Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM MESIN LISTRIK

TRANSFORMATOR 1 FASA

DOSEN PENANGGUNG JAWAB :


A.M. Shiddiq Yunus, ST, M.EngSc, PhD

Disusun oleh:

Nama : Tri Luthfi Yudanta Mihdar


NIM : 34219022
Kelompok : 1/A

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KONVERSI ENERGI


JURUSAN TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
2020/2021

TRI LUTHFI YUDANTA MIHDAR (34219022)


PERCOBAAN 1
TRANSFORMATOR SATU-FASA

1.1 TUJUAN PERCOBAAN


Setelah melakukan percobaan ini maka setiap mahasiswa dapat:
1. Menghitung perbandingan resistansi belitan transformator.
2. Menganalisa besaran input dan output pada saat transformator tidak
berbeban
3. Menganalisa besaran input dan output pada saat transformator terhubung
singkat
4. Menganalisa besaran input dan output pada saat transformator berbeban

1.2 TEORI DASAR


Transformator dapat dibagi menurut cara pengaturannya, yaitu :
transformator tanpa pengaturan pada beban, transformator dengan pengaturan
pada beban, transformator dengan kumparan tetap, dan transformator dengan
kumparan tidak tetap, seperti transformator putar dan transformator geser.
Transformator dapat juga dibedakan menurut tujuan pemakaiannya,
seperti : transformator utama, yang dipakai dipusat pembangkit tenaga listrik
atau gardu induk, yang berfungsi sebagai pengubah antara tegangan tinggi
dan tegangan menengah. Kemudian transformator penghubung, yang
menghubungkan suatu sistem tenaga listrik dengan sistem yang lain.
Kemudian juga dikenal transformator distribusi, yang merupakan
transformator yang mengubah tegangan menengah menjadi tegangan rendah
dan berhubung langsung dengan para pemakai listrik, terutama rumah tangga.
Kemudian juga dikenal transformator industri, yaitu transformator yang
langsung melayani industri, termasuk transformator khusus seperti
transformator penyearah. Kemudian juga dikenal transformator uji, yang
menghasilkan tegangan yang tinggi untuk keperluan pengujian. Selanjutnya
juga dikenal berbagai bentuk kumparan dengan tujuan yang khusus, misalnya

TRI LUTHFI YUDANTA MIHDAR (34219022)


untuk kompensasi pada jaringan transmisi, pembatasan arus hubungan singkat
dan lain sebagainya.
Untuk keperluan mentransformasikan tegangan atau tenaga listrik
digunakan transformator atau lebih dikenal dengan trafo. Transformator
adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan energi listrik dari satu atau
lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik lain melalui suatu gandengan
magnet dan berdasarkan prinsip kerja induksi-elektromagnet. Gandengan
megnetik disini diperoleh dengan cara membuat kumparan-kumparan pada
sisi primer dan sekunder pada suatu inti besi yang berfungsi untuk
menyalurkan fluksi magnetic. Sehingga dalam sistem tenaga listrik
transformator digunakan untuk menaikkan dan menurunkan tegangan maupun
arus. Didalam bidang elektronika, trafo banyak digunakan untuk gandengan
impedansi antara sumber dan beban, menghambat arus searah dan
melewatkan arus bolak – balik serta menaikkan atau menurunkan tegangan
ac.
Karena transformator tidak mempunyai bagian yang bergerak, maka ia
hanya memerlukan sedikit perhatian dan biaya pemeliharaannya rendah.
Efesiensi transformator cukup tinggi dan dapat mencapai 98 atau 99% pada
beban – penuh dalam ukuran yang lebih besar.

Penggunaan transformator pada sistem tenaga dapat dibagi:


a. Trafo penaik tegangan (step up) atau disebut trafo daya
Trafo ini digunakan untuk menaikkan tegangan pembangkitan menjadi
tegangan transmisi.
b. Trafo penurun tegangan (step down) atau trafo distribusi
Trafo ini digunakan untuk menurunkan tegangan transmisi menjadi
tegangan distribusi
c. Trafo instrumen
Untuk pengukuran yang terdiri dari trafo tegangan dan arus, dipakai
menurunkan tegangan dan arus agar masuk ke alat pengukuran.”

TRI LUTHFI YUDANTA MIHDAR (34219022)


Prinsip kerja transformator berdasarkan induksi elektro magnetik,
untuk memahami prinsip kerja tersebut dapat kita lihat pada gambar dibawah
ini:
I1= Ip FLUX

X1 H1

I2= Is

SUMBE R BEBAN

V1=Vp V2=Vs

H2
X2

Gambar 1.1 Transformator ideal

Bila salah satu sisi, sisi tegangan tinggi atau sisi tegangan rendah
dihubungkan dengan sumber tegangan maka sisi tersebut disebut sisi primer,
sedangkan yang lain disebut sisi sekunder. Jika sisi belitan primer
dihubungkan dengan sumber tegangan AC maka fluks bolak-balik akan
dibangkitkan pada inti sebesar Ømm atau Ømw. Fluks tersebut akan
melingkar dan menghubungkan belitan kawat primer dengan belitan kawat
sekunder yang akan menghasilkan tegangan induksi (EMF=GGL) baik pada
belitan primer maupun pada belitan sekunder.
Besarnya tegangan yang dihasilkan pada sisi primer dan sekunder
1. Sisi primer:
E1 = 4,44 x f x Np x Ømm x 10-8 Volt
atau
E1 = 4,44 x f x Np x Ømw x Volt
2. Sisi sekunder:
E1 = 4,44 x f x Ns x Ømm x 10-8 Volt
atau
E1 = 4,44 x f x Ns x Ømw x Volt
Dimana:
Np : jumlah lilitan primer ;
Ns : jumlah lilitan sekunder

TRI LUTHFI YUDANTA MIHDAR (34219022)


Ømw : fluks maksimum dalam besaran weber ;
Ømm : fluks maksimum dalam besaran maxwell

1.2.1 Percobaan Tanpa Beban


Maksud dan tujuan dari pengujian beban nol adalah untuk menentukan rugi
beban nol atau rugi inti dan untuk menentukan besar harga Xo dan Ro.
Daya input beban nol (Po) yang terbaca pada wattmeter adalah sebesar:
Wo V 1Io coso
I IoSino; I Io coso
Xo V 1/ I; Ro V 1/ I
Arus beban nol (Io) amat kecil jika dibandingkan dengan arus beban penuh
primer, hanya sekitar 2 sampai 3 %. Oleh karena itu rugi tembaga primer dapat
diabaikan. Sehingga secara praktis daya input beban nol (Wo) dipergunakan untuk
mengatasi rugi-rugi.

1.2.2 Percobaan hubung singkat


Maksud dan tujuan dalam percobaan hubung singkat adalah:
1. Menentukan impedansi ekuivalen (Ze1 dan Ze2), reaktans bocor ekuivalen
(Xe1 dan Xe2)dan resistans total dari trafo berdasarkan belitan dimana
alat-alat ukur dipasang. Dengan diketahuinya Ze1 dan Ze2 maka jatuh
tegangan total dalam trafo berdasarkan sisi primer dan sisi sekunder dapat
dihitung sehingga regulasi trafo dapat diketahui.
2. Menentukan rugi tembaga pada waktu beban penuh. Rugi ini dapat
dipergunakan untuk menghitung efisiensi trafo.

Yang perlu diperhatikan dalam pengujian ini adalah pemberian tegangan


pada sisi primer hanya berkisar 5 sampai 10 % dari tegangan nominal, sehingga
fluks yang terjadi pada inti juga berkisar antara 5 samapi 10 % dari fluks
nominalnya. Ini yang menyebabkan sehingga rugi-rugi inti sangant kecil sehingga
daya input yang terbaca pada wattmeter merupakan rugi tembaga.

TRI LUTHFI YUDANTA MIHDAR (34219022)


Dari percobaan hubung singkat diperoleh data Vsc, Isc dan Psc (rugi
daya tembaga).
Psc = Pcu = Isc2 . Rek
Vsc 2 2
Z ek1 R ek1
X ek1
Isc
2 2
X ek1 Z ek1 Rek1

Untuk mengetahui persentase εo primer terhadap tegangan nominal


Vnom pada saat terjadi arus hubung singkat yang terjadi bila trafo bekerja pada
tegangan nominal adalah :
Vsc
100 %
Vnom

1.2.3 Percobaan Berbeban


”Perhatikan transformator yang dibebani oleh tahanan dibawah ini :

IP IS
VS = ES
VP

EP

ES

Gambar 1.2 Transformator dengan beban Resistor

Kalau tahanan yang dinyatakan oleh sirkit primer itu = R1,


VP
R1
IP
Sama dengan cara diatas, total tahanan sekunder RL dinyatakan
sebagai :

Vs L
R
I s

TRI LUTHFI YUDANTA MIHDAR (34219022)


R1 VP / I P VP I S 2
Oleh karena itu, n
RL VS / I S VS I P
Sehingga tahanan input R1 = n2”.

1.3 ALAT DAN BAHAN


- Sumber daya AC variable
- Transformator 1 fasa
- Voltmeter AC
- Amperemeter AC
- Wattmeter AC
- Tahanan variable
- Induktor variable
- Multimeter
- Kabel
- Papan percobaan

1.4 PROSEDUR PERCOBAAN


Sebelum membuat rangkaian seperti gambar dibawah terlebih dahulu
dilakukan pengukuran resistansi belitan primer dan sekunder pada trafo yang
akan diuji.

1.4.1 Percobaan Beban Nol


I0 I=0
L W A
~ V1 R1 R2 V2
Variabel

Gambar 1.3 Rangkaian Beban Nol

TRI LUTHFI YUDANTA MIHDAR (34219022)


a. Membuat rangkaian seperti pada gambar 1.3
b. Memasukkan switch S
c. Menaikkan tegangan secara bertahap
d. Setiap tahap mencacat A1, P1, V 1, V2
e. Percobaan di lakukan sampai tegangan mencapai nominal

1.4.2 Percobaan Hubung Singkat


` Ihs
L W A

AC R1 R2 A2
~ V1
Variabel

Gambar 1.4 Rangkaian Hubung Singkat

a. Membuat rangkaian seperti pada gambar 1.4


b. Memasukkan switch S
c. Menaikkan tegangan secara bertahap
d. Setiap tahap mencacat A 1, V1, P1.
e. Melakukan percobaan dengan tegangan 5-15% dari tegangan nominal

1.4.3 Percobaan Berbeban dan Induktif


I
L W1 A1 W2 A2
A3
~ AC R1 R2 V2
V1 XB
Variabel
RB

Gambar 1.5 Rangkaian Berbeban

a. Memuat rangkaian seperti pada gambar 1.5


b. Melakukan percobaan untuk cosф = 0,9

TRI LUTHFI YUDANTA MIHDAR (34219022)


c. Dalam posisi R beban dan X beban maksimum, memasukkan switch
S1
d. Menaikkan tegangan dan arus sehingga tegangan dan arus sekunder
mencapai harga pada cosф = 0,9.
IR 9 I 9
Agar cosф = 0,9 maka atau R
I2 10 II 4,35

1.5 TABEL HASIL PERCOBAAN


Tabel 1.1 Pengukuran resistansi beban
Tahanan Primer (Ω) Tahanan Sekunder (Ω)
1 2

Tabel 1.2 Pengukuran beban nol


No. V1 (Volt) I1 (Ampere) V2 (Volt) P (Watt)
1 60 0,04 26 1,88
2 70 0,05 30 2,5
3 80 0,05 35 2,81
4 90 0,05 40 3,44
5 100 0,06 44 4,06

Tabel 1.3 Pengukuran hubung singkat


No. V1 (Volt) I1 (Ampere) I2 (Ampere) P (Watt)
1 4 0,42 0,82 2
2 5 0,52 1,02 3
3 6 0,59 1,18 4
4 7 0,68 1,34 5
5 8 0,74 1,48 6

TRI LUTHFI YUDANTA MIHDAR (34219022)


Tabel 1.4 Pengukuran Berbeban
No. V1 V2 I1 I2 P1 P2 I3
(Volt) (Volt) (Ampere) (Ampere) (Watt) (Watt) (Ampere)
1 18 9 0,1 0,16 2 2,5 0,10
2 20 9,8 0,11 0,17 2 2,5 0,12
3 22 10,6 0,12 0,18 2 2,5 0,13
4 24 11,8 0,13 0,21 3 3,1 0,15
5 26 12,8 0,13 0,23 3 3,1 0,16

F. ANALISA DATA PERCOBAAN


1. Percobaan tanpa beban (beban nol)
a. Menghitung Rc (tahanan inti besi), sebagai contoh perhitungan, maka kami
mengambil contoh data pertama pada percobaan tanpa beban.
Dik: V1 = 60 Volt
P = 1,57 Watt
Penye:
Rc = V12 / P
= 602 / 1,88
= 1974,89 Ω
b. Menghitung perbandingan transformasi (a) pada rangkaian percobaan beban
nol. Sebagai contoh perhitungan maka diambil contoh dari data pertama dari
percobaan tanpa beban.
𝑉2
a=
𝑉1

Dik : V1 = 60 V
V2 = 26 V
Penyelesaian :
𝑣2
a=
𝑣1

26
=
60

a = 0,43

TRI LUTHFI YUDANTA MIHDAR (34219022)


Dengan cara yang sama seperti contoh di atas maka di dapatkan hasil
seperti pada table berikut.

Tabel 5. Hasil Perhitungan Tahanan Inti Besi dan Perbandingan Transformasi

No V (Volt) P (Watt) Rc (Ω) 𝑎


1 60 1,88 1914,8 0,43
2 70 2,5 1960 0,42
3 80 2,81 2277,58 0,43
4 90 3,44 2354,65 0,44
5 100 4,06 2463,05 0,44

Rata-rata

120

100
Tegangan primer

80

60

40

20

0
0.46 0.45 0.47 0.47 0.47 0.48
Arus primer

Gambar 6. Grafik karakteristik Io = f(Vo)

TRI LUTHFI YUDANTA MIHDAR (34219022)


Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa pada percobaan beban nol semakin tinggi
tegangan primer maka arus primer pun akan semakin tinggi.

2. Untuk percobaan hubung singkat


a. Menghitung Zek dan Xek serta rugi-rugi tembaga (Cu), sebagai contoh
perhitungan maka kami mengambil contoh dari data pertama pada
percobaan hubung singkat.
Dik: V1 = 4 Volt
I1 = 0,42 A
P = 2 Watt
Penye:
Rek = P/I12
= 2/0,422 = 11,33 Ω
Zek = V1/I1
= 4/0,42 = 9,52 Ω
Xek = Z ek 2 R ek 2

= √9,522 − 11,332
= 6,14
b. Menghitung rugi-rugi tembaga pada rangkaian percobaan hubung
singkat.
Sebagai contoh perhitungan maka kami mengambil contoh dari
data pertama dari percobaan hubung singkat.

Rugi-rugi = I12 . R1+ I22 . R2

Dik : I1 = 0,42 A
I2 = 0,02 A
R1(primer) =1Ω
R2(sekunder) = 2 Ω

TRI LUTHFI YUDANTA MIHDAR (34219022)


Penye:
Rugi-rugi = I12 . R1+ I22 . R2
= (0,422 x 1) + (0,022 x 2)
= 0,177 Watt

Dengan cara yang sama seperti contoh di atas maka di dapatkan


hasil seperti pada tabel berikut.
Tabel 6. Hasil perhitungan Rek, Zek, Xek, dan Rugi-Rugi Tembaga
Rek Zek Xek Rugi-rugi tembaga (cu)
No
(Ω) (Ω) (Ω) (Watt)

1 11,33 9,52 6,14 0,17


2 11,09 9,61 7,01 2,35
3 11,4 10,16 5,17 3,13
4 10,8 7,35 7,91 4,05
5 10,95 1,08 10,89 4,46

Rata-rata

10
9
8
7
6
Vhs

5
4
3
2
1
0
0.39 0.47 0.6 0.65 0.72
Ihs

Gambar 7. Grafik karakteristik I hs = f (Vhs)

TRI LUTHFI YUDANTA MIHDAR (34219022)


Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa pada percobaan hubung singkat semakin
tinggi tegangan hubung singkat (tegangan primer) maka arus hubung singkat (arus
sekunder) yang dihasilkan pun semakin tinggi.

3. Untuk percobaan berbeban


a) Menghitung rugi-rugi daya akibat adanya resistansi
Sebagai contoh diambil data pertama pada percobaan berbeban.
1. Rugi-rugi tembaga (Cu)
Dik:
I1 = 0,1 A
I2 = 0,16 A
R1(primer) =1Ω
R2(sekunder) =2
Penye:
Rugi-rugi tembaga (Cu) = (I12 . R1 ) + (I22. R2)
= (0,12x 1) + (0,162x 2)
= 0,0612 Watt
2. Berdasarkan tahanan ekivalen
Rek1 =R1 + a2R2
Rek2 = R2 + R1/a2
Dimana: a = V1/V2
Dik :
I1 = 0,1 A
I2 = 0,16 A
R1(primer) =1Ω
R2(sekunder) = 2 kΩ
V1 = 18 Volt
V2 = 9 Volt
Rugi-rugi pada sisi primer = I12 . Rek1
= 0.12 x (1 + (18/9)2 x2)
= 0,09 Watt

TRI LUTHFI YUDANTA MIHDAR (34219022)


Rugi-rugi pada sisi sekunder = I22 . Rek2
= 0,162 . (2+ 1/(18/9)2)
= 0,15 Watt

b) Menghitung efisiensi (η)


Sebagai contoh di ambil data pertama pada percobaan berbeban.
Poutput
Pinput

Perhitungan dengan secara teoritis


Dik : Pinput = 0,1 A . 18 Volt = 1,8 Watt
Poutput= 0.16 A . 9 Volt = 1,44 Watt
1,44
Penyelesaian: 100% 80 %
1,8
Perhitungan dengan berdasarkan hasil percobaan
2,5
100 % 125 %
2
Dengan cara yang sama seperti contoh di atas maka di dapatkan
hasil seperti pada table berikut.
Tabel 7. Hasil Perhitungan Rugi-Rugi dan Efisiensi pada Trafo
Rugi-rugi Efisiensi (η)
No Rugi-rugi tembaga Berdasarkan R ekivalen η secara η actual
(cu) (Watt) Primer Sekunder teoritis (%) (%)

1 0,06 0,09 0,15 80 125


2 0,06 0,11 0,06 75,72 125
3 0,07 0,13 0,07 72,27 125
4 0,10 0,15 0,4 79,42 103,3
5 0,12 0,15 0,4 87,1 103,3

Rata-
0,09 0,13 0,26 80,42 109,86
Rata

TRI LUTHFI YUDANTA MIHDAR (34219022)


3.5

2.5
Poutput(Watt)

1.5

0.5

0
125 125 125 103,3 103,3 77,5
η(%)

Gambar 8. Grafik karakteristik hubungan η = f(P)

Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa pada percobaan berbeban


semakin tinggi daya yang dihasilkan trafo maka efisiensi trafo pun semakin
tinggi.

TRI LUTHFI YUDANTA MIHDAR (34219022)


G. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum dan analisis data maka dapat
disimpulkan bahwa :
1. Pada percobaan beban nol semakin tinggi tegangan maka aruspun semakin
tinggi dengan perbandingan transformasi rata-rata (a) rata-rata sebesar 0.46.
2. Pada percobaaan hubung singkat semakin tinggi arus maka tegangan pun
semakin tinggi dengan nilai Rek rata-rata sebesar 12,24 , nilai Zek rata-rata
sebesar 12,4 , nilai Xek rata-rata sebesar 3,82, dan nilai rugi-rugi tembaga
rata-rata sebesar 2,31 W.
3. pada percobaan berbeban semakin tinggi daya yang dihasilkan trafo maka
efisiensi trafo pun semakin tinggi dengan nilai rugi-rugi tembaga rata-rata
sebesar 0,09 watt , nilai tahanan ekivalen primer rata-rata sebesar 0,13 , nilai
tahanan ekivalen sekunder rata-rata sebesar 0,26 , efisiensi aktual rata-
rata sebesar 109,86 %, dan nilai efisiensi teoritis rata-rata 80,42 %. Namun
pada percobaan berbeban ada beberapa data dimana efisiensi yang dihasilkan
trafo lebih dari 100% hal ini kemungkinan disebabkan karena pembacaan
alat ukur yang kurang akurat serta tingkat ketelitian dari alat ukur itu
sendiri.
4. Secara toeritis bila tegangan naik maka arus akan turun. Namun pada
percobaan yang kami lakukan bila tegangan naik arus pun akan naik. Hal ini
kemungkinan disebabkan oleh ketidakakuratan dalam pembacaan alat ukur .

TRI LUTHFI YUDANTA MIHDAR (34219022)

Anda mungkin juga menyukai