Anda di halaman 1dari 12

NAMA : BERNADETHA IVOLIANE LESTI MALI

NIM : 2123736674
KELAS : 3A/D4 TEKNIK INSTALASI LISTRIK
LAPORAN 1 2 3 MESIN LISTRIK

 Peralatan yang digunakan sebagai berikut :

- Kabel penghantar secukupnya

- Amperemeter 1 buah

- Powermeter 1 buah

- Voltmeter 1 buah

- Trafo 3 buah m

1.1 Pengukuran Resistansi Kumparan Trafo

Diagram rangkaian untuk mencari pasangan terminal masing-masing kumparan trafo


dan membagi 2 kelompok terminal untuk STT ( A-A,B-B,C-C) dan STR (a-a,b-b,c-c).
A a B c
C
A a B b C c

Ω Ω Ω Ω
Ω Ω

b
A B C c
a

Ω Ω Ω Ω
Ω Ω

A B b C c
a

Gambar 1.1 Mencari pasangan terminal setiap kumparan dan kemudian menandai
terminal kumparannya dengan A-A, a-a, B-B, b-b, C-C, dan c-c.

Tabel 1.1 Hasil pengukuran resistansi masing-masing kumparan trafo

No Kumparan STT R (Ω)

1 AA 2,8 Ω

2 BB 2,8 Ω

3 CC 4,8 Ω

No Kumparan STR R (Ω)

1 Aa 1,8 Ω
2 Bb 1,8 Ω

3 Cc 2,6 Ω

1.2 Pengujian Lokasi Kumparan Trafo


Diagram rangkaian untuk mencari posisi dari masing-masing kumparan menggunakan
hasil pengukuran besarnya transformasi tegangan antara kumparan STR dan STT.

A
a B b C c

V V V
V V

B b C c
A a

Gambar 1.2 Mengukur tegangan 5 pasang terminal kumparan di STT dan STR dengan sepasang
terminal kumparan di STT sebagai sumber arus bolak-balik 1 fasa bertegangan nominal.

Tabel 1.2 Hasil pengukuran transformasi tegangan antara STT dan STR

No V sumber VA12 VB12 VC12 Va12 Va34 Vb12 Vb34 Vc12 Vc34

1 VA12 = 110V 110 V 0 0 57,8 V 57,8 V 0 0 0 0

2 VB12 = 110V 0 110 V 0 0 0 58,4 V 58,4 V 0 0

3 VC12 = 110V 0 0 110 V 0 0 0 0 60,9 V 60,9 V

4 Va12 = 110V 208,7 V 0 0 110 V 110 V 0 0 0 0

5 Va34 = 110V 209,5 V 0 0 110 V 110 V 0 0 0 0

6 Vb12 = 110V 0 209,5 0 0 0 110 V 110 V 0 0


V

7 Vb34 = 110V 0 209,5 0 0 0 110 V 110 V 0 0


V

8 Vc12 = 110V 0 0 202 V 0 0 0 0 110 V 110 V

9 Vc34 = 110V 0 0 202,9 V 0 0 0 0 110 V 110 V


1.3 Pengujian Penandaan Polaritas
Diagram rangkaian untuk menandai polaritas pasangan terminal dari masing-masing
kumparan menurut British Standard 171 juga digunakan untuk mengetahui arah
gulungan dari masing-masing kumparan. Pasangan terminal dari masing-masing
kumparan dan polaritasnya ditandai dengan huruf besar A1 dan A2 untuk STT dan
huruf kecil a1 dan a2 untuk STR.
Vinput

A2 a1
A1 a2
Vinput = Vp = 100 V

Vs = 60 V
Voutput
VP VS Voutput = 160 V

Gambar 1.3 Diagram pengujian polaritas terminal kumparan trafo perfasa menurut BS171

Penandaan polaritas pasangan terminal dari masing-masing kumparan trafo 3 fasa menurut
British Standard 171 dinyatakan benar bila VP<Voutput atau Voutput = VP + VS..

Tabel 1.3 Hasil pengukuran tegangan menggunakan rangkaian pengujian polaritas terminal
kumparan trafo A, B dan C.

No. Terminal Kumparan trafo A Tegangan terukur (volt)

1. STT VA12 110 V

2. STR Va12 58 V

3. STR Va34 58 V

4. VA12 + V a12 168 V

5. VA12 + V a34 168 V

No. Terminal Kumparan trafo B Tegangan terukur (volt)

1. STT VB12 110 V

2. STR Vb12 58 V

3. STR Vb34 58 V
4. VB12 + V b12 168 V

5. VB12 + V b34 168 V

No. Terminal Kumparan trafo C Tegangan terukur (volt)

1. STT VC12 110 V

2. STR Vc12 60 V

3. STR Vc34 60 V

4. VC12 + V c12 170 V

5. VC12 + V c34 170 V

1.4 Pengujian Urutan Fasa

1.4.1 Diagram rangkaian pengujian urutan fasa sisi sekunder trafo 3 fasa atau urutan fasa
sumber L1, L2 dan L3 menggunakan phase sequence meter atau motor induksi 3 fasa rotor
sangkar dengan pola hubungan ditampilkan pada Gambar 2.2.4 dimana urutan fasa sisi
sekunder trafo 3 fasa dianggap benar bila arah putaran rotor melawan arah putaran jarum jam.

a1
L1 – A1
b1
L2 – B1 3

L3 – C1 c1

Gambar 1.4.1 Diagram rangkaian pengujian urutan fasa sisi sekunder trafo 3 fasa atau
urutan fasa sumber L1, L2 dan L3 menggunakan phase sequence meter.

Kesimpulan :

Berdasarkan data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa semakin tahanan pada trafo sisi

tegangan tinggi memiliki tahanan yang lebih besar dibandingkan dengan trafo sisi tegangan
rendah
2. PENGUKURAN PARAMETER TRAFO TEGANGAN

 Peralatan yang digunakan sebagai berikut :


- Kabel penghantar secukupnya
- Amperemeter 1 buah
- Powermeter 1 buah
- Voltmeter 1 buah
- Trafo 1 buah

2.1 Diagram rangkaian pengujian tanpa beban / rangkaian terbuka trafo tegangan per fasa
digunakan untuk memperoleh parameter rangkaian inti magnet trafo setara per fasa
dengan menghitung besarnya INL, IC, Im, RC dan jXm.

PNL
a1 STR STT A1
W A

V
INL
Vsumber

VNL
a2 NP NS A2

SNL = VNL. INL (VA)


PNL
Faktor daya trafo pada kondisi tanpa beban, cos θNL =
SNL
θNL= cos-1(cos θNL)
VNL VNL Vp
Resistansi inti magnet, RC = = =
Ic INL . cos θNL Ih +e
VNL VNL
Reaktansi inti magnet, jXm = =
ℑ INL . sin θNL
Rangkaian setara trafo per fasa dari hasil pengujian kondisi tanpa beban digambarkan berikut
ini.

I NL

IC Im

VP Rc
Hasil pengukuran yang diperoleh dari pengujian trafo kondisi tanpa beban dan spesifikasi
trafo yang digunakan adalah 230/2 x 115 V~, 50 Hz, 300 watt, I nominal STR = 1,36 A, N STT
= 408 lilitan, dan NSTR = 214 lilitan

a. VNL = 110 V; INL = 0,35 A ; PNL = 13 W; QNL =36 VAr

SNL = 110 V x 0,35 A = 38,5 VA

13 W
cos θNL = = 0,337
38 ,5 VA

θNL= cos-1(0,337) = 70,30

sin θNL = sin (70,30) = 0,941

Ic = INL x cos θNL = 0,35 A x 0,337 = 0.117 A

Im = INL x sin θNL = 0,35 A x 0,941 = 0,329 A

Rc = VNL / Ic = 110 V / 0,117 A = 940,17 Ω

jXm = VNL / Im =110 V / 0,329 A = 334,34 Ω

b. VNL = 110 V; INL = 0,08 A; PNL = 4 W; QNL = 8,5 VAr

SNL = 110 V x 0,08 A = 8,8 VA

4W
cos θNL = = 0,45
8 , 8VA

θNL= cos-1(0,45) = 63,250

sin θNL = sin 63,250 = 0,892

Ic = INL x cos θNL = 0,08 A x 0,45 = 0,036 A

Im = INL x sin θNL = 0,08 A x 0,892 = 0,071 A

Rc = VNL/ Ic = 110 V/ 0,036 A = 3055,55 Ω

jXm = VNL/ Im = 110 V/ 0,071 A = 1549,29 Ω

2.2 Diagram rangkaian pengujian beban penuh / hubung singkat trafo tegangan per fasa
digunakan untuk memperoleh parameter kumparan primer dan sekunder ekivalen per fasa
RTek, Xtek, dan ZTek
A1 STT STR a1
PBP
A W
VS = 0
IBP V EP ES A
VBP IBP

V sumber A2 NP NS a2
Hasil pengukuran IBP (A), PBP (watt) dan VBP (volt) digunakan untuk menghitung besarnya
RTek (Ω), XTek (Ω) dan ZTek (Ω)

RTek = PBP/IBP2

ZTek = VBP/IBP atau SBP/IBP2

XTek = QBP/IBP2 atau √ ZTek 2−RTek 2


Hasil pengukuran dari pengujian trafo kondisi beban penuh per fasa dapat digunakan untuk
mengukur besarnya daya rugi di RTek dan XTek (resistansi total ekivalen dari RP + RS dan
reaktansi total ekivalen dari XP + XS). Rangkaian ekivalen trafo per fasa dan diagram fasor
tegangan pada kondisi beban penuh digambarkan berikut ini;

RTek XTek

IBP.ZTek
IBP.XTek
VBP IBP
IBP.RTek

Hasil pengukuran dari pengujian trafo kondisi beban penuh dan spesifikasi trafo yang
digunakan adalah 230/2 x 115 V~, 50 Hz, 300 watt, I nominal STR = 1,36 A, N STT = 408
lilitan, dan NSTR = 214 lilitan.

VBP ( V~) IBP (A) PBP (W) QBP (VAr)

9,03 1,36 12 55

9,36 0,9 8,5 3

RTek = PBP/IBP2 = 12 W / (1,36)2 A = 6,487 Ω


ZTek = VBP/IBP = 9,03 V / 1,36 A = 8,823 Ω
XTek = QBP/IBP2 = 55 Var / (1,36)2 A = 29,736 Ω

RTek = PBP/IBP2 = 8,5 W / (0,9)2 A = 10,493 Ω


ZTek = VBP/IBP = 9,36 V / 0,9 A = 10,4 Ω
XTek=√ Ztek 2−Rtek 2 = √ 8,8232−6,487 2= 5,980 Ω

Kesimpulan :

- Pada trafo kumparan STT memiliki nilai resistansi yang lebih tinggi dibandingkan
dengan kumparan STR
- Berdasarkan hasil pengujian polaritas di terminal kumparan trafo A dan B memiliki
tegangan yang sama sedangkan tegangan di trafo C sedikit berbeda (lebih tinggi).

- Tegangan dalam hubungan bintang akan lebih tinggi dibandingkan dengan tegangan dalam
hubungan segitiga.

3. Pengukuran Data Teknis Trafo

Peralatan yang digunakan sebagai berikut :

- Kabel penghantar secukupnya

- Amperemeter 1 buah

- Powermeter 1 buah

- Voltmeter 1 buah

- Trafo 3 buah

3.1 Pengukuran tegangan antar kawat fasa dan antara kawat fasa dan netral pada skema
hubungan Dy

Diagram rangkaian pengukuran tegangan pada 3 kumparan primer yang terhubung ∆ dan 3
kumparan sekunder yang terhubung Y.

L1 L1
V1=V2
V1

N VL1-L2 = √3 VL1-N
L2
V1 =V2V2
VVVV
L2

L3 L3

Hasil pengukuran tegangan kumparan trafo STT dalam hubungan ∆

No. Tegangan Kumparan STT Tegangan terukur (volt)

1. VAB 340,8 V

2. VBC 352,4 V

3. VCA 345,5 V
Hasil pengukuran tegangan kumparan trafo STR dalam hubungan Y

No. Tegangan Kumparan STR Tegangan terukur (volt)

1. Vab Van 348,9 V 196,8 V

2. Vbc Vbn 361 V 199,7 V

3. Vca Vcn 358 V 208 V

3.2 Pengukuran Efisiensi Daya Trafo Tegangan

Diagram Transformasi Daya Listrik Trafo

Pprimer Psekunder
P rated

P rated = P sekunder
P out sekunder 90
η daya = = = 0,9
P∈ primer 100

Trafo V(V) I(A) S ( VA ) P ( Watt) Q ( VAr )

Sisi Primer 109 0,9 98,1 77 75

Sisi Sekunder 109 0,9 98,1 70 60

Hasil pengukuran untuk mencari data teknis trafo sisi primer ;


a. V= 109 V; I = 0,9 A; P = 77 W; Q = 75 VAr
S = 98,1 VA; Cos Ɵ = 0,78 ; Ɵ = 38,70
S = P + jQ = 77 + j 75 = 107,4∟44,240 VA

Hasil pengukuran untuk mencari data teknis trafo sisi sekunder :

b. V= 109 V; I = 0,9 A; P = 70 W; Q = 60 VAr


S = 98,1 VA ; Cos Ɵ = 0,7 ; Ɵ = 45,80
S = P + jQ = 70 + j 60 = 92,19∟40,60 VA
Contoh hasil pengukuran untuk mencari besarnya transformasi daya listrik trafo ;
P rated = P sekunder = 220 V . 1,36 A = 300 W
P out sekunder 90
η daya = = = 0,9
P∈ primer 100
P out sekunder 55
η daya = = = 0,84
P∈ primer 65

3.3 Pengujian Angka Jam Trafo Pada Skema Hubungan Dy

Persamaan dan pertidaksamaan dari hasil pengukuran VCc, VCb, VBc dan VBb digunakan
sebagai pedoman untuk mengetahui sudut antara vektor tegangan STT dan STR atau angka
jam trafo.

1. Pedoman pengukuran tegangan antara terminal kumparan trafo 3 fasa : Cc<Cb,


Cc<Bc, Bb<Cb, Bb<Bc, Cb=Bc dengan sudut antara vektor tegangan STT dan STR
= 00 atau angka jam trafo 3 fasa = 0 dan simbol hubungan antara kumparan trafo 3
fasa : Dd0, Yy0, Dz0, Zd0;

A a aA

c c
b b
V2
C B B
C
V1

2. Pedoman pengukuran tegangan antara terminal kumparan trafo 3 fasa : Cc=Cb, Cc<Bc,
Bb=Cb, Bb<Bc, Cb<Bc dengan sudut antara vektor tegangan STT dan STR = - 300 atau
angka jam trafo 3 fasa = 1 dan simbol hubungan antara kumparan trafo 3 fasa : Dy1, Yd1,
Yz1, Zy1;

A a aA

c
c

V2 b b
C B B
C
V1
3. Pedoman pengukuran tegangan antara terminal kumparan trafo 3 fasa : Cc>Cb, Cc=Bc,
Bb>Cb, Bb=Bc, Cb<Bc dengan sudut antara vektor tegangan STT dan STR = 1500 atau
angka jam trafo 3 fasa = 5 dan simbol hubungan antara kumparan trafo 3 fasa : Dy5, Yd,
Yz5;

A
V2 b
a A

a
C
B
C B
V1

4. Pedoman pengukuran tegangan antara terminal kumparan trafo 3 fasa : Cc>Cb,


Cc>Bc, Bb>Cb, Bb>Bc, Cb=Bc dengan sudut antara vektor tegangan STT dan STR
= 1800 atau angka jam trafo 3 fasa = 6 dan simbol hubungan antara kumparan trafo 3
fasa : Dd6, Yy6, Dz6, Zd6;

A
V2
b b c
c
aA

a
C B
C B
V1

5. Pedoman pengukuran tegangan antara terminal kumparan trafo 3 fasa: Cc<Cb,


Cc=Bc, Bb<Cb, Bb=Bc, Cb>Bc dengan sudut antara vektor tegangan STT dan STR
= 300 atau angka jam trafo 3 fasa = 11 dan simbol hubungan antara kumparan trafo
3 fasa: Dy11, Yd11, Yz11, Zy11;

b
b
c
V2
c
V1

Hasil pengukuran besarnya tegangan antara termina VCc, VCb, VBc dan VBb.;

VCc = VC1-c1 = 155 V


VCb = VC1-b1 = 155 V
VBc = VB1-c1 = 189 V
VBb = VB1-b1 = 155 V

Pedoman pengukuran tegangan antara terminal kumparan trafo 3 fasa yang sesuai
adalah : VCc=VCb,VCc< VBc, VBb=VCb, VBb<VBc,dan VCb<VBc dengan sudut
antara vektor tegangan STT dan STR = - 300 atau angka jam trafo 3 fasa = 1 dan simbol
hubungan antara kumparan trafo 3 fasa = Dy1

Anda mungkin juga menyukai