LAPORAN
PRAKTIKUM LISTRIK MAGNET
Praktikum Ke-2
POLARITAS TRANSFORMATOR
A. Tujuan
Menentukan polaritas pada transformator dengan volt meter.
B. Dasar Teori
Dalam sebuah transformator terjadi dua kemungkinan polaritas yaitu saling
menjumlahkan dan saling mengurangkan. Pada dua kemungkinan tersebut tejadi karena adanya
perbedaan antara V1 dan V yang terdapat pada rangkaian. Pada rangkaian tersebut dapat
dikatakan bahwa polaritas transformator saling mengurangi(substractive) karena V < V1.
Sebaliknya jika pada transformator akan saling menjumlah (additive) karana V >V1. Pada
gambar tersebut diatas dapat dilihat bahwa :
1. Kumparan perimer merupakan beban bagi sumber dan mengambil arus dari H1 dan H2.
2. Kumparan sekunder dapat bertindak sebagai sumber dan memberikan arus pada beban ari
X1 dan X2.
Dengan melihat arah lilitan kumparan transformator dapat ditentukan arah
tegangan induksi yang dibangkitkan serta polaritas transformator tersebut. Bila kumparan
primer yang merupakan kumparan tegangan tinggi diberi suplai tegangan, cara melilit seperti
pada gambar 1 di bawah akan menghasilkan arah tegangan induksi dan fluks magnet seperti
ditunjukkan oleh masing-masing anak panah. Artinya terminal 1 (+) mempunyai polaritas yang
sama dengan terminal 3 (+), sedangkan terminal 2 (-) mempunyai polaritas yang sama dengan
terminal 4 (-). Jenis polaritas ini disebut polaritas pengurangan. Bila polaritas terminal 1 (+)
sama dengan terminal 4 (+) dan polaritas terminal 2 (-) sama dengan terminal 3 (-), berarti cara
melilit kumparan tegangan rendah transformator seperti pada gambar 2. Hubungan ini disebut
polaritas penjumlahan.
Gambar 1.1 Arah lilitan kumparan transformator dengan (1) polaritas pengurangan dan
(2) polaritas penjumlahan
D. SKEMA RANGKAIAN
E. LANGKAH KERJA
G. ANALISA DATA
1. Polaritas trafo addictive
Pada saat praktikum, mengukur tegangan pada masing-masing terminal dengan tiga kali
percobaan. Nilai diatas didapatkan dengan mengambil nilai rata-rata pada percobaan yang
sebelumnnya diukur dengan multimeter. Tampak pada percobaan 1, 2 dan 3 nilai tegangan
pada V (tegangan tinggi), V(tegangan rendah), dan Vx (Tegangan terminal 220 volt – 0 volt)
dengan mengambil nilai rata-ratanya berturut-turut adalah 226,76 volt; 25,616 volt dan
201,93 volt. Nilai ini didapatkan dengan menggunakan nilai rata-rata dengan rumus :
∑𝐷𝑎𝑡𝑎
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑅𝑎𝑡𝑎 (𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛) =
𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝐷𝑎𝑡𝑎
Tampak nilai Vx (Tegangan terminal 220 volt – 0 volt) lebih besar dari pada nilai
tegangan pada V (tegangan tinggi) dan apabila V (tegangan tinggi) + V(tegangan rendah) maka
nilainya akan mendekati nilai Vx (Tegangan terminal 220 volt – 0 volt). Hal ini menunjukan
bahwa Vx (Tegangan terminal 220 volt – 0 volt) = V (tegangan tinggi) + V(tegangan rendah).
Tampak pengukuran pada V (tegangan tinggi), V(tegangan rendah), dan Vx (Tegangan
terminal 220 volt – 0 volt) nilai percobaan 1 dengan percobaan 2 dan 3 berbeda. Ini
disebabkan karena Gross Error atau kesalahan umum seperti kesalahan pembacaan
alat ukur, kalibrasi yang kurang tepat, kesalahan penaksiran dan lain-lain.
2. Polaritas trafo substructive
Pada saat praktikum, mengukur tegangan pada masing-masing terminal dengan tiga kali
percobaan. Nilai diatas didapatkan dengan mengambil nilai rata-rata pada percobaan yang
sebelumnnya diukur dengan multimeter. Tampak pada percobaan 1, 2 dan 3 nilai tegangan
pada V (tegangan tinggi), V(tegangan rendah), dan Vx (Tegangan terminal 220 volt – 0 volt)
dengan mengambil nilai rata-ratanya berturut-turut adalah 227 volt; 25,3867 volt dan 254,267
volt. Nilai ini didapatkan dengan menggunakan nilai rata-rata dengan rumus :
∑𝐷𝑎𝑡𝑎
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑅𝑎𝑡𝑎 (𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛) =
𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝐷𝑎𝑡𝑎
Tampak nilai Vx (Tegangan terminal 220 volt – 0 volt) lebih kecil dari pada nilai
tegangan pada V (tegangan tinggi) dan apabila V (tegangan tinggi) - V(tegangan rendah) maka
nilainya akan mendekati nilai Vx (Tegangan terminal 220 volt – 0 volt). Hal ini menunjukan
bahwa Vx (Tegangan terminal 220 volt – 0 volt) = V (tegangan tinggi) - V(tegangan rendah).
Tampak pengukuran pada V (tegangan tinggi), V(tegangan rendah), dan Vx (Tegangan
terminal 220 volt – 0 volt) nilai percobaan 1 dengan percobaan 2 dan 3 berbeda. Ini
disebabkan karena Gross Error atau kesalahan umum seperti kesalahan pembacaan alat
ukur, kalibrasi yang kurang tepat, kesalahan penaksiran dan lain-lain.
H. KESIMPULAN
1. Bahwa trafo memiliki dua polaritas yaitu polaritas additive dan substructive
2. Polaritas trafo additive memiliki ciri yaitu :
a. Vx selalu lebih besar dari V(tegangan tinggi)
b. Vx = V(tegangan tinggi) + V(tegangan rendah)
3. Polaritas trafo substrutive memiliki ciri yaitu :
a. Vx selalu lebih kecil dari V(tegangan tinggi)
c. Vx = V(tegangan tinggi) - V(tegangan rendah)
4. Pada percobaan diatas dapat disimpulkan bahwa trafo yang digunakan adalah trafo
yang memiliki polaritas additive.
I. PERTANYAAN DAN JAWABAN
Pertanyaan.
1. Mengapa trafo hanya bekerja pada tegangan AC?
2. Apa yang dimaksud dengan reaktansi?
3. Apa yang dimaksud dengan resistansi?
4. Apa yang dimaksud dengan impedansi?
5. Apa yang dimaksud dengan rangkaian ekivalen?
6. Bagaimana rangkaian ekivalen trafo?
7. Apa yang dimaksud dengan perbandingan transformasi (a)?
8. Apa yang dimaksud dengan polaritas trafo aditif dan subtraktif?
Jawab
1. Prinsip kerja transformator adalah adanya induksi elektromagnet di ujung kumparan.
Karena arus DC searah, maka arus DC tidak akan menimbulkan induksi di ujung
kumparan sehingga tidak akan timbul ggl induksi. Oleh karena itu, sebuah trafo hanya
akan bekerja jika terdapat perubahan fluks magnetik.
2. Reaktansi adalah perlawanan komponen sirkuit/rangkaian atas perubahan arus listrik
atau tegangan listrik karena adanya kapasitansi atau induktansi. Reaktansi yang terdapat
pada trafo merupakan reaktansi induktif. Reaktansi Induktif atau Inductive
Reactance adalah hambatan atau tahanan Induktor terhadap arus listrik AC (sinyal AC).
Yang mana :
8. Ketika arus mengalir dalam arah yang sama dalam 2 terminal primer dan sekunder yang
berdekatan. polaritas transformator dikatakan subtraktif, dan ketika arus mengalir pada
arah yang berlawanan, polaritas dikatakan aditif.
Pada polaritas aditif, tegangan VX lebih besar dari tegangan VTR, sehingga besar
tegangan VX adalah
VX = VTT + VTR
Sedangkan pada polaritas subtraktif, tegangan VX lebih kecil dari tegangan VTR, sehingga
besar tegangan VX adalah
VX = VTT - VTR