Anda di halaman 1dari 25

BAB 2

TEORI UMUM

2.1

Transformator Distribusi
Transformator merupakan suatu alat listrik statis yang mampu mengubah

maupun menyalurkan energi listrik arus bolak balik dari satu atau lebih rangkaian
listrik ke rangkaian listrik arus bolak balik yang lain, melalui suatu gandengan
magnet dan berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik. Pada penyaluran tenaga
listrik arus bolak-balik, penggunaan transformator untuk menaikan tegangan sistem
dapat mengurangi rugi-rugi daya saluran [8] [9].
Dalam bidang tenaga listrik pada umumnya pemakaian transformator dapat
dibagi mejadi tiga bagian yaitu:
1. Transformator Distribusi;
2. Transformator Transmisi;
3. Transformator Instrument.
Pada penelitian ini penulis hanya memfokuskan materi transformator khususnya pada
transformator distribusi, dimana transformator distribusi umumnya digunakan sebagai
sub distribusi tenaga listrik yang mendistribusikan energi listrik ke transformatortransformator distribusi tegangan rendah.
Pada umumnya pusat pembangkit tenaga listrik berada jauh dari pengguna
tenaga listrik, untuk mentransmisikan tenaga listrik dari pembangkit menuju beban
dibutuhkan tegangan yang tinggi seperti tegangan 150 kV atau tegangan ekstra tinggi

Universitas Sumatera Utara

500 kV.

Selanjutnya setelah sampai di pusat pembebanan (pemakai) tegangan

diturunkan kembali menjadi tegangan menengah 20 kV.


Tegangan menengah dari gardu induk ini melalui saluran distribusi primer
untuk disalurkan ke gardu-gardu distribusi atau pemakai tegangan menengah. Dari
saluran distribusi primer, tegangan menengah diturunkan menjadi tegangan rendah
400/230 V melalui transformator distribusi. Tegangan rendah disalurkan melalui
saluran tegangan rendah ke konsumen. Bentuk sederhana dari sistem distribusi tenaga
listrik ditunjukan pada Gambar 2.1 berikut.

kWH meter
Ke GD
Pembangkit Listrik
TM

Transformator Penaik

Transformator Penurun

GI

GI
TT/ET

GD
TM

TR

Instalasi
Pemakai TR

Ke Pemakai TM

Pembangkit

Saluran
Transmisi

Saluran Distribusi Primer

Saluran
Distribusi
Skunder

Utilisasi

Gambar 2.1 Diagram satu garis Sistem Distribusi Tenaga Listrik


Transformator distribusi yang umum digunakan adalah transformator stepdown 20 kV/400V. Pada kumparan primer akan mengalir arus jika kumparan primer
dihubungkan ke sumber tegangan bolak-balik, sehingga pada inti transformator yang
terbuat dari bahan ferromagnet akan terbentuk sejumlah garis-garis gaya magnet
(fluks = )

Universitas Sumatera Utara

Karena arus yang mengalir merupakan arus bolak balik, maka fluks yang
terbentuk pada inti akan mempunyai arah dan jumlah yang berubah-ubah pula. Fluks
yang dibangkitkan mengalir melalui inti, dan pada inti tersebut terdapat belitan
primer dan sekunder, maka pada belitan primer dan sekunder tersebut akan timbul ggl
(gaya gerak listrik) induksi, tetapi arah ggl induksi primer berlawanan dengan arah
ggl induksi sekunder. Sedangkan frekuensi masing-masing tegangan primer sekunder
adalah sama. Hubungan transformasi tegangan adalah sebagai berikut:

E1 N1
=
= a ........................................................ (2.1)
E2 N 2
dimana:
E 1 = ggl Induksi di sisi primer (volt)
E 2 = ggl Induksi di sisi sekunder (volt)
N 1 = jumlah belitan di sisi primer (lilit)
N 2 = jumlah belitan di sisi sekunder (lilit)
a = perbandingan transformasi
2.1.1 Tegangan Umum Primer Transformator Distribusi
Tegangan primer sesuai dengan tegangan nominal pada Jaringan Tegangan
Menengah (JTM) yang terdapat pada ketenaga listrikan di Indonesia 6 kV dan 20 kV.
Pada Jaringan Tegangan Menengah (JTM) maka tegangan fasa ke netral adalah:
20 kV/ 3 = 11,8 = 12 kV atau biasa disebut tegangan pengenal.

Universitas Sumatera Utara

2.1.2 Tingkatan Daya Transformator Distribusi


Tegangan Sekunder sesuai dengan tegangan nominal pada Jaringan Tegangan
Rendah (JTR) yang terdapat pada ketenaga listrikan di Indonesia 220V/380V pada
beban tiga fasa. Tingkatan daya transformator distribusi secara umum berdasarkan
SPLN (Standarisasi Perusahaan Listrik Negara tahun 1978) yang digunakan adalah
160 kVA [10].
2.1.3 Hubungan Belitan Transformator Tiga Fasa
Pada transformator tiga fasa besar tegangan antar fasa (VL-L) dan daya
transformator (kVA) tidak tergantung dari hubungan belitannya. Akan tetapi
tergantung pada tegangan fasa netral (VL-N), dan arus dari masing-masing
transformator tergantung pada hubungan belitannya[8] [9].
Secara umum hubungan belitan transformator tiga fasa terbagi atas dua jenis,
yaitu hubungan wye (Y) dan hubungan delta).
( Masing -masing hubungan belitan
ini memiliki karakteristik arus dan tegangan yang berbeda. Pada penelitian ini
transformator yang dijadikan objek penelitian adalah jenis Yzn5. Berikut ini disajikan
uraian singkat tentang jenis hubungan belitan Wye dan jenis hubungan Zig-Zag.
a.

Hubungan Wye (Y)


Hubungan ini dapat dilakukan dengan menggabungkan ketiga belitan

transformator yang memiliki rating yang sama dengan mempertemukan ujungujungnya pada satu titik seperti terlihat pada Gambar 2.2.

Universitas Sumatera Utara

IR

VR

VRS
VS

VT

VTR
IS
S

IT
IN

VST
T
N

Gambar 2. 2 Transformator Hubungan Y


Dalam hubungan Y dengan memakai kawat netral dalam keadaan seimbang
dapat kita ketahui sebagai berikut:
VR = Vs = VT = V ph (volt)
VRs = VsT = VTR = 3 V ph = V L (volt)
IR = Is = IT = IL = I ph (amp)
dimana : V L = Tegangan line to line (volt)
V ph = Tegangan fasa (volt)
I L = Arus line to line (amp)
I ph = Arus fasa (amp)

b.

Hubungan Bintang-Zigzag
Hubungan bintang-zigzag ini mempunyai tiga buah belitan di sisi primer

terhubung bintang dan enam buah belitan di sisi sekunder masing-masing


dihubungkan zigzag, untuk kelompok hubung transformator Yzn5 diperlihatkan
seperti pada Gambar 2.3.

Universitas Sumatera Utara

Sisi Sekunder

T
c3

b3

a3
r

c4

b4

c2

S
c1

a4

b1

a1

b2

a2

Sisi Primer

Gambar 2. 3 Transformator Hubungan Bintang-Zigzag (Yzn5)


Besaran di sisi primer:
I R = I S = I T = I ph = I L (amp); arus fasa sama dengan arus line
V R = V S = V T = V ph (volt); tegangan fasa
V RS = V ST = V TR =

3 V ph = V L (volt); tegangan line

Besaran di sisi sekunder:


i r = i s = i t = i ph = i L (amp); arus fasa sama dengan arus line
v r = v s = v t = v ph (volt); tegangan fasa
v rs = v st = v tr =

3 v ph = v L (volt); tegangan line

Universitas Sumatera Utara

2.2

Rugi-rugi dan Pemanasan Pada Transformator Distribusi


Sebagai akibat dari beban non linier antara tiap fasa pada sisi sekunder

transformator (fasa R, fasa S, fasa T) mengalirlah arus di netral transformator [10]. Arus
yang mengalir pada penghantar netral transformator ini menyebabkan losses (rugi-rugi).
Rugi-rugi transformator distribusi antara lain:
2.2.1 Losses (rugi-rugi) pada Penghantar Netral
Losses pada penghantar netral transformator ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

PN = I N2 RN .................................................................. (2.2)
dimana:
P N = losses pada penghantar netral transformator (watt)
IN = arus yang mengalir pada netral transformator (A)
RN = tahanan penghantar netral transformator ()
Sedangkan losses yang diakibatkan karena arus netral yang mengalir ke tanah
(ground) dapat dihitung dengan perumusan sebagai berikut:
PG = I G2 RG .................................................................... (2.3)

dimana:
PG = losses akibat arus netral yang mengalir ke tanah (watt)
IG = arus netral yang mengalir ke tanah (A)
RG = tahanan pembumian netral transformator ()
2.2.2

Rugi-rugi akibat Harmonisa pada Transformator


Transformator dirancang untuk menyalurkan daya yang dibutuhkan ke beban

Universitas Sumatera Utara

dengan rugi-rugi minimum pada frekuensi fundamentalnya. Arus dan tegangan


harmonisa secara signifikan akan menyebabkan panas lebih. Ada dua pengaruh
yang ditimbulkan panas lebih pada transformator ketika arus beban mengandung
komponen harmonisa [11].

a. Harmonisa

arus

menyebabkan

meningkatnya

rugi-rugi

tembaga

yang

dinyatakan dengan:

PCU = I n2 Rn ................................................................... (2.4)


n =1

dengan: P CU = rugi-rugi tembaga (watt)


I n = arus pada belitan trafo (A)
R n = resistansi belitan trafo ()
b. Harmonisa tegangan menyebabkan meningkatnya rugi-rugi besi, seperti arus
pusar dan rugi-rugi hysteresis. Eddy current (arus pusar) terjadi bila inti dari
sebuah

material jenis ferromagnetic (besi) secara elektrik bersifat konduktif.

Konsentrasi arus pusar lebih tinggi pada ujung-ujung belitan transformator karena
efek kerapatan medan magnet bocor pada kumparan yang menyebabkan
fenomena terjadinya arus pusar.
Bertambahnya rugi-rugi arus pusar karena harmonisa berpengaruh pada
temperatur kerja transformator yang terlihat pada besar rugi-rugi daya nyata (watt)
akibat arus pusar ini.

Universitas Sumatera Utara

PEC = PEC R I h2 h 2 ....................................................... (2.5)


h =1

dimana:
h

= bilangan bulat orde harmonisa

P EC

= rugi-rugi arus pusar

P EC-R = faktor rugi-rugi arus pusar (ANSI/IEEE Standard C57; P EC-R = 1%)
Ih

= arus rms harmonisa ke-h

Menurut Standar PLN no 50 nilai rugi-rugi daya transformator distribusi dapat dilihat
pada Tabel 2.1 [10].
Tabel 2.1 Nilai Rugi-rugi Transformator Distribusi
Menurut Standar IEC Publ 76, SPLN 50-1997
KVA (Rating)
25
50
100
160
200
250
315
400
680
800
1000
1250
1600

Rugi-rugi Besi (watt)


115
190
320
400
550
600
770
930
1300
1950
2300
2700
3300

Rugi-rugi Tembaga (watt)


700
1100
1750
2000
2850
3000
3900
4600
6500
10200
12100
15000
18100

Tabel 2.1 menunjukkan standar rugi-rugi yang dikeluarkan oleh IEC Publ. 76, SPLN
50-1997, dimana transformator yang menjadi objek penelitian memiliki kapasitas 160
kVA. Oleh karena itu dari tabel 2.1 diperoleh nilai rugi-rugi besi sebesar 400 watt dan
nilai rugi-rugi tembaga sebesar 2.000 watt.

Universitas Sumatera Utara

2.3

Beban Listrik Pada Transformator Distribusi


Didalam sistem tenaga listrik dikenal 2 (dua) jenis beban listrik yaitu: Beban

listrik linier dan Beban listrik non linier.


2.3.1

Beban Listrik Linier


Beban Listrik Linier adalah beban yang tidak mempengaruhi karakteristik dari

tegangan dan arus. Beban linier merupakan beban yang mengeluarkan bentuk
gelombang yang berbentuk linier, dimana arus yang mengalir sebanding dengan
tahanan dan perubahan tegangan.
Pada beban linier ini, bentuk gelombang arus akan mengikuti bentuk
gelombang tegangan yang ditimbulkannya. Bila gelombang tegangan berbentuk
sinusoidal, bentuk gelombang arus juga membentuk sinusoidal (Gambar 2.4).
Contoh-contoh beban listrik linier:
1) Pemanasan Resistif
2) Lampu-lampu Pijar
3) Motor-motor induksi dengan putaran konstan
4) Motor-motor sinkron

mechanic switch
Source
Load

Gambar 2.4 Rangkaian Listrik Beban Linier

Universitas Sumatera Utara

2.3.2

Beban Listrik Non-Linier


Beban non-linier adalah beban yang mempengaruhi karakteristik dari

tegangan dan arus, sehingga bentuk gelombangnya berubah atau cacat [1] [12]. Beban
non-linier inilah yang menimbulkan atau menghasilkan harmonisa (Gambar 2.5).

static switch
Source
Load

Gambar 2.5 Rangkaian Listrik Beban Non Linier

Contoh-contoh Beban Listrik Non Linier:


1) Static Power Converter
2) Electronic Ballast
3) Variabel Frekuensi
4) Arc Furnace
5) Komputer, printer, semikonduktor switching
Beban non linier terbagi atas 2 (dua) beban:
1) Beban non linier yang di industri
a. Tiga fasa power converter
b. DC-Drive
c. AC-Drive

Universitas Sumatera Utara

2) Beban non linier Umum/Komersil


a. Electronic ballast
b. Lampu hemat energi (LHE)
c. Komputer
d. Alat-alat elektronik
e. Alat-alat ukur
f. Air Condition (AC)
g. Penerangan gedung pada umumnya
Fasilitas industri modern ditandai oleh beban-beban non linier. Beban ini
dapat membuat distorsi yang signifikan dari total beban fasilitas yang dapat
menimbulkan arus harmonisa ke dalam sistem daya dan menyebabkan distorsi
harmonisa pada tegangan.
Masalah harmonisa ini dipengaruhi oleh kenyataan bahwa beban non linier ini
memiliki faktor daya relatif rendah.
2.4

Efek Harmonisa Pada Transformator Distribusi


Harmonisa adalah pembentukan gelombang-gelombang dengan frekuensi

berbeda yang merupakan perkalian bilangan bulat dengan frekuensi dasarnya. Hal ini
disebut frekuensi harmonisa yang timbul pada bentuk gelombang aslinya sedangkan
bilangan bulat pengali frekuensi dasar disebut angka urutan harmonisa. Misalnya,
frekuensi dasar suatu sistem tenaga listrik adalah 50 Hz, maka harmonisa keduanya
adalah gelombang dengan frekuensi sebesar 100 Hz, harmonisa ketiga adalah

Universitas Sumatera Utara

gelombang dengan frekuensi sebesar 150 Hz dan seterusnya.


Apabila sistem distribusi mensuplai beban non linier, dimana beban non linier
menghasilkan harmonisa. Tegangan harmonisa ini mengalir dalam sistem yang akan
menghasilkan susut tegangan pada inpedansi sistem. Harmonisa tegangan atau arus
ini akan berkombinasi dengan tegangan atau arus frekuensi fundamental dan
membentuk distorsi gelombang yang terdistorsi seperti dijelaskan pada Gambar 2.7.
Secara umum setiap fungsi periodik f(t) seperti ditunjukkan pada Gambar 2.7
dapat diuraikan menjadi deret trigonometri tak terhingga dan disebut deret Fourier [3]
[4] [13].

f (t ) = A0 + A1 cos(0t ) + A2 cos(20t ) + A3 cos(30t ) + ...


+ B1 sin(0t ) + B2 sin( 20t ) + B3 sin(30t ) + ...

....... (2.6)

atau

f (t ) = A0 + [Ah cos(h0t ) + Bh sin( h0t )] ............................. (2.7)


h =1

dengan h = 1, 2, 3, ..............
Dimana Ah dan Bh adalah koefisien dari tiap harmonisa, ditentukan sebagai
berikut :
T

Ah =

1
f (t ) cos ht dt ......................................................... (2.8)
T / 2 0
T

1
Bh =
f (t ) sin ht dt ......................................................... (2.9)
T / 2 0

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan persamaan diatas gelombang tegangan atau arus yang


nonsinusoidal dapat diuraikan menjadi komponen fundamental dan komponenkomponen harmonisa dan bila dinyatakan dalam deret Fourier adalah :

v(t ) = V0 + V1m sin(0 t) + V2m sin (20 t) + V3m sin(30t ) + ... .


+ Vhm sin( ht )

........

(2.10)

dengan:
Vo = komponen DC dari gelombang tegangan (konstan)

V1m ,V2 m ,V3m ,....Vhm = nilai puncak gelombang tegangan


h = 1, 2, 3 ..........., = orde harmonisa
Gelombang tegangan fundamental mempunyai frekuensi f 0 , harmonisa ke-dua
mempunyai frekuensi 2f 0 , harmonisa ke-tiga mempunyai frekuensi 3f 0

dan

harmonisa ke-h mempunyai frekuensi hf 0 , seperti ditunjukkan Gambar 2.6 [9].

Gambar 2.6 Gelombang tegangan fundamental dan harmonisa ke-3

Universitas Sumatera Utara

Jika gelombang tegangan fundamental dijumlahkan dengan harmonisa ke-tiga


akan diperoleh bentuk gelombang tegangan yang nonsinusoidal seperti ditunjukkan
dalam Gambar 2.7 [9].

Gambar 2.7 Gelombang non linier dengan menjumlahkan


gelombang fundamental dan harmonisa ke-3.
2.4.1 Definisi dan Standar Harmonisa yang umum digunakan
a. Orde Harmonisa
Orde dari harmonisa merupakan perbandingan antara frekuensi harmonisa
dengan frekuensi fundamental [1] [2], dimana:
h=

fh
........................................................................... (2.11)
f1

dengan:
h = orde harmonisa
f h = frekuensi harmonisa ke-h
f 1 = frekuensi fundamental

Universitas Sumatera Utara

Sesuai dengan definisi diatas, maka orde harmonisa frekuensi dasar f o adalah 1.
Artinya orde ke-1 bukan harmonisa melainkan frekuensi fundamental dan orde ke-2
sampai orde ke-h yang merupakan harmonisa.

b. Spektrum
Spektrum adalah distribusi dari semua amplitudo komponen harmonisa
sebagai fungsi dari orde harmonisa, dan diilustrasikan menggunakan histogram. Bisa
dikatakan spektrum adalah merupakan perbandingan arus atau tegangan pada
frekuensi harmonisa terhadap arus atau tegangan pada frekuensi fundamental.
Spektrum digunakan sebagai dasar perancangan filter untuk mengurangi harmonisa,
terutama bila yang digunakan adalah filter pasif. Gambar spektrum harmonisa
diperlihatkan pada Gambar 2.8 berikut.
I h / I1 (%)

100

50

3
5
Order harmonisa (h)

Gambar 2.8 Gambar spektrum arus harmonisa


c. Harga rms Tegangan dan Arus
Harga rms tegangan [1]:

Vrms

=
Vh
2
h =1

....................................................... (2.12)

Universitas Sumatera Utara

Harga rms arus :

I rms

1
Ih
=
2
h =1

................................................. (2.13)

dengan:

Vh = Harga rms tegangan untuk harmonisa ke-h (volt)

I h = Harga rms Arus untuk harmonisa ke-h (ampere)

d. Total Harmonic Distortion (THD)


Distorsi harmonisa total disebut dengan Total Harmonic Distortion (THD)
adalah indeks yang menunjukkan total harmonisa dari gelombang tegangan atau arus
yang mengandung komponen individual harmonisa, yang dinyatakan dalam persen
terhadap komponen fundamentalnya [1] [14] [15].
THD untuk gelombang tegangan adalah:

THDV =

V
h=2

V1

2
h

100% ................................................. (2.14)

dimana :
V 1 = Tegangan fundamental
V h = Tegangan harmonisa ke-h
h = 2, 3, 4 , 5, ........
THD untuk gelombang arus adalah:

Universitas Sumatera Utara

I
h=2

THDi =

I1

2
h

100% ................................................. (2.15)

dengan:

I1 = Arus fundamental
I h = Arus harmonisa ke-h

h = 2, 3, 4 , 5, ........

e. Total Demand Distortion (TDD)


Distorsi harmonisa (harmonic distortion) paling berarti apabila dimonitor
pada Point of Common Coupling (PCC) dimana beban dihubungkan yang jauh dari
pembangkit. Distorsi harmonisa pada PCC ini cenderung menunjukkan distorsi yang
lebih besar jika arus beban (demand load current) besar dan sebaliknya [1]. Oleh
karena itu total kandungan harmonisa diukur berdasarkan arus beban I L yang
disebut dengan TDD ( Total Demand Distortion). Total Demand Distortion adalah :

TDD =

I
h=2

IL

2
h

100% ...................................................... (2.16)

Hasil perhitungan sebaiknya tidak melebihi atau sama dengan nilai yang ditetapkan
oleh standar yang berlaku. Bila hasilnya lebih maka tingkat harmonisa sistem
membahayakan komponen-komponen sistem dan sebaiknya harus difikirkan cara
menguranginya. Ada dua kriteria yang digunakan dalam analisis distorsi harmonisa,

Universitas Sumatera Utara

limitasi untuk distorsi arus harmonisa dan distorsi tegangan harmonisa. Standar yang
dipakai untuk limitasi tegangan harmonisa yang terdapat pada PCC adalah IEEE519-1992.

f. Standar Batas Distorsi Tegangan dan Batas Distorsi Arus


Standar batas harmonisa tegangan ditentukan oleh tegangan sistem yang
dipakai seperti Tabel 2.2 [16].
Tabel 2.2 Batas Harmonisa Tegangan Pada Frekuensi Fundamental
Menurut Standar IEEE 519-1992
Tegangan Bus
Pada PCC
V 69 kV

Distorsi Tegangan
Individu
(%)
3.0

Total Distorsi
Tegangan (THD V )
(%)
5.0

69 kV < V 161 kV

1.5

2.5

V > 161 kV

1.0

1.5

Standar Batas Harmonisa Arus sesuai standard IEEE 519-1992 dapat dilihat pada
Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Standard Distorsi Arus untuk Sistem Distribusi
Distorsi arus harmonisa maksimum dalam % dari I L
Orde harmonisa individual (ODD harmonics)
Isc / I L

< 11

11 h < 17

17 h < 23

23 h < 35

H 35

THD

< 20
20 50
50 100
100 1000
> 1000

4
7
10
12
15

2
3.5
4.5
5.5
7

1.5
2.5
4
5
6

0.6
1
1.5
2
2.5

0.3
0.5
0.7
1
1.4

5
8
12
15
20

Universitas Sumatera Utara

dengan:
I SC

: arus hubung singkat pada PCC

IL

: arus beban fundamental nominal

THD : Total Harmonic Distortion (%)


I SC adalah arus hubung singkat yang ada pada PCC, I L adalah arus nominal
fundamental pada beban.
Pada keadaan normal, arus beban setiap fasa dari beban linier yang
seimbang pada frekuensi dasarnya akan saling menghapuskan sehingga arus
netralnya menjadi nol. Sebaliknya beban non linier satu fasa akan menimbulkan
harmonisa kelipatan tiga ganjil yang disebut triplen harmonisa (harmonisa ke-3,
ke-9, ke-15 dan seterusnya) yang sering disebut zero sequence harmonisa (Tabel 2.4)
[10].
Tabel 2.4 Polaritas dari komponen harmonisa
Harmonisa

Frekuensi

50

100

150

200

250

300

350

400

Urutan

Harmonisa ini dapat menghasilkan arus netral yang lebih tinggi dari arus fasa
karena saling menjumlah di tiap fasanya. Harmonisa pertama urutan polaritasnya
adalah positif, harmonisa kedua urutan polaritasnya adalah negatif dan harmonisa
ketiga urutan polaritasnya adalah nol, harmonisa keempat adalah positif (berulang
berurutan dan demikian seterusnya).

Universitas Sumatera Utara

Akibat yang ditimbulkan oleh arus urutan nol dari komponen harmonisa (Tabel
2.5) antara lain tingginya arus netral pada sistem tiga fasa empat kawat (sisi
sekunder transformator) karena arus urutan nol (zero sequence) kawat netral 3 kali
arus urutan nol masing-masing fasa.
Tabel 2.5 Akibat dari polaritas komponen harmonisa
Polaritas
Urutan

Dampak dari harmonisa


Pengaruh Pada Sistem Distribusi

Positif

- Panas

Negatif

- Panas
- Menghambat atau memperlambat putaran motor

Nol

- Panas
- Menimbulkan atau menambah arus pada kawat netral

Pengaruh harmonisa pada transformator sering tanpa disadari keberadaannya sampai


terjadi gangguan yang penyebabnya tidak jelas. Hal ini dapat juga terjadi bila
perubahan konfigurasi atau jenis beban yang dicatu. Transformator dan peralatan
induksi lainnya, selalu terpengaruh oleh harmonisa karena transformator itu sendiri
dirancang sesuai dengan frekuensi kerjanya, selain itu transformator juga merupakan
media utama antara pembangkit dengan beban. Frekuensi harmonisa yang lebih
tinggi dari frekuensi kerjanya akan mengakibatkan penurunan efisiensi atau
terjadi kerugian daya tambahan pada transformator.
g. Pengaruh Harmonisa terhadap rugi-rugi Daya Beban
Rugi daya beban penuh P LL diperoleh dari dua komponen, yaitu rugi-rugi I2R
dan rugi-rugi arus pusar P E. [1] [11].

Universitas Sumatera Utara

PLL = I 2 R + PEC (watt) ................................. (2.17)


Rugi-rugi I2R berbanding lurus terhadap nilai rms arus. Sedangkan rugi-rugi arus
pusar sebanding dengan kwadrat arus dan frekuensi, dan dapat dihitung melalui
persamaan:
PEC = K EC I 2 h 2 ..................................... (2.18)
dengan K EC adalah konstanta sebanding. Faktor K biasanya diperoleh dari literatur
power quality mengenai transformer derating dapat dicari melalui arus harmonisa
seperti persamaan berikut,

(I h )
K=
I
2
h

2
h

.......................................... (2.19)

Hubungan antara faktor K dengan nilai rms total arus harmonisa dalam per unit
ditunjukkan oleh persamaan,

2
h

1 + PEC R
(pu) ......................... (2.20)
1 + K PEC R

dengan: P EC-R = faktor rugi-rugi arus pusar


h = harmonisa ke h
I h = arus harmonisa ke h
Untuk menghitung pengaruh harmonisa terhadap rugi-rugi daya transformator
per unit dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut,
PLL = I h2 +

( I

2
h

h 2 PEC R (p.u) ........................ (2.21)

Universitas Sumatera Utara

dengan:
P EC-R adalah faktor rugi-rugi arus pusar
h adalah harmonisa ke-h
I h adalah arus harmonisa ke-h
I h 2 adalah merupakan komponen rugi-rugi I2R dalam p.u, sedangkan

( I

2
h

h 2 PEC R adalah merupakan komponen rugi-rugi arus pusar dalam p.u

Untuk mencari faktor eddy current losses dapat dilihat pada nilai P EC-R Tabel 2.6.
Tabel 2.6 Nilai khusus P EC-R
Transformer test data and the procedure in ANSI/IEEE Standard C57.110 [1]
Type
Dry

MVA
1
1.5
1.5
Oil-Filled 2.5
2.5 to 5
>5
2.5

Voltage
5 kV HV
15 kV HV
480 V LV
480 V LV
480 V LV

% P EC-R
3 8
12 20
9 - 15
1
15
9 - 15

Sistem Distribusi dan Transformator Distribusi di Kompleks BMM


Dalam sub bab ini akan dijelaskan diagram satu garis sistem distribusi,

spesifikasi transformator, jenis komposisi beban dan data gangguan serta perawatan
transformator di kompleks BMM.
TR
3 Restoran besar 23.100 VA

TM

GD

2 Restoran biasa 13.200 VA


10 Ruko dan Perkantoran 22.000 VA
4 Usaha Internet 17.600 VA
1 Usaha Cucian (Laundry)10.600 VA

Gambar 2.9 Diagram satu garis sistem distribusi di Kompleks BMM

Universitas Sumatera Utara

Diagram satu garis ditunjukkan pada Gambar 2.9. Sedangkan jenis dan jumlah beban
terpasang seperti ditunjukkan oleh Tabel 2.7 dengan total beban sebesar 86.500 VA.
2.5.1 Spesifikasi Transformator Distribusi di Kompleks BMM
Spesifikasi Transformator Distribusi yang terdapat di Kompleks BMM
Medan adalah seperti di bawah ini,
Pabrik Pembuat

: MORAWA

Type

: Outdoor

Daya

: 160 KVA

Tegangan

: 20 KV/400 volt

Hubungan

: Yzn5

Impedansi

: 4%

Transformator

: 3 fasa

Pendingin

: Onan

2.5.2 Komposisi Beban Terpasang di Kompleks BMM


Komposisi beban terpasang di kompleks BMM dapat dilihat pada Tabel 2.7
dibawah ini. Beban tersebut yang dianggap signifikan dan mempunyai andil dalam
menimbulkan distorsi harmonisa.

Tabel 2.7 Data beban pelanggan komplek BMM

Universitas Sumatera Utara

No

Data beban

Daya

Jenis beban

3 restoran besar

7700 VA
23100 VA

Air Conditiion, lampu hemat energi,


komputer, dll

2 restoran biasa

6600 VA
13200 VA

Air Conditiion, lampu hemat energi,


komputer, dll

Ruko dan perkantoran


berjumlah 10 bangunan

2200 VA
22000 VA

Air Conditiion, lampu hemat energi,


komputer, dll

4 usaha warung internet

4400 VA
17600 VA

Komputer, lampu hemat energi,


komputer, dll

1 usaha cucian

10600 VA

Mesin cuci, pengering, lampu hemat


energi, komputer, dll

Total Beban tersambung

86.500 VA

2.5.3 Sejarah Perkembangan Transformator Distribusi di Kompleks BMM


Sejak dibangun pada tahun 2000, Kompleks BMM menggunakan kapasitas
transformator sebesar 100 kVA. Lalu dengan pesatnya pembangunan dan
meningkatnya jumlah penghuni kompleks, maka kapasitas transformator perlu
ditingkatkan. Adapun data gangguan dan penggantian transformator distribusi di
Kompleks BMM dapat dilihat pada Tabel 2.8.
Tabel 2.8 Data penggantian transformator distribusi di Kompleks BMM
Tahun

Transformator

2006

1 kali pergantian

2006

1 kali pergantian

2007

1 kali pergantian

2007

1 kali pergantian

2007

1 kali pergantian

2008

2 kali pergantian

2009

1 kali pergantian

Kapasitas transformator

Dari 100 kVA


menjadi 100 kVA
Dari 100 kVA menjadi 160
kVA
Dari 160 kVA menjadi 100
kVA
Dari 100 kVA menjadi 125
kVA
Dari 125 kVA menjadi 100
kVA
Dari 100 kVA
menjadi 100 kVA
Dari 100 kVA
menjadi 160 kVA

Pergantian
Transformator
Transformator
lama
pengganti
Unindo Jakarta

Sintra Jakarta

Sintra Jakarta

Unindo Jakarta

Unindo Jakarta

Unindo Jakarta

Unindo Jakarta

Bambang Jaya

Bambang Jaya

Sintra Jakarta

Sintra Jakarta
Morawa Medan
Bambang Jaya

Morawa Medan
Bambang Jaya
Morawa Medan

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai