Anda di halaman 1dari 98

1.

Pancasila Sebagai Dasar dan Ideologi Negara


2. UUD NRI Tahun 1945 Sebagai Konstitusi Negara serta
Ketetapan MPR
3. NKRI Sebagai Bentuk Negara, dan
4. Bhinneka Tunggal Ika Sebagai Semboyan Negara

2017
1
SOSIALISASI EMPAT PILAR
MPR RI
Pancasila sebagai Dasar
dan Ideologi Negara
Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 sebagai Konstitusi
Negara serta Ketetapan MPR

Negara Kesatuan Republik Indonesia


sebagai Bentuk Negara

Bhineka Tunggal Ika sebagai


Semboyan Negara
2
DASAR HUKUM SOSIALISASI

D UU NOMOR 27 TAHUN 2009


A tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD,
Pasal 15 Ayat (1) huruf e
S
A KOMITMEN
R KEPUTUSAN MPR RI NO. 1/MPR/ 2010
PIMPINAN MPR
MEMASYARAKATKAN
Tentang Peraturan Tata Tertib MPR, PANCASILA,
Pasal 22 ayat (1) huruf e UUD NRI TAHUN
H 1945, NKRI,
BHINNEKA
U TUNGGAL IKA

K INPRES NO.6 TAHUN 2005 tentang


Dukungan kelancaran pelaksanaan
U Sosialisasi UUD NRI Tahun 1945 yang
M dilakukan oleh MPR
3
TANTANGAN KEBANGSAAN
Menurut TAP MPR No.VI Tahun 2001 Tentang Etika Kehidupan Berbangsa

Masih lemahnya penghayatan dan pengamatan


I agama serta munculnya pemahaman terhadap
ajaran agama yang keliru dan sempit.

N Pengabaian terhadap kepentingan daerah serta


T timbulnya fanatisme kedaerahan.

E Kurang berkembangnya pemahaman dan


penghargaan atas kebinnekaan dan
R kemajemukan.

N Kurangnya keteladanan dalam sikap dan perilaku


sebagian pemimpin dan tokoh bangsa.
A
L Tidak berjalannnya penegakkan hukum
secara optimal.
4
TANTANGAN KEBANGSAAN
Menurut TAP MPR No.VI Tahun 2001 Tentang Etika Kehidupan Berbangsa

E Pengaruh Globalisasi
kehidupan yang semakin
K meluas dan persaingan
S antar bangsa yang
T semakin tajam.
E
R
N Makin Kuatnya intensitas
A intervensi kekuatan
global dalam perumusan
L kebijakan nasional.
PANCASILA
6
KEDUDUKAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA

Dasar dan Ideologi Negara

Filosofische Grondslag PANDANGAN


yaitu sebagai fondamen, HIDUP
filsafat, pikiran yang
mendalam PANCASILA (WAY OF LIFE)

PEMERSATU
BANGSA
7
PANCASILA SEBAGAI DASAR DAN IDEOLOGI NEGARA

Pancasila Sebagai Dasar Negara berarti Pancasila menjadi dasar untuk


mengatur penyelenggaraan negara dan seluruh warga negara Indonesia.

Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia


Tahun 1945 alenia keempat terdapat rumusan sila-sila Pancasila
sebagai dasar negara Indonesia. Rumusan sila-sila Pancasila itulah
dalam hukum positif Indonesia secara yuridis-konstitusional sah,
berlaku, dan mengikat seluruh lembaga negara, lembaga masyarakat,
dan setiap warga negara, tanpa kecuali.

Pancasila sebagai ideologi negara, dapa dimaknai sebagai sistem


kehidupan nasional yang meliputi aspek etika/moral, politik, ekonomi,
sosial budaya dan pertahanan keamanan dalam rangka pencapaian cita-
cita dan tujuan bangsa yang berlandaskan dasar negara.

Sumber : Buku Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara, 2012, hal. 87 - 94
PROSES PERUMUSAN PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA
8

SIDANG PERTAMA BPUPKI PANITIA KECIL/PANITIA SIDANG PPKI


(Ir. SOEKARNO (PANCASILA DALAM
SEMBILAN
MENAWARKAN 5 PRINSIP PEMBUKAAN
(PANCASILA DALAM
DASAR NEGARA YANG UUD NRI TAHUN 1945)
PIAGAM JAKARTA)
DIBERI NAMA PANCASILA) 18 AGUSTUS 1945
22 JUNI 1945
1 JUNI 1945

PIAGAM JAKARTA PANCASILA


DASAR
1. Ketuhanan Dengan
NEGARA/PANCASILA Kewajiban Menjalankan 1. Ketuhanan Yang Maha Esa
Syariat Islam Bagi Pemeluk- 2. Kemanusiaan Yang Adil
1. Kebangsaan Indonesia Pemeluknya
Dan Beradab
2. Kemanusiaan Yang Adil Dan
2. Internasionalisme Atau Beradab
3. Persatuan Indonesia
Peri-kemanusiaan 3. Persatuan Indonesia 4. Kerakyatan Yang Dipimpin
4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan
3. Mufakat Atau Demokrasi
Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan /
4. Kesejahteraan Sosial Dalam Permusyawaratan / Perwakilan
5. Ketuhanan Perwakilan 5. Keadilan Sosial Bagi
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Seluruh Rakyat Indonesia
Rakyat Indonesia

Rangkaian dokumen sejarah perumusan Pancasila yang bermula dari 1 Juni 1945, 22 Juni 1945, hingga
teks final 18 Agustus 1945, dapat dimaknai sebagai satu kesatuan dalam proses kelahiran Pancasila
sebagai dasar negara. (Sumber: Buku Empat Pilar MPR, 2012, hal 41)
SEJARAH PEMBENTUKAN 9
BADAN PENYELIDIK USAHA-USAHA PERSIAPAN
KEMERDEKAAN INDONESIA (BPUPKI)

Dimasa Akhir Perang Asia Timur Raya Tahun 1945, Pada tanggal
29 April 1945, Dibentuk Suatu Badan Yang Diberi Nama BPUPKI
Yang Bertugas Untuk Menyelidiki Hal-hal Penting Yang
Berhubungan Dengan Berbagai Hal Yang Diperlukan untuk
Kemerdekaan Bangsa Indonesia.

SUSUNAN
PENGURUS BPUPKI
TERDIRI DARI 69
ORANG + 7 ANGGOTA
MASA SIDANG I ISTIMEWA. KETUA MASA SIDANG I
(29 Mei – 1 Juni 1945) BPUPKI ADALAH (10 – 17 Juli 1945)
DR. K.R.T RADJIMAN
WEDIODININGRAT
MEMBICARAKAN
MEMBAHAS
PERUMUSAN DASAR
RANCANGAN UNDANG-
NEGARA INDONESIA
UNDANG DASAR
MERDEKA
SUSUNAN PENGURUS BPUPKI 10
• Ketua : Dr. K.R.T Radjiman Wediodiningrat
• Wakil Ketua I : Itjibangase Yosio
• Wakil Ketuan II : Raden Panji Soeroso
Anggota Anggota Anggota Tambahan
NO NO NO
Masa Sidang I (29 Mei – 1 Juni 1945) Masa Sidang I (29 Mei – 1 Juni 1945) Masa Sidang II (10 – 17 Juli 1945)
1 A.R. Baswedan 31 Mr. K.R.M.T Wongsonagoro 61 Adbdul Kaffar
2 Abdoel Kadir 32 Mr. Mohammad Yamin 62 B.K.P.A Soerjo Hamidjojo
3 A. Kahar Moezzakir 33 Mr. R. Ahmad Soebardjo 63 Pangeran Mohammad Noor
4 Abikoesno Tjokrosoejoso 34 Mr. R. Hindromartono 64 K.H. Abdul Fatah Hasan
5 Agus Muhsin Dasaad 35 Mr. R. Mas Sartono 65 Mr. Mas Besar Martokoessoemo
6 Bendoro Pangeran Hario Poeroebojo 36 Mr. R. Pandji Singgih 66 R. Asikin Natanegara
7 Bendoro Pangeran Hario Bintoro 37 Mr. R. Samsoedin
8 R. Boentaran Martoatmodjo 38 Mr. R. Sastromoeljono
9 Dr. Samsi Sastrawidagda 39 Mr. R. Soewandi NO Anggota Istimewa
10 Dr. Soekiman Wirjosandjojo 40 Mr. Soesanto Tirtoprojo
11 Drs. K.R.M Ario Sosrodiningrat 41 Mr. Tan Eng Hoa 1 Ide Teitiro
12 Drs. Mohammad Hatta 42 Ny. Mr. Maria Ulfa Santoso 2 Itagaki Masamitu
13 K.H. Abdoel Wachid Hasyim 43 Ny. R. Soekaptinah S. Mangoenpoepita 3 Masuda Toyohiko
14 H. Agus Salim 44 Oei Tiang Tjoei 4 Matuura Mitikiyo
15 Ir. R Ashar Sutedjo Moenandar 45 Oei Tjong Hauw 5 Miyano Syoozoo
16 Ir. R.M. Panjdi Soerachman Tjokroadisoerjo 46 P.F. Dahler 6 Tanaka Minoru
17 Ir. Soekarno 47 Parada Harahap 7 Takonomi Tokuzi
18 K.H Abdoel Halim 48 Prof. Dr. Mr. R. Soepomo
19 K.H Ahmad Sanoesi 49 Prof. Dr. Pangeran Ario Housein Djajadiningrat
20 K.H. Mas Mansoer 50 Prof. Dr. R. Asikin Widjajakoesoema
21 K.H. Masjkoer 51 Prof. Ir. R. Rooseno
22 K.R.M.T Hario Woerjaningrat 52 R.A.A Soemitro Kolopaking Poerbonegoro
23 Ki Bagoes Hadikoesoemo 53 R.A.A Wiranatakoesoemah
24 Ki Hajar Dewantara 54 R. Abdoelrahim Pratalykrama
25 Lim Koen Hian 55 R.M Margono Djojohandikoesoemo
26 Mas Aris 56 R.M.T Ario Soerjo
27 Mas Soetardjo Kartohadikoesoemo 57 R. Otto Iskandardinata
28 Mr. A.A Maramis 58 R. Roeslan Wongsokoesoemo
29 Mpt.Dr.R. Koesomaatmadja 59 R. Soedirman
30 Mr. K Latuharhary 60 R. Soekardjo Wirjopranoto

Sumber: Setjen MPR RI, Konstitusi dan MPR Dalam Dinamika Sejarah, 2014, hal 61-62
11
PIDATO SOEKARNO 1 JUNI 1945
PANCASILA TRISILA EKASILA

Kebangsaan
Sosio
Nasionalisme
Internasionalisme
atau
Perikemanusiaan

Sosio GOTONG
Mufakat atau Demokrasi ROYONG
Demokrasi

Kesejahteraan
Sosial

Ketuhanan
Ketuhanan

(Sumber: Buku Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegaram 2011, hal 32-33)
12
PANITIA DELAPAN

Ir. Soekarno R. Otto Iskandardinata


(Ketua) (Kebangsaan)

M. S
Drs. Moh. Hatta Kartohadikoesoemoe
(Kebangsaan) (Kebangsaan)

Ki Bagoes
Mr. Moh Yamin Hadikoesoemoe
(Kebangsaan) (Islam)

Mr. A. A Maramis K.H Wachid Hasjim


(Kebangssaan) (Islam)

(Sumber: Buku Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegaram, 2012, hal 35)
PANITIA SEMBILAN 13

Ir. Soekarno Mr. A. Soebardjo


(Ketua) (Kebangsaan)

K.H Wachid
Drs. Moh. Hatta Hasjim (Islam)
(Kebangsaan)
H. Agus Salim
(Islam)
Mr. Moh Yamin
(Kebangsaan) K.H. Kahar
Moezakkir
(Islam)

Mr. A. A Maramis R. Abikoesno


(Kebangssaan) Tjokrosoejoso
(Islam)
(Sumber: Buku Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegaram, 2012, hal 36)
14

PIAGAM JAKARTA 22 JUNI 1945


Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu
maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan.
Dan perjuangan pergerakan Kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat
yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan
pintu gerbang Kemerdekaan Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil
dan makmur.
Atas berkat Rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan
luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka Rakyat Indonesia dengan
ini menyatakan kemerdekaannya.
Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang
melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan
untuk memajukan kesedjahteraan umum, mencerdaskan kehidupan Bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam
suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan
Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat, dengan berdasar kepada:
Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan sjariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya,
Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta
dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
SUSUNAN PNGURUS 15
PANITIA PERSIAPAN KEMERDEKAAN INDONESIA (PPKI)
• Ketua : Soekarno
• Wakil Ketua : Drs. Moh. Hatta
NO ANGGOTA

1 Dr. K.R.T. Radjiman Wediodiningrat


2 Raden.Pandji Soeroso
3 Abdoel Kadir
4 Bandoro Pangeran Hario Poeroebojo
5 H. Abdoel Wachid Hasjim
6 Ki Bagoes Hadikoesoemo
7 Mas Soetardjo Kartohadikoesoemo
8 Prof. Dr. Mr. Soepomo
9 R. Otto Iskandardinata
10 B.K.P.A Soerjo Hamidjojo
11 A.A. Hamidhan
12 Mr. J. Latuharhary
13 I Gusti Ketut Pudja
14 Sam Ratulangi
15 Andi Pangeran
16 Dr. Amir
17 Abdoellah Abas
18 Mr. T. Mohammad Hassan
19 Yap Tjwan Bing
20 A. Wiranatakoesoemah (anggota tambahan)
21 Ki Hajar Dewantara (anggota tambahan)
22 Mr. Kasman Singodimedjo (anggota tambahan)
23 Sajuti Melik (anggota tambahan)
24 Mr. Iwa Koesoema Soemantri (anggota tambahan)
25 Mr. R. Ahcmad Soebardjo (anggota tambahan)

Sumber: Setjen MPR RI, Konstitusi dan MPR Dalam Dinamika Sejarah, 2014, hal 95-97
16
17

PEMBUKAAN UUD TAHUN 1945


(Disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh PPKI)

Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan
di atas dunia harus dihapuskan,karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia
dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara
Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya
berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini
kemerdekaannya.
Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan
Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu
susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada: Ketuhanan
Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan
suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

NASKAH PEMBUKAAN UUD TAHUN 1945 TERSEBUT


MERUPAKAN KESEPAKATAN FINAL, SAH DAN MENGIKAT SELURUH RAKYAT DAN BANGSA
INDONESIA. SEJAK DISAHKAN TANGGAL 18 AGUSTUS 1945, PANCASILA RESMI MENJADI DASAR NEGARA
PRINSIP-PRINSIP DALAM PEMBUKAAN (PREAMBULE) 18
UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

Pengakuan HAM Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh
Sebagai Hak sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak
Universal Segala sesuai dengan peri-kemanusiaan dan peri-keadilan.
Bangsa

Penegasan Tentang Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah


Perjuangan kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa
Pergerakan mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan
Kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

Pengakuan Terhadap Nilai-


Nilai Religi, Tekad Untuk Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan
Merdeka, Pernyataan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas,
Bukan Negara Sekuler dan
Bukan Negara Agama
maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.

1. Hakikat Tujuan Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara
Negara; Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
2. Cara Mencapai darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
Tujuan Negara mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
Melalui Hukum yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial,
maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu
Dasar dan
Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu
Kedaulatan
susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan
Rakyat;
berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan
3. Prinsip Dasar
beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
Penyelenggaraan
kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan
Negara.
mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
19
INTISARI NILAI-NILAI
YANG TERKANDUNG DALAM PANCASILA

SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA


Pada prinsipnya menegaskan bahwa bangsa Indonesia adalah
bangsa yang ber-Tuhan dan menolak paham anti Tuhan (atheisme)

Pada prinsipnya bangsa Indonesia wajib untuk menyembah


Tuhannya dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya
masing-masing secara leluasa, berkeadaban,

Pada prinsipnya bangsa Indonesi melaksanakan perintah agama


dan kepercayaannya masing-masing dengan tetap mengedepankan
harmoni dalam kehidupan bermasyarakat, bebrbangsa dan
bernegara

Pada prinsipnya bangsa Indonesia menjalankan perintah agama


dan kepercayaannya masing-masing dengan cara berbudi pekerti
luhur dan sikap saling menghormati
20

SILA KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB

Pada prinsipnya menegaskan bahwa Indonesia


adalah negara bangsa (nation state) yang merdeka,
bersatu dan berdaulat menuju kepada
kekeluargaan bangsa-bangsa di dunia

Pada prinsipnya menegaskan bahwa bangsa


Indonesia adalah bangsa yang menghendaki
pergaulan bangsa-bangsa di duniad dengan
prinsip saling menghormati nilai-nilai
nasionalisme setiap bangsa yang tumbuh subur
dalam taman sarinya bangsa-bangsa di dunia

Pada prinsipnya menegaskan bahwa bangsa


Indonesia merupakan bagian dari kemanusiaan
universal yang menjunjung tinggi hak asasi
manusia dan mengembangkan persaudaraan
dunia berdasarkan nilai-nilai keadilan dan
keadaban
21

SILA PERSATUAN INDONESIA


Pada prinsipnya menegaskan bahwa kita mendirikan suatu
Negara Kebangsaan Indonesia untuk seluruh rakyat
Indonesia, bukan negara untuk satu kelompok, maupun
untuk satu golongan

Pada prinsipnya menegaskan bahwa Persatuan Indonesia


bernafaskan semangat kebangsaan yang melindungi
segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia yang
senasib dan sepenanggungan dalam bingkai Negara
Kesatuan Republik Indonesia

Pada prinsipnya menegaskan bahwa Persatuan Indonesia


adalah sikap kebangsaan yang saling mengormati
perbedaan dan keberagaman masyarakat dan bangsa
Indonesia

Pada prinsipnya menegaskan kebangsaan Indonesia


bukanlah kebangsaan yang sempit dan berlebihan
(chauvinisme), melainkan kebangsaan yang menghormati
eksistensi bangsa-bangsa lain
22
SILA KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT
KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYAWARATAN/PERWAKILAN
Pada prinsipnya menegaskan bahwa negara Indonesia adalah
negara demokrasi yang mengakui dan menjunjung tinggi
kedaulatan rakyat

Pada prinsipnya menegaskan bahwa bangsa Indonesia memelihara


dan mengembangkan semangat bermusyawarah untuk mufakat
dalam pengambilan setiap keputusan

Pada prinsipnya menegaskan bahwa bangsa Indonesia meyakini


jalan musyawarah untuk mufakat dapat menjaga keselamatan dan
keberlangsungan bangsa dan negara

Pada prinsipnya menegaskan bahwa bangsa Indonesia tidak


mengenal sistem diktator mayoritas dan tirani minoritas

Pada prinsipnya bangsa Indonesia dalam mengambil keputusan


senantiasa dipimpin oleh nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan,
persatuan, dan keadilan dalam semangat hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan untuk mewujudkan keadilan
23
SILA KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT
INDONESIA

Pada prinsipnya negara Indonesia didirikan untuk


bersungguh-sungguh memajukan kesejahteraan bagi
seluruh rakyat Indonesia baik lahir maupun batin

Pada prinsipnya dalam negara Indonesia setiap warga


negara berhak untuk mendapatkan pekerjaan dan
penghidupan yang layak, bermartabat dan berkeadilan
bagi kemanusiaan

Pada prinsipnya negara Indonesia wajib menjamin setiap


warga negara untuk mendapatkan pendidikan, pekerjaan
dan penghidupan yang layak, bermartabat dan
berkeadilan
KESEPAKATAN DASAR 24
PERUBAHAN UUD 1945
Dari Perubahan pertama sampai dengan perubahan ke-empat (1999-2002), MPR
memiliki kesepakatan dasar berkaitan dengan perubahan yang mengemuka sejak
Panitia Ad Hoc III (PAH) Badan Pekerja MPR dan ditegaskan kembali dalam PAH I BP
MPR yakni :

1. Tidak mengubah Pembukaan UUD 1945

2. Tetap mempertahankan Negara Kesatuan Republik


Indonesia

3. Mempertegas sistem presidensiil

4. Penjelasan UUD 1945 yang memuat hal-hal normatif


akan dimasukan ke dalam pasal-pasal

5. Perubahan dilakukan dengan cara “adendum”


BAHAN TAYANG
UNDANG-UNDANG DASAR
NEGARA REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 1945

SEKRETARIAT JENDERAL MPR RI


TAHUN 2017
UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA 25
TAHUN 1945 SEBAGAI HUKUM DASAR

UNDANG-UNDANG DASAR
mengatur 4 hal penting :

1. Prinsip kedaulatan
rakyat dan negara
hukum.
2. Pembatasan kekuasaan
organ-organ negara.
3. Mengatur hubungan
antar lembaga-lembaga
negara.
4. Mengatur hubungan
kekuasaan antar
lembaga-lembaga negara
dengan warga negara.

Merupakan hukum dasar tertulis dan tertinggi


serta merupakan puncak dari seluruh
peraturan perundang-undangan.
26
SEJARAH PERJALANAN UNDANG-UNDANG DASAR

KONSTITUSI UUD UUD NRI


UUD 1945 RI SERIKAT SEMENTARA
UUD 1945
Tahun
18 AGUSTUS 1945 1949 1950 Dekrit Presiden 1945 Hasil
5 JULI 1959 S.D.
S.D. 27 DESEMBER
27 DESEMBER 1949 17 AGUSTUS 1950 Perubahan
1949 S.D. 5 JULI 1959 TAHUN 1999
S.D. 17 AGUSTUS
1950
1. Masa peralihan 1. Perubahan
1. Banyak negara 1. Lembaga 1. Di bagian konsideran
revolusi fisik pertama tahun
bagian yang konstituante disebutkan bahwa
belum tuntas 1999, ditetapkan
tidak tunduk selama 2,5 Piagam Jakarta
Tanggal 19
2. Rongrongan tertanggal 22 Juni
kepada Tahun belum Oktober 1999.
penjajah tidak 1945 menjiwai UUD
pemerintah dapat 2. Perubahan kedua
mengakui 1945 dan adalah
federal menyelesaikan tahun 2000,
kemerdekaan merupakan suatu
2. Wibawa tugasnya ditetapkan
Indonesia rangkaian kesatuan
pemerintah 2. Rapat tidak tanggal 18
3. Praktek dengan Konstitusi
berkurang memenuhi tersebut Agustus 2000.
penyelenggaraa
3. Dari 16 negara Kuorum 3. Perubahan ketiga
n negara
bagian hanya 3 3. Situasi tanah air 2. Menetapkan UUD
tahun 2001,
menggunakan ditetapkan
negara bagian semakin genting 1945 berlaku lagi
sistem tanggal 9
yang tunduk : 4. Tanggal 5 Juli segenap bangsa
parlementer November 2001.
negara republik 1959 Presiden Indonesia dan seluruh
sedangkan UUD 4. Perubahan
indonesia , mengeluarkan tumpah darah
1945 keempat tahun
Indonesia timur, Dekrit untuk Indonesia terhitung
menggunakan mulai hari tanggal 2002, ditetapkan
dan negara kembali ke UUD
sistem penetapan dekrit ini tanggal 10
sumatera timur 1945
Presidensiil dan tidak berlakunya Agustus 2002.
lagi UUDS 1950
PROSES PERUBAHAN
UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945
27

Sebelum Perubahan Latar Belakang Tujuan Perubahan


Tuntutan Reformasi
Perubahan
Menyempurnakan aturan
Antara lain: 1. Pembukaan 1. Kekuasaan tertinggi di dasar, mengenai:
2. Batang Tubuh tangan MPR
1.Amandemen UUD 1945 1.Tatanan negara
- 16 bab 2. Kekuasaan yang sangat
2.Penghapusan doktrin 2.Kedaulatan Rakyat
- 37 pasal besar pada Presiden
3.HAM
Dwi Fungsi ABRI 3. Pasal-pasal yang terlalu
- 49 ayat 4.Pembagian kekuasaan
“luwes” sehingga dapat
3.Penegakan hukum, HAM, - 4 pasal Aturan 5.Kesejahteraan Sosial
menimbulkan multitafsir
dan pemberantasan KKN Peralihan 4. Kewenangan pada 6.Eksistensi negara
4.Otonomi Daerah - 2 ayat Aturan Presiden untuk mengatur demokrasi dan negara
Tambahan hal-hal penting dengan hukum
5.Kebebasan Pers undang-undang 7.Hal-hal lain sesuai dengan
3. Penjelasan
6.Mewujudkan kehidupan 5. Rumusan UUD 1945 perkembangan aspirasi dan
demokrasi tentang semangat kebutuhan bangsa
penyelenggara negara
belum cukup didukung
ketentuan konstitusi

Hasil Perubahan Sidang MPR Kesepakatan Dasar Dasar Yuridis

1. Pembukaan 1. Sidang Umum MPR 1999 1. Tidak mengubah


Pembukaan UUD 1945 1. Pasal 3 UUD 1945
2. Pasal-pasal: Tanggal 14-21 Okt 1999
2. Tetap mempertahankan 2. Pasal 37 UUD 1945
- 21 bab 2. Sidang Tahunan MPR
Negara Kesatuan
- 73 pasal 2000 Republik Indonesia 3. TAP MPR No.IX/MPR/1999
- 170 ayat Tanggal 7-18 Agt 2000 3. Mempertegas sistem 4. TAP MPR No.IX/MPR/2000
- 3 pasal Aturan Peralihan 3. Sidang Tahunan MPR presidensiil
- 2 pasal Aturan Tambahan 2001 4. Penjelasan UUD 1945 5. TAP MPR No.XI/MPR/2001
Tanggal 1-9 Nov 2001 yang memuat hal-hal
4. Sidang Tahunan MPR normatif akan dimasukan
2002 ke dalam pasal-pasal
5. Perubahan dilakukan
Tanggal 1-11 Agt 2002
dengan cara “adendum”
28
NASKAH RESMI UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK
INDONESIA TAHUN 1945
Naskah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945 dan diberlakukan kembali dengan
Dekrit Presiden pada tanggal 5 Juli 1959 serta dikukuhkan secara aklamasi
pada tanggal 22 Juli 1959 oleh Dewan Perwakilan Rakyat (sebagaimana
tercantum dalam Lembaran Negara Nomor 75 Tahun 1959)

Naskah Perubahan Pertama Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia


Tahun 1945 (hasil Sidang Umum MPR Tahun 1999), sebagaimana tercantum
dalam Lembaran Negara Nomor 11 Tahun 2006

Naskah Perubahan Kedua Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia


Tahun 1945 (hasil Sidang Tahunan MPR Tahun 2000), sebagaimana tercantum
dalam Lembaran Negara Nomor 12 Tahun 2006

Naskah Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia


Tahun 1945 (hasil Sidang Tahunan MPR Tahun 2001), sebagaimana tercantum
dalam Lembaran Negara Nomor 13 Tahun 2006

Naskah Perubahan Keempat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia


Tahun 1945 (hasil Sidang Tahunan MPR Tahun 2002), sebagaimana tercantum
dalam Lembaran Negara Nomor 14 Tahun 2006

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Dalam Satu


Naskah (Risalah Rapat Paripurna ke-5 Sidang Tahunan MPR Tahun 2002
Sebagai Naskah Perbantuan Dan Kompilasi Tanpa Ada Opini)
29
BENTUK DAN KEDAULATAN
BAB I
Negara Indonesia ialah Negara
Kesatuan, yang berbentuk Republik
[Pasal 1 (1)]

Kedaulatan berada di
tangan rakyat dan
Negara Indonesia dilaksanakan
adalah negara huku m menurut Undang-
[Pasal 1 (3)***] Undang Dasar
[Pasal 1 (2)***]
PENATAAN KEKUASAAN/LEMBAGA NEGARA 30
PUSAT
UUD NRI TAHUN 1945

kpu BPK bank


sentral Presiden DPR MPR DPD MA MK KY
Badan-badan lain
kementerian
Yang fungsinya
negara
Berkaitan dengan
dewan
pertimbangan Kekuasaan
kehakiman
TNI/POLRI

Perwakilan
BPK Provinsi
Pemerintahan Daerah
Provinsi
Lingkungan DAERAH
Peradilan Umum
Gubernur DPRD
Lingkungan
` Peradilan Agama
Pemerintahan Daerah Lingkungan
Kabupaten/Kota
Peradilan Militer
Bupati/
Walikota
DPRD Lingkungan
Peradilan TUN

Legislatif Eksekutif Yudikatif


DPR Presiden MA MK
Memegang kekuasaan Memegang kekuasaan Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan
yang merdeka untuk menyelenggarakan
membentuk UU pemerintahan peradilan guna menegakkan
Pasal 20 (1)* Pasal 4 (1) hukum dan keadilan
Pasal 24 (1)***
MAJELIS PERMUSYAWARATAN 31
RAKYAT BAB II
ANGGOTA
ANGGOTA
DPR
DPR
dan
ditambah
UTUSAN
DAERAH dan
MPR ANGGOTA
DPD
GOLONGAN Dipilih melalui
pemilu

Wewenang Sebelum Perubahan Wewenang Sesudah Perubahan


1. Menetapkan dan mengubah UUD 1945; 1. Mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar
[Pasal 3 ayat (1)*** dan Pasal 37**** ];
2. Menetapkan garis-garis besar daripada haluan
negara; 2. Melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden [Pasal 3
ayat (2)***/**** ];
3. Memilih dan memberhentikan Presiden dan 3. Memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden
Wakil Presiden; dalam masa jabatannya menurut Undang-Undang
4. Membuat Putusan yang tidak dapat dibatalkan Dasar [Pasal 3 ayat (3)***/****];
oleh lembaga negara lainnya; 4. Memilih Wakil Presiden dari dua calon yang diusulkan
oleh Presiden dalam hal terjadi kekosongan Wakil
5. Memberikan penjelasan/penafsiran terhadap Presiden [Pasal 8 ayat (2)***];
Putusan MPR;
5. Memilih Presiden dan Wakil Presiden dari dua pasangan
6. Meminta pertanggungjawaban Presiden. calon Presiden dan Wakil Presiden yang diusulkan oleh
partai politik atau gabungan partai politik yang
pasangan calon Presiden dan Wakil Presidennya meraih
suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan
umum sebelumnya sampai berakhir masa jabatannya
[Pasal 8 ayat (3)****].
32
MEKANISME PERUBAHAN UNDANG-UNDANG DASAR

LEMBAGA YANG
BERWENANG PROSES PERUBAHAN OBJEK PERUBAHAN

Usul perubahan diajukan secara


Pasal-Pasal
MPR berwenang diajukan oleh tertulis dan
ditunjukkan dengan Undang-Undang Dasar
mengubah dan sekurang-
jelas bagian yang
menetapkan kurangnya 1/3 diusulkan untuk
Undang-Undang dari jumlah diubah beserta
Dasar anggota MPR alasannya Yang tidak dapat
[Pasal 37 (1)****] [Pasal 37 (2)****] dilakukan perubahan

[Pasal 3 Ayat (1)] 1. Pembukaan Undang-


Undang Dasar
Putusan dilakukan (Kesepakatan Dasar)
sidang MPR dihadiri 2. Bentuk Negara
dengan persetujuan
oleh sekurang- Kesatuan Republik
sekurang-kurangnya
kurangnya 2/3 dari Indonesia
50% + 1 anggota
jumlah anggota
dari seluruh anggota [Pasal 37 (5)****]
MPR
MPR
[Pasal 37 (3)****]
[Pasal 37 (4)****]
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 33
BAB VII
anggota DPR
dapat
anggota DPR
dipilih melalui
DPR diberhentikan
dari jabatannya,
yang syarat-
memegang
pemilihan umum kekuasaan syarat dan tata
[Pasal 19 (1)**] membentuk UU caranya
[Pasal 20 (1)*] diatur dalam
undang-undang
(Pasal 22B**)

Fungsi, Wewenang, dan Hak


Antara lain tentang:
1. memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan 7. pemberian pertimbangan kepada Presiden dalam
fungsi pengawasan [Pasal 20A (1)**] ; pemberian amnesti dan abolisi [Pasal 14 (2)*] ;
2. mempunyai hak interpelasi, hak angket, dan hak 8. persetujuan atas perpu [Pasal 22 (2)] ;
menyatakan pendapat [Pasal 20A (2)**] ; 9. pembahasan dan persetujuan atas RAPBN yang
3. pengajuan usul pemberhentian Presiden dan/atau diajukan oleh Presiden [Pasal 23 (2) dan (3)***] ;
Wakil Presiden [Pasal 7B (1)***] ;
10. pemilihan anggota BPK dengan memperhatikan
4. persetujuan dalam menyatakan perang, membuat
pertimbangan DPD [Pasal 23F (1)***] ;
perdamaian dan perjanjian
[Pasal 11 (1) dan (2)****] ; 11. persetujuan calon hakim agung yang diusulkan oleh KY
5. pemberian pertimbangan kepada Presiden dalam [Pasal 24A (3)***] ;
pengangkatan duta [Pasal 13 (2)*] ; 12. persetujuan pengangkatan dan pemberhentian anggota
6. pemberian pertimbangan kepada Presiden dalam KY [Pasal 24B (3)***] ;
menerima penempatan duta negara lain 13. pengajuan tiga orang calon anggota hakim konstitusi
[Pasal 13 (3)*] ; [Pasal 24C (3)***] ;
34
MEKANISME PEMBENTUKAN UNDANG-UNDANG

Dalam hal RUU


tidak disahkan
Terkait dengan dalam waktu
Kewenangan DPD 30 hari, RUU
tersebut sah
menjadi UU
dan wajib
mendapat
DPD DPR persetujuan bersama
diundangkan
[Pasal 20 (5)**]
dapat memegang
mengajukan RUU kekuasaan RUU dibahas
yang sesuai membentuk oleh DPR dan Presiden mengesahkan
dengan
UU Presiden untuk UU
kewenangannya berhak
[Pasal 20 (1)*] mendapat [Pasal 20 (4)*]
[Pasal 22D (1)***] mengajukan
persetujuan
RUU
ikut membahas Anggota bersama
[Pasal 5 (1)*]
dan memberikan berhak [Pasal 20 (2)*]
pertimbangan mengajukan tidak boleh
atas RUU yang usul RUU tidak mendapat diajukan lagi
sesuai dengan (Pasal 21*)
kewenangannya persetujuan bersama dalam
[Pasal 22D (2)***] persidangan
masa itu
[Pasal 20 (3)*]
PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN 35
PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

mengajukan
[Pasal 23 (2)***]

RAPBN

memberi
Presiden DPR pertimbangan
[Pasal 23 (2)***]
DPD

TIDAK

membahas Pemerintah Pemerintah


bersama menjalankan menjalankan
[Pasal 23 (2)***]
persetujuan YA
APBN APBN
RAPBN

tahun lalu
[Pasal 23 (3)***]
36
PERATURAN PEMERINTAH SEBAGAI PENGGANTI UNDANG-UNDANG
(PERPU)

setuju menjadi UU

Presiden
Perpu itu
Dalam hal ihwal harus
kegentingan yang mendapat
memaksa, berhak
menetapkan
persetujuan
DPR
DPR
Perpu [Pasal 22 (2)]
[Pasal 22 (1)]
tidak harus dicabut
setuju [Pasal 22 (3)]
37
DEWAN PERWAKILAN DAERAH
BAB VIIA

Anggota DPD dipilih dari


setiap provinsi melalui pemilu Anggota DPD dapat
[Pasal 22C (1)***] diberhentikan dari

DPD
jabatannya, yang syarat-
Anggota DPD dari setiap syarat dan tata caranya
provinsi jumlahnya sama dan diatur dalam
jumlah seluruh anggota DPD itu
undang-undang
tidak lebih 1/3 jumlah
[Pasal 22D (4)***]
anggota DPR
[Pasal 22C (2)***]
38
KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH

KEWENANGAN DPD
dapat
I. RUU yang berkaitan dapat ikut memberi
melakukan
mengajukan membahas pertimbangan
dengan: pengawasan
1. Otonomi daerah ● ● ●
2. Hubungan pusat dan daerah ● ● ●
3. Pembentukan dan pemekaran
serta penggabungan daerah ● ● ●
4. Pengelolaan sumber daya
alam dan sumber daya ● ● ●
ekonomi lainnya
5. Perimbangan keuangan pusat
dan daerah ● ●
6. RAPBN ● ●
7. Pajak ● ●
8. Pendidikan ● ●
9. Agama ● ●
II. Pemilihan anggota BPK ●
SYARAT, MASA JABATAN, WEWENANG, KEWAJIBAN DAN HAK PRESIDEN/WAKIL PRESIDEN 39
BAB III

Calon Presiden dan calon Presiden dan Wakil Presiden


Wakil Presiden harus seorang dipilih dalam satu pasangan
warga negara Indonesia sejak secara langsung oleh rakyat
kelahirannya dan tidak pernah [Pasal 6A (1)***]
menerima kewarganegaraan
lain karena kehendaknya Presiden/ Presiden dan Wakil Presiden
sendiri, tidak pernah memegang jabatan selama
mengkhianati negara, serta Wakil Presiden lima tahun, dan sesudahnya
mampu secara rohani dan dapat dipilih kembali dalam
jasmani untuk melaksanakan jabatan yang sama, hanya
tugas dan kewajiban sebagai untuk satu kali masa jabatan.
Presiden dan Wakil Presiden. (Pasal 7 *)
[Pasal 6 (1)***]

Wewenang, Kewajiban, dan Hak


Antara lain tentang:
1. memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD [Pasal 4 (1)];
2. berhak mengajukan RUU kepada DPR [Pasal 5 (1)*];
3. menetapkan peraturan pemerintah [Pasal 5 (2)*];
4. memegang teguh UUD dan menjalankan segala UU dan peraturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti kepada Nusa dan Bangsa [Pasal 9 (1)*];
5. memegang kekuasaan yang tertinggi atas AD, AL, dan AU (Pasal 10);
6. menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain dengan persetujuan DPR [Pasal 11 (1)****];
7. membuat perjanjian internasional lainnya… dengan persetujuan DPR [Pasal 11 (2)***];
8. menyatakan keadaan bahaya (Pasal 12);
9. mengangkat duta dan konsul [Pasal 13 (1)]. Dalam mengangkat duta, Presiden memperhatikan pertimbangan DPR [Pasal 13 (2)*];
10. menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan pertimbangan DPR [Pasal 13 (3)*];
11. memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan MA [Pasal 14 (1)*];
12. memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan DPR [Pasal 14 (2)*];
13. memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan yang diatur dengan UU (Pasal 15)*;
14. membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas memberikan nasihat dan pertimbangan kepada Presiden (Pasal 16)****;
15. pengangkatan dan pemberhentian menteri-menteri [Pasal 17 (2)*];
16. pembahasan dan pemberian persetujuan atas RUU bersama DPR [Pasal 20 (2)*] serta pengesahan RUU [Pasal 20 (4)*];
17. hak menetapkan peraturan pemerintah sebagai pengganti UU dalam kegentingan yang memaksa [Pasal 22 (1)];
18. pengajuan RUU APBN untuk dibahas bersama DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD [Pasal 23 (2)***];
19. peresmian keanggotaan BPK yang dipilih oleh DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD [Pasal 23F (1)***];
20. penetapan hakim agung dari calon yang diusulkan oleh KY dan disetujui DPR [Pasal 24A (3)***];
21. pengangkatan dan pemberhentian anggota KY dengan persetujuan DPR [Pasal 24B (3)***];
22. pengajuan tiga orang calon hakim konstitusi dan penetapan sembilan orang anggota hakim konstitusi [Pasal 24C (3)***].
PRESIDEN PERLU MENDAPAT PERSETUJUAN DAN PERTIMBANGAN DPR
40
SERTA PERTIMBANGAN MA

DPR Presiden MA

dengan menyatakan perang, membuat perdamaian dan


persetujuan perjanjian dengan negara lain dan internasional
lainnya yang menimbulkan akibat yang luas dan
mendasar bagi kehidupan rakyat
[Pasal 11 (1)**** dan (2)***]

menyatakan keadaan bahaya


(Pasal 12)
dengan
pertimbangan mengangkat dan menerima Duta
[Pasal 13 (2)* dan (3)*]
dengan
memberi grasi dan rehabilitasi pertimbangan
[Pasal 14 (1)*]
dengan
pertimbangan
memberi amnesti dan abolisi
[Pasal 14 (2)*]

memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda


kehormatan yang diatur dengan
undang-undang
(Pasal 15 *)
41
KEMENTERIAN NEGARA DAN DEWAN PERTIMBANGAN

Presiden

dibantu
menteri-menteri negara Pembentukan,
membentuk suatu [Pasal 17 (1)] pengubahan, dan
dewan pertimbangan
yang diangkat dan pembubaran
yang bertugas
diberhentikan oleh Presiden kementerian negara
memberikan nasihat
[Pasal 17 (2)*] diatur dalam undang-
dan pertimbangan
undang
kepada Presiden membidangi urusan tertentu
dalam pemerintahan [Pasal 17 (4) ***]
(Pasal 16) ****
[Pasal 17 (3)*]
PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 42

Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu


pasangan secara langsung oleh rakyat
[Pasal 6A (1)***]

diusulkan partai politik atau gabungan partai


politik peserta pemilu sebelum pelaksanaan pemilu
[Pasal 6A (2) ***]

mendapatkan suara >50%


jumlah suara dalam pemilu Presiden
dengan sedikitnya 20% di
Pemilu setiap provinsi yang dan
tersebar di lebih dari 1/2 Wapres
jumlah provinsi
[Pasal 6A (3)***]

Dalam hal tidak ada pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden terpilih

pasangan calon yang


memperoleh suara terbanyak
pertama dalam pemilu pasangan yang
Pemilu memperoleh
pasangan calon yang suara terbanyak
memperoleh suara terbanyak
kedua dalam pemilu [Pasal 6A (4)****]
PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 43
DALAM HAL KEDUANYA BERHALANGAN TETAP SECARA BERSAMAAN

[Pasal 8 (3)****] Presiden


parpol atau gabungan parpol dan
yang pasangan calon Wapres
Presiden dan Wapresnya mengusulkan
meraih suara terbanyak pasangan calon
pertama dalam pemilu Presiden dan
sebelumnya Wapres
MPR
selambat-lambatnya
parpol atau gabungan parpol dalam waktu 30 hari
yang pasangan calon menyelenggarakan
mengusulkan
Presiden dan Wapresnya sidang MPR untuk
pasangan calon memilih
meraih suara terbanyak Presiden dan
kedua dalam pemilu Wapres
sebelumnya

PEMILIHAN WAKIL PRESIDEN DALAM HAL TERJADI KEKOSONGAN WAKIL PRESIDEN

MPR
mengajukan selambat-lambatnya Wapres
dua calon dalam waktu 60 hari
Presiden Wapres menyelenggarakan terpilih
sidang MPR untuk
memilih Wapres
[Pasal 8 (2)***]
MEKANISME PENGUSULAN PEMBERHENTIAN 44
PRESIDEN DAN/ATAU WAKIL PRESIDEN
Presiden
DPR MPR dan/atau Wakil
Presiden terus
Pendapat DPR bahwa Presiden DPR menjabat
wajib menyelenggarakan
dan/atau Wakil Presiden telah menyelenggarakan
sidang untuk memutuskan
melakukan pelanggaran hukum sidang paripurna
usul DPR paling lambat 30
ataupun telah tidak lagi untuk meneruskan usul DPR
hari sejak usul diterima
memenuhi syarat usul pemberhentian tidak diterima
[Pasal 7B (6)***]
[Pasal 7B (2)***] kepada MPR
[Pasal 7B (5)***]
Keputusan diambil dalam
Pengajuan permintaan DPR
sidang paripurna, dihadiri
kepada MK hanya dapat
sekurang-kurangnya 3/4
dilakukan dengan dukungan
jumlah anggota, disetujui usul DPR
sekurang-kurangnya 2/3 dari
sekurang-kurangnya 2/3 diterima
jumlah anggota yang hadir
jumlah yang hadir, setelah
dalam sidang paripurna yang
Presiden dan/atau wakil Presiden
dihadiri oleh sekurang-
presiden diberi kesempatan
kurangnya 2/3 dari jumlah dan/atau Wakil
menyampaikan penjelasan
anggota Presiden
[Pasal 7B (7)***]
[Pasal 7B (3)***] diberhentikan

MK terbukti

wajib memeriksa, mengadili,


dan memutus paling lama 90 tidak terbukti
hari setelah permintaan
diterima
[Pasal 7B (4)***]
PEMERINTAHAN DAERAH 45
BAB VI
Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-
daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten
dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu
mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan
undang-undang [Pasal 18 (1)**

Gubernur,
PEMERINTAHAN DAERAH anggota
Bupati,
DPRD dipilih
Walikota KEPALA PEMERINTAH
DPRD melalui
dipilih secara DAERAH
pemilu
demokratis mengatur dan mengurus sendiri urusan [Pasal 18 (3) **]
[Pasal 18 (4)**] pemerintahan menurut asas otonomi dan
tugas pembantuan [Pasal 18 (2)**]
menjalankan otonomi seluas-luasnya,
kecuali urusan pemerintahan yang oleh
UU ditentukan sebagai urusan
Pemerintah Pusat [Pasal 18 (5) **]
berhak menetapkan peraturan daerah
dan peraturan-peraturan lain untuk
melaksanakan otonomi dan
tugas pembantuan [Pasal 18 (6)**]
PEMERINTAHAN DAERAH 46
(Hubungan Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah)

Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintahan


daerah provinsi, kabupaten, dan kota, atau antara provinsi dan
kabupaten dan kota, diatur dengan undang-undang dengan
memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah
[Pasal 18 A (1)**]

Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam


dan sumber daya lainnya antara pemerintah pusat dan pemerintahan
daerah diatur dan dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan
undang-undang
[Pasal 18 A (2)**]

Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan


daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan
undang-undang
[Pasal 18 B (1)**]

Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat


hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan
sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan
Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang
[Pasal 18 B (2)**]
47
PEMILIHAN UMUM
BAB VIIB

Parpol/ Gabungan Partai Politik Perseorangan


Parpol
[Pasal 22E (3)***] [Pasal 22E (4)***]
[Pasal 6A (2)***]

PEMILIHAN UMUM kpu


“luber jurdil” setiap lima tahun
[Pasal 22E (5)***]
[Pasal 22E (1)***]

Presiden dan anggota anggota anggota


Wapres DPR DPRD DPD

[Pasal 22E (2)***]


KEKUASAAN KEHAKIMAN (MAHKAMAH AGUNG) 48
BAB IX

Calon hakim agung


Hakim agung harus
diusulkan oleh Komisi
memiliki integritas
Yudisial kepada DPR
dan kepribadian yang
tidak tercela, adil,
profesional, dan
MA untuk mendapat
persetujuan dan
ditetapkan sebagai
berpengalaman di al 24A *** hakim agung oleh
bidang hukum
Umum Presiden
[Pasal 24A (2)***]
Agama [Pasal 24A (3)***]
Militer
TUN

Kewajiban dan Wewenang


1. berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan
perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap undang-
undang, dan mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh
undang-undang [Pasal 24A (1)***];
2. mengajukan tiga orang anggota hakim konstitusi [Pasal 24C (3)***];
3. memberikan pertimbangan dalam hal Presiden memberi grasi dan
rehabilitasi [Pasal 14 (1)*].
49
KOMISI YUDISIAL
BAB IX

Anggota Komisi
Yudisial harus
mempunyai Anggota Komisi
pengetahuan dan Yudisial diangkat dan
pengalaman di bidang
hukum serta memiliki KY diberhentikan oleh
Presiden dengan
integritas dan Pasal 24B *** persetujuan DPR
kepribadian yang [Pasal 24B (3)***]
tidak tercela
[Pasal 24B (2)***]

Wewenang
1. mengusulkan pengangkatan hakim agung [Pasal 24B (1)***];
2. mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan
menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta
perilaku hakim [Pasal 24B (1)***].
KEKUASAAN KEHAKIMAN (MAHKAMAH 50
KONSTITUSI) BAB IX
Hakim konstitusi
mempunyai
harus memiliki integritas
sembilan orang anggota
dan kepribadian yang
hakim konstitusi yang
tidak tercela, adil,
ditetapkan oleh Presiden,
negarawan yang menguasai
konstitusi dan
ketatanegaraan, serta tidak
MK yang diajukan masing-
masing tiga orang oleh MA,
tiga orang oleh DPR dan tiga
merangkap sebagai pejabat
orang oleh Presiden
negara
[Pasal 24C (3)***]
[Pasal 24C (5)***]

Wewenang dan Kewajiban


1. berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya
bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap Undang-Undang
Dasar, memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang
kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar, memutus
pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan tentang hasil
pemilihan umum [Pasal 24C (1)***];
2. wajib memberikan putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat
mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden
menurut Undang-Undang Dasar [Pasal 24C (2)***].
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN (BAB VIIIA) 51
(Keanggotaan, Tugas, dan Wewenang)

Anggota BPK dipilih Hasil pemeriksaan


oleh DPR dengan keuangan negara
memperhatikan diserahkan kepada
pertimbangan DPD
dan diresmikan
BPK DPR, DPD, dan
DPRD, sesuai
oleh Presiden dengan
[Pasal 23F (1)***] kewenangannya
[Pasal 23E (2)***]

Untuk memeriksa pengelolaan


dan tanggung jawab keuangan
negara diadakan satu Badan Hasil pemeriksaan tersebut
Pemeriksa Keuangan yang ditindaklanjuti oleh lembaga
bebas dan mandiri perwakilan dan/atau badan
[Pasal 23E (1)***] sesuai dengan undang-undang
[Pasal 23E (3)***]
BPK berkedudukan di ibu kota
negara, dan memiliki
perwakilan di setiap provinsi
[Pasal 23G (1)***]
PAJAK, PUNGUTAN LAIN, MACAM DAN HARGA MATA UANG,
DAN HAL-HAL LAIN MENGENAI KEUANGAN NEGARA
52
Pajak dan pungutan lain yang bersifat
memaksa untuk keperluan negara
(Pasal 23A***)

diatur dengan

Undang-Undang
diatur dengan ditetapkan dengan

Hal-hal lain
Macam dan harga
mengenai
mata uang
keuangan negara
(Pasal 23C***) (Pasal 23B****)
BANK SENTRAL
BAB VIII

bank sentral
Pasal 23D ****

susunan kedudukan kewenangan Tanggung jawab independensi

diatur dengan undang-undang


WARGA NEGARA DAN PENDUDUK 53
BAB X
warga negara
ialah orang-orang Penduduk ialah
bangsa Indonesia warga negara
asli dan orang- WARGA Indonesia dan
orang bangsa lain NEGARA DAN orang asing yang
yang disahkan
bertempat tinggal
dengan undang- PENDUDUK di Indonesia
undang sebagai
warga negara [Pasal 26 (2)**]
[Pasal 26 (1)]

Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan


pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu
dengan tidak ada kecualinya [Pasal 27 (1)]

Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan [Pasal 27 (2)]

Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan negara [Pasal 27 (3)**]

Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan


dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang (Pasal 28)
HAK ASASI MANUSIA 54
BAB XA
berkewajiban menghargai hak untuk hidup serta membentuk keluarga dan
asasi orang lain serta tunduk mempertahankan hidup melanjutkan keturunan, hak anak atas
kepada pembatasan yang dan kehidupan kelangsungan hidup, tumbuh, dan
ditetapkan Undang-Undang (Pasal 28A) ** berkembang serta perlindungan dari
(Pasal 28J) ** kekerasan dan diskriminasi
(Pasal 28B) **
Perlindungan terhadap perlakuan
diskriminatif, pemajuan, mengembangkan diri, mendapat
penegakan, dan pemenuhan HAM pendidikan, memperoleh manfaat
adalah tanggung jawab negara, dari IPTEK, seni dan budaya,
terutama pemerintah memajukan diri secara kolektif
(Pasal 28I) **
HAK (Pasal 28C) **
ASASI
hidup sejahtera lahir dan batin, pengakuan yang sama di hadapan
memperoleh pelayanan kesehatan, MANUSIA hukum, hak untuk bekerja, perlakuan
mendapat kemudahan dan perlakuan yang adil dalam hubungan kerja,
khusus untuk memperoleh kesempatan kesempatan yg sama dalam
dan manfaat guna mencapai persamaan pemerintahan, dan berhak atas status
dan keadilan, berhak atas jaminan kewarganegaraan
sosial serta perlindungan hak milik (Pasal 28D) **
pribadi
(Pasal 28H) **
kebebasan memeluk agama,
berkomunikasi,
meyakini kepercayaan, memilih
perlindungan diri pribadi, memperoleh, mencari,
kewarganegaraan, memilih tempat
keluarga, kehormatan, martabat, memiliki, menyimpan,
tinggal, kebebasan berserikat,
harta benda, dan rasa aman serta mengolah dan menyampaikan
berkumpul dan berpendapat
untuk bebas dari penyiksaan informasi,
(Pasal 28E) **
(Pasal 28G) ** (Pasal 28F) **
55

AGAMA
BAB XI

Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa


[Pasal 29 (1)]

Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap


penduduk untuk memeluk agamanya masing-
masing dan untuk beribadat menurut
agamanya dan kepercayaannya itu
[Pasal 29 (2)]
56
PERTAHANAN DAN KEAMANAN
NEGARA BAB XII

Pertahanan dan
Keamanan Negara Usaha pertahanan dan
keamanan negara
TNI (AD, AL, AU) POLRI dilaksanakan melalui
Tiap-tiap warga negara sistem pertahanan dan
berhak dan wajib ikut sebagai alat negara sebagai alat negara keamanan rakyat
serta dalam usaha bertugas yang menjaga semesta oleh TNI dan
pertahanan dan mempertahankan, keamanan dan POLRI, sebagai
keamanan negara melindungi, dan ketertiban kekuatan utama, dan
[Pasal 30 (1)**] masyarakat bertugas rakyat, sebagai
memelihara keutuhan melindungi, kekuatan pendukung
dan kedaulatan mengayomi, melayani [Pasal 30 (2)**]
negara masyarakat, serta
[Pasal 30 (3)**] menegakkan hukum
[Pasal 30 (4)**]

Susunan dan kedudukan TNI, POLRI,


hubungan kewenangan TNI dan POLRI,
syarat-syarat keikutsertaan warga negara
dalam usaha pertahanan dan keamanan
negara, serta hal-hal yang terkait dengan
pertahanan dan keamanan
diatur dengan undang-undang
[Pasal 30 (5)**]
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 57
BAB XIII
Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan
satu sistem pendidikan nasional, yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta
akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, yang diatur dengan
undang-undang [Pasal 31 (3)****]

Setiap warga negara Negara memprioritaskan anggaran


wajib mengikuti pendidikan sekurang-kurangnya
pendidikan dasar dan 20% dari APBN dan APBD untuk
pemerintah wajib memenuhi kebutuhan
membiayainya penyelenggaraan pendidikan
[Pasal 31 (2)****] nasional [Pasal 31 (4)****]
PENDIDIKAN
DAN Pemerintah memajukan ilmu
KEBUDAYAAN
pengetahuan dan teknologi dengan
Setiap warga menjunjung tinggi nilai-nilai agama
negara berhak dan persatuan bangsa untuk
mendapatkan pendidikan kemajuan peradaban serta
[Pasal 31 (1)****] kesejahteraan umat manusia
[Pasal 31 (5)****]

Negara memajukan kebudayaan


nasional Indonesia di tengah
Negara menghormati dan memelihara
peradaban dunia dengan menjamin
kebebasan masyarakat dalam bahasa daerah sebagai kekayaan
memelihara dan mengembangkan budaya nasional
nilai-nilai budayanya [Pasal 32 (2)****]
[Pasal 32 (1)****]
PEREKONOMIAN NASIONAL DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL 58
BAB XIV
Bumi dan air dan kekayaan alam
Cabang-cabang produksi yang
yang terkandung di dalamnya
penting bagi negara dan
dikuasai oleh negara dan
menguasai hajat hidup orang
dipergunakan untuk sebesar-besar
banyak dikuasai oleh negara
kemakmuran rakyat
[Pasal 33 (2)]
[Pasal 33 (3)]

diselenggarakan berdasar atas


demokrasi ekonomi dengan prinsip
kebersamaan, efisiensi berkeadilan,
disusun sebagai usaha bersama PEREKONOMIAN berkelanjutan, berwawasan
berdasar atas asas kekeluargaan NASIONAL lingkungan, kemandirian, serta
[Pasal 33 (1)]
DAN dengan menjaga keseimbangan
KESEJAHTERAAN kemajuan dan kesatuan ekonomi
SOSIAL nasional [Pasal 33 (4)****]

Negara bertanggung jawab


Fakir miskin dan anak-anak atas penyediaan fasilitas
yang terlantar dipelihara Negara mengembangkan sistem jaminan pelayanan kesehatan dan
oleh negara sosial bagi seluruh rakyat dan fasilitas pelayanan umum
[Pasal 34 (1)****] memberdayakan masyarakat yang lemah yang layak
dan tidak mampu sesuai dengan martabat [Pasal 34 (3)****]
kemanusiaan
[Pasal 34 (2)****]
BENDERA, BAHASA, LAMBANG NEGARA, 59
DAN LAGU KEBANGSAAN
BAB XV

1. Bendera Negara Indonesia ialah Sang Merah Putih


(Pasal 35)
2. Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia (Pasal 36)
3. Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan
semboyan Bhinneka Tunggal Ika (Pasal 36A) **
4. Lagu Kebangsaan ialah Indonesia Raya (Pasal 36B) **

Bendera, Bahasa, Dan Lambang Negara, Serta Lagu Kebangsaan.


(Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009)
ATURAN PERALIHAN 60
Pasal I
Segala peraturan perundang-undangan yang ada masih tetap berlaku selama belum
diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini ****)

Pasal II
Semua lembaga negara yang ada masih tetap berfungsi sepanjang untuk melaksanakan
ketentuan Undang-Undang Dasar dan belum diadakan yang baru menurut Undang-
Undang Dasar ini ****)

Pasal III
Mahkamah Konstitusi dibentuk selambat-lambatnya pada 17 Agustus 2003 dan sebelum
dibentuk segala kewenangannya dilakukan oleh Mahkamah Agung ****)

ATURAN TAMBAHAN
Pasal I
Majelis Permusyawaratan Rakyat ditugasi untuk melakukan peninjauan terhadap materi
dan status hukum Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Ketetapan
Majelis Permusyawaratan Rakyat untuk diambil putusan pada Sidang Majelis
Permusyawaratan Rakyat tahun 2003 ****)

Pasal II
Dengan ditetapkannya perubahan Undang-Undang Dasar ini, Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 terdiri atas Pembukaan dan pasal-pasal ****)
BAHAN TAYANG
NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

SEKRETARIAT JENDERAL MPR RI


TAHUN 2017
61
PILIHAN BENTUK NEGARA
Dalam sidang BPUPKI yang membahas rancangan Undang-Undang Dasar,
mengenai pilihan bentuk negara. Ada anggota yang mengusulkan bentuk
Negara Kesatuan (unitarisme) dan ada yang mengusulkan bentuk Negara
Serikat (Federalisme)

Dari risalah sidang BPUPKI tercatat ada 17 (tujuh belas) orang yang
mengusulkan Negara Kesatuan (uni) dan ada 4 (empat) orang yang
mengusulkan Negara Federal

1. Dipilihnya Negara Kesatuan oleh Anggota BPUPKI dikarenakan Negara


Kesatuan dianggap lebih menjamin persatuan yang kuat.
2. Sedangkan bentuk negara federasi adanya syarat membentuk beberapa
negara bawahan terlebih dahulu sebelum membentuk Negara Republik
Indonesia Serikat sebagai negara atasan.
62
BENTUK NEGARA INDONESIA

1.Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan,


yang berbentuk Republik Pasal 1 Ayat (1).

2.Negara Kesatuan Republik Indonesia


merupakan bentuk negara yang dipilih
sebagai komitmen bersama para pendiri
bangsa.

3.Negara kesatuan adalah bentuk yang


ditetapkan sejak awal berdirinya negara
Indonesia dan dipandang paling tepat untuk
mewadahi ide persatuan sebuah bangsa
yang majemuk ditinjau dari berbagai latar
belakang.
4.Negara Kesatuan adalah suatu negara yang
hanya mempunyai satu pusat pemerintahan
yang mengatur seluruh daerah tidak ada
negara dalam negara, satu kepala negara,
satu badan legislatif yang berlaku bagi
seluruh wilayah negara bersangkutan.
63
NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

BATAS WILAYAH

BATAS ZEE

• 17.508 Pulau
• 3 Zona Waktu
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara
kepulauan yang berciri Nusantara dengan wilayah yang batas-
batas dan hak-haknya ditetapkan dengan undang-undang
(Pasal 25A) **
64
WILAYAH NEGARA DAN DEKLARASI JUANDA

1. Tanggal 13 Desember 1957


Pengakuan pemerintah Indonesia mengeluar-
1. Deklarasi Juanda, Indonesia
menganut konsep negara
masyarakat kan Deklarasi Djuanda kepulauan yang berciri
2. Penentuan batas laut 12 mil yang Nusantara (archipelagic state).
internasional diukur dari garis-garis yang 2. Konsep itu kemudian diakui
mengenai batas menghubungkan titik terluar pada dalam Konvensi Hukum Laut
pulau-pulau Negara Republik
laut teritorial Indonesia akan ditentukan dengan
PBB 1982 (UNCLOS 1982 =
United Nations Convention on
Indonesia hanya Undang-undang. the Law of the Sea) yang
ditandatangani di Montego
sepanjang 3 mil 3. Deklarasi Juanda menegaskan
bahwa Indonesia merupakan satu Bay, Jamaika, tahun 1982.
laut terhitung dari kesatuan wilayah Nusantara. Laut
bukan lagi sebagai pemisah, tetapi
3. Indonesia meratifikasi UNCLOS
garis pantai sebagai pemersatu bangsa
1982 tersebut dengan mener-
bitkan Undang-Undang Nomor
pasang surut Indonesia. Prinsip ini kemudian
ditegaskan melalui Peraturan
17 Tahun 1985.

terendah Pemerintah Pengganti Undang-


Undang Nomor 4/PRP/1960
4. Sejak itu dunia internasional
mengakui Indonesia sebagai
tentang Perairan Indonesia. negara kepulauan.

Berkat pandangan visioner Deklarasi Djuanda, Bangsa Indonesia


akhirnya memiliki tambahan wilayah seluas 2.000.000 kilo meter
persegi, termasuk sumber daya alam yang dikandungnya.
NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA 65
DALAM UNDANG-UNDANG DASAR

Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik


[Pasal 1 (1)]

Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan


daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi,
kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan
undang-undang.
[ Pasal 18 (1)**]

Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang


bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang-undang
[Pasal 18B (1)**]

Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat


beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia,
yang diatur dalam undang-undang
[Pasal 18B (2)**]

Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri
Nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan
undang-undang.
(Pasal 25A**)

Khusus mengenai bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak dapat


dilakukan perubahan.
[Pasal 37 (5)****]
BAHAN TAYANG
BHINNEKA TUNGGAL IKA

SEKRETARIAT JENDERAL MPR RI


TAHUN 2017
66
ISTILAH DAN PENGERTIAN BHINNEKA TUNGGAL IKA

Istilah Bhinneka Tunggal Ika ditulis oleh Mpu Tantular dalam Kitab Sutasoma yang
terjemahan isinya berbunyi :
“bahwa agama budha dan siwa (hindu) merupakan zat yang berbeda tapi nilai-nilai
kebenaran jina (budha) dan siwa (hindu) adalah tunggal. Terpecah belah tetapi satu jua
artinya tidak ada dharma yang mendua”

Semboyan Bhinneka Tunggal Ika mulai menjadi pembicaraan terbatas pada sidang-sidang
BPUPKI antara Muhammad Yamin, Ir. Soekarno, I Gusti Bagus Sugriwa sekitar dua setengah
bulan sebelum proklamasi

Semboyan Bhinneka Tunggal Ika diusulkan oleh Muhammad Yamin kepada Ir. Soekarno
agar dijadikan semboyan negara.

Pengertian Bhinneka Tunggal Ika adalah berbeda-beda tetapi satu jua. Bhinneka
Tunggal Ika oleh pendiri bangsa diberikan penafsiran baru karena dinilai relevan
dengan keperluan strategis Bangsa Indonesia, yang memiliki makna, walaupun di
Indonesia terdapat banyak suku, agama, ras, budaya, adat, bahasa, dan lain
sebagainya namun tetap satu kesatuan sebangsa dan setanah air.
BHINNEKA TUNGGAL IKA SEBAGAI 67
SEMBOYAN NEGARA
SEMBOYAN
KEANEKARAGAMAN SUMPAH PEMUDA BHINNEKA TUNGGAL
IKA
1. Bangsa yang majemuk 1. Kami putra dan putri 1. Ikrar untuk bersatu padu
memiliki jumlah penduduk
Indonesia mengaku mendirikan Negara
yang cukup besar
bertumpah darah yang Kesatuan Republik
2. Memiliki bahasa daerah yang satu, tanah air Indonesia
berbeda beda
Indonesia
3. Mempunyai suku bangsa yang
beragam 2. Cita-cita membangun
2. Kami putra dan putri
4. Mempunyai agama yang Indonesia mengaku sebuah bangsa
berbeda berbangsa yang satu, Indonesia yang bersatu
5. Warna kulit bermacam macam bangsa Indonesia
3. Semboyan yang
6. Adat istiadat dan mengungkapkan rasa
3. Kami putra dan putri
7. Banyak lagi perbedaaan persatuan dan kesatuan
Indonesia menjunjung
lainnya yang berasal dari
bahasa persatuan,
keanekaragaman
bahasa Indonesia

Semboyan adalah Perkataan atau kalimat pendek yg dipakai sebagai dasar tuntunan
(pegangan hidup); inti sari suatu usaha dan sebagainya; slogan; moto.
KEKAYAAN DAN KEBERAGAMAN BANGSA 68

JUMLAH
PENDUDUK
237 JUTA
JIWA (BPS
2010) DAN
SEKARANG +
FLORA DAN 240 JUTA
700
FAUNA JIWA
BAHASA
BERANEKA DAERAH
RAGAM

BERAGAM 1128
ADAT SUKU
ISTIADAT BANGSA

BERAGAM
6 AGAMA
BUDAYA
69
BHINNEKA TUNGGAL IKA
DALAM UNDANG-UNDANG DASAR
Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang mendapatkan suara lebih dari lima puluh persen dari
jumlah suara dalam pemilihan umum dengan sedikitnya dua puluh persen suara di setiap provinsi yang
tersebar di lebih dari setengah jumlah provinsi di Indonesia, dilantik menjadi Presiden dan Wakil Presiden.
[Pasal 6A (3)***]
Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas
kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur
dengan undang-undang.
[ Pasal 18 (1)**]

Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus ataubersifat
istimewa yang diatur dengan undang-undang.
[Pasal 18B (1)**]
Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya
sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia, yang diatur dalam undang-undang.
[Pasal 18B (2)**]
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri Nusantara dengan wilayah yang
batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan undang-undang.
(Pasal 25A**)
Yang menjadi warga negara ialah orang orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan
dengan undang-undang sebagai warga negara.
[Pasal 26 (1)**]
Negara menjamin kemerdekaan tiap tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk
beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
[Pasal 29 (2)]
Negara memajukan kebudayaan nasional lndonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan
masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya.
[Pasal 32 (1)****]
Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional.
[Pasal 32 (2)****]
Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
(Pasal 36A**)
BAHAN TAYANG
KETETAPAN MPR RI

SEKRETARIAT JENDERAL MPR RI


TAHUN 2017
70

TENTANG
PENINJAUAN TERHADAP MATERI DAN STATUS
HUKUM KETETAPAN MPRS DAN MPR RI
TAHUN 1960 SAMPAI DENGAN TAHUN 2002

Ada 139 TAP MPRS & TAP MPR


(1960 s.d. 2002)
“Dikelompokkan Menjadi
6 (enam) Pasal
Berdasarkan
Materi dan Status Hukumnya”
71
DASAR HUKUM PEMBENTUKAN
TAP MPR RI NOMOR I/MPR/2003
1. Pasal I Aturan Tambahan UUD NEGARA RI TAHUN 1945
“Majelis Permusyawaratan Rakyat ditugasi untuk melakukan peninjauan terhadap materi dan status
hukum Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan
Rakyat untuk diambil putusan pada Sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat tahun 2003”

2. Pasal I Aturan Peralihan UUD NEGARA RI TAHUN 1945


“Segala peraturan perundang-undangan yang ada masih tetap berlaku selama belum diadakan yang baru
menurut Undang-Undang Dasar ini”

3. Pasal II Aturan Peralihan UUD NEGARA RI TAHUN 1945


“Semua lembaga negara yang ada masih tetap berfungsi sepanjang untuk melaksanakan ketentuan Undang-Undang Dasar
dan belum diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini”

4. TAP MPR RI Nomor II/MPR/1999 sampai dengan perubahan yang kelima tahun 2002 tentang Peraturan
Tata Tertib MPR RI

5. TAP MPR RI Nomor III/MPR/2002 tentang Penetapan Pelaksanaan Sidang Tahunan MPR RI Tahun 2003
72
SUBSTANSI
TAP MPR RI NOMOR I/MPR/2003
PASAL 1
TAP MPRS/TAP MPR yang dicabut dan dinyatakan tidak berlaku (8 Ketetapan)

PASAL 2
TAP MPRS/TAP MPR yang dinyatakan tetap berlaku dengan ketentuan (3 Ketetapan)

PASAL 3
TAP MPR yang dinyatakan tetap berlaku sampai dengan terbentuknya
Pemerintahan Hasil Pemilu 2004 (8 Ketetapan)

PASAL 4
TAP MPRS/TAP MPR yang dinyatakan tetap berlaku sampai dengan terbentuknya
undang-undang (11 Ketetapan)

PASAL 5
TAP MPR yang dinyatakan masih berlaku sampai dengan ditetapkannya Peraturan
Tata Tertib baru oleh MPR Hasil Pemilu 2004 (5 Ketetapan)

PASAL 6
TAP MPRS/TAP MPR yang dinyatakan tidak perlu dilakukan tindakan hukum lebih
lanjut, baik karena bersifat final (einmalig), telah dicabut, maupun telah selesai
dilaksanakan (104 Ketetapan)
73
PASAL 1
TAP MPRS/TAP MPR YANG DICABUT DAN
DINYATAKAN TIDAK BERLAKU

Ada 8 (delapan) TAP, yaitu:


1. Ketetapan MPRS RI Nomor X/MPRS/1966 tentang Kedudukan Semua Lembaga-Lembaga Negara
Tingkat Pusat dan Daerah pada Posisi dan Fungsi yang Diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945.
2. Ketetapan MPR RI Nomor VI/MPR/1973 tentang Kedudukan dan Hubungan Tata-kerja Lembaga
Tertinggi Negara dengan/atau antar Lembaga-Lembaga Tinggi Negara.
3. Ketetapan MPR RI Nomor VII/MPR/1973 tentang Keadaan Presiden dan/atau Wakil Presiden
Republik Indonesia Berhalangan.
4. Ketetapan MPR RI Nomor III/MPR/1978 tentang Kedudukan dan Hubungan Tata-Kerja
Lembaga Tertinggi Negara dengan/atau Antar Lembaga-Lembaga Tinggi Negara.
5. Ketetapan MPR RI Nomor III/MPR/1988 tentang Pemilihan Umum.
6. Ketetapan MPR RI Nomor XIII/MPR/1998 tentang Pembatasan Masa Jabatan Presiden dan
Wakil Presiden Republik Indonesia.
7. Ketetapan MPR RI Nomor XIV/MPR/1998 tentang Perubahan dan Tambahan atas Ketetapan
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor III/MPR/1988 tentang Pemilihan Umum.
8. Ketetapan MPR RI Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia.

Kedelapan TAP tersebut telah berakhir masa berlakunya dan/atau telah diatur
di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
74

PASAL 2
TAP MPRS/TAP MPR YANG DINYATAKAN TETAP
BERLAKU DENGAN KETENTUAN

Ada 3 (tiga) TAP, yaitu:

1. Ketetapan MPRS RI Nomor XXV/MPRS/1966 tentang Pembubaran Partai


Komunis Indonesia, Pernyataan Sebagai Organisasi Terlarang di Seluruh Wilayah
Negara Republik Indonesia bagi Partai Komunis Indonesia dan Larangan Setiap
Kegiatan untuk Menyebarkan atau Mengembangkan Faham atau Ajaran
Komunisme/Marxisme-Leninisme.
2. Ketetapan MPR RI Nomor XVI/MPR/1998 tentang Politik Ekonomi Dalam
Rangka Demokrasi Ekonomi.
3. Ketetapan MPR RI Nomor V/MPR/1999 tentang Penentuan Pendapat di Timor
Timur.
75
Pasal 2

1. TAP MPRS No. XXV/MPRS/1966

Tentang: TETAP BERLAKU DENGAN KETENTUAN:


Pembubaran PKI, Pernyataan Sebagai Seluruh ketentuan dalam Ketetapan
Organisasi Terlarang di Seluruh Wilayah MPRS RI Nomor XXV/MPRS/1966 ini, ke
Negara Republik Indonesia bagi Partai
Komunis Indonesia dan Larangan Setiap depan diberlakukan dengan BERKEADILAN
Kegiatan untuk Menyebarkan atau dan MENGHORMATI HUKUM, PRINSIP
Mengembangkan Faham atau Ajaran
Komunisme/Marxisme-Leninisme. DEMOKRASI dan HAK ASASI MANUSIA.
76
Pasal 2

2. TAP MPR No. XVI/MPR/1998

TETAP BERLAKU DENGAN KETENTUAN:


Pemerintah berkewajiban mendorong
keberpihakan politik ekonomi yang lebih
Tentang: memberikan kesempatan dukungan dan
pengembangan ekonomi, usaha kecil
Politik Ekonomi Dalam Rangka menengah, dan koperasi sebagai pilar
Demokrasi Ekonomi ekonomi dalam membangkitkan terlaksananya
pembangunan nasional dalam rangka
demokrasi ekonomi sesuai dengan hakikat
Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
77
Pasal 2

3. TAP MPR No. V/MPR/1999

TETAP BERLAKU DENGAN KETENTUAN:


Ketetapan ini tetap berlaku sampai
terlaksananya ketentuan dalam Pasal 5 dan
Tentang: Pasal 6 Ketetapan MPR RI
Penentuan Pendapat di Nomor V/MPR/1999.
(Karena masih adanya masalah-masalah
Timor Timur kewarganegaraan, pengungsian, pengembalian
asset negara, dan hak perdata perseorangan)
78
PASAL 3
TAP MPR YANG DINYATAKAN TETAP BERLAKU SAMPAI
DENGAN TERBENTUKNYA PEMERINTAHAN HASIL
PEMILU 2004

Ada 8 (delapan) TAP, yaitu:


1. Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/1999 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara tahun 1999-2004.
2. Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/2000 tentang Rekomendasi Kebijakan dalam Penyelenggaraan
Otonomi Daerah.
3. Ketetapan MPR RI Nomor VIII/MPR/2000 tentang Laporan Tahunan Lembaga-Lembaga Tinggi Negara
pada Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Tahun 2000.
4. Ketetapan MPR RI Nomor III/MPR/2001 tentang Penetapan Wakil Presiden Republik Indonesia
Megawati Soekarnoputri Sebagai Presiden Republik Indonesia.
5. Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/2001 tentang Pengangkatan Wakil Presiden Republik Indonesia.
6. Ketetapan MPR RI Nomor X/MPR/2001 tentang Laporan Pelaksanaan Putusan Majelis Permusyawaratan
Rakyat Republik Indonesia oleh Lembaga Tinggi Negara pada Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan
Rakyat Republik Indonesia Tahun 2001.
7. Ketetapan MPR RI Nomor II/MPR/2002 tentang Rekomendasi Kebijakan untuk Mempercepat
Pemulihan Ekonomi Nasional.
8. Ketetapan MPR RI Nomor VI/MPR/2002 tentang Rekomendasi atas Laporan Pelaksanaan Putusan
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia oleh Presiden, Dewan Pertimbangan Agung,
Dewan Perwakilan Rakyat, Badan Pemeriksa Keuangan, Mahkamah Agung pada Sidang Tahunan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia.

Kedelapan TAP tersebut tidak berlaku karena Pemerintahan hasil


Pemilu 2004 telah terbentuk
79

PASAL 4
TAP MPRS/TAP MPR YANG DINYATAKAN
TETAP BERLAKU SAMPAI DENGAN
TERBENTUKNYA UNDANG-UNDANG

Ada 11 (sebelas) TAP, yaitu:


1. TAP MPRS Nomor XXIX/MPRS/1966 Tentang Pengangkatan Pahlawan Ampera.
2. TAP MPR Nomor XI/MPR/1998 Tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan
Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
3. TAP MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah;
Pengaturan, Pembagian, dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional Yang Berkeadilan;
serta Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah Dalam Kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
4. TAP MPR Nomor III/MPR/2000 Tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan Perundang-
undangan.
5. TAP MPR Nomor V/MPR/2000 Tentang Pemantapan Persatuan Dan Kesatuan Nasional.
6. TAP MPR Nomor VI/MPR/2000 Tentang Pemisahan Tentara Nasional Indonesia dan
Kepolisian Negara Republik Indonesia.
7. TAP MPR RI Nomor VII/MPR/2000 Tentang Peran Tentara Nasional Indonesia dan Peran Kepolisian
Negara Republik Indonesia.
8. TAP MPR Nomor VI/MPR/2001 Tentang Etika Kehidupan Berbangsa.
9. TAP MPR Nomor VII/MPR/2001 Tentang Visi Indonesia Masa Depan
10. Ketetapan MPR Nomor VIII/MPR/2001 Tentang Rekomendasi Arah Kebijakan Pemberantasan
dan Pencegahan KKN.
11. Ketetapan MPR Nomor IX/MPR/2001 Tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya
Alam.
80
Pasal 4

1. TAP MPRS Nomor XXIX/MPRS/1966 Tentang


Pengangkatan Pahlawan Ampera

Substansi:
Setiap korban perjuangan menegakkan dan melaksanakan Amanat Penderitaan Rakyat
dalam melanjutkan pelaksanaan Revolusi 1945 mencapai masyarakat adil dan makmur
berdasarkan Pancasila adalah Pahlawan Ampera.

Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003:


Memerintahkan pembentukan undang-undang tentang pemberian gelar, tanda jasa,
dan lain-lain tanda kehormatan.

Hasil Kajian:
Karena undang-undang yang mengatur tentang pemberian gelar, tanda jasa, dan lain-lain
tanda kehormatan SUDAH DISAHKAN (UU No. 20 Tahun 2009) maka ketetapan ini tidak berlaku lagi
81
Pasal 4

2. TAP MPR Nomor XI/MPR/1998 Tentang


Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas KKN

Substansi:
Perlu berfungsinya lembaga-lembaga negara dan penyelenggara
negara, menghindarkan praktek KKN serta upaya pemberantasan KKN harus dilakukan secara
tegas terhadap siapapun juga.

Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003:


Terlaksananya seluruh ketentuan yang terdapat di dalam TAP MPR RI No. XI/MPR/1998.

Hasil Kajian:
Karena amanat dari Ketetapan MPR RI Nomor XI/MPR/1998 belum dilaksanakan dan/atau
dituangkan ke dalam undang-undang maka ketetapan ini tetap berlaku
(memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).
82
Pasal 4

3.TAP MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi


Daerah; Pengaturan, Pembagian, dan Pemanfaatan Sumber Daya
Nasional yang Berkeadilan; Serta Perimbangan Keuangan Pusat
dan Daerah Dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia

Substansi:
Penyelenggaraan otonomi daerah dengan memberikan kewenangan yang luas,
nyata dan bertanggung jawab di daerah secara proporsional diwujudkan
dengan pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan
serta perimbangan keuangan pemerintah pusat dan pemerintahan daerah.

Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003:


undang-undang tentang pemerintahan daerah sebagaimana diamanatkan oleh Pasal 18, 18A, dan
18B UUD Negara RI Tahun 1945.

Hasil Kajian:
Karena amanat dari Ketetapan MPR RI Nomor XV/MPR/1998 belum seluruhnya dituangkan ke dalam
undang-undang maka ketetapan ini tetap berlaku
(memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).
83
Pasal 4

4. TAP MPR Nomor III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan Tata


Urutan Peraturan Perundang-undangan

TAP MPR RI No. III/MPR/2000 UU No. 10 Tahun 2004 UU No. 12 Tahun 2011
Substansi :
1. Tata urutan peraturan perundang-undangan;
2. Lembaga Negara yang berwenang menguji UUD 1945
UUD
NRI
UUD NRI
Tahun 1945
undang-undang terhadap Undang-Undang Tahun
TAP MPR 1945
Dasar; TAP MPR

3. Lembaga Negara yang berwenang menguji UU/ UU/PERPU


UU
peraturan perundang-undangan di bawah PERPU

undang-undang terhadap undang-undang. PERPU PP


PP
PERPRES
PP
PERPRES
Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003: KEPRES PERDA PROVINSI

Dibentuknya undang-undang sesuai dengan


PERDA PERDA PERDA
substansi TAP MPR RI No. III/MPR/2000. KAB/KOTA

Hasil Kajian:
Dengan telah terbentuknya 3 (tiga) undang-undang yang mengatur 3 (tiga) substansi utama dalam TAP MPR RI No. III/MPR/2000, yaitu:
1. UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang di dalamnya diatur tentang Tata Urutan
Peraturan Perundang-undangan;
2. UU Nomor 24 Tahun 2003 tentang MK yang mengatur bahwa kewenangan menguji UU terhadap UUD dilakukan oleh MK; dan
3. UU Nomor 5 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas UU Nomor 14 Tahun 1985 tentang MA yang menegaskan bahwa kewenangan
menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap undang-undang dilakukan oleh MA;
maka Ketetapan ini tidak berlaku lagi.
84
Pasal 4

5. TAP MPR Nomor V/MPR/2000 Tentang


Pemantapan Persatuan dan Kesatuan Nasional

Substansi:
Ketetapan ini mempertegas perlunya kesadaran dan komitmen yang kuat
untuk memantapkan persatuan dan kesatuan nasional dalam menghadapi berbagai
masalah bangsa mencapai tujuan nasional.

Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003:


Perlu diwujudkan persatuan dan kesatuan nasional antara lain melalui pemerintahan yang mampu
mengelola kehidupan secara baik dan adil, serta mampu mengatasi berbagai permasalahan sesuai
dengan arah kebijakan dan kaidah pelaksanaan dalam TAP MPR RI No. V/MPR/2000.

Hasil Kajian:
Berbagai amanat yang terdapat dalam ketetapan ini tetap diperlukan sebagai
pedoman dalam penyusunan berbagai kebijakan maupun penyusunan peraturan perundang-undangan
untuk mewujudkan Persatuan dan Kesatuan Nasional serta menjamin keutuhan NKRI
maka ketetapan ini tetap berlaku
(memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy)
85
Pasal 4

6. TAP MPR RI Nomor VI/MPR/2000 Tentang Pemisahan


Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara
Republik Indonesia

Substansi:
Mengamanatkan pemisahan lembaga TNI dan POLRI, menentukan peran dan fungsi
masing-masing, serta terwujudnya kerjasama dan saling membantu.

Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003:


Memerintahkan pembentukan undang-undang yang terkait dengan pemisahan
kelembagaan TNI dan POLRI

Hasil Kajian:
Pemisahan TNI dan POLRI secara kelembagaan telah diatur dengan
UU No. 2/2002 tentang Kepolisian Negara RI, UU No. 3/2002 tentang
Pertahanan Negara, dan UU No. 34/2004 tentang TNI, namun kerjasama dan
saling membantu antara TNI dan POLRI masih perlu diatur dengan undang-
undang maka Ketetapan ini tetap berlaku
(memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy)
86
Pasal 4

7. TAP MPR RI Nomor VII/MPR/2000 Tentang


Peran TNI dan Peran POLRI

Substansi:
Ketetapan ini mengamanatkan tentang jati diri, peran, susunan dan kedudukan, tugas bantuan,
dan keikutsertaan TNI dan POLRI dalam penyelenggaraan negara.

Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003:


Memerintahkan pembentukan undang-undang yang terkait dengan penyempurnaan pasal 5 ayat (4)
dan pasal 10 ayat (2) tentang hak memilih dan dipilih TNI dan POLRI yang disesuaikan dengan
UUD, dan pembentukan undang-undang tentang penyelenggaraan
wajib militer dan yang berkaitan dengan tugas bantuan antara TNI dan POLRI.

Hasil Kajian:
Belum terbentuknya undang-undang mengenai penyelenggaraan wajib militer,
dan tugas bantuan antara TNI dan POLRI maka Ketetapan ini tetap berlaku
(memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).
87
Pasal 4

8. TAP MPR Nomor VI/MPR/2001 Tentang


Etika Kehidupan Berbangsa
Substansi:
Ketetapan ini mengamanatkan untuk meningkatkan kualitas manusia yang beriman, bertaqwa, dan berahklak
mulia serta berkepribadian Indonesia dalam kehidupan berbangsa. Pokok-pokok etika kehidupan berbangsa
mengacu pada cita-cita persatuan dan kesatuan, ketahanan, kemandirian, keunggulan dan kejayaan, serta
kelestarian lingkungan yang dijiwai oleh nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur budaya bangsa.

Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003:


Perlu ditegakkan Etika Kehidupan Berbangsa yang meliputi, etika sosial dan budaya, etika politik dan
pemerintahan, etika ekonomi dan bisnis, etika penegakkan hukum yang berkeadilan dan
berkesetaraan, etika keilmuan, dan etika lingkungan untuk dijadikan acuan dasar dalam penyelenggaraan
kehidupan berbangsa dan bernegara sesuai dengan arah kebijakan dan kaidah pelaksanaannya, serta
menjiwai seluruh pembentukan undang-undang.

Hasil Kajian:
Ketetapan ini belum sepenuhnya dijadikan pedoman dalam perumusan berbagai kebijakan maupun
penyusunan peraturan perundang-undangan terutama yang berkaitan dengan Etika Kehidupan Berbangsa
dan Bernegara maka Ketetapan ini tetap berlaku
(memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).
88
Pasal 4

9. TAP MPR Nomor VII/MPR/2001 Tentang Visi


Indonesia Masa Depan
Substansi:
Visi Indonesia masa depan diperlukan untuk menjaga kesinambungan arah penyelenggaraan
kehidupan berbangsa dan bernegara untuk mewujudkan cita-cita luhur bangsa Indonesia melalui
visi ideal, visi antara dan visi lima tahunan.

Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003:


Perlu diwujudkan masyarakat Indonesia yang religius, manusiawi, bersatu, demokratis, adil,
sejahtera, maju, mandiri serta baik dan bersih dalam penyelenggaraan negara
sesuai dengan arah kebijakan dan kaidah pelaksanaan

Hasil Kajian:
Dengan dijadikan TAP MPR RI No. VII/MPR/2001 tentang Visi Indonesia Masa Depan
sebagai salah satu landasan operasional dari Undang-Undang tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025, bahkan menjadi sumber inspirasi, motivasi, kreativitas,
serta arah kebijakan penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara maka
ketetapan ini tetap berlaku (memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).
89
Pasal 4

10. Ketetapan MPR Nomor VIII/MPR/2001 Tentang


Rekomendasi Arah Kebijakan Pemberantasan
dan Pencegahan KKN

Substansi:
Ketetapan ini mengamanatkan untuk mempercepat dan lebih menjamin efektivitas pemberantasan
KKN sebagaimana diamanatkan dalam TAP MPR No. XI/MPR/1998 tentang Penyelenggara Negara
yang Bersih dan Bebas KKN, serta berbagai peraturan perundang-undangan yang terkait.

Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003:


Memerintahkan pembentukan undang-undang serta peraturan pelaksanaannya untuk
percepatan dan efektivitas pemberantasan dan pencegahan KKN sampai
terlaksananya seluruh ketentuan dalam ketetapan ini.

Hasil Kajian:
Karena amanat dari TAP MPR RI No. VIII/MPR/2001 belum dilaksanakan
dan/atau dituangkan ke dalam undang-undang maka ketetapan ini tetap berlaku
(memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).
90
Pasal 4
11. Ketetapan MPR Nomor IX/MPR/2001 Tentang
Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam

Substansi:
• Ketetapan ini mendorong pembaharuan agraria melalui proses yang berkesinambungan berkenaan dengan
penataan kembali penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan sumber daya agraria, dilaksanakan
dalam rangka tercapainya kepastian dan perlindungan hukum;
• Pengelolaan sumber daya alam yang terkandung di daratan, laut dan angkasa dilakukan secara optimal, adil,
berkelanjutan, dan ramah lingkungan untuk keadilan dan kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia.

Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003:


Memerintahkan pembentukan undang-undang untuk mendorong pembaharuan agraria dan
pengelolaan sumber daya alam yang harus dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip keutuhan NKRI, HAM,
supremasi hukum, KESRA, demokrasi, kepatuhan hukum, partisipasi rakyat, keadilan termasuk kesetaraan gender,
pemeliharaan sumber agraria/sumber daya alam, memelihara keberlanjutan untuk generasi kini dan generasi
yang akan datang, memperhatikan daya tampung dan daya dukung lingkungan, keterpaduan
dan koordinasi antar sektor dan antar daerah, menghormati dan melindungi hak masyarakat hukum adat,
desentralisasi, keseimbangan hak dan kewajiban negara, pemerintah, masyarakat dan individu sesuai dengan
arah kebijakan sampai terlaksananya seluruh ketentuan dalam Ketetapan ini.

Hasil Kajian:
Ketetapan ini diperlukan untuk mendorong percepatan pembentukan dan pengharmonisan
berbagai undang-undang, terutama yang berkaitan dengan pembaruan agraria dan pengelolaan sumber
daya alam secara konprehensif. Oleh karena itu Ketetapan ini tetap berlaku
(memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).
91
Pasal 5
TAP MPR YANG DINYATAKAN MASIH BERLAKU
SAMPAI DENGAN DITETAPKANNYA PERATURAN
TATA TERTIB YANG BARU OLEH MPR
HASIL PEMILU 2004

Kelima TAP MPR yang terdapat di dalam Pasal 5 tentang


Peraturan Tata Tertib MPR, yaitu:
1. TAP MPR No. II/MPR/1999
2. TAP MPR No. I/MPR/2000
3. TAP MPR No. II/MPR/2000
4. TAP MPR No. V/MPR/2001
5. TAP MPR No. V/MPR/2002
sudah tidak berlaku lagi
karena telah terbentuknya Peraturan Tata Tertib
MPR hasil PEMILU 2004.
92

PASAL 6
TAP MPRS/TAP MPR YANG DINYATAKAN TIDAK
PERLU LAGI DILAKUKAN TINDAKAN HUKUM LEBIH
LANJUT, BAIK KARENA BERSIFAT FINAL (EINMALIG),
TELAH DICABUT, MAUPUN TELAH SELESAI
DILAKSANAKAN

Ketetapan di dalam pasal ini


berjumlah 104 Ketetapan.

Anda mungkin juga menyukai