Anda di halaman 1dari 62

Praktikum Mesin-Mesin Listrik

PRAKTIKUM I

KONSTANTA TRANSFORMASI

1. TUJUAN
Menghitung perbandingan antara :
 Belitan primer dan belitan sekunder.
 Tegangan primer dan tegangan sekunder.
 Arus primer dan arus sekunder.
 Tegangan induksi primer dan tegangan induksi sekunder.

2. ALAT –ALAT YANG DIGUNAKAN


 Power Supply 189
 Transformator Trainer TT 179
 Transformator Dissectable TT 179
 Load Unit LU 178
 Kabel Penghubung

3. DASAR TEORI
Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan
mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik
yang lain melalui suatu gandengan magnet berdasarkan prinsip induksi elektro
magnet.
Pada dasarnya transformator terdiri dari dua atau lebih kumparan yang
terhubung secara magnetik seperti pada gambar 1.1.1. Bila diantara kumparan primer
diberi sumber tegangan bolak-balik dan menghasilkan tegangan induksi primer yang
amplitudonya bergantung pada regangan primer dan jumlah lilitan.

Gambar 1.3.1 Rangkaian magnetik Transformator

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
Fluks bersama yang terjadi akan menghubungkan kumparan primer dan
sekunder secara magnetik. Pada kumparan sekunder juga akan terjadi tegangan
induksi dan tegangan sekunder. Dengan jumlah lilitan primer dan sekunder tertentu,
kita akan dapatkan tegangan sekunder yang diharapkan.
Dengan dihubungkan pada sumber tegangan arus searah, maka sebagian dari
garis gaya tadi akan melalui inti (kern) dari kumparan yang kedua dan di dalam
elektromagnit ini akan terjadi GML/GGL dari induksi tadi. Pada kejadian ini alat
ukur melakukan penyimpangan sesaat saja, karena garis gaya tidak mengadakan
perubahan sehingga jarum kembali ke sikap 0.
Sewaktu lingkaran elektromagnit 1 diputuskan, maka elektromagnit 2 akan
mendapat pengurangan garis gaya dan jarum alat ukur akan melakukan
penyimpangan / petunjuk dalam arah yang berlawanan.Umumnya gejala yang
semacam ini disebut sebagai induksi timbal balik yang hanya akan timbul dalam
rangkaian arus searah saat menghubungkan dan memutuskan rangkain tersebut
Alat untuk mengubah tegangan listrik bolak-balik. Prinsip kerjanya
berdasarkan pemindahan daya/energi listrik dari kumparan primer ke kumparan
sekunder dengan cara induksi.
Trafo umum :
V2 V
 1
N 2 N1
Trafo :
a. Step Up : V2 > V1
b. Step Down : V1 > V2
Transformator ideal :
P in = P out atau V1I1 = V2I2
V1 I 2

V2 I1
Transformator tak ideal :
P in  P out

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
Macam-macam Trafo berdasarkan kegunaannya
a. Step down trafo
Transformator step-down memiliki lilitan sekunder lebih sedikit daripada lilitan
primer, sehingga berfungsi sebagai penurun tegangan. Transformator jenis ini
sangat mudah ditemui, terutama dalam adaptor AC-DC.
N primer N sekunder

b. Step up trafo
Transformator step-up adalah transformator yang memiliki lilitan sekunder lebih
banyak daripada lilitan primer, sehingga berfungsi sebagai penaik tegangan.
Transformator ini biasa ditemui pada pembangkit tenaga listrik sebagai penaik
tegangan yang dihasilkan generator menjadi tegangan tinggi yang digunakan
dalam transmisi jarak jauh.

N primer N sekunder
c. Trafo pembalik fasa
trafo ini mempunyai fungsi sebagai pembalik fasa, banyak digunakan pada
rangkaian penguat suara yaitu padadaerah penguat frekuensi rendah. Trafo ini
biasanya dinamai trafo input, trafo ini mempunyai ciri khas yaitu mempunyai
center tap CT.
d. Trafo saringan
Trafo ini mempunyai tugas sebagai penyaring atau pemblokir sinyal frekuensi
tinggi. Rangkaian ini banyak sekali digunakan pada pemancar televisi.
e. Auto trafo
Tugasnya sama seperti trafo biasa yang terdiri dari gulungan primer dan
sekunder , hanya bedanya trafo ini bekerja secara langsung. Trafo ini banyak
sekali digunakan pada trafo frekuensi rendah, atau dapat juga kita gunakan

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
dalam frekuensi tinggi. Misalnya dapat kita jumpai pada rangkaian sumber daya
di mana trafo ini biasanya disebut kumparan peredam.
f. Trafo resonansi
Trafo resonansi ialah gulungan kawat yang mempunyai fungsi sebagai lingkaran
getaran bersama-sama dengan rangkaian kondensator. Oleh karena itu rangkaian
ini sering disebut dengan rangkaian LC. Pada lingkaran getaran banyak sekali
kita jumpai rangkaian ini. Bila digunakan untuk frekuensi tinggi, maka tidak
diperkenankan menggunakan inti besi dan sebagai gantinya digunakan inti ferit
namanya.
Rangkaian LC biasa juga disebut spoel antenna atau osilator.

Keadaan Transformator Tanpa Beban


Bila kumparan primer suatu transformator dihubungkan dengan sumber
tegangan V1 yang sinusoid, akan mengalirkan arus primer I0 yang juga sinusoid dan
dengan menganggap belitab N1 reaktif murni, I0 akan tertinggal 90o dari V1. Arus
primer I0 akan menimbulkan fluks (Φ) yang sefasa dan berbentuk sinusoid.

Φ = Φ maks sin t
Fluks yang sinusoid ini akan menghasilkan tegangan induksi e1 (hukum
Faraday)

e1 = -N1 dt

Gambar 1.3.2 (a) Transformator dua belitan. (b) diagram pasor

d ¿¿
e1 = -N1

= -N1 Φ maks cos ώt (tertinggal 90o dari)

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik

Harga Efektif :
N 1.2 π . f . ∅ maks
E1=
√2
¿ 4,44 N 2 f ∅ maks
Pada rangkaian sekunder fluks bersama tadi menimbulkan :
d∅ d∅
e 1=−N 1 =e 2=−N 2
dt dt
e 1=−N 2 ∅ m cos ω t
E2=4,44 N 2 f ∅ maks
E1 N 1
Sehingga =
E2 N 2
Dengan mengabaikan rugi tahanan dan fluks bocor,
E1 N 1 V 1
= = =a
E2 N 2 V 2

Dimana : a = konstanta Transformasi

Jika daya masukan sama dengan daya keluaran maka :


I 1 V 1=V 2 I 2
V1 I2
= =a
V2 I1
Pada Keadaan transformator tak berbeban, arus tanpa beban memiliki komponen
berikut:
1. Arus penguatan, arus yang aktif, yang dapat menimbulkan rugi-rugi besi,
disebut arus rugi besi Ic
2. Arus yang timbul karena adanya inti besi, dimana menimbulkan arus
eddy dan arus histerisis yang dikenal sebagai arus magnetisasi Im yang merupakan
jumlah dari arus eddy dan arus histerisis. Yang menimbulkan rugi tembaga (Cu).
Arus Ic berhimpit dengan tegangan primer Im berhimpit dengan fluksi. Jumlah
vektor kedua komponen arus ini = Io.
Io=√ ℑ 2+ Ic 2

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
ℑ=Io sin ∅ o
Ic=Io cos ∅ o

Gambar 1.3.3 diagram fasor


Jadi perlu diingat :
1) Arus primer Io pada keadaan tidak berbeban jauh lebih kecil daripada
keadaan berbeban
2) Pada keadaan tak berbeban Io kecil, maka rugi Cu pada primer
diabaikan, jadi rugi pada praktisnya hanya rugi-rugi besi
3) Suatu hal yang prinsipiil bahwa rugi besiyang menentukan pergeseran

vektor arus, maka dikenal sebagai sudut memberi histerisis


Konstanta Transformasi yang telah kita peroleh sebelumnya :

E1 E 1 I 2 V 1
a= = = =
E2 E2 I 1 V 2

Dapat digunakan untuk mengklasifikasikan transformator menjadi:


a. Jika N1<N2 , berarti a > 1 , maka transformator tersebut dinamakan
transformator “Step UP” yang berfungsi menaikan tegangan
b. Jika N1>N2 , berarti a < 1 , Maka transformator tersebut dinamakan
transformator “step down” yang berfungsi menurunkan tegangan.

Untuk Transformator ideal pada keadaan tidak berbeban, V1= E1 dan E2 = V2 ;


dimana V1 dan V2 adalah tegangan ujung-ujung transformator. Arah vektor E1 dan E2
berlawanan dengan arah vektor V1 atau V2.

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik

Keadaan Transformator Berbeban


Apabila kumparan sekunder dihungkan dengan beban ZL, I2 mengalir pada
kumparan sekunder,
V2
I 2=
ZL
Dengan Θ2 = faktor kerja beban

Gambar 1.3.4 Transformator Berbeban


Arus beban I2 akan menimbulkan gaya gerak magnet (ggm) N2I2 yang cenderung

menentang fluks ( ) bersama yang telah ada akibat arus. Agar fluks bersama itu
tidak berubah nilainya, pada kumparan primer harus mengalir arus I’2, yang
menentang fluks yang dibangkitkan oleh arus beban I2 hingga keseluruhan arus yang
mengalir pada kumparan primer menjadi:
I1 = Io + I’2
Bila rugi besi diabaikan (Ic diabaikan) maka Io = Im
I1 = Im + I’2
Untuk menjaga agar fluks tetap tidak berubah sebesar ggm yang dihasilkan oleh arus
kemagnetan Im saja, berlaku hubungan :
N1 Im = N1 I1 – N1 I2
N1 Im = N1 (Im + I’2) – N2 I2
Sehingga :
N1 I’2 = N2 I2
Karena nilai Im dianggap kecil maka I’2 = I1
Jadi N1 I1 = N2 I2

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
N2 I1
Atau = =a
N1 I2
Untuk transformator ideal pada belitan-belitannya tidak ada tahanan, tapi trafo
sebenarnya selalu ada tahanan pada belitan-belitan primer dan sekunder. Akibat dari
tahanan ini, maka timbul jatuh tegangan dalam belitan-belitannya, yaitu:
1. Pada ujung sekunder vektor tegangan V2 lebih kecil daripada EMF induksi
sekunder E2 sebesar I2R2, dimana R2 tahanan belitan sekunder maka V2 = E2
– I2R2.
2. Pada ujung primer vektor tegangan V1 lebih besar daripada EMF induksi E1,
sebesar I1R1, dimana R1 tahanan belitan primer, maka E1 = V1 – I1R1.

Rangakaian Ekivalen
Dalam pembahasan sebelumnya tahanan dan fluks bocor diabaikan. Berikut jika
keduanya tidak diabaikan. Tidak semua fluks yang dihasilkan oleh arus kemagnetan

Im merupakan fluks bersama ( ), sebagian hanya mencakup kumparan primer

( ) atau kumparan sekunder saja ( ). Dalam rangkaian ekuivalen adanya

fluks bocor dan ditunjukkan sebagai reaktansi X1 dan X2 sedangkan


rugi tahanan ditunjukkan dengan R1 dan R2.
Dari model rangkaian, dapat diketahui hubungan penjumlahan vektor:
V1 = E1 + I1R1 + I1X1
E2 = V2 + I1R1 + I2X2
E1 N 1
= =a
E2 N 2
E1 = a E2

Gambar 1.3.5 rangkaian ekivalen

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
Hingga E1 = a (I2 ZL + I2 R2 + I2 X2)
Karena
I '2 N2 1
= =
I 2 N 1 a atau I2 = a I’2
Maka E1 = a2I’2 ZL + a2 I’2 R2 + a2 I’2 X2
Dan
V1 = a I’2 ZL + a I’2R2 + a I’2 X2 + I1R1 + I1X1
Persamaan terakhir mengandung pengertian, apabila parameter rangkaian sekunder
dinyatakan dalam harga rangkaian primer, harganya perlu dikalikan dengan faktor a 2.
Sehingga bentuk penyederhanaan rangkaian menjadi:

Gambar1.3.6 rangkaian ekuivalen

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik

4. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Susunlah rangkaian seperti pada gambar

Gambar 1.4.1 Rangkaian Percobaan Transformasi

2. Beri tegangan sumber bolak – balik pada belitan primer dengan hubungan kumparan
primer seperti dalam table data.

Catat hasil pengukuran ke dalam table hasil percobaan.

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
5. DATA PERCOBAAN

Hub. Hub.
No V1 I1 V2
Primer Sekunder
1 AB DE
2 AB FG
3 AB DG
4 BC DE
5 BC FG
6 BC DG
7 AC DE
8 AC FG
9 AC DG

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
PRAKTIKUM I

TRANSFORMATOR
DENGAN SEKUNDER TERHUBUNG SERI DAN PARALEL

1. TUJUAN

Melihat perubahan tegangan keluaran transformator pada saat kumparan


sekundernya terhubung seri dan paralel.

2. ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN


 Power supply 189
 Transformator trainer TT 179
 Transformator dissectable TT 179
 Load Unit LU 178
 Kabel penghubung

3. TEORI DASAR
Jika bagian sekunder transformator dihubungkan secara seri atau
dihubungkan secara paralel dan dibebani maka akan terjadi perubahan tegangan
dan arus keluarannya.
Dalam praktikum ini digunakan dua buah kumparan sekunder yang
mempunyai jumlah lilitan yang sama. Pertambahan beban pada suatu saat
menghendaki adanya kerja paralel diantara transformator. Tujuan utama kerja
paralel adalah agar beban yang dipikul sebanding dengan kemampuan kVA
masing – masing transformator, hingga tidak terjadi pembebanan lebih dan
pemanasan lebih.
Dalam menghubungkan sekunder transformator secara paralel yang perlu
diperhatikan adalah:
1. Jumlah lilitan kumparan sekunder yang akan diparalel harus sama, jika tidak
akan terjadi arus sirkulasi yang mengalir pada kumparan sekunder.

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
2. Polaritas tegangannya harus sama agar tidak terjadi pembebanan lebih pada
salah satu kumparan sekundernya.
Bila hal ini tidak dipenuhi, akan terjadi panas pada trafo yang mempunyai
polaritas yang searah dengan arah arus beban.
Perhatikan gambar berikut ini :

60 V 60 V 30Ω

120 V

60 V

Paralel connection

60 V 120 V

120 V

60 V

Seri connection

Gambar 1.3.7 Hubungan Paralel dan Seri

Jika kita berikan tegangan masuk sebesar 120V dipasang beban seperti
pada gambar maka masing-masing sekundernya akan mengalirkan arus sebesar
2A. Pada hubungan paralel tegangan keluarannya sebesar 60V tetapi arus yang
mengalir sebesar 4A. Dan jika sekundernya dihubung secara seri arus yang
mengalir sebesar 2A sedangkan tegangan keluarannya menjadi 120V.
Seperti pada gambar jika kita berikan tegangan pasok sebesar 120 Volt
dipasang beban, maka masing-masing sekundernya mengalirkan arus sebesar 2
Ampere. Pada hubungan secara paralel, tegangan keluarnya sebesar 60 Volt, tetapi
arus yang mengalir sebesar 4 Ampere. Dan jika sekundernya dihubungkan secara
seri, arus yang mengalir sebesar 2 Ampere, sedangkan tegangan keluarannya
menjadi 120 Volt.

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
Transformator Ideal

Gambar 1.3.8 Transformator Ideal

Transformator ideal adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan
mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik
yang lain, melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi
elektromagnetik. Dalam transformator ideal, tegangan induksi di gulungan
sekunder (V s) adalah sebanding dengan tegangan primer (V p)Jika kumparan
sekunder terpasang ke beban yang memungkinkan arus mengalir, daya semu
diinduksi dari rangkaian primer ke sirkuit sekunder. Mengabaikan kerugian, daya
input jelas harus sama dengan output daya jelas memberikan persamaan trafo
ideal.

Untuk maksud tersebut diperlukan beberapa syarat:


1. Perbandingan tegangan harus sama

Rating tegangan transformator keduanya harus identik, dengan kata lain


perbandingan transformator hendaknya sama. Jika perbandingan tidak sama,
maka teganganinduksi pada kumparan sekunder masing-masing transformator
tidak sama. Perbedaan ini menyebabkan terjadinya arus pusar pada kumparan
sekunder, ketika transformator dibebani. Arus ini menimbulkan panas pada
kumparan tersebut.
2. Polaritas Transformator harus sama

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
3. Tegangan impedansi pada keadaan beban penuh harus sama.

Dari persamaan rangkaian ekuivalen diketahui bahwa:


V1 = Z1 Zek + V’2
Dua Transformator yang diparalelkan dapat digambarkan sebagai berikut:
I1 Total = I1A + I1B
Karena
I1 total = I1A + I1B
Maka untuk keadaan beban penuh:
V1 – V’2 = I1A Z1A = I1B Z1B
I1B Z1B

I1 Total

V1 I2B Z2B
V’2

Gambar 1.3.9 rangkaian ekuivalen

Persamaan diatas mengandung arti, agar transformator membagi beban sesuai


kemampuan KVA-nya, sehingga tegangan impedansi pada keadaan beban penuh,
kedua transformator tersebut harus sama (I1A x Z1A) = I1B x Z1B . dengan
demikian dapat dikatakan bahwa kedua transformator tersebut mempunyai
impedansi per unit (pu) yang sama.
4. Perbandingan reaktansi terhadap tahanan sebaiknya sama .
jika perbandingan R/X sama, kedua Transformator tersebut akan bekerja
pada faktor kerja yang sama.

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
4. PROSEDUR PERCOBAAN

A. HUBUNGAN SERI
1. Susun rangkaian seperti pada gambar 2.4!
2. Hubungkan sekunder transformator secara seri!
3. Buatlah rangkaian dari LU 178 ke TT 179 seperti gambar!
4. Hidupkan power supply dan naikkan tegangan PS 189!
5. Atur switch beban LU 178 sesuai dengan data!
6. Baca V1, I1, V2, I2 dan catat!
7. Matikan switch TT 179 dan PS 189!

Gambar 1.4.2 Rangkaian Percobaan Transformator Dengan Sisi Sekunder


Terhubung Seri

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
B. HUBUNGAN PARALEL
1. Susun rangkaian seperti pada gambar 2.4!
2. Hubungkan sekunder transformator secara paralel!
3. Buatlah rangkaian dari LU 178 ke TT 179 seperti gambar!
4. Hidupkan power supply dan naikkan tegangan PS 189!
5. Atur switch beban LU 178 sesuai dengan data!
6. Baca V1, I1, V2, I2 dan catat!
7. Matikan switch TT 179 dan PS 189.

Gambar 1.4.3 Rangkaian Percobaan Transformator Dengan Sisi Sekunder


Terhubung Paralel

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
5. DATA HASIL PERCOBAAN
A. Hubungan seri (EF dihubungkan)

R/
N Hub. V
I1 V2 I2 Beban
o 1
Primer
No
1 AB
Load
2 AB
3 AB
4 BC
5 BC
6 BC
7 AC
8 AC
9 AC

B. Hubungan paralel (DF dan EG dihubungkan)


R/
N Hub. V
I1 V2 I2 Beban
o 1
Primer
No
1 AB
Load
2 AB
3 AB
4 BC
5 BC
6 BC
7 AC
8 AC

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
9 AC

PRAKTIKUM II
TRANSFORMATOR HUBUNGAN SINGKAT

1. TUJUAN
 Menentukan konstanta hubung singkat: R1 dan X1
 Mengoperasikan Transformator Tainer TT179 dan Transformator Disectable
TT179

2. ALAT – ALAT YANG DIGUNAKAN


 Power Supply 189
 Transformator Tainer TT 179
 Transformator Dissectable TT179
 Kabel Penghubung

3. TEORI DASAR
Dengan pengukuran tegangan Vhs, arus Ihs, dan daya Phs, akan dapat dihitung
parameter :
Phs
Rek 
I hs 2
Vhs
Z ek   Rek  jX ek
I hs

X ek  Z ek2  Rek2

Rangkaian pengujian transformator hubung singkat yang disederhanakan


seperti diperlihatkan pada gambar berikut :

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
A W

V A

Short Circuit Test

Gambar 2.3.1Gambar 3.1. Rangkaian Pengujian Transformator Hubung Singkat


Rangkaian Pengujian Transformator Hubung Singkat
Yang Disederhanakan

yang Disederhanakan

Pengertian dari hubung singkat merupakan impedansi beban ZL diperkecil


menjadi nol, sehingga hanya impedansi Zek = Rek + jXekyang membatasi arus.
Karena harga Rek dan Xek ini relatif kecil, harus dijaga agar tegangan yang masuk
(Vhs) cukup kecil sehingga arus yang dihasilkan tidak melebihi arus nominal.
Harga I0 akan relatif kecil bila dibandingkan dengan arus nominal, sehingga pada
pengukuran ini dapat diabaikan.
rangkaian ekivalen dari percobaan hubung singkat diperlihatkan seperti pada
gambar 2 berikut ini, dengan mengabaikan rugi-rugi intinya.
2 2
 T1   T1 
  R2   X 2
 T2   T2 
2
 T1 
  R2
T
R1’ = R1 +  2 
2
 T1 
  X2
T
X1’ = X1 +  2 
Rangkaian ekivalen dapat digunakan untuk percobaan yang dianggap
ideal.Suatu trafo ideal tidak terdapat adanya rugi-rugi (losses) yaitu pada
belitannya tidak mempunyai tahanan ohmic sehingga tidak terdapat magnetik
bocor dan tidak ada I2.R serta rugi-rugi inti trafo ideal ini secara praktis tidak
memungkinkan dapat di realisasikan.

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik

T1 T2

T1 T2

Gambar 2.3.2. Rangkaian Ekivalen Percobaan Hubung Singkat


Gambar 2. Rangkaian Ekivalen Percobaan Hubung Singkat

Dengan R1 adalah elemen ressistansi total dengan membawa elemen


rangkaian sekundernya ke primer. Dan X1 adalah elemen reaktansi total dengan
membawa elemen reaktansi sekunder ke primer.
R1 dan X1diperoleh dengan cara sebagai berikut :
P1 = I12 R1
Maka
P1
R1= 2 … (1)
I1
Impedansi total :
V1
 R1 2  X 1 2
Z1 = I1 … (2)
Sehinga :

X1 =
Z1 2  R1 2 … (3)

Pengukuran Hubung Singkat


Hubung singkat berarti impedansi beban ZL diperkecil menjadi nol sehingga
hanya impedansi Zek = Rek + jXek yang membatasi arus. Karena harga Rek dan Xek
ini relatif kecil, harus dijaga agar tegangan masuk (Vh.s) cukup kecil sehingga arus
yang dihasilkan tidak melebihi arus nominal.

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
Hingga Io akan relative kecil bila dibandingkan dengan arus nominal,
sehingga pada pengukuran ini dapat diabaikan.
Pada pengukuran ini, yang dihubung singkat adalah kumparan yang
mempunyai tegangan rendah ( perhatikan gambar 3.1.3)
P X ek
Rek

V I sc A

Gambar 3.3
Gambar 2.3.3
Hasil pengukuran ini diperoleh :
Wsc
Req1 
I1sc 2
Vsc
Z ek 1   sc
I 1sc

Z eq1  R   X 
eq1
2
eq1
2

Wsc  Vsc  I 1sc  Cos sc


Dimana :
Req1 = hambatan ekivalen patokan primer
Xeq1 = reaktansi ekivalen patokan primer
Zeq1 = impedansi ekivalen patokan primer
Vsc = jatuh tegangan pada kumparan primer dan sekunder
Wsc = power cooper loos kumparan primer dan sekunder
Power cooper loos kumparan primer dan sekunder berturut – turut adalah :
(Pcu)1 = (I1)sc2R1
(Pcu)2 = (I2)sc2R2
Dengandemikian power cooper loos total adalah :
Wsc = Pcu = (Pcu)1 + (Pcu)2

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
= (I ) 1 sc
2
. R1 + (aI1sc) . R2
2

= (I1)sc2 . (R1 + a2 . R2)


Wsc = Pcu = (I1)sc2 . (Req)1
Wsc
Req1
(I1)sc2 =
Oleh karena (I2)sc = a (I1)sc, maka Wsc dapat juga ditulis :
Wsc = Pcu = I2sc2 (Req)2
Dengan tegangan primer tetap dan tegangan sekunder berubah – ubah,
persentase regulasi dapat juga dihitung :
% Regulasi = % Isc . Req1 . Cos θ ± % Isc .Xeq1 .Sin θ +
%.I sc . X eq1 .Cos  % I sc .Req1 .Sin  
2

200
Dimana :
Tanda (+) untuk power factor lagging
Tanda (–) untuk power factor laeding
Wsc
 100
% Isc .Req1 =
2 KVA Rated

Vsc
 100
V primer rated
% Isc.Zeq1 =

% Isc.Xeq1 =
%.I sc .Z eq1   %.I sc .Req1   100
2 2

Hal – hal yang perludiperhatikanpadapengukuranhubungsingkatadalah:


a. Tegangan yang diberikanpadakumparan primer (tegangantinggi) diambil  5%
daritegangannominalnya.
b. Arus hubung singkat sama dengan arus beban penuh kumparan primer dan
sekunder.
c. Power cooper loos akanterbaca 3% dari cooper loos trafo.
Catatan : total cooper loos = (I1)bp2 . Req1 = (I2)bp2 . Req2
Transformator atau trafo adalah bagian dari peralatan static (stasioner)
dengan menggunakan daya listrik pada suatu rangkaian yang di transformasikan
ke daya listrik pada rangkaian lain dengan frekuensi yang sama prinsip kerjanya
Lab. Mesin-mesin Listrik
Praktikum Mesin-Mesin Listrik
berdasarkan induksi bersama antara dua rangkaian yang dihubungkan secara fluksi
magnetik. Transformator pada prinsip induksi elektrimagnetik,
mentransformasikan tegangan dan arus bolak-balik (AC) antara dua belitan atau
lebih pada frekuensi yang sama besar .
Pada trafo terdiri dari lilitan induktif yang terpisah secara listrik tetapi
terhubung secara magnetik melalui lintasan magnetik pada induktansi rendah.
Dimana pada masing-masing lilitan mempunyai induktansi bersama yang tinggi
(M).Koefisien induktansi bersama antara dua lilitan didefisinikan sebagai weber-
lilitan pada satu lilitan disebabkanoleh arus sutu amper pada lilitan lainnya.
Elemen utama suatu trafo terdiri dari dua lilitan (belitan) yaitu lilitan sisi
primer sebagai input trafo dan lilitan sisi sekunder sabagai output trafo. Dimana
masing-masing sisi lilitan mempunyai induktansi bersama dan inti yang terdiri
dari lapisan-lapisan lempengan baja pada masing-masing sisi isolasi terhadap satu
sama lainnya.
Pada semua tipe trafo, inti terbuat dari lapisan-lapisan lempeng baja guna
mendapatkan kontinuitas lintasan magnetik dengan celah udara yang minimum.
Baja yang digunakan dengan kadungan silikon tinggi untuk mendapatkan
permeabilitas tinggi dan rugi-rugi (susut) yang rendah
Susut arus eddy dapat di minimisasi dngan cara membuat lapisan-lapisan
lempeng baja pada inti. Tebal lempengan lapisan baja pada inti bervariasi dari
0,35 mm untuk frekuensi 50 Hz hingga 0,50 mm untuk frekuensi 25 Hz.
Dua belitan dikatakan mempunyai induktansi bersama 1 Henry, jika arus
satu amper mengalir pada satu lilitan menghasilkan fluksi lingkupsebesar 1 wbr-
lilit pada lilitan lainnya.
Bila suatu lilitan dihubungkan ke sumber tegangan bolak-balik maka fluksi
magnetik timbul pada lapisan-lapisan inti yang melingkupi lilitan laiannya fluksi
ini akan menghasilkan ε.m.f induksi secara bersama-sama, sesuai dengan hukum
induksi elektromagnetik faraday.
Bila diantara kumparan primer diberi sumber tegangan bolak-balik akan
timbul fluks bolak-balik dan menghasilkan tegangan induksi primer yang
amplitudonya bergantung pada tegangan primer dan jumlah lilitannya.

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan
mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik kerangkaian listrik
yang lain melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi
electromagnetik. Transformator terdiri dari dua gulungan kawat yang terpisah satu
sama lain, yang dibelitkan pada inti yang sama.
Daya listrik dipisahkan dari kumparan primer ke kumparan sekunder
dengan perantara garis gaya magnet ( flux magnet ) yang dibangkitkan oleh aliran
listrik yang mengalir melalui kumparan sekunder.
Untuk dapat membangkitkan tegangan listrik pada kumparan sekunder,
flux magnet yang dibangkitkan oleh kumparan primer harus berubah – ubah.
Maka untuk memenuhi hal ini, aliran listrik yang mengalir melalui kumparan
primer haruslah aliran listrik bolak – balik.
Saat kumparan primer dihubungkan ke sumber listrik AC, pada kumparan
primer akan timbul gaya gerak magnet bersama yang juga bolak – balik. Adanya
flux magnet bersama ini, pada ujung-ujung kumparan sekunder timbul gaya gerak
listrik induksi sekunder yang mungkin sama, lebih tinggi, atau lebih rendah dari
gaya gerak listrik primer. Hal ini tergantung pada perbandingan transformasi
kumparan transformator tersebut.

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
4. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Susun rangkaian seperti gambar.
2. Hidupkan switch PS 189.
3. Naikkan tegangan pasok PS 189 secara perlahan-lahan sampai tegangan
yang ditentukan.
4. Baca arus sisi primer, tegangan dan arus sisi sekunder. Catat hasilnya.

Gambar 2.4. Rangkaian Percobaan Transformator Hubungan Singkat.

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
B. Rangkaian Short Circuit

Hub. Hub. V1 I1 V2
I2 (A) Rasio Rasio Resistor Reaktansi
Primer Sekunder (V) (A) (V)
Arus Tegangan (R1) (X ¿ ¿1)¿
AB DG
AB DE
AB FG
BC DG
BC DE
BC FG
AC DG
AC DE
AC FG

PRAKTIKUM III
Lab. Mesin-mesin Listrik
Praktikum Mesin-Mesin Listrik
TEKNIK PENGASUTAN STAR DELTA MOTOR INDUKSI 3 FASA

1. TUJUAN
 Memahami teknik pengasutan Star Delta (Y – Δ) pada motor induksi
rotor sangkar
 Mengetahui pengurangan arus yang masuk pada saat pengasutan

2. ALAT – ALAT YANG DIGUNAKAN


 Panel kendali elektromagnetik ETL 172
 Motor Induksi 3 Fasa
 Kabel penghubung

3. TEORI DASAR
Motor induksi merupakan motor arus bolak balik yang paling luas
digunakan. Penamaan nya berasal dari kenyataan bahwa aqrus rotor motor ini
bukan diperoleh dari suatu sumber tertentu tetapi merupakan arus yang terinduksi
sebagai akibat adanya perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar
yang dihasilkan oleh arus rotor.
Belitan stator yang dihubungkan dengan suatu sumber tegangan tiga fasa
akan menghasilkan medan magnet yang berputar dengan kecepatan sinkron.
Medan putar pada stator tersebut akan memotong konduktor – konduktor pada
rotor, sehingga terinduksi arus dan akan sesuai dengan hukum Lentz. Dan
kemudian rotor pun akan turut berputar mengikuti medan putar stator. Perbedaan
putaran relatif antara stator dan rotor disebut slip.
Dengan bertambahnya beban maka akan memperbesar kopel motor, yasng
oleh dikarenakan akan memperbesar pula arus induksi pada rotor, sehingga slip
antara medan putar stator dan putaran rotor pun akan bertambah besar. Jadi bila
beban motor bertambah maka putaran rotor akan cenderung menurun. Dikenal dua
tipe motor induksi yaitu motor induksi dengan rotor belitan dan motor induksi
dengan rotor sangkar. Perputaran motor pada mesin arus bolak balik ditimbulakn
oleh adanya medan putar (fluks yang berputar) yang akan dihasilkan dalam

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
kumparan statornya. Medan putar ini terjadi apabila kumparan stator yang
dihubungkan dalam fasa yang banyak, dan pada umumnya dengan fasa 3( tiga ).
Dan hubungan yang terjadi dapat berupa hubungan bintang atau juga hubungan
delta.
Motor induksi polyphase banyak digunakan pada kalangan industri dan hal
ini sangat berkaitan dengan keuntungan dan kerugian dari motor induksi tersebut.
Keuntungan :
a. Sangat sedarhana dan daya tahan yang kuat ( Kontruksi hampir tidak pernah
terjadi kerusakan, khususnya tipe squirel cage ).
b. Harga relatif murah dan perawatan mudah.
c. Efesiensi yang tinggi. Pada kondisi tertentu yakni berputar normal, tidak
dibutuhkan sikat dan karenanya rugi daya yang diakibatkannya dapat
dikurangi.
d. Tidak memerlukan starting tambahan dan tidak harus sinkron.
Kerugian :
a. Kecepatan tidak dapat dirubah tanpa pengorbanan efesiensi.
b. Tidak sepoerti motor DC atau Motor shunt, kecepatannya menurun seiring
dengan tambahan beban.
c. Kopel awal mutunya rendah dibandingkan dengan motor DC shunt.

Pada bagian stator terdapat beberapa slot yang merupakan tempat kawat
(konduktor) dari tiga kumparan tiga phase yang desebut kumparan stator yang
masing masing kumparan mendapatkan suplai arus tiga phasa.Sedangkan pada
bagian rotor yang merupakan tempat kumparan rotor adalah bagian yang bergerak
atau berputar. Ada dua jenis kumparan rotor yaitu squirel cage rotor dan phase
would rotor. Hampir 90 % kumparan rotor dari motor induksi menggunakan jenis
squirel cage rotor.Ini karena bentuk kumparan nya sederhana dan tahan terhadap
guncangan. Ciri khusus ini dari squirel cage rotor adalah ujung ujung kumparan
rotor terhubung singkat secara permanen. Lain halnya pada phase wound rotor
yang ujung ujungnya kumparan rotor akan terhubung langsung bila kecepatan

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
putar rotor telah sampai kecepatan putar normalnya dan secara otomatis melalui
slip ring yang tepasang pada bagian rotor.
Pada motor induksi terdapat koneksi dari suplay tiga phasa yaitu
berputarnya rotor pada motor induksi yang disebabkan oleh adanya medan putar
yang dihasilkan oleh arus yang melewatinya dari masing – masing kumparan
stator. Mean putar ini terjadi apabila kumparan stator pada motor induksi
dihubungkan dengan sumber tegangan jala – jala polyphase. Pada umumnya
sumber tegangan jala – jala adalah tiga phase baik untuk penggunaan motor
induksi pada hubungan bintang maupun pada hubungan delta.
Ada pun beda phase yang terjadi pada masing – masing kumparan stator
untuk sumber jala – jala tiga phase adalah sebesar 120° dan secara matematis dari
masing – masing arus yang melewatinya dapat ditulis dengan persamaan :
ic1  I m Sin 

ic 2  I m Sin (  120)

ic 3  I m Sin (  120)

Pada motor Induksi terdapat beberapa prinsip kerja yaitu :


1. Apabila sumber tegangan tiga fasa dipasang pada kumparan stator akan timbul
ns
medan putar dengan kecepatan = 120 f/p.
2. Medan putar stator tersebut akan memotng batang konduktor pada
rotor.
3. Akibatnya pada kumparan rotor akan timbul tegangan induksi (ggl)

sebesar
E 2 s = 4,44 f 2 N 2  m ( untuk satu fasa ).

4. Karena kumparan rotor merupakan rangkaian yang tertutup, maka ggl (E) akan
menghasilkan arus (I).
5. Adanya arus ( I ) didalam medan magnet menimbulkan gaya ( F ) pada rotor.
6. Bila kopel mula yang dihasilkan oleh gaya ( F ) pada rotor yang cukup besar
untuk memikul kopel beban, rotor akan berputar searah dengan medan putar
stator.

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
7. Tegangan induksi timbul karena terpotong – potongnya batang konduktor
( rotor ) oleh medan putar stator. Artinya agar tegangan terinduksi
diperlukannya adanya perbedaan relatif antara kecepatan medan putar stator
(ns) dengan kecepatan putar rotor (nr).
ns
8. Perbedaan kecepatan antara dan n r disebut slip ( S ) dan dinyatakan
dengan persaman :

S  (n s  nr ) / ns x 100 %

nr  n s
9. Bila , maka tegangan tersebut tidak akan terinduksi dan arus tidak
mengalir pada kumparan jangkar rotor, dengan demikian tidak dihasilkan

kiopel. Kopel motor akan ditimbulkan apabila n r lebih kecil dari n s .


10. Dan dilahat dari cara kerjanya, maka motor induksi tersebut disebut juga
sebagai motor tak serempak atau asinkron.

Berubah – ubahnya kecepatan motor induksi ( n r ) mengakibatkan


berubahnya harga slip dari 100% pada saat start sampai 0 % pada saat motor diam
nr  n s
( ) Dan hubungan frekuensi dengan slip dapat dilihat sebagai berikut :
f 1  frekuensi jala jala
Bila

n s  120 f 1 / p atau f 1  pn s / 120

Dan pada rotor berlaku hubungan

p (n s  nr )
f2 
120

pn s n s  nr
f2  x
120 ns

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
Karena
n s  nr pn s
S dan f1 
ns 120
Maka ;

f s  f1 x S

Hubung Star-Delta
Pada saat motor yang dihubungkan secara langsung ke sumber hanya akan
terjadi pengasutan sesaat, tidak adanya gaya gerak listrik balik untuk melawan
tegangan sumbernya. Jadi motor beraksi sebagai transformator polyphasa.
Jika motor dihubungkan pada 6-8 kali arus beban penuh akan
menghasilkan 1,5 – 2,5 kali torka bebannya, hal ini akan menyebabkan drop
tegangan yang besar pada jaringan, dan akan mempengaruhi peralatan – peralatan
listrik yang terhubung pada jaringan ini.
Untuk mencegah hal tersebut maka diperlukan pengontrolan arus inrush
dengan memakai pengurangan tegangan pada belitan stator selama periode
starting, tegangan normal penuh digunakan ketika motor berputar diatas
kecepatannya.
Salah satu caranya adalah dengan menggunakan metode starting star –
delta ( Y – Δ ). Yang digunakan pada motor yang dibuat untuk berputar normal
dengan belitan stator hubungan delta ( Δ ). Metode ini terdiri dari switch dua jalan
yang menghubungkan motor pada star untuk starting dan selanjutnya delta untuk
putaran normal Hubungan tersebut dapat terlihat pada gambar 1.

Ketika hubungan star, tegangan lebih terpakai masing – masing phase


1 1
motor dikurangi oleh faktor 3 dan sehingga torsi dibangun menjadi 3 dari
yang akan dibangun jika motor dihubungkan langsung ke delta. Arus jaringan
1
akan dikurangi menjadi 3 .
Lab. Mesin-mesin Listrik
Praktikum Mesin-Mesin Listrik

I sc

Z Z
Rush

Stator

Ist

Z
Z
star

Gambar 3.3.1. Hubungan Star-Delta


Sehingga selama periode starting ketika motor dihubungkan star (Y)
1 1
starting akan mengambil 3 bagian arus starting dan membangun 3 torsi lebih
banyak dihubungkan delta ( Δ ) langsung.
Besar torsi yang diperoleh pada saat rotor akan berputar disebur dengan
torsi start. Nilai torsi start keadaannya selalu lebih besar dari nilai torsi pad saat
keadaan yang normal.
E r  ggl rotor perphase dalam keadaan diam

Rr  hamba tan rotor per phase

X r  reak tan rotor perphase dalam keadaan diam


Z r  impedansi rotor perphase dalam keadaan diam
2 2
Z r  ( Rr )  ( X r )

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik

Dimana nilai persamaan torsi rotor dalam keadaan diam atau pun juga torsi
akan berputar ( torsi start = Tst ) adalah
Er Rr
Tst  k1 .E r
( Rr ) 2  ( X r ) 2 ( Rr ) 2  ( X r ) 2
2
E r .R r
 k1 2 2
Rr  X r

Rugi inti ( besi ) yang ada pada bagian stator maupun bagian rotor terdiri
dari rugi arus pusar dan rugi histerisis. Rugi inti besi tersebut tergantung pada
frekuensi jala – jala dan kepadatan fluks magnetik pada inti besi. Hal ini dapat
dikatakan tetap besar, karena rugi inti pada bagian rotor diabaikan, karena
frekuensi arus rotor pada kecepatan normal akan relatif kecil.Adapun besar rugi
tembaga total pada kumparan rotor adalah :
( p cu )r  3.I r .Rr

1 S
S Er
I rs  x
2
Rr  ( S X r ) 2 1
S2
Er

2
( Rr / S 2 )  X r

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
4. PROSEDUR PERCOBAAN
13
Dengan menekan kontak S2 - 14 , maka rangkaian akan bekerja dengan
menghasilkan :
1. Terminal U1, V1, dan W1 dari motor di ikut sertakan oleh kontak kontak
utama C1.
2. Terminal U2, V2, dan W2 dari motor di ikutsertakan oleh kontak kontak
utama C2.
13 13
3. Rangkaian star dipelihara oleh C1 - 14 setelah kontak S2 - 14 ditekan.
4. Kumparan jaringan kontaktor C2 dan kontaktor rele Cr mendapat energi
61
melalui kontak C3 - 62 .
5. Kumparan jaringan kontaktor C3 yang berfuingsi untuk hubungan delta,
57
tidak dihubungkan secara langsung oleh kontak Tc - 58 (kontak waktu)
53
dan juga kontak C3 - 54 .
6. Kontaktor jaringan C1 dan C2 beroperasi, akan menyebabkan hubungan
star.
57
7. Setelah periode waktu tunda, kontak Tc - 58 akan menutup sehingga
kumparan jaringan C3 mendapat energi yang menyebabkan kontak C3 -
53 61
54 menjadi tertutup, dan kontak C3 - 62 menjadi terbuka.
61
8. Dengan terbukanya C3 - 62 maka kumparan jaringan kontaktor C2 akan
kehilangan energi, menyebabkan hubungan star jatuh dan beralih ke
hubungan delta.
9. Kontaktor jaringan C1 dan C3 beroperasi, akan menyebabkan hubungan
delta.

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
21
10. Kontak S1 - 22 berfungsi untuk memutuskan kerja rangkaian.
RANGKAIAN KENDALI PENGASUTAN STAR-DELTA MOTOR 3 FASA

RANGKAIAN UTAMA PENGASUTAN STAR-DELTA MOTOR 3 FASA

Gambar 3.4 Rangkaian utama dan Pengendali pengasutan Star-Delta Motor 3


Fasa

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik

PRAKTIKUM IV
LOCK ROTOR TEST DAN NO LOAD TEST PADA MOTOR INDUKSI 1 FASA
DENGAN PENAMBAHAN NILAI KAPASITOR

1. TUJUAN
 Memahami sistem kerja motor induksi 1 fasa tipe kapasitor running
 Menentukan parameter motor induksi 1 fasa dengan penambahan nilai
kapasitor
 Menganalisa pengaruh dari perubahan parameter pada motor induksi 1 fasa
setelah penambahan kapasitor

2. ALAT – ALAT YANG DIGUNAKAN


 Motor Induksi 1 Fasa tipe kapasitor Running
 Kapasitor 1 μf sampai dengan 5 μf
 AC multimeter digital
 Terminal Blok
 Tachometer
 MCB
 Capit buaya
 Kunci Inggris

3. TEORI DASAR
Motor induksi merupakan suatu alat listrik yang mengubah dari energi listrik
menjadi energi gerak, energi gerak yang dihasilkan dari medan magnet. Pada motor
induksi 1 fasa ini terbagi menjadi dua jenis yaitu motor fasa belah dan motor
kapasitor (start kapasitor, running kapasitor, start-running kapasitor) biasanya
digunakan pada peralatan dengan daya yang rendah seperti di kehidupan sehari-hari
yang sering digunakan di rumah dan pabrik industri yaitu motor 1 fasa seperti pompa
air, pompa injeksi, kipas angin dan lain sebagainya.

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik

Motor induksi memiliki beberapa keunggulan yaitu :


a. Memiliki konstruksi yang kuat dan desain yang sederhana
b. Harganya yang relatif murah dan dapat diandalkan
c. Perawatan yang diperlukan tidak terlalu banyak

Akan tetapi motor induksi juga memiliki beberapa kelemahan diantaranya


adalah:
a. Frekuensi tegangan input yang mempengaruhi kecepatan motor induksi
b. Kecepatan motor induksi akan berkurang dengan seiring bertambahnya beban.

Pada rotor tidak ada hubungan listrik secara langsung , arus induksi yang
ditimbul pada rotor adalah arus induksi dari kumparan stator maka dari itu medan Putar
yang dibangkitkan pada celah bagian dalam stator sangat berpengaruh terhadap kinerja
suatu motor induksi . Kecepatan medan putar yang dibangkitkan oleh kumparan stator
ini biasa disebut dengan kecepatan sinkron. Kecepatan medan magnet putar ini
120. f s
dinyatakan oleh rumus Ns=
p

Slip akan timbul dikarenakan perbedaan medan putar stator dan perputaran rotor
dinyatakan oleh rumus
S=N s−N r

N S −N r
%S= x 100 %
Ns

Dimana :
Ns = Kecepatan Sinkron
Nr = Kecepatan motor
S = Slip
fs = Frekwensi (Hz)

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
p = Jumlah kutub dalam motor

Motor Induksi Satu Fasa Kapasitor Run/ Permanen

Gambar 4.3.1 Motor Induksi 1 Fasa Tipe Kapasitor Permanen

Fungsi kapasitor pada motor induksi kapasitor sebagai meninggikan kopel


atau torsi putaran awal untuk menggurangi arus start pada motor kapasitor, selain itu
juga berfungsi sebagai pergeseran fasa antara kumparan utama dan kumparan bantu.
Motor kapasitor run atau sebagai motor kapasitor permanen karena terdapat kapasitor
permanent dipasang seri dengan kumparan bantu, pada kumparan utama terpasang
pararel dengan kumparan bantu, sehinggan kumparan akan tetap terhubung saat
motor bekerja, dimana lilitan utama dan bantu jumlah lilitannya sama banyak tetapi
diameter berbeda dimana pada kumparan utama lebih besar dan pada kumparan
bantu lebih kecil. Pada jenis motor ini, pemasangan kapasitor running tidak sebesar
kapasitas pada kapasior starting pada rangkaian bantu bersifat permanen. Pada
rangkaian kapasitor yang ditambah dengan arus kumparan bantu Ib bersifat kapasitif.
tetapi pada arusnya jauh lebih kecil dibandingkan dengan kumparan bantu pada
motor induksi kapasitor start. Arus kumparan utama yang bersifat induktif dan arus
pada kumparan bantu yang bersifat kapasitif akan menghasilkan arus saluran I s yang
lebih kecil dan lebih induktif. Amplitudo arus saluran I s tidak terlalu besar sehingga

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
kapasitor running tidak perlu dilepas dari rangkaian setelah motor normal. Biasanya
motor jenis kapasitor permanen ini yaitu pompa air, mesin cuci dll. Pada motor
kapasitor permanen memiliki tenaga putar yang lebih baik dibandingkan motor splite
phase atau fasa belah.

Gambar 4.3.2 Rangkaian Ekivalen Motor induksi 1 fasa dengan kapasitor run

Konstruksi Motor Induksi 1 Fasa


Pada dasarnya motor induksi satu fasa dan motor induksi tiga fasa memiliki
konstruksi yang hampir sama yang terdiri dari 2 bagian utama yaitu stator dan rotor.
Stator adalah bagian dari motor yang diam dan rotor adalah bagian motor yang
berputar dibagian dalam stator yang berporos pada bantalan bearing yang bertujuan
agar rotor dapat berotasi. Pada motor induksi terdapat kumparan stator yang
berfungsi untuk menimbulkan medan magnet pada konduktor yang ditimbulkan oleh
medan putar stator menginduksikan tegangan pada batangan konduktor pada rotor
menyebabkan konduktor akan mengalirkan arus tertutup yang mengakibatkan medan
magnet yang menimbulkan gaya tolak menolak antara konduktor dan medan magnet
putar sehingga rotor dapat bergerak. Berikut gambar konstruksi motor induksi 1 fasa.

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
Gambar 4.3.3 Konstruksi Umum Motor Induksi 1 fasa
Prinsip kerja motor induksi 1 fasa pada dasarnya sama dengan motor
induksi 3 fasa, namun jika melihat motor induksi 3 fasa memiliki medan putar
yang disebabkan oleh beda fasa 120o setiap sumber fasanya sehingga
menyebabkan motor induksi 3 fasa memiliki medan putar, sehingga pada motor
induksi 1 fasa sangat dibutuhkan kumparan bantu untuk membangkitkan medan
putar pada stator. Pada stator motor induksi 1 fasa terdapat 2 jenis kumparan yang
dibutuhkan yaitu kumparan utama dan kumparan bantu. Kumparan utama
memiliki diameter kawat tembaga yang lebih besar dari pada kumparan bantu
sehingga impedansi pada kumparan utama lebih kecil dari pada impedansi pada
kumparan bantu yang bertujuan untuk menimbulkan perbedaan fasa, pada
kumparan bantu juga dilengkapi dengan kapasitor sehingga dapat membangkitkan
medan putar pada stator dengan mengatur perbedaan fasa. Perbedaan fasa pada
kumparan bantu dan kumparan utama dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 4.3.4 Grafik Arus Kumparan Utama dan Kumparan Bantu

Hambatan Kumparan
Nilai hambatan pada tiap kumparan tergantung dengan luas penampang
dan panjang kumparan itu sendiri, jika luas penampang semakin besar maka arus
yang dapat mengalir akan semakin besar dan nilai hambatan akan mengecil akan
tetapi jika panjang kumparan semakin panjang maka nilai hambatan akan
bertambah seiring dengan pertambahan panjang lilitan kumparan tersebut [9] . Hal
ini dinyatakan oleh rumus
l
Rkumparan =ρ
A
Lab. Mesin-mesin Listrik
Praktikum Mesin-Mesin Listrik
Dimana :
ρ = Nilai hambatan jenis kawat kumparan
l = Panjang lilitan
A = Luas penampang kawat kumparan
Rkumparan = Nilai hambatan kumparan

Rangkaian Ekivalen

Gambar 4.3.5 Rangkaian Ekivalen Motor Induksi

Dimana :
V1 = Tegangan sumber
R1 = Resistansi kumparan stator
X1 = Reaktansi induktif kumparan stator
R2’ = Resistansi kumparan rotor dilihat dari sisi stator
X2’ = Reaktansi induktif rotor dilihat dari sisi stator
Xm = Reaktasi magnet pada motor
'
R2
(1−s) = Resistansi yang mewakili beban motor
s
I1 = Arus kumparan stator
I2’ = Arus kumparan rotor dilihat dari sisi stator
Im = Arus Magnet
Dari rangkaian ekivalen diatas dapat kita jabarkan :
R '2
Z ' 2= + jX ' 2
s

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
Z ' 2 x jXm
Zp2=
Z ' 2 + jXm
Zt =Z 1+ Zp2
V1
I 1= =I ∠ φ
Zt

Parameter Rangkaian Ekivalen


Untuk melakukan perhitungan menggunakan rangkaian ekivalen parameter
– parameter pada rangkaian ekivalen perlu diketahui adapun untuk mengetahui
parameter pada rangkaian ekivalen dapat di tentukan dengan melakukan 2 macam
pengukuran :
 Pengukuran Hubung Singkat (Locked rotor test)
Adalah kondisi dimana motor dibuat diam dengan cara menahan putaran
motor lalu tegangan input motor diperkecil sehingga arus yang mengalir pada
motor mencapai arus nominalnya. Pada kondisi seperti ini arus dapat di
induksikan kepada rotor dengan lebih sempurna sehingga dapat dilakukan
pengukuran terhadap tegangan, arus dan daya, lalu dari hasil pengukuran tersebut
dapat dihitung parameter rangkaian ekivalen menggunakan persamaan berikut .

V lr
Zlr =
I lr
Plr
Rlr = 2
I lr
R2=R lr −R1

X lr =√ Z 2lr −R2lr
X 1 =X 2=0,5 x X lr
Dimana :
Zlr = Impedansi Locked Rotor Test
Vlr = Tegangan Locked Rotor Test
Ilr = Arus Locked Rotor Test
Plr = Daya Locked Rotor Test

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
Rlr = Tahanan Dari Locked Rotor Test
R2 = Tahanan Rotor Dari Locked Rotor Test
R1 = Tahanan Utama
Xlr = Reaktansi Dari Locked Rotor Test
 Pengukuran Tanpa Beban (No Load Test)
Adalah pengukuran yang dilakukan pada saat motor tidak berbeban,
sehingga motor dapat berputar bebas menyebabkan slip mendekati nol. Pada
kondisi seperti ini impedansi di bagian rotor dapat diabaikan. dilakukan
pengukuran terhadap tegangan, arus dan daya dan dari data yang didapat dapat
dihitung parameter rangkaian ekivalen menggunakan persamaan berikut.
V 2nl
Rc =
Pnl
Snl =V nl x I nl

Qnl = √ S2nl −P 2nl


2
V nl
X m=
Q nl
Dimana :
Rc = Resistansi inti tanpa beban
V nl = Tegangan tanpa beban
Pnl = Daya aktif tanpa beban
Snl = Daya semu tanpa beban
Q nl = Daya reaktif tanpa beban
Xm = Reaktansi magnetis

Medan Putar Maju dan Medan Putar Mundur


Pada ragkaian ekivalen motor induksi dengan menggunakan konsep medan
putar fluks yang dibangkitkan oleh kumparan stator maka dapat dibagi menjadi
dua yaitu medan putar maju dan medan putar mundur. Pada kondisi ini kedua
medan putar yang dihasilkan ini akan berpengaruh pada gerak gaya listrik pada
rotor sehingga nilai tahanan dan reaktansi pada bagian rotor dapat di ekivalenkan

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
masing – masing setengah dari nilai tahanan dan reaktansi rotor. Seperti yang
diperlihatkan pada gambar berikut.

Gambar 4.3.6 Rangkaian Ekivalen Medan Putar Maju dan Mundur

Dari gambar di atas dapat kita lihat pada kondisi seperti ini pengaruh pada
rotor jika kita lihat dari sisi stator dapat dibagi menjadi dua impedansi yaitu,
impedansi medan putar maju (Forward) sebesar 0,5 R2/s + j 0,5 X2 terhubung
paralel dengan 0,5 Xm dan 0,5 Rc dimana disebut sebagai 0,5 Zf pada gambar.
Pada medan putar mundur (Backward) rotor akan tetap bergerak dengan slip s
yang berpatokan kepada medan putar maju dan besarnya medan putar maju adalah
n = 1- s dan kecepatan relatif dari rotor dengan berpatokan kepada medan putar
mundur adalah 1 + n sehingga dapat di simpulkan besarnya slip terhadap medan
putar mundur adalah 1 + n = 2 – s. Sehingga dari gambaran di atas dapat kita
dapatkan persamaan sebagai berikut.
R c x jx m
Z mb=Z mf =
Rc + jx m

Zf=
[( )
0,5
R2
s ]
+ j 0,5 x 2 x 0,5 Zmf

[( )
0,5
R2
s ]
+ j0,5 x 2 +0,5 Zmf

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik

Z b=
[( 0,5 ) ]
R2
2−s
+ j 0,5 x 2 x 0,5 Zmf

[( 0,5
2−s )
R 2
]
+ j0,5 x +0,5 Zmf
2

V1
I 1= = I∠ φ
R1 X1 Z f Zb
P Forward=I 1 x R f
PBackward =I 1 x Rb
Prot =Pforward −Pbackward
Pout =P konversi =(1−s) Prot
P¿ =V 1 x I 1 x Cosφ
Dimana :
Z mb = Impedansi magnetisasi medan putar mundur
Z mf = Impedansi magnetisasi medan putar maju
Zf = Impedansi medan putar maju
Zb = Impedansi medan putar mundur
Pforward = Daya putar maju
Pbackward = Daya putar mundur
Prot = Daya putar motor
Pout = Daya keluaran
Pkonversi = Daya yang dikonversikan menjadi mekanik
P¿ = Daya input

Pengertian Kapasitor
Kapasitor merupakan Alat yang memiliki fungsi sebagai penyimpan muatan
dan energi, kapastior memiliki buah konduktor yang berdekatan tetapi terpisah oleh
dielektrik.

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik

Gambar 4.3.7 kapasitor pada motor induksi 1 fasa


Kapasitor merupakan salah satu sumber daya reaktif, berfungsi untuk
memberikan daya reaktif sehinngga pada saat faktor daya lagging akan mendapatkan
daya nyata pada system, oleh karena itu pemasanga kapasitor dapat meningkatkan
factor daya dengan cara memberikan daya reaktif keperalatan listrik yang bersifat
induktif. Kemampuan kapasitor yang dapat menyimpan muatan yang merupakan
kapasitansi kapasitor. Jika coulomb merupakan besarnya muatan yang di berikan
pada dua keping sejajar dan jika tegangan beda potensial antara kedua keping sejajar,
maka rumus kapasitansinya adalah :
Q
C=
V
Dengan keterangan : C = Kapasitansi Kapasitor (Farad)
Q = Muatan (Coulumb)
V = Beda Potensia
Faktor Daya (cos φ )
Faktor daya dapat diartikan sebagai perbandingan antara daya nyata dalam
watt dan daya semu dalam voltampere atau cosinus dari sudut antara daya semu dan
daya aktif. Daya reaktif yang tinggi akan memperbesar sudut tersebut sehingga
menyebabkan faktor daya akan menjadi lebih rendah. Besar nilai faktor daya
tergantung dari besarnya beda fasa antar arus dan tegangan. Jika nilai cos φ semakin
mendekati 1 atau 90o maka daya yang dapat dipakai sebagai daya aktif akan semakin
besar begitu juga sebaliknya Dari rumus diatas dapat kita dapatkan pula persamaan.

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
P¿
Cos φ =
S
P¿
Cos φ =
V.I
Dimana :
Cos φ = Faktor daya
S = Daya semu (VA)
P¿ = Daya Input (Watt)
V = Tegangan (Volt)
I = Arus (Ampere)

Efisiensi Motor Induksi


Efisiensi pada motor induksi adalah perbandingan antara daya output dan
daya input. Efisiensi motor adalah hal yang diutamakan agar tercipta keselarasan
kinerja motor. Nilai efisiensi motor listrik dinyatakan oleh rumus.
P out
η= x 100 %
P¿
Dimana :
η = Efisiensi
Pout = Daya output (Watt)
P¿ = Daya Input (Watt)
Daya input adalah daya aktif atau daya nyata yang digunakan motor
untuk beroperasi. Daya aktif adalah daya semu yang di pengaruhi oleh faktor
daya motor induksi itu sendiri. Hasil perkalian antara tegangan dan arus adalah
daya semu yang dinyatakan dalan Volt Ampere (VA) , daya aktif adalah hasil
perkalian antara daya semu dan faktor daya.

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik

4. PROSEDUR PERCOBAAN

RANGKAIAN PENGUKURAN

Gambar 4.4.1 Rangkaian Motor induksi 1 fasa dengan penambahan kapasitor

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik

Gambar 4.4.2 Rangkaian Pegukuran Tanpa beban

Gambar 4.4.3 Rangkaian Pengukuran Lock Rotor Test

5. DATA HASIL PERCOBAAN

A. Hasil Dari Pengukuran Tanpa Beban

Arus Daya Faktor


Besaran nilai Tegangan Kecepatan
nominal aktif daya
kapasitor ( input putar rotor
(In) (P) (cos
μf ¿ (volt) (rpm)
(Amp) (watt) ∅¿

12 μf
12
penambahan
1 μf
12
penambahan

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
2 μf
12
penambahan
3 μf
12
penambahan
4 μf
12
penambahan
5 μf

B. Hasil Dari Pengukuran Lock Rotor Test

Arus nominal
Tegangan Daya aktif (P)
Kapasitor ( μf ¿ (In)
input (volt) (watt)
(Amp)

12 μf

12 penambahan 1 μf

12 penambahan 2 μf

12 penambahan 3 μf

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
12 penambahan 4 μf

12 penambahan 5 μf

PRAKTIKUM 5

PENGENALAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA BAYU

1. TUJUAN
 Mengetahui karakteristik PLTB
 Mengetahui jenis-jenis sistem PLTB
 Menentukan efisiensi pada PLTB dalam keadaan berbeban dan tak berbeban

2. ALAT – ALAT YANG DIGUNAKAN


 Prototype turbin angin
 Multimeter
 Lampu

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
 Blower

3. TEORI DASAR

Pembangkit yang menghasilkan energi listrik dengan sumber energi angin


sebagai penggerak dari generator merupakan definisi umum pembangkit listrik
tenaga bayu. Penggunaan pembangkit listrik tenaga bayu merupakan salah satu
energi alternatif baru terbarukan yang pada saat ini berkembang paling cepat,
mengingat energi angin adalah salah satu sumber energi terbarukan. Energi angin
yang dikonversikan ke energi mekanik lalu setelah itu dikonversikan lagi ke
energi listrik merupakan konsep dasar dari kerja pembangkit listrik tenaga angin.

Konsep sederhana pengonversian energi angin yaitu angin yang bertiup


melewati sudu – sudu yang kemudian akan menghasilkan energi mekanik,
kemudian memutar generator dan menghasilkan listrik. Skemanya dapat di lihat
pada gambar dibawah ini.

Gambar 5.3.1 Proses Konversi PLTB


Dari energi listrik yang dikonversi ke energi angin menjadi dimulai
dengan tenaga angin yang bertiup melewati sudu-sudu dan menimbulkan gaya
untuk memutar kincir. Poros kincir yang dihubungkan dengan rotor generator
akan menyebabkan rotor ikut berputar seiring berputarnya kincir. Proses
berputarnya rotor inilah yang mengubah energi gerak dari putaran kincir menjadi
energi listrik sebagai keluaran generator.

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
Turbin Angin

Energi angin merupakan energi terbarukan yang melimpah, bersih dan


dapat didistribusikan secara luas. Turbin angin digunakan untuk mengkonversi
energi angin menjadi energi lainnya. Turbin angin adalah mesin yang mengubah
energi kinetik yaitu angin menjadi energi mekanik. Lalu energi mekanik tersebut
diubah menjadi energi listrik menggunakan generator angin atau generator wind
turbine. Turbin angin merupakan alat utama yang mengubah energi angin menjadi
energi kinetik sebagai pemutar generator.

Jenis Turbin Angin

Sebagai penggerak pemula (Prime Mover), energi angin


membutuhkan turbin untuk menghasilkan listrik. Berdasarkan arah sumbunya,
turbin dibagi menjadi dua yaitu:

Vertical Axis Wind Turbine

Turbin ini pertama kali dirancang oleh Fausto Veranzio dari Kroasia
pada tahun 1595. Turbin angin sumbu vertikal memiliki sumbu tegak lurus
terhadap arah angin. Keuntungan utama turbin ini tidak bergantung pada arah
angin pada saat pengoperasian. Kelebihan ini sangat berguna di tempat yang
memiliki kecepatan angin yang relatif rendah. Dengan sumbu yang vertikal ini,
memungkinkan generator serta gearbox dapat ditempatkan pada bagian bawah
turbin. Turbin ini umumnya berbentuk lebih kecil dari turbin horizontal. Biaya
perawatan meliputi pemeliharaan dan perbaikan lebih murah jika dibandingkan
dengan turbin horizontal. Turbin angin sumbu vertikal pada umumnya memiliki 2
jenis yang banyak ditemui dan digunakan yaitu Savonius dan Darrieus.

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik

Gambar 5.3.2 Vertical Axis Wind Turbine

a. Turbin Angin savonious

Turbin savonius ditemukan oleh insinyur S.J. Savonius pada tahun 1920-
an. Desain paling mudah menunjukan turbin savonius adalah sudu berupa
lembaran berbentuk setengah silinder kosong yang dibuat berhadapan dan
menyerupai huruf S serta pada umumnya terdiri dari 2 sudu. Tujuan awal dari
pembuatan turbin jenis ini adalah mencari solusi alternatif untuk mencari jenis
energi yang terbarukan dengan biaya minimal dan dampak terhadap lingkungan
yang minim. Untuk meningkatkan performa dari turbin ini dapat dilakukan
dengan cara menambah jumlah sudu atau mengubah bentuk sudu.

Gambar 5.3.3 Turbin Angin savonious

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
b. Turbin Angin Darrius

Turbin darrieus dibuat pertama kali oleh Georges Jean Marie Darrieus
pada tahun 1931 dan mematenkan hasil karya turbinnya yang bersumbu vertikal.
Ide dari turbin ini sebenarnya adalah membuat suatu turbin yang desainnya
sederhana dan mudah untuk dibuat.

Turbin Darrieus memiliki beberapa model, diantaranya yang paling


populer adalah model rotor H dan model pengocok telur atau eggbeater.
Kelebihan dari turbin jenis Darrieus adalah bentuknya yang ringan. Hal inilah
yang menjadi perhatian utama dalam pembuatan turbin Darrieus. Tetapi, karena
turbin Darrieus harus mendapatkan aliran disekitar turbin untuk menciptakan
gaya lift, turbin Darrieus tidak dapat bergerak sendiri dan membutuhkan
dorongan awal untuk dapat bergerak terus menerus. Selain itu, bila kecepatan
angin disekitar instalasi turbin rendah, maka rotor tidak dapat berputar untuk
melawan torsi yang diperlukan memutar poros generator. Atas dasar inilah,
turbin yang bejenis H-rotor diletakkan pada tempat yang lebih tinggi karena
pada bagian dekat tanah angin cenderung lebih lambat untuk mengalir.
Sementara yang berbentuk pengocok telur atau eggbeater memiliki bentuk yang
melengkung dibagian bawahnya sehinga torsi yang dihasilkan disepanjang
tinggi sudu bisa serupa yang dapat memutar turbin lebih maksimal.

Kelebihan turbin angin sumbu vertikal antara lain sebagai berikut :

1. Dapat digunakan pada daerah terpencil dengan kecepatan angin yang


bervariasi.
2. Sudu dari turbin tidak memerlukan mekanisme pengaturan untuk mengubah
arah sudu.
3. Ukuran yang relatif kecil kalau dibandingkan dengan turbin horizontal.

Horizontal Axis Wind Turbine

Turbin angin dengan sumbu horizontal atau horizontal axis wind turbine
mempunyai sudu yang berputar dalam bidang vertikal seperti halnya propeler
Lab. Mesin-mesin Listrik
Praktikum Mesin-Mesin Listrik
pesawat terbang. Turbin angin biasanya mempunyai sudu dengan bentuk irisan
melintang khusus di mana aliran udara pada salah satu sisinya dapat
bergerak lebih cepat dari aliran udara di sisi yang lain ketika angin
melewatinya. Fenomena ini menimbulkan daerah tekanan rendah pada belakang
sudu dan daerah tekanan tinggi di depan sudu. Perbedaan tekanan ini
membentuk gaya yang menyebabkan sudu berputar.

Gambar 5.3.4 Horizontal Axis Wind Turbine

Kelebihan Turbin Angin Sumbu Horizontal (TASH)

Kelebihan dari jenis turbin angin ini yaitu:

1. Akses angin yang lebih kuat bisa dijangkau karena dasar menara yang
tinggi pada penempatan turbin angin. Hal tersebut karena di lokasi
terjadi beda diantara arah dan laju angin (pergeseran angin) pada kedua
titik jarak akan lebih dekat dari atmosfer bumi. Kecepatan angin akan
meningkat 20% untuk setiap 10 m ke atas di beberapa wilayah geseran
angin.

2. Biaya yang besar untuk pemasangan menara yang tinggi serta bilah
yang panjang, biaya untuk komponen-komponen turbin angin dapat
menjangkau nilai 20% dari biaya keseluruhan.

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
3. Menara tidak mudah dilakukan pada saat proses pemasangan, karena
memerlukan menara dengan kondisi lebih tinggi, dan juga memerlukan
derek berukuran lebih tinggi, serta mengakibatkan mahalnya alat
tersebut, begitupun dibutuhkan bidang operator handal dalam bidang
tersebut.

4. Diperlukan penyangga bilah-bilah yang berat, gearbox, dan generator


untuk konstruksi menara yang besar.

5. Menara trubin yang tinggi dapat mempengaruhi kerja wilayah bandara


udara. Ukuran ketinggian menara mampu membuat terganggunya
tampilan bentang lingkungan serta menhalangi jarak pandang secara
luas.

Kelemahan Turbin Angin Sumbu Horizontal (TASH)

Kelemahan dari jenis turbin angin ini yaitu:

1. Menara yang tinggi serta bilah yang panjang sulit diangkut dan juga
memerlukan biaya besar untuk pemasangannya, bisa mencapai 20%
dari seluruh biaya peralatan turbin angin.

2. TASH yang tinggi sulit dipasang, membutuhkan derek yang sangat


tinggi dan mahal serta para operator yang terampil.

3. Konstruksi menara yang besar dibutuhkan untuk menyangga sudu-


sudu yang berat, gearbox, dan generator.

4. TASH yang tinggi bisa memengaruhi radar airport.

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
Generator

adalah sebuah mesin konversi energi yang dapat mengubah energi gerak
atau energi mekanik menjadi energi listrik dengan memanfaatkan prinsip
induksi elektromagnetik. Sumber energi mekanik yang menggerakkan generator
tersebut bermacam-macam. Generator pada pembangkit listrik tenaga bayu
dihubungkan dengan turbin angin.

Efisiensi pada PLTB


Efisiensi adalah perbandingan antara daya output dan daya input. Nilai
efisiensi dinyatakan oleh rumus.

P out
η= x 100 %
P¿

Dimana :

η = Efisiensi

Pout = Daya output (Watt)

P¿ = Daya Input (Watt)

Daya Input dan Daya Keluaran

Daya input merupakan hasil dari data torsi atau putaran dari rotor yang berputar.

1
Pm= . ρ . A . v 3 . C p
2

Dimana :
Pm : daya maksimum yang dihasilkan angin ( Watt )
ρ : massa jenis udara dengan ketetapan 1,225 kg / m3
A : Luas penampang (m2 )

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
Cp : Koefisien daya dengan ketetapan 0,593
V : Kecepatan angin (m/s )

Sedangkan daya keluaran atau daya output dihasilkan dari tegangan


dikalikan arus dari generator turbin angin yang terukur saat percobaan.

Pout =V . I . cos ϴ

Dimana :

Pout : daya output (W)

V : tegangan (volt)

cos ϴ : faktor daya (nilainya , karena rugi-rugi daya diabaikan)

I : arus (A)

4. PROSEDUR PERCOBAAN

a. Persiapkan alat terlebih dahulu.

b. Kemudian lakukan pengambilan data berupa tegangan dan arus pada


prototype turbin angina dengan bantuan blower.

c. Pengambilan data dilakukan dalam keadaan berbeban dan tidak berbeban


sesuai rangkaian dibawah ini.

RANGKAIAN PENGUKURAN

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik

5.4.1 Rangkaian Pegukuran Tanpa Beban

5.4.2 Rangkaian Pegukuran Dengan Beban


5. DATA HASIL PERCOBAAN

a. Tanpa Beban

Kecepatan
A (m2 Ρ Pin
Angin Cp
) (kg /m3) (Watt)
(m/s)
b. Menggunakan
2 0,12 1,225 0,593 beban
2,5 0,12 1,225 0,593
Lab. Mesin-mesin Listrik
3 0,12 1,225 0,593
3,5 0,12 1,225 0,593
4 0,12 1,225 0,593
Praktikum Mesin-Mesin Listrik
6. PENGOLAHAN DATA

Kecepatan
A( Ρ Pin
a. Angin Cp Tanpa Beban
2
m) (kg /m3) (Watt)
(m/s)

2 Kecepatan
0,12 Angin
1,225 P0,593
in

(m/s) (Watt)
2,5 0,12 1,225 0,593
3 0,12 2 1,225 0,593
3,5 0,122,5 1,225 0,593
4 0,12 3 1,225 0,593
3,5
4

b. Menggunakan Beban

Kecepatan Angin Pin Pout


Efisiensi (%)
(m/s) (Watt) (Watt)

2 0,0244
2,5 0,0561
3 0,0750
3,5 0,1094
4 0,2520

Lab. Mesin-mesin Listrik

Anda mungkin juga menyukai