TEORI UMUM
2.1
Transformator Distribusi
Transformator merupakan suatu alat listrik statis yang mampu mengubah
maupun menyalurkan energi listrik arus bolak balik dari satu atau lebih rangkaian
listrik ke rangkaian listrik arus bolak balik yang lain, melalui suatu gandengan
magnet dan berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik. Pada penyaluran tenaga
listrik arus bolak-balik, penggunaan transformator untuk menaikan tegangan sistem
dapat mengurangi rugi-rugi daya saluran [8] [9].
Dalam bidang tenaga listrik pada umumnya pemakaian transformator dapat
dibagi mejadi tiga bagian yaitu:
1. Transformator Distribusi;
2. Transformator Transmisi;
3. Transformator Instrument.
Pada penelitian ini penulis hanya memfokuskan materi transformator khususnya pada
transformator distribusi, dimana transformator distribusi umumnya digunakan sebagai
sub distribusi tenaga listrik yang mendistribusikan energi listrik ke transformatortransformator distribusi tegangan rendah.
Pada umumnya pusat pembangkit tenaga listrik berada jauh dari pengguna
tenaga listrik, untuk mentransmisikan tenaga listrik dari pembangkit menuju beban
dibutuhkan tegangan yang tinggi seperti tegangan 150 kV atau tegangan ekstra tinggi
500 kV.
kWH meter
Ke GD
Pembangkit Listrik
TM
Transformator Penaik
Transformator Penurun
GI
GI
TT/ET
GD
TM
TR
Instalasi
Pemakai TR
Ke Pemakai TM
Pembangkit
Saluran
Transmisi
Saluran
Distribusi
Skunder
Utilisasi
Karena arus yang mengalir merupakan arus bolak balik, maka fluks yang
terbentuk pada inti akan mempunyai arah dan jumlah yang berubah-ubah pula. Fluks
yang dibangkitkan mengalir melalui inti, dan pada inti tersebut terdapat belitan
primer dan sekunder, maka pada belitan primer dan sekunder tersebut akan timbul ggl
(gaya gerak listrik) induksi, tetapi arah ggl induksi primer berlawanan dengan arah
ggl induksi sekunder. Sedangkan frekuensi masing-masing tegangan primer sekunder
adalah sama. Hubungan transformasi tegangan adalah sebagai berikut:
E1 N1
=
= a ........................................................ (2.1)
E2 N 2
dimana:
E 1 = ggl Induksi di sisi primer (volt)
E 2 = ggl Induksi di sisi sekunder (volt)
N 1 = jumlah belitan di sisi primer (lilit)
N 2 = jumlah belitan di sisi sekunder (lilit)
a = perbandingan transformasi
2.1.1 Tegangan Umum Primer Transformator Distribusi
Tegangan primer sesuai dengan tegangan nominal pada Jaringan Tegangan
Menengah (JTM) yang terdapat pada ketenaga listrikan di Indonesia 6 kV dan 20 kV.
Pada Jaringan Tegangan Menengah (JTM) maka tegangan fasa ke netral adalah:
20 kV/ 3 = 11,8 = 12 kV atau biasa disebut tegangan pengenal.
transformator yang memiliki rating yang sama dengan mempertemukan ujungujungnya pada satu titik seperti terlihat pada Gambar 2.2.
IR
VR
VRS
VS
VT
VTR
IS
S
IT
IN
VST
T
N
b.
Hubungan Bintang-Zigzag
Hubungan bintang-zigzag ini mempunyai tiga buah belitan di sisi primer
Sisi Sekunder
T
c3
b3
a3
r
c4
b4
c2
S
c1
a4
b1
a1
b2
a2
Sisi Primer
2.2
transformator (fasa R, fasa S, fasa T) mengalirlah arus di netral transformator [10]. Arus
yang mengalir pada penghantar netral transformator ini menyebabkan losses (rugi-rugi).
Rugi-rugi transformator distribusi antara lain:
2.2.1 Losses (rugi-rugi) pada Penghantar Netral
Losses pada penghantar netral transformator ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
PN = I N2 RN .................................................................. (2.2)
dimana:
P N = losses pada penghantar netral transformator (watt)
IN = arus yang mengalir pada netral transformator (A)
RN = tahanan penghantar netral transformator ()
Sedangkan losses yang diakibatkan karena arus netral yang mengalir ke tanah
(ground) dapat dihitung dengan perumusan sebagai berikut:
PG = I G2 RG .................................................................... (2.3)
dimana:
PG = losses akibat arus netral yang mengalir ke tanah (watt)
IG = arus netral yang mengalir ke tanah (A)
RG = tahanan pembumian netral transformator ()
2.2.2
a. Harmonisa
arus
menyebabkan
meningkatnya
rugi-rugi
tembaga
yang
dinyatakan dengan:
Konsentrasi arus pusar lebih tinggi pada ujung-ujung belitan transformator karena
efek kerapatan medan magnet bocor pada kumparan yang menyebabkan
fenomena terjadinya arus pusar.
Bertambahnya rugi-rugi arus pusar karena harmonisa berpengaruh pada
temperatur kerja transformator yang terlihat pada besar rugi-rugi daya nyata (watt)
akibat arus pusar ini.
dimana:
h
P EC
P EC-R = faktor rugi-rugi arus pusar (ANSI/IEEE Standard C57; P EC-R = 1%)
Ih
Menurut Standar PLN no 50 nilai rugi-rugi daya transformator distribusi dapat dilihat
pada Tabel 2.1 [10].
Tabel 2.1 Nilai Rugi-rugi Transformator Distribusi
Menurut Standar IEC Publ 76, SPLN 50-1997
KVA (Rating)
25
50
100
160
200
250
315
400
680
800
1000
1250
1600
Tabel 2.1 menunjukkan standar rugi-rugi yang dikeluarkan oleh IEC Publ. 76, SPLN
50-1997, dimana transformator yang menjadi objek penelitian memiliki kapasitas 160
kVA. Oleh karena itu dari tabel 2.1 diperoleh nilai rugi-rugi besi sebesar 400 watt dan
nilai rugi-rugi tembaga sebesar 2.000 watt.
2.3
tegangan dan arus. Beban linier merupakan beban yang mengeluarkan bentuk
gelombang yang berbentuk linier, dimana arus yang mengalir sebanding dengan
tahanan dan perubahan tegangan.
Pada beban linier ini, bentuk gelombang arus akan mengikuti bentuk
gelombang tegangan yang ditimbulkannya. Bila gelombang tegangan berbentuk
sinusoidal, bentuk gelombang arus juga membentuk sinusoidal (Gambar 2.4).
Contoh-contoh beban listrik linier:
1) Pemanasan Resistif
2) Lampu-lampu Pijar
3) Motor-motor induksi dengan putaran konstan
4) Motor-motor sinkron
mechanic switch
Source
Load
2.3.2
tegangan dan arus, sehingga bentuk gelombangnya berubah atau cacat [1] [12]. Beban
non-linier inilah yang menimbulkan atau menghasilkan harmonisa (Gambar 2.5).
static switch
Source
Load
berbeda yang merupakan perkalian bilangan bulat dengan frekuensi dasarnya. Hal ini
disebut frekuensi harmonisa yang timbul pada bentuk gelombang aslinya sedangkan
bilangan bulat pengali frekuensi dasar disebut angka urutan harmonisa. Misalnya,
frekuensi dasar suatu sistem tenaga listrik adalah 50 Hz, maka harmonisa keduanya
adalah gelombang dengan frekuensi sebesar 100 Hz, harmonisa ketiga adalah
....... (2.6)
atau
dengan h = 1, 2, 3, ..............
Dimana Ah dan Bh adalah koefisien dari tiap harmonisa, ditentukan sebagai
berikut :
T
Ah =
1
f (t ) cos ht dt ......................................................... (2.8)
T / 2 0
T
1
Bh =
f (t ) sin ht dt ......................................................... (2.9)
T / 2 0
........
(2.10)
dengan:
Vo = komponen DC dari gelombang tegangan (konstan)
dan
fh
........................................................................... (2.11)
f1
dengan:
h = orde harmonisa
f h = frekuensi harmonisa ke-h
f 1 = frekuensi fundamental
Sesuai dengan definisi diatas, maka orde harmonisa frekuensi dasar f o adalah 1.
Artinya orde ke-1 bukan harmonisa melainkan frekuensi fundamental dan orde ke-2
sampai orde ke-h yang merupakan harmonisa.
b. Spektrum
Spektrum adalah distribusi dari semua amplitudo komponen harmonisa
sebagai fungsi dari orde harmonisa, dan diilustrasikan menggunakan histogram. Bisa
dikatakan spektrum adalah merupakan perbandingan arus atau tegangan pada
frekuensi harmonisa terhadap arus atau tegangan pada frekuensi fundamental.
Spektrum digunakan sebagai dasar perancangan filter untuk mengurangi harmonisa,
terutama bila yang digunakan adalah filter pasif. Gambar spektrum harmonisa
diperlihatkan pada Gambar 2.8 berikut.
I h / I1 (%)
100
50
3
5
Order harmonisa (h)
Vrms
=
Vh
2
h =1
....................................................... (2.12)
I rms
1
Ih
=
2
h =1
................................................. (2.13)
dengan:
THDV =
V
h=2
V1
2
h
dimana :
V 1 = Tegangan fundamental
V h = Tegangan harmonisa ke-h
h = 2, 3, 4 , 5, ........
THD untuk gelombang arus adalah:
I
h=2
THDi =
I1
2
h
dengan:
I1 = Arus fundamental
I h = Arus harmonisa ke-h
h = 2, 3, 4 , 5, ........
TDD =
I
h=2
IL
2
h
Hasil perhitungan sebaiknya tidak melebihi atau sama dengan nilai yang ditetapkan
oleh standar yang berlaku. Bila hasilnya lebih maka tingkat harmonisa sistem
membahayakan komponen-komponen sistem dan sebaiknya harus difikirkan cara
menguranginya. Ada dua kriteria yang digunakan dalam analisis distorsi harmonisa,
limitasi untuk distorsi arus harmonisa dan distorsi tegangan harmonisa. Standar yang
dipakai untuk limitasi tegangan harmonisa yang terdapat pada PCC adalah IEEE519-1992.
Distorsi Tegangan
Individu
(%)
3.0
Total Distorsi
Tegangan (THD V )
(%)
5.0
69 kV < V 161 kV
1.5
2.5
V > 161 kV
1.0
1.5
Standar Batas Harmonisa Arus sesuai standard IEEE 519-1992 dapat dilihat pada
Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Standard Distorsi Arus untuk Sistem Distribusi
Distorsi arus harmonisa maksimum dalam % dari I L
Orde harmonisa individual (ODD harmonics)
Isc / I L
< 11
11 h < 17
17 h < 23
23 h < 35
H 35
THD
< 20
20 50
50 100
100 1000
> 1000
4
7
10
12
15
2
3.5
4.5
5.5
7
1.5
2.5
4
5
6
0.6
1
1.5
2
2.5
0.3
0.5
0.7
1
1.4
5
8
12
15
20
dengan:
I SC
IL
Frekuensi
50
100
150
200
250
300
350
400
Urutan
Harmonisa ini dapat menghasilkan arus netral yang lebih tinggi dari arus fasa
karena saling menjumlah di tiap fasanya. Harmonisa pertama urutan polaritasnya
adalah positif, harmonisa kedua urutan polaritasnya adalah negatif dan harmonisa
ketiga urutan polaritasnya adalah nol, harmonisa keempat adalah positif (berulang
berurutan dan demikian seterusnya).
Akibat yang ditimbulkan oleh arus urutan nol dari komponen harmonisa (Tabel
2.5) antara lain tingginya arus netral pada sistem tiga fasa empat kawat (sisi
sekunder transformator) karena arus urutan nol (zero sequence) kawat netral 3 kali
arus urutan nol masing-masing fasa.
Tabel 2.5 Akibat dari polaritas komponen harmonisa
Polaritas
Urutan
Positif
- Panas
Negatif
- Panas
- Menghambat atau memperlambat putaran motor
Nol
- Panas
- Menimbulkan atau menambah arus pada kawat netral
(I h )
K=
I
2
h
2
h
.......................................... (2.19)
Hubungan antara faktor K dengan nilai rms total arus harmonisa dalam per unit
ditunjukkan oleh persamaan,
2
h
1 + PEC R
(pu) ......................... (2.20)
1 + K PEC R
( I
2
h
dengan:
P EC-R adalah faktor rugi-rugi arus pusar
h adalah harmonisa ke-h
I h adalah arus harmonisa ke-h
I h 2 adalah merupakan komponen rugi-rugi I2R dalam p.u, sedangkan
( I
2
h
Untuk mencari faktor eddy current losses dapat dilihat pada nilai P EC-R Tabel 2.6.
Tabel 2.6 Nilai khusus P EC-R
Transformer test data and the procedure in ANSI/IEEE Standard C57.110 [1]
Type
Dry
MVA
1
1.5
1.5
Oil-Filled 2.5
2.5 to 5
>5
2.5
Voltage
5 kV HV
15 kV HV
480 V LV
480 V LV
480 V LV
% P EC-R
3 8
12 20
9 - 15
1
15
9 - 15
spesifikasi transformator, jenis komposisi beban dan data gangguan serta perawatan
transformator di kompleks BMM.
TR
3 Restoran besar 23.100 VA
TM
GD
Diagram satu garis ditunjukkan pada Gambar 2.9. Sedangkan jenis dan jumlah beban
terpasang seperti ditunjukkan oleh Tabel 2.7 dengan total beban sebesar 86.500 VA.
2.5.1 Spesifikasi Transformator Distribusi di Kompleks BMM
Spesifikasi Transformator Distribusi yang terdapat di Kompleks BMM
Medan adalah seperti di bawah ini,
Pabrik Pembuat
: MORAWA
Type
: Outdoor
Daya
: 160 KVA
Tegangan
: 20 KV/400 volt
Hubungan
: Yzn5
Impedansi
: 4%
Transformator
: 3 fasa
Pendingin
: Onan
No
Data beban
Daya
Jenis beban
3 restoran besar
7700 VA
23100 VA
2 restoran biasa
6600 VA
13200 VA
2200 VA
22000 VA
4400 VA
17600 VA
1 usaha cucian
10600 VA
86.500 VA
Transformator
2006
1 kali pergantian
2006
1 kali pergantian
2007
1 kali pergantian
2007
1 kali pergantian
2007
1 kali pergantian
2008
2 kali pergantian
2009
1 kali pergantian
Kapasitas transformator
Pergantian
Transformator
Transformator
lama
pengganti
Unindo Jakarta
Sintra Jakarta
Sintra Jakarta
Unindo Jakarta
Unindo Jakarta
Unindo Jakarta
Unindo Jakarta
Bambang Jaya
Bambang Jaya
Sintra Jakarta
Sintra Jakarta
Morawa Medan
Bambang Jaya
Morawa Medan
Bambang Jaya
Morawa Medan