑫𝟐 dadal (status terbuka). Menurut
analisa anda, bagaimana bentuk gelombang 𝑽𝑶𝑼𝑻 dihasilkan?
𝝁𝜷𝝅 Polythenic
22