Anda di halaman 1dari 31

PERCOBAAN I DIODE DAN RANGKAIAN DIODE 1.4 Pertanyaan dan Tugas 1.

Dari percobaan karakteristik V I (dengan multimeter) buatlah grafik Id terhadap Vd dan bandingkan dengan gambar dari osiloskop, dan bandingkan pula dengan karakteristik diode ideal. Jelaskan komentar anda dan beri alasannya! 2.Bagaimana cara untuk mengetahui baik buruknya diode (diode si, Ge, dan Zener)? 3. Untuk percobaan setengah gelombang dan penyearah gelombang penuh hitunglah factor rippelnya untuk masing masing harga RL? 4. Jelaskan cara kerja rangkaian pelipat ganda tegangan?(gelombang setengah maupun gelombang penuh). 5. Bandingkan semua hasil pengukuran dengan hasil perhitungan, dan terangkan menurut analisa anda? Jawaban Pertanyaan :

1. Dari percobaan karakteristik V I yang diukur dengan multimeter didapat grafik


ID terhadap VD. Adapun grafik tersebut antara lain :
G rafik hubungan V - I 4.5 4 3.5 3 Id (mA) 2.5 2 1.5 1 0.5 0 0

0.5

1.5

2.5 Vd (Volt)

3.5

4.5

Gambar Grafik Hubungan antara ID terhadap VD dalam pengukuran

Grafik karakteristik V I Ideal adalah sebagai berikut :

Gambar Karakteristik V I diode ideal

Pada gambar karakteristik diode ideal diatas, terlihat bahwa saat diode jenis ini dibias mundur (reserve), maka arus yang mengalir selalu bernilai 0 pada saat tegangan anoda lebih rendah daripada tegangan katoda. Hal ini disebabkan karena adanya lapisan deplesi pada dioda tersebut sehingga terdapat suatu nilai minimum yang dibutuhkan untuk mengalirkan arus dari anoda ke katoda pada dioda. Apabila tegangan yang diberikan pada dioda kurang dari tegangan yang dimiliki dioda maka elektron bebas tidak mempunyai cukup energi untuk melintasi lapisan deplesi, sehingga tidak ada muatan yang mengalir dengan kata lain tidak ada arus yang mengalir pada dioda. Kemudian pada saat dioda dibias maju (forward), energi eksitasi (rangsangan) yang diterima oleh elektron valensi lebih besar, maka energi potensial tersebut akan mendorong elektron elektron bebas untuk melintasi lapisan deplesi sehingga terjadi aliran arus. Pada gambar karakteristik diode dalam pengukuran, dapat dilihat bahwa arus mulai naik pada saat diode diberi tegangan 0,5 Volt. Kemudian arus naik terus jika diode diberi tegangan lebih besar dari 0,5 Volt. Hal ini disebabkan karena lapisan deplesi pada diode semakin tipis jika diode diberi tegangan melebihi tegangan minimumnya yaitu 0,5 Volt. Jika diode diberikan tegangan dibawah 0,5 Volt, maka arus tidak dapat mengalir. Hal ini disebabkan karena elektron kekurangan energi untuk menembus lapisan deplesi pada diode tersebut. 2. Cara mengetahui keadaan diode dalam keadaan baik atau buruk dapat dilakukan dengan mengukur nilai dari resistansi diode tersebut. Cara dapat dilakukan pada diode jenis Silicon, Germanium maupun Zener. Adapun langkah-langkah untuk mengukur resistansi diode tersebut adalah sebagai berikut : a) Agar hasil lebih akurat, ada baiknya kita gunakan multimeter digital untuk mengukur resistansi diode.

b) c)

Aturlah saklar jangkar multimeter pada posis ohm. Tancapkan pangkal kabel colok merah pada terminal kabel colok

positif dan Pangkal kabel colok hitam pada kabel terminal colok negatif yang tersedia pada multimeter. d) Hubungkan colok hitam pada kaki anoda dan colok merah pd kaki katoda. Apabila display multimeter menunjukkan suatu nilai maka dioda dinyatakan baik tetapi jika display menunjukkan angka nol (0) diode dinyatakan rusak atau putus. (bias maju) e) Jika pengujian dibalik yaitu yaitu colok hitam ditempel pada katoda dan colok merah pada anoda maka bila display multimeter menunjukkan suatu nilai maka dioda dinyatakan rusak sebaiknya apabila display menunjukkan angka nol (0) maka diode dikatakan baik. (bias mundur). Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan seperti tabel dibawah ini :
No 1 2 3 4 KABEL COLOK Positif (Merah) Negatif (hitam) Kaki Katoda Kaki Katoda Kaki Anoda Kaki Anoda Kaki Anoda Kaki Anoda Kaki Katoda Kaki Katoda Display Multimeter Ada nilai Nol (tidak ada nilai) Ada nilai Nol (tidak ada nilai) Keadaan Baik Buruk Buruk Baik

3. Faktor Ripple 4. Cara kerja Penyearah Diode Setengah Gelombang Perhatikan rangkaian pada gambar 8.1-a, dimana sumber masukan sinusoida dihubungkan dengan beban resistor melalui sebuah diode. Untuk sementara kita menganggap keadaan ideal, dimana hambatan masukan sinusoida sama dengan nol dan diode dalam keadaan hubung singkat saat berpanjar maju dan keadaan hubung terbuka saat berpanjar mundur. Besarnya keluaran akan mengikuti masukan saat masukan berada di atas tanah dan berharga nol saat masukan di bawah tanah seperti diperlihatkan pada gambar 8.1-b. Jika kita ambil harga rata-rata bentuk gelombang keluaran ini untuk beberapa periode, tentu saja hasilnya akan positif atau dengan kata lain keluaran mempunyai komponen DC.

Cara Kerja Penyearah Diode Gelombang Penuh Terdapat cara yang sangat sederhana untuk meningkatkan kuantitas keluaran positip menjadi sama dengan masukan (100%). Ini dapat dilakukan dengan menambah satu diode pada rangkaian seperti terlihat pada gambar 8.2. Pada saat masukan berharga negatif maka salah satu dari diode akan dalam keadaan panjar maju sehingga memberikan keluaran positif. Karena keluaran berharga positif pada satu periode penuh, maka rangkaian ini disebut penyearah gelombang penuh. Pada gambar 8.2 terlihat bahwa anode pada masing-masing diode dihubungkan dengan ujung-ujung rangkaian sekunder dari transformer. Sedangkan katode masing masing diode dihubungkan pada titik positif keluaran. Beban dari penyearah dihubungkan antara titik katode dan titik centertap (CT) yang dalam hal ini digunakan sebaga referensi atau tanah.

Mekanisme terjadinya konduksi pada masing-masing diode tergantung pada polaritas tegangan yang terjadi pada masukan. Keadaan positif atau negatif dari masukan didasarkan pada referensi CT. Pada gambar 8.3 nampak bahwa pada setengah periode pertama misalnya, v1 berharga positif dan v2 berharga negatif, ini menyebabkan D1 berkonduksi (berpanjar maju) dan D2 tidak berkonduksi (berpanjar mundur). Pada setengah periode ini arus 1 D i mengalir dan menghasilkan keluaran yang akan nampak pada hambatan beban. Pada setengah periode berikutnya, v2 berharga positif dan v1 berharga negatif, menyebabkan D2 berkonduksi dan D1 tidak berkonduksi. Pada setengah periode ini mengalir arus 2 D i dan menghasilkan keluaran yang akan nampak pada hambatan beban. Dengan demikian selama satu periode penuh hambatan beban akan dilewati aris 1 D i dan 2 D i secara bergantian dan menghasilkan tegangan keluaran DC. Cara Kerja Penyearah Gelombang Penuh Model Jembatan Penyearah gelombang penuh model jembatan memerlukan empat buah diode. Dua diode akan berkondusi saat isyarat positif dan dua diode akan berkonduksi saat isyarat negatif. Untuk model penyearah jembatan ini kita tidak memerlukan transformator yang memiliki center-tap. Seperti ditunjukkan pada gambar 8.4, bagian masukan AC dihubungkan pada sambungan D1-D2 dan yang lainnya pada D3-D4. Katode D1 dan D3 dihubungkan degan keluaran positif dan anode D2 dan D4 dihubungkan dengan keluaran negatif (tanah). Misalkan masukan AC pada titik A berharga positif dan B berharga negatif, maka diode D1 akan berpanjar maju dan D2 akan berpanjar mundur. Pada sambungan bawah D4 berpanjar maju dan D3 berpanjar mundur. Pada keadaan ini elektron akan mengalir dari titik B melalui D4 ke beban , melalaui D1 dan kembali ke titik A. Pada setengah periode berikutnya titik A menjadi negatif dan titik B menjadi positif. Pada kondisi ini D2 dan D3 akan berpanjar maju sedangkan D1 dan D4 akan berpanjar mundur. Aliran arus dimulai dari titik A melalui D2, ke beban, melalui D3 dan kembali ke titik B. Perlu dicatat di sini bahwa apapun polaritas titik A atau B, arus yang mengalir ke beban tetap pada arah yang sama.

Rangkaian jembatan empat diode dapat ditemukan di pasaran dalam bentuk paket dengan berbagai bentuk. Secara prinsip masing-masing bentuk mempunyai dua terminal masukan AC dan dua terminal masukan DC. Cara Kerja Penyearah Keluaran Ganda Pada berbagai sistem elektronik diperlukan sumber daya dengan keluaran ganda sekaligus, positif dan negatif terhadap referensi (tanah). Salah satu bentuk rangkaian penyearah gelombang penuh keluaran ganda diperlihatkan pada gambar 8.5. Perhatikan bahwa keluaran berharga sama tetapi mempunyai polaritas yang berkebalikan. Diode D1 dan D2 adalah penyearah untuk bagian keluaran positif. Keduanya dihubungkan dengan ujung transformer. Diode D3 dan D4 merupakan penyearah untuk keluaran negatif. Titik keluaran positif dan negatif diambil terhadap CT sebagai referensi atau tanah.

Misalkan pada setengah periode titik atas transformer berharga positif dan bagian bawah berharga negatif. Arus mengalir lewat titik B melalui D4, 2 L R , 1 L R , D1 dan kembali ke terminal A transformator. Bagian atas dari 1 L R menjadi positif sedangkan bagian bawah 2 L R menjadi negatif. Pada setengah periode berikutnya titik atas transformer berharga negatif dan bagian bawah berharga positif. Arus mengalir lewat titik A melalui D3, 2 L R , 1 L R , D2 dan kembali ke terminal B transformator. Bagian atas dari 1 L R tetap

akan positif sedangkan bagian bawah 2 L R berpolaritas negatif. Arus yang lewat 1 L R dan 2 L R mempunyai arah yang sama menghasilkan tegangan keluaran bagian atas dan bagian bawah pada 1 L R dan 2 L R .

PERCOBAAN II BJT dan JFET

Pertanyaan dan Tugas. 1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan daerah cut-off, aktif, dan saturasi? 2. Dari percobaan karakteristik transistor dengan multimeter, buatlah grafik,

a. IC terhadap VCE b. VBE terhadap IB c. hFE terhadap IC.


3. Tentukan titik Q pada BJT dan FET, pada tiap konfigurasi! 4. Berdasarkan percobaan yang sudah anda lakukan jelaskan cara kerja BJT dan FET! 5. Sebutkan kegunaan dari BJT dan JFET serta aplikasinya? 6. Apa syarat syarat transistor yang beroperasi pada daerah cut-off, aktif dan saturasi, jelaskan jawaban anda menurut hasil percobaan!

7. Dari keempat jenis bias pada BJT, mana yang paling stabil (pergeseran titik
kerjanya sangat kecil)? Jelaskan! 8. Menurut anda apakah definisi dan kegunaan dari bias?

9. Apa yang dimaksud dengan IDSS,VP,IGSS?


10. Apa ciri ketiga daerah operasi dari JFET? 11. Terangkan perbedaan antara BJT dan JFET menurut hasil percobaan (minimal 5 perbedaan)! 12. Jika hasil percobaan anda tidak sesuai dengan teori, mungkinkah disebabkan oleh kerusakan transistor? jelaskan jawaban anda menurut data percobaan yang diperoleh dan data sheetnya! 13. Bandingkanlah hasil pengukuran dengan perhitungan jelaskan dan beri kesimpulannya 14. Berikan kesimpulan anda pada tiap-tiap percobaan dan berikan kesimpulan umumnya pada akhir percobaan.

Jawaban : 1. - Daerah Aktif Daerah kerja transistor yang normal adalah pada daerah aktif, dimana arus IC konstans terhadap berapapun nilai VCE. Dari kurva ini diperlihatkan bahwa arus IC hanya tergantung dari besar arus IB. Daerah kerja ini biasa juga disebut daerah linear (linear region). Jika hukum Kirchhoff mengenai tegangan dan arus diterapkan pada loop kolektor (rangkaian CE), maka dapat diperoleh hubungan : VCE = VCC - ICRC Dapat dihitung dissipasi daya transistor adalah : PD = VCE.IC Rumus ini mengatakan jumlah dissipasi daya transistor adalah tegangan kolektor-emitor dikali jumlah arus yang melewatinya. Dissipasi daya ini berupa panas yang menyebabkan naiknya temperatur transistor. Umumnya untuk transistor power sangat perlu untuk mengetahui spesifikasi PDmax. Spesifikasi ini menunjukkan temperatur kerja maksimum yang diperbolehkan agar transistor masih bekerja normal. Sebab jika transistor bekerja melebihi kapasitas daya PDmax, maka transistor dapat rusak atau terbakar. - Daerah Saturasi Daerah saturasi adalah mulai dari VCE = 0 volt sampai kira-kira 0.7 volt (transistor silikon), yaitu akibat dari efek dioda kolektor-base yang mana tegangan VCE belum mencukupi untuk dapat menyebabkan aliran elektron. - Daerah Cut-Off Jika kemudian tegangan VCC dinaikkan perlahan-lahan, sampai tegangan VCE tertentu tiba-tiba arus IC mulai konstan. Pada saat perubahan ini, daerah kerja transistor berada pada daerah cut-off yaitu dari keadaan saturasi (OFF) lalu menjadi aktif (ON). Perubahan ini dipakai pada

system digital yang hanya mengenal angka biner 1 dan 0 yang tidak lain dapat direpresentasikan oleh status transistor OFF dan ON.

Gambar 2.7.1 rangkaian driver LED Misalkan pada rangkaian driver LED di atas, transistor yang digunakan adalah transistor dengan b = 50. Penyalaan LED diatur oleh sebuah gerbang logika (logic gate) dengan arus output high = 400 uA dan diketahui tegangan forward LED, VLED = 2.4 volt. Lalu pertanyaannya adalah, berapakah seharusnya resistansi RL yang dipakai. IC = bIB = 50 x 400 uA = 20 mA Arus sebesar ini cukup untuk menyalakan LED pada saat transistor cut-off. Tegangan VCE pada saat cut-off idealnya = 0, dan aproksimasi ini sudah cukup untuk rangkaian ini. RL = (VCC - VLED - VCE) / IC = (5 - 2.4 - 0)V / 20 mA = 2.6V / 20 mA = 130 Ohm

2.

a. grafik VCE terhadap IC

IB VCE IC (A)

700 A (7 x 10 7 A) 0.1 8
2.2 2 1.8 1.6 Ic (mA) 1.4 1.2 1 0.8 0.6 x 10
-4

2 7

0.3 66

4 83

0.5 94

6 96

0.7 36

0.8 1

9 57

10 25

61.2 161. 157. 163. 158. 165. 159. 168. 159. 214.
grafik Vce terhadap Ic pada saat Ib=700 x 10 -9 A

5 VCE (volt)

10

IB VCE IC (A)

1.3 A (1.3 x 10 6 A) 0.1 3 2 4 0.3 4 4 66 0.5 8 6 78 0.7 06 0.8 9 9 7 10 4

122. 323. 317. 327. 319. 329. 321. 331. 321. 323.

x 10

-4

grafik Vce terhadap Ic pada saat Ib=1.3 x 10

-6 A

3 Ic (mA) 2 1 0

5 VCE (volt)

10

b. grafik VBE terhadap IB IB VBE 700 A (7 x 10 7 A) 0.7


x 10
-5

1.3 A (1.3 x 10 6 A) 0.7

grafik Vbe terhadap Ib

1.4

1.3

1.2

Ib (mA)

1.1

0.9

0.8

0.7 -0.5

0.5 Vbe (volt)

1.5

c. grafik hFE terhadap IC.

IB VCE IC (A)

700 A (7 x 10 7 A) 0.1 61. 28 2 7 7 0.3 66 52 4 83 8 0.5 94 6 96 0.7 36 8 1 0.9 57 57 10 161. 157. 163. 158. 165. 159. 168. 159. 214.25

h fe (dB)

38.8 47.2 47.0 47.3 47.1 47.4 47.1 47.6 47.1 49.716 4 227 98 466 09

grafik h terhadap Ic 50

48

46

h (dB)

44

42

40

38 0.6

0.8

1.2

1.4 Ic (mA)

1.6

1.8

2.2 x 10
-4

IB VCE IC (A)

1.3 A (1.3 x 10 6 A) 0.1 3 2 4 6 0.3 4 5 4 66 3 0.5 8 2 6 78 8 0.7 06 5 8 9 3 0.9 7 7 10 122. 323. 317. 327. 319. 329. 321. 331. 321. 323.4 39.4 47.9 47.7 48.0 47.8 48.0 47.8 48.1 47.8 47.91 6

h fe (dB)

grafik h terhadap Ic pada Ib = 1.3 x 10 -6 49 48 47 46 45 h (dB) 44 43 42 41 40 39 0.6

0.8

1.2

1.4 Ic (mA)

1.6

1.8

2.2 x 10
-4

3. 4. Pada transistor BJT beroperasi dengan memberikan bias pada kedua junction (base-emitter dan base-collector). Sambungan berpanjar maju, dengan efek dari tegangan panjar Veb emitor

terjadi penurunan

tegangan penghalang pada sambungan emitor dan memberi kesempatan pada elektron melakukan injeksi ke basis dimana pada daerah ini miskin elektron (minoritas). Sambungan kolektor berpanjar mundur; sebagai efek dari pemasangan tegangan panjar VCB akan menaikkan potensial penghalang

pada sambungan kolektor. Karena daerah basis sangat tipis, hampir semua elektron yang terinjeksi pada basis tersapu ke kolektor melakukan rekombinasi dengan lubang yang dimana mereka disediakan dengan

pemasangan baterai luar. (Sebenarnya terjadi pengambilan elektron oleh baterai eksternal, meninggalkan lubang untuk proses rekombinasi). Sebagai hasilnya terjadi transfer arus dari rangkaian emitor ke rangkaian kolektor yang besarnya hampir tidak tergantung pada tegangan kolektor-basis. Seperti akan kita lihat, transfer tersebut memungkinkan pemasangan hambatan beban yang besar untuk mendapatkan penguatan tegangan. Pada FET saluran N, drain disambungkan positif terhadap source. Gate disambungkan dengan voltase negatif terhadap source sehingga sambungan PN antara gate dan saluran N dibias balik. Ketika voltase drain-

source kecil dan voltase gate-source kecil juga, belum terjadi pinch-off sehingga sifat FET ditentukan oleh saluran N, terdapat resistivitas tetap antara drain dan source. Hal ini berarti arus I D yang mengalir ke drain sebanding dengan voltase V DS antara drain dan source. Ketika voltase drainsource atau voltase gate-source bertambah dan terjadi pinch-off, arus I D dari drain ke source akan hampir konstan terhadap perubahan voltase drain-source

V DS . Tetapi hanya akan tergantung dari besar voltase VGS antara source dan
gate, dimana gate harus negatif terhadap source. 5. Kegunaan dari BJT dan JFET serta aplikasinya :

a) BJT merupakan transistor yang digunakan sebagai Switching dan


Amplifier

b) JFET N-channel digunakan untuk FM tuner dan VHF amplifier.


6. Daerah kerja transistor (cut-off, aktif atau saturasi) ditentukan oleh bias yang diberikan pada masing-masing junction : a. Daerah aktif/daerah linear - Junction base-emitter dibias maju (forward bias) - Junction base-collector dibias mundur (reverse bias) b. Daerah saturasi - Junction base-emitter dibias maju (forward bias) - Junction base-collector dibias maju (forward bias) c. daerah cut-off - Junction base-emitter dibias mundur (reverse bias) - Junction base-collector dibias mundur (reverse bias) 7. Dari keempat bias pada BJT, yang paling stabil adalah Voltage feedback bias. Hal ini dikarenakan Jika terjadi kenaikan I C maka akan terjadi penurunan VCE , sehingga arus basis yang akan melawan kenaikan I C .

Rangkaian ini tidak dapat menetapkan I C dengan baik,

tetapi

paling

tidak

dapat menjamin bahwa VCE akan berada pada harga paling tidak 1 volt- atau kemungkinan lain , arus basis akan sangat kecil dan VCE akan berharga sangat tinggi, tentu ini suatu yang kontradiksi. 8. Bias merupakan pemberiaan tegangan DC untuk membentuk tegangan dan arus yang tetap. Tegangan dan arus yang dihasilkan menyatakan titik operasi (quiescent point) atau titik Q yang menentukan daerah kerja transistor. Dengan kata lain Bias digunakan agar bentuk keluaran harus sama dengan bentuk isyarat masukan. Rangkaian bias bisa di-disain untuk memperoleh titik kerja pada titik- titik tersebut, atau titik lainnya dalam daerah aktif.

Rating maksimum ditentukan oleh I C max dan VCE max . Daya maksimum dibatasi oleh kurva PCmaks . BJT bisa di-bias di luar batasan maksimum tersebut, tapi bisa memperpendek usia piranti atau bahkan merusaknya. Untuk kondisi tanpa bias, piranti tidak bekerja, hasilnya arus dan tegangan bernilai nol. 9.

I DSS adalah nilai arus D pada daerah arus-konstan dengan G terhubung


langsung dengan S

V P adalah voltase pinch-off, yaitu voltase gate-source dimana arus drain


menjadi nol.

I GSS adalah nilai arus reverse pada gate.


10. Ciri daerah operasi JFET :

a. Common-Source Amplifier = Isyarat masukan dikenakan pada G-S dan


isyarat keluaran diambil dari D-S. Titik S terhubung dengan masukan dan keluaran.

b. Common-Gate Amplifier = Isyarat masukan dikenakan pada S-G dan


isyarat keluaran diambil dari D-G. lebih kecil dari satu. Konfigurasi gerbang-bersama dapat digunakan sebagai penguat tegangan tetapi mempunyai penguatan arus

c. Common-Drain Amplifier = isyarat masukan yang dikenakan pada G


dan isyarat keluaran diambil dari S. D terhubung baik dengan masukan maupun dengan keluaran. 11. Perbedaan antara BJT dan JFET antara lain :

a. BJT merupakan bipolar device yang menggunakan dua carrier yaitu


electron dan holes, sedangkan JFET merupakan Unipolar device yang menggunakan satu carrier yaitu N-channel atau P-channel.

b. Saluran pada BJT dikendalikan oleh arus, sedangkan pada JFET


dikendalikan oleh tegangan.

c. Dibandingkan dengan FET, BJT dapat memberikan penguatan yang jauh


lebih besar dan tanggapan frekuensi yang lebih baik. 12. Hasil percobaan tidak sesuai dengan teori, hal ini bukan disebabkan oleh kerusakan pada transistor, karena jika transistor mengalami kerusakan maka transistor tersebut tidak dapat bekerja sehingga percobaan tidak dapat dilakukan. 13. Hasil pengukuran dengan perhitungan dari percobaan yang telah dilakukan terdapat kesalahan yang cukup besar. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kesalahan pengamatan oleh praktikan atau karena disebabkan oleh alat ukur yang dalam keadaan kurang baik. 14. Dari percobaan yang dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

a) Pada percobaan testing kondisi BJT dan JFT dapat disimpulkan bahwa transistor yang digunakan dalam keadaan baik, hal tersebut ditunjukkan oleh kesesuaian hasil pengukuran dengan sifat dari transistor tersebut. b) Pada percobaan karakteristik transistor dengan multimeter dapat

disimpulkan bahwa untuk transistor BJT salurannya dikendalikan oleh arus, sedangkan pada JFET dikendalikan oleh tegangan listrik.

c) Pada percobaan karakteristik transistor dengan osiloskop dapat disimpulkan


bahwa untuk BJT sedikit perubahan pada i B akan memberikan kenaikan yang sangat besar pada iC . Pada JFET bahwa arus keluaran dapat

dikontrol oleh tegangan masukan. d) Pada percobaan konfigurasi transistor BJT dan JFET dapat disimpulkan bahwa bias berfungsi agar isyarat masukan menjadi sama dengan isyarat keluaran.

PERCOBAAN III OP-AMP 3.6 Jawaban Pertanyaan dan Tugas Pertanyaan 1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan OP-AMP? 2. Sebutkan fungsi dan karakteristik dari sebuah OP-AMP! 3. Buatlah symbol skematis dari sebuah OP-AMP dan sebutkan masing masing bagiannya! 4. Jelaskan fungsi dari masing masing kaki OP-AMP (pada OP AMP 741) menurut datasheet yang anda peroleh! 5. Tentukan besarnya gain bagi amplifier membalik dan tak membalik! 6. Bagaimana prinsif kerja dari pengikut tegangan (voltage follower)! 7. Bagaimana sifat-sifat op-am ideal dan hubungannya dengan op-amp nyata! 8. Bagaimana hubungan tegangan input dan output dari amplifier penjumlah/adder!

9. Apa yang dimaksud dengan frekuensi cut-off atau putus dan berapa besarnya gain pada kondisi ini? 10. Berapa frekuensi cut-off dari filter-filter pada percobaan yang anda lakukan dan bandingkan hasil ini dengan perhitungan/teorinya! Jawaban : 1. Satu penguat operasional atau operational amplifier dalam bahasa inggris, sering disebut sebagai Op-Amp, yang biasanya dikenal dengan sebuah IC dimana banyak transistor digabungkan dalam satu kristal semikonduktor.

2.

Satu Op-Amp merupakan suatu penguat diferensial dengan penguatan

yang tak terhingga. Satu penguat diferensial adalah suatu yang mempunyai dua masukkan dan voltase pada keluaran tergantung dari perbedaan potensial antara kedua masukkannya. Berarti terdapat persamaan : V output = ( V input 1 V input 2 ) . A Dimana A adalah factor penguatan Karena penguatan A tak terhingga dari Op-Amp, maka terdapat persamaan untuk Op-Amp: V output = ( V input1 V input 2 ) . 3.

Simbol op-amp adalah seperti pada gambar-1.2(b) dengan 2 input, noninverting (+) dan input inverting (-). Umumnya op-amp bekerja dengan dual supply (+Vcc dan Vee) namun banyak juga op-amp dibuat dengan single supply (Vcc ground). Simbol rangkaian di dalam op-amp pada gambar-1.2(b) adalah parameter umum dari sebuah op-amp. Rin adalah resitansi input yang nilai idealnya infinit (tak terhingga). Rout adalah resistansi output dan besar resistansi idealnya 0 (nol). Sedangkan AOL adalah nilai penguatan open loop dan nilai idealnya tak terhingga.

4. Ada banyak jenis OpAmp, namun yang umum dijual di pasaran adalah OpAmp741. OpAmp type 741 dijual dengan dua tampilan, yakni silinder dan DIL (Dial In Line). Yang berbentuk silinder berkaki 8 pin, sedangkan yang berbentuk DIL ada yang berkaki 8 pin, namun ada juga yang berkaki 14 pin. Nomor pin untuk 8 kaki dan 14 kaki: Pin 1 (3) + Pin 5 (9) untuk penyetelan 0 volt. Pin 2 (4) untuk inverting input. Pin 3 (5) untuk noninverting input. Pin 4 (6) untuk ground atau tegangan negatif. Pin 6 (10) terminal keluaran (output). Pin 7 (11) untuk tegangan positif. Nomor pin dalam kurung untuk DIL 14 kaki. 5. Faktor Penguatan (Gain Factor) Faktor penguatan OpAmp boleh dikatan sepenuhnya ditentukan oleh ratio R1 terhadap R2 dalam rangkaian feedback. Contoh 1: Jika R1 = 100k; R2 = 1k, maka penguatannya sama dengan 100:1. (100 kali). Contoh 2: Jika R1 = 1k; R2 = 1k, maka penguatannya sama dengan 1:1. (1 kali). Jika pada contoh 1 diberi signal input 0,01 volt maka signal outputnya 100 x 0,001 volt. Jika pada contoh 2 diberi signal input yang sama seperti pada contoh 1 yaitu 0,01 volt, maka signal outputnya sama dengan 1 x 0,001 volt = 0,01 volt atau dengan kata lain tidak ada penguatan. (Signal input = signal output) Besar gain untuk amlifier membalik dan amplifier tak membalik bergantung terhadap nilai besarnya Rin dan Rf nya. Rin = 10k, Rf = 100k. Maka 1 : 10 jadi besarnya 10 kali. 6. Berapa pun input yang dimasukan maka nilai yang keluar sama dengan nilai input tersebut 7. Sifat- sifat yang lain dari Op-Amp ideal adalah sebagai berikut :

Tidak ada yang masuk atau keluar dari masukkannya, berarti resistivitas
masukannya Ri = . Resistivitas keluaran sebesar R out = 0

Penguatan Op-Amp tak berhingga. Tegangan keluaran hanya tergantung dari selisih voltase pada masukan

dan tidak tergantung dari potensial bersama pada mesukannya. Pada banyak rangkaian dan pemakaian tertentu pengaruh sifat real Op-Amp begitu kcil sehingga dapat diabaikan. Tetapi pada rangkaian tertentu ada sifat real dari Op-Amp yang perlu diperhatikan Karena berpengaruh pada fungsi rangkaian. 8. Rangkaian adder merupakan rangkaian yang menjumlahkan tegangan masukan menjadi tegagan output. Juga tergantung dari berapa besar penguatannya. Sehingga bila dimasukkan tegangan masing-masing 1V, 2V dan 3V maka output yang didapat adalah 6V. Jadi semua masukan di jumlahkan. 9. frekuensi cut-off adalah Frekuensi dimana dalam keadaan ini frekuensi yang besarnya sama dengan besarnya gain sesuai Faktor penguatan OpAmp boleh dikatan sepenuhnya ditentukan oleh ratio R1 terhadap R2 dalam rangkaian 10.
Perhitungan Pengukuran F Output Persentase kesalahan (%)

15 .92 KHz 15 .92 KHz 15 .92 KHz 15 .92 KHz 15 .92 KHz 15 .92 KHz 15 .92 KHz

20 200 1000 1500 3500 4000 20000

24.31Hz 198.5Hz 1.203KHz 1.751KHz 3.779KHz 4.316 Hz 21.65 Hz

20,99 99,60 99,54 98,95 98,40 Diatas 100% Diatas 100%

PERCOBAAN IV SCR, DIAC, TRIAC Pertanyaan dan Tugas 1. 2. 3. 4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan SCR, TRIAC, dan DIAC! Jelaskan perbedaan - perbedaan SCR, TRIAC, dan DIAC! Berikan penjelasan tentang fungsi dan karakteristik dari SCR, TRIAC, dan DIAC! Terangkan cara kerja osilator relaksasi dengan SCR.

5. 6. 7.

Apakah keuntungan-keuntungan penggunaan SCR dan TRIAC pada pengaturan daya ? Buatlah contoh aplikasi aplikasi yang menggunakan SCR, TRIAC, dan DIAC! Menurut data dan analisa yang anda buat, apakah yang akan terjadi jika hambatan pada masing masing rangkaian diatas dikurangi, jelaskan dengan analisa matematis!

8. 9.

Mengapa pada rangkaian R diganti dengan diac nyala lampu pada saat potensio diputar bisa lebih terang dan lebih redup, jelaskan dengan analisa matematis! Bagaimanakah hubungan antara konstanta waktu jaringan RC pada Gate dan besarnya sudut tunda penyalaan ?

10. Berikan kesimpulan anda pada masing masing percobaan diatas! Jawaban Pertanyaan 1. Yang dimaksud dengan SCR, TRIAC, dan DIAC - SCR (Silicon Controlled Rectifier) adalah komponen dengan tiga pemicu yaitu: Anoda(A), Katoda(K) dan Gate(G). Diode yang mempunyai fungsi sebagai pengendali arus yang melalui suatu beban. SCR atau Tyristor masih termasuk keluarga semikonduktor dengan karateristik yang serupa dengan tabung thiratron. Bagian-bagiannya diterangkan sebagai berikut :

SCR dirancang untuk menyebababkan aliran yang rata dari anoda ke katoda. SCR dibangun dari empat lapisan P dan N yang saling berhubungan sebagai berikut:

- Triac adalah tyristor dengan tiga pemicu ,yang mengatur arus ke dua arah.Ini sejenis dengan dua komponen SCR dihubungkan secara pararel dan dalam hubungan dengan inverter. setara dengan dua SCR yang dihubungkan parallel. Dan dijelaskan sebagai berikut:

Triac merupakan piranti tiga terminal yang digunakan untuk pengaturan daya. TRIAC adalah komponen 3 elektroda dari keluarga thyristor yang dapat menyakelarkan AC atau DC dibangun dari 5 lapisan NPNPN - Diac adalah trysitor yang hanya punya dua kaki. DIAC bukanlah termasuk keluarga thyristor, namun prisip kerjanya membuat ia digolongkan sebagai thyristor. DIAC dibuat dengan struktur PNP mirip seperti transistor. Lapisan N pada transistor dibuat sangat tipis sehingga elektron dengan mudah dapat menyeberang menembus lapisan ini. Sedangkan pada DIAC, lapisan N di buat cukup tebal sehingga elektron cukup sukar untuk menembusnya. Struktur DIAC yang demikian dapat juga dipandang sebagai dua buah dioda PN dan NP, sehingga dalam beberapa literatur DIAC digolongkan sebagai dioda. Adapun gambar dari struktur dan symbol DIAC sebagai berikut :

2.

- Pada SCR Struktur : Sebuah SCR terdiri dari tiga terminal yaitu anoda, katoda, dan gate. SCR berbeda dengan dioda rectifier biasanya. SCR dibuat dari empat buah lapis dioda. Adapun gambar dari struktur SCR sebagai berikut :

Karateristik : Adapun karateristik dari SCR yaitu dapat dijelaskan dengan kurva IV SCR berikut ini :

Pada gambar tertera tegangan breakover Vbo, yang jika tegangan forward SCR mencapai titik ini, maka SCR akan ON. Lebih penting lagi adalah arus Ig yang dapat menyebabkan tegangan Vbo turun menjadi lebih kecil. Pada gambar ditunjukkan beberapa arus Ig dan korelasinya terhadap tegangan breakover. Pada datasheet SCR, arus trigger gate ini sering ditulis dengan notasi IGT (gate trigger current). Pada gambar ada ditunjukkan juga arus Ih yaitu arus holding yang mempertahankan SCR tetap ON. Jadi agar SCR tetap ON maka arus forward dari anoda menuju katoda harus berada di atas parameter ini. Satu-satunya cara untuk membuka (meng-off-kan) SCR adalah dengan mengurangi arus Triger (IT) dibawah arus penahan (IH). SCR adalah thyristor yang uni directional,karena ketika terkonduksi hanya bisa melewatkan arus satu arah saja yaitu dari anoda menuju katoda. Artinya, SCR aktif ketika gate-nya diberi polaritas positif dan antara anoda dan katodanya dibias maju. Dan

ketika sumber yang masuk pada SCR adalah sumber AC, proses penyearahan akan berhenti saat siklus negatif terjadi. Cara Kerja : Pada prinsipnya SCR dapat menghantarkan arus bila diberikan arus gerbang (arus kemudi).Arus gerbang ini hanya diberikan sekejap saja sudah cukup dan thyristor akan terus menghantarwalaupun arus gerbang sudah tidak ada. SCR tidak akan menghantar atau on, meskipun diberikan tegangan maju sampai pada tegangan breakovernya SCR tersebut dicapai (VBRF). SCR akan menghantar jika pada terminal gate diberi pemicuan yang berupa arus dengan tegangan positip dan SCR akan tetap on bila arus yang mengalir pada SCR lebih besar dari arus yang penahan (IH).

Pada TRIAC Struktur : TRIAC tersusun dari lima buah lapis semikonduktor yang banyak digunakan pada pensaklaran elektronik. TRIAC biasa juga disebut thyristor bi directional. TRIAC merupakan dua buah SCR yang dihubungkan secara paralel berkebalikan dengan terminal gate bersama. Adapun gambar dari struktur TRIAC sebagai berikut :

Karateristik : Adapun karateristik dari TRIAC yaitu dapat dijelaskan dengan gambar berikut ini :

Terdapat parameter-parameter seperti Vbo dan -Vbo, lalu IGT dan -IGT, Ih serta -Ih dan sebagainya. Umumnya besar parameter ini simetris antara yang plus dan yang minus. TRIAC hanya akan aktif ketika polaritas pada Anoda lebih positif dibandingkan Katodanya dan gate-nya diberi polaritas positif, begitu juga sebaliknya. Setelah terkonduksi, sebuah TRIAC akan tetap bekerja selama arus yang mengalir pada TRIAC (IT) lebih besar dari arus penahan (IH) walaupun arus gate dihilangkan. Satu-satunya cara untuk membuka (meng-off-kan) TRIAC adalah dengan mengurangi arus IT di bawah arus IH. Cara Kerja : TRIAC bekerja mirip seperti SCR yang paralel bolak-balik, sehingga dapat melewatkan arus dua arah.Berbeda dengan SCR yang hanya melewatkan tegangan dengan polaritas positif saja, tetapi TRIAC dapat dipicu dengan tegangan polaritas positif dan negatif, serta dapat dihidupkan dengan menggunakan tegangan bolak-balik pada Gate. TRIAC banyak digunakan pada rangkaian pengedali dan pensaklaran.

Pada DIAC Struktur : DIAC dibuat dengan struktur PNP mirip seperti transistor. Lapisan N pada transistor dibuat sangat tipis sehingga elektron dengan mudah dapat menyeberang menembus lapisan ini. Sedangkan pada DIAC, lapisan N di buat cukup tebal sehingga elektron cukup sukar untuk menembusnya. Struktur DIAC yang demikian dapat juga dipandang sebagai dua buah dioda PN dan NP, sehingga dalam beberapa literatur DIAC digolongkan sebagai dioda. Adapun gambar dari struktur DIAC sebagai berikut :

Karateristik : Adapun karateristik dari gambar berikut ini :

DIAC yaitu dapat dijelaskan dengan

Untuk mengetahui karateristik dari DIAC yang hanya perlu diketahui adalah berapa tegangan breakdown-nya. Hanya dengan tegangan breakdown tertentu barulah DIAC dapat menghantarkan arus. Arus yang dihantarkan tentu saja bisa bolak-balik dari anoda menuju katoda dan sebaliknya.Karena DIAC sendiri termasuk sukar dilewati oleh arus dua arah. Cara Kerja : Pada prinsipnya diac akan menahan arus kearah dua belah fihak, tetapi setelah tegangan melampaui suatu harga tertentu, ia akan menghantar secara penuh. 3. Fungsi dan karateristik dari SCR yaitu sebuah SCR terdiri dari tiga terminal yaitu anoda, katoda, dan gate. SCR berbeda dengan dioda rectifier biasanya. SCR dibuat dari empat buah lapis dioda. SCR banyak digunakan pada suatu sirkuit elekronika karena lebih efisien dibandingkan komponen lainnya terutama pada pemakaian saklar elektronik.

SCR biasanya digunakan untuk mengontrol khususnya pada tegangan tinggi karena SCR dapat dilewatkan tegangan dari 0 sampai 220 Volt tergantung pada spesifik dan tipe dari SCR tersebut. SCR tidak akan menghantar atau on, meskipun diberikan tegangan maju sampai pada tegangan breakovernya SCR tersebut dicapai (VBRF). SCR akan menghantar jika pada terminal gate diberi pemicuan yang berupa arus dengan tegangan positip dan SCR akan tetap on bila arus yang mengalir pada SCR lebih besar dari arus yang penahan (IH). Satu-satunya cara untuk membuka (meng-off-kan) SCR adalah dengan mengurangi arus Triger (IT) dibawah arus penahan (IH). SCR adalah thyristor yang uni directional,karena ketika terkonduksi hanya bisa melewatkan arus satu arah saja yaitu dari anoda menuju katoda. Artinya, SCR aktif ketika gate-nya diberi polaritas positif dan antara anoda dan katodanya dibias maju. Dan ketika sumber yang masuk pada SCR adalah sumber AC, proses penyearahan akan berhenti saat siklus negatif terjadi. Fungsi dan karateristik dari TRIAC yaitu TRIAC tersusun dari lima buah lapis semikonduktor yang banyak digunakan pada pensaklaran elektronik. TRIAC biasa juga disebut thyristor bi directional. TRIAC merupakan dua buah SCR yang dihubungkan secara paralel berkebalikan dengan terminal gate bersama. Berbeda dengan SCR yang hanya melewatkan tegangan dengan polaritas positif saja, tetapi TRIAC dapat dipicu dengan tegangan polaritas positif dan negatif, serta dapat dihidupkan dengan menggunakan tegangan bolak-balik pada Gate. TRIAC banyak digunakan pada rangkaian pengedali dan pensaklaran. TRIAC hanya akan aktif ketika polaritas pada Anoda lebih positif dibandingkan Katodanya dan gate-nya diberi polaritas positif, begitu juga sebaliknya. Setelah terkonduksi, sebuah TRIAC akan tetap bekerja selama arus yang mengalir pada TRIAC (IT) lebih besar dari arus penahan (IH) walaupun arus gate dihilangkan. Satu-satunya cara untuk membuka (meng-off-kan) TRIAC adalah dengan mengurangi arus IT di bawah arus IH. Fungsi dan karateristik dari DIAC yaitu dapat dijelaskan dengan gambar berikut ini:

Ketika tegangan dari diac bergerak dari tegangan VB,diac break-over dan berperan sebagai diode penghubung.Peranan ini sama pada kedua arah. Menambahkan diac pada gerbang triac pengontrolan dalam tegangan tinggi. 4. Penggunaan OSILATOR SCR Osilator ralaksasi utamanya digunakan sebagai pembangkit gelombang sinusosidal. Gelombang gigi gergaji, gelombang kotak dan variasi bentuk gelombang tak beraturan termasuk dalam kelas ini. Pada dasarnya pada osilator ini tergantung pada proses konduksi piranti elektronik. pengosongan-pengisian jaringan kapasitorresistor. Perubahan tegangan pada jaringan digunakan untuk mengubah-ubah Untuk pengontrol, pada osilator dapat digunakan transistor, UJT (uni junction transistors) atau IC (integrated circuit). 5. Keuntungan penggunaan SCR pada pengaturan daya adalah SCR dapat mengontrol tegangan tinggi sehingga SCR dapat melewatkan tegangan dari 0 sampai 220 Volt tergantung pada spesifik dan tipe dari SCR tersebut. SCR tidak akan menghantar atau on, meskipun diberikan tegangan maju sampai pada tegangan breakovernya SCR tersebut dicapai (VBRF). SCR akan menghantar jika pada terminal gate diberi pemicuan yang berupa arus dengan tegangan positip dan SCR akan tetap on bila arus yang mengalir pada SCR lebih besar dari arus yang penahan (IH). - Keuntungan penggunaan TRIAC pada pengaturan daya adalah TRIAC dapat dipicu dengan tegangan polaritas positif dan negatif, serta dapat dihidupkan dengan menggunakan tegangan bolak-balik pada Gate meningkatkan substansi tegangan penghidupan dari triac dan dengan demikian didapatkan tenaga yang lebih dalam

sehingga TRIAC banyak digunakan pada rangkaian pengedali dan pensaklaran. TRIAC hanya akan aktif ketika polaritas pada Anoda lebih positif dibandingkan Katodanya dan gate-nya diberi polaritas positif, begitu juga sebaliknya. Setelah terkonduksi, sebuah TRIAC akan tetap bekerja selama arus yang mengalir pada TRIAC (IT) lebih besar dari arus penahan (IH) walaupun arus gate dihilangkan. Satu-satunya cara untuk membuka (meng-off-kan) TRIAC adalah dengan mengurangi arus IT di bawah arus IH. 6. Aplikasi SCR - Sebagai rangkaian saklar (switch control) - Sebagai rangkaian pengendali (remote control) - SCR biasanya digunakan untuk mengontrol khususnya pada tegangan tinggi Aplikasi TRIAC - Sebagai rangkaian pengaturan daya (power control) Aplikasi DIAC - sebagai pemicu TRIAC agar ON pada tegangan input tertentu yang relatif tinggi. - aplikasi dimmer lampu 7. Jika nilai hambatan R dikurangi maka nilai tegangan untuk meng-ON-kan Thyristor juga akan semkin kecil, contohnya pada percobaan TRIAC dengan DIAC jika R yang digunakan 10K, IGT dari TRIAC pada rangkaian 10 mA, VGT = 0.75 volt dan digunakan adalah sebuah DIAC dengan Vbo = 20 V sesuai dengan persamaan berikut :

V = I GT ( R ) + V BO + VGT
V = (10 x 10-3).(10 x 103)+20V+0.75V =120.75 V Jika pada rangkaian yang sama R yang digunakan diperkecil menjadi 5 K, maka : V = (5x 10-3).(10 x 103)+20V+0.75V

=70.75 V Jadi, jika nilai hambatan diperkecil maka tegangan untuk meng-ON-kan TRIAC juga akan semakin kecil.

8.

Pada rangkaian R diganti dengan diac nyala lampu pada saat potensio diputar bisa lebih terang dan lebih redup, Hal tersebut tejadi karena pada rangkaian triac dengan diac berlaku persamaan :

V = I GT ( R ) + V BO + VGT , misalkan diketahui

DIAC yang digunakan memiliki V BO = 20 V, R = 2.2 K, IGT dari TRIAC pada rangkaian 15 mA, VGT = 0.75 volt maka TRIAC akan On pada tegangan V = 33+20+0.75 = 53.75 V, Sehingga jika rangkaian dialiri tegangan yang lebih besar dari 53.75 V maka TRIAC akan On dan besar arus yang mengalir :

I=

V 220 = = 0.1 A R 2200

Sehingga Nyala Lampu menjadi lebih Terang, sedangkan jika R digunakan maka TRIAC akan On pada tegangan :

V = I GT ( R ) + VGT
V = 33 + 0.75 =33.75 V Sehingga Nyala Lampu tidak terlalu terang.

9.

Hubungan antara konstanta waktu jaringan RC pada Gate dan besarnya sudut tunda penyalaan a) Pada percobaan SCR (Silicon Controlled Rectifier ) dapat disimpulkan bahwa hasil pengukuran pada SCR memiliki persentase kesalahan relatif yang cukup besar pada Katoda/Gate (Tegangan Katoda/Gate tegangannya mendekati 0 dikarenakan pada saat itu SCR dikatakan dalam keadaan OFF, di mana sebelumnya SCR telah ON dengan besar tegangan di Anoda/Katoda dan Anoda/Gate) dan Resistor. Hal ini dikarenakan

b) Pada percobaan SCR (Silicon Controlled Rectifier ) dengan diode dapat disimpulkan bahwa hasil pengukuran pada SCR dengan diode memiliki besar dibandingkan dengan SCR persentase kesalahan relatif yang lebih

tanpa diode, yaitu pada Katoda/Gate dan Resistor. c) Pada percobaan TRIAC dapat disimpulkan bahwa hasil pengukuran pada

TRIAC memiliki persentase kesalahan relatif yang lebih besar dibandingkan dengan SCR dan SCR dengan diode, yaitu pada Katoda/Gate, Anode/Gate dan Resistor. d) Pada percobaan TRIAC dan DIAC dapat disimpulkan bahwa hasil pengukuran memiliki persentase kesalahan relatif kecil dibandingkan dengan SCR, SCR dengan diode, dan TRIAC. 10. SCR merupakan singkatan dari Silicon Control Rectifier. SCR adalah diode yang mempunyai fungsi sebagai pengendali arus yang melalui suatu beban. TRIAC merupakan piranti tiga terminal yang digunakan untuk pengaturan daya. TRIAC adalah komponen 3 elektroda dari keluarga thyristor yang dapat menyakelarkan AC atau DC. DIAC memiliki dua terminal (elektroda). komponen ini dapat bekerja pada tegangan AC maupun DC, dan dapat konduksi dari dua arah, seperti thyristor lainnya diac mempunyai sifat seperti tabung tiratron.

Anda mungkin juga menyukai