Anda di halaman 1dari 40

TRANSFORMATOR 1-FASA

ZURIMAN ANTHONY
Bentuk Inti Trafo
• Trafo tipe inti (core type)
•Trafo tipe cangkang (shell type)
1. Tipe inti 2. Tipe cangkang
HUKUM DASAR TRANSFORMATOR
• Hukum Maxwell Panjang jalur magnetik (L)
• Hukum Induksi Faraday

1. Gaya gerak magnet


(ggm / mmf):
N

2. Gaya gerak listrik


(ggl / emf): Luas penampang inti besi(A)

N = jumlah lilitan kumparan trafo


H = Intensitas medan magnet
F = Gaya gerak magnet
I = Arus yang melewati kumparan trafo
GGL INDUKSI

Io
E1
+ E2
-

N1 N2

I
E2
E1

N1 N2

E1 = GGL induksi pada kumparan primer


E2 = GGL induksi pada kumparan sekunder
GGL INDUKSI
RASIO LILITAN = a

Untuk trafo ideal, maka:

N1 = Jumlah lilitan pada kumparan primer


N2 = Jumlah lilitan pada kumparan sekunder
Contoh Soal 1
1) Transformator 1 fasa, daya 1000VA, Tegangan 220/110 V, 50 Hz
beroperasi dalam keadaan tanpa beban. Hitunglah besarnya tegangan
sisi sekunder (sisi TR) trafo apabila sisi primer (sisi TT) trafo disuplai
dengan tegangan (trafo dianggap ideal):
a. Tegangan 110 V, 50 Hz.
b. Tegangan 220 V, 50 Hz.
c. Tegangan 330 V, 50 Hz.

Jawaban: Trafo ideal :

a. V1 = 110, maka:

b. V1 = 220, maka:

c. V1 = 330, maka:
Contoh Soal 2
2) Trafo 1 fasa, daya 20 kVA, tegangan 2000/200
V, 50 Hz. Diketahui jumlah lilitan sekunder 66.
Hitunglah:
a. Hitung jumlah lilitan primer
b. Arus beban penuh (nominal) sisi primer dan
sekunder
Jawaban:
a. b.

= 660
Rangkaian Ekuivalen Trafo Tanpa Beban
I1

Io

Ic Im
V1

R1 = tahanan belitan primer


X1 = reaktansi belitan primer
RC = tahanan pemagnetan pada inti
XM = reaktansi pemagnetan
Ic = arus rugi rugi inti
Im = arus magnetisasi
Contoh Soal 3
3) Transformator dengan daya 10 kVA, tegangan 2200/220 V, 50 Hz
dengan arus tanpa beban 0,60 A dan rugi inti besi 360 watt. Apabila sisi
TT disuplai sessuai tegangan nominalnya, maka hitunglah besarnya:
a. arus rugi inti besi
b. arus pemagnitan (arus magnetitasi)

Jawaban:
a.

b.
KUIS 1
Trafo 1 fasa, daya 5000 VA, tegangan 2300 V / 230 V, frek.
50 Hz. Data hasil pengukuran sebagai berikut :
Arus tanpa beban Io = 0,30 A, rugi inti besi Pc = (B +10) W,
Tahanan belitan primer R1 = 6 ohm dan reaktansi belitan
primer X1 = ‘B’ ohm.
1. Hitung arus nominal (arus beban penuh) transformator
dari sisi primer dan sekunder trafo bila trafo dianggap
ideal.
2. Dalam keadaan trafo tanpa beban, belitan primer disuplai
dengan tegangan 4200 V, hitung tegangan sisi sekunder
dengan:
a) Asumsikan trafo ideal
b) Trafo sebenarnya
3. Hitunglah RC dan XM
TRANSFORMATOR BERBEBAN
1. Beban Rangkaian Murni

a. Rangkaian Resistif (R)

V  Vm sin t
R V
i i i  im sin t

V
 R
Keterangan :
Pada rangkaian resistor murni,
arus i dan tegangan V sefase. Vm : tegangan maksimum
im : arus maksimum
R : hambatan murni (ohm)
Diagram fasor beban R :
V
i
R
V

V
i
V  Vm sin t
V = Vm sin ωt
i  im sin t
i = im sin ωt

ωt
π/2
π
b. Rangkaian Hambatan Induktif (L)
Sebuah kumparan induktor mempunyai induktansi
diri L dipasangkan tegangan bolak-balik V, maka
pada ujung ujung kumparan timbul GGL induksi:

V di
i XL i   L
dt

V jX L
V  Vm sin t V dan i berbeda fase
i  im sin(t  12  ) 90o, arus tertinggal 90o
dari tegangan V.
Hambatan induktif XL mempunyai harga :
X L  j.L  j (X
2L f=.Lhambatan
) induktif /
reaktansi
Diagram fasor Beban L :
V
V i
jX L
i
V  Vm sin t
Amplitudo
V = Vm sinωt i  im sin(t  12  )
i = im sin (ωt – 90o)

ωt
c. Rangkaian Hambatan Kapasitif
Sebuah kapasitor dengan kapasitas C dihubungkan
dg tegangan bolak-balik V, maka pada kapasitor
itu menjadi bermuatan, sehingga pada 2 platnya
mempunyai beda potensial sebesar Q
V
C
Besar hambatan kapasitif /reaktansi kapasitif
dari kapasitor, XC :
1 1
XC  j
j (.C ) 2. . f .C
Xc
i
V V  Vm sin t
i
  jX C i  im sin(t  12  )
V
Diagram fasor beban C:

V
i i
 jX C
V
Amplitudo V  Vm sin t
V = Vm sin (ωt) i  im sin(t  12  )

i = im sin (ωt + 90)

ωt
2. Rangkaian R, L Seri

Hambatan seri R dan XL dihubungkan dg teg. bolak-balik


V, dengan Z = impedansi (Ohm)
VR VL

Z
R XL
Xl
i
θ

V i R

V V
i  2 2
Z R2  X L
2 Z  R  XL
Tegangan pada beban R, L:

V
VL VR = beda potensial pada R
VL = beda potensial pada XL
θ
i VR

1 XL 1 VL VR  i.R
  tan  tan
R VR
VL  i. X L
Besar tegangan total V :
2 2
V  VR  VL V  VR  VL
atau
SEGITIGA DAYA BEBAN R,L

P
Cos φ = S
S ( VA )
Q
Q ( VAR ) Sin φ = S
j Q
Tan φ =
P ( Watt ) P

Daya Semu : S = V x I* = I 2
xZ ( VA )

Daya Aktif : P = V x I x Cos j = I 2


x R ( Watt )
Daya Reaktif : Q = V x I x Sin j = I 2
x XL ( VAR )
3. Rangkaian R, C Seri
Hambatan seri R dan XC dihubungkan dg teg. bolak-balik
V, dengan Z = impedansi (Ohm)

R
R XC
i θ
V

 XC
Z

V V
i  2
Z  R  XC
2
Z 2
R  XC
2
Tegangan pada beban R,C :
V
VR = beda potensial pada R
R

θ i VC = beda potensial pada XC


VC
V

1 X C VC VR  i.R
  tan 
R VR VC  i. X C
Besar tegangan total V :
2 2
V  VR  VC atau V  VR  VC
SEGITIGA DAYA BEBAN R,C

P ( Watt ) R P
Cos φ = S
-j i
- Q ( VAR ) -Q
XC S ( VA ) Sin φ = S
Z
-Q
Tan φ =
P

Daya Semu : S = V x I*= I 2


xZ ( VA )

Daya Aktif : P = V x I x Cos - j = I 2


x R ( Watt )
Daya Reaktif : Q = V x I x Sin - j = I 2
x XC ( VAR )
4. Rangkaian R, L, C Seri
Hambatan seri R, XL dan XC dihubungkan dg teg.
bolak-balik V. Pada rangkaian seri R-L-C :
 bila XL > XC maka rangkaian bersifat
R Xl XC indukif
i  bila XL < XC maka rangkaian bersifat
V kapasitif

 bila XL = XC maka rangkaian bersifat
resistif dan rangkaian dikatakan
XL
mengalami resonansi.
X L - XC 2 2
Z Z  R  (X L  XC )
θ
R
V
XC
i
Z
Sebuah Transformator 1-fasa
2300/220 beroperasi pada
beban 600 W pada tegangan
220V dengan faktor daya 0,6
mendahului. Berapa arus pada
sisi sekunder trafo ?
Diketahui data Trafo 1-fasa:

PL = 600 W, Vt = 220 V,
faktor daya = cos  = 0,6
mendahului, maka:
*
 ( S L )   ( PL / cos  ) 
*  = -53,13
I2     
 (Vt )   (Vt ) 

*
  (600 / 0,6)  53,13 
I2  
( 220) 
 
I 2  4,55  53,13  4,5553,13
*
Rangkaian Ekuivalen Trafo Berbeban
Rangkaian Ekuivalen Trafo Berbeban

Analisa Rangkaian Ekuivalen


Trafo dilihat dari sisi primer
Analisa Rangkaian Ekuivalen
Trafo dilihat dari sisi ’Primer’

I2

Ze1) + V2’

𝑰𝟐 ′
𝑰 𝟏=𝐈 𝟐 =
𝒂
Regulasi Tegangan Trafo
(VR) dilihat dari sisi primer:
KUIS 2a
Sebuah Trafo 1 fasa mensuplai beban 5000 W tegangan
2300 V / 230 V, frekuensi 50 Hz dengan faktor daya 0,B
tertinggal. Trafo mempunyai tahanan belitan primer R1 = 6
ohm, reaktansi belitan primer X1 = ‘20,B’ ohm, R2 = 0,B ohm,
reaktansi belitan sekunder X2 = 2 ohm. Dengan
menggunakan analisa rangkaian trafo dilihat dari sisi
primer, maka hitunglah berapa besarnya:
1. Tegangan pada sisi primer trafo yang sebenarnya
2. Regulasi tegangan pada trafo (VR)
Catatan:
B = 2 angka terakhir No. Bp
KUIS 2b
Sebuah Trafo 1 fasa mensuplai beban 5000 VAR tegangan
2300 V / 230 V, frekuensi 50 Hz dengan faktor daya 0,B
tertinggal. Trafo mempunyai tahanan belitan primer R1 = 6
ohm, reaktansi belitan primer X1 = ‘20,B’ ohm, R2 = 0,B ohm,
reaktansi belitan sekunder X2 = 2 ohm. Dengan
menggunakan analisa rangkaian trafo dilihat dari sisi
primer, maka hitunglah berapa besarnya:
1. Tegangan pada sisi primer trafo yang sebenarnya
2. Regulasi tegangan pada trafo (VR)
Catatan:
B = 2 angka terakhir No. Bp
Analisa Rangkaian Ekuivalen
Trafo dilihat dari sisi ’Sekunder’
I2

I2

Ze2) + V2 𝑉 1′ − 𝑉 2
𝑉 𝑅= 𝑥 100 %
𝑉2
𝑉 1=𝑎𝑉 1′
Analisa Rangkaian Ekuivalen
Trafo dilihat dari sisi ’Sekunder’ Lanjutan

Ze2) + V2

𝑉 1=𝑎𝑉 1′ 𝐼 1′
𝐼 1=
𝑎
KUIS 3a
Sebuah Trafo 1 fasa mensuplai beban 5000 W tegangan
2300 V / 230 V, frekuensi 50 Hz dengan faktor daya 0,B
tertinggal. Trafo mempunyai tahanan belitan primer R1 = 6
ohm, reaktansi belitan primer X1 = ‘20,B’ ohm, R2 = 0,B ohm,
reaktansi belitan sekunder X2 = 2 ohm. Dengan
menggunakan analisa rangkaian trafo dilihat dari sisi
sekunder, maka hitunglah berapa besarnya:
1. Tegangan pada sisi primer trafo yang sebenarnya
2. Regulasi tegangan pada trafo (VR)
Catatan:
B = 2 angka terakhir No. Bp
KUIS 3b
Sebuah Trafo 1 fasa mensuplai beban 5000 VA tegangan
2300 V / 230 V, frekuensi 50 Hz dengan faktor daya 0,B
tertinggal. Trafo mempunyai tahanan belitan primer R1 = 6
ohm, reaktansi belitan primer X1 = ‘20,B’ ohm, R2 = 0,B ohm,
reaktansi belitan sekunder X2 = 2 ohm. Dengan
menggunakan analisa rangkaian trafo dilihat dari sisi
sekunder, maka hitunglah berapa besarnya:
1. Tegangan pada sisi primer trafo yang sebenarnya
2. Regulasi tegangan pada trafo (VR)
Catatan:
B = 2 angka terakhir No. Bp
Efisiensi pada Trafo ()

Yang mana:
Pout = PL (daya pada beban)
Pin = Pout + Prugi-rugi
Prugi-rugi = PC + PCU
PC = IC2 x RC
PCU = I12 x Re1 (dilihat dari sisi primer)
PCU = I22 x Re2 (dilihat dari sisi sekunder)

Keterangan:
Pout = PL = daya pada beban
Pin = daya masukan pada trafo
PC = rugi-rugi daya pada inti besi
PCU = rugi-rugi daya pada kumparan trafo
Efisiensi pada Trafo ()
(Lanjutan)
Rangkaian Ekuivalen Trafo Tanpa Beban
I1

Io

Ic Im
V1

R1 = tahanan belitan primer


X1 = reaktansi belitan primer
RC = tahanan pemagnetan pada inti
XM = reaktansi pemagnetan
Ic = arus rugi rugi inti
Im = arus magnetisasi
KUIS 4a
Sebuah Trafo 1 fasa mensuplai beban 5000 W, tegangan 230
V / 2300 V, frekuensi 50 Hz dengan faktor daya 0,B
tertinggal. Trafo mempunyai tahanan belitan primer R1 = 6
ohm, reaktansi belitan primer X1 = ‘20,B’ ohm, R2 = 0,B ohm,
reaktansi belitan sekunder X2 = 2 ohm. Hitunglah efisiensi
trafo bila trafo mempunyai:
1. Rugi rugi daya pada inti besi trafo = (20 x B) W
2. RC = 1000 ohm

Catatan:
B = 2 angka terakhir No. Bp
KUIS 4b
Sebuah Trafo 1 fasa mensuplai beban 5000 VA tegangan 230
V / 2300 V, frekuensi 50 Hz dengan faktor daya 0,B
tertinggal. Trafo mempunyai tahanan belitan primer R1 = 6
ohm, reaktansi belitan primer X1 = ‘20,B’ ohm, R2 = 0,B ohm,
reaktansi belitan sekunder X2 = 2 ohm. Hitunglah efisiensi
trafo bila trafo mempunyai:
1. Rugi rugi daya pada inti besi trafo = (20 x B) W
2. RC = 1000 ohm

Catatan:
B = 2 angka terakhir No. Bp
SEMOGA
SUKSES

Anda mungkin juga menyukai