Lembar Informasi :
SY Mesin Listrik – D3 1- 1
sebaliknya maka arah penunjukkan pada galvanometer arahnyapun berlawanan yang
menunjukkan bahwa arah arus yang terjadi berlawanan juga.
Jadi yang terjadi dalam percobaan itu adalah apa yang disebut arus imbas yang dihasilkan
oleh tegangan gerak listrik imbas.
Dalam percobaan lainnya Michael Faraday mencobakan sebuah cincin yang terbuat
dari besi lunak, kemudian cincin besi lunak tersebut dililit dengan kawat tembaga
berisolasi (Gambar 1.2 ).
Bila saklar (S) ditutup, maka akan terjadi rangkaian tertutup pada sisi primer, demikian
arus I1 akan mengalir pada rangkaian sisi primer tersebut, sedangkan pada lilitan
sekunder tidak ada arus yang mengalir. Tetapi bila saklar (S) ditutup dan dibuka secara
bergantian maka jarum galvanometer akan memperlihatkan adanya penyimpangan yang
arahnya berubah-ubah kekiri dan kekanan. Perubahan arah penunjukkan jarum galva-
nometer ini disebabkan adanya tegangan induksi pada lilitan sekunder, sehingga I 2 me-
ngalir melalui galvanometer.
Dari percobaan seperti telah dijelaskan diatas Michael Faraday dapat menyimpulkan
bahwa tegangan gerak listrik imbas e didalam sebuah rangkaian listrik adalah sama
dengan perubahan fluks yang melalui rangkaian-rangkaian tersebut.
Jika kecepatan perubahan fluks dinyatakan didalam weber/detik, maka tegangan gerak
listrik e dinyatakan dalam Volt, yang dalam bentuk persamaannya adalah :
d
e=− ……………………….………………… (1- 1)
dt
SY Mesin Listrik – D3 1- 2
pers (1 - 1) ini dikenal dengan hukum Induksi Faraday, tanda negatif menunjukkan
bahwa arus induksi akan selalu mengadakan perlawanan terhadap yang meng-
hasilkan arus induksi tersebut. Bila coil terdiri dari N Lilitan, maka tegangan gerak
listrik imbas yang dihasilkan merupakan jumlah dari tiap lilitan, dalam bentuk persa-
maan :
d
e = −N …………………………………………………(1 – 2)
dt
dan Nd dinamakan tautan fluksi (Flux Linkages) didalam alat tersebut.
Definisi Transformator
Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan mengubah energi
Listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik yang lain dengan fre-
kuensi yang sama, melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi
elektromagnet.
Secara konstruksinya transformator terdiri atas dua kumparan yaitu primer dan sekun-
der. Bila kumparan primer dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik, maka
fluks bolak-balik akan terjadi pada kumparan sisi primer, kemudian fluks tersebut akan
mengalir pada inti transformator, dan selanjutnya fluks ini akan mengimbas pada kum-
paran yang ada pada sisi sekunder yang mengakibatkan timbulnya fluks magnet di sisi
sekunder, sehingga pada sisi sekunder akan timbul tegangan (Gambar 1.3 ).
Berdasarkan cara melilitkan kumparan pada inti, dikenal dua jenis transformator, yaitu
tipe inti (core type) dan tipe cangkang (shell type).
Pada transformator tipe inti (Gambar 1.4), kumparan mengelilingi inti, dan pada
umumnya inti transformator L atau U. Peletakkan kumparan pada inti diatur secara
berhimpitan antara kumparan primer dengan sekunder. Dengan pertimbangan komplek-
sitas cara isolasi tegangan pada kumparan, biasanya sisi kumparan tinggi diletakkan di
sebelah luar.
SY Mesin Listrik – D3 1- 3
Gambar 1.4 Transformator Tipe Inti Gambar 1.5 Tranformator Tipe Cangkang
Sedangkan pada transformator tipe cangkang (Gambar 1.5) kumparan dikelilingi oleh
inti, dan pada umumnya intinya berbentuk huruf E dan huruf I, atau huruf F.
Untuk membentuk sebuah transformator tipe Inti maupun Cangkang, inti dari
transformator yang berbentuk huruf tersebut disusun secara berlapis-lapis (laminasi),
jadi bukan berupa besi pejal.
Sebuah transformator dikatakan ideal, apabila dalam perhitungan dianggap tidak ada
kerugian-kerugian yang terjadi pada transformator tersebut, seperti rugi akibat resis-
tansi, induktansi, arus magnetisasi, maupun akibat fluks bocor. Jika sebuah trans-
formator tanpa beban (Gambar 1.7 ), kumparan primernya dihubungkan dengan dengan
sumber tegangan arus bolak-balik (abb) sinusoid V1 , maka akan mengalir arus primer
I 0 yang juga mempunyai bentuk gelombang sinusoidal, bila diasumsikan kumparan
0
N1 merupakan reaktif murni, maka I 0 akan tertinggal 90 dari V1 . Arus primer ini
akan menimbulkan fluks sinusoidal yang sefasa,
SY Mesin Listrik – D3 1- 4
= maks sin t ……………………………..….(1 – 3)
Gambar 1.7 Transformator Tanpa Beban Gambar 1.8 Arus Tanpa Beban
maka pada sisi sekunder, fluks tersebut akan mengakibatkan timbulnya tegangan E 2 .
d
e2 = −N2 Volt
dt
e 2 = − N 2 maks cost Volt
E 2 = 4,44 N 2f maks Volt ……………………………………..…………………..(1 – 5)
Arus primer yang mengalir pada transformator saat sekunder tanpa beban, bukan me-
upakan arus induktif murni, tetapi terdiri dari dua komponen arus yaitu arus mag-
netisasi ( I m ) dan arus rugi tembaga ( I C ). Arus magnetisasi ini menghasilkan fluks (Φ).
SY Mesin Listrik – D3 1- 5
Bentuk gelombang arus magnetisasi (Gambar 1.8) yang berbentuk sinusoidal akan ber-
ubah bentuk akibat pengaruh sifat besi (inti) yang tidak linear, sehingga bentuk gelom-
bang berubah seperti yang diperlihatkan pada Gambar 1.9.
V V
1 = 2. 2 sin t , efektifnya V1 = 2
K K
sedangkan untuk arus :
i1 = 2.I 2 .K sin( t − )
= 2I1 . sin( t − )
SY Mesin Listrik – D3 1- 6
V1 V2 / K V
Z in = = = 22
I1 I2K I2K
Pada sub bab terdahulu telah dijelaskan bagaimana keadaan transformator secara ideal
baik saat tanpa beban maupun berbeban. Dalam prakteknya apabila sisi kumparan
sekunder transformator diberi beban (Gambar 1.11) maka besar tegangan yang di induk-
sikan (E2) tidak akan sama dengan tegangan pada terminal (V2), hal ini terjadi karena
adanya kerugian pada kumparan transformator.
Apabila transformator diberi beban Z L maka arus I 2 akan mengalir pada beban terse-
but, arus yang mengalir ini akan mengakibatkan timbulnya gaya gerak magnet (ggm)
N 2 I 2 yang mana arahnya cenderung melawan arah fluks bersama yang telah ada dise-
babkan arus magnetisasi I m .
Untuk menjaga agar fluks bersama yang telah ada bisa dijaga dipertahankan nilainya,
maka pada sisi kumparan primer arus mengalir arus I '2 yang menentang fluks yang
dibangkitkan oleh arus beban I '2 , sehingga arus yang mengalir pada sisi kumparan pri-
mer menjadi :
I1 = I 0 + I 2 dimana I 0 = I C + Im , apabila I C (rugi besi) diabaikan, maka nilai I 0 =
I m , sehingga I1 = I m + I 2 . Untuk menjaga agar fluks bersama yang ada pada inti
transformator tetap nilainya, maka :
SY Mesin Listrik – D3 1- 7
1.4. Rangkaian Ekuivalen
Untuk memudahkan dalam menganalisa sebuah transsformator maka kita perlu me-
ngetahui bagaimana rangkaian ekuivalen (model rangkaian) dari transformator tersebut .
Model rangkaian transformator dikembangkan oleh Steintmetz , dengan model ini me-
mungkinkan kita untuk menganalisa sebuah rangkaian dari peralatan yang sangat non-
linear dapat dianalisa dengan teori rangkaian linear .
Ø
+
i1
• •+ i2
1 N1 l 1 l 2 N2 2 ZL
-
- Resistansi Resistansi
Kumparan = r1 Kumparan = r2
Kedua kumparan bisa dianggap sumber tegangan yang mempunyai tegangan didalam-
nya, masing-masing e1' dan e 2' dan mempunyai resistansi r1 dan r2 , lihat gambar 1.13.
•+
r1 Ø
i1 r2
+•
•+ i2
+
•
1 e1
'
l 1 l 2 e2
'
2 ZL
- - -•
-• N1 N2
Selanjutnya efek reaktansi bocor bisa ditunjukkan secara terpisah dari fluks bersama
dan tegangan yang melalui kedua koil menunjukkan akibat bocor pada sisi primer dan
sekunder .
SY Mesin Listrik – D3 1- 8
l 1
N1 N2
l 2
•+
r1 Ø
r2
•+
i1
+ • el •
i2
+
1
el
1 e1 ! e1 e2 2
e2 ! ZL 2
- - - -
Gambar 1.14 Induktansi atau Reaktansi Bocor Transformator
di1 di 2
el1 = Ll1 dan el 2 = −L l …………………………………………(1 – 8)
dt 2 dt
kemudian : i 2 = 2 I 2 sin t
dimana I 2 arus efektif dari sekunder , maka tegangan jatuh akibat reaktansi bocor
adalah :
di
− el 2 = Ll 2 2
dt
d
= Ll 2 ( 2 I 2 sin t
dt
= Ll 2 ( 2 I 2 cos t
sehingga − E l 2 max = 2Ll 2 I 2 dan nilai efektif dan − El = Ll I2 .
2 2
Perlu diperhatikan arus adalah fungsi sinus , lagging tegangan cosinus sebesar 90 0 .
Dalam phasor efektif
− E l 2 = j(Ll 2 )I 2
untuk primer
E l1 = j(Ll1 )I1
maka resistansi bocor dari primer dan sekunder adalah :
x1 Ll1 = N12l1 ……………………………………..(1 – 9)
Besarnya fluks yang terjadi pada inti sebuah transformator bisa kita peroleh ber-
dasarkan hukum Faraday :
d
e1 = N1
dt
1
= e1dt
N1
SY Mesin Listrik – D3 1- 9
2E1
maka =− cos(t + )
N1
2E1 1 V1
dan = = ……………………………………………….(1 – 12)
N1 2f N1
persamaan diatas juga menyatakan jika tegangan sinusoidal (juga fluks) , tetapi lagging
dari tegangan sebesar 90 .
Inti transformator merupakan elemen yang bersifat nonlinear. Seperti yang dijelaskan
pada sub bab sebelumnya bahwa pada inti akan timbul rugi histerisis, ditambah ber-
ubah-ubahnya fluks inti oleh tegangan induksi didalam inti itu sendiri .
Tegangan ini menyebabkan “ eddy like currents” bersirkulasi didalam inti. “ Eddy
Currents” menyebabkan rugi-rugi I 2R didalam inti .
E E1
Xm = 1 dan R c = ………………………………….(1 – 13)
I Ih +e
Rugi inti dalam watt
E 2
Pc = E1.I h + e = I h + e 2 R c = 1 Watt …………………………..(1 -14)
Rc
Berdasarkan pembahasan sebelumnya kita telah membahas rugi-rugi yang terjadi dida-
lam sebuah transformator, maka untuk memudahkan menganalisis kerja transformator
tersebut dapat dibuat rangkaian ekuivalen dan vektor diagramnya. Rangkaian ekuivalen
ini dapat dibuat dengan acuan sisi primer atau acuan sisi sekunder .
SY Mesin Listrik – D3 1 - 10
➢ Rangkaian Ekuivalen dengan Acuan Sisi Primer
1 1
R1 X1 X2 R2 I 2K
+ K 2
K2
+ I ex •
Ih +e I
E ZL V2
V1 E = 2
Rc Xm 1 K K 2 K
- -•
Gambar 1.15 Rangkaian Ekuivalen dengan Acuan Sisi Primer
- -•
Gambar 1.16 Rangkaian Ekuivalen dengan Acuan Sisi Primer disederhanakan
Yang dimaksud dengan acuan sisi primer adalah apabila parameter rangkaian sekunder
dinyatakan dalam harga rangkaian primer dan harganya perlu dikalikan dengan faktor
1
(Gambar 1.15). Untuk memudahkan dalam menganalisis, rangkaian ekuivalen pa-
K 2
da gambar 1.15 dapat disederhanakan lagi, seperti diperlihatkan pada gambar 1.16.
Berdasarkan rangkaian diatas kita dapat menentukan nilai parameter yang ada pada
transformator tersebut berdasarkan persamaan-persamaan berikut ini.
SY Mesin Listrik – D3 1 - 11
E2 N2 E
= = K atau E1 = 2 ………….………………...(1 -20)
E1 N1 K
maka :
1
E1 = (I 2 .Z L + I 2 .R 2 + I 2 .X 2 )
K
I2' N 2 I '
sedangkan = = K atau I 2 = 2
I2 N1 K
sehingga
1 I2' I ' I '
E1 = ( Z L + 2 R 2 + 2 X 2 ) ……………………..(1 – 21)
K K K K
V
dan V1 = 2 + I1 (R eq1 + jX eq1 ) ………………………….…(1 – 22)
K
V1K R cK 2 Xm K 2 ZL V2
E 2 = E1 K
- -•
Gambar 1.17 Rangkaian Ekuivalen dengan Acuan Sisi Sekunder
I1
R eq 2 X eq 2
K +
+
I ex •
K
Z
V1K E 2 = E1 K
eq 2 Z L V2
R cK 2 Xm K 2
- -•
Gambar 1.18 Rangkaian Ekuivalen Transformator dengan Acuan Sisi Sekunder
yang disederhanakan
SY Mesin Listrik – D3 1 - 12
V1K
I 2 Z eq 2
I 2 X eq 2
V2
I 2 R eq 2
I2
= R eq 2 + jX eq 2 ) ……………………….…………………..(1-23)
X eq 2 = X1K 2 + X 2 ……………………………………………….(1-25)
= K.V1 − (I 2 .K 2 .R1 + I 2 .K 2 .X1)……………………..…….(1-28)
= KV1 − (I 2 .K 2 .R1 + I 2 .K 2 .X1) − (I 2 .R 2 + I 2 .X 2 )
= K.V1 − I 2 (R eq 2 + jX eq 2) …………………………………(1-29)
SY Mesin Listrik – D3 1 - 13