PERATURAN PERUNDANGAN
KESELAMATAN PERTAMBANGAN
Elemen Kompetensi :
• Menerapkan peraturan perundang-undangan
tentang keselamatan pertambangan khususnya
yang berkaitan dengan tugas & tanggung
jawabnya,
• Menerapkan dasar-dasar keselamatan
pertambangan.
2
HIERARKI PERATURAN PERUNDANGAN :
(UU No. 12/2011, Ps. 7)
• UUD 1945
• TAP MPR
• UU / PERPPU
• Peraturan Pemerintah
• Peraturan Presiden / Keppres
• Perda Propinsi
• Perda Kab. / Kota
UUD 1945
UU No: 1 / 1970
Keselamatan Kerja
PP No: 19 / 1973
Pengaturan & Pengawasan K3
Pertambangan Umum
Pasal 8
1) Pengurus diwajibkan memeriksakan kesehatan badan, kondisi
mental dan kemampuan fisik dari tenaga kerja yang akan
diterimanya maupun akan dipindahkan sesuai dengan sifat-sifat
pekerjaan yang diberikan padanya.
2) Pengurus diwajibkan memeriksakan semua tenaga kerja yang
berada di bawah pimpinannya, secara berkala pada dokter yang
ditunjuk oleh pengusaha dan dibenarkan oleh direktur.
6
UU No. 1 / 1970 (Keselamatan Kerja)
Pasal 9
1) Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru
tentang :
a. Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang dapat timbul dalam tempat kerjanya;
b. Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan dalam tempat kerjanya;
c. Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan;
d. Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya.
2) Pengurus hanya dapat mempekerjakan tenaga kerja yang bersangkutan setelah ia yakin
bahwa tenaga kerja tersebut telah memahami syarat-syarat tersebut di atas.
3) Pengurus diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja yang
berada di bawah pimpinannya, dalam pencegahan kecelakaan dan pemberantasan
kebakaran serta peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja, pula dalam pemberian
pertolongan pertama pada kecelakaan.
4) Pengurus diwajibkan memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat dan ketentuan-
ketentuan yang berlaku bagi usaha dan tempat kerja yang dijalankannya.
UU No. 1 / 1970 (Keselamatan Kerja)
Pasal 11
1) Pengurus diwajibkan melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi
dalam tempat kerja yang dipimpinnya, pada pejabat yang ditunjuk
oleh Menteri Tenaga Kerja.
2) Tata-cara pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan oleh pegawai
termaksud dalam ayat (1) diatur dengan peraturan perundangan.
8
UU No. 1 / 1970 (Keselamatan Kerja)
Pasal 14
Pengurus diwajibkan :
a. Secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua
syarat keselamatan kerja yang diwajibkan, sehelai Undang-undang ini dan semua
peraturan pelaksanaannya yang berlaku bagi tempat kerja yang bersangkutan,
pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca dan menurut petunjuk
pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja;
b. Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan
kerja yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-
tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas
atau ahli Keselamatan Kerja;
c. Menyediakan secara cuma-cuma, semua alat perlindungan diri yang diwajibkan
pada tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya dan menyediakan bagi
setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-
petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli
keselamatan kerja.
UU No. 1 / 1970 (Keselamatan Kerja)
Pasal 12
Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak tenaga
kerja untuk :
a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas
dan atau ahli keselamatan kerja;
b. Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan;
c. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan
kerja yang diwajibkan;
d. Meminta pada pengurus agar dilaksanakan semua syarat keselamatan dan
kesehatan kerja yang diwajibkan;
e. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana syarat keselamatan
dan kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan
diragukan olehnya kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan lain oleh
pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih dapat dipertanggung-
jawabkan.
Peraturan Pemerintah No. 19 / 1973 :
Pengaturan & Pengawasan Keselamatan
Kerja di Bidang Pertambangan
Pasal 2
Menteri Pertambangan melakukan pengawasan atas keselamatan kerja
dalam bidang Pertambangan dengan berpedoman kepada UU No. 1 /
1970 serta peraturan-peraturan pelaksanaannya.
Pasal 4
Menteri Pertambangan memberikan laporan secara berkala kepada
Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi mengenai pelaksanaan
pengawasan termaksud dalam Pasal 1, 2 dan 3 Peraturan Pemerintah ini.
Pasal 5
Peraturan Pemerintah ini tidak berlaku bagi pengaturan dan pengawasan
terhadap Ketel Uap sebagaimana termaksud dalam Stoom Ordonnantie
1930 (Stbl. 1930 Nomor 225).
Peraturan Pemerintah No. 19 / 1973 :
Pengaturan & Pengawasan Keselamatan
Kerja di Bidang Pertambangan
Pasal 3
1) Untuk pengawasan keselamatan kerja di bidang pertambangan
Menteri Pertambangan mengangkat pejabat-pejabat yang akan
melakukan tugas tersebut setelah mendengar pertimbangan
Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi;
2) Pejabat-pejabat termaksud pada ayat (1) Pasal ini dalam
melaksanakan tugasnya mengadakan kerjasama dengan Pejabat-
pejabat Keselamatan Kerja Departemen Tenaga Kerja,
Transmigrasi dan Koperasi baik di Pusat maupun di Daerah.
12
PerMen ESDM No: 26 / 2018
Pelaksanaan Kaidah Pertambangan Yang
Baik dan Pengawasan Pertambangan
Minerba
Ruang Lingkup :
A. Pelaksanaan Kaidah Pertambangan yg Baik,
meliputi :
i. Kaidah Teknik Pertambangan / Pengolahan dan atau
Pemurnian yg Baik,
ii. Tata Kelola Pengusahaan Pertambangan / Pengolahan
dan atau pemurnian.
B. Pengawasan thd Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha
Pertambangan
C. Pengawasan thd Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Pertambangan
Permen ESDM No: 26 / 2018
Pelaksanaan Kaidah Pertambangan Yang Baik
dan Pengawasan Pertambangan Minerba
19
Keselamatan & Kesehatan Kerja (K3) PERTAMBANGAN : segala
kegiatan untuk menjamin & melindungi pekerja agar selamat &
sehat, melalui upaya pengelolaan :
21
Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan
(SMKP) MINERBA MANAJEMEN
HR
MANAJEMEN MANAJEMEN
K3 - SMKP KEUANGAN
(Lampiran IV)
MANAJEMEN
(Lampiran II)
Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan
(SMKP) MINERBA
Adalah bagian dari system manajemen pemegang IUP,
IUPK, IPR, & IUJP secara keseluruhan dalam rangka
pengendalian risiko keselamatan pertambangan /
pengolahan &/ pemurnian yg terdiri dari keselamatan &
kesehatan kerja (K3) pertambangan, dan keselamatan
operasi (KO) pertambangan. / pengolahan &/
pemurnian.
Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan
(SMKP) MINERBA
MANAJEMEN
HR
ELEMEN System :
1. Kebijakan,
2. Perencanaan,
3. Organisasi & Personel,
4. Implementasi,
5. Pemantauan, Evaluasi, & Tindak Lanjut,
6. Dokumentasi,
7. Tinjauan Manajemen & Peningkatan Kinerja.
KepDirJen Minerba No: 185.K/37.04/DJB/2019
Lampiran II : Petunjuk Teknis Pelaksanaan, Penilaian, & Pelaporan SMKP Minerba
TUJUAN IMPLEMENTASI SMKP MINERBA :
Audit System :
Ø Audit Internal, minimum 1 kali / tahun
Ø KaIT dapat meminta untuk dilakukan Audit Eksternal
(oleh lembaga audit independen yg terakreditasi &
ditetapkan oleh Dirjen), jika / untuk :
ü Terjadi kecelakaan, kejadian berbahaya, PAK, atau bencana
ü Kepentingan penilaian kinerja K3
Kementerian ESDM
KaIT
Pemegang
PIT IUP / IUPK / IPR
PIT
PIT KTT / PTL
PIT
Pemegang
IUJP
PIT PIT
PO KTBT PO PO
PIT PJO
PO PO
PO PO
PO PO
Kepala Inspektur Tambang (KaIT) : pejabat yang secara
ex-officio menduduki jabatan Direktur yang mempunyai tugas
pokok dan fungsi di bidang keteknikan dan lingkungan
pertambangan mineral dan batubara pada kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
pertambangan minerba.
39
Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018
(Lampiran 1)
Pengawas Operasional
Ø Dalam melaksanakan kegiatan pertambangan KTT/PTL mengangkat
Pengawas Operasional.
Ø Pengawas Operasional yang memenuhi syarat diberikan KPO yang
disahkan oleh KaIT
Ø Kriteria Pengawas Operasional :
1. Memiliki sertifikat kompetensi Pengawas Operasional atau sertifikat
kualifikasi yang diakui oleh KaIT;
2. Menduduki jabatan di dalam divisi atau departemen operasional
pertambangan;
3. Memiliki bawahan dan/atau melakukan pengawasan terhadap divisi
atau departemen lainnya.
Pengangkatan Pengawas Operasional :
a) KTT/PTL menunjuk calon Pengawas Operasional yang memenuhi
kriteria dan dibuktikan dengan surat penunjukkan;
b) KTT/PTL melakukan evaluasi terhadap calon Pengawas Operasional,
apabila dinyatakan laik, maka KTT/PTL menerbitkan surat
penunjukan pengawas operasional;
c) KTT/PTL sewaktu-waktu atau berkala mengevaluasi kinerja
Pengawas Operasional;
d) Pengawas Operasional yang memenuhi syarat ketentuan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan akan
mendapatkan KPO yang disahkan oleh KaIT/Kepala Dinas atas
nama KaIT sebagai bukti pengesahan
41
Prosedur Permohonan Evaluasi & Pengesahan PO :
42
Persyaratan Administratif Permohonan Evaluasi &
Pengesahan Pengawas Operasional :
43
KPO : kartu yang dimiliki oleh pengawas operasional yang
diterbitkan dan disahkan oleh KaIT/Kepala Dinas atas nama KaIT.
Tugas dan tanggung jawab Pengawas
Operasional :
1. Bertanggung jawab kepada KTT/PTL untuk keselamatan
dan kesehatan semua pekerja tambang yang menjadi
bawahannya;
2. Melaksanakan inspeksi, pemeriksaan, dan pengujian;
3. Bertanggung jawab kepada KTT/PTL atas keselamatan,
kesehatan, dan kesejahteraan dari semua orang yang
ditugaskan kepadanya;
4. Membuat dan menandatangani laporan pemeriksaan,
inspeksi, dan pengujian.
45
FILOSOFI K3 & DASAR - DASAR
PERTOLONGAN PERTAMA
46
Filosofi K3 :
• K3 adalah Tanggung Jawab Moral
• Keselamatan adalah Budaya Bukan Sekedar Program
• K3 adalah Tanggung Jawab Manajemen
• Pekerja Harus Diberi Pelatihan untuk Bekerja dengan
Aman
• K3 adalah Cerminan Kondisi Ketenagakerjaan
• Semua Kecelakaan dapat Dicegah
• Program K3 Bersifat Spesifik
• K3 Mendukung Bisnis Sumber :International Association of Safety Profesional (IASP)
ICE – BERG TEORY
$1 HINGGA $3
• Gaji terusdibayar untuk waktu yang hilang
• Biaya pemakaian pekerja pengganti dan/ atau
BIAYA LAIN YANG biaya melatih
TAK DIASURANSIKAN • Upah lembur
• Ekstra waktu untuk kerja administrasi
• Berkurangnya hasil produksi
• Hilangnya bisnis dan nama baik
Fatality
1
Serious Accident ACCIDENT RATIO STUDY
10 Frank E. Bird (1966)
Minor Accident
30
Incident or Near Misses
600 6 0 0
Un io n
d i t
saf o n
eA C
ct s afe
Un
Golden Periode :
Jika terjadi keterlambatan 1 menit, kemungkinan berhasil mencegah
kematian adalah 98%.
Terlambat 3 menit, kemungkinannya menurun sampai 50%.
Terlambat sampai 10 menit, hanya ada 1% kemungkinan dapat
menyelamatkan korban henti jantung dan henti napas.
TUJUAN DARI BHD :
Mencegah berhentinya pernafasan,
Mencegah berhentinya sirkulasi,
Memberikan bantuan external terhadap sirkulasi & ventilasi
dari pasien yang mengalami henti jantung atau henti nafas
melalui resusitasi jantung paru ( RJP)
Urut–Urutan RJP / CPR
E : balikpapan.office@prosyd.co.id 60