Anda di halaman 1dari 142

DIKLAT POM POU

ASPEK KESELAMATAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN


BATUBARA

1 | Company Name | Annual Report 2018


KESELAMATAN KERJA

1 | Company Name | Annual Report 2018


Pertambangan

Usaha Pertambangan adalah kegiatan dalam rangka pengusahaan Mineral atau


Batubara yang meliputi tahapan kegiatan Penyelidikan Umum, Eksplorasi, Studi
Kelayakan, Konstruksi, Penambangan, Pengolahan dan/atau Pemurnian,
Pengangkutan dan Penjualan, serta pascatambang.
TAHUN 2020

100

90

80

70

60
AXIS TITLE

50

40

30

20

10

Ringan Berat Mati


Series1 33 95 17
STATISTIK KECELAKAAN 2012 – 2020

Chart Title
120

111
100 105 105
95
80
82 79
75 78 78
71 71
60
59 61
52 55
46 49
40

32 33
29
20 25 24
22
16 17 17
11
0
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Ringan Berat Mati
FATALITY

46

32
29
25 24

16 17 17

11

2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020


Kejadian Akibat Penyakit Tenaga Kerja
Berakibat Mati Tahun 2018

NO TANGGAL KEJADIAN KEJADIAN

1. 7 FEBRUARI 2018 PECAH PEMBULUH DARAH DI KEPALA

2. 27 FEBRUARI 2018 JANTUNG

3. 21 JUNI 2018 JANTUNG


4. 18 AGUSTUS 2018 JANTUNG

5. 19 SEPTEMBER 2018 JANTUNG

6. 7 OKTOBER 2018 JANTUNG

Berdasarkan Kepmen 1806/30/MEM/2018 bahwa Kejadian Akibat


Penyakit Tenaga Kerja WAJIB DILAPORKANkepadaKAIT.
Kita Butuh Perlindungan
Keselamatan dan Kesehatan
di Pertambangan
KESELAMATAN PERTAMBANGAN

adalah segala kegiatan yang meliputi pengelolaan keselamatan dan kesehatan


kerja pertambangan dan keselamatan operasional pertambangan .
K3 dan KO

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KESELAMATAN OPERASI

adalah segala kegiatan untuk menjamin dan adalah segala kegiatan untuk
melindungi pekerja tambang agar selamat dan menjamin dan melindungi
sehat melalui upaya pengelolaan keselamatan kerja, operasional tambang yang aman,
kesehatan kerja, lingkungan kerja, dan sistem efisien, dan produktif
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.
10

PENGERTIAN KESELAMATANDAN KESEHATANKERJA

adalah segala kegiatan untuk


menjamin dan melindungi pekerja
tambang agar selamat dan sehat
melalui upaya pengelolaan
keselamatan kerja, kesehatan kerja,
lingkungan kerja, dan sistem
manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja.
11

PENGERTIAN KESELAMATANOPERASI

adalah segala kegiatan untuk menjamin dan


melindungi operasional tambang yang
aman, efisien, dan produktif melalui upaya:
• Pengelolaan sistem dan pelaksanaan
pemeliharaan/perawatan sarana,
prasarana, instalasi, dan peralatan
pertambangan,
• Pengamanan instalasi,
• Kelayakan sarana, prasarana instalasi, dan
peralatan pertambangan,
• Kompetensi tenaga teknik, dan
• Evaluasi laporan hasil kajian
teknis pertambangan.
PENGELOLAAN
KESELAMATAN PERTAMBANGAN
I. K3 PERTAMBANGAN II. KESELAMATAN OPERASI (KO)
(Pasal 26 PPNomor 55 Tahun 2010) PERTAMBANGAN
➢ Sasaran: (Pasal 27 PPNomor 55 Tahun 2010)
➢ Sasaran:
Menghindari Kecelakaan dan Penyakit Terciptanya kegiatan operasi
Akibat Kerja. pertambangan yang aman dan selamat.

➢ Objek: ➢ Objek:
a. Kesela matan Kerja a. Sistem dan Pelaksanaan
b. Kesehatan Kerja Pemeliharaan/Perawatan Sarana,
c. Lingkungan Kerja Prasarana, Instalasi dan Peralatan
d. Sistem Manajemen K3 Pertambangan;
b. Pengamanan Instalasi;
c. Kelayakan Sarana, Prasarana, Instalasi,
dan Peralatan Pertambangan
d. Kompetensi Tenaga Teknik
e. Evaluasi Laporan Hasil Kajian Teknis
Pertambangan

12
PeraturanKaidahPertambanganyangBaik
Permen ESDM No 26 Tahun2018

Pelaksanaan Kaidah Pertambangan Yang


Baik dan Pengawasan Pertambangan
Mineral dan Batubara

Kepmen ESDM No1827K/30/MEM/2018


Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik
Pertambangan yang Baik

18
1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 tentang Pertambangan Mineral
dan Batubara
Pasal 95
Pemegang IUP dan IUPK wajib
• menerapkan kaidah teknik pertambangan yang baik
• mengelola keuangan sesuai dengan sistem akuntansi Indonesia
• meningkatkan nilai tambah sumber daya mineral dan/atau batubara
• melaksanakan pengembangan dan pemberdayaan masyarakat setempat;
dan
• Mematuhi batas toleransi daya dukung lingkungan

Dasar
Hukum
1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 tentang Pertambangan Mineral
dan Batubara

Pasal 96
Penerapan kaidah teknik pertambangan yang baik,
pemegang IUP dan IUPK wajib melaksanakan:

a. ketentuan keselamatan Pertambangan;


b. pemantauan lingkungan Pertambangan, termasuk kegiatan Reklamasi
dan/atau Pascatambang;
c. upaya konservasi Mineral dan Batubara; dan
d. pengelolaan sisa tambang dari suatu kegiatan Usaha Pertambangan
dalam bentuk padat, cair, atau gas sampai memenuhi standar baku mutu
Dasar lingkungan sebelum dilepas ke media lingkungan

Hukum
BAB III
BAB IV
BAB II PELAKSANAAN
PENGAWASAN
PELAKSANAAN TATA KELOLA
BAB I KETENTUAN PENYELENGGARAAN
9 BAB KAIDAH TEKNIK PENGUSAHAAN
UMUM PENGELOLAAN
PERTAMBANGAN PERTAMBANGAN
USAHA
YANG BAIK MINERAL DAN
PERTAMBANGAN
BATUBARA

Permen ESDM No 26 Tahun 2018


Pelaksanaan Kaidah Pertambangan yang Baik dan
Pengawasan Pertambangan Mineral dan Batubara

BAB V
PENGAWASAN BAB VI BAB VII BAB VIII BAB IX
TERHADAP SANKSI KETENTUAN LAIN- KETENTUAN KETENTUAN
KEGIATAN USAHA ADMINISTRATIF LAIN PERALIHAN PENUTUP
PERTAMBANGAN
STRUKTUR – PERMEN 26 TAHUN 2018
I. BAB I : KETENTUAN UMUM
II. BAB II : PELAKSANAAN KAIDAH TEKNIK PERTAMBANGAN YANG BAIK
a.Bagian Kesatu : Umum
b.Bagian Kedua : Teknis Pertambangan
c.Bagian Ketiga : Pengelolaan Keselamatan Pertambangan dan Keselamatan
Pengolahan dan/atau Pemurnian Mineral dan Batubara
d.Bagian Keempat: Pengelolaan Lingkungan Hidup Pertambangan, Reklamasi,
dan Pasca Tambang, serta Pascaoperasi
e.Bagian Kelima : Konservasi Mineral dan Batubara
f.Bagian Keenam : Pemanfaatan Teknologi, Kemampuan Rekayasa, Rancang
Bangun, Pengembangan, dan Penerapan Teknologi
Pertambangan

g.Bagian Ketujuh : Standar Kompetensi Kerja Khusus, Standar Kompetensi


Kerja Nasional Indonesia, serta Standar Nasional Indonesia
STRUKTUR – PERMEN 26 TAHUN 2018
III. BAB III : PELAKSANAAN TATA KELOLA PENGUSAHAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN
BATUBARA

a. Bagian Kesatu : Umum


b. Bagian Kedua : Pemasaran
c. Bagian Ketiga : Keuangan
d. Bagian Keempat : Pengelolaan Data
e. Bagian Kelima : Pengutamaan Pemanfaatan Barang, Jasa, dan Teknologi
dalam Negeri

f. Bagian Keenam : Pengembangan Tenaga Kerja Teknis Pertambangan


g. Bagian Ketujuh : Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat Setempat
serta Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan

h. Bagian Kedelapan : Kegiatan lain di Bidang Usaha Pertambangan Menyangkut


Kepentingan Umum

i. Bagian Kesembilan : Pelaksanaan Kegiatan sesuai dengan IUP atau IUPK


j. Bagian Kesepuluh : Jumlah, Jenis, dan Mutu Hasil Usaha Pertambangan
STRUKTUR – PERMEN 26 TAHUN 2018
IV. BAB IV : PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN USAHA
PERTAMBANGAN

a. Bagian Kesatu : Umum


b. Bagian Kedua : Ruang Lingkup Pengawasan

V. BAB V : PENGAWASAN TERHADAP KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN


a. Bagian Kesatu : Pengawasan terhadap pelaksanaan Kaidah Teknik
Pertambangan yang baik
b. Bagian Kedua : Pengawasan terhadap Pelaksanaan Tata Kelola
Pengusahaan Pertambangan

VI. BAB VI : SANKSI ADMINISTRATIF


VII. BAB VII : KETENTUAN LAIN-LAIN
VIII. BAB VIII : KETENTUAN PERALIHAN
IX. BAB IX : KETENTUAN PENUTUP
Kepmen 1827 K/30/MEM/2018

Lampiran I Lampiran II Lampiran III Lampiran IV

Pedoman Permohonan,
Pedoman Pedoman Pelaksanaan
Pedoman
Evaluasi dan/atau Pengesahan
Kepala Teknik Tambang, Pengelolaan Teknis Keselamatan Penerapan SMKP
Penanggung Jawab Teknik dan Pertambangan Pertambangan dan Minerba
Lingkungan, Kepala Tambang Keselamatan
Bawah Tanah, Pengawas
Pengolahan dan/atau
Operasional, Pengawas Teknis,
dan/atau Penanggung Jawab Pemurnian Minerba
Operasional

Lampiran V Lampiran VI Lampiran VII Lampiran VIII

Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan


Pedoman Pelaksanaan Pedoman Pelaksanaan Konservasi Pedoman Kaidah
Lingkungan Hidup Pertambangan
Mineral dan Batubara
Minerba Reklamasi dan Teknik Usaha Jasa
Pascatambang serta
Pertambangan dan
Pascaoperasi pada
Evaluasi Kaidah Teknik
Kegiatan Usaha
Pertambangan Mineral Usaha Jasa
dan Batubara Pertambangan
Kewajiban Penerapan untuk IUP

Pasal 3
ayat ( 1 )

Pemegang IUP Eksplorasi, IUPK Eksplorasi, IUP Operasi Produksi, dan IUPK Operasi
Produksi dalam setiap tahapan kegiatan Usaha Pertambangan wajib melaksanakan
Kaidah pertambangan yang baik.
Kewajiban Penerapan untuk IUP Olah Murni

Pasal 4
ayat ( 1 )

Pemegang IUP Operasi Produksi khusus untuk pengolahan dan/atau pemurnian dalam
kegiatan Pengolahan dan/atau Pemurnian wajib melaksanakan Kaidah pertambangan
yang baik.
Kewajiban Penerapan untuk IUJP
Pasal 5

(1)
(2)
Pemegang IUJP wajib melaksanakan
Kaidah Pertambangan yang baik sebagaimana
kaidah pertambangan yang baik dimaksud pada ayat (1) meliputi:
sesuai dengan bidang usahanya a. Kaidah teknik usaha jasa pertambangan
yang baik, dan
b. Tata Kelola Pengusahaan Jasa
Pertambangan
RESUME ASPEK PELAKSANAAN
PENERAPAN KAIDAH TEKNIK PERTAMBANGAN YANG BAIK

IUP Eksplorasi, IUP Operasi Produksi, Pemegang IUP Operasi Produksi IUJP
IUPK Ekplorasi dan IUPK Operasi khusus untuk pengolahan
Produksi dan/atau pemurnian

1.teknis pertambangan; 1. teknis kegiatan 1. upaya pengelolaan lingkungan


2.konservasi sumber daya Mineral dan Pengolahan dan/atau hidup, keselamatan
Batubara; Pemurnian; pertambangan, konservasi
3.keselamatan dan kesehatan kerja 2. Keselamatan Pengolahan Mineral dan Batubara, dan teknis
Pertambangan; dan/atau Pemurnian; pertambangan sesuai dengan
4.keselamatan operasi Pertambangan; 3. pengelolaan lingkungan bidang usahanya; dan
5.pengelolaan lingkungan hidup hidup dan pascaoperasi; dan 2. kewajiban untuk mengangkat
pertambangan, reklamasi, dan 4. konservasi Mineral dan Batubara penanggung jawab operasional
pascatambang serta pascaoperasi; dan sebagai pemimpin tertinggi di
6.pemanfaatan teknologi, kemampuan lapangan.
rekayasa,rancangbangun,
pengembangan dan penerapan
teknologi pertambangan
Kepala Inspektur Tambang yang selanjutnya disebut
KaIT adalah pejabat yang secara ex officio menduduki
jabatan Direktur yang mempunyai tugas pokok dan fungsi
di bidang keteknikan dan lingkungan pertambangan
Mineral dan Batubara pada kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
pertambangan Mineral dan Batubara.

Inspektur Tambang adalah aparatur sipil


negara yang diberi tugas, tanggung jawab, dan
wewenang untuk melakukan pengawasan
terhadap pelaksanaan kaidah teknik
pertambangan yang baik serta kaidah teknik
Pengolahan dan/atau Pemurnian.
30
BAB II BAGIAN KESATU
UMUM

Dalam pelaksanaan kaidah teknik Dalam hal pemegang IUP Operasi Dalam pelaksanaan kaidah
teknik pengolahan dan./atau
pertambangan yang baik, Pemegang Produksi atau IUPK Operasi
pemurnian, Pemegang IUP OPK
IUP wajib Produksi melakukan Penambangan Pengolahan dan/atau Pemurnian
dengan metode Penambangan wajib
• Mengangkat KTT sebagai
bawah tanah, Pemegang IUP • Mengangkat PTL sebagai
pemimpin tertinggi di lapangan pemimpin tertinggi di
Operasi Produksi atau IUPK lapangan untuk mendapatkan
untuk mendapatkan pengesahan
Operasi Produksi wajib menunjuk pengesahan dari KaIT
dari KaIT • Memiliki tenaga teknis
Kepala Tambang Bawah Tanah
• Memiliki tenaga teknis (KTBT) pertambangan yang
untuk mendapatkan berkompeten sesuai dengan
pertambangan yang berkompeten ketentuan perundang-
pengesahan dari KaIT
sesuai dengan ketentuan undangan
(Pasal 7 ayat 2)
perundang-undangan (Pasal 8 ayat 1)
(Pasal 7 ayat 1)
Kepala Teknik Tambang yang selanjutnya disingkat
KTT adalah seseorang yang memiliki posisi tertinggi
dalam struktur organisasi lapangan pertambangan
yang memimpin dan bertanggung jawab atas
terlaksananya operasional pertambangan sesuai
dengan kaidah teknik pertambangan yang baik.

Kepala Tambang Bawah Tanah yang selanjutnya


disingkat KTBT adalah seseorang yang memiliki posisi
tertinggi dalam struktur tambang bawah tanah yang
bertugas memimpin dan bertanggung jawab atas
terlaksananya operasional tambang bawah tanah
sesuai dengan kaidah teknik pertambangan yang baik.

Penanggungjawab Teknik dan Lingkungan yang


selanjutnya disingkat PTL adalah seseorang yang
memiliki posisi tertinggi dalam struktur organisasi
lapangan yang bertugas memimpin dan bertanggung
jawab atas terlaksananya kegiatan operasional
Pengolahan dan/atau Pemurnian sesuai dengan kaidah
teknik Pengolahan dan/atau Pemurnian. 32
Pedoman Permohonan, Evaluasi, dan/Atau
Pengesahan KTT, PTL, KTBT, Pengawas
LAMPIRAN I KEPMEN 1827 Operasional, Pengawas Teknis,
dan/atau PJO

Kriteria KTT
Kriteria PTL
• KTT Kelas IV
• PTL Kelas III
• KTT Kelas III • PTL Kelas II
• KTT Kelas II • PTL Kelas I
• KTT Kelas I
KTT Kelas IV

• Untuk Pemegang IPR


• Mempunyai sertifikat kualifikasi yang diakui KAIT

KTT Kelas III


a. Tahap Eksplorasi, Tahap OPdengan metode Tambang Semprot, Bor, Terbuka Berjenjang Tunggal, Kuari, dan Kapal
Keruk dan/atau Kapal Isap
b. Jumlah Produksi Rata-Rata:
1) Tambang terbuka berjenjang tunggal, untuk batubara kurang dari atau sama dengan 150 metrik ton per hari
2) Mineral logam meliputi
i. Tambang semprot kurang dari atau sama dengan 1 ton bijih perhari
ii. Kapal Keruk dan/atau Kapal Isap dengan menggunakan ponton kurang dari atau sama dengan 1ton
bijih per hari
3) Mineral batuan dan mineral bukan logam meliputi:
i. Kuari kurang dari atau sama dengan 250 ton batuan
ii. Mineral bukan logam dengan produksi kurang dari atau sama dengan 250ton/hari
c. Tanpa menggunakan bahan peledak
d. Jumlah pekerja kurang dari atau sama dengan 50 orang
e. Memiliki sertifikat POP atau kualifikasi yang diakuiKAIT
KTT Kelas II KTT Kelas I
a. Tahap Eksplorasi, Tahap OPdengan metode Tambang Semprot
(hidrolis), Tambang Terbuka, Tambang Bawah Tanah, Kuari, dan
a. Tahap Eksplorasi, Tahap OPdengan metode Tambang Kapal Keruk dan/atau Kapal Isap
Semprot (hidrolis), Tambang Terbuka, Kuari, dan Kapal b. Jumlah Produksi Rata-Rata:
Keruk dan/atau Kapal Isap
1) Tambang terbuka untuk batubara lebih dari 500metrik
b. Jumlah Produksi Rata-Rata: ton per hari
1) Tambang terbuka batubara kurang dari atau sama 2) Tambang bawah tanah untuk batubara pada semua
dengan 500 metrik ton perhari kapasitas produksi
2) Mineral logam meliputi 3) Mineral logam meliputi
i. Tambang terbuka untuk mineral logam kurang i. Tambang semprot lebih dari dengan 5 ton bijih per
dari atau sama dengan 1500 ton bijih perhari hari
ii. Tambang semprot kurang dari atau sama ii. Tambang terbuka untuk mineral logam lebih dari
dengan 5 ton bijih perhari 1500 ton bijih perhari
iii. Kapal Keruk dan/atau Kapal Isap dengan iii. Tambang bawah tanah untuk mineral logam pada
menggunakan ponton kurang dari atau sama semua kapasitas produksi
dengan 5 ton bijih perhari iv. Kapal Keruk dan/atau Kapal Isap lebih dari 5 ton
3) Mineral batuan dan mineral bukan logammeliputi: bijih per hari
i. Kuari kurang dari atau sama dengan 500 ton 4) Mineral batuan dan mineral bukan logammeliputi:
ii. Mineral bukan logam dengan produksi kurang i. Mineral batuan atau bukan logam dengan produksi
dari atau sama dengan 500 ton/hari lebih dari 500 ton/hari
c. Jumlah pekerja kurang dari atau sama dengan 200 orang ii. Tambang bawah tanah mineral bukan logam pada
d. Memiliki sertifikat POM atau kualifikasi yang diakui KAIT semua kapasitas produksi
c. Jumlah pekerja lebih dari 200 orang
Pengawas Operasional

Tugas dan tanggung jawab : Pengangkatan


Kriteria :
1. bertanggung jawab kepada 1. KTT/PTL menunjuk calon
1. memiliki sertifikat kompetensi
KTT/PTL untuk keselamatan dan Pengawas Operasional yang
Pengawas Operasional atau
kesehatan semua pekerja memenuhi kriteria dan dibuktikan
sertifikat kualifikasi yang
tambang yang menjadi dengan surat penunjukkan;
diakui oleh KaIT sesuai
bawahannya; 2. KTT/PTL melakukan evaluasi
jenjang jabatannya;
2. melaksanakan inspeksi, terhadap calon Pengawas
2. menduduki jabatan di dalam
pemeriksaan, dan pengujian; Operasional, apabila dinyatakan
divisi atau departemen
3. bertanggung jawab kepada laik, maka KTT/PTL menerbitkan
operasional pertambangan; KTT/PTL atas keselamatan, surat penunjukan pengawas
dan kesehatan, dan kesejahteraan operasional;
3. memiliki anggota yang dari semua orang yang 3. KTT/PTL sewaktu-waktu atau
berada di bawahnya ditugaskan kepadanya; berkala mengevaluasi kinerja;
dan/atau melakukan 4. membuat dan menandatangani
pengawasan terhadap divisi 4. Pengawas Operasional yang
laporan pemeriksaan, inspeksi,
atau departemen lainnya; memenuhi syarat ketentuan sesuai
dan pengujian;
dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan akan
mendapatkan KPO yang disahkan
oleh KaIT/Kepala Dinas atas nama
KaIT sebagai bukti pengesahan.
PENGESAHAN PENGAWAS OPERASIONAL
Persyaratan Administratif :
a. salinan sertifikat kompetensi operasional
yang dikeluarkan oleh lembaga yang
PermohonanKPOdapatdilakukan secara menangani sertifikasi, dan sudah
sistemdalamjaringan (online) melaluiwebsite teregistrasi di DJMB.
b. pas foto latar belakang biru ukuran 2 x 3
yangtelah ditentukan (dua kali tiga) cm sebanyak 1 (satu)
atau secaraoffline kepada lembar;
KepalaDinas. c. salinan Kartu Tanda Penduduk;
d. daftar riwayat hidup paling kurang meliputi
data diri, jabatan struktural di perusahaan,
dan pengalaman bekerja sebagai
pengawas;
e. surat pernyataan KTT/PTL yang
menyatakan bahwa yang bersangkutan
menjabat pengawas di perusahaan,
dengan menyertakan nama area yang
menjadi tanggung jawab masingmasing
pengawas tersebut;
f. surat pernyataan bermaterai kebenaran
dokumen dari manajemen;
g. softcopy dokumen sebagaimana dimaksud
dalam huruf a sampai dengan huruf f
Penanggung Jawab Operasional

Penanggung Jawab Operasional yang selanjutnya disingkat PJO adalah orang yang
menduduki jabatan tertinggi dalam struktur organisasi perusahaan jasa pertambangan di
wilayah kegiatan usaha pertambangan, dan bertanggung jawab kepada KTT/PTL atas
dilaksanakan dan ditaatinya peraturan perundang-undangan mengenai kaidah teknik
pertambangan yang baik.
Pasal 14 (2)
Pasal 14 (1)
Pemegang IUP Eksplorasi, IUPK Eksplorasi, IUP Operasi
Produksi, dan IUPK Operasi Produksi dalam melaksanakan
Pemegang IUP Eksplorasi, IUPK Eksplorasi, IUP
ketentuan keselamatan pertambangan sebagaimana dimaksud
Operasi Produksi, dan IUPK Operasi Produksi
pada ayat (1) wajib:
wajib melaksanakan ketentuan keselamatan
pertambangan sebagaimana dimaksud dalam a. menyediakan segala peralatan, perlengkapan, alat pelindung
Pasal 3 ayat (3) huruf c dan huruf d. diri, fasilitas, personil, dan biaya yang diperlukan untuk
terlaksananya ketentuan keselamatan pertambangan; dan

b. membentuk dan menetapkan organisasi bagian keselamatan


pertambangan berdasarkan pertimbangan jumlah pekerja,
sifat, atau luas area kerja.
PeraturanKaidahPertambanganyangBaik
Permen ESDM No 26 Tahun2018

Pelaksanaan Kaidah Pertambangan Yang


Baik dan Pengawasan Pertambangan
Mineral dan Batubara

Kepmen ESDM No 1827K/30/MEM/2018


Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik
Pertambangan yang Baik

11
BAB III
BAB II PELAKSANAAN BAB IV
BAB I PELAKSANAAN TATA KELOLA PENGAWASAN
PENYELENGGARAAN
9 BAB KETENTUAN KAIDAH TEKNIK PENGUSAHAAN PENGELOLAAN
UMUM PERTAMBANGAN PERTAMBANGAN USAHA
YANG BAIK MINERAL DAN PERTAMBANGAN
BATUBARA

Permen ESDM No 26 Tahun 2018


Pelaksanaan Kaidah Pertambangan yang Baik dan
Pengawasan Pertambangan Mineral dan Batubara

BAB V
PENGAWASAN BAB VI BAB VII BAB VIII BAB IX
TERHADAP SANKSI KETENTUAN KETENTUAN KETENTUAN
KEGIATAN USAHA ADMINISTRATIF LAIN-LAIN PERALIHAN PENUTUP
PERTAMBANGAN
Kepmen 1827 K/30/MEM/2018
Lampiran I Lampiran II Lampiran III Lampiran IV

Pedoman Permohonan, Evaluasi


Pedoman Pedoman Pelaksanaan
dan/atau Pengesahan Kepala Teknik Pedoman
Tambang, Penanggung Jawab Pengelolaan Teknis Keselamatan
Penerapan SMKP
Teknik dan Lingkungan, Kepala Pertambangan dan
Tambang Bawah Tanah, Pengawas
Pertambangan Minerba
Operasional, Pengawas Teknis,
Keselamatan
dan/atau Penanggung Jawab Pengolahan dan/atau
Operasional
Pemurnian Minerba

Lampiran V Lampiran VI Lampiran VII Lampiran VIII

Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan


Pedoman Pelaksanaan Pedoman Pelaksanaan Konservasi Pedoman Kaidah Teknik
Lingkungan Hidup Pertambangan
Mineral dan Batubara
Minerba Reklamasi dan Usaha Jasa
Pascatambang serta Pertambangan dan
Pascaoperasi pada Evaluasi Kaidah Teknik
Kegiatan Usaha Usaha Jasa
Pertambangan Mineral Pertambangan
dan Batubara
PERMEN ESDM NO 26 TAHUN 2018
BAB II BAGIAN KETIGA
PENGELOLAAN KESELAMATAN
PERTAMBANGAN DAN KESELAMATAN
PENGOLAHAN DAN/ATAU PEMURNIAN
MINERAL DAN BATUBARA

Par agr a f 1 Par agr a f 2 Par agr a f 3


Keselamatan dan Kesehatan Pengelolaan Keselamatan Sistem Manajemen
Kerja dan Keselamatan Pengolahan dan/atau Keselamatan
Operasi Pertambangan Pemurnian Pertambangan
Mineral dan Batubara
Pasal 16 dan Pasal 17 Pasal 18 dan Pasal 19
Pasal 14 dan Pasal 15
Pelaksanaan Keselamatan Kerja
Pertambangan Meliputi

Pendidikan
Program Kampanye
Manajemen dan Pelatihan
Risiko Keselamatan
Keselamatan
Kerja
Kerja

Inspeksi Penyelidikan
Administrasi Manajemen
Kecelakaan
Keselamatan Keadaan Keselamatan
Kerja dan
Kerja Darurat
Kejadian
Berbahaya
MANAJEMEN RISIKO
Manajemen risiko merupakan suatu aktivitas dalam
mengelola risiko yang ada, terdiri atas:
komunikasi dan
konsultasi

penetapan konteks,

identifikasi bahaya

penilaian dan
pengendalian risiko, dan

pemantauan dan
peninjauan.
PROSES MANAJEMEN RISIKO
Proses manajemen risiko mengacu kepada Elemen 2.2 SMKP Minerba dimana proses
manajemen risiko meliputi 5 (lima) aktivitas utama: komunikasi dan konsultasi, penetapan
konteks risiko, identifikasi bahaya dan penilaian risiko, pengendalian risiko, serta pemantauan
dan peninjauan.
KOMUNIKASI DAN KONSULTASI RISIKO

• Komunikasi dan konsultasi


dengan para pemangku
kepentingan baik internal dan
eksternal sejauh yang
diperlukan harus dilakukan
pada setiap tahap proses
manajemen risiko.
• Oleh karena itu, rencana
untuk berkomunikasi dan
berkonsultasi dengan para
pemangku kepentingan baik
internal maupun eksternal
harus dikembangkan pada
tahap awal.
PENETAPAN KONTEKS RISIKO

Penetapan konteks risiko


terkait dengan pemantauan
batasan-batasan risiko yang
akan dikelola dan menentukan
lingkup proses manajemen
risiko selanjutnya.

Konteks tersebut mencakup


penetapan faktor internal,
faktor eksternal, konteks dalam
proses manajemen risiko, dan
penetapan kriteria risiko.
PENETAPAN KRITERIA RISIKO

Perusahaan harus menetapkan kriteria


yang digunakan untuk mengevaluasi
risiko.
Kriteria dapat mencerminkan tujuan ,
sumber daya, dan nilai nilai perusahaan.

Faktor-faktor yang harus dip ertimbangkan


minimal terdiri atas:
• Jenis risiko
• Konsekuensi /keparahan yang dapat
terjadi dan cara mengukurnya
• Kemungkinan / probabilitas yang dapat
terjadi dan cara mengukurnya
• Penentuan tingkat risiko
• Tingka t risiko yang dapat diterim a atau
ditoleransi dan
• Tingka t risiko yang memerlukan
pengendalian .
Contoh pembuatan konteks perusahaan yang menjadi bagian manual K3
Perceived
No. Stakeholder Risk / Opportunities
Expectations and Goals
a. Perusahaan mematuhi peraturan terkait K3
1. Pemerintah Menc abut izin yang telah diberikan
yang berlaku
a. Tidak ada masalah terkait keselamatan pada Demonstrasi, komentar negatif di
2. Masyarakat lokal
lingkungan dan CSR media massa
a. Infrastruktur dan peralatan yang dapat
menjamin keselamatan kerja.
3. Karyawan Mogok , Demonstrasi
b. Prosedur kerja yang memenuhui persyaratan
K3 yang baik

a. Adanya persyaratan K3 yang implementatif dan


cukup jelas dalam kontrak
Contra c tor &
4. b. Dapat memenuhi persyaratan K3 yang Late delivery, poor quality of product
Sub-contra ctors
ditetapkan perusahaan

c. tidak terjadi masalah K3


a. Tidak terjadinya kasus kecelakaan besar yang
6. Share holders dapat mengganggu presepsi public yang Menarik kepemilikan saham
mempengaruhi nilai saham
IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENILAIAN RISIKO

Proses Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko


harus dilakukan secara menyeluruh dan
terintegrasi .

Proses yang dilakukan disini harus mampu


mengid entifikasi semua sumber , tindakan
dan kondisi yang ada dalam semua proses
perusahaan yang dapat menim bulkan
bahaya terhadap kecelakaan maupun
penyakit akibat kerja .

Faktor yang dipertimbangkan dala m


mengidentifikasi bahaya antara lain
• Kegiatan rutin dan non-rutin
• Akses personel ketempat kerja
• Faktor manusia
BAHAYA VS RISIKO

BAHAYA RISIKO
Kemungkinan kecelakan yang berakibat cidera pada
Segala sesuatu yang berpotensi untuk manusia, kerusakan peralatan/proses/lingkungan,
menyebabkan kecelakaan yang berakibat yang dapat terjadi karena suatu bahaya.
cidera pada manusia, kerusakan
peralatan/proses/lingkungan

Manajemen Risiko adalah suatu ke giatan


yang terkoordinir untuk mengarahkan dan
mengendalikan suatu organisasi berkaitan
dengan risiko.
Bahaya vs Risiko
Sebuah Lubang Besar pada lantai kerja di processing plant
adalah Suatu Bahaya. Apabila tidak ditutup atau diberi pagar
pengaman akan menjadi sebuah resiko.

Risiko bukan terletak pada lubang tetapi pada kemungkinan


pemaparan terhadap lubang tersebut.
JENIS POTENSI BAHAYA

FISIKA BISING, RADIASI, TEKANAN SUHU,


GETARAN, PENCAHAYAAN
KIMIA BAHAN BERACUN, PARTIKELDEBU

VIRUS, JAMUR, BAKTERI, CACING,


BIOLOGI SERANGGA
PERMESINAN, PERALATAN, BAGIAN YANG
MEKANIS BERPUTAR, BAGIAN YANG TAJAM, TITIK JEPIT PADA
MESIN

PSIKOSOSIAL POLA SHIFT, ORGANISASI,INTIMIDASI

LINGKUNGAN GELAP, BASAH/ KERING, KEMIRINGAN

ERGONOMI WARNA PADA PANEL KONTROL, POSISI TOMBOL,


BENTUK KURSI, TINGGI BIDANG KERJA, POSISI
KERJA
CARA MENGENAL BAHAYA

Untuk melakukan identifikasi bahaya, m aka dapat dilakukan


tahapan- tahapan sebagai berikut
• Desktop review, proses ini dimulai dengan melihat konteks K3
perusahaan sehingga saat melakukan proses identifikasi sesuai
dengan konteks K3 yang telah ditetapkan, selanjutnya
mengidentifikasi proses- proses yang terdapat di perusahaan.
• Survey, setelah melakukan desktop review maka melihat bentuk
pengendalian yang telah diterapkan serta menilai keefektifan yang
dilakukan.
• Interview, proses ini dilakukan untuk mengidentifikasi sejauh mana
pekerja memahami bahaya ditempat kerjanya, serta memahami
pengendalian yang sudah ada
• Observasi, untuk melihat tindakan tidak aman serta kondisi tidak
aman.
PENILAIAN RISIKO
Penilaian Risiko adalah proses evaluasi risiko – risiko dengan memp erhatikan kecukupan
pengendalian yang sudah ada dan menentukan risiko yang dapat diterima atau tidak.

Tujuan dari penilaian risiko adalah untuk


menghasilkan output yang dapat digunakan untuk
mengembangkan strategi yang tepat dala m
mengelola risiko, yaitu hal – hal apa saja yang harus
dilakukan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya
insiden dan atau mengurangi kerugian yang
diakibatkan oleh insiden .

Sebuah Insiden dengan konsekuensi dan


kemungkinan yang lebih signifikan dise but sebagai
"risiko tinggi" dan memiliki prioritas tindakan
pengendalian/ kontrol yang lebih tinggi untuk
menurunkan kemungkinan terjadinya peristiwa
tersebut
Risk Diagram – Severity vs Likelyhood

Severity
1 ( Insignificant - 3 ( Moderate - 5 ( Catastrophic -
2 ( Minor - Rendah ) 4 ( Major - Besar )
Sangat Rendah ) Sedang ) Sangat Besar )
likelyhood

1 ( Rare/Sangat Jarang ) Low Low Low Low Moderate

2 ( Unlikely / Jarang ) Low Low Moderate Moderate High

3 ( Moderate / Sedang ) Low Moderate Moderate High High

4 ( Likely / Mungkin Terjadi ) Low Moderate High High Extreme

5 ( Almost certain / Terjadi ) Moderate High High Extreme Extreme


Severity (Keparahan) vs Likelyhood (Kemungkinan)

LEVEL ACTION / CONTROL

 Low Risk → Tidak diperlukan kontrol tambahan


Diperlukan monitoring agar kontrol
yang ditetapkan dapat di ‘maintain’
 Moderate → Dikendalikan dengan monitoring
yang spesifik atau membuat
prosedur
 High
→ Diperlukan tanggungjawab spesifik
Manajemen dan tindakan tepat &
 Extreme cepat
→ Diperlukan tindakan sangat segera
PENGENDALIAN RISIKO

Berdasarkan Penilaian Risiko dan evaluasi terhadap pengendalian risiko yang


sudah ada, dan apabila pengendalian tersebut belum memadai maka
perusahaan harus menetapkan langkah – langkah pengendalian lanjutan
terhadap risiko tersebut dengan mengikuti hirarki pengendalian risiko.

Perusahaan harus menerapkan dan mendokumentasikan langkah – langkah


pengendalian risiko yang sudah ditetapkan.

Dalam memilih tindakan pengendalian perusahaan perlu mempertimbangkan


faktor biaya dan manfaat, keefektifan dan keterkaitannya dengan kegiatan
perusahaan, pertimbangan hukum, sosial, politik dan ekonomi.
HIRARKI KONTROL BAHAYA
1. Primary Control Methods
Engineering Control

2. Secondary Control Methods


Administrative Control

3. Tertiary Control Methods


Work Practices, ….
4. Personal
Protective
Equipment ( PPE)
HIRARKI KONTROL BAHAYA
Primary Control Methods /Engineering Control
Contoh Kontrol:
1.Memasang peredam suara di sekeling peralatan yg bising
2.Memasang pelindung (guards) di sekeliling pinch point &
rotating couplings.
3.Merelokasi katup (valves) switches and shutdown devices
dari area yg berbahaya.
4.Memasang pelindung lampu pada mesin-mesin di
tempat-tempat pemuatan.
HIRARKI KONTROL BAHAYA
Secondary Control / Administrative Control
Contoh Kontrol;

1.Mengendalikan jalan masuk dari peninjau/ pengamat dan


orang lainnya ke area kerja
2.Mengontrakan pekerjaan kepada kontraktor yang
ahli/berpengalaman dgn bukti-bukti kesuksesan.
HIRARKI KONTROL BAHAYA
Tertiary Control methods
/Work Practice ;
1.Merevisi langkah-langkah kerja pada prosedur kerja
2.Mengurangi penggunaan tenaga fisik dalam setiap
langkah kerja.
3.Mengubah syarat-syarat kepegawaian/ ketenaga kerjaan
4.Mengidentifikasi dan memberikan/menyediakan
peralatan baru yang lebih baik.
5.Membuat tempat kerja yang lebih aman.
HIRARKI KONTROL BAHAYA
Personal Protective Equipment

PPE tidak pernah menjadi kebijakan yang pertama atau


kedua dalam kontrol bahaya di tempat kerja/

Bahaya harus dihilangkan dengan kebijakan kontrol


pertama, kedua, dan ketiga sedangkan PPE digunakan
sebagai suatu kemungkinan dari metode kontrol langkah
terakhir.
Pelaksanaan Keselamatan Kerja
Pertambangan Meliputi

Pendidikan
Manajemen
Program Kampanye
dan Pelatihan
Risiko Keselamatan
Keselamatan
Kerja
Kerja

Inspeksi Penyelidikan
Administrasi Manajemen
Kecelakaan
Keselamata Keadaan Keselamatan
dan
n Kerja Darurat Kerja
Kejadian
Berbahaya
Program Keselamatan Kerja

Program keselamatan kerja dibuat


dan dilaksanakan untuk mencegah
kecelakaan, kejadian berbahaya,
kebakaran, dan kejadian lain yang
berbahaya serta menciptakan
budaya keselamatan kerja.
Program keselamatan kerja disusun
dengan mengacu kepada
peraturan perundang-undangan,
kebijakan, kebutuhan, dan proses
manajemen risiko.
Pelaksanaan Keselamatan Kerja
Pertambangan Meliputi

Pendidikan
Manajemen
Program Kampanye
dan Pelatihan
Risiko Keselamatan
Keselamatan
Kerja
Kerja

Inspeksi Penyelidikan
Administrasi Manajemen
Kecelakaan
Keselamata Keadaan Keselamatan
dan
n Kerja Darurat Kerja
Kejadian
Berbahaya
Pendidikan dan Pelatihan Keselamatan kerja

Pendidikan dan pelatihan diberikan kepada pekerja baru,


pekerja tambang untuk tugas baru, pelatihan untuk
menghadapi bahaya dan pelatihan penyegaran tahunan
atau pendidikan dan pelatihan lainnya.

Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan disesuaikan dengan


kegiatan, jenis, dan risiko pekerjaan pada kegiatan usaha
pertambangan atau pengolahan dan/atau pemurnian dan
mengacu kepada standar kompetensi yang berlaku atau
kualifikasi yang ditetapkan oleh Kepala Inspektur Tambang
(KaIT).
Pendidikan dan Pelatihan Keselamatan kerja
Pendidikan dan Pelatihan Keselamatan kerja
Pelaksanaan Keselamatan Kerja
Pertambangan Meliputi

Pendidikan
Manajemen
Program Kampanye
dan Pelatihan
Risiko Keselamatan
Keselamatan
Kerja
Kerja

Inspeksi Penyelidikan
Administrasi Manajemen
Kecelakaan
Keselamata Keadaan Keselamatan
dan
n Kerja Darurat Kerja
Kejadian
Berbahaya
Kampanye

#1 #2 #3 #4 #5

Kampanye keselamatan kerja direncanakan dan dilaksanakan sesuai


dengan kebutuhan dan ketentuan peraturan perundangundangan.
Pelaksanaan kampanye keselamatan dievaluasi sebagai bahan
peningkatan kinerja keselamatan kerja.
Kampanye
Pelaksanaan Keselamatan Kerja
Pertambangan Meliputi

Pendidikan
Manajemen
Program Kampanye
dan Pelatihan
Risiko Keselamatan
Keselamatan
Kerja
Kerja

Inspeksi Penyelidikan
Administrasi Manajemen
Kecelakaan
Keselamata Keadaan Keselamatan
dan
n Kerja Darurat Kerja
Kejadian
Berbahaya
Administrasi Keselamatan Kerja
Buku Daftar Kecelakaan Pelaporan Keselamatan
Buku Tambang Tambang Kerja

Pemegang izin usaha Pemegang izin usaha Pelaporan keselamatan kerja


pertambangan memiliki Buku pertambangan memiliki Buku dilakukan sesuai dengan
Tambang yang disimpan dan
Daftar Kecelakaan Tambang
selalu tersedia di Kantor KTT/PTL format dan dilaksanakansesuai
serta salinannya disimpan di yang disimpan dan selalu
tersedia di Kantor KTT/PTL. dengan ketentuan
Kantor KaIT/Kepala Dinas.
peraturan perundang-
Prosedur dan
RKAB KeselamatanKerja undangan.
Instruksi Kerja

RKAB Keselamatan disusun KTT/PTL menyusun, Dokumen dan Laporan


sesuai dengan format dan menetapkan, sosialisasikan, Pemenuhan Kompetensi;
dilaksanakan sesuai dengan laksanakan, dokumentasikan dan ketentuan
ketentuan peraturan Peraturan
seluruh prosedur dan/atau
perundang-undangan. Perundang-undangan
instruksi kerja untuk menjamin serta
setiap kegiatan dapat persyaratan lainnya.
dijalankan secara aman.
22
Administrasi Keselamatan Kerja
Buku Tambang

22
Administrasi Keselamatan Kerja
Buku Daftar Kecelakaan Tambang

22
Peraturan Pelaporan Keselamatan
Pertambangan

PERMEN ESDM NO. 7 TAHUN 2020 KEPMEN ESDM NO. 1806.K/30/MEM/2018

KETENTUAN UMUM FORMAT PENYUSUNAN


LAPORAN BERKALA
LAPORAN
FORMAT PENYUSUNAN
SANKSI LAPORAN KHUSUS
Administrasi Keselamatan Kerja
Pelaporan Keselamatan KerjaPertambangan

22
Administrasi Keselamatan Kerja
Pelaporan Keselamatan KerjaPertambangan

22
Administrasi Keselamatan Kerja
Pelaporan Keselamatan KerjaPertambangan

22
Administrasi Keselamatan Kerja
Pelaporan Keselamatan KerjaPertambangan

22
Administrasi Keselamatan Kerja
Pelaporan Keselamatan KerjaPertambangan

22
Administrasi Keselamatan Kerja
RKAB Keselamatan Kerja Pertambangan

22
Administrasi Keselamatan Kerja
Dokumendan Laporan Pemenuhan Kompetensi; dan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan serta Persyaratan lainnya

22
Administrasi Keselamatan Kerja
Dokumendan Laporan Pemenuhan Kompetensi; dan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan serta Persyaratan lainnya

22
Pelaksanaan Keselamatan Kerja
Pertambangan Meliputi

Pendidikan
Manajemen
Program Kampanye
dan Pelatihan
Risiko Keselamatan
Keselamatan
Kerja
Kerja

Inspeksi Penyelidikan
Administrasi Manajemen
Kecelakaan
Keselamata Keadaan Keselamatan
dan
n Kerja Darurat Kerja
Kejadian
Berbahaya
Inspeksi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dalam rangka
pemeriksaan, pengawasan dan pengendalian terhadap
penyimpangan-penyimpangan kondisi yang
baik

tidak aman maupun tindakan tidakaman.


Inspeksi Keselamatan Kerja
rekomendasi dan tindak lanjut
perencanaan inspeksi; hasil inspeksi;

persiapan inspeksi;
evaluasi inspeksi;

laporan dan penyebarluasan


pelaksanaan inspeksi hasil inspeksi.
Objek Inspeksi

DIREKTORAT TEKNIK DAN LINGKUNGAN MINERAL DAN BATUBARA


DIREKTORAT TEKNIK DAN LINGKUNGAN MINERAL, BATUBARA DAN PANAS BUMI
DIREKTORAT JENDERAL MINERAL, BATUBARA DAN PANAS BUMI
DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

APD
12 %

PROSEDUR/ KETE-
RATURAN 12 %

TINDAKAN POSISI
TIDAK AMAN 96% 30 %

REAKSI
SESEORANG 14 %

PERALATAN
28 %
DIREKTORAT TEKNIK DAN LINGKUNGAN MINERAL, BATUBARA DAN PANAS BUMI
DIREKTORAT JENDERAL MINERAL, BATUBARA DAN PANAS BUMI
DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

❖ Terbentur – Terkena Benturan


❖ Terkait atau Terjepit
❖ Jatuh
❖ Suhu Terlalu Panas/Dingin
❖ Arus Listrik
❖ Menghirup/Menyerap/Menelan
❖ Terlalu Memforsir Tenaga
(mengangkat, mendorong, menjangkau)
DIREKTORAT TEKNIK DAN LINGKUNGAN MINERAL, BATUBARA DAN PANAS BUMI
DIREKTORAT JENDERAL MINERAL, BATUBARA DAN PANAS BUMI
DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

❖ SUDAH SESUAI DENGAN PEKERJAAN YANG DILAKUKAN

❖ SUDAH DIPERGUNAKAN DENGAN BENAR

❖ APAKAH AMAN KONDISINYA


DIREKTORAT TEKNIK DAN LINGKUNGAN MINERAL, BATUBARA DAN PANAS BUMI
DIREKTORAT JENDERAL MINERAL, BATUBARA DAN PANAS BUMI
DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

• MEMBETULKAN APD
• MERUBAH POSISI
• MENGATUR KEMBALI PEKERJAAN
• MENGHENTIKAN PEKERJAAN
• MEMASANG PEMBUMIAN
• SISTEM PENGGEMBOKAN

(TTA DALAM WAKTU SEKEJAP LENYAP DARI PANDANGAN)


DIREKTORAT TEKNIK DAN LINGKUNGAN MINERAL, BATUBARA DAN PANAS BUMI
DIREKTORAT JENDERAL MINERAL, BATUBARA DAN PANAS BUMI
DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

❖ APAKAH TATA CARA/PROSEDUR KERJA

TELAH MEMADAI

❖ APAKAH TATA CARA/PROSEDUR KERJA

TELAH DITETAPKAN DAN DIMENGERTI

❖ APAKAH TATA CARA/PROSEDUR KERJA

DIIKUTI DAN DIPERTAHANKAN


DIREKTORAT TEKNIK DAN LINGKUNGAN MINERAL, BATUBARA DAN PANAS BUMI
DIREKTORAT JENDERAL MINERAL, BATUBARA DAN PANAS BUMI
DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

❖ KEPALA

❖ MATA DAN MUKA

❖ TELINGAN / ALAT PENDENGARAN

❖ HIDUNG /ALAT PERNAFASAN

❖ TANGAN

❖ KAKI

❖ BADAN
DIREKTORAT TEKNIK DAN LINGKUNGAN MINERAL, BATUBARA DAN PANAS BUMI
DIREKTORAT JENDERAL MINERAL, BATUBARA DAN PANAS BUMI
DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

❖ Pelindung Mesin
❖ Pemasangan Listrik
❖ Tabung Gas Bertekanan
❖ Bahan Mudah Menyala
❖ Jalan Keluar
❖ Alat Pemanjat/Tangga
❖ Perkakas Tangan
❖ Gang/ (Walk Way)
❖ Gudang/Penyimpanan
❖ Label dan Kunci
❖ Sisa Bahan/Material
DIREKTORAT TEKNIK DAN LINGKUNGAN MINERAL, BATUBARA DAN PANAS BUMI
DIREKTORAT JENDERAL MINERAL, BATUBARA DAN PANAS BUMI
DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

❖ Sistem Alarm & Deteksi


❖ Sistem Penyiraman
FIREMAN
❖ Evakuasi Kebakaran
❖ Pemadam Api Portabel
❖ Pengurungan Kebakaran
❖ Pemberitahuan Kebakaran
❖ Pelayanan Kebakaran
❖ Peralatan Kebakaran
DIREKTORAT TEKNIK DAN LINGKUNGAN MINERAL, BATUBARA DAN PANAS BUMI
DIREKTORAT JENDERAL MINERAL, BATUBARA DAN PANAS BUMI
DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

Korosi, Material Beracun


Ventilasi
Kebisingan
Radiasi
Temperatur
Penerangan
Pelaksanaan Keselamatan Kerja
Pertambangan Meliputi

Pendidikan
Manajemen
Program Kampanye
dan Pelatihan
Risiko Keselamatan
Keselamatan
Kerja
Kerja

Inspeksi Penyelidikan
Administrasi Manajemen
Kecelakaan
Keselamata Keadaan Keselamata n
dan
n Kerja Darurat Kerja
Kejadian
Berbahaya
Kecelakaan

Kejadian yang:
• Tidak direncanakan
• Tidak diinginkan
• Tidak diduga
• Terjadi kapan saja, dimana saja
dan dapat menimpa siapa saja

Mengakibatkan cideranya
seorang kerusakan alat,
produksi terhenti atau ketiganya

Kontak langsung dengan suatu


bahan yang melebihi batas
kekuatan struktur
Kriteria Kecelakaan Tambang
akibat kegiatan usaha pertambangan atau
pengolahan dan/atau pemurnian atau akibat
kegiatan penunjang lainnya

mengakibatkan cidera terjadi pada jam kerja pekerja


pekerja tambang atau tambang yang mendapat cidera
orang yang diberi izin oleh atau setiap saat orang yang
diberi izin; dan
KTT atau PTL

terjadi di dalam
benar-benar terjadi, yaitu
wilayah kegiatan
tidak diinginkan, tidak
usaha pertambangan
direncanakan, dan tanpa
atau wilayah proyek
unsur kesengajaan;
Kriteria Cidera Akibat Kecelakaan Tambang

Cidera Ringan Cidera Berat Mati

Cidera akibat kecelakaan • cidera akibat kecelakaan tambang yang menyebabkan


Kecelakaan tambang
pekerja tambang tidak mampu melakukan tugas semula
tambang yang menyebabkan selama sama dengan atau lebih dari 3 (tiga) minggu yang mengakibatkan
termasuk hari minggu dan hari libur;
pekerja tambang tidak mampu pekerja tambang mati
• cidera akibat kecelakaan tambang yang menyebabkan
melakukan tugas semula lebih pekerja tambang cacat tetap (invalid); dan akibat kecelakaan
• cidera akibat kecelakaan tambang tidak tergantung dari
dari 1 (satu) hari dan kurang lamanya pekerja tambang tidak mampu melakukan tugas tersebut
dari 3 (tiga) minggu, termasuk semula, tetapi mengalami seperti salah satu di bawah ini:
punggung, pinggul, lengan bawah sampai ruas jari,
hari minggu dan hari libur. lengan atas, paha sampai ruas jari kaki, dan lepasnya
tengkorak bagian, pendarahan di dalam atau pingsan
disebabkan kekurangan oksigen, luka berat atau luka
terbuka/terkoyak yang dapat mengakibatkan
ketidakmampuan tetap; atau persendian yang lepas
dimana sebelumnya tidak pernah terjadi.
KEJADIAN BERBAHAYA

Merupakan kejadian yang dapat


membahayakan jiwa atau terhalangnya
produksi

(Kepmen ESDM No 1827/30/MEM/2018)


INVESTIGASI/PENYELIDIKANKECELAKAAN
“Suatu proses yang sistematis untuk
menemukan / mengungkap
penyebab dasar / akar masalah dari
suatu masalah (kecelakaan) dengan
tujuan untuk menentukan tindakan
perbaikan,
menentukan tindakan perbaikan,
masalah (kecelakaan) dengan
penyebab yang sama dapat
dicegah terulang kembali”.
TEORIDOMINO TERJADINYA KECELAKAAN

LACK OF BASIC IM M E D IAT E ACCIDENT LOSSES


CONTROL CAUSE CAUSE

1. P R O G R AM
1 .T IN D A K A N KONTA K
KURANG 1 . FA K TO R 1. CIDERA
TDK AMAN DG N BEN DA
PRIBADI
ATAU
2 . S TA N D A R 2. KERUSAKAN
K U R AN G SU M BER AL AT
2 . FA K TO R 2.KONDISI ENERGI
3. P E N E R A PA N P E K E R JAAN TDK AMAN /ZAT 3. P R O D U K S I
S TA N D A R TE R H E N TI
KURANG
ANALISISPENYEBABKECELAKAAN

LACK OF BASIC IM M E D IAT E ACCIDENT LOSSES


CONTROL CAUSE CAUSE

1. P R O G RA M
1 .T IN D A K A N KONTA K
KURANG 1 . FA K TO R 1. CIDERA
TDK AMAN DG N BEN DA
PRIBADI
ATAU
2 . S TA N D A R 2. KERUSAKAN
KURANG SU M BER AL AT
2 . FA K TO R 2.KONDISI ENERGI
3. P E N E R A PA N P E K E R JAAN TDK AMAN /ZAT 3. P R O D U K S I
S TA N D A R TE R H E N TI
KURANG

WHY ? MENGAPA?
IMMEDIATE CAUSES
(PENYEBAB LANGSUNG)
TINDAKAN TIDAK AMAN KONDISI TIDAK AMAN
• Mengoperasikan alat tanpa izin
• Perkakas atau peralatan rusak
• Mengoperasikan alat diluarbatas
kecepatan maksimal • Pengaman/pelindung mesin tidak lengkap

• Menggunakan alat yang tidak lengkap • Peringatan/rambu-rambu tidak lengkap


• Menggunakan alat yang rusak • Tatapapan (Housekeeping) tidak baik
• Tidak memakai APD • Prosedur penggembokan (lock out) tidak
• Merokok ditempat terlarang sesuai

• Penggunaan alat yang tidak tepat • Batu menggantung tidak digugurkan


• Bekerja dengan posisi tidak benar • Penerangan kurang
• Bekerja dibawah pengaruh alkohol • Kebisingan tinggi
• Tidak mengikuti prosedur kerja • Konsentrasi Debu Tinggi
• Ventilasi tidak memadai
BASIC CAUSES
(PENYEBAB DASAR)
FAKTOR PRIBADI FAKTOR PEKERJAAN

 K U R A N G KEMAMPUAN: ❖KEPEMIMPINAN DAN PENGAWASAN KURANG


➢ SECARA FISIK ❖REKAYASA KURANG
➢ SECARA MENTAL ❖PEMELIHARAAN KURANG
 KURANG PENGETAHUAN ❖MATERIAL,PERKAKAS, DAN PERALATAN
KURANG
 KURANG KETERAMPILAN
❖STANDAR KERJA KURANG
 S T R E S: ❖PENGADAAN KURANG
➢ SECARA FISIK ❖SALAH PENGGUNAAN
➢ SECARA MENTAL

 MOTIVASI KELIRU/KURANG
LACK OF CONTROL
(KURANG KENDALI MANAJEMEN)

❖KEPEMIMPINAN DANADMINISTRASI
❖PELATIHAN MANAGEMEN
❖INSPEKSITERENCANA
❖PEMERIKSAAN KECELAKAAN
❖ANALISA KECELAKAAN
❖PERSIAPANKEADAANDARURAT
❖PERATURANPERUSAHAAN/ORGANISASI
❖PELATIHAN KARYAWAN
TEORI GUNUNG ES Injury & Illness Cost
(Nilai suatu kecelakaan) •Medical
•Lost Time
1

Property, Process,
Material & Others Cost
6 - 53
•Production
•Building or Plant
•Tool & Equiepment
•Legal Fees
•Emergency Supplies
•Others
DIREKTORAT TEKNIK DAN LINGKUNGAN MINERAL, BATUBARA DAN PANAS BUMI
DIREKTORAT JENDERAL MINERAL, BATUBARA DAN PANAS BUMI
DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
DIREKTORAT TEKNIK DAN LINGKUNGAN MINERAL, BATUBARA DAN PANAS BUMI
DIREKTORAT JENDERAL MINERAL, BATUBARA DAN PANAS BUMI
DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
DIREKTORAT TEKNIK DAN LINGKUNGAN MINERAL, BATUBARA DAN PANAS BUMI
DIREKTORAT JENDERAL MINERAL, BATUBARA DAN PANAS BUMI
DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
DIREKTORAT TEKNIK DAN LINGKUNGAN MINERAL, BATUBARA DAN PANAS BUMI
DIREKTORAT JENDERAL MINERAL, BATUBARA DAN PANAS BUMI
DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
DIREKTORAT TEKNIK DAN LINGKUNGAN MINERAL, BATUBARA DAN PANAS BUMI
DIREKTORAT JENDERAL MINERAL, BATUBARA DAN PANAS BUMI
DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
DIREKTORAT TEKNIK DAN LINGKUNGAN MINERAL, BATUBARA DAN PANAS BUMI
DIREKTORAT JENDERAL MINERAL, BATUBARA DAN PANAS BUMI
DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
DIREKTORAT TEKNIK DAN LINGKUNGAN MINERAL, BATUBARA DAN PANAS BUMI
DIREKTORAT JENDERAL MINERAL, BATUBARA DAN PANAS BUMI
DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
DIREKTORAT TEKNIK DAN LINGKUNGAN MINERAL, BATUBARA DAN PANAS BUMI
DIREKTORAT JENDERAL MINERAL, BATUBARA DAN PANAS BUMI
DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
Pelaksanaan Kesehatan Kerja
Pertambangan Meliputi

Higiene Pengelolaan
Program
Kesehatan dan Ergonomi
Kerja Sanitasi

Diagnosis Penyelidikan
Pengelolaan
Makanan, dan Kecelakaan
Minuman Pemeriksaan
dan
dan Gizi PAK
Kejadian
Berbahaya
Program Kesehatan Kerja

Dilaksanakan melalui pendekatan 4 (empat) pilar yaitu promotif,


preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
I. Promotif dan Preventif
➢ Penyuluhan hidup sehat, meyediakan fasilitas olahraga dan
pendidikan dan pelatihan kesehatan
➢ Pencegahan penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat
aditif lainnya dengan penyuluhan dan tes laboratorium
➢ Pekerjaan hanya dapat dilakukan oleh pekerja yang bebas dari
alkohol narkotika, psikotropika, dan zat aditif lainnya
➢ Menetapkan kawasan tanpa asap rokok
Program Kesehatan Kerja

I. Kuratif
➢ Menyediakan akses untuk pelayanan kesehatan seperti
penanganan medis ( penyakit tenaga kerja, penyakit akibat
kerja, cidera akibat kecelakaan)
➢ Penanganan medis meliputi penanganan gawat darurat, proses
evakuasi ketempat pelayanan medis rujukan yang lebih tinggi
Program Kesehatan Kerja

I. Rehabilitatif
➢ Melaksanakan upaya rehabilitasi dengan melakukan pemulihan
dan perawatan bagi pekerja
➢ Dilakukan oleh tim rehabiltasi yang di pimpin dokter
perusahaan
Program Kesehatan Kerja

a) Pemeriksaan Kesehatan Kerja

➢ pemeriksaan kesehatan awal

➢ pemeriksaan kesehatan berkala

➢ pemeriksaan kesehatan khusus

➢ pemeriksaan kesehatan akhir


Program Kesehatan Kerja

Tindak lanjut pemeriksaan kesehatan pekerja yang memiliki risiko


tinggi dilakukan dengan

➢ menginformasikan kepada pekerja terkait kondisi pekerja


yang bersangkutan
➢ menempatkan pekerja pada pekerjaan yang disesuaikan
dengan kondisi pekerja yang Bersangkutan
➢ melakukan pemantauan, pengobatan, dan rehabilitasi
terhadap pekerja yang bersangkutan
Program Kesehatan Kerja

b) Pelayanan Kesehatan Kerja


disediakan Tenaga Kesehatan Kerja, sarana dan prasarana
pelayanan kesehatan
Kualifikasi sarana pelayanan kesehatan :
➢ Pelayanan kegawatdaruratan
keterisoliran rendah, jarak tempuh kurang dari 60 menit
➢ Pelayanan pratama (medis dasar)
keterisoliran menengah,jarak tempuh kurang dr 60-120 menit
➢ Pelayanan utama (medis dasar , medik spesialitik)
keterisoliran tinggi jarak tempuh lebih dr 120 menit
Program Kesehatan Kerja

Pelayanan Kesehatan Kerja dapat di selenggarakan


➢ Sendiri
➢ Bekerjasama dengan tenaga kesehatan kerja yang kompeten
ataupun pelayanan kesehatan lain yang memiliki izin resmi
➢ Bersama-sama oleh beberapa pemegang IUP/K, IUP OPK
pengolahan pemurnian
Program Kesehatan Kerja

c) Pertolongan Pertama pada Kecelakaan


➢ menyediakan petugas yang memiliki kompetensi
➢ fasilitas dan peralatan untuk melakukan P3K
➢ pelatihan untuk pertolongan pertama pada kecelakaan
Program Kesehatan Kerja

d) Pengelolaan Kelelahan Kerja (fatigue)

➢ Melakukan identifikasi, evaluasi, dan pengendalian faktor yang


dapat menimbulkan kelelahan pekerja tambang
➢ memberikan pelatihan dan sosialisasi kepada semua pekerja
tambang tentang pengetahuan pengelolaan dan pencegahan
kelelahan khususnya bagi pekerja dengan waktu kerja bergilir
(shift)
➢ mengatur pola gilir kerja (shift) pekerja tambang; dan
➢ melakukan penilaian dan pengelolaan tingkat kelelahan pada
pekerja tambang sebelum awal gilir kerja (shift) dan saat
pekerjaan berlangsung
Program Kesehatan Kerja

e) Pengelolaan pekerja tambang yang bekerja pada tempat yang


memiliki risiko tinggi

➢ memastikan risiko yang ada sudah dikendalikan


➢ memberikan pemahaman cara kerja aman dan konsekuensi
bekerja di area
➢ bertanggung jawab terhadap efek yang ditimbulkan akibat
pekerjaan tersebut
Program Kesehatan Kerja

f) Rekaman Data Kesehatan Kerja


Meliputi :
➢ Data hasil pemeriksaan awal, berkala, khusus dan akhir
➢ Riwayat pekerjaan pekerja
➢ Data indikator kinerja kesehatan kerja pertambangan
➢ Data hasil pemeriksaan lingkungan kerja pertambangan dalam
rangka pengelolaan kesehatan kerja pertambangan
Program Kesehatan Kerja

KTT/PTL melakukan pengukuran kinerja dengan menggunakan dua


indikator :
a) Indikator proses (leading indicator)
Berupa realisasi pelaksanaan program kesehatan kerja
pertambangan

b) Indikator hasil akhir (lagging indicator)


▪ Rasio kecelakaan kerja
Program Kesehatan Kerja

▪ Angka kesakitan kasar (crude morbidity rate)

▪ Tingkat kekerapan kesakitan (morbidity frequency rate)


Program Kesehatan Kerja

▪ Tingkat keparahan penyakit (spell severity rate)

▪ Tingkat keparahan penyakit berdasarkan absensi


(absense severity rate)
Program Kesehatan Kerja

▪ Penyakit akibat kerja


Pelaksanaan Kesehatan Kerja
Pertambangan Meliputi

Higiene Pengelolaan
Program
Kesehatan dan Ergonomi
Kerja Sanitasi

Diagnosis Penyelidikan
Pengelolaan
Makanan, dan Kecelakaan
Minuman Pemeriksaan
dan
dan Gizi PAK
Kejadian
Berbahaya
Higiene dan Sanitasi
Menyediakan fasilitas untuk menunjang tercapainya higienitas, serta
melakukan pengelolaan sanitasi di area kerja
➢ Tempat sampah
➢ Toilet dan wastafel
➢ Kebersihan lantai dan bangunan
➢ Ruang ganti pakaian dan kamar mandi
Pelaksanaan Kesehatan Kerja
Pertambangan Meliputi

Higiene Pengelolaan
Program
Kesehatan dan Ergonomi
Kerja Sanitasi

Diagnosis Penyelidikan
Pengelolaan
Makanan, dan Kecelakaan
Minuman Pemeriksaan
dan
dan Gizi PAK
Kejadian
Berbahaya
Pengelolaan Ergonomi
Pengelolaan ergonomi dilakukan dengan mengelola kesesuaian
antara pekerjaan, lingkungan kerja, peralatan, dan pekerja tambang

Upaya pengelolaan ergonomi :


➢ Identifikasi dan penilaian resiko ergonomi dan pengendaliannya
➢ Menyediakan sarana dan prasarana , instalasi dan peralatan yang
sesuai dengan kemampuan, kondisi, dan postur pekerja
➢ Menyesuaikan prosedur kerja dan kapasitas pekerja
➢ Menyediakan perlengkapan penunjang
Pelaksanaan Kesehatan Kerja
Pertambangan Meliputi

Higiene Pengelolaan
Program
Kesehatan dan Ergonomi
Kerja Sanitasi

Diagnosis Penyelidikan
Pengelolaan
Makanan, dan Kecelakaan
Minuman Pemeriksaan
dan
dan Gizi PAK
Kejadian
Berbahaya
Pengelolaan Makanan, Minuman
dan Gizi Pekerja Tambang

memastikan bahwa penyediaan makanan dan minuman telah


memenuhi syarat keamanan, kecukupan, dan higienitas sesuai
dengan ketentuan yang berlaku serta mempertimbangkan aspek
keseimbangan gizi pekerja
Pengelolaan Makanan, Minuman
dan Gizi Pekerja Tambang
Persyaratan Penyediaan Makanan
▪ Penyedian makanan bagi pekerja memenuhi syarat higiene
yang berlaku dan telah mengikuti pelatihan tentang higiene
dan sanitasi
▪ Proses penyediaan makanan diawasi
Persyaratan penyediaan Minuman
▪ Tersedia dalam jumlah yg cukup
▪ Air minum kemasan sesuai dengan SNI
▪ Air yg dikelola sendiri atau dr pihak lain harus sesuai regulasi
▪ Tempat air minum dijaga agar selalu bersih dan dilengkapi
tutup
Pengelolaan Makanan, Minuman
dan Gizi Pekerja Tambang

Gizi Kerja
▪ Zat gizi berasal dari sumber penghasil tenaga/kalori
(karbohidrat,lemak, protein) dan sumber zat pengatur (vitamin
dan mineral)
▪ Jumlah kalori yang yang dibutuhkan pekerja disesuaikan dengan
pekerjaan, jenis kelamin, dan angka kecukupan gizi
Pelaksanaan Kesehatan Kerja
Pertambangan Meliputi

Higiene Pengelolaan
Program
Kesehatan dan Ergonomi
Kerja Sanitasi

Diagnosis Penyelidikan
Pengelolaan
Makanan, dan Kecelakaan
Minuman Pemeriksaan
dan
dan Gizi PAK
Kejadian
Berbahaya
Diagnosis dan Pemeriksaan
Penyakit Akibat Kerja

Penegakan diagnosis Penyakit Akibat Kerja


▪ KTT/PTL melaporkan PAK kepada KaIT atau Kepala Dinas atas
nama KaIT
▪ ditegakkan melalui serangkaian tahapan pemeriksaan klinis,
kondisi pekerja tambang, serta lingkungan kerja
▪ Penyakit akibat kerja ditetapkan oleh dokter perusahaan

Anda mungkin juga menyukai