Anda di halaman 1dari 60

Modul#1 :

PERATURAN PERUNDANGAN
KESELAMATAN PERTAMBANGAN
Elemen Kompetensi :
• Menerapkan peraturan perundang-undangan
tentang keselamatan pertambangan khususnya
yang berkaitan dengan tugas & tanggung
jawabnya,
• Menerapkan dasar-dasar keselamatan
pertambangan.

2
HIERARKI PERATURAN PERUNDANGAN :
(UU No. 12/2011, Ps. 7)

• UUD 1945
• TAP MPR
• UU / PERPPU
• Peraturan Pemerintah
• Peraturan Presiden / Keppres
• Perda Propinsi
• Perda Kab. / Kota
UUD 1945
UU No: 1 / 1970
Keselamatan Kerja

PP No: 19 / 1973
Pengaturan & Pengawasan K3
Pertambangan Umum

Permen ESDM No: 26 / 2018 Pelaksanaan


Kaidah Pertambangan Yang Baik dan
Pengawasan Pertambangan Minerba

Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018


Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik Pertambangan Yg Baik

KepDirJen Minerba No. 185.K/37.04/DJB/2019


Petunjuk Teknis Pelaksanaan Keselamatan Pertambangan dan
Penerapan, Penilaian & Pelaporan SMKP
UUD Tahun 1945 Pasal 27 Ayat (2)

“Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan


penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”.
UU No. 1 / 1970 (Keselamatan Kerja)

Pasal 8
1) Pengurus diwajibkan memeriksakan kesehatan badan, kondisi
mental dan kemampuan fisik dari tenaga kerja yang akan
diterimanya maupun akan dipindahkan sesuai dengan sifat-sifat
pekerjaan yang diberikan padanya.
2) Pengurus diwajibkan memeriksakan semua tenaga kerja yang
berada di bawah pimpinannya, secara berkala pada dokter yang
ditunjuk oleh pengusaha dan dibenarkan oleh direktur.

6
UU No. 1 / 1970 (Keselamatan Kerja)
Pasal 9
1) Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru
tentang :
a. Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang dapat timbul dalam tempat kerjanya;
b. Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan dalam tempat kerjanya;
c. Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan;
d. Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya.
2) Pengurus hanya dapat mempekerjakan tenaga kerja yang bersangkutan setelah ia yakin
bahwa tenaga kerja tersebut telah memahami syarat-syarat tersebut di atas.
3) Pengurus diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja yang
berada di bawah pimpinannya, dalam pencegahan kecelakaan dan pemberantasan
kebakaran serta peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja, pula dalam pemberian
pertolongan pertama pada kecelakaan.
4) Pengurus diwajibkan memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat dan ketentuan-
ketentuan yang berlaku bagi usaha dan tempat kerja yang dijalankannya.
UU No. 1 / 1970 (Keselamatan Kerja)

Pasal 11
1) Pengurus diwajibkan melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi
dalam tempat kerja yang dipimpinnya, pada pejabat yang ditunjuk
oleh Menteri Tenaga Kerja.
2) Tata-cara pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan oleh pegawai
termaksud dalam ayat (1) diatur dengan peraturan perundangan.

8
UU No. 1 / 1970 (Keselamatan Kerja)
Pasal 14
Pengurus diwajibkan :
a. Secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua
syarat keselamatan kerja yang diwajibkan, sehelai Undang-undang ini dan semua
peraturan pelaksanaannya yang berlaku bagi tempat kerja yang bersangkutan,
pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca dan menurut petunjuk
pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja;
b. Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan
kerja yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-
tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas
atau ahli Keselamatan Kerja;
c. Menyediakan secara cuma-cuma, semua alat perlindungan diri yang diwajibkan
pada tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya dan menyediakan bagi
setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-
petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli
keselamatan kerja.
UU No. 1 / 1970 (Keselamatan Kerja)
Pasal 12
Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak tenaga
kerja untuk :
a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas
dan atau ahli keselamatan kerja;
b. Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan;
c. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan
kerja yang diwajibkan;
d. Meminta pada pengurus agar dilaksanakan semua syarat keselamatan dan
kesehatan kerja yang diwajibkan;
e. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana syarat keselamatan
dan kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan
diragukan olehnya kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan lain oleh
pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih dapat dipertanggung-
jawabkan.
Peraturan Pemerintah No. 19 / 1973 :
Pengaturan & Pengawasan Keselamatan
Kerja di Bidang Pertambangan
Pasal 2
Menteri Pertambangan melakukan pengawasan atas keselamatan kerja
dalam bidang Pertambangan dengan berpedoman kepada UU No. 1 /
1970 serta peraturan-peraturan pelaksanaannya.
Pasal 4
Menteri Pertambangan memberikan laporan secara berkala kepada
Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi mengenai pelaksanaan
pengawasan termaksud dalam Pasal 1, 2 dan 3 Peraturan Pemerintah ini.
Pasal 5
Peraturan Pemerintah ini tidak berlaku bagi pengaturan dan pengawasan
terhadap Ketel Uap sebagaimana termaksud dalam Stoom Ordonnantie
1930 (Stbl. 1930 Nomor 225).
Peraturan Pemerintah No. 19 / 1973 :
Pengaturan & Pengawasan Keselamatan
Kerja di Bidang Pertambangan
Pasal 3
1) Untuk pengawasan keselamatan kerja di bidang pertambangan
Menteri Pertambangan mengangkat pejabat-pejabat yang akan
melakukan tugas tersebut setelah mendengar pertimbangan
Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi;
2) Pejabat-pejabat termaksud pada ayat (1) Pasal ini dalam
melaksanakan tugasnya mengadakan kerjasama dengan Pejabat-
pejabat Keselamatan Kerja Departemen Tenaga Kerja,
Transmigrasi dan Koperasi baik di Pusat maupun di Daerah.

12
PerMen ESDM No: 26 / 2018
Pelaksanaan Kaidah Pertambangan Yang
Baik dan Pengawasan Pertambangan
Minerba

Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018


Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik Pertambangan
Yg Baik

KepDirJen Minerba No. 185.K/37.04/DJB/2019


Petunjuk Teknis Pelaksanaan Keselamatan Pertambangan &
Pelaksanaan, Penilaian, & Pelaporan SMKP Minerba
13
Permen ESDM No: 26 / 2018
Pelaksanaan Kaidah Pertambangan Yang Baik
dan Pengawasan Pertambangan Minerba

Ruang Lingkup :
A. Pelaksanaan Kaidah Pertambangan yg Baik,
meliputi :
i. Kaidah Teknik Pertambangan / Pengolahan dan atau
Pemurnian yg Baik,
ii. Tata Kelola Pengusahaan Pertambangan / Pengolahan
dan atau pemurnian.
B. Pengawasan thd Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha
Pertambangan
C. Pengawasan thd Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Pertambangan
Permen ESDM No: 26 / 2018
Pelaksanaan Kaidah Pertambangan Yang Baik
dan Pengawasan Pertambangan Minerba

Kaidah Teknik Pertambangan yg Kaidah Teknik Pengolahan dan


Baik, meliputi aspek : atau Pemurnian yg Baik, meliputi
• Teknis Pertambangan, aspek :
• Konservasi Minerba, • Teknis Kegiatan Pengolahan dan
• K3 Pertambangan, atau Pemurnian,
• KO Pertambangan, • Keselamatan Pengolahan dan atau
Pemurnian,
• Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pertambangan, Reklamasi, & • Pengelolaan Lingkungan Hidup &
Pascatambang, serta Pascaoperasi, Pascaoperasi,
• Pemanfaatan Teknologi, Kemampuan • Konservasi Minerba.
Rekayasa, Rancangan Bangun,
Pengembangan, & Penerapan
Teknologi Pertambangan.
Kepmen ESDM No. 1827 K/30/MEM/2018
Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik
Pertambangan Yg Baik
• Lampiran 1 : Pedoman Permohonan, Evaluasi, &/ Pengesahan KTT,
PTL, KTBT, PO, PT, &/ PJO
• Lampiran 2 : Pedoman Pengelolaan Teknis Pertambangan
• Lampiran 3: Pedoman Pelaksanaan Keselamatan Pertambangan
& Pengolahan &/ Permurnian Mineral & Batubara
• Lampiran 4: Pedoman Penerapan SMKP Mineral & Batubara
• Lampiran 5 : Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pertambangan Mineral & Batubara
• Lampiran 6 : Pedoman Pelaksanaan Reklamasi & Pascatambang
serta Pascaoperasi Pada Kegiatan Usaha
Pertambagan Mineral & Batubara
• Lampiran 7 : Pedoman Pelaksanaan Konservasi Mineral & Batubara
• Lampiran 8 : Pedoman & Evaluasi Kaidah Teknik Usaha Jasa
Pertambangan
KepDirJen Minerba No. 185.K/37.04/DJB/2019
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Keselamatan Pertambangan &
Pelaksanaan, Penilaian, & Pelaporan SMKP Minerba

• Lampiran 1 (hal 5 – 330) : Petunjuk Teknis Pelaksanaan


Keselamtan Pertambangan & Keselamatan Pengolahan &/
Pemurnian Minerba

• Lampiran 2 ( hal 331 – 609) : Petunjuk Teknis Penerapan,


Penilaian & Pelaporan SMKP Minerba
KEWAJIBAN PEMEGANG IZIN
Pemegang IUP/IUPK Eksplorasi, IUP/IUPK Operasi Produksi
wajib:
a. mengangkat KTT / PTL yg disahkan oleh KaIT;
b. memiliki tenaga teknis.
c. menunjuk KTBT yang bertanggung jawab kepada KTT & disahkan
oleh KaIT.
d. menyediakan : peralatan, perlengkapan, alat pelindung diri,
fasilitas, personil, & biaya untuk KP,
e. membentuk & menetapkan organisasi KP.

Pemegang IUJP wajib:


a. mengangkat penanggung jawab operasional yg disahkan
oleh KTT,
b. memiliki tenaga teknis pertambangan.
KESELAMATAN PERTAMBANGAN : segala kegiatan yg
meliputi pengelolaan keselamatan dan kesehatan kerja
(K3) pertambangan & keselamatan operasional (KO)
pertambangan.

19
Keselamatan & Kesehatan Kerja (K3) PERTAMBANGAN : segala
kegiatan untuk menjamin & melindungi pekerja agar selamat &
sehat, melalui upaya pengelolaan :

ü Keselamatan Kerja : manajemen risiko, program kerja, pendidikan


& pelatihan, administrasi, manajemen keadaan darurat, inspeksi,
pencegahan & penyelidikan kecelakaan.
ü Kesehatan Kerja : program kesehatan, higienis & sanitasi,
ergonomis, pengelolaan makanan / minuman / gizi kerja, diagnosis &
pemeriksaan PAK.
ü Lingkungan Kerja : peraturan perusahaan, pengukuran, penilaian,
dan pengendalian faktor lingkungan kerja.
ü SMKP.
20
Keselamatan Operasional (KO) Pertambangan adalah segala
kegiatan untuk menjamin & melindungi operasional tambang yg
aman, efisien, & produktif, melalui upaya pengelolaan :
ü sistem dan pelaksanaan pemeliharaan/perawatan sarana, prasarana,
instalasi, dan peralatan pertambangan,
ü pengamanan instalasi,
ü kelayakan sarana, prasarana instalasi, dan peralatan pertambangan dan
pemeliharaan kelayakan,
ü tenaga teknis yang kompeten,
ü evaluasi laporan hasil kajian teknis pertambangan.

21
Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan
(SMKP) MINERBA MANAJEMEN
HR

MANAJEMEN MANAJEMEN
K3 - SMKP KEUANGAN

1. Permen ESDM Nomor 26 Tahun 2018 : Pasal 18 (1)


SISTEM
MANAJEMEN
PERUSAHAAN

2. Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018


MANAJEMEN MANAJEMEN
LINGKUNGAN RISIKO

(Lampiran IV)
MANAJEMEN

3. KepDirJen Minerba No. 185.K/37.04/DJB/2019


PERALATAN

(Lampiran II)
Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan
(SMKP) MINERBA
Adalah bagian dari system manajemen pemegang IUP,
IUPK, IPR, & IUJP secara keseluruhan dalam rangka
pengendalian risiko keselamatan pertambangan /
pengolahan &/ pemurnian yg terdiri dari keselamatan &
kesehatan kerja (K3) pertambangan, dan keselamatan
operasi (KO) pertambangan. / pengolahan &/
pemurnian.
Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan
(SMKP) MINERBA
MANAJEMEN
HR

WAJIB Implementasi SMKP, pemegang : MANAJEMEN


K3 - SMKP
MANAJEMEN
KEUANGAN

• IUP / IUPK Eksplorasi, SISTEM


MANAJEMEN
PERUSAHAAN

• IUP / IUPK Operasi Produksi,


MANAJEMEN MANAJEMEN
LINGKUNGAN RISIKO

untuk pengelolaan dan / atau permurnian


MANAJEMEN

(Permen ESDM No. 26 Tahun 2018 : Pasal 18 (1)) PERALATAN


Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan
(SMKP) MINERBA

ELEMEN System :
1. Kebijakan,
2. Perencanaan,
3. Organisasi & Personel,
4. Implementasi,
5. Pemantauan, Evaluasi, & Tindak Lanjut,
6. Dokumentasi,
7. Tinjauan Manajemen & Peningkatan Kinerja.
KepDirJen Minerba No: 185.K/37.04/DJB/2019
Lampiran II : Petunjuk Teknis Pelaksanaan, Penilaian, & Pelaporan SMKP Minerba
TUJUAN IMPLEMENTASI SMKP MINERBA :

• meningkatkan efektifitas Keselamatan Pertambangan yg


terencana, terukur, terstruktur, & terintegrasi.
• mencegah kecelakaan tambang, kejadian berbahaya,
penyakit akibat kerja, & kejadian akibat penyakit pekerja.
• menciptakan kegiatan operasional tambang yang aman,
efisien, & produktif.
• menciptakan tempat keja yang aman, sehat, nyaman, &
efisien sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja.
Audit SMKP : pemeriksaan secara sistematis &
independen thd pemenuhan kriteria yg telah ditetapkan
utk mengukur suatu hasil kegiatan yg telah
direncanakan & dilaksanakan dlm penerapan SMKP
minerba / SMKP khusus pada pengolahan &/ pemurnian
oleh pemegang IUP, IUPK, IUP operasi produksi khusus utk
pengolahan &/ pemurnian, IPR, & IUJP.
TUJUAN AUDIT

– Penentuan tingkat kesesuaian SMKP milik auditi


dg kriteria audit.
– Evaluasi kemampuan SMKP utk menjamin
pemenuhan persyaratan peraturan
perundangan.
– Evaluasi efektifitas SMKP dlm memenuhi tujuan
yg ditetapkan.
– Identifikasi penerapan SMKP yg potensial utk
ditingkatkan (opportunity for improvement).
Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018 (Lampiran IV)

Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan (SMKP) MINERBA

Audit System :
Ø Audit Internal, minimum 1 kali / tahun
Ø KaIT dapat meminta untuk dilakukan Audit Eksternal
(oleh lembaga audit independen yg terakreditasi &
ditetapkan oleh Dirjen), jika / untuk :
ü Terjadi kecelakaan, kejadian berbahaya, PAK, atau bencana
ü Kepentingan penilaian kinerja K3
Kementerian ESDM
KaIT
Pemegang
PIT IUP / IUPK / IPR
PIT
PIT KTT / PTL
PIT
Pemegang
IUJP
PIT PIT
PO KTBT PO PO
PIT PJO

PO PO
PO PO
PO PO
Kepala Inspektur Tambang (KaIT) : pejabat yang secara
ex-officio menduduki jabatan Direktur yang mempunyai tugas
pokok dan fungsi di bidang keteknikan dan lingkungan
pertambangan mineral dan batubara pada kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
pertambangan minerba.

Inspektur Tambang (IT/PIT) : aparatur sipil negara yang


diberi tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk
melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kaidah
teknik pertambangan yang baik serta kaidah teknik
Pengolahan dan/atau Pemurnian.
Kepala Teknik Tambang (KTT) : Seseorang yang memiliki
posisi tertinggi dalam struktur organisasi lapangan
pertambangan yang memimpin dan bertanggung jawab atas
terlaksananya operasional pertambangan sesuai dengan
kaidah teknik pertambangan yang baik.
Penanggung Jawab Teknik & Lingkungan (PTL) : Seseorang yang
memiliki posisi tertinggi dalam struktur organisasi lapangan yang
bertugas memimpin dan bertanggung jawab atas terlaksananya kegiatan
operasional Pengolahan dan/atau Pemurnian sesuai dengan kaidah
teknik Pengolahan dan/atau Pemurnian.
Penanggung Jawab Operasional (PJO) : orang yang menduduki
jabatan tertinggi dalam struktur organisasi perusahaan jasa
pertambangan di wilayah kegiatan usaha pertambangan, dan
bertanggung jawab kepada KTT/PTL atas dilaksanakan dan itaatinya
peraturan perundang-undangan mengenai kaidah teknik
pertambangan yang baik.
Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018
(Lampiran 1)

Tugas & Tanggung Jawab KTT / PTL :


1. Membuat peraturan internal perusahaan mengenai
penerapan kaidah teknik pertambangan yang baik;
2. Mengangkat pengawas operasional dan pengawas teknis;
3. Mengesahkan & melakukan evaluasi kinerja PJO;
4. Memastikan semua perusahaan jasa pertambangan yang
beroperasi di bawahnya memenuhi kewajiban sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan;
Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018
(Lampiran 1)

Tugas & Tanggung Jawab KTT / PTL :


5. Menerapkan standar sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan;
6. Menyampaikan laporan kegiatan jasa pertambangan kepada
KaIT;
7. Memiliki tenaga teknis pertambangan yang berkompeten
8. Melaksanakan manajemen risiko pada setiap proses bisnis
dan subproses kegiatan pertambangan;
Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018
(Lampiran 1)

Tugas & Tanggung Jawab KTT / PTL :


9. Menerapkan SMKP & melakukan pengawasan penerapan
SMKP yang dilaksanakan oleh perusahaan jasa
pertambangan yang bekerja di wilayah tanggung jawabnya;
10. Melaporkan penerapan kaidah teknik pertambangan yang
baik kepada KaIT;
11. Melaporkan pelaksanaan kegiatan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan secara berkala;
Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018
(Lampiran 1)

Tugas & Tanggung Jawab KTT / PTL :


12. Melaporkan jumlah pengadaan/penggunaan/penyimpanan /
persediaan bahan dan limbah B3 setiap 6 bulan;
13. Melaporkan adanya gejala yang berpotensi menimbulkan
pencemaran dan/atau perusakan lingkungan;
14. Menyampaikan laporan kasus lingkungan & upaya
penanggulangannya paling lambat 1 x 24 jam setelah
kejadian;
15. Menyampaikan pemberitahuan awal dan melaporkan
kecelakaan, kejadian berbahaya, kejadian akibat penyakit
tenaga kerja, dan penyakit akibat kerja;
Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018
(Lampiran 1)

Tugas & Tanggung Jawab KTT / PTL :


16. Menyampaikan laporan audit internal penerapan SMKP Minerba;
17. Menetapkan tata cara baku untuk penanggulangan pencemaran
dan/atau perusakan lingkungan;
18. Menetapkan tata cara baku untuk penerapan kaidah teknik
pertambangan yang baik;
19. Melaksanakan konservasi sumber daya mineral dan batubara;
20. Menetapkan tata cara baku kegiatan pengelolaan teknis
pertambangan Minerba.
Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018
(Lampiran 1)
Pengawas Operasional : orang yang ditunjuk &
bertanggung jawab kepada KTT/PTL dalam melaksanakan
inspeksi, pemeriksaan, dan pengujian kegiatan operasional
pertambangan di wilayah yang menjadi tanggung jawabnya
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
mengenai kaidah teknik pertambangan yang baik.

39
Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018
(Lampiran 1)
Pengawas Operasional
Ø Dalam melaksanakan kegiatan pertambangan KTT/PTL mengangkat
Pengawas Operasional.
Ø Pengawas Operasional yang memenuhi syarat diberikan KPO yang
disahkan oleh KaIT
Ø Kriteria Pengawas Operasional :
1. Memiliki sertifikat kompetensi Pengawas Operasional atau sertifikat
kualifikasi yang diakui oleh KaIT;
2. Menduduki jabatan di dalam divisi atau departemen operasional
pertambangan;
3. Memiliki bawahan dan/atau melakukan pengawasan terhadap divisi
atau departemen lainnya.
Pengangkatan Pengawas Operasional :
a) KTT/PTL menunjuk calon Pengawas Operasional yang memenuhi
kriteria dan dibuktikan dengan surat penunjukkan;
b) KTT/PTL melakukan evaluasi terhadap calon Pengawas Operasional,
apabila dinyatakan laik, maka KTT/PTL menerbitkan surat
penunjukan pengawas operasional;
c) KTT/PTL sewaktu-waktu atau berkala mengevaluasi kinerja
Pengawas Operasional;
d) Pengawas Operasional yang memenuhi syarat ketentuan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan akan
mendapatkan KPO yang disahkan oleh KaIT/Kepala Dinas atas
nama KaIT sebagai bukti pengesahan
41
Prosedur Permohonan Evaluasi & Pengesahan PO :

42
Persyaratan Administratif Permohonan Evaluasi &
Pengesahan Pengawas Operasional :

a) salinan sertifikat kompetensi operasional yang dikeluarkan oleh lembaga


sertifikasi, dan sudah teregistrasi di Direktorat Jenderal Minerba.
b) pas foto latar belakang biru ukuran 2 x 3 = 1 (satu) lembar;
c) salinan Kartu Tanda Penduduk;
d) daftar riwayat hidup
e) surat pernyataan KTT/PTL yang menyatakan bahwa yang bersangkutan
menjabat pengawas di perusahaan, dengan menyertakan nama area yang
menjadi tanggung jawab pengawas tersebut;
f) surat pernyataan bermaterai kebenaran dokumen dari manajemen;
g) softcopy dokumen huruf a - f;

43
KPO : kartu yang dimiliki oleh pengawas operasional yang
diterbitkan dan disahkan oleh KaIT/Kepala Dinas atas nama KaIT.
Tugas dan tanggung jawab Pengawas
Operasional :
1. Bertanggung jawab kepada KTT/PTL untuk keselamatan
dan kesehatan semua pekerja tambang yang menjadi
bawahannya;
2. Melaksanakan inspeksi, pemeriksaan, dan pengujian;
3. Bertanggung jawab kepada KTT/PTL atas keselamatan,
kesehatan, dan kesejahteraan dari semua orang yang
ditugaskan kepadanya;
4. Membuat dan menandatangani laporan pemeriksaan,
inspeksi, dan pengujian.
45
FILOSOFI K3 & DASAR - DASAR
PERTOLONGAN PERTAMA

46
Filosofi K3 :
• K3 adalah Tanggung Jawab Moral
• Keselamatan adalah Budaya Bukan Sekedar Program
• K3 adalah Tanggung Jawab Manajemen
• Pekerja Harus Diberi Pelatihan untuk Bekerja dengan
Aman
• K3 adalah Cerminan Kondisi Ketenagakerjaan
• Semua Kecelakaan dapat Dicegah
• Program K3 Bersifat Spesifik
• K3 Mendukung Bisnis Sumber :International Association of Safety Profesional (IASP)
ICE – BERG TEORY

BIAYA KECELAKAAN & PENYAKIT


$1 • Pengobatan / Perawatan
• Gaji (Biaya Diasuransikan)

• Kerusakan / gangguan produksi


• Kerusakan peralatan dan perkakas
• Kerusakan produk dan material
$5 HINGGA $50 • Terlambat dan ganguan produksi
• Biaya legal hukum
BIAYA DALAM PEMBUKUAN:
• Penyediaan peralatan gawat darurat
KERUSAKAN PROPERTI
(BIAYA YANG TAK • Sewa peralatan
DIASURANSIKAN) • Waktu untuk penyelidikan

$1 HINGGA $3
• Gaji terusdibayar untuk waktu yang hilang
• Biaya pemakaian pekerja pengganti dan/ atau
BIAYA LAIN YANG biaya melatih
TAK DIASURANSIKAN • Upah lembur
• Ekstra waktu untuk kerja administrasi
• Berkurangnya hasil produksi
• Hilangnya bisnis dan nama baik
Fatality
1
Serious Accident ACCIDENT RATIO STUDY
10 Frank E. Bird (1966)
Minor Accident
30
Incident or Near Misses
600 6 0 0

Un io n
d i t
saf o n
eA C
ct s afe
Un

Research: 1.753.498 accident data in industry of 297 companies and


1.750.000 workers (3 milliard Man Hours), known as “Total Loss Control” concepts
ANALISA MENCARI PENYEBAB INSIDEN
TEORI DOMINO FRANK E. BIRD (LOSS CAUSATION MODEL)

LEMAH SEBAB DASAR SEBAB KECELAKAAN KERUGIAN


KONTROL LANGSUN
FAKTOR KONTAK
PROGRAM TAK G CIDERA ATAU
PERORANGAN DENGAN
SESUAI TINDAKAN KERUSAKAN
ENERGI ATAU YANG TAK
STANDAR TAK FAKTOR TAK AMAN
BAHAN / ZAT DIHARAPKAN;
SESUAI PEKERJAAN MELEBIHI BATAS
KEPATUHAN / KONDISI STOP PRODUKSI
KEMAMPUAN
PELAKSANAAN TAK AMAN
API adalah proses reaksi kimia / oksidasi secara cepat & diikuti
pelepasan energi
Elemen Pembentuk Api:
Bila terdapat ketiga elemen (Oksigen, Panas, Bahan Bakar)
maka kebakaran / API akan terjadi.

Alat Detektor API :


1. Heat Detector,
2. Flame Detector,
3. Smoke Detector,
4. Gas Detector.
Klasifikasi Api / Kebakaran
KELAS A (Ash / Abu)
Api yang timbul disebabkan terbakarnya bahan padat (kecuali logam) atau berserat
seperti, kayu, kertas, dll dg sisa pembakaran berupa abu
APAR : Air, Dry Chemical Powder, Foam
KELAS B (Boil / Barrel)
Api yang timbul disebabkan terbakarnya zat cair dan gas yang dapat / mudah
terbakar seperti bensin, solar, cat, tiner, alkohol
APAR : Foam, Dry Chemical Powder, CO2
KELAS C (Circuit / Current / Arus Listrik)
Api yang timbul pada peralatan listrik / disebabkan arus listrik; seperti : saklar, panel
& peralatan sumber listrik lainnya.
APAR : CO2, Dry Chemical Powder
KELAS D (Delta / Logam)
Api yg disebabkan terbakarnya logam, seperti : magnesium, titanium, dll.
APAR : Dry Chemical yang mengandung NaCl, grafit atau fosfor
METODE PEMADAMAN API / KEBAKARAN :
1.Pendinginan
o Menghilangkan unsur panas.
o Menggunakan media bahan dasar air.
2.Isolasi
o Menutup permukaan benda yang terbakar untuk
menghalangi oksigen menyalakan api.
o Menggunakan media serbuk / busa.
3.Dilusi
o Meniupkan gas inert untuk menghalangi oksigen menyalakan
api.
o Menggunakan media gas CO2.
METODE PEMADAMAN API / KEBAKARAN :
4. Pemisahan Bahan Mudah Terbakar
o Memisahkan bahan mudah terbakar dari unsur api.
o Memindahkan bahan-bahan mudah terbakar jauh dari
jangkauan api.
5. Pemutusan Rantai Reaksi
o Memutus rantai reaksi api dengan menggunakan bahan
tertentu untuk mengikat radikal bebas pemicu rantai reaksi
api.
o Menggunakan bahan dasar halon (penggunaan halon
sekarang dilarang karena menimbulkan efek rumah kaca).
PRINSIP PEMADAMAN KEBAKARAN :

• Fasilitas / Alat Pemadam Kebakaran dibagi menjadi 3 :


– Alat pemadam api ringan,
– Alat pemadam api beroda,
– Alat pemadam api instalasi tetap (fixed system),
• Prinsip pemadaman kebakaran adalah harus dipadamkan
sedini mungkin dengan alat pemadam api ringan (APAR)
yang terdekat, atau dengan cara sederhana yang tepat,
antara lain : menutupi dengan goni basah, menyiram
dengan air (disesuaikan dengan klasifikasi kebakaran),
• Segera menghubungi petugas pemadam kebakaran untuk
meminta bantuan,
PRINSIP PEMADAMAN KEBAKARAN :

• Bila pertolongan petama gagal, usahakan


penanggulangan kebakaran terhadap daerah
yang terbakar dan bersamaan dengan itu usahakan
memblokir tempat kebakaran dengan bahan mudah
terbakar/ bangunan lain yang terdekat.
• Untuk pemadaman yang menggunakan air atau bahan
cair, terlebih dahulu harus memutuskan aliran listrik
ditempat yang akan dipadamkan/disemprot,
• Bantu karyawan lain untuk menjauh (evakuasi) dari lokasi
kebakaran.
BANTUAN HIDUP DASAR
Adalah bantuan yang dilakukan jika jalan nafas korban tersumbat
atau tidak ada nafas atau nadi tidak teraba, atau

Adalah serangkaian usaha awal untuk mengembalikan fungsi


pernafasan & / sirkulasi pada seseorang yang mengalami henti nafas
&/ henti jantung (cardiac arrest).

Golden Periode :
Jika terjadi keterlambatan 1 menit, kemungkinan berhasil mencegah
kematian adalah 98%.
Terlambat 3 menit, kemungkinannya menurun sampai 50%.
Terlambat sampai 10 menit, hanya ada 1% kemungkinan dapat
menyelamatkan korban henti jantung dan henti napas.
TUJUAN DARI BHD :
 Mencegah berhentinya pernafasan,
 Mencegah berhentinya sirkulasi,
 Memberikan bantuan external terhadap  sirkulasi & ventilasi
dari pasien yang mengalami henti jantung atau henti nafas
 melalui resusitasi jantung paru ( RJP)
Urut–Urutan RJP / CPR

Pastikan lokasi aman & tidak ada


Danger bahaya tambahan.
Response Periksa respon & nadi karotis.

Send for Help Hubungi bantuan (Paramedis / ERT).


Tekan dada 30 kali (kecepatan : 100
Compression tekanan/menit).
Buka jalan nafas (dongakkan kepala
Airway & angkat dagu korban)
Beri bantuan nafas 2 kali (4 detik
Breathing / tiupan), lihat–dengar–rasakan.
Thank You
Terima Kasih

PT Prosyd Traicon Utama

Balikpapan Office Berau Office


Ruko Perum Pelangi B-Point Blok Ruko Perumahan Berau Indah No. 9
C2 Jln. Durian 3, Kec. Tanjung Redeb
Jln. Syarifuddin Yoes
Kab. Berau
Kec. Balikpapan Selatan
Kalimantan Timur
Kota Balikpapan
T : (0554) 2021244
Kalimantan Timur
T : (0542) 8510529 E : berau.office@prosyd.co.id

E : balikpapan.office@prosyd.co.id 60

Anda mungkin juga menyukai