PRAKTIKUM I
KONSTANTA TRANSFORMASI
1. TUJUAN
Menghitung perbandingan antara :
Belitan primer dan belitan sekunder.
Tegangan primer dan tegangan sekunder.
Arus primer dan arus sekunder.
Tegangan induksi primer dan tegangan induksi sekunder.
3. DASAR TEORI
Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan
mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik
yang lain melalui suatu gandengan magnet berdasarkan prinsip induksi elektro
magnet.
Pada dasarnya transformator terdiri dari dua atau lebih kumparan yang
terhubung secara magnetik seperti pada gambar 1.1.1. Bila diantara kumparan primer
diberi sumber tegangan bolak-balik dan menghasilkan tegangan induksi primer yang
amplitudonya bergantung pada regangan primer dan jumlah lilitan.
b. Step up trafo
Transformator step-up adalah transformator yang memiliki lilitan sekunder lebih
banyak daripada lilitan primer, sehingga berfungsi sebagai penaik tegangan.
Transformator ini biasa ditemui pada pembangkit tenaga listrik sebagai penaik
tegangan yang dihasilkan generator menjadi tegangan tinggi yang digunakan
dalam transmisi jarak jauh.
N primer N sekunder
c. Trafo pembalik fasa
trafo ini mempunyai fungsi sebagai pembalik fasa, banyak digunakan pada
rangkaian penguat suara yaitu padadaerah penguat frekuensi rendah. Trafo ini
biasanya dinamai trafo input, trafo ini mempunyai ciri khas yaitu mempunyai
center tap CT.
d. Trafo saringan
Trafo ini mempunyai tugas sebagai penyaring atau pemblokir sinyal frekuensi
tinggi. Rangkaian ini banyak sekali digunakan pada pemancar televisi.
e. Auto trafo
Tugasnya sama seperti trafo biasa yang terdiri dari gulungan primer dan
sekunder , hanya bedanya trafo ini bekerja secara langsung. Trafo ini banyak
sekali digunakan pada trafo frekuensi rendah, atau dapat juga kita gunakan
Φ = Φ maks sin t
Fluks yang sinusoid ini akan menghasilkan tegangan induksi e1 (hukum
Faraday)
dΦ
e1 = -N1 dt
d ¿¿
e1 = -N1
Harga Efektif :
N 1.2 π . f . ∅ maks
E1=
√2
¿ 4,44 N 2 f ∅ maks
Pada rangkaian sekunder fluks bersama tadi menimbulkan :
d∅ d∅
e 1=−N 1 =e 2=−N 2
dt dt
e 1=−N 2 ∅ m cos ω t
E2=4,44 N 2 f ∅ maks
E1 N 1
Sehingga =
E2 N 2
Dengan mengabaikan rugi tahanan dan fluks bocor,
E1 N 1 V 1
= = =a
E2 N 2 V 2
E1 E 1 I 2 V 1
a= = = =
E2 E2 I 1 V 2
menentang fluks ( ) bersama yang telah ada akibat arus. Agar fluks bersama itu
tidak berubah nilainya, pada kumparan primer harus mengalir arus I’2, yang
menentang fluks yang dibangkitkan oleh arus beban I2 hingga keseluruhan arus yang
mengalir pada kumparan primer menjadi:
I1 = Io + I’2
Bila rugi besi diabaikan (Ic diabaikan) maka Io = Im
I1 = Im + I’2
Untuk menjaga agar fluks tetap tidak berubah sebesar ggm yang dihasilkan oleh arus
kemagnetan Im saja, berlaku hubungan :
N1 Im = N1 I1 – N1 I2
N1 Im = N1 (Im + I’2) – N2 I2
Sehingga :
N1 I’2 = N2 I2
Karena nilai Im dianggap kecil maka I’2 = I1
Jadi N1 I1 = N2 I2
Rangakaian Ekivalen
Dalam pembahasan sebelumnya tahanan dan fluks bocor diabaikan. Berikut jika
keduanya tidak diabaikan. Tidak semua fluks yang dihasilkan oleh arus kemagnetan
4. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Susunlah rangkaian seperti pada gambar
2. Beri tegangan sumber bolak – balik pada belitan primer dengan hubungan kumparan
primer seperti dalam table data.
Hub. Hub.
No V1 I1 V2
Primer Sekunder
1 AB DE
2 AB FG
3 AB DG
4 BC DE
5 BC FG
6 BC DG
7 AC DE
8 AC FG
9 AC DG
TRANSFORMATOR
DENGAN SEKUNDER TERHUBUNG SERI DAN PARALEL
1. TUJUAN
3. TEORI DASAR
Jika bagian sekunder transformator dihubungkan secara seri atau
dihubungkan secara paralel dan dibebani maka akan terjadi perubahan tegangan
dan arus keluarannya.
Dalam praktikum ini digunakan dua buah kumparan sekunder yang
mempunyai jumlah lilitan yang sama. Pertambahan beban pada suatu saat
menghendaki adanya kerja paralel diantara transformator. Tujuan utama kerja
paralel adalah agar beban yang dipikul sebanding dengan kemampuan kVA
masing – masing transformator, hingga tidak terjadi pembebanan lebih dan
pemanasan lebih.
Dalam menghubungkan sekunder transformator secara paralel yang perlu
diperhatikan adalah:
1. Jumlah lilitan kumparan sekunder yang akan diparalel harus sama, jika tidak
akan terjadi arus sirkulasi yang mengalir pada kumparan sekunder.
60 V 60 V 30Ω
120 V
60 V
Paralel connection
60 V 120 V
120 V
60 V
Seri connection
Jika kita berikan tegangan masuk sebesar 120V dipasang beban seperti
pada gambar maka masing-masing sekundernya akan mengalirkan arus sebesar
2A. Pada hubungan paralel tegangan keluarannya sebesar 60V tetapi arus yang
mengalir sebesar 4A. Dan jika sekundernya dihubung secara seri arus yang
mengalir sebesar 2A sedangkan tegangan keluarannya menjadi 120V.
Seperti pada gambar jika kita berikan tegangan pasok sebesar 120 Volt
dipasang beban, maka masing-masing sekundernya mengalirkan arus sebesar 2
Ampere. Pada hubungan secara paralel, tegangan keluarnya sebesar 60 Volt, tetapi
arus yang mengalir sebesar 4 Ampere. Dan jika sekundernya dihubungkan secara
seri, arus yang mengalir sebesar 2 Ampere, sedangkan tegangan keluarannya
menjadi 120 Volt.
Transformator ideal adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan
mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik
yang lain, melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi
elektromagnetik. Dalam transformator ideal, tegangan induksi di gulungan
sekunder (V s) adalah sebanding dengan tegangan primer (V p)Jika kumparan
sekunder terpasang ke beban yang memungkinkan arus mengalir, daya semu
diinduksi dari rangkaian primer ke sirkuit sekunder. Mengabaikan kerugian, daya
input jelas harus sama dengan output daya jelas memberikan persamaan trafo
ideal.
I1 Total
V1 I2B Z2B
V’2
A. HUBUNGAN SERI
1. Susun rangkaian seperti pada gambar 2.4!
2. Hubungkan sekunder transformator secara seri!
3. Buatlah rangkaian dari LU 178 ke TT 179 seperti gambar!
4. Hidupkan power supply dan naikkan tegangan PS 189!
5. Atur switch beban LU 178 sesuai dengan data!
6. Baca V1, I1, V2, I2 dan catat!
7. Matikan switch TT 179 dan PS 189!
R/
N Hub. V
I1 V2 I2 Beban
o 1
Primer
No
1 AB
Load
2 AB
3 AB
4 BC
5 BC
6 BC
7 AC
8 AC
9 AC
PRAKTIKUM II
TRANSFORMATOR HUBUNGAN SINGKAT
1. TUJUAN
Menentukan konstanta hubung singkat: R1 dan X1
Mengoperasikan Transformator Tainer TT179 dan Transformator Disectable
TT179
3. TEORI DASAR
Dengan pengukuran tegangan Vhs, arus Ihs, dan daya Phs, akan dapat dihitung
parameter :
Phs
Rek
I hs 2
Vhs
Z ek Rek jX ek
I hs
X ek Z ek2 Rek2
V A
yang Disederhanakan
T1 T2
T1 T2
X1 =
Z1 2 R1 2 … (3)
V I sc A
Gambar 3.3
Gambar 2.3.3
Hasil pengukuran ini diperoleh :
Wsc
Req1
I1sc 2
Vsc
Z ek 1 sc
I 1sc
Z eq1 R X
eq1
2
eq1
2
200
Dimana :
Tanda (+) untuk power factor lagging
Tanda (–) untuk power factor laeding
Wsc
100
% Isc .Req1 =
2 KVA Rated
Vsc
100
V primer rated
% Isc.Zeq1 =
% Isc.Xeq1 =
%.I sc .Z eq1 %.I sc .Req1 100
2 2
Hub. Hub. V1 I1 V2
I2 (A) Rasio Rasio Resistor Reaktansi
Primer Sekunder (V) (A) (V)
Arus Tegangan (R1) (X ¿ ¿1)¿
AB DG
AB DE
AB FG
BC DG
BC DE
BC FG
AC DG
AC DE
AC FG
PRAKTIKUM III
Lab. Mesin-mesin Listrik
Praktikum Mesin-Mesin Listrik
TEKNIK PENGASUTAN STAR DELTA MOTOR INDUKSI 3 FASA
1. TUJUAN
Memahami teknik pengasutan Star Delta (Y – Δ) pada motor induksi
rotor sangkar
Mengetahui pengurangan arus yang masuk pada saat pengasutan
3. TEORI DASAR
Motor induksi merupakan motor arus bolak balik yang paling luas
digunakan. Penamaan nya berasal dari kenyataan bahwa aqrus rotor motor ini
bukan diperoleh dari suatu sumber tertentu tetapi merupakan arus yang terinduksi
sebagai akibat adanya perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar
yang dihasilkan oleh arus rotor.
Belitan stator yang dihubungkan dengan suatu sumber tegangan tiga fasa
akan menghasilkan medan magnet yang berputar dengan kecepatan sinkron.
Medan putar pada stator tersebut akan memotong konduktor – konduktor pada
rotor, sehingga terinduksi arus dan akan sesuai dengan hukum Lentz. Dan
kemudian rotor pun akan turut berputar mengikuti medan putar stator. Perbedaan
putaran relatif antara stator dan rotor disebut slip.
Dengan bertambahnya beban maka akan memperbesar kopel motor, yasng
oleh dikarenakan akan memperbesar pula arus induksi pada rotor, sehingga slip
antara medan putar stator dan putaran rotor pun akan bertambah besar. Jadi bila
beban motor bertambah maka putaran rotor akan cenderung menurun. Dikenal dua
tipe motor induksi yaitu motor induksi dengan rotor belitan dan motor induksi
dengan rotor sangkar. Perputaran motor pada mesin arus bolak balik ditimbulakn
oleh adanya medan putar (fluks yang berputar) yang akan dihasilkan dalam
Pada bagian stator terdapat beberapa slot yang merupakan tempat kawat
(konduktor) dari tiga kumparan tiga phase yang desebut kumparan stator yang
masing masing kumparan mendapatkan suplai arus tiga phasa.Sedangkan pada
bagian rotor yang merupakan tempat kumparan rotor adalah bagian yang bergerak
atau berputar. Ada dua jenis kumparan rotor yaitu squirel cage rotor dan phase
would rotor. Hampir 90 % kumparan rotor dari motor induksi menggunakan jenis
squirel cage rotor.Ini karena bentuk kumparan nya sederhana dan tahan terhadap
guncangan. Ciri khusus ini dari squirel cage rotor adalah ujung ujung kumparan
rotor terhubung singkat secara permanen. Lain halnya pada phase wound rotor
yang ujung ujungnya kumparan rotor akan terhubung langsung bila kecepatan
ic 2 I m Sin ( 120)
ic 3 I m Sin ( 120)
sebesar
E 2 s = 4,44 f 2 N 2 m ( untuk satu fasa ).
4. Karena kumparan rotor merupakan rangkaian yang tertutup, maka ggl (E) akan
menghasilkan arus (I).
5. Adanya arus ( I ) didalam medan magnet menimbulkan gaya ( F ) pada rotor.
6. Bila kopel mula yang dihasilkan oleh gaya ( F ) pada rotor yang cukup besar
untuk memikul kopel beban, rotor akan berputar searah dengan medan putar
stator.
S (n s nr ) / ns x 100 %
nr n s
9. Bila , maka tegangan tersebut tidak akan terinduksi dan arus tidak
mengalir pada kumparan jangkar rotor, dengan demikian tidak dihasilkan
p (n s nr )
f2
120
pn s n s nr
f2 x
120 ns
f s f1 x S
Hubung Star-Delta
Pada saat motor yang dihubungkan secara langsung ke sumber hanya akan
terjadi pengasutan sesaat, tidak adanya gaya gerak listrik balik untuk melawan
tegangan sumbernya. Jadi motor beraksi sebagai transformator polyphasa.
Jika motor dihubungkan pada 6-8 kali arus beban penuh akan
menghasilkan 1,5 – 2,5 kali torka bebannya, hal ini akan menyebabkan drop
tegangan yang besar pada jaringan, dan akan mempengaruhi peralatan – peralatan
listrik yang terhubung pada jaringan ini.
Untuk mencegah hal tersebut maka diperlukan pengontrolan arus inrush
dengan memakai pengurangan tegangan pada belitan stator selama periode
starting, tegangan normal penuh digunakan ketika motor berputar diatas
kecepatannya.
Salah satu caranya adalah dengan menggunakan metode starting star –
delta ( Y – Δ ). Yang digunakan pada motor yang dibuat untuk berputar normal
dengan belitan stator hubungan delta ( Δ ). Metode ini terdiri dari switch dua jalan
yang menghubungkan motor pada star untuk starting dan selanjutnya delta untuk
putaran normal Hubungan tersebut dapat terlihat pada gambar 1.
I sc
Z Z
Rush
Stator
Ist
Z
Z
star
Dimana nilai persamaan torsi rotor dalam keadaan diam atau pun juga torsi
akan berputar ( torsi start = Tst ) adalah
Er Rr
Tst k1 .E r
( Rr ) 2 ( X r ) 2 ( Rr ) 2 ( X r ) 2
2
E r .R r
k1 2 2
Rr X r
Rugi inti ( besi ) yang ada pada bagian stator maupun bagian rotor terdiri
dari rugi arus pusar dan rugi histerisis. Rugi inti besi tersebut tergantung pada
frekuensi jala – jala dan kepadatan fluks magnetik pada inti besi. Hal ini dapat
dikatakan tetap besar, karena rugi inti pada bagian rotor diabaikan, karena
frekuensi arus rotor pada kecepatan normal akan relatif kecil.Adapun besar rugi
tembaga total pada kumparan rotor adalah :
( p cu )r 3.I r .Rr
1 S
S Er
I rs x
2
Rr ( S X r ) 2 1
S2
Er
2
( Rr / S 2 ) X r
PRAKTIKUM IV
LOCK ROTOR TEST DAN NO LOAD TEST PADA MOTOR INDUKSI 1 FASA
DENGAN PENAMBAHAN NILAI KAPASITOR
1. TUJUAN
Memahami sistem kerja motor induksi 1 fasa tipe kapasitor running
Menentukan parameter motor induksi 1 fasa dengan penambahan nilai
kapasitor
Menganalisa pengaruh dari perubahan parameter pada motor induksi 1 fasa
setelah penambahan kapasitor
3. TEORI DASAR
Motor induksi merupakan suatu alat listrik yang mengubah dari energi listrik
menjadi energi gerak, energi gerak yang dihasilkan dari medan magnet. Pada motor
induksi 1 fasa ini terbagi menjadi dua jenis yaitu motor fasa belah dan motor
kapasitor (start kapasitor, running kapasitor, start-running kapasitor) biasanya
digunakan pada peralatan dengan daya yang rendah seperti di kehidupan sehari-hari
yang sering digunakan di rumah dan pabrik industri yaitu motor 1 fasa seperti pompa
air, pompa injeksi, kipas angin dan lain sebagainya.
Pada rotor tidak ada hubungan listrik secara langsung , arus induksi yang
ditimbul pada rotor adalah arus induksi dari kumparan stator maka dari itu medan Putar
yang dibangkitkan pada celah bagian dalam stator sangat berpengaruh terhadap kinerja
suatu motor induksi . Kecepatan medan putar yang dibangkitkan oleh kumparan stator
ini biasa disebut dengan kecepatan sinkron. Kecepatan medan magnet putar ini
120. f s
dinyatakan oleh rumus Ns=
p
Slip akan timbul dikarenakan perbedaan medan putar stator dan perputaran rotor
dinyatakan oleh rumus
S=N s−N r
N S −N r
%S= x 100 %
Ns
Dimana :
Ns = Kecepatan Sinkron
Nr = Kecepatan motor
S = Slip
fs = Frekwensi (Hz)
Gambar 4.3.2 Rangkaian Ekivalen Motor induksi 1 fasa dengan kapasitor run
Hambatan Kumparan
Nilai hambatan pada tiap kumparan tergantung dengan luas penampang
dan panjang kumparan itu sendiri, jika luas penampang semakin besar maka arus
yang dapat mengalir akan semakin besar dan nilai hambatan akan mengecil akan
tetapi jika panjang kumparan semakin panjang maka nilai hambatan akan
bertambah seiring dengan pertambahan panjang lilitan kumparan tersebut [9] . Hal
ini dinyatakan oleh rumus
l
Rkumparan =ρ
A
Lab. Mesin-mesin Listrik
Praktikum Mesin-Mesin Listrik
Dimana :
ρ = Nilai hambatan jenis kawat kumparan
l = Panjang lilitan
A = Luas penampang kawat kumparan
Rkumparan = Nilai hambatan kumparan
Rangkaian Ekivalen
Dimana :
V1 = Tegangan sumber
R1 = Resistansi kumparan stator
X1 = Reaktansi induktif kumparan stator
R2’ = Resistansi kumparan rotor dilihat dari sisi stator
X2’ = Reaktansi induktif rotor dilihat dari sisi stator
Xm = Reaktasi magnet pada motor
'
R2
(1−s) = Resistansi yang mewakili beban motor
s
I1 = Arus kumparan stator
I2’ = Arus kumparan rotor dilihat dari sisi stator
Im = Arus Magnet
Dari rangkaian ekivalen diatas dapat kita jabarkan :
R '2
Z ' 2= + jX ' 2
s
V lr
Zlr =
I lr
Plr
Rlr = 2
I lr
R2=R lr −R1
X lr =√ Z 2lr −R2lr
X 1 =X 2=0,5 x X lr
Dimana :
Zlr = Impedansi Locked Rotor Test
Vlr = Tegangan Locked Rotor Test
Ilr = Arus Locked Rotor Test
Plr = Daya Locked Rotor Test
Dari gambar di atas dapat kita lihat pada kondisi seperti ini pengaruh pada
rotor jika kita lihat dari sisi stator dapat dibagi menjadi dua impedansi yaitu,
impedansi medan putar maju (Forward) sebesar 0,5 R2/s + j 0,5 X2 terhubung
paralel dengan 0,5 Xm dan 0,5 Rc dimana disebut sebagai 0,5 Zf pada gambar.
Pada medan putar mundur (Backward) rotor akan tetap bergerak dengan slip s
yang berpatokan kepada medan putar maju dan besarnya medan putar maju adalah
n = 1- s dan kecepatan relatif dari rotor dengan berpatokan kepada medan putar
mundur adalah 1 + n sehingga dapat di simpulkan besarnya slip terhadap medan
putar mundur adalah 1 + n = 2 – s. Sehingga dari gambaran di atas dapat kita
dapatkan persamaan sebagai berikut.
R c x jx m
Z mb=Z mf =
Rc + jx m
Zf=
[( )
0,5
R2
s ]
+ j 0,5 x 2 x 0,5 Zmf
[( )
0,5
R2
s ]
+ j0,5 x 2 +0,5 Zmf
Z b=
[( 0,5 ) ]
R2
2−s
+ j 0,5 x 2 x 0,5 Zmf
[( 0,5
2−s )
R 2
]
+ j0,5 x +0,5 Zmf
2
V1
I 1= = I∠ φ
R1 X1 Z f Zb
P Forward=I 1 x R f
PBackward =I 1 x Rb
Prot =Pforward −Pbackward
Pout =P konversi =(1−s) Prot
P¿ =V 1 x I 1 x Cosφ
Dimana :
Z mb = Impedansi magnetisasi medan putar mundur
Z mf = Impedansi magnetisasi medan putar maju
Zf = Impedansi medan putar maju
Zb = Impedansi medan putar mundur
Pforward = Daya putar maju
Pbackward = Daya putar mundur
Prot = Daya putar motor
Pout = Daya keluaran
Pkonversi = Daya yang dikonversikan menjadi mekanik
P¿ = Daya input
Pengertian Kapasitor
Kapasitor merupakan Alat yang memiliki fungsi sebagai penyimpan muatan
dan energi, kapastior memiliki buah konduktor yang berdekatan tetapi terpisah oleh
dielektrik.
4. PROSEDUR PERCOBAAN
RANGKAIAN PENGUKURAN
12 μf
12
penambahan
1 μf
12
penambahan
Arus nominal
Tegangan Daya aktif (P)
Kapasitor ( μf ¿ (In)
input (volt) (watt)
(Amp)
12 μf
12 penambahan 1 μf
12 penambahan 2 μf
12 penambahan 3 μf
12 penambahan 5 μf
PRAKTIKUM 5
1. TUJUAN
Mengetahui karakteristik PLTB
Mengetahui jenis-jenis sistem PLTB
Menentukan efisiensi pada PLTB dalam keadaan berbeban dan tak berbeban
3. TEORI DASAR
Turbin ini pertama kali dirancang oleh Fausto Veranzio dari Kroasia
pada tahun 1595. Turbin angin sumbu vertikal memiliki sumbu tegak lurus
terhadap arah angin. Keuntungan utama turbin ini tidak bergantung pada arah
angin pada saat pengoperasian. Kelebihan ini sangat berguna di tempat yang
memiliki kecepatan angin yang relatif rendah. Dengan sumbu yang vertikal ini,
memungkinkan generator serta gearbox dapat ditempatkan pada bagian bawah
turbin. Turbin ini umumnya berbentuk lebih kecil dari turbin horizontal. Biaya
perawatan meliputi pemeliharaan dan perbaikan lebih murah jika dibandingkan
dengan turbin horizontal. Turbin angin sumbu vertikal pada umumnya memiliki 2
jenis yang banyak ditemui dan digunakan yaitu Savonius dan Darrieus.
Turbin savonius ditemukan oleh insinyur S.J. Savonius pada tahun 1920-
an. Desain paling mudah menunjukan turbin savonius adalah sudu berupa
lembaran berbentuk setengah silinder kosong yang dibuat berhadapan dan
menyerupai huruf S serta pada umumnya terdiri dari 2 sudu. Tujuan awal dari
pembuatan turbin jenis ini adalah mencari solusi alternatif untuk mencari jenis
energi yang terbarukan dengan biaya minimal dan dampak terhadap lingkungan
yang minim. Untuk meningkatkan performa dari turbin ini dapat dilakukan
dengan cara menambah jumlah sudu atau mengubah bentuk sudu.
Turbin darrieus dibuat pertama kali oleh Georges Jean Marie Darrieus
pada tahun 1931 dan mematenkan hasil karya turbinnya yang bersumbu vertikal.
Ide dari turbin ini sebenarnya adalah membuat suatu turbin yang desainnya
sederhana dan mudah untuk dibuat.
Turbin angin dengan sumbu horizontal atau horizontal axis wind turbine
mempunyai sudu yang berputar dalam bidang vertikal seperti halnya propeler
Lab. Mesin-mesin Listrik
Praktikum Mesin-Mesin Listrik
pesawat terbang. Turbin angin biasanya mempunyai sudu dengan bentuk irisan
melintang khusus di mana aliran udara pada salah satu sisinya dapat
bergerak lebih cepat dari aliran udara di sisi yang lain ketika angin
melewatinya. Fenomena ini menimbulkan daerah tekanan rendah pada belakang
sudu dan daerah tekanan tinggi di depan sudu. Perbedaan tekanan ini
membentuk gaya yang menyebabkan sudu berputar.
1. Akses angin yang lebih kuat bisa dijangkau karena dasar menara yang
tinggi pada penempatan turbin angin. Hal tersebut karena di lokasi
terjadi beda diantara arah dan laju angin (pergeseran angin) pada kedua
titik jarak akan lebih dekat dari atmosfer bumi. Kecepatan angin akan
meningkat 20% untuk setiap 10 m ke atas di beberapa wilayah geseran
angin.
2. Biaya yang besar untuk pemasangan menara yang tinggi serta bilah
yang panjang, biaya untuk komponen-komponen turbin angin dapat
menjangkau nilai 20% dari biaya keseluruhan.
1. Menara yang tinggi serta bilah yang panjang sulit diangkut dan juga
memerlukan biaya besar untuk pemasangannya, bisa mencapai 20%
dari seluruh biaya peralatan turbin angin.
adalah sebuah mesin konversi energi yang dapat mengubah energi gerak
atau energi mekanik menjadi energi listrik dengan memanfaatkan prinsip
induksi elektromagnetik. Sumber energi mekanik yang menggerakkan generator
tersebut bermacam-macam. Generator pada pembangkit listrik tenaga bayu
dihubungkan dengan turbin angin.
P out
η= x 100 %
P¿
Dimana :
η = Efisiensi
Daya input merupakan hasil dari data torsi atau putaran dari rotor yang berputar.
1
Pm= . ρ . A . v 3 . C p
2
Dimana :
Pm : daya maksimum yang dihasilkan angin ( Watt )
ρ : massa jenis udara dengan ketetapan 1,225 kg / m3
A : Luas penampang (m2 )
Pout =V . I . cos ϴ
Dimana :
V : tegangan (volt)
I : arus (A)
4. PROSEDUR PERCOBAAN
RANGKAIAN PENGUKURAN
a. Tanpa Beban
Kecepatan
A (m2 Ρ Pin
Angin Cp
) (kg /m3) (Watt)
(m/s)
b. Menggunakan
2 0,12 1,225 0,593 beban
2,5 0,12 1,225 0,593
Lab. Mesin-mesin Listrik
3 0,12 1,225 0,593
3,5 0,12 1,225 0,593
4 0,12 1,225 0,593
Praktikum Mesin-Mesin Listrik
6. PENGOLAHAN DATA
Kecepatan
A( Ρ Pin
a. Angin Cp Tanpa Beban
2
m) (kg /m3) (Watt)
(m/s)
2 Kecepatan
0,12 Angin
1,225 P0,593
in
(m/s) (Watt)
2,5 0,12 1,225 0,593
3 0,12 2 1,225 0,593
3,5 0,122,5 1,225 0,593
4 0,12 3 1,225 0,593
3,5
4
b. Menggunakan Beban
2 0,0244
2,5 0,0561
3 0,0750
3,5 0,1094
4 0,2520