Anda di halaman 1dari 188

PT.

Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang

Tanda Terima & Pernyataan

Kepada Yth.
PT. CIPTA KRIDATAMA
Di
Site ............................

Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama Lengkap : ...........................................................................

SN : ...........................................................................

Jabatan : ...........................................................................

Departement : ...........................................................................

Menyatakan bahwa saya sebagai Pengawas Tambang sudah menerima Buku


Pedoman Pengawas Tambang yang mengatur pedoman penambangan PT Cipta
Kridatama
Saya berjanji untuk membaca dan mempelajari sebaik-baiknya, dan
memelihara dengan penuh tanggung jawab.

Demikian surat ini saya buat dengan sungguh-sungguh dalam keadaan sehat
jasmani, rohani dan dalam kesadaran penuh, tampa adanya paksaan / tekanan
dari siapapun.

Yang membuat pernyataan, Diketahui

.................., ......../.........../20.... Atasan Langsung

................................................ ..................................
Nama Jelas & Tanda tangan ( Mine Spv / Mine Supt )

Operation Training & Development -i- Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang

DAFTAR ISI
Tanda Terima / Pernyataan
Daftar Isi iiiii
Kata Pengantar v
vii
Visi Misi PT. Cipta Kridatama vi
viii
Nilai-Nilai Inti Perusahaan vi
viii
Sifat-Sifat Dasar Kepemimpinan vii
ix
Kebijakan Mutu K3L viii
x
Pastikan SIAP ix
xi
Rambu – rambu Umum yang di gunakan di lokasi Tambang x
xii

KESELAMATAN KERJA 1
Pengantar 1
Tanggung Jawab Pengawas, Hak & Kewajiban 1
Identifikasi Bahaya & Penilaian Resiko 5
Safety Accountability Pengawas 6
Job Safety Analysis (JSA) 10
Laporan & Penanganan Kecelakaan 11
Pendangan Terbatas (Blind Spot) 12

BASIC MINING KNOWLEDGE 18


GEOLOGI DASAR 18
Pengertian Ilmu Geologi 18
Skala Waktu Geologi 18
Tektonik Lempeng 19
Mineral & Batuan 22
Struktur Geologi 30
BISNIS PROSES OPERASI TAMBANG BATUBARA 33
MINE PLANNING (Perencanaan Tambang) 34
Geological Modeling 34
Mine Design 35
Mine Sequence & Scheduling 35
Standar Parameter Operasional 37
SIFAT FISIK DAN JENIS MATERIAL 38
BASIC PRODUCTION & PRODUCTIVITY 41
Mechanical Availability 41
Use of Availability 41
Productivity 42
Cycle Time Alat Loading 42
Cycle Time Alat Angkut 44
BASIC FINANCIAL KNOWLEDGE 47
Keuntungan (profit) 47
Pendapatan (revenue) 47
Biaya (cost) 48
MINING TERMINOLOGI 51

MINING OPERATION & ACTIVITY 57


PENGENALAN PRODUK ALAT BERAT & APLIKASI 57
Buldozer 57
Dozer CAT D7G 58
Dozer CAT D8R 58
Dozer CAT D9R 59

Operation Training & Development -- iii


ii -- Modul Pengawas
PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang

Dozer CAT D10T 59


Hydraulic Excavator 62
Small Excavator (CAT 320D, 336D, 349D) 62
Medium Excavator (CAT 390D L) 65
Big Excavator (CAT 6030) 67
Off Highway Truck 70
OHT 773E 70
OHT 775F 74
OHT 777 D 77
Articulate Dump Truck 80
Motor Grader 83
Tabel Standar Fuel Index 84
KATEGORI WARNING ENGINE 85
PROSES LAND CLEARING 86
OVERBURDEN ACTIVITY 88
Pengeboran dan Peledakan 88
Pengeboran (drilling) 88
Peledakan (blasting) 90
Ripping dan Dozing 93
Ripping (membajak) 93
Dozing (Menggusur) 98
Loading (pemuatan) 103
Persiapan 103
Aktivitas Pemuatan 103
Tabel Standar parameter Area Loading Point 104
Posisi Loading 109
Metode Loading 111
Penempatan Muatan Dalam Vessel 114
Cara Pemuatan Yang Harus Dihindari 114
Loading Point Ideal 117
Tabel Standar Productivity Alat Loading 119
Tabel Standar Parameter Perhitungan Productivity
Loader & Hauler 120
Tabel Standar Parameter Cycle Time Excavator 120
Hauling (Pengangkutan) 120
Saat Truck di Loading Point (muat material) 121
Aturan Ten Ten Twenty (10 / 10 / 20) 122
Saat Truck di Hauling Road (angkut material) 123
Penggunaan Auto Retarder Control (ARC) 126
Sistem Kendali Traksi (TCS) 130
Jarak Konvoi 130
Standar Jalan Tambang 130
Tabel Standar Parameter Haul Road 131
Saat Truck di Disposal (dumping material) 136
Tabel Standar Parameter Disposal 139
Tabel Standar Parameter Cycle Time Alat Angkut 140
Tabel Standar Productivity Alat Angkut 142
Transmission/Chassis ECM Logged Events 143
(Kesalahan pengoperasian truck
TPMS & MSI 144
Time Distribution 145
Pemeliharaan Jalan Dengan Grader 147

Operation Training & Development -- iii


iv -- Modul Pengawas
PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang

COAL ACTIVITY (Penangan Batubara) 153


Coal Getting 156
Coal Hauling 157

DAFTAR PUSTAKA 158

LAMPIRAN
PRIMARY PARAMETER OVERBURDEN
KESESUAIAN JUMLAH TRUCK BERDASARKAN UNIT LOADING DAN JARAK
A. Material Ripping
B. Material Blasting
PETUNJUK CARA MENGUKUR CYCLE TIME
MATRIKS JABATAN DAN KETENTUAN PROMOSI OPERATOR

Operation Training & Development -- iv


v- Modul Pengawas
PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang

KATA PENGANTAR

Dengan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas petunjuk-Nya sehingga
kami bisa menerbitkan buku “Pedoman Pengawas Tambang” sebagai pedoman
operasional tambang PT. Cipta Kridatama. Buku saku ini merupakan revisi pertama
dari buku saku sebelumnya yang diterbitkan Januari 2010 lalu.

Tujuan dari penerbitan buku rev 01 ini adalah sebagai penyesuaian terhadap
perkembangan sistem di Operasional PT Cipta Kridatama saat ini sekaligus untuk
menjadi panduan bagi Pengawas Tambang dalam melaksanakan pengawasan
operasional penambangan sesuai kaidah penambangan yang baik dan benar untuk
menuju Cipta Kridatama Mining Practice.
Diharapkan dengan berpedoman pada buku saku ini para pengawas dilapangan
mulai dari level Mine Foreman hingga Mine Superintendent dapat mengelola
operasinal penambangan secara baik untuk menunjang kelancaran produksi dan
keselamatan.

Akhirnya kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penyusunan buku ini. Dengan kerendahan hati dan segala keterbatasan
penyusun, buku ini masih banyak kekurangan sehingga kritik dan saran para
pembaca sangat kami harapkan demi perbaikan Buku Pengawas ini kedepannya.

Akhir kata, Salam untuk rekan-rekan pengawas, selamat bekerja, PRODUCTIVITY


adalah kunci dan UTILISASI adalah keharusan. “semoga ANDA selalu mampu
menunjukkan kinerja yang TERBAIK dan Anda akan mendapatkan yang TERBAIK “.

Wassalam,

Team Penyusun,

Sukri Sakka
Muh. Ikbal
Hasan Budiono

Operation Training & Development -- vii


v -- Modul Pengawas
PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang

VISI MISI PT. CIPTA KRIDATAMA

VISI
MENJADI PENYEDIA JASA PERTAMBANGAN
INDONESIA YANG TERKEMUKA

MISI
 Secara terus menerus menciptakan lapangan kerja yang layak dan berkualitas
bagi sebanyak mungkin rakyat indonesia.

 Selalu memastikan pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan dan


menguntungkan yang akan memaksimalkan nilai pemegang saham.

 Senantiasa menyediakan solusi-solusi bernilai tambah yang akan


mengoptimalkan kepuasan pelanggan.

 Secara aktif terlibat dalam masyarakat sebagai warga korporat yang baik.

Nilai-Nilai Inti Perusahaan ( Core Values )

Integrity ( INTEGRITAS )
Kami senantiasa menerapkan standard etika dan moral tertinggi dengan selalu
mengedepankan azas kejujuran dan keadilan dalam setiap kegiatan

Continuous Development ( PENGEMBANGAN BERKELANJUTAN )


Kami terus berkomitment tinggi untuk senantiasa mengembangkan Perusahaan
kami berikut sumber daya manusianya

Excellence ( KEUNGGULAN )
Kami terus berupaya untuk mencapai standar kinerja tertinggi

Proactif (PROAKTIF)
Kami akan selalu mencari dan mengadopsi teknik maupun cara-cara baru
untuk meningkatkan mutu bisnis kami

Accountability ( TANGGUNG JAWAB )


Kami bertanggung jawab kepada seluruh pemangku kepentingan atas segala
keputusan dan tindakan yang kami ambil

Teamwork ( KERJASAMA KELOMPOK )


Kami selalu mengedepankan dan mendukung ke-aneka-ragaman tenaga kerja
kami berdasarkan azas saling percaya dan saling menghormati. Bersama-sama
kami akan mencapai semua sasaran yang telah ditetapkan dengan saling
berkomunikasi secara erat diantara kami.

Operation Training & Development -- viii


vi -- Modul Pengawas
PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang

Sifat-Sifat Dasar Kepemimpinan (Leadership Traits)

Competent (KOMPETEN)
Memiliki kompetensi kepemimpinan yang tinggi untuk dapat membuat keputusan-
keputusan yang terbaik

Visionary (BERWAWASAN KEDEPAN)


Dapat menetapkan tujuan secara menyeluruh, memiliki visi masa depan yang
telah dikomunikasikan dan pada akhirnya dimiliki oleh seluruh anggota organisasi;
mampu menetapkan prioritas berdasarkan Nilai-Nilai Inti Perusahaan

Inspiring (SUMBER INSPIRASI)


Memperlihatkan kepercayaan diri dalam setiap interaksi, bertanggung jawab atas
segala keputusan dan tindakan, memiliki daya tahan yang kuat dalam memangku
tugas dan beban pekerjaan yang diberikan, berkomunikasi dan senantiasa
mengilhami serta memberdayakan para karyawan untuk mencapai hasil yang
terbaik

Self Actualization (AKTUALISASI DIRI)


Terus mengembangkan potensi diri dan mencari tantangan baru

Honest & Humble (JUJUR DAN RENDAH HATI)


Selalu melakukan segala hal secara tulus dan rendah hati tetapi juga dapat
diandalkan dan jujur dalam menjaga kepercayaan yang telah diberikan

Operation Training & Development -- vii


ix - Modul Pengawas
PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang

Operation Training & Development - viii


-x- Modul Pengawas
PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang

CONTOH RAMBU – RAMBU UMUM YANG ADA DI TAMBANG

Operation Training & Development -- ix


xi - Modul Pengawas
PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang

1. RAMBU LARANGAN

Beri Sepeda
Batas Kec Dilarang Dilarang
Berhenti Kesempatan Motor
Maksimum
Dari Depan
Mendahului
Dilarang Parkir

Dilarang
Dilarang Dilarang Prioritas Dilarang Dilarang menggunakan
Berhenti Belok Kiri dari depan Merokok Masuk Handphone

2. RAMBU PERINGATAN

Persimpan
Banyak jatuhan persimpa Tanjakan Turunan
gan dgn
tikungan batu ngan Curam curam
prioritas

Jembatan/ Jalan di
Kerikil Penyempitan Penyempitan
Jalan Licin penyempitan Tepian Air /
Lepas jalan
kanan jalan kiri jalan
jurang

3. RAMBU PERINTAH

arah yang Fuel Wajib


diwajibkan arah yang tempat
Klinik Station / Safety
pada diwajibkan parkir
bundaran pit stop Shoes

Wajib Helmet Wajib Pasang


Wajib
& Kacamata Sabuk
Helmet pelindung pengaman

4. RAMBU PETUNJUK

Operation Training & Development -- xii


x -- Modul Pengawas
Wajib Helmet Wajib Pasang
Wajib
PT.
Helmet Cipta Kridatama
& Kacamata Sabuk
pengaman
pelindung
Buku Pedoman Pengawas Tambang
PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
4. RAMBU PETUNJUK

Operation Training & Development -x- Modul Pengawas


Tempat
berkumpul
Arah menuju kantor CK Pintu Keluar Eye Wash
Tempat
berkumpul
Arah menuju kantor CK Pintu Keluar Eye Wash

Tempat
Obat2an P3K
Tempat
Obat2an P3K

Operation Training & Development -- xiii


xi - - Modul Pengawas
Operation Training & Development - xi - Modul Pengawas
PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
PT. Cipta
Modul Kridatama
1. Keselamatan Kerja
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 1. Keselamatan Kerja

1.1. PENGANTAR
PT Cipta Kridatama (PT CK) memiliki komitmen untuk mencapai penerapan K3
1.1. PENGANTAR
yang terbaik dan mengembangkan Sistem Manajemen Keselamatan, Kesehatan
PT Cipta
Kerja danKridatama
Lingkungan (PTdalam
CK) memiliki komitmen untuk
rangka mengurangi mencapai penerapan
dan mengendalikan risiko K3K3
yang terbaik dan mengembangkan Sistem Manajemen Keselamatan,
untuk melindungi tenaga kerja dan subkontraktor terhadap risiko K3 yang tidak Kesehatan
Kerja
dapat dan Lingkungan dalam rangka mengurangi dan mengendalikan risiko K3
diterima.
untuk melindungi
Manajemen puncak tenaga kerja dan subkontraktor
(Top Management) PT CK telahterhadap risiko Safety
menetapkan K3 yang tidak
dengan
dapat diterima.
pengertian Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan sebagai sebuah nilai
Manajemen puncak
yang terintegrasi (Top Management)
dengan PT CK telah
aktivitas operasional menetapkan
perusahaan. Safety dengan
Hal tersebut akan
pengertian Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan
menjadi moto utama PT CK di bidang keselamatan, "SAFETY IS A VALUEsebagai sebuah
:
. nilai
yang terintegrasi
Manajemen dengan
puncak (Topaktivitas operasional
Management) PT CK perusahaan.
akan Hal tersebut akan
:
menjadi motosumber
menyediakan utama PT CK yang
daya di bidang keselamatan,
memadai "SAFETY IS A VALUE .
dalam rangka
Manajemen puncak (Top
mendukung penerapan K3L Management)
di setiap tempatPTkerja.
CK akan
Agar
menyediakan sumber daya yang memadai dalam
tujuan di bidang K3L yang telah ditetapkan di tempat rangka
mendukung penerapan K3L di setiap tempat kerja. Agar
kerja dapat dicapai.
tujuan
Manajemen puncakK3L
di bidang (Topyang telah ditetapkan
Management) di tempat
PT CK telah menetapkan bahwa tanggung
kerja dapat dicapai.
jawab K3L sebagai tanggung jawab setiap bagian dan fungsi. Dimana pemantauan
Manajemen
dan evaluasipuncak (Top Management)
penerapan hal tersebut PT CK dilakukan
akan telah menetapkan
oleh bagianbahwaK3L
tanggung
(OSHE
jawab K3L
Dept) PT CK.sebagai tanggung jawab setiap bagian dan fungsi. Dimana pemantauan
dan evaluasiPTpenerapan
Manajemen hal tersebut akan
CK telah mendelegasikan dilakukankepada
wewenang oleh bagian K3L (OSHE
OSHE Officer atau
Dept) PT CK.
Safety Officer untuk menghentikan setiap aktivitas maupun kondisi yang tidak
Manajemen
standar (tidakPTaman)
CK telah mendelegasikan
dengan wewenang
cara dan metode kepadayang
komunikasi OSHEtepat.
Officer atau
Safety Officer untuk menghentikan setiap aktivitas maupun kondisi yang tidak
1.2. standar
TANGGUNG (tidak aman)PENGAWAS,
JAWAB dengan caraHAK dan &metode komunikasi
KEWAJIBAN yang tepat.
KARYAWAN
1. Kewajiban Pengawas Operational
1.2. TANGGUNG JAWAB PENGAWAS,
a. Bertanggung HAK & KEWAJIBAN
jawab kepada KARYAWAN
Kepala Tekhnik Tambang untuk
1. Kewajiban Pengawas
keselamatan Operational
semua pekerja tambang yang menjadi bawahannya.
a. Bertanggung jawab kepada Kepala Tekhnik Tambang untuk
b. keselamatan
Melaksanakansemua
inspeksi, pemeriksaan
pekerja tambang dan
yangpengujian.
menjadi bawahannya.

c.
b. Bertanggung jawab
Melaksanakan ataspemeriksaan
inspeksi, keselamatan,
dankesehatan,
pengujian.dan kesejahteraan
dari semua orang yang ditugaskan kepadanya dan
c. Bertanggung jawab atas keselamatan, kesehatan, dan kesejahteraan
dari semua orang yang ditugaskan kepadanya dan

Operation Training & Development -1- Modul Pengawas

Operation Training & Development -1- Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
PT. Cipta
Modul Kridatama
1. Keselamatan Kerja
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 1. Keselamatan Kerja

d. Membuat dan menandatangani laporan – laporan pemeriksaan,


inspeksi dan pengujian.
d. Membuat dan menandatangani laporan – laporan pemeriksaan,
2. Kewajiban
inspeksiPengawas Teknis
dan pengujian.
a. Bertanggung jawab kepada kepala tekhnik tambang untuk
2. Kewajiban Pengawas
keselamatan Teknis
pemasangan dan pekerjaan serta pemeliharaan yang
a. Bertanggung jawab
benar dari semua peralatan kepada kepala tugasnya.
yang menjadi tekhnik tambang untuk
keselamatan pemasangan dan pekerjaan serta pemeliharaan yang
b. benar
Mengawasi dan memeriksa
dari semua semua
peralatan yang permesinan
menjadi tugasnya.
dan klistrikan dalam ruang lingkup yang menjadi
b. Mengawasi dan memeriksa semua permesinan
tanggung jawabnya.
dan klistrikan dalam ruang lingkup yang menjadi
c. Menjamin bahwa selalu dilksanakan penyelidikan, pemeriksaan, dan
tanggung jawabnya.
pengjujian dari pekerjaan permesinan dan kelistrikan serta peralatan.
c. Menjamin bahwa selalu dilksanakan penyelidikan, pemeriksaan, dan
d. Membuat
pengjujian daridan menandatangani
pekerjaan permesinan dan laporan
kelistrikandari
sertapeyelidikan,
peralatan.
pemeriksaan, dan pengujian.
d. Membuat dan menandatangani laporan dari peyelidikan,
e. pemeriksaan,
Melaksanakandan penyelidikan
pengujian. dan pengujian pada semua permesinan
dan peralatan sebelum digunakan, setelah dipasang, dipasang kembali
e. Melaksanakan
atau diperbaiki penyelidikan
dan dan pengujian pada semua permesinan
dan peralatan sebelum digunakan, setelah dipasang, dipasang kembali
f. atau
Merencanakan
diperbaiki dandan menekankan dilaksanakannya jadwal
pemeliharaan yang telah direncanakan serta semua perbaikan
f. Merencanakan
permesianan tambang, dan pengangkutan,
menekankan pembuat dilaksanakannya jadwal
jalan, dan semua
pemeliharaan yang telah
mesin – mesin lainnya direncanakan serta semua perbaikan
yang dipergunakan
permesianan tambang, pengangkutan, pembuat jalan, dan semua
3. Tugas Bagian
mesin Keselamatan
– mesin lainnya yang dipergunakan
a. Memberikan penerangan dan petunjuk-petunjuk mengenai
3. Tugas Bagian Keselamatan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja kepada semua pekerja tambang
a. dengan
Memberikan peneranganpertemuan-pertemuan,
jalan mengadakan dan petunjuk-petunjuk mengenai
ceramah-ceramah,
Keselamatan
diskusi-diskusi,dan Kesehatan
pemutaran film,Kerja kepada
publikasi, dansemua pekerja tambang
lain sebagainya;
dengan jalan mengadakan pertemuan-pertemuan, ceramah-ceramah,
diskusi-diskusi, pemutaran film, publikasi, dan lain sebagainya;

Operation Training & Development -2- Modul Pengawas

Operation Training & Development -2- Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
PT. Cipta
Modul Kridatama
1. Keselamatan Kerja
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 1. Keselamatan Kerja

b. Apabila diperlukan, membentuk dan melatih anggota-anggota Tim


Penyelamat tambang;
b. Apabila diperlukan, membentuk dan melatih anggota-anggota Tim
c. Menyusun
Penyelamatstatistik
tambang; kecelakaan dan

d.
c. Melakukan evaluasikecelakaan
Menyusun statistik Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
dan

4. Kewajiban Pekerja
d. Melakukan Tambang
evaluasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
a. Pekerja tambang harus mematuhi Peraturan Keselamatan dan
4. Kewajiban Pekerja
Kesehatan KerjaTambang
a. Pekerja tambang harus mematuhi Peraturan Keselamatan dan
b. Pekerja Tambang
Kesehatan Kerja wajib melksanakan pekerjaan sesui dengan tata cara
kerja yang aman.
b. Pekerja Tambang wajib melksanakan pekerjaan sesui dengan tata cara
c. Pekerja tambang
kerja yang aman. selama bekerja wajib untuk:

c. i. tambang
Pekerja Memperhatikan atau menjaga
selama bekerja keselamatan dirinya serta
wajib untuk:
orang lain yang mungkin terkena dampak perbuatannya dan
i. Memperhatikan atau menjaga keselamatan dirinya serta
ii. Segera mengambil
orang lain tindakan
yang mungkin dandampak
terkena atau melaporkan kepada
perbuatannya dan
pengawas tentang keadaan yang menurut pertimbangannya
ii. Segera
akan mengambil
dapat tindakan
menimbulkan dan atau melaporkan kepada
bahaya.
pengawas tentang keadaan yang menurut pertimbangannya
iii. Pekerja
akan dapattambang yang melihat
menimbulkan bahaya. atau mendengar adanya
penyimpangan pelaksanaan pekerjaan sebagaimana
iii. Pekerja tambang
dimaksud yang(3)melihat
dalam ayat atau mendengar
wajib dengan adanya
segera melaporkan
penyimpangan pelaksanaan
kepada pengawas yang bertugas. pekerjaan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (3) wajib dengan segera melaporkan
iv. Pekerja tambang yang
kepada pengawas wajibbertugas.
menggunakan dan merawat alat –
alat pelindung diri dalam melaksanakan tugasnya.
iv. Pekerja tambang wajib menggunakan dan merawat alat –
v. Memberikan keterangan
alat pelindung diri yang benar
dalam melaksanakan apabila diminta
tugasnya.
keterangan oleh Pelaksana Inspeksi Tambang atau Kepala
v. Memberikan
Tekhnik keterangan yang benar apabila diminta
Tambang.
keterangan oleh Pelaksana Inspeksi Tambang atau Kepala
Tekhnik Tambang.

Operation Training & Development -3- Modul Pengawas

Operation Training & Development -3- Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
PT. Cipta
Modul Kridatama
1. Keselamatan Kerja
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 1. Keselamatan Kerja

vi. Pekerja tambang berhak menyatakan keberatan kerja kepada


atasannya apabila persyaratan Keselamatan dan Kesehatan
vi. Pekerja
Kerja tambang
tidak berhak menyatakan keberatan kerja kepada
dipenuhi.
atasannya apabila persyaratan Keselamatan dan Kesehatan
5. Tindakan Mencegah Bahaya
Kerja tidak dipenuhi.
a. Memperhatikan dan menjaga kesehatan dan keselamatan dirinya
5. Tindakan
serta Mencegah
orang – Bahayaorang lain yang mungkin terkena dampak dari
a. perbuatannya
Memperhatikan atau dan menjaga
ketidak kesehatan
haidirannya dan keselamatan
ditempat kerjanya. dirinya
serta orang – orang lain yang mungkin terkena dampak dari
b. Melaksanakan
perbuatannya atauinstruksi – instruksi
ketidak yangditempat
haidirannya diberikan demi keselematan
kerjanya.
dan kesehatannya serta orang lain.
b. Melaksanakan instruksi – instruksi yang diberikan demi keselematan
c. Menggunakan
dan kesehatannya alatserta
– alat keselamatan
orang lain. dan pelindung diri dengan
benar
c. Menggunakan alat – alat keselamatan dan pelindung diri dengan
d. Segera
benar melaporkan ke atasannya langsung tentang keadaan yang
menurut pertimbangannya akan dapat menimbulkan bahaya dan yang
d. tidak
Segeradiatasinya
melaporkan kedan
sendiri atasannya langsung tentang keadaan yang
menurut pertimbangannya akan dapat menimbulkan bahaya dan yang
e. Melaporkan setiap
tidak diatasinya kecelakaan
sendiri dan atau cidera yang ditmbulkan oleh
pekerjaan atau ada hubungannya dengan pekerjaan.
e. Melaporkan setiap kecelakaan atau cidera yang ditmbulkan oleh
6. Kecelakaan Tambang
pekerjaan atau ada hubungannya dengan pekerjaan.
Kecelakaan Tambang harus memenuhi 5 unsur sebagai berikut:
6. Kecelakaan Tambang
a. Benar –Tambang
Kecelakaan benar terjadi
harus memenuhi 5 unsur sebagai berikut:

b.
a. Mengakibatkan cedera pekerja tambang atau orang yang diberi ijin
Benar – benar terjadi
oleh kepala tekhnik tambang
b. Mengakibatkan cedera pekerja tambang atau orang yang diberi ijin
c. Akibat kegiatan
oleh kepala usaha
tekhnik pertambangan
tambang

d.
c. Terjadi pada jamusaha
Akibat kegiatan kerjapertambangan
pekerja tambang yang mendapat cidera setiap
saat yang diberi ijin dan
d. Terjadi pada jam kerja pekerja tambang yang mendapat cidera setiap
e. Terjadi diwilayah
saat yang kegiatan
diberi ijin dan usaha pertambangan atau wilayah proyek

e. Terjadi diwilayah kegiatan usaha pertambangan atau wilayah proyek


Operation Training & Development -4- Modul Pengawas

Operation Training & Development -4- Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
PT. Cipta
Modul Kridatama
1. Keselamatan Kerja
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 1. Keselamatan Kerja

1.3. IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENILAIAN RESIKO


Bahaya (Hazard), adalah suatu keadaan yang memungkinkan atau dapat
1.3. menimbulkan
IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENILAIAN
kerusakan/kerugian RESIKO
harta benda, cidera, penyakit, ataupun
penurunan kemampuan melaksanakan fungsiyang
Bahaya (Hazard), adalah suatu keadaan yangmemungkinkan
telah ditetapkanatau atau dapat
suatu
kondisi yang berpotensi untuk terjadi kecelakaan/kerugian. Risikoataupun
menimbulkan kerusakan/kerugian harta benda, cidera, penyakit, adalah
penurunan kemampuan
kemungkinan terjadinya melaksanakan
kerugian padafungsi yang
periode telahtertentu/siklus
waktu ditetapkan atauoperasi
suatu
kondisi yang berpotensi untuk terjadi kecelakaan/kerugian.
tertentu atau kesempatan untuk terjadi kerugian/kecelakaan. Risiko adalah
kemungkinan
Setiap karyawanterjadinya
dari semuakerugian padamempunyai
tingkatan periode waktu tertentu/siklus
kewajiban operasi
untuk melakukan
tertentu atau
identifikasi kesempatan untuk
bahaya/mengenali terjadiatas
bahaya kerugian/kecelakaan.
setiap lokasi kerja atau pekerjaan
Setiap karyawan dari semua tingkatan mempunyai
yang akan dilakukan. Karyawan yang melihat suatu kewajiban untukkondisi
cara kerja, melakukan
atau
identifikasi bahaya/mengenali bahaya atas setiap lokasi
peralatan yang tidak aman harus melakukan suatu tindakan perbaikan kerja atau pekerjaan
untuk
yang akan dilakukan.
mengendaliakan resikoKaryawan yangbila
yang ada atau melihat
hal itusuatu
tidak cara kerja, kondisi
memungkinkan, atau
maka
peralatan yang tidak aman harus melakukan suatu tindakan
karyawan harus melaporkan kepada atasannya tentang cara kerja, kondisi, perbaikan untuk
mengendaliakan
atau resikotidak
peralatan yang yang aman
ada atau bila hal"Hazard
formulir itu tidakReport
memungkinkan,
: maka
untuk dilakukan
karyawanperbaikan
tindakan harus melaporkan kepada pengendalian
sebagai bentuk atasannya tentang resikocara kerja,
yang kondisi,
terkandung
:
atau peralatan yang tidak aman formulir "Hazard Report
dalam setiap bahaya Pengendalian terhadap risiko dari suatu bahaya yang untuk dilakukan
tindakan perbaikan
dilakukan berdasarkan sebagai
tingkatbentuk pengendalian
pengendalian resikotertinggi
dari langkah yang terkandung
kemudian
dalam setiap bahaya Pengendalian
diikuti langkah berikutnya secara berurutan. terhadap risiko dari suatu bahaya yang
dilakukan berdasarkan tingkat pengendalian dari langkah tertinggi kemudian
diikuticara
Lima langkah
dalamberikutnya secara berurutan.
tingkat pengendalian bahaya
(hierarchy of control) adalah:
Lima1.caraEliminasi,
dalam tingkatyaitu
pengendalian bahaya
menghilangkan penggunaan suatu
(hierarchy of control) adalah:
bahan/mesin/peralatan/ proses dalam suatu rangkaian proses.
1. Substitusi,
2. Eliminasi, yaitu yaitu menghilangkan
mengganti penggunaan
dengan bahan/mesin/peralatan/proses suatu
bahan/mesin/peralatan/ proses dalam suatu rangkaian
lain yang memilik i potensi bahaya yang lebih rendah. proses.
2. Engineering
3. Substitusi, yaitu mengganti dengan
control/rekayasa teknik, bahan/mesin/peralatan/proses
yaitu mendesain ulang suatu
lain yang memilik i potensi bahaya yang lebih rendah.
proses/peralatan/mesin yang dilakukan melalui:
3. a.Engineering control/rekayasa teknik, yaitu
Kegiatan pemberian batas atau mendesain mendesain ulang suatu
menjadi proses semi
proses/peralatan/mesin yang dilakukan
tertutup atau tertutup total. melalui:
a.
b.
Kegiatan pemberian
Pemisahan batas
lokasi proses atau
yang mendesain
berbahaya darimenjadi proses semi
operator.
c.
tertutup atau tertutup total.
Penyediaan ventilasi/bukaan umum yang memadai. dsb
b. Pemisahan lokasi proses yang berbahaya dari operator.
c. Penyediaan ventilasi/bukaan umum yang memadai. dsb
Operation Training & Development -5- Modul Pengawas

Operation Training & Development -5- Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
PT. Cipta
Modul Kridatama
1. Keselamatan Kerja
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 1. Keselamatan Kerja

4. Administrative control/tindakan administrasi, yaitu merubah


metode/cara kerja melalui :
4. a.
Administrative
Pembatasan ijincontrol/tindakan administrasi,
masuk dalam daerah berbahaya. yaitu merubah
metode/cara
b.
kerja melalui
Pembatasan paparan kerja.:
a.
c.
Pembatasan
Menjaga ijin masuk
kebersihan dandalam daerah berbahaya.
atau kerapihan (Housekeeping)
b.
d.
Pembatasan paparan kerja.
Penetapan prosedur kerja penanganan bahan yang aman.
c.
e.
Menjaga kebersihan
Melakukan dan atau
inspeksi secara kerapihan (Housekeeping)
regular
d.
f.
Penetapan prosedur kerja
Pelatihan bagi karyawan, dsb penanganan bahan yang aman.
e. Melakukan inspeksi secara regular
f. Pelatihan bagi
5. Alat Pelindung karyawan,
Diri (APD), dsb
yaitu merupakan cara terakhir yang efektif
dalam menghadapi bahaya dengan menyediakan:
5. Alat
a.
Pelindung Dirimuff
Ear plug/ear (APD), yaitu merupakan cara terakhir yang efektif
dalam
b.
menghadapi
Helmet bahaya dengan menyediakan:
a.
c.
Ear plug/ear
Safety Shoes muff
b.
d.
Helmetglasses/safety goggles
Safety
c.
e.
Safety gloves
Safety Shoes
d.
f. Maskerglasses/safety goggles
Safety
e. Safety gloves
f. Masker
1.4. SAFETY ACCOUNTABILITY PENGAWAS
Semua karyawan yang menduduki jabatan pengawas wajib mengikuti
1.4. Program
SAFETY ACCOUNTABILITY
PertanggunggugatanPENGAWAS
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Program
Semua karyawan yang menduduki jabatan
Akuntabilitas K3). Program Akuntabilitas K3 dari pengawas
masing – wajib
masingmengikuti
jabatan
Program Pertanggunggugatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
ditetapkan oleh Direktur pada setiap awal tahun melalui surat keputusan (Program
atau
Akuntabilitas K3). Program Akuntabilitas K3 dari masing – masing
Memorandum yang harus disosialisasikan kepada seluruh pengawas. Adapun jabatan
ditetapkan
Program oleh Direktur
Akuntabilitas pada
yang setiap awal tahun
diimplementasikan melalui
antara lainsurat
: keputusan atau
Memorandum yang harus disosialisasikan kepada seluruh pengawas. Adapun
Program 1. Safety Inspection
Akuntabilitas yang diimplementasikan antara lain :
2. PTL (Pengamatan Tugas Lapangan)
1. Coaching
3. Safety Inspection
/ Counseling Safety
2. PTL (Pengamatan Tugas Lapangan)
4. Safety Meeting (Pembicara)
3. Coaching / Counseling Safety
4. Safety Meeting (Pembicara)

Operation Training & Development -6- Modul Pengawas

Operation Training & Development -6- Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
PT. Cipta
Modul Kridatama
1. Keselamatan Kerja
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 1. Keselamatan Kerja

Ketentuan minimum kuantitas pelaksanaan Program Akuntabilitas K3 dapat


berubah setiap tahunnya tergantung dari kebutuhan dan kondisi penerapan K3
Ketentuan minimum kuantitas pelaksanaan Program Akuntabilitas K3 dapat
perusahaan
berubah
1. Safetysetiap tahunnya tergantung dari kebutuhan dan kondisi penerapan K3
Inspection
perusahaan
Langkah-langkah Inspeksi Terencana
1. Safety Inspection
a. Bersiap untuk
Langkah-langkah inspeksi
Inspeksi Terencana
b. Inspeksi
a. Kembangkan
c. Bersiap untuktindakan
inspeksi perbaikan
b. Inspeksi
d. Tindakan lanjutan
c. Siapkan
e. Kembangkan tindakan
Laporan perbaikan
Inspeksi
Kuncid. keberhasilan
Tindakan lanjutan
program inspeksi adalah dengan melakukan persiapan.
PersiapanSiapkan
e. Laporan
tersebut Inspeksi
membuat mata anda siap untuk melakukan observasi
Kunci keberhasilan program
sekaligus memperuncing otak anda inspeksi adalah
- siap untuk dengan melakukan
melihat masalah persiapan.
potensial.
Persiapan tersebut membuat mata anda siap untuk melakukan observasi
sekaligus
Mulai memperuncing
dengan sikap yangotak anda - siap untuk melihat masalah potensial.
positif
Inspeksi adalah kegiatan yang lebih dari hanya sekedar mencari ketidaksesuian
Mulai dengan
semata. Secarasikap yanganda
mental positif
dipersiapkan untuk melihat hal-hal yang tidak
Inspeksi adalah kegiatan yang
benar, maupun yang benar. Cari lebih
dandari hanya perhatian
fokuskan sekedar mencari ketidaksesuian
anda pada kelebihan-
kelebihan yang ada untuk digunakan dan dikembangkan dalam yang
semata. Secara mental anda dipersiapkan untuk melihat hal-hal tidak
mengatasi
benar, maupun
kekurangan. yangdan
Catat benar. Cari dan
memuji fokuskan
kondisi danperhatian
praktek anda
yangpada kelebihan-
benar. Pujian
merupakan dorongan yang lebih baik untuk mencapai hasil kerja mengatasi
kelebihan yang ada untuk digunakan dan dikembangkan dalam yang baik
kekurangan.
daripada CatatDengan
kritik. dan memuji
pujian kondisi
sebagaidan praktek
dasar, makayangseseorang
benar. Pujian
akan
merupakan dorongan yang lebih baik
berkonsentrasi untuk mengatasi kekurangan. untuk mencapai hasil kerja yang baik
daripada kritik. Dengan pujian sebagai dasar, maka seseorang akan
berkonsentrasi
Rencanakan untuk anda
inspeksi mengatasi kekurangan.
Definiskan wilayah tanggung jawab. Buat daftar peralatan. Gunakan denah
Rencanakan
wilayah atau inspeksi
gambar, anda
tandai wilayah yang akan diliput dan peralatan yang akan
diinspeksi, lalu jajakitanggung
Definiskan wilayah jawab.yang
rute wilayah Buatakan
daftar peralatan.
diinspeksi. Gunakan
Buat alokasi denah
waktu
wilayah atau gambar, tandai wilayah yang akan diliput dan peralatan yang
sementara untuk meliput seluruh wilayah, dan sisakan waktu untuk memeriksa akan
diinspeksi, lalu jajaki rute wilayah yang
wilayah yang memiliki potensi risiko tinggi. akan diinspeksi. Buat alokasi waktu
sementara untuk meliput seluruh wilayah, dan sisakan waktu untuk memeriksa
wilayah yang memiliki potensi risiko tinggi.

Operation Training & Development -7- Modul Pengawas

Operation Training & Development -7- Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
PT. Cipta
Modul Kridatama
1. Keselamatan Kerja
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 1. Keselamatan Kerja

2. Pengamatan Tugas Lapangan


Pengamatan terencana dilaksanakan beriringan dengan kegiatan lain.
2. Pengamatan Tugas
Pengamatan Lapangan
terencana membutuhkan persiapan, konsentrasi penuh dan
waktu yang cukup untukdilaksanakan
Pengamatan terencana menyelesaikan beriringan
pekerjaandengan
secarakegiatan
menyeluruh.lain.
Pengamatan terencana membutuhkan persiapan, konsentrasi
Pengamatan tugas terencana adalah kegiatan pengawasan yang sistematis penuh dan
waktumembuahkan
yang yang cukup untuk menyelesaikan
hasil yang pekerjaan
setimpal dengan waktusecara
yangmenyeluruh.
dihabiskan.
Pengamatan tugas terencana adalah kegiatan pengawasan
Misalnya, peningkatan kualitas dan produktivitas, penurunan yang sistematis
jumlah
yang membuahkan
personel yang cederahasildan yang setimpal
kerusakan dengan
[properti' waktu yang
lingkungan, dll],dihabiskan.
moral dan
Misalnya, menjadi
motivasi peningkatanlebih kualitas dan produktivitas,
baik, mengurangi penurunan
pemborosan, jumlah
peningkatan
personel
kinerja. yang cedera dan kerusakan [properti' lingkungan, dll], moral dan
motivasi menjadi lebih baik, mengurangi pemborosan,
Pengamatan terencana dimaksudkan untuk menilai kinerja manusia yang peningkatan
kinerja.
ditekankan pada kondisi fisiknya. Pengamatan terencana memberikan
Pengamatan
informasi terencana
yang penting dimaksudkan untuk penempatan
berkaitan dengan menilai kinerja manusia
kerja, yang
orientasi,
ditekankan pada kondisi fisiknya. Pengamatan terencana
pelatihan, instruksi di tempat kerja dan komunikasi serta hubungan memberikan
informasi yang penting berkaitan dengan penempatan kerja, orientasi,
pengawasan.
pelatihan,
Anda beluminstruksi di tempat
bisa dikatakan kerja mengajari
berhasil dan komunikasi serta melakukan
orang untuk hubungan
pengawasan.
suatu pekerjaan sebelum anda tahu bahwa orang yang anda ajari benar-
Anda belum
benar tahu bisa
cara dikatakan
yang benarberhasil
[dalammengajari orang untuk melakukan
bekerja] sebagaimana yang anda
harapkan ketika anda mengajarinya. Pengamatan yang
suatu pekerjaan sebelum anda tahu bahwa orang anda tidak
terencana ajari benar-
hanya
benar tahu cara yang
menginformasikan benar hal
kita dalam [dalam
apakah bekerja]
karyawansebagaimana yang anda
tahu pekerjaan yang
harapkan ketika anda mengajarinya. Pengamatan
dilakukannya tetapi juga mengetahui apakah mereka dapat terencana tidak hanya
menginformasikan kita dalam hal apakah karyawan tahu pekerjaan yang
mengerjakannya.
dilakukannya
Lihat IK PengamatantetapiTugasjugaLapangan
mengetahui apakah
PT CK untuk mereka langkah-
mengetahui dapat
mengerjakannya.
langkah yang harus diikuti, tetapi langkah-langkah secara umum adalah
Lihat IK berikut:
sebagai Pengamatan Tugas Lapangan PT CK untuk mengetahui langkah-
1. Persiapan harus diikuti, tetapi langkah-langkah secara umum adalah
langkah yang
sebagai
2. berikut:
Pengamatan
1. Persiapan
3. Diskusi/pembahasan
2. Pencatatan
4. Pengamatan
3. Tindak
5. Diskusi/pembahasan
lanjut
4. Pencatatan
5. Tindak lanjut

Operation Training & Development -8- Modul Pengawas

Operation Training & Development -8- Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
PT. Cipta
Modul Kridatama
1. Keselamatan Kerja
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 1. Keselamatan Kerja

Format PTL (Pengamatan Tugas Lapangan)

Format PTL (Pengamatan Tugas Lapangan)

3. Coaching K3
Dalam pelaksanaan pengawasan di operasional, tentu ada temuan terkait
3. bahaya
Coachingtingkah
K3 laku (Unsafe Behavior) yang muncul dari para karyawan.
Dalam pelaksanaan
Maka sebagai Pengawas pengawasan
anda wajib di operasional, tentudan
menindaklanjuti adatidak
temuan terkait
melakukan
bahaya tingkah
pembiaran laku (Unsafe
terhadap Behavior)
hal tersebut. yang muncul dari inilah
Pembiaran-Pembiaran para karyawan.
yang akan
membentuk perilaku atau behavior menjadi cenderung beresiko.melakukan
Maka sebagai Pengawas anda wajib menindaklanjuti dan tidak
pembiaran
Tools terhadap
program hal tersebut.
yang dapat digunakan Pembiaran-Pembiaran
oleh Pengawas dalam inilah yang akan
mengatasi hal
membentuk perilaku atau behavior menjadi cenderung beresiko.
ini adalah Coaching K3. Form ini digunakan untuk melakukan (Pendekatan)
Tools program
approaching yang dapat
kepada digunakan
karyawan oleh Pengawas
yang cenderung dalamatmengatasi
melakukan hal
risk behavior
ini adalah Coaching K3. Form ini digunakan untuk melakukan
dan juga kepada karyawan yang secara konsisten dalam menerapkan (Pendekatan)
approaching kepada
aspek-aspek karyawaniniyang
K3, pendekatan cenderung
tetap dilakukanmelakukan at risk behavior
dengan harapan pekerja
dan juga kepada karyawan yang secara konsisten
tersebut dapat mempertahankan prestasinya, dan menjadi contoh dalam menerapkan
kepada
aspek-aspek
karyawan lainK3, pendekatan
dalam penerapan ini K3
tetap dilakukan dengan harapan pekerja
tersebut dapat mempertahankan
Langkah-langkah yang harus dilewati prestasinya, dan menjadi
dalam melakukan contoh
coaching K3kepada
:
karyawan lain dalam penerapan K3
a. Mendiskusikan prilaku tidak aman yang dilakukan oleh karyawan
Langkah-langkah
b. Memberikan yang harus dilewati
kesempatan dalam melakukan
karyawan melakukancoaching K3 :
menyampaikan
a. penyebab
Mendiskusikan prilaku
prilaku tidaktidak
amanaman yang dilakukan oleh karyawan
b. Memberikan kesempatan karyawan melakukan menyampaikan
penyebab prilaku tidak aman - 9 -
Operation Training & Development Modul Pengawas

Operation Training & Development -9- Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
PT. Cipta
Modul Kridatama
1. Keselamatan Kerja
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 1. Keselamatan Kerja

c. Menentukan komitmen tindakan perbaikan dari prilaku karyawan


d. Meminta feedback dan respon dari karyawan terkait coaching K3 yang
c. Menentukan
telah komitmen tindakan perbaikan dari prilaku karyawan
dilakukan
d. Meminta feedback dan respon dari karyawan terkait coaching K3 yang
4. telah
Safety dilakukan
Meeting (Pembicara)
Tugas seorang pengawas adalah men-deliver sasaran yang telah
4. Safety Meeting
ditetapkan oleh (Pembicara)
management kepada karyawan agar dapat tercapai. Salah
satu sasaran yangpengawas
Tugas seorang ingin antara adalah men-delivertanpa
lain operasional sasaran
adanya yang telah
kerugian
ditetapkan
akibat oleh management
kecelakaan. Safety Meetingkepada karyawan
(Safety talk) agar
adalahdapat tercapai.media
merupakan Salah
satu sasaran yang ingin antara lain operasional tanpa adanya
bagi Pengawas untuk menyampaikan hal-hal yang perlu dilakukan oleh kerugian
akibat kecelakaan.
karyawan Safety
dalam setiap Meeting
aktivitas demi(Safety talk) adalah
pencapaian merupakan media
sasaran.
bagi Pengawas
Langkah langkahuntuk
yangmenyampaikan hal-haldalam
harus dipersiapkan yang perlu dilakukanSafety
mengadakan oleh
karyawan dalam setiap
Meeting (Safety Talk) : aktivitas demi pencapaian sasaran.
Langkah
a.
langkah yang harus
Mempersiapkan diri dandipersiapkan
Materi dalam mengadakan Safety
Meeting
b.
(Safety Talk) :lokasi Safety Meeting dan Audience
Menentukan
a.
c.
Mempersiapkan
Penyampaian Materi diri dan Materi
b.
d. Meminta Feedback Safety Meeting dan Audience
Menentukan lokasi
c.
e.
Penyampaian
Membuat Materi dari Safety Meeting
Kesimpulan
d. Meminta Feedback
e.
1.5. JOB SAFETY Membuat Kesimpulan dari Safety Meeting
ANALYSIS
Job Safety Analysis (JSA) adalah proses yang dilakukan untuk mengetahui
1.5. potensi
JOB SAFETY ANALYSIS
bahaya yang ada dalam setiap tahap pekerjaan untuk membuat
Job Safety Analysis (JSA)baik
langkah pencegahannya adalah
denganproses yang dilakukan
menghilangkan untuk mengetahui
atau dengan mengontrol
potensi bahaya
sumber bahayanya.yang ada dalam setiap tahap pekerjaan untuk membuat
langkah pencegahannya baik
1. JSA dilakukan pada: dengan menghilangkan atau dengan mengontrol
sumber bahayanya.
b. Pekerjaan yang sering menyebabkan kecelakaan.
1. c.
JSA dilakukan
Pekerjaanpada:
yang mengakibatkan cidera berat atau kerusakan alat.
b. Pekerjaan yang
d. Perubahan seringuntuk
prosedur menyebabkan
pekerjaankecelakaan.
yang beresiko tinggi.
c. Pekerjaan yang mengakibatkan
e. Pekerjaan baru atau jarang dilakukancidera berat atau kerusakan alat.
d. Perubahan
2. JSA prosedur
dibuat dengan untuk pekerjaan
melibatkan yangEngineer,
Supervisor, beresiko tinggi.
Pekerja dan
e. Pekerjaan baru atau jarang
Petugas Safety (OSHE Officer). dilakukan
2. JSA dibuat dengan melibatkan Supervisor, Engineer, Pekerja dan
Petugas Safety (OSHE Officer).
Operation Training & Development - 10 - Modul Pengawas

Operation Training & Development - 10 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 1. Keselamatan
PT. Cipta Kridatama Kerja
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 1. Keselamatan Kerja

3.JSA harus dijelaskan kepada semua pekerja di kedua shift sebelum


pekerjaanyang berkaitan dengan JSA tersebut dilaksanakan dan
3. copynya
JSA harustersedia
dijelaskan kepada
di tempat semua pekerja di kedua shift sebelum
kerja.
pekerjaanyang berkaitan dengan JSA tersebut
4. Sebelum memulai pekerjaan harus dipastikan bahwadilaksanakan dan
semua karyawan
copynya tersedia
yangakan di tempat
melakukan kerja.tersebut harus sudah mengerti dan
pekerjaan
4. memahami
Sebelum memulai
JSAnya.pekerjaan harus dipastikan bahwa semua karyawan
yangakan melakukan pekerjaan
5. Pekerjaan harus diperiksa untuk tersebut harus sudah
memastikan bahwamengerti dan
pekerjaan
memahami JSAnya.
dilaksanakan dengan mengikuti JSA yang telah dibuat.
5. Pekerjaan harus diperiksa untuk memastikan bahwa pekerjaan
1.6. LAPORANdilaksanakan dengan mengikuti
DAN PENANGANAN JSA yang telah dibuat.
KECELAKAAN
Sesuai dengan Kebijakan dari Perusahaan bahwa semua kecelakaan yang
1.6. dialami
LAPORAN DANkaryawan
oleh PENANGANAN KECELAKAAN
yang berakibat cidera, kerusakan alat atau barang
Sesuai dengan Kebijakan
perusahaan, sekecil apapun, dari Perusahaan
harus bahwasegerasemua kecelakaankepada
dilaporkan yang
dialami oleh karyawanuntuk
pengawas/supervisor yang dilakukan
berakibat investigasi/penyelidikan
cidera, kerusakan alat atau barang
kecelakaan.
perusahaan, sekecil apapun, harus segera dilaporkan
Semua kecelakaan termasuk "near miss: akan diinvestigasi secara menyeluruh kepada
pengawas/supervisor
untuk menentukan untuk penyebab dilakukan
dasar investigasi/penyelidikan
dari kecelakaan tersebut kecelakaan.
untuk
Semua kecelakaan
menentukan termasuk
tindakan "nearyang
perbaikan miss:harus
akan diinvestigasi secara menyeluruh
dilakukan sehingga kecelakaan
untuksama
yang menentukan penyebab
tidak akan terulang lagi.dasar dari kecelakaan kecelakaan
Investigasi/penyelidikan tersebut bukan
untuk
menentukan tindakan perbaikan yang harus dilakukan
bertujuan untuk mencari kesalahan seseorang akan tetapi untuk mencari sehingga kecelakaan
yang sama
faktor tidak akan
penyebab terulang lagi.
kecelakaan, Investigasi/penyelidikan
sehingga karyawan tidak perlu kecelakaan
takut bukan
untuk
bertujuan untuk mencari kesalahan seseorang akan tetapi
melaporkan kecelakaan yang dialaminya walaupun sekecil apapun. "Ingat!!! untuk mencari
faktor merubah
jangan penyebabtempatkecelakaan, sehingga
atau posisi karyawan
dari lokasi kejadiantidak perluada
sebelum takut
izin untuk
melaporkanyang
Pengawas kecelakaan
mengetahui yangadanya
dialaminya
incidentwalaupun sekecilmengunjungi
harus segera apapun. "Ingat!!!
lokasi
jangan merubah tempat atau posisi dari lokasi kejadian
untuk menangani incident yang terjadi dan mencatat data-data untuk sebelum ada izin
Pengawas yang
kepentingan mengetahui
pelaporan adanya incident
dan investigasi, harus segera
dan melakukan mengunjungi
pengamanan lokasi
terhadap
untukIncident,
area menangani incident yang
serta memastikan terjadihaldan
beberapa mencatat
seperti : data-data untuk
kepentingan pelaporan dan investigasi, dan melakukan
1. Memastikan tidak ada karyawan yang mendekat kearea TKP, pengamanan terhadap
untuk
areamencegah
Incident, serta memastikan beberapa hal seperti :
terjadinya perubahan terhadap beberapa bukti incident yang
1. diperlukan
Memastikan dan tidakkaryawan
ada karyawan
terpapar yangsumber
mendekatbahayakearea
dari TKP, untuk
penyebab
mencegah
kecelakaan terjadinya perubahan terhadap beberapa bukti incident yang
diperlukan dan karyawan terpapar sumber bahaya
2. Melarang karyawan atau pihak yang tidak berkepentingan mengambil dari penyebab
kecelakaan kejadian kecelakaan
gambar/foto
2. Melarang karyawan atau pihak yang tidak berkepentingan mengambil
gambar/foto kejadian kecelakaan - 11 -
Operation Training & Development Modul Pengawas

Operation Training & Development - 11 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
PT. Cipta
Modul Kridatama
1. Keselamatan Kerja
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 1. Keselamatan Kerja

3. Mengamankan area Incident dengan menggunakan Barricade tape (Safety


Line)
3.
4. Mengamankan areakepada
Menginformasikan Incidentpihak-pihak
dengan menggunakan Barricade
terkait, untuk tape (Safety
penanganan lebih
Line)
lanjut dari Incident
4. Menginformasikan kepada pihak-pihak terkait, untuk penanganan lebih
lanjut dari Incident
PANDANGAN TERBATAS (BLIND SPOT)
Pedoman pengukurannya adalah Operator tinggi ± 165 cm dan posisi duduk di
kursi operator TERBATAS (BLIND SPOT)
PANDANGAN
.
Pedoman pengukurannya adalah Operator tinggi ± 165 cm dan posisi duduk di
A.
kursiOHT 773
operator
. Daerah yang terarsir hitam tidak bisa di lihat
A. OHT 773 oleh operator jika berada di dalam kabin
Daerah yang terarsir hitam tidak bisa di lihat
oleh operator jika berada di dalam kabin

a. Pandangan dari depan Unit

a. Pandangan dari depan Unit

b. Pandangan dari kanan Unit

b. Pandangan dari kanan Unit

Operation Training & Development - 12 - Modul Pengawas

Operation Training & Development - 12 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
PT. Cipta
Modul Kridatama
1. Keselamatan Kerja
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 1. Keselamatan Kerja

c. Pandangan dari kiri Unit

c. Pandangan dari kiri Unit

Light Vehicle (LV) yang berada di belakang OHT tidak bisa di lihat, area yang bisa di
lihat oleh operator adalah yang di arsir no 1 & 2.
Light Vehicle (LV) yang berada di belakang OHT tidak bisa di lihat, area yang bisa di
lihat oleh operator adalah yang di arsir no 1 & 2.

B. OHT 775
Daerah yang terarsir hitam tidak bisa di lihat
B. OHT 775 oleh operator jika berada di dalam kabin
Daerah yang terarsir hitam tidak bisa di lihat
oleh operator jika berada di dalam kabin

Operation Training & Development - 13 - Modul Pengawas

Operation Training & Development - 13 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
PT. Cipta
Modul Kridatama
1. Keselamatan Kerja
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 1. Keselamatan Kerja

a. Pandangan dari depan Unit

a. Pandangan dari depan Unit

b. Pandangan dari kanan Unit

b. Pandangan dari kanan Unit

c. Pandangan dari kiri Unit

c. Pandangan dari kiri Unit

Light Vehicle (LV) yang berada di belakang OHT tidak bisa di lihat, area yang bisa di
lihat oleh operator adalah yang di arsir no 1 & 2.
Light Vehicle (LV) yang berada di belakang OHT tidak bisa di lihat, area yang bisa di
lihat oleh operator adalah yang di arsir no 1 & 2.

Operation Training & Development - 14 - Modul Pengawas

Operation Training & Development - 14 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
PT. Cipta
Modul Kridatama
1. Keselamatan Kerja
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 1. Keselamatan Kerja

C. OHT 777
Daerah yang terarsir hitam tidak bisa di lihat
C. OHT 777 oleh operator jika berada di dalam kabin
Daerah yang terarsir hitam tidak bisa di lihat
oleh operator jika berada di dalam kabin

a. Pandangan dari depan Unit

a. Pandangan dari depan Unit

b. Pandangan dari kanan Unit

b. Pandangan dari kanan Unit

Operation Training & Development - 15 - Modul Pengawas

Operation Training & Development - 15 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
PT. Cipta
Modul Kridatama
1. Keselamatan Kerja
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 1. Keselamatan Kerja

c. Pandangan dari kiri Unit

c. Pandangan dari kiri Unit

Light Vehicle (LV) yang berada di belakang OHT tidak bisa di lihat, area yang bisa di
lihat oleh operator adalah yang di arsir no 1 & 2.
Light Vehicle (LV) yang berada di belakang OHT tidak bisa di lihat, area yang bisa di
lihat oleh operator adalah yang di arsir no 1 & 2.

D. ADT 740

D. ADT 740
Daerah yang terarsir hitam tidak dapat
dilihat oleh operator jika berada di dalam
kabin
Daerah yang terarsir hitam tidak dapat
dilihat oleh operator jika berada di dalam
kabin

Operation Training & Development - 16 - Modul Pengawas

Operation Training & Development - 16 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
PT. Cipta
Modul Kridatama
1. Keselamatan Kerja
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 1. Keselamatan Kerja

a. Pandangan dari depan Unit

a. Pandangan dari depan Unit

b. Pandangan dari samping unit (kanan – kiri)

b. Pandangan dari samping unit (kanan – kiri)

Operation Training & Development - 17 - Modul Pengawas

Operation Training & Development - 17 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 2. Basic Mining Knowledge

2.1. GEOLOGI DASAR


2.1.1. Pengertian Ilmu Geologi dan Perkembangannya

Geologi, adalah suatu bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian yang mempelajari segala
sesuatu mengenai planet Bumi beserta isinya yang pernah ada. Merupakan kelompok
ilmu yang membahas tentang sifat-sifat dan bahan-bahan yang membentuk bumi,
struktur, proses-proses yang bekerja baik didalam maupun diatas permukaan bumi.
Pada awalnya Ilmu Geologi hanya merupakan ilmu murni mengenai Pengetahuan
tentang Bumi. Dengan semakin majunya peradaban manusia Ilmu Geologi semakin
dibutuhkan untuk pemenuhan kebutuhan manusia seperti eksplorasi barang tambang
dan sumber energi serta pembangunan proyek sipil/konstruksi besar sehingga Ilmu
Geologi kemudian berkembang menjadi ilmu terapan.

2.1.2. Skala Waktu Geologi


Ketika kita berbicara tentang catatan sejarah manusia, maka biasanya ukuran
waktunya dihitung dalam tahun, atau abad atau bahkan puluhan abad, akan tetapi
apabila kita berbicara tentang sejarah bumi, maka ukuran waktu dihitung dalam
jutaan tahun atau milyaran tahun.
Ada 2 skala waktu yang dipakai untuk menentukan umur Bumi. Pertama, adalah
Skala Waktu Relatif, yaitu skala waktu yang ditentukan berdasarkan atas urutan
perlapisan batuan serta evolusi kehidupan organisme dimasa yang lalu; Kedua adalah
Skala Waktu Absolut (Radiometrik), yaitu skala waktu geologi yang berdasarkan
pelarikan radioaktif dari unsur-unsur kimia yang terkandung dalam bebatuan.

Skala Waktu Geologi Relatif dan Umur Radiometrik

Kurun Masa Zaman Juta Tahun Lalu


Kuarter
Kenozoikum 1,6
F Tersier
66
A Kapur
N 138
E Mesozoikum
Jura
R 205
O Trias
Z 240
Perm
0
290
I Karbon Atas
K 330
Karbon Bawah
U Paleozoikum
M Devon 360

Silur 410

Ordovisium 435

500
Kambrium
570
Akhir
Protero- Tengah 2500
zoikum Awal
Akhir
Arkean Tengah 3800
Awal

Pra- Arkean

Operation Training & Development - 18 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 2. Basic Mining Knowledge

2.1.3. Tektonik Lempeng

Para ahli kebumian menjelaskan bahwa benua-benua yang ada di muka bumi ini
sebenarnya tidaklah tetap di tempatnya, tetapi secara berlahan benua benua tersebut
bermigrasi di sepanjang bola bumi. Terpisahnya bagian daratan dari asalnya dapat
membentuk suatu lautan yang baru dan dapat juga berakibat pada terjadinya proses
daur ulang lantai samudra kedalam interior bumi. Sifat mobilitas kerak bumi ditandai
dengan adanya gempabumi, aktifitas gunungapi dan pembentukan pegunungan
(orogenesa). Berdasarkan ilmu pengetahuan kebumian, teori yang menjelaskan
mengenai bumi yang dinamis (mobil) dikenal dengan Tektonik Lempeng.

Kecocokan garis pantai benua Amerika Selatan Bagian Timur


dengan garis pantai benua Afrika Bagian Barat

Gambar di atas menunjukkan bahwa benua Afrika dan benua Amerika dulu menyatu,
kemudian terpisah akibat pergerakan lempeng bumi, ini ditandai dengan adanya
kecocokan garis pantai yang saling berhadapan.

Operation Training & Development - 19 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 2. Basic Mining Knowledge

Berdasarkan sejarah geologi ini bahwa saman lampu benua Afrika, Amerika
Selatan, India, antartika dan Australia adalah merupakan satu kesatuan benua besar
disebut Gondwana yang mengalami pememisahan akibat pergerakan lempeng bumi..
Akibat tabrakan lempeng
Indian/Australia dgn
Eurasia(Sumatra), terjadi
gempa dan pergesekan
antar kedua lempeng
sehingga terbentuk dapur
magma awal terbentuknya
gunung api.

Gambaran tabrakan lempeng Samudra dengan Lempeng Benua

Indonesia merupakan negara dengan pergerakan lempeng bumi yang sangat aktif
terutama di sisi barat pulau Sumatra, sisi selatan pulau Jawa, Bali, NTB, NTT, sisi
utara Irian dan sisi utara pulau Sulawesi, ini ditandai dengan sering terjadinya gempa
di daerah tersebut dan adanya jalur gunung api yang masih aktif.

Operation Training & Development - 20 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 2. Basic Mining Knowledge

Zona Tabrakan Lempeng, antara lempeng Indian/Australia dengan lempeng Eurasia


(pulau Sumatra)  sepanjang sisi barat dari utara ke selatan merupakan zona tabrakan
lempeng (subduksi)

Dari gambar di atas terlihat bahwa lempeng Indian/Australia dari arah barat bergerak
ke arah timur menabrak lempeng Eurasia, sehingga sisi barat pulau sumatra sering
terjadi gempa dan terdapat jalur gunung api aktif dari utara ke selatan.

Jalur Gunung Api bagian barat Pulau Sumatra

Operation Training & Development - 21 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 2. Basic Mining Knowledge

2.1.4. Mineral & Batuan


A. Mineral

Mineral dapat kita definisikan sebagai bahan padat anorganik yang terdapat secara
alamiah, yang terdiri dari unsur-unsur kimiawi dalam perbandingan tertentu, dimana
atom-atom didalamnya tersusun mengikuti suatu pola yang sistimatis.

Pengetahuan tentang “mineral” merupakan syarat mutlak untuk dapat mempelajari


bagian yang padat dari Bumi ini, yang terdiri dari batuan. Bagian luar yang padat dari
Bumi ini disebut litosfir, yang berarti selaput yang terdiri dari batuan, sedangkan
batuan tersusun oleh mineral.

Studi yang mempelajari segala sesuatunya tentang mineral disebut “Mineralogi”.


Salah satu sifat mineral adalah kekerasan, dimana setiap mineral mempunyai
kekerasan tertentu. Dikenal istilah skala Mohs atau skala kekerasan mineral, berikut :

KEKERASAN
MINERAL
(HARDNESS)
Talc 1
Gypsum 2
Calcite 3
Fluorite 4
Apatite 5
Orthoclase 6
Quartz 7
Topaz 8
Corundum 9
Diamond 10

Dari tabel terlihat bahwa mineral yang paling rapuh adalah Talc dengan skala 1,
sedangkan yang paling keras adalah Diamond atau Intan dengan skala 10.
Korundum dan Intan banyak digunakan dalam industri pengeboran karena
kekerasannya yang tinggi, diindustri kaca juga banyak digunakan sebagai alat untuk
memotong.

Operation Training & Development - 22 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 2. Basic Mining Knowledge

Gambar beberapa contoh mineral

B. Batuan

batuan adalah agregat padat yang tersusun oleh mineral, atau kumpulan mineral
yang terbentuk secara alami dengan sifat fisik dan kimia tertentu. Batuan
merupakan penyusun bumi khususnya pada lapisan keras bumi.
Terbentuknya batuan di bumi ini merupakan suatu siklus geologi, berubah dari
suatu jenis batuan menjadi jenis batuan lain. Siklus/daur batuan dapat dilihat
pada gambar di bawah :

Operation Training & Development - 23 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 2. Basic Mining Knowledge

Jenis Batuan
Batuan dapat dikelompokkan menjadi :
1. Batuan Beku
Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, "api") adalah jenis
batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan
atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan
intrusif (plutonik) maupun di atas permukaan sebagai batuan ekstrusif
(vulkanik). Berdasarkan tempat terbentuknya batuan beku dapat dibedakan
menjadi :
 Batuan Beku Extrusive (batuan beku luar) yakni batuan beku yang
terbentuk di luar (atau lava yang membeku), artinya membekunya saat
dipermukaan bumi.

Batuan beku Extrusive (pembekuan Lava)

 Batuan beku Intrusif (batuan beku dalam) adalah batuan beku yang
proses pembekuannya berlangsung dibawah permukaan bumi.
Berdasarkan kedudukannya terhadap perlapisan batuan yang
diterobosnya dibagi 2 yaitu konkordan dan diskordan.

Diskordan : Memotong
perlapisan

Konkordan : sejajar
perlapisan

Batuan beku Intrusif

Operation Training & Development - 24 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 2. Basic Mining Knowledge

Posisi batuan beku di dalam bumi (batuan beku intrusive)

Penggolongan batuan berdasarkan sifat kimia dan tempat terbentuknya


Tulisan warna merah : Nama batuan
Sifat Kimia
GRANITIS ANDESITIS BASALTIS ULTRAMAFIS
Jenis Batuan

Intrusive Granite Diorite Gabro


Peridotite
Extrusive Rhyolite Andesite Basalt

Kuarsa
Komposisi Mineral K-Feldspar
Amphibole Ca-
Olivine
Plagioclase Plagioclase
Utama Na- Pyroxene
Biotite Pyroxene
Plagioclase

Muscovite Ca-
Olivine
Mineral Sedikit Biotite Pyroxene
Amphibole
Plagioclase
Amphibole (Anorthite)

Operation Training & Development - 25 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 2. Basic Mining Knowledge

Beberapa nama batuan beku

Rhyolite Granite

Dacite Granodiorite

Andesite Diorite

Basalt Gabro

Operation Training & Development - 26 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 2. Basic Mining Knowledge

2. Batuan Sedimen
Batuan sedimen merupakan batuan yang terbentuk dari proses sedimentasi
material atau partikel yang terangkut oleh media air atau angin. Material yang
tersedimentasi ini mengalami proses pengerasan.

Ciri ciri Batuan Sedimen


1. Biasanya berbutir dengan ukuran tertentu
2. Berlapis
3. Memiliki kedudukan perlapisan (Strike / Dip)
4. Kadang mengandung fosil

Strike / Dip adalah kedudukan perlapisan batuan sedimen, di peta Geologi ditandai
dengan simbol di bawah :
Arah strike Strike : Arah penyebaran/pelurusan lapisan
25º
batuan

Dip : Arah kemiringan batuan


Arah & besar dip
Strike tegak lurus terhadap Dip

Jika arah atas adalah arah utara maka makna simbol di atas : Arah strike batuan
adalah utara dan dip mengarah ke timur dengan besar kemiringan batuan 25 derajad.

Dalam penambangan batubara arah strike/dip ini sangat menentukan design


tambang, di mana letak posisi low wall dan di mana posisi high wall, begitu pula arah
penambangan.
Batubara merupakan bagian dari batuan sedimen, umumnya berasosiasi dengan
batupasir, batulempung atau batulanau

Ciri fisik batuan sedimen

Berlapis Silang siur

Operation Training & Development - 27 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 2. Basic Mining Knowledge

Klastik / berbutir Mengandung fosil

Berdasarkan ukuran butirnya batuan sedimen dibagi menjadi :


1. Batu lempung ukuran butir <1/256 mm
2. Batulanau ukuran butir 1/256 – 1/16 mm
3. Batupasir ukuran butir 1/16 – 2 mm
4. Konglomerat / Breksi ukuran butir > 2 mm

Beberapa contoh batuan sedimen

Batulempung

Batupasir

Breksi

Operation Training & Development - 28 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 2. Basic Mining Knowledge

3. Batuan Metamorf

Batuan yang terbentuk akibat perubahan batuan yang sudah ada yang diakibatkan
oleh pemanasan dan tekanan

Contoh : Marmer, Asbes dll

Contoh batuan metamorf

4. Batuan Vulkanik

Batuan yang terbentuk dari hasil aktivitas gunung api


Contoh : Batu Apung (Scoria), Tufa, Aglomerat dll

Erupsi gunung api

Batu apung hasil


erupsi Gunung Api

Operation Training & Development - 29 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 2. Basic Mining Knowledge

Tufa hasil erupsi Gunung


Api

Aliran lava dipermukaan


membeku jadi batuan beku
luar

2.1.5. Struktur Geologi


Struktur Geologi adalah bentuk Arsitektur batuan akibat deformasi (tektonik)
Struktur Geologi dapat di bagi menjadi 3 bagian :

1. Struktur Kekar (Joint)


Adalah struktur geologi berupa retakan pada batuan akibat deformasi/tektonik

Struktur kekar pada batuan

Operation Training & Development - 30 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 2. Basic Mining Knowledge

2. Struktur Lipatan (Fold)


Adalah struktur geologi berupa lipatan, dimana batuan berlapis (sedimen)
membentuk lipatan akibat deformasi/tektonik

Struktur lipatan antiklin

Struktur lipatan sinklin (kebalikan antiklin)

3. Struktur Sesar (Fault)


Adalah struktur geologi dimana batuan mengalami pergeseran baik
pergeseran secara horisontal maupun vertikal (naik atau turun)

Jenis sesar berdasarkan arah pergerakannya dibagi menjadi 4 bagian, yakni :


a. Sesar Naik : Sesar yang bergerak naik, dimana blok di atas bidang
sesar bergerak naik
b. Sesar Geser : Sesar yang bergerak secara horisontal
c. Sesar Turun : Sesar yang bergerak turun, dimana blok di atas bidang
sesar cenderung bergerak turun
d. Sesar “Oblique – Slip Fault : Sesar bergerak kombinasi naik dan geser

Operation Training & Development - 31 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 2. Basic Mining Knowledge

A. Sesar Naik b. Sesar Geser

d. Kombinasi Naik & Geser

c. Sesar Turun

Kenampakan lapangan jenis-jenis sesar

Sesar Naik

Sesar Geser

Sesar Turun

Operation Training & Development - 32 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 2. Basic Mining Knowledge

2.2. BISNIS PROSES OPERASI TAMBANG BATUBARA

Overburden removal

Coal Mining

Coal Crushing & Barging

Operation Training & Development - 33 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 2. Basic Mining Knowledge

2.3. MINE PLANNING (perencanaan tambang)

Mine Planning Stage


A. Geological Modeling
Tujuan dari geogical modeling :
1. Menentukan bentuk geometri cadangan
2. Menentukan penyebaran lapisan batubara dan lapisan penutupnya
3. Menentukan jumlah cadangan

Data bor dan posisi seam batubara Bentuk topografi sebelum ditambang

Penampang bawah tanah berdasarkan data bor

Operation Training & Development - 34 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 2. Basic Mining Knowledge

B. Mine Design
Tujuan dari Mine Design :
1. Menentukan batas-batas PIT, dengan mempertimbangkan SR, rekomendasi
geoteknik, hidrology, serta batasan-batasan tata guna lahan
2. Menentukan jumlah cadangan ekonomis
3. Membuat design jalan, disposal dan menentukan design akhir pasca
penambahan

DESIGN PARAMETER
- Economics S/R
- Slope stability design & safety
- Equipment application
- Good Mining Practice
- Lowest operating cost
- Drainage/ water managemnt

MINE DESIGN :
Pit Design, dibuat atas dasar optimalisasi
Cadangan ekonomis.
Road Design : dibuat dengan pertimbangan
Grade, lebar disesuaikan dengan aplikasi truck
Disposal design, dibuat atas dasar pertimba-
ngan jarak angkut, balance volume antar pit
dan disposal

C. Mine Sequence & Scheduling


Tujuan dari mine sequence & mine scheduling
1. Menentukan skedul produksi (periode tahunan, tiga bulanan, bulanan s/d
mingguan)
2. Menentukan urutan penggalian, pembuatan jalan, penimbunan disposal
dengan mengacu pada mine design
3. Membuat design situasi penambangan untuk periode-periode tersebut

Pembuatan data base reserve


 Areal pit dibagi dalam beberapa areal kecil atau disebut blok
 Dihitung dan dibuat data base reserve per blok per level
 Data ini digunakan untuk membuat mine sequence dan mine scheduling

Operation Training & Development - 35 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 2. Basic Mining Knowledge

Mine Sequencing
 Menentukan skedul produksi (periode tahunan, 3 bulanan, bulanan dan
mingguan
 Menentukan tahap-tahap penambangan, pembuatan jalan dan tahapan
penimbunan disposal
 Didevelop dari production schedule & block reserve database
Bentuk mine sequence ditentukan oleh :
 Target volume produksi, tonase dan SR.
 Jumlah alat, ukuran yg akan digunakan
 Target kualitas produksi

SEQ 1 SEQ 2

Operation Training & Development - 36 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 2. Basic Mining Knowledge

SEQ 1

SEQ 3 SEQ 4

STANDAR PARAMATER OPERATIONAL

Operation Training & Development - 37 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 2. Basic Mining Knowledge

2.4. SIFAT FISIK DAN JENIS MATERIAL


1. Pengembangan material
2. Berat material
3. Bentuk material
4. Kohesivitas Material
5. Kekerasan material
6. Daya dukung tanah

1. Pengembangan Material
Adalah perubahan berupa penambahan atau pengurangan volume material/tanah
yang diganggu dari bentuk aslinya. Dari faktor tersebut kondisi material dibagi dalam
tiga keadaan. Seperti pada gambar berikut ini :

a. Keadaan asli (Bank Condition)


Keadaan material yang masih alami dan belum menglami gangguan teknologi
dinamakan keadaan asli (bank). Dalam keadaan seperti ini, butiran-butiran yang
dikandungnya masih terkonsolidasi dengan baik. Satuan volume material dalam
kondisi asli disebut metr kubik dalam keadaan asli (Bank Cubic Meter atau BCM)

b. Keadaan gembur (Loose Condition)


Material yang telah digali dari tempat asalnya, akan mengalami perubahan volume,
yaitu mengembang. Hal ini disebabkan adanya penambahan rongga udara diantara
butiran-butiran tanah. Dengan demikian volume menjadi lebih besar. Satuan volume
material dalam kondisi gembur umumnya disebut meter kubik dalam keadaan
gembur (Loose Cubic Meter atau LCM).

c. Keadaan padat (Compact Condition)


Keadaan ini akan dialami oleh material yang mengalami proses pemadatan keadaan
ini akan dialami oleh material yang mengalami proses pemadatan (pemampatan).
Perubahan volume terjadi, karena adanya penyusutan rongga udara diantara partikel-
partikel material tersebut. Dengan demikian volumenya berkurang, sedangkan
beratnya tetap. Satuan volume material dalam kondisi padat disebut mater kubik
dalam keadaan padat (Compact Cubic Meter atau CCM).

Operation Training & Development - 38 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 2. Basic Mining Knowledge

Table Faktor perubahan volume material


Perubahan Kondisi Berikut
Kondisi Kondisi Kondisi Kondisi
Jenis Material
Awal Asli Gembur Padat
(Bank) (Loose) (Compact)
Sand (Bank) 1.00 1.11 0.95
Tanah berpasir (Loose) 0.90 1.00 0.86
(Compact) 1.05 1.17 1.00
Sand clay (Bank) 1.00 1.25 0.90
Tanah biasa (Loose) 0.80 1.00 0.72
(Compact) 1.11 1.39 1.00
Clay (Bank) 1.00 1.43 0.90
Tanah liat (Loose) 0.70 1.00 0.63
(Compact) 1.11 1.59 1.00
Gravelly soil (Bank) 1.00 1.18 1.08
Tanah berkerikil (Loose) 0.85 1.00 0.91
(Compact) 0.93 1.09 1.00
Gravel (Bank) 1.00 1.13 1.03
Kerikil (Loose) 0.88 1.00 0.91
(Compact) 0.97 1.10 1.00
Solid or Rugged gravels (Bank) 1.00 1.42 1.29
Kerikil besar & padat (Loose) 0.70 1.00 0.91
(Compact) 0.77 1.10 1.00
Broken limestone, sandstone & (Bank) 1.00 1.65 1.22
other soft rocks (Loose) 0.61 1.00 0.74
Pecahan batu kapur, batu pasir, (Compact) 0.82 1.35 1.00
cadas, lunas, sirtu
Broken granite, basalt & others (Bank) 1.00 1.70 1.31
hard rocks (Loose) 0.59 1.00 0.77
Pecahan granit, basalt, cadas (Compact) 0.76 1.30 1.00
keras
Broken rocks (Bank) 1.00 1.75 1.40
Pecahan cadas (Loose) 0.57 1.00 0.80
(Compact) 0.71 1.24 1.00
Blasted bulky rocks (Bank) 1.00 1.80 1.30
Ledakan batu cadas, kapur keras (Loose) 0.56 1.00 0.72
(Compact) 0.77 1.38 1.00

2. Berat Material
Adalah sifat yang dimiliki oleh setiap material. Kemampuan suatu alat berat untuk
melakukan pekerjaan seperti mendorong, mengangkat, mengangkut dan lain-lain,
akan dipengaruhi oleh berat material tersebut.
Seperti yang dialami oleh alat pada gambar 2, dibawah ini :

Pasir Besi Batubara

Operation Training & Development - 39 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 2. Basic Mining Knowledge

Waktu mengangkut tanah dengan berat 1,5 ton/m3, alat dapat bekerja dengan baik.
Tetapi pada saat mengangkut dengan berat 1,8 ton/m3, ternyata alat angkut
mengalami beban berat sehingga unit terlihat berat untuk menggelinding.

3. Bentuk Material
Bentuk akan berpengaruh terhadap banyak sedikitnya material tersebut dapat
menempati suatu ruangan tertentu. Mengingat material yang kondisi butirannya kecil,
kemungkinan besar isinya dapat sama (senilai) dengan volume ruangan yang
ditempatinya. Sedangkan material yang berbongkah-bongkah akan lebih kecil dari
nilai volume ruangan yang ditempatinya. Oleh karena itu, pada material jenis ini akan
berbentuk rongga-rongga udara yang memakan sebagian isi ruangan

Material butiran kecil Material bongkahan besar

4. Kohesivitas Material
Adalah daya lekat atau kemampuan saling mengikat diantara butir-butir material itu
sendiri.

Tanah Liat Pasir


Material kohesivitas tinggi akan mudah menggunung (Heaped). Volume material yang
menempati ruangan ini ada kemungkinan bisa melebihi volume ruangannya.
Umpamanya tanah liat. Sedangkan material dengan kohesivitas yang kurang baik,
misal pasir, apabila menempati suatu ruangan cendrung peres/rata (struck).

5. Kekerasan Material
Material yang keras akan lebih sukar dikoyak, digali atau dikupas oleh alat berat. Hal
ini akan menurunkan produktivitas alat tersebut. Material yang umumnya tergolong
keras adalah batu-batuan.

6. Daya Dukung Tanah


Kemampuan tanah untuk mendukung alat berat di atasnya. Apabila suatu alat berat
diatas tanah, maka alat berat tersebut akan memberikan “Ground pressure”
sedangkan perlawanan yang diberikan adalah “Daya dukung”. Jika ground pressure
alat lebih besar dari daya dukung tanah, maka alat berat tersebut akan terbenam /
amblas.

Operation Training & Development - 40 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 2. Basic Mining Knowledge

2.5. BASIC PRODUCTION & PRODUCTIVITY

Production (Produksi) adalah hasil produk yang diperoleh dalam kurun waktu
tertentu (bisa satu hari, satu minggu, satu bulan atau satu tahun), atau akumulasi
dari productivity dalam kurun waktu tertentu.
Satuan produksi adalah bcm, ton, jumlah dsb

Produksi = productivity x jam operasi

Contoh : Satu Unit Excavator bekerja 10 jam dengan rata-rata productivity 500 bcm /
jam.
Total Produksinya adalah : 500 bcm / jam X 10 jam = 5000 bcm

Faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian “produksi” adalah :

1. Mechanical Availability

Kesiapan alat untuk dioperasikan  Semakin tinggi kesiapan alat untuk


digunakan, maka kesempatan berproduksi semakin besar

AVAILABILITY (%) = (AVAILABLE HOURS x 100%) / SCHEDULE HOURS


AVAILABLE HOURS : Durasi waktu alat siap untuk
dioperasikan (dinyatakan dalam jam)

SCHEDULE HOURS : Durasi waktu alat dijadwalkan untuk


kerja (dinyatakan dalam jam)

2. Use of availability

Penggunaan alat dalam satu kurun waktu tertentu  Semakin tinggi durasi waktu
digunakan beroperasi (alat produksi), maka peluang produksi besar

UOA (%) = (OPERATING HOURS x 100%) / AVAILABLE HOURS

OPERATING HOURS : Durasi waktu alat dioperasikan


(dinyatakan dalam jam)
AVAILABLE HOURS : Durasi waktu alat siap untuk
dioperasikan (dinyatakan
dalam jam)

Operation Training & Development - 41 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 2. Basic Mining Knowledge

3. Productivity

Kemampuan alat berproduksi per satuan waktu (per jam)


Satuan productivity adalah bcm/jam, ton/jam dsb  Semakin tinggi productivity
semakin besar produksi

MA tinggi, UoA tinggi, Productivity tinggi = Produksi tinggi

Faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian productivity alat muat adalah :

 Cycle time alat muat  dipengaruhi oleh faktor : Manusia, mesin, metode dan
material
 Kapasitas bucket
 Bucket fill faktor
 Efisiensi kerja
 Swell Faktor
 Matching Fleet antara Excavator dan OHT
Faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian productivity alat angkut adalah :

Cycle time alat angkut  dipengaruhi oleh faktor : Manusia, mesin, metode,
material, jarak dan kondisi jalan
 Kapasitas vessel (truck faktor)
 Efisiensi kerja
 Swell faktor
Pencapaian productivity Fleet harus didukung oleh : Loading point yang lebar, rata
dan padat, tinggi bench yang sesuai, matching fleet antara alat loading dan alat
angkut, dan kepengawasan oleh mine leader..

Cycle time adalah waktu edar / siklus pekerjaan, secara garis besar dipengaruhi oleh
Man (manusia), machine, metode dan material.

Cycle time alat loading

Ct = Dt + Stl + Bdt + Ste

Dt : Digging time (dtk)


Stl : Swing-time loaded (dtk)
Bdt : Bucket-Dump Time (dtk)
Ste : Swing-time empty (dtk)

Operation Training & Development - 42 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 2. Basic Mining Knowledge

Formula perhitungan productivity alat muat

q x 3600 x k x E
Formula Q = ---------------------- x SF
CT

Q : Productivity Alat Muat bcm/jam


q : Kapasitas Bucket (m3)
k : Bucket Fill Faktor
E : Efisiensi Kerja
CT : Cycle Time (dtk)
SF : Swell Faktor

Contoh :
Hitung productivity Excavator Liebherr 9250, dengan cycle time loading 28 detik, blasting
bagus dengan bucket faktor 0.75, skill operator bagus, metode loading 1.5 side loading,
loading point lebar, tinggi jenjang sesuai, swell faktor 0.86

Dik : Kapasitas bucket (q) = 15 m3


Cycle time Exc (CT) = 28 dtk
Bucket fill faktor (k) = 0.75  blasting bagus
Efisiensi kerja exc (E) = 0.80  Average
Swell faktor (SF) = 0.86

q x 3600 x k x E
Productivity Exc (Q) = ----------------------------- x SF
CT

15 lcm x 3600 x 0.75 x 0.80


= ------------------------------------- x 0.86
28 dtk

= 995 bcm/jam

Bucket Faktor berdasarkan Spesification of Caterpillar Hand Book :

Material Bucket Faktor


Moist loand or Sand Clay. 1.00 - 1.10
Common Soil 0.90 - 1.00
Sand and Gravel 0.85 - 0.95
Hard, Tough Clay 0.80 - 0.90
Rock- Well Blasted 0.60 - 0.75
Rock-Poorly Blasted 0.40 - 0.50

Operation Training & Development - 43 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 2. Basic Mining Knowledge

Efisiensi Kerja Operator

Operating Condition Job efficiency

Good 0.83
Average 0.80
Rather poor 0.75
Poor 0.70

Cycle time alat angkut

A. Waktu muat
B. Waktu berjalan muatan
C. Waktu dumping
D. Waktu berjalan kosongan
E. Waktu tunggu

A + B + C + D + E : Cycle time alat angkut

Formula perhitungan productivity alat angkut


P : Productivity alat angkut (bcm/jam)
60 C : Kapasitas vessel
P = C x ---------- x Et Et : Effisiensi kerja truck
Cmt Cmt : Cycle time truck

Contoh :
Hitung productivity OHT 777, dengan cycle time 9.5 menit, attitude operator baik, skill
bagus, jalan landai, lebar dan rata/tidak bergelombang

Dik : Kapasitas vessel (C) = 42 m3  36 bcm


Cycle time OHT (CT) = 9.5 menit
Efisiensi kerja OHT (Et) = 0.83  good

Operation Training & Development - 44 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 2. Basic Mining Knowledge

60
Productivity OHT (P) = C ---------- x Et
CT

60
= 36 bcm ------------- x 0.83
9.5 menit

= 189 bcm/jam

Untuk perhitungan jumlah dump truk : M : Jumlah Truck


n : Jumlah pengisian (pass)
Cycle time Dt Cmt Cms : Cycle time loader (dtk)
M = ---------------------- = ------------------- Cmt : Cycle time truck (min)
Loading time (Cms x n) + ST ST : Spotting time (wkt manuver truck)

Contoh :
Hasil pengukuran cycle time truck rata-rata adalah 9.5 menit, rata-rata cycle time Exc per
pas adalah 28 detik, untuk memenuhi 1 vessel dibutuhkan 4 pas, waktu manuver OHT 10
detik. Hitung truck yang dibutuhkan

Dik : Cycle time OHT (Cmt) = 9.5 menit


Cycle time rata-rata Exc / pas (Cms) = 28 dtk
Jumlah pass (n) = 4 pass
Waktu manuver = 10 dtk
Waktu loading = 28 detik x 4 pass + Waktu manuver
= 112 detik + 10 dtk

= 122 detik = 2.03 menit

Cmt
Jumlah truck yang dibutuhkan (M) = -------------------
Waktu loading

9.5 menit
= ----------------  4.70 = 5 truck
2.03 menit

Atau
M : Jumlah truck
Pe Pe : Prod excavator
Pd : Prod dump truck
M = -------------
Pd
Contoh :
Dari hasil perhitungan productivity Excavator di atas didapatkan hasil 995 bcm / jam,
sedangkan pproductivity OHT didapatkan hasil 189 bcm / jam. Berapa truck yang
dibutuhkan?

Operation Training & Development - 45 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 2. Basic Mining Knowledge

Dik : Productivity Exc = 995 bcm / jam


Productivity OHT = 189 bcm / jam

Pe
Jumlah truck yang dibutuhkan (M) = -------------------
Pd

995 bcm /jam


= --------------------  5 truck
189 bcm / jam

Match Factor (MF)

jumlah DT x Wkt Loading


MF = ---------------------------------------- = 1
jumlah loader x cycle time DT

MF > 1 == > Antri


MF < 1 == > Gantung

Contoh :

Jumlah truck yang digunakan 5, dengan waktu loading 2.03 menit sedangkan cycle
time truck rata-rata 9.5 menit. Hitung nilai Match Faktor.

Dik : Jumlah truck = 5 unit


Waktu loading = 2.03 menit
Cycle time truck = 9.5 menit

Jumlah truck X Waktu loading


Match faktor (MF) = ----------------------------------------
Jumlah loader X Cycle time Truck

5 unit X 2.03 menit


= -------------------------- = 1.06  sedikit antri
1 unit X 9.5 menit

Operation Training & Development - 46 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 2. Basic Mining Knowledge

2.6. BASIC FINANCIAL KNOWLEDGE


A. Keuntungan / Profit
Tujuan dari segala aktifitas perusahaan adalah memperoleh “KEUNTUNGAN/PROFIT”.
KEUNTUNGAN atau PROFIT adalah merupakan nilai keuntungan atau sejumlah uang
yang diperoleh setelah memberikan barang atau jasa kepada penerima barang atau
jasa setelah dikurangi biaya yang dikeluarkan
Profit (Keuntungan) = Revenue (Pendapatan) – Cost (Biaya)

B. Pendapatan / Revenue
PENDAPATAN atau REVENUE adalah sejumlah uang yang diperoleh perusahaan
selama periode tertentu dari hasil penjualan barang atau jasa. Istilah lainnya adalah
omset / sales.

Besarnya revenue ini adalah sebagai hasil perkalian dari harga barang atau jasa
dengan kuantitas/jumlah yang dihasilkan

Revenue = Harga (Rate) x Jumlah (produksi)

Contoh 1 :
Project A bulan Februari 2017 menghasilkan Produksi OB 1.000.000 bcm (hasil joint
survey)
Harga / Rate per bcm sesuai kontrak dengan client adalah $ 2.

Jumlah revenue/pendapatan project A bulan Februari 2017 adalah :

Revenue = Harga x Jumlah Produksi


= $ 2 x 1.000.000 bcm
= $ 2.000.000

Contoh 2 :
Si Boy penjual asongan menjual aqua botol di tempat rekreasi.
Harga aqua per botol adalah Rp 5.000
Jumlah yang laku hari ini adalah 100 botol

Pendapatan si Boy hari ini adalah = Rp 5000 x 100 botol


= Rp 500.000

Operation Training & Development - 47 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 2. Basic Mining Knowledge

Beberapa sumber Pendapatan / Revenue PT. Cipta Kridatama

1. Mining Revenue
- Overburden
- Coal Getting
- Coal Hauling
- Road Maintenance
- Road Construction
- Reklamasi

2. Rental Revenue / General Rental / Mining Rental

C. Biaya / Cost

BIAYA atau COST adalah sejumlah uang yang harus dikeluarkan atas barang atau
jasa atau sejumlah uang yang dikeluarkan untuk menciptakan atau memproduksi
barang atau jasa.

Klasifikasi cost:
 Direct Cost / Biaya langsung / Cost of Sales
Adalah biaya yang terkait langsung dengan proses produksi

 Indirect Cost / Biaya Tidak Langsung


Merupakan biaya yang tidak secara langsung berhubungan dengan proses
produksi akan tetapi perlu untuk dikeluarkan guna menunjang proses
Produksi

DIRECT COST

1. Fixed Cost
Merupakan biaya yang selalu dikeluarkan dengan nilai yang tetap atau tidak
tergantung dari quantity produksi yang dihasilkan.

Contoh :
- Direct Labour Cost  Biaya salary operator
- Rent Expenses  Biaya sewa unit atau alat berat untuk menunjang
produksi
- Insurance Expense
- Health, safety, security and community development
- Project Overhead Expenses
- Interest Expense
- Delivery Expenses

2. Variabel Cost
Merupakan biaya yang nilainya tergantung dari quantity produksi yang dihasilkan
Contoh :
- Fuel Cost  Biaya penggunaan bahan bakar
- Depresiasi Mine Equipment  Biaya penyusutan alat berat
- Repair & Maintenance Cost  Biaya perawatan dan perbaikan alat berat
• Overhaul Cost & Schedule Maintenance Cost
• Tyre Cost
• Undercarriage & Wear Cost

Operation Training & Development - 48 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 2. Basic Mining Knowledge

• Oil & Grease


• GET
- Subcontractor  Biaya yang dikeluarkan kepada subcontractor yang
telah memberikan jasa sesuai scope of work dari client
- Drilling & Blasting Cost

Contoh perhitungan variabel cost :

Depresiasi Cost

Depresiasi Mine Equipment  Biaya penyusutan alat berat


Contoh (Excavator) :
Harga Beli $ 2,700,000
Harga Jual Kembali $ 400,000
Nilai penyusutannya adalah $ 2,300,000
Life time unit 44,000 Jam
Maka Depresiation Costnya adalah $ 52/Jam
Jika sebulan digunakan 450 jam
Maka Depresiation Costnya adalah $ 23,523/Month

Contoh (OHT) :
Harga Beli $ 950,000
Harga Jual Kembali $ 150,000
Maka nilai penyusutannya adalah $ 800,000
Life time unit 44,000 Jam
Maka Depresiation Costnya adalah $ 18/Jam
Jika sebulan digunakan 450 jam
Maka Depresiation Costnya adalah $ 8,182/Month

Fuel & Maintenance Cost


Contoh (Excavator) :
Konsumsi Bahan Bakar 145 liter/jam
Bila harga bahan bakar $ 1.00 /liter
Maka Fuel Costnya adalah $ 145/hr
Dan Biaya Perawatan dan Perbaikan $ 126 /hr
Maka Maintenance Costnya adalah $ 126 /hr
Jika sebulan digunakan 450 jam
Maka Fuel Costnya adalah $ 65,250/month, Dan Maintenance Costnya adalah
$ 56,700/month

Contoh (OHT) :
Konsumsi Bahan Bakar 60 liter/jam
Bila harga bahan bakar $ 1.00 /liter
Maka Fuel Costnya adalah $ 60/hr
Dan Biaya Perawatan dan Perbaikan $ 45 /hr
Maka Maintenance Costnya adalah $ 45 /hr
Jika sebulan digunakan 450 jam
Maka Fuel Costnya adalah $ 27,000/month, Dan
Maintenance Costnya adalah $ 20,250/month

Operation Training & Development - 49 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 2. Basic Mining Knowledge

INDIRECT COST

1. Gaji management dan karyawan head office


2. Sewa kantor head Office
3. Depresiasi bangunan dan alat-alat kantor lainnya
4. Overhead

Contoh soal menghitung Profit, Revenue dan Cost :

Pak Untung memulai bisnis rental excavator dengan rincian sebagai berikut :
Pembelian Excavator $ 120.000,- untuk 5 tahun pemakaian (24.000jam)
Bahan bakar 19 ltr/jam (1 ltr =$ 1.06)
Perbaikan & perawatan alat (spare part, oli, grease dll) $ 8/jam
Gaji Operator $ 0.8/jam
Excavator tersebut akan direntalkan seharga $ 35/jam selama 400 jam perbulan
Hitung cost, revenue dan profit Pak Untung per bulan.

1. Revenue/bulan
$ 35/jam x 400 jam = $ 14.000,-
2. Cost/bulan
Penyusutan Excavator ($ 120.000,- / 24.000 jam x 400jam) =$ 2.000,-
Bahan bakar (19 ltr/jam x $1.06 x 400 jam ) =$ 8.056,-
P&P ($ 8 x 400jam) =$ 3.200,-
Gaji Operator ($ 0.8 x 400 jam) =$ 320,-
Total cost/bulan =$ 13.576,-
3. Profit/bulan

Revenue/bulan – Cost/bulan = $ 14.000, - $13.576, = $ 424,-

Persen keuntungan terhadap pendapatan :

$ 424
--------------- = 3% (keuntungan kecil)
$ 14.000

Operation Training & Development - 50 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 2. Basic Mining Knowledge

2.7. MINING TERMINOLOGY

1. Bund Wall : Tanggul Pengaman.


2. Request Level (RL) : Ketinggian/level/elevasi yang diminta sesuai
3. Disposal : Tempat pembuangan / penumpukan material tak
”dipakai “ (OB, Sub Soil, Dll).
4. Waste Dump : Nama lain disposal.
5. Waste : Material-material yang tidak “dipakai”.
6. Top Soil : Tanah pucuk yang mengandung “hara” (bahan yang
menyuburkan tanah)
7. Sub Soil : Tanah di bawah lapisan Top Soil tetapi diatas OB.
8. Stripping Ratio (SR) : Perbandingan jumlah volume batuan (OB, waste) digali
untuk yang harus dibongkar untuk mendapatkan
mendapatkan sejumlah (ton) mineral/bahan tambang
(Coal – Ore). SR = 1 : 5 artinya untuk mendapatkan
batubara 1 ton harus digali 5 BCM OB.
9. End Wall : Dinding atau batas akhir dari penambangan. Biasa
Terdapat diujung daerah penambangan (melintang
strike).
10. Settling Pond : Kolam Pengendapan.
11. Mud Pond : Kolam Penampungan lumpur.
12. ROM (Stock Pile) : Run Off Mine, Raw Off Mine
13. Fleet : Sekumpulan Armada Produksi. Biasanya terdiri dari
Excavator, Truck & alat pendukungnya : DZ, GD dll.
14. Match Factor : Angka yang menunjukkan hasil perbandingan antara
kemampuan alat muat dengan alat angkut yang dilayani.
Match = seimbang jika nilainya 1 (satu).
15. Idle : Waktu hilang karena sebab yang tidak dapat
dikontrol manusia, seperti : Hujan, Kabut, dll.
16. Delay : Waktu hilang yang dapat dikontrol / dibatasi oleh
tindakan manusia, seperti : Rest Time, Refueling,
Move karena blasting.

17. Slippery : Wet condition, Waktu yang hilang setelah hujan sampai
dengan kering dan dapat beroperasi kembali.

18. Rain : Waktu selama hujan berlangsung.

19. BCM : Bank Cubic Meter : volume insitu (di tempat).

Operation Training & Development - 51 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 2. Basic Mining Knowledge

20. LCM : Loose Cubic Meter : Volume terurai / gembur.

21. AMD : Acid Mine Drainage, Pengaliran air asam tam


(Pengaturan aliran air).

22. Cross Fall : Bentuk normal kemiringan jalan (cross section) satu
atau dua arah.

24. Grade : Kemiringan jalan (%), misalnya 4 %.

25. Grade : Kandungan / kadar mineral berharga dalam bijih


(Ore seperti Emas, grade dengan satuan 4 gr/ ton).
26. Contour : Garis menghubungkan titik-titik yang sama
ketinggiannya.
27. Coal Expose : Coal yang sudah terbuka / dibuang OB nya.
28. Coal Inventory : Coal yang ada / masih ada dalam tambang dan siap
diangkut keluar tambang (ke ROM).
29. Contamination : Tercampurnya coal dengan material lain dari luar :
OB, scorea, besi dll
30. Dilution : Tercampurnya Ore (Emas) dengan material lain dari
luar (waste, dll).
31. Roof : Lapisan bagian paling atas batu bara (coal)
32. Floor : Lapisan bagian paling bawah dari batu bara (coal)
33. Out Crop : Singkapan batu bara / ujung atas batu bara yang
terlihat langsung tanpa ada tanah (material) penutup
34. Log stock pilling : Area penumpukan kayu batangan / gelondongan (log)
35. Grubbing : Pengumpulan tumbuhan semak / per
36. Cut & Fill : Galian / potong dan timbun
37. Sub Grade : Konstruksi badan jalan dari tanah yang telah
memenuhi persyaratan kepadatan tertentu
38. High wall : Dinding tambang pada sisi kemiringan batu bara
terdalam yang terdiri dari slope dan bench

Operation Training & Development - 52 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 2. Basic Mining Knowledge

39. Low wall : Dinding tambang pada sisi terdangkal / singkapan


batubara
40. Road drainage : Drainasi atau pengaliran air dari sisi kiri dan kanan
Jalan
41. Culvert : Gorong-gorong untuk pengaliran air paritan, creek
atau sungai kecil, biasanya terbuat dari plat baja
beton bertulang
42. Road pavement : Lapis pengerasan jalan, ini bisa terjadi dari agregate
(batua base/sub base coarse, coarse, surface), aspal
atau beton
43. Water spraying : Penyiraman jalan, biasa dilakukan untuk mengurangi
debu atau menjaga kelembaban jalan tertentu
44. General work : Pekerjaan yang sifatnya umum untuk mensupport
pekerjaan tambang misalnya : drainasi, sloping,
cleaning, dll)
45. Road maintenance : Perawatan jalan yang meliputi : grading,
compacting, water spraying, bund wall, re-seating
material surface, perawatan dll
46. Free face : Bidang bebas/batas antara material asli dan material
yang sudah diambil (bisa coal atau OB)
47. Crest : Sisi atas / kepala slope
48. Toe : Sisi bawah / kaki slope
49. Overall slope : Kemiringan total dari beberapa slope yaitu dari crest
tertinggi sampai toe yang paling terdalam
50. Super elevasi : Kemiringan badan jalan dari kiri kanan atau
sebaliknya pada tikungan
sampai ke sisi terluar jalan
51. Batter slope : Kemiringan individual slope (kemiringan antara crest
dan toe dalam satu slope di daerah galian /
timbunan)
52. Cycle time : Waktu edar untuk suatu aktivitas tertentu satu alat
53. Loading point : Lokasi tempat pemuatan material (OB / Batubara)
54. Bench Height : Tinggi jenjang loading diukur dari landasan truck ke
landasan excavator
55. Safety Berm : Tanggul pengaman (min ½ X tinggi ban truck
Terbesar
56. Bucket fill factor : Faktor pengisian bucket
57. Swell Factor : Faktor penggemburan material (dari BCM ke LCM)
58. Target payload : Kapasitas standar (target) muatan Truck
59. Density : Berat jenis material ton / m3
60. Swing Angle : Sudut swing excavator
61. Digging Depth : Kedalaman penggalian excavator
62. Bottom Loading : Posisi loading Excavator di atas dan Truck di bawah

Operation Training & Development - 53 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 2. Basic Mining Knowledge

63. Top Loading : Posisi loading excavator satu level dengan truck
64. Side Loading : Saat loading posisi truck menyamping
65. Back Loading : Saat loading posisi truck membelakang
66. Double Bench Loading : Excavator mengambil material dari tebing di atas dan
pada pijakannya dan memuat ke truck di bawahnya
67. Sprocket : Roda gigi penggerak track chain
68. Front idler : Roda putar besar bagian depan track
69. Final Drive : Komponen penggerak akhir
70. Track Shoe : Landasan penggerak
71. Track Chain : Rantai penggerak
72. Upper Roller : Roll penyanggah rantai penggerak
73. Track Roller : Roll penahan bagian bawah rantai penggerak
74. Under Carriage : Bagian roda besi bawah kerangka bagian bawah
excavator
75. Travel Motor : Motor pemutar upper structure
76. Jack Swing : Memutar excavator dengan cara bucket menekan ke
tanah.
77. Overburden / OB : Lapisan tanah/batuan penutup batubara
78. Interburden : lapisan tanah/batuan yang berada di antara batubara
79. Digging Time : Waktu pengambilan material oleh excavator
80. Loading Time : Waktu yang digunakan untuk memenuhi vessel truck
ditambah waktu manuver truck
81. Swing Time : Waktu excavator mengayunkan stick dari tempat
menggali ke atas vessel atau sebaliknya
82. Dumping Time (Exc) : Waktu excavator menumpahkan material ke vessel
truck
83. Travel Time Loaded : Waktu perjalanan truck bermuatan ke disposal
84. Dumping Time (Truck) :Waktu OHT dumping di disposal
85. Travel Time Empty : Waktu perjalanan truck kosong dari dumpingan
kembali ke front
86. Stop Empty : Saat truck kosongan berhenti, kondisi engine
Hidup, transmisi netral.
87. Hauling Distance : Jarak jalan angkut dari front ke disposal
88. Main Road : jalan utama
89. Road Construction : Pembuatan Jalan
90. Down Hill : Jalan menurun
91. Up Hill : jalan menanjak
92. Gear Shifting : Perpindahan gigi
93. Down Shift : Penurunan gigi transmisi
94. Up Shift : penambahan tingkat gigi transmisi
95. Rolling Resistance : Tahanan/hambatan pada roda yg menggelinding
96. Constant Grade : Tanjakan yang konstan
97. Bumpy : Jalan yang bergelombang
98. Bottle Neck : Penyempitan jalan.

Operation Training & Development - 54 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 2. Basic Mining Knowledge

99. Blind Spot : Pandangan yang terhalang pada tikungan atau


tanjakan, atau jangkauan pandangan operator saat
operasi
100. Spreading : Menghampar material dengan alat berat
101. Ditching : Pembuatan bentuk saluran air dengan menggunakan
alat berat Dozer atau Grader
102. Ripping : Membongkar material dengan membajak memakai
alat berat
103. Slot Dozing : Buldozer menggusur di dalam alur
104. Towing : Menarik unit dengan menggunakan unit lain
105. Cut & Fill : Pekerjaan menggali dan menimbun
106. Boundary : Batas wilayah area penambangan
107. Spotter : Petugas yang mengarahkan truck saat membuang
Material
108. Lighting Tower : Menara lampu untuk penerangan
109. Median Jalan : Pemisah jalur jalan
110. Barging : Pengapalan batubara
111. Drilling Machine : Mesin Bor untuk pengeboran lubang ledak
112. ANFO : Amonium Nitrat Fuel Oil (Bahan peledak)
113. Detonator : Bahan pemicu peledakan
114. Miss Fire : Bahan peledak yang tidak meledak saat peledakan

Gambar yang menunjukkan posisi Bench, Crest, Slope dan Toe

Operation Training & Development - 55 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 2. Basic Mining Knowledge

High Wall VS Low Wall

Low Wall

High Wall

Coal

Operation Training & Development - 56 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

3.1. PENGENALAN PRODUK ALAT BERAT & APLIKASINYA


3.1.1. Buldozer
Fungsi : Dozing, Stripping, Leveling, Land Clearing, Slopping, Ripping, Skidding

Komponen utama buldozer secara umum

1. Blade 14. Track Link


2. Grill Radiator 15. Track Shoe
3. Blade Lift Cylinder 16. Push Arm
4. Mufler / kenalpot 17. Blade Tilt Brace
5. Pre Cleaner 18. Cutting Edge
6. Engine Kompartement 19. End Bit
7. Kabin Operator 20. Shank Ripper
8. ROPS 21. Shank Protector
9. Tangki Solar 22. Tip Ripper
10. Idler Belakang 23. Pin Lock Ripper Cylinder
11. Final drive 24. Drawbar Pull / Ripper Frame
12. Sprocket 25. Ripper Lift Cylinder
13. Track Roller witch Bogie 26. Ripper Shank IN/OUT Cylinder

Spesifikasi Buldozer
MODEL D7G D8R D9R D10R

Isi blade 5,89 m3 7SU 8,68 m3 8SU 13,5 m3 9SU 18,5 m3 10SU
8,34 m3 7U 11,7 m3 8U 16,4 m3 9U 22 m3 10U
Isi tangki BB 435 liter 628 liter 818 liter 1609 liter

Luas penampang 3,16 m2 3,57 m2 4,24 m2 4,47 m2


track di tanah

Ground pressure 0,72 kg/cm2 0,92 kg/cm2 1,14 kg/cm2 1,38 kg/cm2

Operation Training & Development - 57 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

A. Dozer CAT D7G

Merek : Caterpillar
Model : D7G
Engine : Caterpillar 3306 T
Tenaga : 202 HP
Berat operasi : 20.094 kg (7S blade)
19.640 kg (7A blade)
Kapasitas blade : 5,89 m3 (7S blade)
8.34 m3 (7U blade)

B. Dozer CAT D 8 R

Merek : Caterpillar
Model : D8R
Engine : Caterpillar 3406 E
Tenaga : 310 HP
Berat operasi : 37.576 kg (standar)
33.725 (LGP)
Kapasitas blade : 8,68 m3 (8 SU blade)
11,7 m3 (8 U blade)
8,5 m3 (8 SU LGP)

Operation Training & Development - 58 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

C. Dozer CAT D 9 R

Merek : Caterpillar
Model : D9R
Engine : Caterpillar 3408 HEUI
Tenaga : 410 HP
Berat operasi : 48.784 kg (standar)
Kapasitas blade : 13,5 m3 (9 SU blade)
16,4 m3 (9 U blade)

D. Dozer CAT D 10 R

Merek : caterpillar
Model : D 10 R
Engine : Caterpillar C 27 ACERT
Tenaga : 580 HP
Berat operasi : 66.001 kg
Kapasitas blade : 18,5 m3 (10 SU blade)
22 m3 (10 U blade)

Operation Training & Development - 59 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

A = D11, B = D10, C = D9, D = D8, E = D7, F/G = D6

Dari grafik terlihat, dozing ke arah menurun menghasilkan produksi yg


lebih besar dan ke arah sebaliknya menghasilkan produksi yang kecil

Operation Training & Development - 60 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

Kemampuan ripping dozer berdasarkan jenis material

Warna hijau menandakan mudah diripping oleh D10, warna kuning sulit diripping oleh D10 dan
warna merah tidak bisa diripping oleh D10

Dari grafik terlihat, semakin tinggi nilai velocity batuan


(keras), semakin kecil productivity ripping

Operation Training & Development - 61 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

3.1.2. Hydraulic Excavator


Fungsi : Loading, General, Trenching, Hammering, Lifting

Komponen utama Hydraulic Excavator

1. Bucket Cylinder 11. Final Drive


2. Arm / Stick 12. Sprocket / Track Link
3. Arm / Stick Cylinder 13. Lower / Track Roller
4. Boom 14. Track Frame
5. Boom Cylinder 15. Upper / Carrier Roller
6. Kabin Operator 16. Front Idler
7. Engine Compartement 17. Side Cutting
8. Counterweight 18. Teeth bucket
9. Track Shoe 19. Bucket
10. Travel Motor 20. H link

A. Small Excavator (CAT 320 D, 336D, 349D)

Pengenalan produk dan spesifikasi


320D 336D 349D
Engine Model ACERT™( Advanced
Cat® C7.1 Cat® C9 C13
Combustion Emissions Reduction
ACERT™ ACERT™ ACERT™
Technology )
Net Flywheel Power 148 hp 268 hp 380 hp
RPM Engine 1800 1800 1800
Berat Siap Operasi 20 330 kg 36 498 kg 44 856
Kecepatan Travel Low 3.5 km/h 3.5 km/h 3.5 km/h
Kecepatan Travel Hight 5.5 km/h 5 km/h 4.7 km/h
Kecepatan Swing 11.5 rpm 10 rpm 8.7 rpm
Kapasitas Bucket 0.8-1.5 m³ 1.1-2.4m³ 2.0-3.6 m³
Jumlah Track Shoe per sisi 45 49 52
Jumlah Track Rollers per sisi 7 7 9
Jumlah Carrier Rollers per sisi 2 2 2

Operation Training & Development - 62 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

Dimensi/ukuran
320D 336D 349D
1 Tinggi Mobilisasi (Arm di lipat) 3280 mm 3580 mm 3990 mm
2 Panjang Mobilisasi (Arm di lipat) 9050 mm 10910 mm 11550 mm
Radius Swing dari
3 2750 mm 3500 mm 3770 mm
counterweight
Panjang dari tegah idler ke
tengah final drive
4
- Standart 3265 mm 4040 mm 4030 mm
- Long / Panjang 3650 mm 4340 mm
Panjang Track keseluruhan
5 - Standart 4075 mm 5020 mm 5040 mm
- Long / Panjang 4455 mm 5370 mm
6 Jarak terendah ke tanah 450 mm 450 mm 510 mm
Lebar antar titik tengah track
7 - Standart 2200 mm 2590 mm 2740 mm
- Long / Panjang 2380 mm
Lebar Track keseluruhan
8 2800 mm 3390 mm 3340 mm
- Standart
9 Tinggi Kabin 2950 mm 3140 mm 3210 mm
10 Tinggi Counterweight dengan
1020 mm 1220 mm 1320 mm
tanah

Working ranges ( Jangkauan Kerja )


 320 D ( Boom 5.68 m, Stick R3.9B1 m, Bucket 1.0 m3 )
 336 D ( Reach Boom 6.5 m, R3.2DB, Bucket GP 1.19 m3 )

Operation Training & Development - 63 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

Jangkauan kerja Excavator 320D & 336D 320D 336D


1 Kedalaman Maximum Galian 7660 mm 8185 mm
Jangkauan Maximum di tanah (dihitung dari
2 10760 mm 11007 mm
center joint )
3 Ketinggian maksimum jangkauan / pemotongan 9940 mm 10272 mm
4 Tinggi Loading Maksimum 6940 mm 7108 mm
5 Tinggi Loading Minimum 1230 mm 2611 mm
6 Maximum kedalaman pemotongan 7270 mm 7326 mm
7 Kedalaman Maksimum Vertikal Dinding Menggali 6970 mm 6131 mm

 349D (Mass Excavation (ME) Boom 6550 mm, 2500 mm, 2.4 m3 )

Operation Training & Development - 64 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

Jangkauan kerja Excavator 349D

1 Kedalaman Maximum Galian 6720 mm


2 Jangkauan Maximum di tanah (dihitung dari center joint ) 10710 mm
3 Tinggi Loading Maksimum 6620 mm
4 Tinggi Loading Minimum 3160 mm
5 Maximum kedalaman pemotongan 6550 mm
6 Kedalaman Maksimum Vertikal Dinding Menggali 4920 mm

B. Medium Excavator (CAT 390D L)

Merek : Caterpillar
Model : 390 D L
Engine : Cat® C18 ACERT™ (ATAAC)
Tenaga : 523 HP (net)
Berat operasi : 86.190 kg (long uncarriage)
Isi bucket : 4,6 - 6,0 m3

Operation Training & Development - 65 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

Dimensi / ukuran (Mass boom, Stick 3,4 m, bucket 6 m3)

Dimensi/ukuran Excavator CAT 390D L


1 Tinggi Mobilisasi (Arm di lipat) 5310 mm
2 Panjang Mobilisasi (Arm di lipat) 13560 mm
3 Radius Swing dari counterweight 4680 mm
4 Panjang dari tegah idler ke tengah final drive 5120 mm

Working Ranges (jangkauan kerja)

Operation Training & Development - 66 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

Jangkauan kerja Excavator 390D L


1 Kedalaman Maximum Galian 7650 mm
Jangkauan Maximum di tanah (dihitung dari
2 12690 mm
center joint )
3 Ketinggian maksimum loading 8200 mm
4 Tinggi minimum loading 3200 mm
Maksimum kedalaman pemotongan (hingga level
5 7520 mm
bawah)
6 Maximum tinggi dinding galian (bench) 5100 mm

C. Big Excavator (CAT 6030)

Merek : Caterpillar
Model : 6030
Engine : 2 X Cat C27 ACERT
Tenaga : 1.530 hp
Berat operasi : 296.000 kg
Isi bucket : 17 m3

Operation Training & Development - 67 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

Dimensi / ukuran

Lay Out Unit

Operation Training & Development - 68 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

1. Engines CAT / CUMMINS


2. Gearboxes with Hydraulic Pumps
3. Engine Radiators
4. Hydraulic Oil Coolers
5. Hydraulic Tank
6. Swing Gearboxes
7. Rotary Distributor (Swivel Drive)
8. Travel Valves
9. Batteries
10. Operators Seat
11. BCS Column
12. Auxiliary Sea
13. X1 Cabinet
14. X10 Cabinet

Working Ranges (jangkauan kerja)

Jangkauan kerja Excavator CAT 6030


1 Kedalaman Maximum Galian 6,2 m
Jangkauan Maximum di tanah (dihitung dari
2 15,1 m
center joint )
3 Ketinggian maksimum loading 13,8 m

Operation Training & Development - 69 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

Spesifikasi Hydraulic Excavator CAT lainnya


MODEL 330 D 345 C 385 C
Tenaga Engine 286 hp 321 hp 513 hp
Berat total 36.151 kg 44.970 kg 86.543 kg
Isi bucket 0,7 - 2,20 m3 0,9 - 3,30 m3 2,70 - 6,0 m3
Kecepatan 2,7 - 4,6 km/hr 3,5 - 4,4 km/hr 2,8 - 4,5 km/hr
Isi tangki BB 620 liter 705 liter 1.249 liter

Spesifikasi Hydraulic Excavator Non CAT


MODEL RH 40 9250 9350
Tenaga Engine 640 hp 1.287 hp 1.500 hp
Berat total 103.000 kg 249.100 kg 302.000 kg
Isi bucket 7,1 m3 13 - 15 m3 18 m3
Kecepatan 2,34 km/hr 2,2 - 3,2 km/hr 2,3 - 3 km/hr
Isi tangki BB 1.300 liter 5440 liter 5350 liter

3.1.3. Off Highway Truck (OHT)


Fungsi : Mengangkut material (overburden)

A. OHT 773 E

Merek : Caterpillar
Model : 773E
Engine :Caterpillar 3412E HEUI
Tenaga : 671 HP
Berat operasi : 99.300 kg
Kapasitas vessel : 35,2 m3 (heaped)
26,6 m3 (struck)
Target muatan : 54.5 ton

Operation Training & Development - 70 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

Dimensi / ukuran

Dimensi/ukuran OHT 773E


1 Tinggi ke ROPS ( kosong ) 4000 mm
2 Tinggi ke ROPS ( muatan ) 3900 mm

3 Panjang dari Dump Body Keseluruhan 9120 mm

4 Inside Body Length 6400 mm

5 Panjang Unit Keseluruhan 8535 mm

6 Jarak Sumbu Roda 4191 mm

Operation Training & Development - 71 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

7 Jarak As Roda belakang dengan ujung Dump Body 2782 mm

8 Jarak Dump (kosong) 676 mm

9 Jarak Dump (muatan) 566 mm

10 Ketinggian Loading – Kosong 3773 mm

11 Tinggi Bagian dalam Dump Body – maksimum 1805 mm

12 Tinggi Dump Body Naik 8787 mm

13 Lebar dari kiri spion ke body kanan 4316 mm

14 Lebar Siap Operasi 5076 mm

15 Jarak terendah Engine Guard 667 mm

16 Jarak antar roda dari titik tengah roda 3275 mm

17 Jarak roda depan dari sisi luar 3966 mm

18 Lebar Unit body 4040 mm

19 Lebar conopy 4398 mm

20 Lebar body luar 3910 mm

21 Lebar Dump Body sisi dalam 3658 mm

22 Tinggi Canopy body – kosong 4393 mm

23 Tinggi Canopy body – muatan 4350 mm

24 Jarak Axle / Gardan ke tanah 591 mm

25 Lebar Antar titik tengah ban belakang 2927 mm

26 Lebar keseluruhan Antar Ban Belakang 4457 mm

Radius Putar / Turning Radius

Sudut Steer 31 °
Diameter Belok – Ban 22 m
Depan
Diameter Belok Terluar 25 m

Operation Training & Development - 72 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

1. Kabin Operator 11. Hand Rail


2. Kanopi 12. Air Cleaner
3. Dump Body / Vessel 13. Griil Radiator
4. Ban Belakang 14. Bumper
5. Final Drive 15. Kaca Spion
6. Cylinder Hoist Dump 16. Rock Ejector
7. Tangki Solar 17. Cylinder Suspensi Belakang
8. Frame / Rangka 18. Differential / Gardan
9. Ban Depan
10. Kompartemen Engine

Operation Training & Development - 73 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

B. OHT 775 F

Merek : Caterpillar
Model : 775F
Engine : Caterpillar C27 ACERT
Tenaga : 740 HP
Berat operasi : 109.770 kg
Kapasitas vessel : 41,9 m3 (heaped)
32,0 m3 (struck)
Target muatan : 64 ton

Dimensi / ukuran

Operation Training & Development - 74 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

Dimensi/ukuran OHT 775F


1 Tinggi ke ROPS ( Roll Over Protection Structure ) 4,108 m

2 Panjang Dump Body Keseluruhan 9,216 m

3 Inside Body Length 6,119 m

4 Panjang Unit Keseluruhan 10,334 m

5 Jarak Sumbu Roda 4,206 m

6 Jarak As Roda belakang dengan ujung Dump Body 2,833 m

7 Ground Clearance 0,613 m

8 Dump Clearance 0,777 m

9 Ketinggian Loading – Kosong 3,946 m

10 Tinggi Bagian dalam Dump Body 1,978 m

11 Tinggi Dump Body Naik 9,261 m

12 Lebar Siap Operasi 5,255 m

13 Lebar Antar titik tengah ban Depan 3,205 m

14 Jarak terendah Engine Guard 0,698 m

15 Lebar keseluruhan Canopy 4,955 m

16 Lebar Dump Body sisi terluar 4,257 m

17 Lebar Dump Body sisi dalam 3,990 m

18 Tinggi Canopy 4,428 m

19 Jarak Axle / Gardan ke tanah 0,675 m

20 Lebar Antar titik tengah ban belakang 2,729 m

21 Lebar keseluruhan Antar Ban Belakang 4,411 m

Radius Putar / Turning Radius

Sudut Steer 31 °
Diameter Belok – Ban 23.5 m
Depan
Diameter Belok Terluar 26.1 m

Operation Training & Development - 75 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

Komponen utama

1. Kabin Operator 11. Hand Rail


2. Kanopi 12. Air Cleaner
3. Dump Body / Vessel 13. Griil Radiator
4. Ban Belakang 14. Bumper
5. Final Drive 15. Kaca Spion
6. Cylinder Hoist Dump 16. Rock Ejector
7. Tangki Solar 17. Cylinder Suspensi Belakang
8. Frame / Rangka 18. Differential / Gardan
9. Ban Depan
10. Kompartemen Engine

Operation Training & Development - 76 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

C. OHT 777D

Merek : Caterpillar
Model : 777D
Engine :Caterpillar 3508 B MEUI
Tenaga : 938 HP
Berat operasi : 163.293 kg
Kapasitas vessel : 60,2 m3 (Heaped)
42 m3 (Struck)
Target muatan : 96 ton

Dimensi / ukuran

Operation Training & Development - 77 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

Dimensi/ukuran OHT 777


1 Tinggi ke ROPS ( kosong ) 4567 mm
1 Tinggi ke ROPS ( muatan ) 4467 mm

2 Panjang dari Dump Body Keseluruhan 9525 mm

3 Panjang dari Dump Body bagian dalam 7234 mm

4 Panjang Unit Keseluruhan 9780 mm

5 Jarak Sumbu Roda 4570 mm

6 Jarak As Roda belakang dengan ujung Dump Body 3020 mm

7 Jarak Dump (kosong) 1164 mm

7 Jarak Dump (muatan) 1062 mm

8 Ketinggian Loading – Kosong 4380 mm

9 Tinggi Bagian dalam Dump Body – maksimum 1898 mm

10 Tinggi Dump Body Naik 10 059 mm

11 Lebar Pengoperasian 6105 mm

12 Lebar Ban Depan pada garis sumbu 4173 mm

13 Lebar Ban Depan Keseluruhan 4961 mm

14 Jarak Tutup Pelindung Engine – Kosong 700 mm

15 Lebar conopy 6048 mm

16 Lebar Dump body luar 5524 mm

17 Lebar Dump Body sisi dalam 5200 mm

18 Tinggi Canopy body – kosong 5147 mm

18 Tinggi Canopy body – muatan 5045 mm

19 Jarak Axle / Gardan ke tanah – kosong 750 mm

20 Lebar ban belakang dual di garis sumbu 3576 mm

Operation Training & Development - 78 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

21 Lebar ban belakang dual keseluruhan 5262 mm


Radius Putar / Turning Radius

Sudut Steer 30,5 °


Diameter Belok – Ban 25,3 m
Depan
Diameter Belok Terluar 28,4 m

Komponen utama

Operation Training & Development - 79 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

1. Kabin Operator 11. Ban Depan


2. Kanopi 12. Compartemen Engine
3. Dump Body / Vessel 13. Hand Rail
4. Ban Belakang 14. Air Cleaner
5. Final Drive 15. Grill Radiator
6. Cylinder Hoist Dump 16. Bumper
7. Oli Transmisi 17. Spion
8. Tangki Udara Brake 18. Rock Ejector
9. Tangki Hoist & Brake 19. Cylinder Suspensi Belakang
10. Frame / Rangka 20. Differential / Gardan

D. ADT 740

Merek : Caterpillar
Model : ADT 740
Engine : Caterpillar C15 ACERT
Tenaga : 436 HP
Berat operasi : 32.840 kg
Kapasitas vessel : 22,9 m3
Target muatan : 38 ton

Dimensi / ukuran

Operation Training & Development - 80 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

Dimensi / ukuran ADT 740


1 7092 mm 6 577 mm 11 11000 mm 16 3418 mm
2 3239 mm 7 1458 mm 12 3745 mm 17 2678 mm
3 697 mm 8 1966 mm 13 4039 mm 18 3430 mm
4 6288 mm 9 4246 mm 14 4160 mm 19 3520 mm
5 5734 mm 10 3330 mm 15 3770 mm

Turning Circle :
Sudut Steer – kiri / kanan 45 °
Radius Putar 8138 mm

Komponen utama

Operation Training & Development - 81 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

1. Level Oli Steering & Oil Cooling Fan


2. Level Oli Hoist / Dump Body & Brake
3. Kabin Operator
4. Mufler / Knalpot
5. Radiator / coolant
6. Vessel / Dump Body
7. Cylinder Vessel / Dump Body
8. Final Drive
9. Ban Belakang
10. After Cooler
11. Kompartement Engine
12. Pengisian Solar
13. Kaca Spion
14. Ban Depan
15. Oil Cooler
16. Cylinder Steering
17. Rangka / Chassis
18. Suspension Arm
19. Differential / gardan
20. Lampu Rem, seign, lampu mundur
21. Level Air Pendingin Engine

Operation Training & Development - 82 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

3.1.4. Motor Grader


Kegunaan : Grading, Spreading, Side sloping, Ditching, Scarifying, Ripping

A. Grader 14 M

Merek : Caterpillar
Model : 14 M
Engine : Caterpillar C 13 ACERT
Tenaga : 259 HP
Berat operasi : 21.379 kg
Panjang blade : 14 ft (4,267 m)

B. Grader 16 H

Operation Training & Development - 83 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

Merek : Caterpillar
Model : 16 H
Engine : Caterpillar 3196 ETA
Tenaga : 265 HP
Berat operasi : 24.740 kg
Panjang blade : 16 ft (4,877 m)

Beberapa spesifikasi Motor Grader

MODEL 14 H 16 H 14 M 16 M
Tenaga Engine 220 HP 265 HP 259 - 274 HP 297 - 312 HP
Berat total 18.600 kg 24.740 kg 21.740 kg 26.060 kg
Panjang blade 4,27 m 4,88 m 4,28 m 4,87 m
Radius putar 8m 8,2 m 7,9 m 8,9 m
Isi tangki BBM 416 liter 492 liter 492 liter 511 liter
Total panjang unit 10,27 m 11,62 m 10,896 m 11,672 m

Standar Fuel Index Berdasarkan CMP

Operation Training & Development - 84 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

KATEGORI WARNING ENGINE / PERINGATAN

Operation Training & Development - 85 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

3.2. PROSES LAND CLEARING

Pembukaan lahan (land clearing) adalah membersihkan suatu area dari pepohonan,
semak belukar, tunggul dan akar pohon untuk kegiatan pertambangan ataupun
fasilitas pendukungnya.
Ketentuan sbb
1. Pemasangan patok boundary clearing harus jelas.
2. Land clearing harus sesuai dengan patok boundary clearing.
3. Brushing ialah tahap awal dari proses land clearing yaitu membersihkan lebih
dahulu daerah kerja dari alang-alang dan pepohonan yang berdiameter <= 15
cm, atau sesuai persyaratan Customer dengan menggunakan buldozer.
4. Cutting ialah tahap selanjutnya setelah Brushing yaitu dengan membersihkan
daerah kerja dari pepohonan yang berdiameter > 15 cm, atau sesuai
persyaratan Customer, dengan menggunakan chainsaw Kemudian dikumpulkan
pada logyard yang telah ditentukan.
5. Grubbing ialah pencabutan sisa-sisa akar dari tunggul yang telah dipotong, dan
dikumpulkan untuk diangkut ke tempat yang ditentukan.
6. Kayu atau sisa –sisa pembersihan yang tidak ekonomis dipotong-potong ( <= 3
m ) agar mempermudah pengangkutan ke tempat yang ditentukan.
7. Pembakaran kayu tidak ekonomis, dahan, akar-akar, atau tunggul sisa
pembersihan tidak diperkenankan.
8. Area yang sudah dibersihkan harus bebas dari kayu, dahan, akar-akar, atau
tunggul sisa pembersihan .

Kegiatan land clearing

Under Brushing : Felling & Cutting :


Pembabatan pohon yang diameter max. Penumbangan pohon yang
15 cm memakai dozer berdiameter lebih dari 15 cm
(memakai chain saw)

Operation Training & Development - 86 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

Pilling (Penumpukan)
Penumpukan kayu -kayu yang
dikumpulkan menjadi tumpukan
kayu pada jarak tertentu

Metode land clearing

Perimeter (gambar A & B) :


- Metoda memotong melingkar
Mulai dari luar

Cut Crop (gambar C & D) :


- Metoda ini : pemotongan
dimulai dari tengah ke laur

Operation Training & Development - 87 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

1. Persiapan : 2. Teknik Potong (Betul) : 3. Teknik Potong (Salah) :


- Parkir unit ditempat aman - Perhatikan arah kecondongan - Tidak memperhatikan
- Lakukan observasi pohon kecodongan pohon
- Mengoperasikan alat
sembarangan

4. Teknik Potong (Betul) :


- Menyisir 5. Teknik Potong (Betul)
- Mendorong searah - Merobohkan dengan
kecodongan mengungkit

3.3. OVERBURDEN ACTIVITY


3.3.1 Pengeboran (drilling) dan Peledakan (blasting)

A. Pengeboran (Drilling)

Operation Training & Development - 88 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

Ketentuan dalam persiapan drill pad untuk kegiatan pengeboran :


1.Lokasi bersih dari spoil-spoil dan relatif rata
2.Adanya drainase lokasi
3.Kemiringan sekitar 1% ke arah tertentu
4.Tanggul pengaman batas lokasi
5.Lokasi pada material keras

Geometri peledakan

1. BURDEN
~ Jarak antara lubang ledak
tegak lurus dengan free face
atau antara lubang ledak
dalam baris yang berbeda
2. SPACING
~ Jarak antar lubang ledak
dalam satu baris
3. SUB DRILLING
~ Kedalaman tertentu pada
lubang ledak yang bertujuan
untuk leveling lantai kerja

4. STEMMING
~ Suatu kedalaman lubang
ledak yang di-isi dengan
material split sebagai
penyumbat atau penahan
colomn charge pada saat
peledakan (Confine)
5. EXPLOSIVE COLOUMN /
COLOUMN CHARGE
~ Kedalaman tertentu dari
suatu lubang bahan peledak
yang peruntukannya sebagai
isian bahan peledak utama

Operation Training & Development - 89 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

Pengeboran lokasi miring

B. Peledakan (Blasting)
Peledakan Adalah proses pemberaian material (rock loosening) yang memanfaatkan
energi ledak dari hasil reaksi bahan-bahan peledak yang telah dipasang dan
dirangkai berdasarkan aturan tertentu.

Bahan peledak (handak) adalah suatu bahan kimia senyawa tunggal atau
campuran berbentuk padat, cair, gas, atau campurannya, yang apabila dikenai suatu
aksi panas, benturan, gesekan atau ledakan awal, akan mengalami suatu reaksi kimia
yang sangat cepat dengan hasil reaksi sebagian atau seluruhnya berbentuk gas dan
disertai panas dan tekanan yang sangat tinggi

Penggolongan bahan peledak


1. High Explosive
~ Kecepatan rambat reaksi  kecepatan suara (300 m/s)
Contoh : ANFO = 4.500 m/s (Supersonic)
Emulsion = 4.300 m/s
Powergel = 5.600 m/s
~ Tekanan yang ditimbulkan sangat tinggi

~ Reaksinya disebut Detonasi

~ Berdasar kepekaan-nya lebih lanjut digolongkan :


A. Primary - sangat sensitive
B. Secondary - kurang sensitive
C. Tertiary - tidak sensitive

Operation Training & Development - 90 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

2. Low Explosive
~ Kecepatan rambat reaksi  kecepatan suara
Contoh : Gun Powder = 100 m/s (Sub-sonic) Rocket propellant pada
sistem roket
~ Tekanan yang ditimbulkan tinggi
~ Reaksinya disebut Deflagrasi
~ Berdasar penggunaannya digolongkan :
A. Pyrotechnics
Untuk penghasil panas, asap/kabut berwarna, sinar, delay, suara, api.
Gas hasil reaksi tidak dikehendaki
B. Propellants
Untuk melontarkan obyek/projectile (peluru, hulu ledak).
Memanfaatkan gas hasil reaksi

GUDANG HANDAK
Jarak aman minimum terhadap bangunan sekitar

Operation Training & Development - 91 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

Sketsa gudang handak

Radius peledakan

Operation Training & Development - 92 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

3.3.2. Ripping & Dozing

A. Ripping (membajak)

Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan ripping :

 Ratakan & bersihkan dari boulder area yang


akan di ripping
 Usahakan tanggul / safety berm di pinggir
berm di ratakan, untuk mendapatkan hasil
ripping yang maksimal di pinggir bench

 Perhatikan Alur batuan, alur yang searah


ripping akan lebih mudah di bongkar daripada
yang berlawanan arah.
- Gambar 1 & 3 : Ripping mudah dilakukan
- Gambar 2 & 4 : Ripping sukar,
kecenderungan Track Slip / Spin.

 Pastikan kekerasan material yag akan di ripping, untuk penyesuaian panjang /


pendeknya Shank ripper, SEMAKIN KERAS BEBATUANNYA shank ripper yang di
pakai MAKIN PENDEK.

Operation Training & Development - 93 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

 Sebelum menancapkan Ripper ke dalam tanah,


ketika mundur naikkan ripper maksimum &
Shank keluar maksimum.

 Gunakan GIGI SATU


 Turunkan shank ripper sambil berjalan maju.
 Atur kedalaman shank ripper

 Sambil berjalan Tarik shank ke depan (shank


in) untuk memecahkan bongkahan tanah yang
besar dan dapat membongkar material dan
meningkatkan traksi pada track
 Dari pandangan Operator dari dalam kabin,
Rod Cylinder Shank Ripper IN/OUT keluar 2/3
dari panjangnya maksimum / masih ada di
tabung Rod Cylinder 1/3 .

 Untuk pindah ke jalur rippingan berikutnya


posisikan satu track pada bekas rippingan awal
untuk mendapatkan traksi yang bagus pada
track, seterusnya seperti langkah awal.
 Jika memungkinkan di saat mundur gunakan
GIGI DUA (2)

Posisi Shank Ripper saat penetrasi awal dan saat ripping

Operation Training & Development - 94 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

Proses ripping dengan teknik yang benar akan menghasilkan produksi


maksimal serta shank ripper dan tip ripper yang awet (seperti gambar di
bawah)

Keausan shank ripper akibat


posisi ripping yang salah

CATATAN:
Angkatlah ripper sebelum mundur.
Jangan berbelok saat shank masih tertanam.

PERHATIAN:
Sedapat mungkin pekerjaan meripping dilakukan ke arah menurun

PERINGATAN
Jangan berbelok atau mundur sewaktu shank ripper masih tertanam di tanah. Tenaga
puntir yang timbul dapat merusak shank dan tip.
Keausan tip harus sering diperiksa

Operation Training & Development - 95 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

Posisi Shank Ripper yg salah


Posisi shank ripper terlalu keluar
sehingga membuat bagian belakang
tracktor terangkat sehingga berdampak :

1. Undercarriage akan cepat aus


karena track slip.
2. Ripper shank mengalami keausan di
lekukannya.
3. Ripper tip cepat tumpul.
4. Produksi rendah.

TEKNIK RIPPING DI MATERIAL KERAS


 SHANK RIPPER PENDEK ( STRAIGHT RIPPING )

 SHANK RIPPER SEDANG ( CROSS RIPPING )

 SHANK RIPPER PANJANG ( DIAMOND RIPPING )

Operation Training & Development - 96 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

Posisi Lobang Shank Ripper

Diamond Ripping
Cross Ripping

Straight Ripping

PEKERJAAN RIPPING YANG SALAH


1. Menggunakan Steering / Berbelok
Jika disaat Ripping menggunakan steering
akan ada momen puntir pada Shank
Ripper, yang akan mengakibatkan SHANK
RIPPER PATAH.
Jika Unit BERBELOK SENDIRI ketika
Ripping, JANGAN DI PAKSA, segera angkat
Shank Ripper dan hentikan Unit, MUNDUR
dan LURUSKAN kembali Unit, ulangi
Ripping dari awal berbelok.

2. Ripping sampai terangkat bagian belakang unit


Memaksa Ripping sampai bagian belakang
Unit terangkat dapat mengakibatkan Shank
Ropper patah, PENDEKKAN SHANK RIPPER,
pada posisi lubang yang paling bawah.

3. Ripping di daerah miring / slope


Ketika melakukan Ripping di tempat miring
/ slop, beban Unit akan tertumpu ke satu
sisi dan bisa bergeser dengan sendirinya ke
arah yang rendah, ini akan dapat
mengakibatkan SHANK RIPPER PATAH

Operation Training & Development - 97 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

STANDARD PRODUCTIVITY DOZER - Ripping Material (LOADING POINT) berdasarkan CMP

DOZER TYPE

No DESCRIPTION Unit

D9R D10R/T

Seismic Velocity (in meter per


mps 0-1 1-2 2-3 3-4 0-1 1-2 2-3 3-4
second x 1000)

Penetration Depth
1 Mtr 1.23 1.11 0.92 0.62 1.49 1.34 1.12 0.75
single shank

Ripping Distance
2 mtr 50.00 50.00
(jarak ripping

Standard Productivity
3 Bcm/hrs 497 402 279 124 741 600 417 185
Dozer (Full Rip)

Note

Korelasi Seismic Velocity dengan Penetration Depth berdasarkan


PHB Caterpillar, Ed.43 - 18.75 s/d 18.82

B. Dozing (Mendorong / Menggusur)

Posisi blade saat menggali, mendorong Berbelok menggunakan blade (dual tilt
dan membuang steering)

Operation Training & Development - 98 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

1. ANGLE BLADE ( Menggusur Dengan Blade Serong )


Menggusur dengan blade serong adalah cara menggusur yang tebaik untuk
penimbunan area yang luas, menimbun parit, atau mendorong material
pada satu arah.

Untuk mendapatkan hasil yang baik, pertahankan ketinggian blade agar


permukaannya tetap rata, isi blade sampai penuh, dan doronglah muatan ke
tempat penimbunan.
Lakukan pemotongan mulai dari jalur depan penggusuran, gunakan gigi 1 saat
mendorong, dan gigi 2 saat mundur. Jangan membebani engine terlalu berat,
bila tenaga engine turun karena beban terlalu berat, turunkan gigi, hindari
track slip.

2. STRAIGHT DOZING ( Menggusur Lurus )


 Untuk mendapatkan hasil yang bagus,
pertahankanlah ketinggian blade agar
permukaanya tetap rata. Isi blade sampai
penuh, dan bawalah muatan ke tempat
penimbunan.
 Jangan membebani engine terlalu berat. Bila
tenaga engine turun karena beban terlalu
berat, turunkan gigi.
 Hindari track selip.
 Bila ingin berbelok, mengggunakan blade tilt lebih baik dari pada
menggunakan tuas kemudi.

3. SIDE BY SIDE DOZING ( Menggusur Berdampingan )


 Dipergunakan untuk menggusur material
gembur dalam jumlah yang besar.
 Jagalah agar ujung-ujung blade tetap
berdekatan dan dozer berjalan sejajar.

Operation Training & Development - 99 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

4. SLOT DOZING ( Menggusur Di Dalam Parit )


Slot dozing adalah metode menggusur dengan cara menjebak material di
dalam parit. Dengan cara ini, material yang diangkut menjadi lebih
banyak (semaksimal kemampuan Blade), kerena tumpahan-nya tertahan
oleh dinding parit.

 Metode ini digunakan dalam penimbunan dan didapat produksi yang


tinggi.
 Kedalaman parit tidak boleh melebihi tinggi blade.
 Lebar Antar Slot ( Parit ) 1/3 lebar Blade.
 Mulailah menggusur dari ujung tempat
pembuangan, lalu mundurlah seperti pada
gambar (A). Dengan cara ini didapatkan
penggusuran menurun dan membawa
material di tempat rata.
 Cara menggusur (B) kurang efisien, karena
dozer membawa muatan mendaki, dan tidak
bisa membuat alur.
 Lakukan urutan pemotongan seperti gambar
di samping, mulailah dari depan.
 Gunakan Gigi satu (1) untuk pemotongan
awal material
 Gunakan Gigi dua (2) untuk membawa
material.

 Dorongan Blade penuh dan Unit tidak


terbebani, karena material yang di bawa
sudah loose / ringan.
 Bila menggusur dalam beberapa parit
sejajar, sisa tanggul digusur dari arah
belakang. Hal ini memungkinkan operator
untuk mempertahankan kedalaman parit.

5. DOZING DI SLOPE ( Menggusur Di Lereng )


 Jika memungkinkan, bekerjalah secara vertikal. Metode ini lebih
aman dari pada bekerja secara horisontal.
 Berhati-hati bila bekerja di lereng agar tidak terbalik.
 Bila tractor tergelincir ke samping, segera putar tractor ke arah
menurun.
 Mulailah bekerja dari bagian tertinggi ke
bagian yang lebih rendah.
 Jangan memotong bagian bawah tebing
berlebihan karena akan mempertajam
tebing.

Operation Training & Development - 100 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

6. V-DITCHING ( Membuat Parit V )


Tempatkan ujung blade yang rendah di tengah-tengah parit. Berhati-
hatilah terhadap

7. CUT IN FILL ( Memotong Dan Mengisi )

 Mendorong ke Bawah - Tenaga bertambah (dengan berat Unit


Sendiri)
 Mendorong Dekat - Produksi bertambah
 Pemakaian bahan bakar lebih sedikit
 Membersihkan area tidak begitu sering
 Tenaga operator tidak cepat lelah.
 Hasil kerja / produksi Bulldozer akan tinggi dan effektif.
 Umur undercarriage akan panjang karena track slip bisa di
minimalkan

8. CARA MENGGIRING LUMPUR / MEMBUANG LUMPUR


 Perhatikan areal / lokasi lumpur yang akan
dibuang/ dipinggirkan.
 Perhatikan kemiringan areal.
 Usahakan pada saat mencampur lumpur
dengan material yang kering jangan tergesa-
gesa.

 Jika lumpur sangat lembek/mudah mengalir cara mengatasinya yaitu


: lumpur digiring/dibendung supaya lumpur tidak ke samping
Bulldozer.
 Untuk mempercepat agar Alat Hauling cepat kerja siapkan terlebih
dahulu lokasi loading (bisa untuk manuver alat hauling dan
kedudukan alat muat).

Operation Training & Development - 101 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

C. Spreading & Leveling (penyebaran & perataan)

 Gunakan satu sisi blade untuk menyebar material / menggusur material


 Lakukan penyebaran material tipis-tipis supaya hasilya lebih rata
 Gunakan gigi (1) / (2) untuk lebih dapat mengontrol penyebaran
material
 Gunakan Gigi transmisi satu (1) bila hendak melakukan leveling
(meratakan jalan) :
 Gerak dozer lebih terkontrol.
 Pengaturan (pengontrolan) blade lebih mudah.
 Hasil kerja lebih halus.

STANDARD PRODUCTIVITY DOZER - Dozing (WASTE DUMP) berdasarkan CMP

Unit
DOZER TYPE
No DESCRIPTION
D6R XL D7G D8R D9R D10T

1 Blade Capacity Lcm 5.61 8.34 11.70 16.40 22.00

2 Dozing Distance mtr 10.00

3 Standard Productivity Dozer Bcm/hrs 476 686 938 1391 1955

Note: 1. Dumping material 7.5 m dari lereng disposal sesuai KEPMEN 55 Thn 95 psl 240 point 2
2. Dumping bebas hanya diijinkan jika ada kajian lanjut terhadap kestabilan lereng dumping point

Operation Training & Development - 102 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

3.3.3. Loading (pemuatan)


Loading atau pemuatan adalah proses/aktivitas pengisian material oleh alat muat
(excavator) ke dalam vessel truck

Persiapan Operasi
Pada saat persiapan operasi pemuatan, ketentuan yang perlu diperhatikan adalah :
a. Operator alat muat harus memastikan dirinya sehat untuk bekerja, dan
tidak merasa mengantuk. Jika tidak sehat atau mengantuk, jangan
teruskan operasi dan segera menghubungi pengawas yang bertanggung
jawab pada shift tersebut.
b. Operator alat muat bertanggung jawab untuk melakukan P2H, yang waktu
pelaksanaannya saat awal shift
c. Saat akan “start-up engine” ataupun sedang beroperasi, bunyikan sinyal
peringatan dengan klakson :
- 1 kali, start-up engine
- 2 kali, maju
- 3 kali, mundur ( jika tidak ada back alarm ).
d. Operator alat muat bertanggung jawab pada area operasinya, dan jika
butuh bantuan harus menghubungi pengawas yang bertanggung jawab di
shift tersebut
e. Operator alat muat harus mengerti dan mengetahui batas dan kedalaman
penggalian, yang informasinya berupa pita survey atau informasi dari
pengawas yang bertugas.
f. Operator alat muat harus mengerti dan mengetahui jenis yang dimuat,
yang informasinya berupa pita survey atau informasi dai pengawas yang
bertugas.
g. Operator alat muat harus memastikan arah penggalian (misalnya dari
kanan ke kiri) agar mengurangi pergerakan nonproduktif selama pemuatan.
h. Tingging jenjang loading harus sesuai

Aktivitas pemuatan

Saat aktivitas pemuatan, ketentuan yang perlu diperhatikan adalah :

a. Landasan track/ban harus rata dan keras, apabila material landasan


lembek/lumpur maka harus diganti dengan yang keras, atau digunakan
kayu/besi sebagai landasan.
b. Jalan keluar masuk truck dibuat terpisah
c. Pada saat shift malam harus ada penerangan lampu yang cukup
d. Pada saat truck masuk ke area loading point searah jarum jam
e. Posisi track/ban diusahakan tegak lurus terhadap jenjang kerja.
f. Untuk mengarahkan alat angkut saat pemuatan, gunakan sinyal klakson
sesuai ketentuan
g. Pastikan bucket penuh disetiap pengggalian, kecuali misalnya kapasitas
alat angkut 3,5 bucket maka penggalian untuk pemuatan terakhir cukup
0,5 dari kapasitas bucket agar material tidak tercecer.
h. Sudut ayun (swing) untuk excavator tidak melebihi 90o.
i. Pada saat pemuatan, urutan pengisian material mulai dari bagian tengah
depan ke tengah belakang bak (vessel), distribusi material merata untuk
menghindari ketidak-seimbangan muatan, dan bucket tidak boleh
melewati kabin operator alat angkut.

Operation Training & Development - 103 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

j. Sebaiknya perbaikan posisi alat muat atau pembersihan loading point ,


dilakukan pada saat tidak ada alat muat menunggu.
k. Operator alat muat harus menghubungi/menginformasikan pengawas
pada saat diperlukan pembersihan loading point sebelum menghambat
produksi.
l. Jika ada kegiatan lain di area loading point misal pengukuran survey harus
ijin kepengawas yang bertanggung jawab dan diketahui oleh operator
excavator.

Tinggi vessel

Tinggi bench = Tinggi Stick = Tinggi vessel

Ketika stick pada posisi tegak


lurus maka bucket sudah harus
penuh

0
30 -45 90

Standar Paremeter Area Loading Point berdasarkan CMP

Operation Training & Development - 104 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

Sudut tanjakan

• Sudut tanjakan maks. = 70% or 35º

• Hati2 bekerja di tempat miring

• Posisi sprocket di belakang

- Sudut Penggalian optimum ± 45º.


- Dari 0º - 30º kemampuan hidrolik berkurang,
seal cepat bocor dan tekanan pada piston
terlalu tinggi dan tidak produktif.
- Kemungkinan bucket teeth merusak track
shoe.

A. - Digging Force (daya gali) – Stick Cylinder 1

Operation Training & Development - 105 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

Digging Force (daya gali) – Stick Cylinde 2

B. Digging Force (daya gali) – Bucket Cylinder

Bucket
cylinder

C. Posisi Track saat berjalan

Pada saat Excavator berjalan di tempat datar, posisi sprocket di belakang

Operation Training & Development - 106 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

Pada saat Excavator berjalan menanjak, buat jalur yang landai,


dan posisi sprocket di belakang

Pada saat Excavator berjalan menurun, buat jalur yang landai


dan posisi sprocket di depan

Sebaiknya dihindari

Hindari top loading


karena tidak produktif

Operation Training & Development - 107 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

Posisi Excavator dan


loading point yang
tidak rata

Setelan track yang tidak benar mempercepat keausan komponen

Operation Training & Development - 108 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

I. POSISI LOADING EXCAVATOR


1. LEVEL / TOP LOADING
Excavator posisinya sama rata dengan Dump Truck.
( Contoh : Pemuatan batu bara yang tipis, pembuatan parit dll )

Dalam melakukan Loading yang posisinya sama rata dengan Dump Truck
maka yang perlu diperhatikan :
 Posisi Track selalu tegak lurus terhadap lereng searah dengan
pergeseran atau kemajuan lokasi kerja dengan jarak. ± 1,50 meter dan
Dump Truck berada dibelakang Excavator.
 Posisi front idler berada didepan, bilamana terjadi keretakan tanah
(longsor) unit cepat digerakkan mundur & berfungsi sebagai peredam
pada saat pengambilan material.
 Ketinggian bucket pada saat membuang material ke dalam vessel DT ±
0.50 meter dan berada ditengah-tengah vessel.
 Berilah tanda pengaman atau tanggul agar DT pd saat mundur menuju
ke tempat loading point tidak terjadi benturan dengan Excavator.

KEUNTUNGAN SYSTEM LEVEL / TOP LOADING :


 Hanya satu methode penggalian
 Pada umumnya untuk Loading batubara
 Control bucket and filling cukup bagus
 Methode ini produksi kurang maksimal dan biasanya untuk digging di
dalam air/lumpur
 Digging depth ( kedalam galian ) dimungkinkan menggunakan
stick/boom yang Optional

KERUGIAN SYSTEM LEVEL / TOP LOADING :


 Sudut swing
 Cycle time tinngi
 Tempat Loading harus dibuat safety boom
 Pandangan operator kurang leluasa dalam mengontrol muatan.

Operation Training & Development - 109 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

2. LOW LEVEL / BENCH LOADING / BOTTOM LOADING


Excavator posisinya lebih tinggi dari pada posisi Dump Truck
Syarat-syarat yang posisi Low Level / Bench Loading adalah :
 Posisi Track / dudukan Excavator min setinggi roda DumpTruck (B) dan
maksimum setinggi Vessel / Dump body (A) dari DumpTruck ( 40 – 70 %
dari jangkauan kedalaman galian )

 Penempatan truck tegak lurus terhadap


tebing. Jarak antara titik penggalian
material dengan truk tidak boleh lebih
dari 90º.
 Faktor pengisian bucket > 100%.
 Usahakan lantai pemuatan selalu datar
dan bersih

KEUNTUNGAN SYSTEM LOW LEVEL / BENCH LOADING


 Mampu menggali material pada berbagai kondisi Loading di (floor,
Channel, dan Roof)
 Manuver lebih baik
 Dapat beroperasi dengan areal kerja lebih sempit
 Pada Kelas yang sama, Backhoe mempunyai ketinggian gali ke atas dan
ke bawah lebih besar dari pada Shovel.
 Efisian dan produksi maksimal
 Cycle time rendah
 Short lift and swing time ( lift = truck height ) ( swing = 30° - 45° )
 Tinggi bench 40% -60% Digging dept ( kedalaman galian ) Maximum
setinggi Vessel Dump Truck
 Kontrol bucket and muatan truck bagus

KERUGIAN SYSTEM LOW LEVEL / BENCH LOADING


 Ukuran Bucket lebih kecil dibanding Shovel untuk ukuran Unit yang
sekelas
 Swing tidak stabil karena gaya grafitasi dan berpengaruh Terhadap umur
komponent Swing.
 Faktor kelelahan operator tinggi.
 Hasil akhir kualitas kerja kurang maximal (Loading point tidak level )

Operation Training & Development - 110 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

3. SPLIT / DOUBLE BENCH LOADING


Excavator posisinya lebih tinggi dari pada posisi Dump Truck dan
pengambilan material lebih tinggi dari excavator
Methode digging dimulai dari 1/3 dibawah
level dan 2/3 diatas level.
Material bisa diturunkan dan digali
dibawah, ketika menunggu truck.

KEUNTUNGAN SYSTEM SPLIT / DOUBLE BENCH LOADING


 Bench diatas 15 m dengan backhoe masih bisa memungkinkan bekerja
 Cycle time tinggi Control bucket dengan muatan truck bagus
 Perlu penambahan bucket cylinder sebagai pelindung
 Memperkecil truck spotting time

KERUGIAN SYSTEM SPLIT / DOUBLE BENCH LOADING


 Jika tidak hati-hati material yang di atas bench bisa mengenai unit
 Counter weigh sering mengenai material
 Bagian punggung bucket cepat aus, karena terkena gesekan dengan
material secara terus menerus.
 Faktor kelelahan operator tinggi.
 Hasil akhir kualitas kerja kurang maximal (Loading point tidak level )

II. METODE LOADING / POSISI TRUCK DI LOADING POINT

1. Posisi truck menyamping / side loading,


Sejajar dengan jenjang kerja atau track excavator

Keuntungan :
Sudut swing bisa < 300 , tidak ada waktu antrian truck, produksi optimal

Kerugian :
Kerusakan ban tinggi karena banyak ceceran material saat proses loading
banyak dilakukan pemeliharaan front

Operation Training & Development - 111 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

2. Posisi truck membelakang tegak lurus terhadap


jenjang kerja (centre loading)

Keuntungan :
Teknik operasi lebih mudah, ceceran material saat proses loading kurang,
tidak banyak pemeliharaan front, sudut swing bisa

Kerugian :
Manuver truck mundur, loading kurang kontinyu, sering terjadi antrian
truck

3. Metode Bottom - “Drive BY” . Menghilangkan waktu tunggu


Excavator
Posisi truck di bawah dan sejajar dengan track Excavator, antrian beriringan
(Truck tdk perlu manuver)

Keuntungan :
Cycle time pendek, waktu loading pendek, antrian kurang, truck tidak perlu
manuver langsung pada posisi siap loading, teknik operasi lebih mudah,
productivity lebih optimal
Kerugian :
Sulit diterapkan saat pembukaan loading point baru, memerlukan area yang
luas, sudut swing bisa > 90o
Pemeliharaan front perlu rutin

4. Metode Bottom - Paralel / 1.5 site loading


Posisi truck saling berdampingan di bawah, posisi yg menunggu agak di depan

Operation Training & Development - 112 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

Keuntungan :
Bisa kontinyu loading, waktu loading singkat, productivity optimal

Kerugian :
Perlu front yang lebar / ideal, pengawasn harus fokus, kepedulian operator
harus tinggi

5. Metode Top – Drive by Loading


Posisi truck selevel dan sejajar dengan track excavator. Posisi loading ini
dipilih jika kondisi front bawah lembek atau berair, atau ada kegiatan di
front bawah, misalnya kegiatan pengeboran..

Keuntungan :
Waktu manuver truck pendek, tidak ada waktu tunggu truck manuver,
operasi truck mudah.

Kerugian :
Memerlukan area luas, sudut swing besar, posisi pemuatan sulit, cycle time
alat loading lambat, productivity tidak optimal

6. Metode Top – Back Up Loading


Posisi truck selevel track dan membelakangi posisi Excavator

Metode ini dipilih dengan pertimbangan front di bawah lembek, berair atau ada
kegiatan di front bawah misal ada pengeboran.

Operation Training & Development - 113 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

Kerugian metode ini adalah : Wakti manuver truck lebih lama, kondisi safety,
pengawasan harus fokus, cycle time alat muat lama, posisi pemuatan sulit,
sudut swing besar, productivity tidak optimal.

III. PENEMPATAN MUATAN DALAM VESSEL

A B

Perhatian :
Tempatkan material di tengah-tengah dump body / vessel, supaya berat beban
pada dump truck seimbang. Sehingga di harapkan umur ban, suspensi dan frame
dari dump truck lebih lama.
Gambar A posisi muatan yang benar
Gambar B posisi muatan yang salah

IV. CARA PEMUATAN YANG HARUS DIHINDARI

Jangan menggunakan ayunan bucket untuk


melakukan pekerjaan seperti berikut :
 Memadatkan tanah.
 Memecahkan tanah padat.
 Alat untuk menghancurkan.
 Jangan mengayunkan bucket ketika teet
bucket menancap di tanah.

Operation Training & Development - 114 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

Kerusakan yang akan terjadi :


Swing Bearing, Swing Circle, Keretakkan pada Boom dan Arm, Kerusakkan
pada Bucket dan Pin Bucket.
Jangan menggunakan bucket sebagai
hammer / pemukul.

Kerusakan yang akan terjadi :


Kerusakan pada Bucket, Arm, Boom, swing
bearing, kebocoran Seal pada Cylinder dan
Kebocoran pada Control Valve karena
tekanan berlebihan
Akibat yang
ditimbulkan

Bila silinder dipanjangkan sampai ke akhir


langkahnya maka akan terjadi benturan.
Sisakan sedikit langkah antara batang
silinder dengan ujung tabung silinder.

Kerusakan yang akan terjadi :


Seal Cylinder akan bocor karena tekanan
yang berlebihan di dalam Cylinder.
Selama bucket masih berada di dalam tanah,
jangan menggunakan tenaga travel untuk
menambah daya gali.

Kerusakan yang akan terjadi :


Komponen pada Travel motor akan cepat
rusak, mempercepat keausan pada Under
carriage, kerusakkan pada Arm
Jangan menggunakan gaya turun dari bagian
belakang Unit untuk menambah daya gali.

Kerusakan yang akan terjadi :


Komponen Under carriage, Swing, Arm,
Boom

Operation Training & Development - 115 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

Jangan menambah gaya swing bila tenaga


boom dan stick sedang digunakan untuk
membantu travel. Jangan menggunakan
tenaga bucket, boom atau stick untuk
membantu berbelok bila sedang travel / jack
swing.

Kerusakan yang akan terjadi :


Komponen Under carriage, Swing, Arm,
Boom dan Travel Motor

Bila penggalian terlalu dalam, hindari


benturan antara boom dengan permukaan
tanah.Kerusakan yang akan terjadi :
Kerusakkan pada Boom

Tidak dibenarkan memutar mesin sampai


180° dengan cara gerakan kombinasi antara
gerakan-gerakan boom, arm, travel dan
swing secara bersamaan / Jack Swing
(kecuali dalam kondisi darurat).

Kerusakan yang akan terjadi :


 Mempercepat keausan komponen
undercarriage
 Mempercepat kerusakan struktur
konstruksi chassis seperti : Arm, Boom,
Bucket, Swing Circle

Ketika menangani dump truck amblas, tidak


dibenarkan mendorong atau membebaskan
dump truck dengan membebani travel motor
terlalu berat

Kerusakan yang akan terjadi :


Kerusakan pada komponen Under Carriage
terutama Travel Motor & Final Drive serta
kerusakan pada Boom dan Arm.

Parkir dekat tebing yang


tinggi dan mudah longsor,
atau tebing yang
menggantung

Operation Training & Development - 116 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

Akibat yang
ditimbulkan

Penggalian dengan posisi sprocket di depan dan dekat dengan bucket


bisa menyebabkan kerusakan track - sprocket terkena tip bucket

Posisi punggung bucket yang bergesekan langsung dengan material


saat digging teknik ini akan mempercepat kerusakan bucket

V. LOADING POINT IDEAL


1. Permukaan landasan truck stabil dan rata, tanpa ada ceceran batu, hindari
potensi genangan air, atau terpelihara drainasenya, kemiringan kurang
dari 5%
2. Posisi penempatan truck tidak miring ke depan atau kebelakang, kekiri
atau ke kanan.
3. Luasan sesuai standar CMP
4. Jalan masuk dan keluar truck dibuat secara terpisah “one way traffic”, jika
two way traffic dipisahkan oleh safety berm
5. Untuk kerja malam disiapkan penerangan yang cukup, tidak membuat
silau operator Exc ataupun operator OHT.

Operation Training & Development - 117 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

6. Landasan bench loading setinggi stick atau setinggi vessel OHT (atau
sesuai standar CMP)
7. Gerakan swing Excavator bebas tidak blind spot, berputar stabil, landasan
pijak track rata, padat dan antara pijakan dengan track full contact dan
tidak miring
8. Jika yang diloading adalah blastingan, maka harus diratakan dulu dengan
dozer sebelum diloading
9. Posisi front idler di depan, dan tegak lurus terhadap dinding bench loading
10. Sudut swing diusahakan kecil
11. Jarak antrian antar truck min. 2X panjang truck

Kondisi loading point dan prose loading ideal

Loading point lebar, tinggi


jenjang = tinggi vessel =
tinggi stick

Sudut pengambilan
antara 15 - 30º

Operation Training & Development - 118 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

Perhatian :

Hindari antrian terlalu dekat Hindari posisi menunggu truck yg jauh

Hindari posisi dan kondisi seperti di gambar (bisa mempercepat


kerusakan ban) front harus rata dan bersih dari boulder

Standar productivity alat loading berdasarkan CMP

Petunjuk membaca tabel :


Misal yag ingin diketahui target productivitynya adalah R9250 dengan
material blasting : Perhatikan kolom R9250 lihat ke bawah sejajar dengan
baris blasting material, ketemu targetnya 1169 bcm/jam (perhatikan
tanda panah merah)

Operation Training & Development - 119 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

Parameter perhitungan productivity loader dan hauler berdasarkan CMP

Parameter cycle time Excavator sesuai material dan model unit


berdasarkan CMP

Petunjuk membaca tabel :


Misal yag ingin diketahui target cycle time R9250 dengan material blasting
Perhatikan kolom R9250 lihat ke bawah sejajar dengan baris blasting
material, ketemu targetnya 24 detik (perhatikan tanda panah merah)

3.3.4. Hauling (Pengangkutan)


Hauling atau pengangkutan adalah proses pengangkutan material dengan memakai
truck dari loading point menuju pembuangan (disposal)
Pada saat persiapan operasi ketentuan yang harus diperhatikan adalah :
a. Operator alat angkut harus memastikan dirinya sehat untuk bekerja, dan
tidak merasa mengantuk. Jika tidak sehat atau mengantuk, jangan
teruskan operasi dan segera menghubungi Pengawas yang bertanggung
jawab pada shift tersebut.
b. Operator alat angkut bertanggung jawab untuk melakukan P2H, yang
waktu pelaksanaannya saat awal shift.
c. Saat akan “start-up engine” ataupun sedang beroperasi, bunyikan sinyal
peringatan dengan klakson :
- 1 kali, start-up engine
- 2 kali, maju
- 3 kali, mundur ( jika tidak ada back alarm ).
d. Operator alat angkut harus mengerti dan mengetahui dimana lokasi
“Loading Point” dan “Dumping Point” serta jenis material yang diangkut.

Operation Training & Development - 120 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

1.3.4.1. Saat Truck di Loading Point (Loading)


Pada saat truck memasuki area loading point, ketentuan yang harus diperhatikan
adalah :
a. Operator alat angkut harus mengerti sinyal klakson dari alat muat.
b. Bila tidak ada instruksi atau kondisi khusus, alat angkut menghampiri area
loading searah jarum jam. Untuk menghindari kerusakan ban, kurangi kecepatan
bila harus melakukan belokan tajam.
c. Operator alat angkut harus menghubungi/menginformasikan pengawas
yang bertanggung jawab pada pit tersebut jika pada loading point terdapat
batuan berserakan, dan harus menunggu sampai loading point dibersihkan.
d. Saat loading berlangsung, posisi ban belakang harus lurus terhadap ban
depan.
e. Saat menunggu loading atau saat loading berlangsung, operator alat angkut
dilarang keluar dari kabin operator.
f. Alat angkut baru boleh berangkat apabila mendapat sinyal klakson dari
operator alat muat/excavator.

Posisi truck yang dianjurkan adalah sebaiknya bottom loading (posisi truck di
bawah), dan usahakan metode loading drive by loading (gambar 1) atau 1,5
side loading (gambar 2) agar productivity optimal
Gambar 1

Drive by loading yang memuat dari samping dan dari belakang

Gambar 2

Metode 1,5 side loading

Operation Training & Development - 121 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

Selalu tempatkan truck pada posisi yang rata, dan padat yang bebas dari
boulder. Posisi menunggu truck jangan terlalu jauh (gambar bawah) :

Selalu lakukan perbaikan loading point sesuai kebutuhan dengan menggunakan


dozer, jika loading pont tidak dirawat akan menyebankan umur ban akan
pendek (gambar bawah) :

Aturan 10/10/20 (Ten / Ten / Twenty)


Suatu kaidah yang mengatur muatan agar tidak berlebih atau kurang, dengan
tujuan untuk memaksimalkan penggunaan peralatan, memastikan operasi yang
aman, meningkatkan produktivitas dan biaya-per-BCM yang lebih rendah.
• Underload / Muatan yang kurang, peralatan kurang dimanfaatkan, mengurangi
productivity dan meningkatkan biaya per ton.
• Overloading / Muatan berlebih menyebabkan keausan berlebihan pada komponen
kendaraan, seperti rem, ban dan drive train, mengurangi umur komponen dan
meningkatkan biaya pemeliharaan dan perbaikan.

Operation Training & Development - 122 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

a. Area warna hijau muda: Muatan 90% hingga 110% dari target muatan
diperbolehkan
b. Area warna kuning : muatan antara 110% - 120% dari target muatan
diperbolehkan hanya 10% dari total ritasi
c. Area warna merah : Muatan >=120% dari target muatan tidak diperbolehkan
sama sekali.

Tugas pengawas adalah memantau/mengontrol muatan yang diangkut OHT,


jika berlebih atau kurang maka segera dikoreksi.

List distribusi Payload Berdasarkan Prinsip Ten Ten Twanty (10/10/20)


In Range
Under Over Range Over Range
(>=90% -
Range (>110% - <120% (>=120%
Target <=110%
NO Model <90% Target) Target)
Payload Target)
target
muatan
Ten / 10 Ten / 10 Twenty / 20
Kurang dari lebih dari 60 ton - 65,4 ton ke
1 773D 54,5 49 - 60 ton
49 ton kurang dari 65.4 ton atas
Kurang dari lebih dari 70,4 ton - 76,8 ton ke
2 775F 64 57,6 - 70,4 ton
57,6 ton kurang dari 76,8 ton atas
Kurang dari lebih dari 105,6 ton - 115,2 ton ke
3 777D 96 86,4 - 105,6 ton
86,4 ton kurang dari 115,2 ton atas
ADT Kurang dari lebih dari 41,8 ton - 45,6 ton ke
4 38 34,2 - 41,8 ton
740 34,2 ton kurang dari 45,6 ton atas
Tidak
Tidak Hanya dibolehkan 10%
Remarks dibolehkan
Dibolehkan
dari total ritasi
dibolehkan
sama sekali

3.3.4.2. Saat Truck di Hauling Road (Mengangkut Material)


Pada saat unit memasuki zona jalan hauling, ketentuan yang perlu diperhatikan
adalah :
a. Pakailah kecepatan yang aman sesuai (max 40 km/jam) atau dibawah
batas kecepatan yang diizinkan, dengan gigi transmisi yang benar.
b. Gunakan jalur kiri kecuali ada arahan lain oleh rambu-rambu.
c. Tidak boleh berbalik arah atau berbelok U ( U turns ) di sepanjang jalur
haul roads.
d. Ketika menghampiri rambu STOP atau GIVE WAY, jangan berhenti
disebelah kendaraan/peralatan lain yang juga sedang menghampiri
rambu-rambu tersebut. Berhentilah dibelakang kendaraan/peralatan
tersebut guna menunggu giliran untuk menyeberang atau membelok di
persimpangan jalan.
e. Ketika akan melewati persimpangan yang memberikan prioritas alat
angkut untuk lewat, bunyikan klakson panjang sampai memelwati
persimpangan tersebut.
f. Pada waktu jalan beriringan dengan alat angkut lain, beri jarak 4 kali
panjang alat angkut (+/- 40 meter) dengan alat angkut itu.
g. Alat angkut hanya diizinkan mendahului alat angkut yang sedang berhenti,
grader yang sedang bekerja, dan track type lainnya, dengan
menggunakan sinyal klakson.
h. Jangan mendahului sesama alat angkut di jalan menurun, atau
kendaraan/peralatan apapun dibelokan dan persimpangan.
i. Gunakan retarder bila perlu, dan aktifkan sebelum mulai menuruni jalan.
Jangan gunakan retarder secara berlebihan karena mengakibatkan ban

Operation Training & Development - 123 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

kehilangan cengkram dan overheat. Jangan menempuh jalan menurun


dengan transmisi di posisi netral.
j. Untuk menghindari tumpahan material dan kerusakan ban, kurang
kecepatan bila harus melakukan belokan tajam, kondisi jalan jelek.
k. Untuk menghindari insiden dan kerusakan ban, hindari melewati genangan
air, batu-batuan, dan jalan berlubang.
l. Laporkan genangan air, ceceran batuan, dan kerusakan jalan serta potensi
bahaya di jalan, kepada Pengawas.
m. Jika jarak pandang < 50 meter karena kabut, operasi distop sementara
sambil menunggu kondisi membaik.
Jalan yang becek atau berlumpur akan menyebabkan ban akan kehilangan daya
traksi sehingga terjadi slip sehingga usia ban semakin pendek. Bila terjadi slip pada
salah satu roda, kurangi kecepatan sampai < 15 km/jam agar TCS berfungsi.

Akibat yang ditimbulkan jika ban sering slip

Perawatan jalan sangat penting untuk memperbaiki productivity truck

Jala standar VS Jalan tidak standar


Dirawat dengan baik Tidak dirawat dengan baik
Jalan Standar : Jalan tidak standar :

- Cycle time truck kecil - Cycle time truck besar


- Productivity truck besar - Productivity truck kecil
- memerlukan truck lebih - Dengan jarak yang sama
sedikit memerlukan truck lebih
- Cost per BCM rendah banyak
- Cost per BCM tinggi

Operation Training & Development - 124 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

Tanjakan yang tidak konstan membuat truck sering ganti gigi

Truck Up Shift

Komponen yang akan mengalami kerusakan jika tanjakan tidak konstan :


1. Torque Converter, 2. Drive Shaft, 3. Transmission, 4. Differential, 5.
Final Drive

Desain jalan sangat mempengaruhi pengoperasian Truck yang bisa


menyebabkan productivity rendah dan umur komponen pendek, sehingga cost
per BCM jadi tinggi..
Jalan dengan grade yang tidak konstan menyebabkan operator sering pindah
gigi yang bisa berdampak pada umur power train, suspensi dan ban.
Perpindahan gigi di tanjakan akan membuat muatan bergeser kebelakang,
untuk menghindari usahakan tempat gigi yang terendah saat mulai tanjakan
tinggi agar tidak berpindah-pindah saat menaiki tanjakan.

Gunakan gigi yang sesuai dengan kondisi tanjakan untuk menghindari


transmission hunting. Menempatkan gigi yang sesuai dengan grade jalan
dilakukan sebelum tanjakan dan sebelum turunan.
Memberhentikan OHT terlebih dahulu pada saat akan merobah posisi OHT dari
maju ke posisi mundur atau sebaliknya, pastikan tuas gear melewati netral
atau dengan aktual speed posisi “0” dan actual gear posisi “N” untuk
menghindari transmission abuse.
Kecepatan maksimal Truck maksimal 40 km/jam atau sesuai regulasi dari
client

Operation Training & Development - 125 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

Penggunaan Auto Retarder Control ( ARC )


Gunakan gigi yang tepat ketika akan memasuki jalan turunan untuk
memaksimalkan pengoperasi ARC, kecepatan Unit dan Putaran Engine akan secara
otomatis diatur. Jika diperlukan, gunakan Tuas kontrol retarder manual untuk
mendapatkan kekuatan lebih untuk memperlambat kecepatan Unit .
ARC harus tetap dalam posisi ON selama operasi normal. Bila Anda menempatkan
saklar dalam posisi OFF, ARC tidak akan mengontrol kecepatan Engine selama
operasi normal. Namun, jika kecepatan Engine menjadi terlalu tinggi, ARC akan
melakukan perlindungan untuk mencegah engine overspeed.

ARC tidak akan aktif / tidak berfungsi jika :


 Menggunakan Brake / rem
 Menginjak pedal gas

Dengan ARC ON
RPM Engine konstan
Rata2 : 2.100 – 2.300 (773 &
775). 1.850 – 1.950 untuk 777

Dengan ARC OFF/


Manual Retarder
RPM Engine tidak
konstan

Keuntungan menggunakan ARC (automatic retarder control) :


1. Menjaga kestabilan kecepatan (menurunkan kecepatan)
2. Lebih mudah cara operasinya
3. Mencegah suhu oli rem terlalu tinggi
4. Mencegah terjadinya engine over speed
5. Pemakaian retarder manual jadi tidak berlebihan

Penggunaan rem depan yang berlebihan akan mengakibatkan rem terlalu panas,
jangan menggunakan rem service untuk mengurangi kecepatan di turunan dengan
posisi switch rem depan posisi “ON”, gunakan rem service hanya untuk
memberhentikan unit.

Akibat yang timbul jika menggunakan rem service secara berlebihan

Operation Training & Development - 126 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

Menjalankan Truk Untuk Menghemat Bahan Bakar dan Komponen


a. Di jalan datar bagus:
 Jalankan truk sesuai dengan kecepatan
maksimal yang diijinkan.
 Jalankan unit secara konstan. Jangan nge -
gas dan nge - rem secara mendadak.
 Kurangi kecepatan sebelum berbelok,
terutama di tikungan tanpa superelevasi.
 Tempatkan tuas transmisi tidak melebihi
kecepatan yang diijinkan
 Contoh : gigi 4 F untuk kecepatan 25
km/jam.

b. Di jalan datar jelek :


 Jalankan truk dengan kecepatan rendah.
 Jalankan unit secara konstan.
 Hindari jalan lunak dan berlobang.
 Bila tidak bisa dihindari, kurangi kecepatan.
 Sesuaikan Gigi dengan kondisi jalan ( Lock
Gear )
 Tempatkan tuas transmisi pada posisi 2 F
untuk kecepatan ± 14 km/j.
 Pedal gas jangan diinjak sampai “habis”.

c. Di tanjakan konstan dan halus :


 Jalankan unit secara konstan.
 Kunci gear yang sesuai.
 Contoh : Gunakan gigi 3 F untuk kecepatan
± 20 km/jam.
 Pedal gas jangan diinjak sampai “habis”.

d. Di tanjakan tidak konstan :


 Jalankan unit secara konstan.
 Lock Gear yang sesuai
 Untuk menghindari perpindahan gigi bolak-
balik (transmission hunting), gunakan gigi
 1 F untuk kecepatan ± 10 km/jam.
 Pedal gas jangan diinjak sampai “habis”.

Operation Training & Development - 127 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

Perhatian :
1. Jangan menetralkan transmisi atau meluncur pada posisi netral
2. Bila suhu minyak pelumas rem terlalu panas, turunkan gigi transmisi atau
hentikan kendaraan sampai suhu minyak pelumas menurun, untuk menghindari
terjadinya keausan dini pada komponen rem.
3. Dalam pengoperasian normal, gunakan rem service untuk berhenti secara
normal.
4. Untuk menghindari kendaraan tergelincir saat memasuki jalan yg licin maka
kecepatan kendaraan harus sudah dikurangi sebelum kendaraan memasuki
jalan yang licin, jangan mengerem atau berbelok secara tiba-tiba di jalan yang
licin.
5. Perhatikan selalu jarak aman kendaraan di depan dan dibelakang

Perlu di ingat :
Retarder untuk mengurangi kecepatan unit
Rem Service untuk menghentikan unit
Rem Darurat dipergunakan apabila semua sistim rem tidak berfungsi
Rem Parkir dipakai ketika unit sudah berhenti dan transmisi telah dinetralkan

Menjalankan truck bermuatan di turunan :

 Set gigi sesuai dengan


kemiringan jalan.
 Bebaskan pedal gas.
 Gunakan retarder untuk
mempertahankan putaran
engine antara 1.700 – 2.000
RPM (777D)
 Bila suhu oli retarder terlalu
panas, turunkan gigi satu
tingkat.

Operation Training & Development - 128 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

Jangan netralkan transmisi atau meluncur pada posisi netral saat melewati
turunan, hal ini sangat berbahaya bagi keselamatan operator, orang sekitar
maupun unit yang dioperasikan.

Menentukan kecepatan gigi transmisi di turunan

BRAKE SELECTOR
Jika brake selektor OFF :
Retarder ON = - Front Brake OFF
- Rear Brake ON
Service Brake ON = - Front Brake OFF
- Rear Brake ON
Parking Brake ON = - Front Brake OFF
- Rear Brake ON
Secondary Brake ON = - Front Brake ON
- Rear Brake ON
Jika brake selektor ON
Retarder ON = - Front Brake OFF
- Rear Brake ON

Operation Training & Development - 129 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

Service Brake ON = - Front Brake ON


- Rear Brake ON
Parking Brake ON = - Front Brake OFF
- Rear Brake ON
Secondary Brake ON = - Front Brake ON
- Rear Brake ON

Sistim Kendali Traksi (TCS):


Adalah sistim yang mengatur putaran roda sebelah kiri dan kanan
belakang OHT saat berjalan di tempat licin.
Apabila salah satu roda kehilangan traksi (slip) maka secara otomatis
putaran roda yang lebih tinggi dikurangi dan torsinya disalurkan ke
bagian roda yang tidak berputar.
Apabila TCS aktif, maka lampu indikator akan menyala.

JARAK KONVOI TRUCK

+- 40 meter

Hindari jarak konvoi terlalu


berdekatan (ikuti ketentuan)

STANDAR JALAN TAMBANG


Jenis Haul Road :

1. Permanent Haul Road


2. Semi Permanent Haul Road
3. Temporary Haul Road

Operation Training & Development - 130 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

Jalan tambang yang digunakan adalah semi permanent haul road dan temporary
haul road dengan ketentuan sebagai berikut (berdasarkan CMP) :
Standar Parameter Haul Road Berdasarkan CMP

One-way (straights/corners) One-way (straights/corners)

One Way (Straight / Corners)

Two Way (In Straight)

Two Way (In Corners)

Operation Training & Development - 131 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

Grade
Adalah tingkat kemiringan jalan yang dinyatakan dalam persen (perbandingan
antara jarak vertikal dengan jarak horisontal

20m
10m

100m 100m
Grade 10% Grade 20%

Kekuatan tarik truck – Gross Weight


Rimpull

Operation Training & Development - 132 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

Super Elevasi
Adalah kemiringan ke arah kiri atau kanan jalan pada tikungan, gunanya untuk
mengimbangi gaya sentripetal saat unit ditikungan

a.

Radius putar vs super elevasi

Operation Training & Development - 133 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

Safety Berm
Adalah tanggung pengaman di sisi jalan, di disposal atau di area lainnya

Tinggi tanggul

Crown
Adalah beda tinggi permukaan antara sisi-sisi dan bagian tengah jalan yang lurus.

Operation Training & Development - 134 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

Blind Spot
Adalah pandangan yang terhalang karena adanya tikungan atau tanjakan atau
jangkauan pandangan operator saat operasi

Halangan pada pandangan vertikal

Halangan pada pandangan horisontal

Operation Training & Development - 135 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

Rolling resistance
Adalah tahanan / hambatan pada roda yang menggelinding

Nilai rolling resistance berdasarkan kondisi permukaan jalan

Kondisi Permukaan Jalan Rolling


Resistance
Keras dirawat dengan baik 1,5 %
Dirawat dengan beberapa bagian yang lentur 3%
Penetrasi ban ke jalan : 2,5 cm 4%
Penetrasi ban ke jalan : 5 cm 5%
Penetrasi ban ke jalan : 10 cm 8%
Penetrasi ban ke jalan : 20 cm 14%

1.3.4.3. Saat Truck di Disposal (Dumping)

Saat memasuki area disposal, ketentuan yang harus diperhatikan adalah :

a. Operator alat angkut harus mengetahui dan mengerti lokasi dan batas
pembuangan yang informasinya berupa pita survey, atau mematuhi aba-aba
dari spotter yang bertugas (jika ada), serta mengetahui jenis material yang
diangkut
b. Pastikan lokasi aman dari orang dan unit lain, sebelum bergerak mundur di
disposal. Jika ada spotter, ikuti aba-aba atau isyarat dari dari spotter.
c. Usahakan jalan masuk dan keluar disposal terpisah
d. Alat angkut harus menghampiri dumping point searah dengan jarum jam,
untuk menghindari tumpahan material dan kerusakan ban, kurang kecepatan
bila harus melakukan belokan tajam.
e. Jalankan alat angkut mundur secara perlahan kearah dumping point dan
hentikan jika menyentuh tanggul pengaman (safety berm). Bila tidak ada
safety berm, hentikan alat angkut 7,5 meter dari ujung tebing pembuangan
(tip head). Apabila terdapat lebih dari satu unit alat angkut yang bersamaan
menumpah muatan pada dumping point tersebut, pertahankan jarak
minimum 5 meter diantara masing-masing alat angkut.
f. Pastikan Posisi harus lurus sebelum dumping. Pastikan semua ban di posisi
rata. Hentikan unit dengan service brake, Pindah tuas transmission ke
posisi N ( Netral ) Aktifkan parking brake.
g. Untuk mengosongkan muatan, gerakkan alat angkut maju +/- 3 meter atau
1 x putaran roda, tidak boleh dumping sambil berjalan
h. Pastikan posisi dump body benar pada chassis, lalu bergerak/berjalan
meninggalkan dumping point.
i. Laporkan genangan air dan potensi bahaya di dumping point kepada
pengawas

Operation Training & Development - 136 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

Posisi dumping

Tinggi tanggul dumpingan

Operation Training & Development - 137 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

Proses dumping dengan tanggul pengaman


Tinggi tanggul :
½ kali tinggi ban unit
terbesar

a. Tanggul Pengaman b. Dumping dengan tanggul pengaman,


berfungsi sebagai penahan unit saat
perhatikan jarak antar truck min 5 m
melakukan kegiatan membuang OB.
Atau tergantung regulasi client

Proses dumping tanpa tanggul pengaman

7,5 m
mm

7,5 m

a. Biasanya untuk material lunak b. Tanpa tanggul jarak antara ban


dengan bibir dumpingan min 7,5 m
Atau tergantung regulasi client

Sketsa proses dumping

Operation Training & Development - 138 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

Akibat yang terjadi jika tidak mengikuti ketentuan saat dumping

Standar disposal berdasarkan CMP

Standar parameter disposal berdasarkan CMP

Operation Training & Development - 139 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

Standar parameter cycle time alat angkut berdasarkan CMP

Operation Training & Development - 140 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

Operation Training & Development - 141 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

Standar productivity alat angkut berdasarkan CMP

Operation Training & Development - 142 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

TRANSMISSION / CHASSIS ECM LOGGED EVENTS


( Kesalahan pengoperasian yang di baca pada ECM Unit )

1. Coasting in Neutral
Arti : Unit bergerak dengan kecepatan lebih dari 8 km/jam dalam
kondisi transmisi netral ( Freewheel ) Kecepatan Engine
dibawah 1000 RPM.
Kejadian : Disaat mulai berjalan di turunan, tanpa menginjak service
brake, rem parkir sudah di lepas / disaat turunan unit masih
meluncur transmisi di netralkan
Akibatnya : Merusak sistem lubrikasi / pelumasan pada transmisi
Mengatasinya: Injak service brake sebelum melepas rem parkir kemudian
masukkan gigi maju / mundur & disaat turunan dilarang
menetralkan transmisi.

2. Transmission Abuse
Arti : Memindahkan gigi dari Netral ke Maju / Mundur dalam kondisi
engine speed ( RPM ) tinggi (diatas 1300 rpm).
Kejadian : Terjadi di Loading area pada saat Unit akan bergerak setelah
selesai pengisian atau di dumping area setelah selesai
membuang material atau pada saat parkir ditanjakan.
Akibatnya : Kerusakan pada komponen Torque converter, Drive shaft,
Transmission maupun Final drive.
Mengatasinya: Pastikan Unit berhenti ( gunakan service brake )
tunggu display 0 Km/jam, Netralkan Transmisi, RPM engine
Langsam / low idle ( rasakan kopling transmisi lepas ),
Pindahkan Lever Transmisi gigi ke Maju / Mundur
(rasakakopling Transmisi menempel / masuk / engage),
naikkan putaran engine ( RPM ) secara perlahan.

3. Engine Over Speed


Arti : Kejadian dimana Engine speed ( RPM ) melebihi 2200 rpm
(777D) & 2475 rpm (773E / 775F / 740B).
Kejadian : Terjadi pada saat turunan dengan kecepatan tinggi &
menggunakan rem secara mendadak.
Akibatnya : Kerusakan pada komponen Engine yaitu pada cylinder, valve
dan piston ( Engine Jamed )
Mengatasinya: Disaat memasuki jalan turunan, pastikan Auto Retarder
Control ( ARC ) aktif ( ON ), kurangi kecepatan, gunakan gigi
rendah ( turunkan gigi satu tingkat dengan gigi max ketika
menanjak ), sesuaikan Tuas Transmisi dengan gigi yang ada di
display, apabila RPM cenderung naik bantu dengan
menggunakan manual retarder.

Operation Training & Development - 143 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

TPMS & MSI

TPMS (Truck Payload Measurement System : Sistem pengelolaan muatan OHT


Keuntungan menggunakan TPMS :
1. Menganalisa ketepatan muatan yang sesuai
2. Analisa waktu edar
3. Rancangan dan kondisi jalan angkut
4. Analisa produksi
Dengan memanfaatkan TPMS akan meningkatkan productivity dan mengurangi cost
operasional
Data yang diperoleh :
1. Waktu muat
2. Waktu berjalan bermuatan dan kosong
3. Jarak tempuh kosong dan muatan
4. Waktu membuang muatan
5. Kecepatan rata-rata
6. Informasi muatan
7. Tekanan suspensi

Komponen TPMS :
1. PMC (Payload Measurement Control) berfungsi : Membaca masukan dari
berbagai signal, memproses masukan data, mencatat hasilnya,
mengendalikan masukan
2. Pressure Sensor berfungsi : membaca signal tekanan suspensi dan
mengirimnya ke PMC
3. POD (Payload operator display berfungsi: memperagakan berat muatan,
target muatan
4. Transmission Speed Distributor berfungsi : Memberi signal kecepatan ke
PMC, menunjukkan unit berjalan atau berhenti
5. External Light Indicator berfungsi : Mendeteksi muatan, petunjuk muatan
sudah cukup atau perlu tambah
6. Bed Raise Switch berfungsi : Memberi signal ke PMC saat dump body naik
atau turun.

Payload Measurement Control Pressure Sensor

Operation Training & Development - 144 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

Payload Operator Display Transmission Speed Distributor

External Light Indicator Bed Raise Switch

TIME DISTRIBUTION
Adalah Semua event dalam satu siklus OHT, dengan mengurangi stop empty dan
stop loaded maka akan menambah productivity OHT serta menurunkan Cost / BCM

Pengelolaan muatan yang benar sesuai dengan kaidah 10 / 10 / 20 yang sudah


dibahas sebelumnya.

Operation Training & Development - 145 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

MSI adalah Mine Saverity Index atau tingkat keparahan tambang.


Mine Savarity Index tergantung pada muatan (Payload Index) dan kondisi jalan
tambang (Haul Road Index)
Pengukuran Mine Saverity Index ini bisa dilakukan jika truck terkalibrasi dengan
baik

Haul Road Index : Index Jalan Tambang yang tergantung pada kondisi muatan,
jalan tambang dan teknik pengoperasian unit. Kondisi muatan yang over dengan
kondisi jalan yang jelek dengan pengoperasian yang tidak benar akan
menyebabkan nilai Haul Road Index jelek (melebihi standar). Jika nilai Haul Road
Index jelek, akan mempercepat kerusakan komponen.

Agar Haul Road Index nilainya sesuai standar yang perlu diperhatikan adalah :

1. Pastikan unit terkalibrasi dengan baik


2. Jalan harus standar dan tidak bumpy
3. Hindari negatif super elevasi jalan
4. Operator harus yang kompeten dan punya attitude baik
5. Kerja sama antar operator harus baik
6. Muatan harus sesuai standar
7. Fungsi kepengawasan harus efektif
Nilai Haul Road Index max 5

Payload Index : Index muatan yang tergantung pada berat muatan. Jika muatan
overload yang menyalahi kaidah 10 / 10 / 20 maka Payload Index jelek. Nilai
Payload Index yang jelek akan mempercepat kerusakan komponen.
Agar Payload Index nilainya sesuai standar yang perlu diperhatikan adalah :
1. Pastikan turck terkalibrasi dengan baik
2. Hindari under load
3. Batasi over load antara 110% - 120% (hanya boleh 10% dari total ritasi)
4. Hindari muatan over load 120% atau lebih
5. Pastikan kondisi front yang standar
6. Kerja sama operator alat muat dan alat angkut baik
7. Operator memahami standar muatan OHT yang dioperasikan
8. Fungsi kepengawasan harus efektif
Nilai Payload Index max C

Tabel Mine Saverity Index (Max 5C)

J
PAYLOAD INDEX

I
H
G
F
E
D
C
B ACCEPTABLE
A

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
HAUL ROAD INDEX

Operation Training & Development - 146 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

1.3.4.4. Pemeliharaan Jalan Dengan Grader


ARTICULATION FRAME

BERBELOK DENGAN ARTIKULASI

Sebelum berputar pastikan differential


lock tidak AKTIF

Artikulasikan frame dan putar


kemudi sesuai arah artikulasi

Luruskan kembali frame dan kemudi setelah


hampir selesai berputar

Saat berputar hindari benturan roda dengan


moldboard

Operation Training & Development - 147 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

Gunakan kombinasi artikulasi dan wheel lean


pada saat berputar. Jika menggunakan metode
ini, radius putaran menjadi lebih kecil Saat
berputar hindari benturan antara moldboard
dengan roda

PIN DI TENGAH

•Grading jarak jauh

•Finishing

•Membawa windrow sedang

•Gunakan maksimal gigi 3 -

Operation Training & Development - 148 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

PIN DI LOBANG KEDUA

•Membersihkan parit dangkal

•Grading tebal dan memindahkan windrow


yang banyak

•Membuat dasar parit sempit dan backfill

•Gunakan maksimal gigi 2

PIN DI LOBANG KETIGA

•Memotong parit back slope dan high bank


slope

•Membersihkan parit yang dalam

•Membuang rumput dan batu-batu besar di


dalam parit

•Gunakan gigi 1

Operation Training & Development - 149 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

FRONT WHEEL LEAN

Wheel lean digunakan untuk menjaga agar


roda depan bergeser dari jalur yang
diinginkan (side draft), memperkecil radius
putar dan mengurangi unit bergeser saat
grading di lereng.

POSISI BLADE

Operation Training & Development - 150 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

•Posisikan bagian atas ± 5 cm di depan cutting edge.

•Jaga agar sudutnya tetap 90° terhadap permukaan jalan.

•Usuhakan posisi tip tetap pada posisi ini.

PELINDUNG DCM

Circle Drive Slip Clutch

Perelngkapan standar pada Grader seri H dan M

Mencegah kerusakan DCM apabila menerima beban


kejut horizontal

Dapat disesuaikan dengan kondisi medan operasi

Blade Lift Accumulator


(Switch Blade Cushion)
Perlengkapan standar pada setiap motor
grader (14H – 24H/M)

Mencegah kerusakan DCM karena beban kejut


vertikal dengan cara mengangkat molboard
terangkat secara otomatis bila memnabrak batu
yang terbenam di dalam tanah. (Tekanan efektif
sekitar 600 psi)

Posisikan switch Blade Lift Accumulator pada ON


selama unit beroperasi.

Operation Training & Development - 151 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

Differential lock diaktifkan dengan menekan


switch ke posisi ON (indikator menyala). Non aktif
nya dengan menekan switch posisi OFF, indikator
mati. Jangan lupa mengembalikan posisi OFF.
Digunaan saat melakukan pekerjaan :

1.Grading tebal

2.Medan licin

CATATAN:

Jangan mengaktifkan Differential lock bila:

1.Roda Tandem mengalami slip, sehingga putaran roda kanan dan kiri berbeda.

2.Grader melakukan belokan, menggunakan stir.

3.Menarik beban, menolong unit amblas

Bila beban terlalu berat lakukan:

1. Perbesar sudut blade


2. Gunakan diff lock
3. Turunkan gigi
4. Gunakan artikulasi / Crab
5. Angkat blade bertahap

Sudut Blade

• Gunakan lintasan terlebar (sudut blade kecil).


• Besarkan sudutnya bila material sulit mengalir.
• Gunakan sudut 10° untuk blade Grader Bit
System atau serrated edge.

Meratakan/Menghampar Material

 Artikulasikan frame belakang kearah heel


moldboard 15-18 derajat

 Geser drawbar, circle dan moldboard ke arah


tumpukan dengan sudut moldboard 15 - 20º
Bila memungkinkan kerjakan dua arah dan
gunakan differential lock agar roda tidak slip

Operation Training & Development - 152 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

Memindahkan Windrow Yang Besar

 Set top moldboard sekitar 4-5 inch didepan


cutting edge
0 0
 Set sudut blade sekitar 30 -45 (sesuaikan
sudut blade dengan kondisi material)
 Arikulasikan frame belakang ke arah heel
moldboard 18-20º
 Gunakan gigi transmisi 2

3.4. COAL ACTIVITY (Penanganan Batubara)

Sasaran penanganan batu bara :

1. Pencapaian produksi sesuai target client


2. Kualitas yang dihasilkan sesuai yang distandarkan client

Kualitas batubara yang dihasilkan :


• Sangat tergantung dari jenis bahan asalnya dan
• Peningkatan mutu oleh faktor geologi termasuk gradien
geotermal dan sebagainya.
• Cara penanganannya

Klasifikasi batubara berdasarkan kualitas :

1. Antrasit adalah kelas batubara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan


(luster) metalik, mengandung antara 86% – 98% unsur karbon (C) dengan
kadar air kurang dari 8%.
2. Bituminus mengandung 68 – 86% unsur karbon (C) dan berkadar air 8-10%
dari beratnya. Batubara ini yang paling banyak ditambang di Australia.
3. Sub-bituminus mengandung sedikit karbon, <68%, dan air 10%-35%,
menjadi sumber panas yang kurang efisien dibandingkan dengan bituminus.
4. Lignit atau batubara coklat adalah batubara yang sangat lunak yang
mengandung air 35-75% dari beratnya.
5. Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori yang
paling rendah.

Operation Training & Development - 153 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

Kualitas batubara ditentukan dengan analisis batubara di laboraturium, diantaranya


adalah :
1. Total Moisture (TM)
2. Analisis proksimat, dilakukan untuk menentukan :
• Air lembab bawaan (Inherent moisture = IM), Abu (Ash = A),
Zat terbang (Volatil Matter = VM) dan Karbon padat (Fixed
Carbon = FC)

2. Sedangkan analisis ultimat dilakukan untuk menentukan kandungan


unsur kimia pada batubara seperti :
• Karbon,
• Hidrogen
• Oksigen
• Nitrogen
• Sulfur, dan
• Unsur tambahan lain.

3. Nilai Kalori

Coal Quality : Kualitas batubara yang dipersyaratkan oleh client yakni yang ramah
lingkungan dan bebas kontaminasi.

Pada dasarnya semua pihak bertanggung jawab terhadap kualitas Batubara apakah
itu Pengawas ataupun Operator, karena setiap orang yang terlibat langsung
maupun tidak langsung dalam Coal Handling harus dapat mempertanggung
jawabkan proses penanganan kebersihan Batubara.

Kontaminasi adalah masuknya/bercampurnya benda/material lain ke dalam batu


bara, (Logam maupun non Logam) yang dapat mengurangi kualitas batu bara itu
sendiri.

Kontaminasi batubara :

Kontaminasi logam contohnya yaitu :


 Plate besi, plate tambahan pada unit
 Tools, segala macam jenis bolt
 Kuku bucket, pin kuku bucket
 Dan segala macam jenis logam lainnya

Kontaminasi non logam contohnya yaitu :


 Clay, stone, silt stone
 Kotak nasi, kotak snack, botol dan gelas
 Kayu, plastik
 Dan segala macam sampah

Operation Training & Development - 154 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

Kontaminasi logam Kontaminasi non logam

Faktor penyebab terjadinya kontaminasi :

1. Human / Manusia
2. Machine / Peralatan, Unit
3. Metode penambangan
4. Material / Bahan

Big Coal

Adalah Batubara yang berukuran besar, lebih dari ukuran mulut crusher yang dapat
menyebabkan terhentinya produksi Crusher di Port.

Big Coal

Operation Training & Development - 155 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

A. Coal Getting (Pengambilan Batubara)


Expose  Cleaning  Loading

Batubara Expose adalah batubara yang OB di atasnya telah dimuat oleh


Excavator dan masih menyisakan sisa OB tipis di atas batubara.

Cleaning adalah proses pembersihan atap batubara (roof / top) yang telah
terexpose oleh alat loading OB.
Ketentuan melakukan aktivitas cleaning adalah :

1. Excavator yang digunakan harus menggunakan pelindung kuku bucket


(cutting edge) agar cleaning merata dan tidak banyak batubara ikut
terbuang
2. Sebelum Excavator dinaikkan ke atas batubara, bagian bawah dan track
batubara harus bersih untui menghindari kontaminasi
3. Sebaiknya jangan melakukan cleaning batubara sebelum dilakukan proses
peledakan di dekat lokasi cleaning (usahakan cleaning dilakukan setelah
blasting
4. Jika kondisi batubara terdapat banyak parting, maka diusakan tiap parting
di tiap lapisan dibersihkan untuk menghindari penurunan kualitas batubara

Loading batubara di PIT adalah proses pemuatan batubara ke Truck untuk


diangkut ke Stock Pile atau ke Crusher, ketentuan berikut :

1. Operator Excavator harus dalam kondisi sehat dan siap bekerja


2. Operator Excavator melakukan P2H unit untuk mengetahui unit siap dan
aman untuk dioperasikan
3. Operator Excavator harus kompeten dan berpengalaman dalam melakukan
loading batubara
4. Operator Excavator bertanggung jawab terhadap area loading,termasuk
kebersihan unitnya sendiri, kebersiahan area kerja dari kontaminasi
5. Operator Excavator harus mengerti batas pengambilan, kondisi dan posisi
parting batubara yang diloading
6. Pada saat pemuatan ke vessel alat angkut batubara, urutan pengisian
material mulai dari bagian depan atau belakang terlebih dahulu kemudian
bagian tengah, dengan maksud untuk memastikan muatan penuh sampai
ujung-ujung vessel dan agar muatan seimbang..
7. Kondisi loading point batubara harus lebar, padat, rata, bebas dari boulder
dan air
8. Jika loading pada shift malam penerangan harus cukup
9. Unit excavator yang akan loading harus bersih dari tanah atau lumpur
terutama tracknya
10. Jika kondisi batubara keras dalam proses pembongkaran yang memerlukan
ripping dozer jangan sampai membongkar parting karena bisa mrunkan
kualitas batubara
11. Jika loading batubara menggunakan kuku bucket jangan sampai
membongkar floor
12. Truck yang digunakan untuk mengangkut batubara harus dalam keadaan
bersih
13. Batubara yang dimuat tidak boleh berupa bongkah (big coal) karena bisa
menyebabkan crusher macet, sebaiknya dipecah menjadi lebih kecil
14. Beri label nama sesuai seam batubara

Operation Training & Development - 156 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

E. STANDARD PRODUCTIVITY COAL GETTING


No DESCRIPTION Unit EXCAVATOR TYPE WHEEL LOADER TYPE
CAT 390 CAT 349 CAT 336 CAT 320 CAT 980H CAT 966H
90 T 45 T 30 T 20 T 45 T 45 T
1 Bucket Capacity Lcm 6 3 2.3 1.6 4.6 4
2 Bucket fill factor Standard % 85% 85% 85% 85% 85% 85%

3 Cycle time Standard dtk 28 26 24 23 26 26


4 Effisiensi % 80% 80% 80% 80% 80% 80%
5 Swell factor 0.74 0.74 0.74 0.74 0.74 0.74
5 Density Material 1.28 1.28 1.28 1.28 1.28 1.28
6 Q (bcm) Standard Bcm 497 268 222 161 410 357
7 STANDART PRODUCTIVITY Bcm 497 268 222 161 410 357

B. Coal Hauling (Pengangkutan Batubara)

Coal Hauling adalah proses pengangkutan batubara ke Stock Pile atau langsung ke
Port/pelabuhan untuk selanjutnya proses crushing dan pengapalan.
Ketentuan yang perlu diperhatikan adalah :
1. Memastikan operator truck sehat dan siap untuk bekerja
2. Operator melakukan P2H unit untuk memastikan unit siap dan aman
dioperasikan
3. Operator Truck harus kompeten dan berpengalaman dalam melakukan
hauling batubara
4. Memastikan vessel unit bersih dari lumpur, tanah atau benda lainnya
5. Operator mengetahui produksi yang ditargetkan
6. Operator mengetahui jenis batubara yang diangkut, memahami arti label
yang dipasang dan mengetahui tempat batubara akan didumping
7. Kondisi jalan hauling, tidak licin / basah, atau pada kondisi kering tidak
berdebu dan standar yang sesuai
8. Dilakukan penyiraman jalan secara rutin untuk menghindari debu
9. Menaati rambu-rambu lalu lintas di jalan hauling, tidak memaksakan
melambung truck lain kecuali jika truck yang berhenti, atau alat support
lain seperti dozer, grader atau compactor
10. Operator memastikan melakukan penimbangan batubara di timbangan
11. Saat operator memasuki area stock pile, harus mematuhi ketentuan
dumping di stock pile, dan mengikuti panduan spotter atau orang yang
ditugaskan untuk memandu.
12. Operator dumping batubara sesuai petunjuk spotter atau sesuai pelabelan

Standar jalan angkut batubara


NO DESCRIPTION PARAMETER REMARKS

1 Kecepatan Maks 60 km/jam atau sesuai ketentuan client


2 Lebar Jalan Min 3,5 kali lebar truck terbesar
3 Grade Jalan Maks 8%
4 Super Elevasi Maks 4%
5 Cross Fall 1 - 4%
Min 1/2 kali tinggi ban truck
6 Safety Berm
terbesar
7 Drainage Min Slope 1%

Operation Training & Development - 157 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Modul 3. Mining Operation & Activity

DAFTAR PUSTAKA

1. Visi Misi & Kebijakan MK3L Cipta Kridatama


( CK IMS-Integrated Management System )
2. UNDANG – UNDANG NO. 01 TAHUN 1970 Keselamatan Kerja
3. UNDANG – UNDANG NO. 23 TAHUN 1992 Kesehatan
4. Kepmen 555.K/26/M.PE/1995 K3 Pertambangan Umum
5. Caterpillar Performance Handbook ( PHB – 41)
6. Pedoman Pengoperasian & Pelaksanaan Pemeriksaan Harian D9R 2016
7. Pedoman Pengoperasian & Pelaksanaan Pemeriksaan Harian D10T 2016
8. Pedoman Pengoperasian & pelaksanaan Pemeriksaan Harian Excavator Small
(CAT 320D, CAT 336D dan CAT 349D) 2016
9. Pedoman Pengoperasian & Pelaksanaan Pemeriksaan Harian Excavator CAT
390D 2016
10. Pedoman Pengoperasian & Pelaksanaan Pemeriksaan Harian OHT 773E, 2016
11. Pedoman Pengoperasian & Pelaksanaan Pemeriksaan Harian OHT 775F, 2016
12. Pedoman Pengoperasian & Pelaksanaan Pemeriksaan Harian OHT 777D, 2016
13. ST-00-OPR-004 : Standar Keselamatan Kerja Area Loading Point, 2009
14. ST-00-OPR-005 : Standar Keselamatan Kerja Pembuatan Jalur Angkut
Tambang, 2010
15. ST-00-OPR-006 : Standar Keselamatan Kerja Disposal, 2009
16. ST-00-MIN-009 : Standar Parameter CMP – Primary Parameter, 2014
17. ST-00-MIN-010 : Standar Parameter CMP – Secondary Parameter, 2015

Operation Training & Development - 158 - Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Lampiran

PRIMARY PARAMETER OVERBURDEN

A. STANDARD PRODUCTIVITY BLASTED MATERIAL


No DESCRIPTION Unit EXCAVATOR TYPE
R9350 R9250 R984 CAT 390 CAT 349 CAT 336 CAT 374
350 T 250 T 100 T 90 T 45 T 30 T 70 T
1 Bucket Capacity Lcm 18 15 7 6 3 2.3 4.6
2 Bucket fill factor Standard % 95% 95% 95% 95% 95% 95% 95%

3 Cycle time Standard dtk 25 24 23 22 20 17 21


4 Effisiensi % 71% 71% 71% 71% 71% 71% 71%
5 Swell factor 77% 77% 77% 77% 77% 77% 77%
6 STANDART PRODUCTIVITY Bcm 1,347 1,169 569 510 281 253 403

B. STANDARD PRODUCTIVITY FREEDIG MATERIAL


No DESCRIPTION Unit EXCAVATOR TYPE
R9350 R9250 R984 CAT 390 CAT 349 CAT 336 CAT 374
350 T 250 T 100 T 90 T 45 T 30 T 70 T
1 Bucket Capacity Lcm 18 15 7 6 3 2.3 4.6
2 Bucket fill factor Standard % 90% 90% 90% 90% 90% 90% 90%

3 Cycle time Standard dtk 27 26 25 23 21 18 22


4 Effisiensi % 69% 69% 69% 69% 69% 69% 69%
5 Swell factor 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80%
6 PRODUCTIVITY Bcm 1,194 1,033 502 467 256 229 369

C. STANDARD PRODUCTIVITY RIPPING MATERIAL


No DESCRIPTION Unit EXCAVATOR TYPE
R9350 R9250 R984 CAT 390 CAT 349 CAT 336 CAT 374
350 T 250 T 100 T 90 T 45 T 30 T 70 T
1 Bucket Capacity Lcm 18 15 7 6 3 2.3 4.6
2 Bucket fill factor Standard % 85% 85% 85% 85% 85% 85% 85%

3 Cycle time Standard dtk 26 25 24 22 20 17 21


4 Effisiensi % 71% 71% 71% 71% 71% 71% 71%
5 Swell factor 77% 77% 77% 77% 77% 77% 77%
6 PRODUCTIVITY Bcm 1,150 996 484 453 249 225 358

D. STANDARD PRODUCTIVITY MUD MATERIAL


No DESCRIPTION Unit EXCAVATOR TYPE
R9350 R9250 R984 CAT 390 CAT 349 CAT 336 CAT 374
350 T 250 T 100 T 90 T 45 T 30 T 70 T
1 Bucket Capacity Lcm 18 15 7 6 3 2.3 4.6
2 Bucket fill factor Standard % 75% 75% 75% 75% 75% 75% 75%

3 Cycle time Standard dtk 31 30 29 27 25 22 26


4 Effisiensi % 62% 62% 62% 62% 62% 62% 62%
5 Swell factor 83% 83% 83% 83% 83% 83% 83%
6 PRODUCTIVITY Bcm 813 700 338 311 168 146 244

Operation Training & Development Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Lampiran

KESESUAIAN JUMLAH TRUCK BERDASARKAN UNIT LOADING DAN JARAK


DISPOSAL

A. Material Ripping
EXCAVATOR
CAT R 994,
UNIT

Description CAT 390 R984 R 9350


349 R9250
CAT CAT CAT CAT CAT CAT CAT CAT CAT
740B 775 773 775 773 785 777 785 777
Vessel Capacity 14 27 24 27 24 54 36 54 36
97 190 177 190 177 396 304 418 317
500 (3) (2) (3) (3) (3) (3) (3) (3) (4)
80 156 144 156 144 322 241 337 249
800 (3) (3) (3) (3) (3) (3) (4) (3) (5)
75 147 136 147 136 303 225 316 232
900 (3) (3) (3) (3) (4) (3) (4) (4) (5)
71 139 128 139 128 287 212 298 218
1000 (4) (3) (4) (4) (4) (3) (5) (4) (5)
Distance (m)

68 132 122 132 122 272 199 282 205


Bcm/Hr

1100 (4) (3) (4) (4) (4) (4) (5) (4) (6)
64 126 115 126 115 258 189 268 194
1200 (4) (4) (4) (4) (4) (4) (5) (4) (6)
62 120 110 120 110 246 179 255 183
1300 (4) (4) (4) (4) (4) (4) (6) (5) (6)
59 115 105 115 105 235 170 243 174
1400 (4) (4) (4) (4) (5) (4) (6) (5) (7)
56 110 100 110 100 225 162 232 166
1500 (5) (4) (5) (4) (5) (5) (6) (5) (7)
47 91 83 91 83 185 131 190 134
2000 (5 (5) (6) (5) (6) (5) (7) (6) (9)

Tulisan warna merah : Jumlah truck yang dibutuhkan


Sumber : Standar productivity hauler (CMP)

Operation Training & Development Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Lampiran

B. Material Blasting

EXCAVATOR
CAT R 994,
Description UNIT 349
CAT 390 R984
R9250
R 9350

CAT CAT CAT CAT CAT CAT CAT CAT CAT


740B 775 773 775 773 785 777 785 777
Vessel Capacity 14 27 24 27 24 54 36 54 36
102 200 186 200 186 422 320 443 332
500 (3) (3) (3) (3) (3) (3) (4) (3) (4)
83 163 150 163 150 339 250 353 258
800 (3) (3) (3) (3) (4) (3) (5) (4) (5)
78 153 141 153 141 319 234 330 240
900 (4) (3) (4) (4) (4) (4) (5) (4) (6)
74 145 133 145 133 300 219 311 224
1000 (4) (4) (4) (4) (4) (4) (5) (4) (5)
Distance (m)

70 137 126 137 126 284 206 293 211


Bcm/Hr

1100 (4) (4) (4) (4) (5) (4) (6) (5) (6)
67 130 119 130 119 269 194 278 199
1200 (4) (4) (4) (4) (5) (4) (6) (5) (7)
64 124 113 124 113 256 184 264 188
1300 (4) (4) (5) (5) (5) (5) (6) (5) (7)
61 118 108 118 108 244 175 251 178
1400 (5) (4) (5) (5) (5) (5) (7) (5) (7)
58 113 103 113 103 233 166 239 170
1500 (5) (5) (5) (5) (6) (5) (7) (6) (8)
48 93 84 93 84 190 134 195 136
2000 (6) (5) (6) (6) (7) (6) (9) (7) (10)

Tulisan warna merah : Jumlah truck yang dibutuhkan


Sumber : Standar productivity hauler (CMP)

Operation Training & Development Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Lampiran

PETUNJUK CARA MENGUKUR CYCLE TIME


A. Cycle Time Excavator
Langkah-langkahnya sebagai berikut :
1. Siapkan stop watch
2. Siapkan alat tulis menulis
3. Amati aktivitas unit excavator saat melakukan loading
4. Saat bucket digging (penetrasi material) segera pencet stop watch, dan
lanjut amati saat bucket swing muatan, saat dumping material ke vessel,
swing kosongan untuk kembali digging, dan saat bucket kembali penetrasi
digging langsung pencet lagi stop watch untuk tutup.
5. Lihat angka tertera di stop watch, misalnya 25 detik langsung catat
nilainya
6. Untuk pembanding, ulangi melakukan pengukuran berikutnya dengan cara
yang sama di atas, misalnya didapat nilai 26 detik
7. Nilai pertama + nilai ke dua di bagi 2 = Cycle time rata-rata

25 detik + 26 detik
------------------------ = 25,5 detik
2
8. Nilai rata-rata 25,5 detik adalah merupakan cycle time excavator.

B. Cycle Time OHT


Langkah-langkahnya sebagai berikut :
1. Siapkan stop watch
2. Siapkan alat tulis menulis
3. Amati aktivitas unit OHT saat hauling material
4. Mulailah mengukur cycle time dengan memencet stop watch saat
excavator mengisi bucket terakhir / saat klakson kode berangkat OHT,
tunggu saat OHT berjalan bermuatan, dumping material di disposal,
berjalan kembali kosongan, saat menunggu di front, saat loading lagi dan
pas pengisian bucket terakhir / saat klakson kode berangkat OHT bunyi
langsung pencet stop watch untuk tutup
5. Lihat angka tertera di stop watch, misalnya 10 menit, langsung catat
nilainya
6. Untuk pembanding, ulangi melakukan pengukuran ke dua dengan cara
yang sama di atas, misalnya didapat nilai 9 menit
7. Nilai pertama + nilai ke dua di bagi 2 = Cycle time rata-rata.

10 menit + 9 menit
------------------------ = 9,5 menit
2
8. Nilai rata-rata 9,5 menit adalah merupakan cycle time OHT

Catatan :
Saat melakukan pengukuran cycle time OHT, pastikan saat OHT hauling
dalam keadaan normal,tidak ada kendala, misalnya operator singgah
buang air kecil di disposal, atau singgah menelpon dll

Operation Training & Development Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Lampiran

MATRIKS JABATAN DAN KETENTUAN PROMOSI OPERATOR

New Hire
Note :

 1A – 1B – 1C – 1D – 1E  Kenaikan Secara Horisontal


 1B – 2B – 3B – 4B – 5B  Kenaikan Secara Vertikal
 1A, 2A, 3A dan 4A adalah New Hire

Ketentuan promosi Horisontal :


1. Dari 1 A ke 1B atau dari 2A ke 2B dari status kontrak ke permanent; sebagai contoh
seseorang dihire sebagai opr OHT 773 maka grade saat PKWT adalah 2A, setelah
permanent langsung 2B, dan akan naik ke 2C jika ada tambahan SMU 2000 jam
2. Dari 1B ke 1C atau dari 2B ke 2C didasarkan dengan adanya penambahan tiap 2000
jam SMU; sebagai contoh seseorang operator OHT 773 sudah permanent (grade 2B)

Operation Training & Development Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Lampiran

setelah beberapa lama mancal mendapatkan SMU 2000 jam, maka bisa naik ke
Grade 2C jika persyaratan lain memenuhi.
3. Absensi memenuhi yakni min 95% kehadiran
4. Tidak ada warning dalam 6 bulan terakhir
5. Attitude baik
Data persyaratan yang harus disiapkan/dilampirkan untuk promosi horisontal :
1. Form pengajuan promosi
2. Form Absensi
3. Form Attitude
4. Form rekapitulasi yang menunjukkan adanya penambahan SMU 2000 jam sejak
awal Grade sebelumnya. Misal si A sejak awal grade 2C SMU yang dimiliki
adalah 2300 jam, setelah SMUnya mencapaiu 4300 jam maka bisa dinaikkan ke
2D jika syarat lain memenuhi.

Persyaratan Promosi Horisontal dan yang dilampirkan (dari 2B ke 2C)

1. Form Pengajuan Promosi

Operation Training & Development Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Lampiran

2. Form Absensi Karyawan

Operation Training & Development Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Lampiran

3. Form Attitude Karyawan

Operation Training & Development Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Lampiran

4. Form Rekapitulasi SMU kenaikan 2000 jam

Operation Training & Development Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Lampiran

Ketentuan promosi Vertikal :


1. Dari 1 B ke 2B atau dari 2B ke 3B atau dari 2C ke 3B dan seterusnya, dimana
kenaikan vertikal ini melalui training dari alat kecil ke alat yang lebih besar. Misal
training dari OHT 773 ke OHT 777, atau dari Dozer D7G ke D9R dan seterusnya asal
memenuhi persyaratan lainnya. Sebagai contoh si A operator D7G (Grade 2C)
diusulkan training ke D9R karena ada kebutuhan, setelah melalui proses training dan
sudah mendapatkan SMU OJT 500 jam dan lulus evaluasi, maka bisa diusulkan naik
ke Grade 3B sebagai operator D9R (persyaratan mengenai training alat berat diatur
dalam standar training alat berat)
2. Diusulkan oleh Dept Head Operation dan disetujui oleh Project Manager
3. Absensi memenuhi yakni min 95% kehadiran
4. Tidak ada warning dalam 6 bulan terakhir
5. Attitude baik

Data persyaratan yang harus disiapkan/dilampirkan untuk promosi horisontal :


1. Form pengajuan promosi
2. Form Absensi
3. Form Attitude
4. Form pengusulan training oleh Dept Head Operation yang disetujui oleh PM
5. Form result of competency for leveling operator / form evaluasi 500 jam oleh
trainer.

Persyaratan Promosi Vertikal dan yang dilampirkan (dari 1B ke 2B)


1. Form Pengajuan Promosi

1B

2. Form kehadiran karyawan

Operation Training & Development Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Lampiran

2. Form Absensi Karyawan

Operation Training & Development Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Lampiran

3. Form Attitude Karyawan

Operation Training & Development Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Lampiran

4. Form Permintaan Training

Ll

Operation Training & Development Modul Pengawas


PT. Cipta Kridatama
Buku Pedoman Pengawas Tambang
Lampiran

5. Form evaluasi training 500 jam

Operation Training & Development Modul Pengawas

Anda mungkin juga menyukai