Anda di halaman 1dari 48

LISTRIK PESAWAT

TRANSFORMATORS
TRANSFORMATORS

Principle of Operation
Types of Transformers
Construction of Transformers
Principle of Operation
Transformator atau sering disingkat dengan istilah Trafo adalah
suatu alat listrik yang dapat mengubah taraf suatu tegangan AC ke
taraf yang lain tanpa merubah frekwensi. Maksud dari pengubahan
taraf tersebut diantaranya seperti menurunkan Tegangan AC dari
220VAC ke 12 VAC ataupun menaikkan Tegangan dari 110VAC ke
220 VAC.

Transformator atau Trafo ini bekerja berdasarkan prinsip Induksi


Elektromagnet dan hanya dapat bekerja pada tegangan yang
berarus bolak balik (AC).

Transformator (Trafo) memegang peranan yang sangat penting


dalam pendistribusian tenaga listrik. Transformator menaikan listrik
yang berasal dari pembangkit listrik PLN hingga ratusan kilo Volt
untuk di distribusikan, dan kemudian Transformator lainnya
menurunkan tegangan listrik tersebut ke tegangan yang diperlukan
oleh setiap rumah tangga maupun perkantoran yang pada umumnya
menggunakan Tegangan AC 220Volt.
Bentuk dan Simbol
Transformator (Trafo)
Simbol Transformer

Transformer 1 fasa

Transformer 3 fasa

Yd
Simbol Transformer (2)

Transformer Pengukuran
Current Transformer

Potential Transformer
Sebuah Transformator yang sederhana pada dasarnya terdiri
dari 2 lilitan atau kumparan kawat yang terisolasi yaitu
kumparan primer dan kumparan sekunder. Pada
kebanyakan Transformator, kumparan kawat terisolasi ini
dililitkan pada sebuah besi yang dinamakan dengan Inti Besi
(Core). Ketika kumparan primer dialiri arus AC (bolak-balik)
maka akan menimbulkan medan magnet atau fluks magnetik
disekitarnya.
Kekuatan Medan magnet (densitas Fluks Magnet) tersebut
dipengaruhi oleh besarnya arus listrik yang dialirinya. Semakin besar
arus listriknya semakin besar pula medan magnetnya. Fluktuasi
medan magnet yang terjadi di sekitar kumparan pertama (primer)
akan menginduksi GGL (Gaya Gerak Listrik) dalam kumparan kedua
(sekunder) dan akan terjadi pelimpahan daya dari kumparan primer
ke kumparan sekunder. Dengan demikian, terjadilah pengubahan
taraf tegangan listrik baik dari tegangan rendah menjadi tegangan
yang lebih tinggi maupun dari tegangan tinggi menjadi tegangan
yang rendah.
KUMPARAN

Beberapa lilitan kawat berisolasi akan membentuk suatu


kumparan. Kumparan tersebut di-isolasi, baik terhadap
inti besi maupun terhadap kumparan lain disebelahnya
dengan isolasi padat, seperti karton, pertinax.
INTI BESI

Inti besi berfungsi untuk mempermudah jalan fluksi, yang


ditimbulkan oleh arus listrik yang melalui kumparan. Pada
transformator, inti besi dibuat dari lempengan-lempengan besi
tipis yang berisolasi, untuk mengurangi panas (sebagai rugi-
rugi besi) yang ditimbulkan oleh Eddy Current
Sedangkan Inti besi pada Transformator atau Trafo pada
umumnya adalah kumpulan lempengan-lempengan besi tipis
yang terisolasi dan ditempel berlapis-lapis dengan kegunaanya
untuk mempermudah jalannya Fluks Magnet yang ditimbulkan
oleh arus listrik kumparan serta untuk mengurangi suhu panas
yang ditimbulkan.
Beberapa bentuk lempengan besi yang membentuk Inti
Transformator tersebut diantaranya seperti :

E I Lamination E E Lamination
L L Lamination U I Lamination
Type of Transformator
Macammacam transformator menurut pemakaiannya dalam
bidang tenaga listrik dikelompokkan menjadi :
a. Transformator Daya. Transformator ini biasanya
digunakan untuk menyalurkan daya listrik dari tegangan
tinggi ke tegangan rendah atau sebaliknya.
b. Tranformator Distribusi. Transformator ini biasanya
digunakan untuk menurunkan tegangan transmisi menjadi
tegangan distribusi.
Transformator distribusi berfungsi untuk menurunkan tegangan
transmisi menengah 20kV ketegangan distribusi 220/380V
sehingga peralatannya adalah unit trafo( 3 phase ).

Trafo dapat dibedakan berdasarkan


tenaganya, trafo 500/150 kV dan
150/70 kV biasa disebut trafo
Interbus Transformator (IBT) dan
trafo 150/20 kV dan 70/20 kV
disebut trafo distribusi.
c. Transformator Instrument. Transformator ini biasanya
digunakan untuk pengukuran yang terdiri atas transformator
arus dan transformator tegangan.
Berdasarkan cara melilitkan kumparan pada inti, dikenal 3 macam
transformator, yaitu tipe inti, tipe cangkang dan tipe berry.
1. Tipe Inti (Core Type) Untuk belitan yang memiliki inti besi yang
dilaminasi
2. Tipe Cangkang (Stell Type) Memiliki lilitan yang mengelililngi inti
yang berbeda di tengah-tengah, jadi perbedaan yang dibandingkan
tipe inti yakni lilitannya berada pada satu kaki yang sama, Pada tipe
cangkang mempunyai tiga buah kaki, dan hanya kaki yang tengah
tengah dibelit oleh kedua kumparan. Kedua kumparan dalam tipe
cangkang ini tidak tergabung secara elektrik, melainkan saling
tergabung secara magnetik melalui inti.
3. Tipe Berry (Coil Type) Transformator dengan tipe ini hanya
didasarkan pada perencanaan, inti transformator ini terdiri
dari lempengan-lempengan yang dalam group tersebut
terpancar dari sebuah pusat inti.
Selain jenis transformator diatas ada 2 jenis transformator
yang paling sering dipakai, yaitu :
Transformator tegangan. Trafo tegangan
digunakan untuk menurunkan tegangan sistem dengan
perbandingan transformasi tertentu. Transformator
Tegangan/Potensial (PT) adalah trafo instrument yang
berfungsi untuk merubah tegangan tinggi menjadi
tegangan rendah sehingga dapat diukur dengan Volt
meter.
Berdasarkan perbandingan antara jumlah lilitan primer dan
jumlah lilitan skunder, transformator tegangan ada dua
jenis yaitu:

Transformator Step Up dan


Transformator Step Down
a. Transformator step up yaitu transformator yang mengubah
tegangan bolak-balik rendah menjadi tinggi, transformator
ini mempunyai jumlah lilitan kumparan sekunder lebih
banyak daripada jumlah lilitan primer (Ns > Np).

b. Transformator step down yaitu transformator yang


mengubah tegangan bolak-balik tinggi menjadi rendah,
transformator ini mempunyai jumlah lilitan kumparan primer
lebih banyak daripada jumlah lilitan sekunder (Np > Ns).
Transformator arus
Transformator arus biasanya digunakan untuk mengukur arus
beban yang besar dalam suatu rangkaian. Dengan
menggunakan transformator arus maka arus beban yang besar
dapat diukur hanya dengan menggunakan alat ukur
amperemeter yang rangenya tidak terlalu besar. Kumparan
primer trafo arus dihubungkan seri dengan jaringan atau
peralatan yang akan diukur arusnya, sedang kumparan sekunder
dihubungkan dengan meter atau relay proteksi. Pada umumnya
peralatan ukur dan relay membutuhkan arus 1 atau 5 A.
Construction of Transformers

Konstruksi Transformator
Gambar di atas memperlihatkan bentuk fisik dari transformator,
dimana tegangan masukan (V1) berbentuk sinusioda dihubungan
pada gulungan primer (N1). Arus arus masukan (I1)
mengakibatkan aliran fluk () pada gulungan (N1) maupun
gulungan (N2). Fluk pada gulungan sekunder (N2) menyebabkan
aliran arus (I2) dan tegangan (V2).
PRINSIP KERJA TANSFORMATOR
Keadaan Transformator Tanpa beban

F
I0

N1 N2
E1 E2

I0
Transformator tanpa beban

V1 E1

Vektor transformator tanpa beban


Keadaan Tanpa Beban
Bila kumparan primer suatu transformator
dihubungkan dengan sumber tegangan V1 yang
sinusoid, akan mengalirlah arus primer Io yang juga
sinusoid dan dengan menganggap belitan N1 reaktif
murni, Io akan tertinggal 90o dari V1 (lihat gambar ).
Arus primer Io menimbulkan fluks (f) yang sefasa
dan juga berbentuk sinusoid.
f = fmaks sin wt
Keadaan Tanpa Beban
Fluks yang sinusoid ini akan
menghasilkan tegangan induksi F
I0
e1 (Hukum Faraday). Fluks yang N1 N2

berubah-ubah memotong E1 E2

suatu kumparan maka pada


kumparan tersebut akan di
induksikan suatu tegangan
listrik :
df
e1 N 1
dt
d (fmaks sin wt )
e1 N1 N1fmaks cos wt (tertinggal 90o dari f)
dt
N1 2ff maks
Harga efektifnya
E1 4,44 N1 ff maks
2
Keadaan Tanpa Beban
Pada rangkaian sekunder, fluks (f) bersama tadi menimbulkan

df F
e2 N 2 I0
dt N1 N2

e2 N 2 wfm cos wt E1 E2

E2 4,44 N 2 ffmaks
E1 N1

E2 N 2

Dengan mengabaikan rugi tahanan dan adanya fluks bocor,


E1 V1 N1
a a = perbandingan transformasi
E2 V2 N 2
Dalam hal ini tegangan E1 mempunyai besaran yang sama
tetapi berlawanan arah dengan tegangan sumber V1.
Keadaan Transformator Berbeban
F1

F2
I1 I2

N1 N2

V1 E1 E2 ZL V2

Apabila kumparan sekunder dihubungkan dengan


beban ZL, I2 mengalir pada kumparan sekunder, di
mana I2 = V2/ZL .
Keadaan Transformator Berbeban
Arus beban I2 ini akan
menimbulkan gaya gerak magnet F1
(ggm) N2 I2 yang cenderung
F2
menentang fluks (f) bersama I1 I2
yang telah ada akibat arus N1 N2
pemagnetan IM. Agar fluks
bersama itu tidak berubah V1 E1 E2 ZL V2

nilainya, pada kumparan primer


harus mengalir arus I2, yang
menentang fluks yang
dibangkitkan oleh arus beban I2,
hingga keseluruhan arus yang
mengalir pada primer menjadi :
I1 I o I '
2
Karena nilai IM dianggap kecil maka I2 = I1
I o I1 I '2
N1I1 = N2I2 atau I1/I2 = N2/N1
Contoh Soal
Sebuah kumparan 8000 lilitan mula-mula melingkupi garis gaya
magnet 2000 Weber setelah 4 sekon melingkupi 4000 Weber
garis gaya. Besar Ggl induksi yang terjadi adalah ?

Diketahui:
N = 8000
d = 4000 2000 = 2000 Weber, dt = 4 s
Ditanya:

JAWAB :

Tanda negatif dijelaskan oleh Hukum Lenz


= - 8000. 2000/4 yang menyatakan bahwa arus induksi selalu
menimbulkan medan magnet induksi yang
= - 8000 . 500
berlawanan dengan perubahan magnet
= - 4 x 10 6 asalnya
Fluks magnetik kumparan pertama mempunyai 200 lilitan
berubah sebesar 0,06 Wb dalam waktu 0,4 s. Pada kumparan
kedua, fluks magnetiknya berubah sebesar 0,08 Wb dalam waktu
0,2 s. Bila jumlah lilitan kedua diganti separuh jumlah lilitan
kumparan pertama maka perbandingan GGL induksi kumparan
pertama dan kedua adalah...
Jawab :
Ideal Transformer
Daya pada rangkaian primer = daya pada rangkaian sekunder

I1 I2

P1 = P2 I2 : I1 = V1 : V2

I1.V1 = I2.V2 =a
V1 V2

= Ratio Trafo
I1.N1 = I2.N2
N1 : N2 = I2 : I1
P1 = Daya Primer V1 = Tegangan Primer
= V1 : V2
P2 = Daya Sekunder V2 = Tegangan
Sekunder =a
I1 = Arus Primer N1 = Jumlah Lilitan = Ratio Trafo
Primer
I2 = Arus Sekunder N2 = Jumlah Lilitan
Sekunder
Sebuah trafo digunakan untuk menaikkan tegangan AC dari 12 V
menjadi 120 V. Hitunglah kuat arus primer, jika kuat arus
sekunder 0,6 A dan hitunglah jumlah lilitan sekunder, jika jumlah
lilitan primer 300.
Diketahui:
Vp = 12 V
Is = 0,6 A Vs = 120 V Np = 300
Ditanya: IP = ... ? dan Ns= ... ?
JAWAB :
Vp/Vs = Is/Ip
Ip = (Vs/Vp) x Is
Ip = (120 V/12 V) x 0,6 A
Ip = 6 A

Vp/Vs = Np/Ns
Ns = (Vs/Vp) x Ns
Ns = (120 V/12 V) x 300
Ns = 3000
Jadi, kuat arus primernya 0,6 A dan kumparan sekunder terdiri atas 3.000
lilitan.
Sebuah transformator dapat digunakan untuk menghubungkan radio transistor 9 volt AC,
dari tegangan sumber 120 volt. Kumparan sekunder transistor terdiri atas 30 lilitan. Jika
kuat arus yang diperlukan oleh radio transistor 400 mA, hitunglah:
a. jumlah lilitan primer,
b. kuat arus primer,
c. daya yang dihasilkan transformator!
Penyelesaian:
Diketahui:

Vp = 120 V Ns = 30 Vs = 9 V Is = 400 mA = 0,4 A

Ditanya: a. Np = ... ? b. Ip = ... ? c. P = ... ?

Pembahasan :
Efesiensi Trafo
Perbandingan antara daya listrik yang keluar dari transformator dan
daya listrik yang masuk ke transformator disebut efisiensi
transformator. Nilai efisiensi transformator dinyatakan dalam
persentase. Efisiensi transformator dapat dinyatakan sebagai berikut.

Karena daya listrik sama dengan hasil kali tegangan dan kuat arus listrik,
efisiensi transformator dapat juga dinyatakan sebagai berikut.
Sebuah trafo memiliki efisiensi 75%. Tegangan inputnya 220 V
dan tegangan outputnya 110 V. Jika kuat arus primer yang
mengalir 2 A, berapakah kuat arus sekundernya?
Jawab:
Diketahui:
= 75%
Vp = 220 V
Vs = 110 V
Ip = 2 A

Ditanya: Is = ... ?
Penyelesaian:
= (Is x Vs/ Ip x Vp) x 100%
75% = (Is x 110 V/2 A x 220 V) x 100%
75 = 11.000 Is /440 A
Is = 75 x 440 A / 11.000
Is = 3 A
Jadi, kuat arus sekundernya sebesar 3 A
Contoh Soal
Sebuah trafo ideal mempunyai 90 lilitan disisi primer dan 2250 lilitan di
sisi sekunder terhubung pada sumber tegangan 120V 60Hz

Hitung:
A. Tegangan efektif yang melalui terminal sekunder
B. Tegangan peak yang melalui terminal sekunder
C. Tegangan sesaat yang melalui sisi sekunder ketika tegangan
sesaat yang melalui sisi primer adalah 37 V

Jawab: C. Ketika e1 = 37 V maka

A. E1/E2 = N1/N2 N2/N1 = 2250/90


120/E2 = 90/2250 = 25 (rasio)
E2 = 3000 V
e2 = 25 x 37
B. E2peak = 2 E2 = 925 V
= 1,414 x 3000
= 4242 V
Kerugian pada Transformer

Rugi-rugi inti:
Rugi-rugi arus pusar / eddy
current
Rugi-rugi hysterisis

Rugi-rugi tembaga
Rugi Arus Pusar
Rugi arus eddy adalah terjadinya arus pusar yang
arahnya ber-putar didalam inti trafo. Arus ini
menimbulkan panas didalam inti trafo.

EDDY CURRENT

INTI BERLAPIS
DAN DISEKAT

Untuk mengurangi rugi arus eddy, inti trafo dibuat


berlapis-lapis masing-masing lapisan disekat,
sehingga arah pusaran arus dipependek.
Rugi Hysterisis

Iex
Rugi hysterisis memperbesar Iex

Untuk mengurangi rugi hysterisis, inti


trafo dibuat dari besi lunak
F

Rugi hysterisis dan arus pusar tetap,


tidak tergantung besar beban
RUGI HYSTERISIS
Rugi-rugi tembaga

l
R
A
R = Tahanan (Ohm)
= Tahanan jenis (Ohm.m)
l = Panjang (m)
A = Luas penampang (m2)
Rugi-rugi tembaga(2)
Rugi tembaga adalah rugi-rugi lilitan primer dan sekunder lilitan primer
dan sekunder terdiri dari kawat tembaga yang mempunyai panjang dan
penampang

RUGI TEMBAGA PRIMER = IP2.RP (Watt)

RUGI TEMBAGA SEKUNDER = IS2.RS (Watt)

RP & RS = Tahanan Primer & Sekunder ()


IP & IS = Arus Primer & Sekunder (Ampere)

Karena rugi tembaga tergantung dari arus primer dan sekunder, maka
rugi tembaga bersifat tidak tetap tergantung beban trafo
Polarity Marking of Transformers
Prinsip Umum Trafo

Masing-masing ujung primer dari suatu transformator suatu


fasa polaritasnya selalu bergantian pada waktu bekerja
karena merupakan tegangan AC. Hal ini sama juga terjadi
pada kumparan sekundernya. Polaritas perlu diketahui
untuk membuat sambungan-sambungan pada
transformator. Polaritas dari transformator (arah belitan)
dapat kita peroleh dari tes polaritas
Fungsi Polaritas Transformator
a. Sebagai penentuan kutub-kutub positif atau negative
pada transformator
b. Untuk menentukan kumparan-kumparan primer atau
sekunder
c. Untuk menghubungkan transformator biasa menjadi
auto transformator
d. Polaritas transformator juga sangat penting untuk
diketahui jika kita akan memparalelkan trafo (untuk
meningkatkan daya trafo) ataupun menserikan trafo
(untuk meningkatkan tegangan trafo)
Fungsi Polaritas Transformator
Di sini kita akan menggunakan 2 metode yakni metode
additive dan metode substractive. Dengan melihat belitan
primer dan belitan sekunder. Apabila terjadi kesalahan
polaritas, hal ini dapat diketahui dengan tidak adanya nilai
pada avometer pada saat pemasangan rangkaian additive
atau substractive

Ujung kumparan tegangan tinggi disambung dengan ujung


kumparan tegangan rendah yang terdekat, ujung yang lain
kita pasangkan voltmeter (V2). Ujung-ujung kumparan
tegangan tinggi dihubungkan sumber dan dipasang
Voltmeter (V2). V3 juga diukur dengan multimeter.
Keadaan Tanpa Beban
Arus Penguat
Arus primer Io yang mengalir pada saat kumparan sekunder tidak
dibebani disebut arus penguat. Dalam kenyataannya arus primer Io
bukanlah merupakan arus induktif murni, hingga ia terdiri atas dua
komponen:
(1) Komponen arus pemagnetan IM, yang menghasilkan fluks (f).
(2) Komponen arus rugi tembaga IC, menyatakan daya yang hilang
akibat adanya rugi histeris dan arus eddy. IC sefasa dengan V1 ,
dengan demikian hasil perkaliannya (IC x V1) merupakan daya (watt)
yang hilang F I0

I0 IM
RC IC IM XM
V1
V1 IC E1

Vektor hubungan fasor Io, IM dan IC Rangkain pengganti Io, IM dan IC


Keadaan Transformator
Berbeban
Bila rugi besi diabaikan (IC diabaikan) maka Io = IM
I1 = IM + I2
Untuk menjaga agar fluks tetap tidak berubah
sebesar ggm yang dihasilkan oleh arus pemagnetan
IM saja, berlaku hubungan :
N1IM = N1I1 N2I2
N1IM = N1(IM + I2) N2I2
Sehingga
N1I2 = N2I2
Karena nilai IM dianggap kecil maka I2 = I1
N1I1 = N2I2 atau I1/I2 = N2/N1
RANGKAIAN EQUIVALENT TRAFO
Untuk mempermudah analisis dalam pengujian, rangkaian primer dan
sekunder dibuat menjadi sebuah rangkaian yang disebut rangkaian
Equivalent.

Rugi tembaga sekunder dilihat


RANGKAIAN RANGKAIAN
dari primer = I22 x R2 PRIMER SEKUNDER

= I12 (I22/I12) x R2 I1 R1 X1 X2 R2 I2
= I12 (I2/I1)2 x R2
V1 E1 E2 V2
2
= I1 x a2 x R2

Dari sini maka resistan sekunder


dilihat dari primer (R2) = a2 R2 I1 R1 X1 X2 R2

Dan reaktan sekunder dilihat


V1
dari primer (X2) = a2 X2

Anda mungkin juga menyukai