UJI KOMPETENSI
(SERTIFIKASI PROFESI)
6
Bagaimana Assessment /
Sertifikasi Dilakukan?
Thank You
Terima Kasih
Ruko Perum Pelangi B-Point Blok C2 Ruko Perumahan Berau Indah No. 9
Jln. Syarifuddin Yoes
Jln. Durian 3, Kec. Tanjung Redeb
Kec. Balikpapan Selatan
Kab. Berau
Kota Balikpapan
Kalimantan Timur Kalimantan Timur
E : berau.office@prosyd.co.id 191
E : balikpapan.office@prosyd.co.id
Modul#1
:
PERATURAN
PERUNDANGAN
KESELAMATAN
PERTAMBANGAN
Elemen Kompetensi :
• Menerapkan peraturan perundang-undangan
tentang keselamatan pertambangan khususnya
yang berkaitan dengan tugas & tanggung
jawabnya,
• Menerapkan dasar-dasar keselamatan
pertambangan.
2
HIERARKI PERATURAN
PERUNDANGAN :
(UU No. 12/2011, Ps. 7)
• UUD 1945
• TAP MPR
• UU / PERPPU
• Peraturan Pemerintah
• Peraturan Presiden /
Keppres
• Perda Propinsi
• Perda Kab. / Kota
UUD 1945
UU No: 1 / 1970
Keselamatan Kerja
PPNo: 19 / 1973
Pengaturan & Pengawasan K3
Pertambangan Umum
Pasal 8
1) Pengurus diwajibkan memeriksakan kesehatan badan, kondisi
mental dan kemampuan fisik dari tenaga kerja yang akan
diterimanya maupun akan dipindahkan sesuai dengan sifat-sifat
pekerjaan yang diberikan padanya.
2) Pengurus diwajibkan memeriksakan semua tenaga kerja yang
berada di bawah pimpinannya, secara berkala pada dokter yang
ditunjuk oleh pengusaha dan dibenarkan oleh direktur.
6
UU No. 1 / 1970 (Keselamatan Kerja)
Pasal 9
1) Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru
tentang :
a. Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang dapat timbul dalam tempat kerjanya;
b. Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan dalam tempat kerjanya;
c. Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan;
d. Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya.
2) Pengurus hanya dapat mempekerjakan tenaga kerja yang bersangkutan setelah ia yakin
bahwa tenaga kerja tersebut telah memahami syarat-syarat tersebut di atas.
3) Pengurus diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja yang
berada di bawah pimpinannya, dalam pencegahan kecelakaan dan pemberantasan
kebakaran serta peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja, pula dalam pemberian
pertolongan pertama pada kecelakaan.
4) Pengurus diwajibkan memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat dan ketentuan-
ketentuan yang berlaku bagi usaha dan tempat kerja yang dijalankannya.
UU No. 1 / 1970 (Keselamatan Kerja)
Pasal 11
1) Pengurus diwajibkan melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi
dalam tempat kerja yang dipimpinnya, pada pejabat yang ditunjuk
oleh Menteri Tenaga Kerja.
2) Tata-cara pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan oleh pegawai
termaksud dalam ayat (1) diatur dengan peraturan perundangan.
8
UU No. 1 / 1970 (Keselamatan Kerja)
Pasal 14
Pengurus diwajibkan :
a. Secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua
syarat keselamatan kerja yang diwajibkan, sehelai Undang-undang ini dan semua
peraturan pelaksanaannya yang berlaku bagi tempat kerja yang bersangkutan,
pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca dan menurut petunjuk
pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja;
b. Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan
kerja yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-
tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas
atau ahli Keselamatan Kerja;
c. Menyediakan secara cuma-cuma, semua alat perlindungan diri yang diwajibkan
pada tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya dan menyediakan bagi
setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-
petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli
keselamatan kerja.
UU No. 1 / 1970 (Keselamatan Kerja)
Pasal 12
Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak tenaga
kerja untuk :
a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas
dan atau ahli keselamatan kerja;
b. Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan;
c. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan
kerja yang diwajibkan;
d. Meminta pada pengurus agar dilaksanakan semua syarat keselamatan dan
kesehatan kerja yang diwajibkan;
e. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana syarat keselamatan
dan kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan
diragukan olehnya kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan lain oleh
pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih dapat dipertanggung-
jawabkan.
Peraturan Pemerintah No. 19 / 1973 :
Pengaturan & Pengawasan Keselamatan Kerja
di Bidang Pertambangan
Pasal 2
Menteri Pertambangan melakukan pengawasan atas keselamatan kerja
dalam bidang Pertambangan dengan berpedoman kepada UU No. 1 / 1970
serta peraturan-peraturan pelaksanaannya.
Pasal 4
Menteri Pertambangan memberikan laporan secara berkala kepada Menteri
Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi mengenai pelaksanaan
pengawasan termaksud dalam Pasal 1, 2 dan 3 Peraturan Pemerintah ini.
Pasal 5
Peraturan Pemerintah ini tidak berlaku bagi pengaturan dan pengawasan
terhadap Ketel Uap sebagaimana termaksud dalam Stoom Ordonnantie 1930
(Stbl. 1930 Nomor 225).
Peraturan Pemerintah No. 19 / 1973 :
Pengaturan & Pengawasan Keselamatan
Kerja di Bidang Pertambangan
Pasal 3
1) Untuk pengawasan keselamatan kerja di bidang pertambangan
Menteri Pertambangan mengangkat pejabat-pejabat yang akan
melakukan tugas tersebut setelah mendengar pertimbangan Menteri
Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi;
2) Pejabat-pejabat termaksud pada ayat (1) Pasal ini dalam
melaksanakan tugasnya mengadakan kerjasama dengan Pejabat-
pejabat Keselamatan Kerja Departemen Tenaga Kerja,
Transmigrasi dan Koperasi baik di Pusat maupun di Daerah.
12
PerMen ESDM No: 26 / 2018
Pelaksanaan Kaidah Pertambangan
Yang Baik dan Pengawasan
Pertambangan Minerba
Ruang Lingkup :
A. Pelaksanaan Kaidah Pertambangan yg Baik,
meliputi :
i. Kaidah Teknik Pertambangan / Pengolahan dan atau
Pemurnian yg Baik,
ii. Tata Kelola Pengusahaan Pertambangan / Pengolahan
dan atau pemurnian.
B. Pengawasan thd Penyelenggaraan Pengelolaan
Usaha Pertambangan
C. Pengawasan thd Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Pertambangan
Permen ESDM No: 26 / 2018 Pelaksanaan
Kaidah Pertambangan Yang Baik dan Pengawasan
Pertambangan Minerba
19
Keselamatan & Kesehatan Kerja (K3) PERTAMBANGAN : segala
kegiatan untuk menjamin & melindungi pekerja agar selamat &
sehat, melalui upaya pengelolaan :
21
SistemManajemen Keselamatan Pertambangan
(SMKP) MINERBA MANAJEMEN
HR
MANAJEMEN MANAJEMEN
K3 - SMKP KEUANGAN
MANAJEMEN MANAJEMEN
(Lampiran II)
Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan
(SMKP) MINERBA
Adalah bagian dari system manajemen pemegang IUP,
IUPK, IPR, & IUJP secara keseluruhan dalam rangka
pengendalian risiko keselamatan pertambangan /
pengolahan &/ pemurnian yg terdiri dari keselamatan &
kesehatan kerja (K3) pertambangan, dan keselamatan
operasi (KO)pertambangan. / pengolahan &/
pemurnian.
Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan
(SMKP) MINERBA
MANAJEMEN
HR
ELEMEN System :
1. Kebijakan,
2. Perencanaan,
3. Organisasi & Personel,
4. Implementasi,
5. Pemantauan, Evaluasi, & Tindak Lanjut,
6. Dokumentasi,
7. Tinjauan Manajemen & Peningkatan Kinerja.
KepDirJen Minerba No: 185.K/37.04/DJB/2019
Lampiran II : Petunjuk Teknis Pelaksanaan, Penilaian, & Pelaporan SMKPMinerba
TUJUAN IMPLEMENTASI SMKP MINERBA :
Audit System :
➢ Audit Internal, minimum1 kali / tahun
➢ KaIT dapat meminta untuk dilakukan Audit Eksternal
(oleh lembaga audit independen yg terakreditasi &
ditetapkan oleh Dirjen), jika / untuk :
✓ Terjadi kecelakaan, kejadian berbahaya, PAK,atau bencana
✓ Kepentingan penilaian kinerja K3
Kementerian ESDM
KaIT
Pemegang
PIT IUP / IUPK / IPR
PIT
PIT KTT / PTL
PIT
Pemegan
g IUJP
PIT PIT
PO KTBT PO PO
PIT PJO
PO PO
PO PO
PO PO
Kepala Inspektur Tambang (KaIT) : pejabat yang secara
ex-officio menduduki jabatan Direktur yang mempunyai tugas
pokok dan fungsi di bidang keteknikan dan lingkungan
pertambangan mineral dan batubara pada kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
pertambangan minerba.
39
Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018
(Lampiran 1)
Pengawas Operasional
➢ Dalam melaksanakan kegiatan pertambangan KTT/PTLmengangkat
Pengawas Operasional.
➢ Pengawas Operasional yang memenuhisyarat diberikan KPO yang
disahkan oleh KaIT
➢ Kriteria Pengawas Operasional :
1. Memiliki sertifikat kompetensi Pengawas Operasional atau sertifikat
kualifikasi yang diakui oleh KaIT;
2. Menduduki jabatan di dalam divisi atau departemen operasional
pertambangan;
3. Memiliki bawahan dan/atau melakukan pengawasan terhadap divisi
atau departemen lainnya.
Pengangkatan Pengawas Operasional :
a) KTT/PTLmenunjuk calon Pengawas Operasional yang memenuhi
kriteria dan dibuktikan dengan surat penunjukkan;
b) KTT/PTLmelakukan evaluasi terhadap calon Pengawas Operasional,
apabila dinyatakan laik, maka KTT/PTLmenerbitkan surat
penunjukan pengawas operasional;
c) KTT/PTLsewaktu-waktu atau berkala mengevaluasi kinerja
Pengawas Operasional;
d) Pengawas Operasional yang memenuhisyarat ketentuan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan akan
mendapatkan KPO yang disahkan oleh KaIT/Kepala Dinas atas
nama KaIT sebagai bukti pengesahan
41
ProsedurPermohonanEvaluasi & PengesahanPO :
4
2
Persyaratan Administratif Permohonan Evaluasi &
Pengesahan Pengawas Operasional :
43
KPO : kartu yang dimiliki oleh pengawas operasional yang
diterbitkan dan disahkan oleh KaIT/Kepala Dinas atas nama KaIT.
Tugas dan tanggung jawab Pengawas
Operasional :
1. Bertanggung jawab kepada KTT/PTL untuk
keselamatan dan kesehatan semuapekerja
tambang yang menjadi bawahannya;
2. Melaksanakan inspeksi, pemeriksaan, dan pengujian;
3. Bertanggung jawab kepada KTT/PTL atas
keselamatan, kesehatan, dan kesejahteraan dari semua
orang yang ditugaskan kepadanya;
4. Membuat dan menandatangani laporan pemeriksaan,
inspeksi, dan pengujian.
45
FILOSOFI K3 & DASAR -
DASAR PERTOLONGAN
PERTAMA
46
Filosofi K3 :
• K3 adalah Tanggung Jawab Moral
• Keselamatan adalah Budaya Bukan Sekedar Program
• K3 adalah Tanggung Jawab Manajemen
• Pekerja Harus Diberi Pelatihan untuk Bekerja dengan
Aman
• K3 adalah Cerminan Kondisi Ketenagakerjaan
• Semua Kecelakaan dapat Dicegah
• Program K3 Bersifat Spesifik
• K3 Mendukung Bisnis Sumber :International Association of Safety Profesional (IASP)
ICE – BERG TEORY
Golden Periode :
Jika terjadi keterlambatan 1 menit, kemungkinan berhasil mencegah
kematian adalah 98%.
Terlambat 3 menit, kemungkinannya menurun sampai 50%.
Terlambat sampai 10 menit, hanya ada 1% kemungkinan dapat
menyelamatkan korban henti jantung dan henti napas.
TUJUAN DARI BHD :
• Mencegah berhentinya pernafasan,
• Mencegah berhentinya sirkulasi,
• Memberikan bantuan external terhadap sirkulasi & ventilasi
dari pasien yang mengalami henti jantung atau henti
nafas melalui resusitasi jantung paru ( RJP)
Urut–Urutan RJP / CPR
2
Pengawas Operasional : orang yang ditunjuk & bertanggung
jawab kepada KTT/PTL dalam melaksanakan inspeksi,
pemeriksaan, dan pengujian kegiatan operasional
pertambangan di wilayah yang menjadi tanggung jawabnya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai kaidah teknik
pertambangan yang baik.
3
TUGAS & TANGGUNG JAWAB PENGAWAS
OPERASIONAL dijelaskan di dalam dokumen :
4
Tugas& TanggungJawab Pengawas Operasional :
5
Pengukuran Pelaksanaan Tugas
& Tanggung Jawab :
⚫ Lagging Indicators(Downstream),
fokus pada hasil akhir (pencegahan :
kecelakaan, PAK).
⚫ Leading Indicators (Upstream), fokus pada
program / proses / tindakan pencegahan
kecelakaan dan PAK.
Contoh : LAGGING INDICATORS
FR = 3 x 1.000.000 = 6 SR = 30 x 1.000.000 = 60
500.000 500.000
Formula / RumusPerhitunganLaggingIndicator
Kesehatan Kerja
STANDAR KINERJA
RUMUS / FORMULA
KESEHATAN KERJA
Rasio Kelayakan Kerja (RKK) (Jumlah pekerja layak kerja / Total Pekerja) x 100%
Crude Morbidity Rate (CMR) (Jumlah pekerja sakit / Total Pekerja) x 100%
Morbidity Frequency Rate (MFR) (Jumlah pekerja sakit / Total Jam Kerja) x 1.000.000
Spell Severity Rate (SSR) (Jumlah Absensi karena Sakit / Jumlah Spell) x 1.000.000
Absence Severity Rate (ASR) (Jumlah Absensi karena Sakit / Total Jam Kerja) x 1.000.000
Penyakit Akibat Kerja Frequency (Jumlah Kasus PAK / Jumlah Tenaga Kerja) x 1.000.000
Rate (PAKFR)
CONTOH : LEADING INDICATORS
• Observation & inspection,
• Pelatihan K3,
• Pertemuan Keselamatan,
• Risk Assessment,
• dll.
11
TUGAS / PRAKTIK :
12
Pelaporan Aspek Keselamatan Kerja :
• Laporan BERKALA
– Bulanan
• Pemberitahuan Kecelakaan & Kejadian Berbahaya ke KaIT
– Triwulanan
• Daftar Kecelakaan Tambang
• Daftar Jumlah Tenaga Kerja
• Daftar Jumlah Jam Kerja
• Daftar FR & SRKecelakaan Tambang
• Perhitungan Biaya Kecelakaan Tambang
• Kekapitulasi Kejadian Berbahaya
• Daftar Persediaan & Pemakaian Handak
• Laporan Persedian & Pemakaian BBC
• Laporan Persedian & Pemakaian B3
• Rencana & Realisasi Program & Biaya Keselamatan Kerja
13
Pelaporan AspekKeselamatan Kerja Pertambangan :
• Laporan BERKALA
– Tahunan
• Data Komptetensi Tenaga Kerja
• Laporan KHUSUS
– Laporan pemberitahuan Awal Kecelakaan
– Laporan pemberitahuan Awal Kejadian Berbahaya
14
Modul#3 :
PERTEMUAN
KESELAMATAN
PERTAMBANGAN
TERENCANA
Elemen Kompetensi :
• Menyiapkan, melaksanakan, & mengevaluasi
proses pelaksanaan pertemuan keselamatan
pertambangan terencana,
• Menindaklanjuti hasil pelaksanaan pertemuan
keselamatan pertambangan terencana.
2
JENIS KOMUNIKASI :
✓ Komunikasi Formal / Rapat / Pertemuan
Komunikasi antara anggota dalam suatu organiasi yang
membutuhkan pengaturan khusus, dimana ada wewenang
& tanggung jawab, serta bertujuan untuk menginformasi
suatu pesan / berita atau menyelesaikan suatu masalah.
✓ Komunikasi Non-Formal
Komunikasi yang tidak membutuhkan pengaturan khusus&
biasanya terjadi secara spontan.
TUJUAN RAPAT / PERTEMUAN :
5
Pertemuan Keselamatan Pertambangan
1. PertemuanBulanan
✓ Istilah lain : rapat Komite Keselamatan Pertambangan /
Safety Committee Meeting
✓ Frekwensipertemuanminimal : 1 kali per bulan.
✓ Penanggung jawab / Ketua: KTT/ PTL/ PJO
✓ Anggota : semuaperwakilan departemen/ divisi &
perwakilan pekerja.
✓ Metode pertemuan : DiskusiTanyaJawab.
✓ Tujuan pertemuan : pengembangan strategi KP,evaluasi
kinerja & implementasi KP,mendiskusikan permasalahan
KP, menyusun program kerja KP.
Pertemuan Keselamatan Pertambangan
2. PertemuanMingguan
✓ Istilah lain : weekly safety talk
✓ Frekwensi pertemuan : minimal 1 kali per minggu
✓ Penanggung jawab : Kepala Dept / Section
✓ Anggota / yang hadir : semuapekerja di dept / section
✓ Metode pertemuan : ceramah & diskusi
✓ Tujuan pertemuan : meningkatkan pengetahuan &
kepedulian keselamatan seluruh karyawan, menyampaian
& mendiskusi suatu topik yg sudahdirencanakan.
Pertemuan Keselamatan Pertambangan
3. PertemuanHarian / Awal Shift
✓ Istilah lain : toolbox meeting, pre-start briefing, P5M,
taigate meeting
✓ Frewensi pertemuan : setiap hari di awal shift
✓ Penanggung jawab / ketua : pengawas lapangan
✓ Anggota / yang hadir : semua bawahan dari
pengawas lapangan (group kecil)
✓ Metode pertemuan : ceramah& diskusi
✓ Tujuan pertemuan : mendiskusikan / merencana pekerja
yang akan dilakukan, dan menentukan kontrol
pengendalian bahaya dari pekerjaan tersebut.
Manfaat PERTEMUAN KP :
✓ Metode Ceramah
✓ Metode Ceramah & Diskusi
✓ Metode Diskusi Tanya Jawab
✓ Metode Diskusi Pro & Kontra
✓ Metode Diskusi Kelompok
AGENDA PERTEMUAN KP:
CERAMAH CERAMAH & DISKUSI DISKUSI TANYA JAWAB
Pembukaan (x menit) Pembukaan (x menit) Pembukaan (x menit)
Penyampaian Topik Penyampaian Topik Bahasan : Diskusi Tanya-Jawab Topik
Bahasan : 1. …. . (x menit) Bahasan :
1. ….. (x menit) 2. …. . (x menit) 1. ….. (x menit)
2 . …. . (x menit) Diskusi / Tanya Jawab (x menit) 2. …. . (x menit)
Kesimpulan (x menit) Kesimpulan (x menit) Kesimpulan (x menit)
Penutup (x menit) Penutup (x menit) Penutup (x menit)
DISKUSI PRO & KONTRA DISKUSI KELOMPOK KECIL
Pembukaan (x menit) Pembukaan (x menit)
Pembagian Kelompok Diskusi (x menit) Pembagian Kelompok Diskusi (x menit)
Diskusi kelompok Pro & Diskusi Diskusi per kelompok (x menit)
Kelompok Kontra (x menit) Pembahasan hasil diskusi (x menit)
Pembahasan hasil diskusi (x menit) Kesimpulan (x menit)
Kesimpulan (x menit) Penutup (x menit)
Penutup (x menit)
ALAT BANTU PERTEMUAN :
• Pengeras suara,
• Video,
• Alat peraga,
• Poster,
• Board / papan tulis,
• dll
14
MELAKSANAKAN PERTEMUAN KP :
16
LAPORAN PERTEMUAN KP :
17
TINDAK-LANJUT PERTEMUAN KP :
18
Komite Keselamatan Pertambangan
Pemegang IUP,IUPK,IPR,& IUJPmembentuk &
menetapkan Komite Keselamatan Pertambangan.
Penetapan Komite KPoleh KTT,PTL, atau PJO.
3
REPORTABLE INCIDENT
Kecelakaan Kerja
Adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki & tidak diduga
semua yang menimbulkan korban manusia &/ harta benda
(PerMenNaker No.3/1998).
Kejadian Berbahaya
Adalah kejadian yang dapat membahayakan jiwa atau
terhalangnya produksi.
(Sumber : Kepmen ESDMNo. 1827 K / 30 / MEM / 2018).
REPORTABLE DISEASES
Penyakit Akibat Kerja
Adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan &/ lingkungan kerja
sesuai dg peraturan perundangan (PerPres No. 7 / 2019).
Kejadian Akibat Penyakit Tenaga Kerja
Adalah kejadian meninggalnya pekerja yang disebabkan oleh penyakit
tenaga kerja ketika pekerja melakukan kegiatan pertambangan /
pengolahan / pemurnian, terjadi pada jam kerja, atau terjadi di dalam
wilayah pertambangan / pengolahan / pemurnian.
5 Kriteria Kecelakaan Tambang
1. Benar-benar Terjadi,
2. Mengakibatkan cidera pada pekerja tambang atau orang yang
diberi izin oleh KTT / PTLmemasuki tambang,
3. Akibat kegiatan usaha pertambangan / pengolahan / pemurnian
/ kegiatan penunjang pertambangan,
4. Terjadi pada jam kerja pekerja tambang yg mendapat cidera
atau setiap saat untuk orang yang diberi izin oleh KTT / PTL
memasukitambang,
5. Terjadi dalam wilayah kegiatan usaha pertambangan atau
wilayah proyek
(Sumber : Kepmen ESDMNo. 1827 K / 30 / MEM/ 2018, Lampiran III)
Kategori Cedera Akibat Kecelakaan Tambang
1. Cedera Ringan : korban tidak mampu melakukan tugas semula lebih dari
1 hari s/d kurang dari 3 minggu, termasuk hari minggu dan hari libur.
2. Cedera Berat : korban tidak mampu melakukan tugas semula lebih dari 3
minggu (termasuk hari minggu dan hari libur), atau
- cacat tetap yang tidak mampu menjalankan tugas seperti semula,
- Retak tulang (kepala, punggung, pinggul, lengan, paha atau kaki),
- Pendarahan di dalam,
- Pingsan / kurang oksigen,
- Luka berat atau luka terbuka / terkoyak yang dapat mengakibatkan
ketidak-mampuan tetap,
- Persendian lepas (untuk pertama kali).
1. Mati : kecelakaan tambang yang mengakibatkan pekerja tambang mati.
(Sumber : Kepmen ESDMNo. 1827 K / 30 / MEM/ 2018, Lampiran III)
Kriteria Kejadian Berbahaya
• Benar–benar terjadi,
• Berpotensi mengakibatkan kematian / terhentinya kegiatan lebih
dari 24jam,
• Akibat kegiatan usaha pertambangan, pengolahan dan /
permunian, kegiatan penunjang lainnya, kegagalan teknis sarana /
prasarana / instalasi / peralatan pertambangan atau kegagalan
dalam mengantisipasi factor alam yg berada di wilayah kegiatan
usaha pertambangan / pengolahan / wilayah proyek,
• Terjadi di wilayah kegiatan usaha pertambangan / pengolahan
atau wilayah proyek.
(Sumber : Kepdirjen ESDM No. 185.K/37.04/djb/2019, Lampiran 1)
Ketentuan Umum Penyelidikan Kecelakaan Tambang
& Kejadian Berbahaya
DEFINISI
Penyelidikan Kecelakaan Tambang / Kejadian Berbahaya
adalah kegiatan mengumpulkan data, melakukan analisis
terhadap data, membuat simpulan, serta memberikan
tindakan koreksi terhadap suatu kecelakaan tambang atau
kejadian berbahaya (SNI 7081:2016).
Ketentuan Umum Penyelidikan Kecelakaan
Tambang & Kejadian Berbahaya
• Tidak mengubah keadaan tempat / kondisi peralatan, sarana, prasarana,
instalasi akibat kecelakaan / kejadian berbahaya, kecuali utk
memberikan pertolongan pertama korban,
• Dalam hal dianggap perlu utk kepentingan keberlangsungan pekerjaan,
keadaan di tempat kecelakaan hanya dapat diubah dg persetujaun KaIT /
Kepala Dinas.
(Kepdirjen ESDM No. 185.K/37.04/djb/2019, Lampiran 1)
• Pelaporan Awal,
• Pengamanan Lokasi & Barang Bukti di
Tempat Kejadian,
• Pembentukan Tim Investigasi,
• Tahapan Penyelidikan.
(Kepdirjen ESDM No. 185.K/37.04/djb/2019, Lampiran 1)
PELAPORAN AWAL KECELAKAAN
• Pelaporan awal kecelakaan tambang & kejadian berbahaya HARUS
DILAKUKAN SEGERA oleh KTT/PTL kepada KaIT.
• Setiap perusahaan harus mengatur tata cara pelaporan awal kecelakaan
tambang & kejadian berbahaya dari pengawas kepada KTT/ PTL.
• Tata cara pelaporan awal non-reportableincidentdijelaskan di dalam
SOP.
• Pelaporan awal tertulis utk kecelakaan tambang & kejadian berbahaya
dikirimkan oleh KTT/PTLkepada KaITdengan menggunakan formulir
standar yg telah ditentukan oleh pemerintah (formulir XVIA-
Pemberitahuan Awal Kecelakaan, formulir XVIB-Pemberitahuan Awal
Kejadian Berbahaya).
• Pelaporan awal tertulis utk non-reportableincidentmenggunakan formulir
yg telah ditentukan oleh perusahaan (Appendix B- Incident Notification).
PENANGANAN LOKASI KECELAKAAN :
1. Utk kecelakaan tambang berakibat cedera berat & mati,
KTT berupaya TIDAK mengubah lokasi kecelakaan, kecuali
utk pertolongan pertama & / atas persetujuan KAIT.
2. Utk kecelakaan tambang berakibat cedera ringan, lokasi
dapat diubah setelah pengumpulan data / bukti
dilakukan.
3. Memasang batas pengamanan / barikade & tanda
peringatan dilarang masuk.
4. Menjaga & mengamankan lokasi sampai kebutuhan
penyelidikan dinyatakan selesai.
PENANGANAN LOKASI KECELAKAAN :
1. Persiapan Penyelidikan,
2. Pelaksanaan Penyelidikan,
3. Menyusun Laporan Penyelidikan,
4. Pemantauan Pelaksanaan Tindakan
Koreksi,
5. Evaluasi Penyelidikan.
Langkah / Tahapan Penyelidikan
Kecelakaan & Kejadian Berbahaya :
PENYELIDIKAN / INVESTIGASI
1. Form Absensi (Tidur 3 jam). Mengemudi dlm kondisi Sering lembur (masalah Belum ada program konseling
2. Hasil wawancara dari istri korban & fatigue. finasial keluarga). personal untuk karyawan.
atasan
3. Surat perintah lembur. Belum ada standar jam kerja
maksimal per hari.
1. Posisi gear kendaraan sarana. Mengemudi dg kecepatan Overload (3 driver resigned) Tingkat kesejateraan kurang.
2. Hasil wawancara dari saksi. tinggi.
3. Analisa kerusakan unit Belum ada standar jam kerja
maksimal per hari.
1. Gambar engineering dari jalan. Kondisi jalan tidak aman Pembuatan jalan tidak Belum ada prosedur MOC
2. Standar jalan tambang. (menurun & menikung :10% menggunakan design (Management of Change)
10%, 30meter). engineering.
Belum ada personal kompeten
di bidang konstruksi jalan.
34
REKOMENDASI TINDAKAN PERBAIKAN /
PENCEGAHAN
HIRARKI PENGENDALIAN RISIKO
1. Eliminasi / Elimination : upaya untuk menghilangkan sumber
potensi bahaya yang berasal dari bahan, proses, operasi, atau
peralatan.
2. Substitusi / Subtitution: upaya untuk mengganti bahan, proses,
operasi atau peralatan dari yg berbahaya menjadi tdk berbahaya
3. Isolasi / Isolation: upaya memisahkansumberbahaya & pekerja
dengan memasang sistem pengaman pada alat, mesin, & / area kerja.
4. Administrative& Praktik Kerja : upaya pengendalian dari sisi
pekerja / cara kerja agar dapat melakukan pekerjaan dg aman.
5. APD / PPE: upaya penggunaan alat yang berfungsi untuk
mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari sumber bahaya.
Nomor Register 01/20/2019
LAPORAN AN Insiden PT X
6
2. PENETAPAN KONTEKS
7
3. IDENTIFIKASI BAHAYA
RISIKO / RISK(R)
Adalah kemungkinan bahwa konsekuensi dari bahaya (kematian,
cidera / penyakit, kerusakan property atau lingkungan) dapat
terjadi bila terpapar bahaya.
4. PENILAIAN & PENGENDALIAN RISIKO
KODE RISIKO
AA KRITIKAL
A TINGGI
B SEDANG
C RENDAH
PERINGKAT PERINGKAT NILAI & LEVEL
BAHAYA
SEVERITY LIKELIHOOD RISIKO
Pekerja Kemungki 4 Single 4 AA
terjatuh ketika nan Fatality (Kritikal)
bekerja di atas 60% - 80%
ketinggian
terjatuh
UN ACCE PTABLE
RIS K
4. PENILAIAN & PENGENDALIAN RISIKO
1. Bahaya dg tingkat risiko yg dapat diterima tidak diperlukan
pengendalian tambahan,
2. Tindakan pencegahan tambahan atas risiko yang tidak
dapat diterima dirancang untuk meminimalisasi /
menurunkan agar menjadi risiko yang dapat diterima,
3. Tindakan pencegahan tambahan ditetapkan berdasarkan
HIERARKI PENGENDALIAN RISIKO :
✓ REKAYASA,seperti : eliminasi, subtitusi, isolasi.
✓ ADMINISTRASI,seperti : rambu peringatan, pemilihan pekerja,
rotasi / jadwal kerja, pembatasan jam kerja, pemilihan
kontraktor, dll.
✓ PRAKTIK KERJA, seperti : implementasi JSA, SOP,instruksi kerja,
pelatihan, dll.
✓ ALAT PELINDUNG DIRI.
18
4. PENILAIAN & PENGENDALIAN RISIKO
HIRARKI PENGENDALIAN RISIKO
1. Eliminasi / Elimination: upaya untuk menghilangkan sumber
potensi bahaya yang berasal dari bahan, proses, operasi, atau
peralatan.
2. Substitusi / Subtitution: upaya untuk mengganti bahan, proses,
operasi atau peralatan dari yg berbahaya menjadi tdk berbahaya
3. Isolasi / Isolation: upaya memisahkan sumber bahaya & pekerja
dengan memasang sistem pengaman pada alat, mesin, & / area kerja.
4. Administrative& Praktik Kerja : upaya pengendalian dari sisi
pekerja / cara kerja agar dapat melakukan pekerjaan dg aman.
5. APD / PPE: upaya penggunaan alat yang berfungsi untuk
mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari sumber bahaya.
PERINGKAT PERINGKAT NILAI & LEVEL
BAHAYA TINDAKAN PENGENDALIAN
SEVERITY LIKELIHOOD RISIKO
Pekerja Kemungkin 4 Single 4 AA 1. Menghentikan pekerjaan (Eliminasi).
terjatuh an Fatality (Kritikal) 2. Memasang / mengganti scaffolding
ketika 60% - 80% (Subtitusi)
bekerja di 3. Memilih pekerja yg telah
terjatuh
atas mendapatkan pelatihan WAH
ketinggian (Administrative)
4. Menyusun & implementasi JSA
(Praktik Kerja)
5. Pelatihan WAH utk semua pekerja
konstruksi (Praktik Kerja)
6. Melengkapi pekerja dg harness
(APD).
4. PENILAIAN & PENGENDALIAN RISIKO
1. Untuk mengevaluasi apakah tindakan pengendalian
tambahan sudah efektif (mampu menurunkan ke tingkat
risiko yg dapat diterima), maka lakukan penilaian risiko
ulang dg mempertimbangkan tindakan pengendalian
tambahan,
2. Jika nilai risiko ulang masih pada tingkat yg tidak dapat
diterima, maka lakukan perbaikan / revisi pada tindakan
pengendalian tambahan,
3. Risiko residual (Residual Risk) HARUS pada tingkat nilai
risiko yang dapat diterima.
21
4. PEMANTAUAN & PENINJAUAN
1. Menetapkan cara pemantauan & peninjauan,
2. Mengkomuniasikan hasil pemantauan & peninjauan,
3. Tujuannya utk memastikan pengendalian risiko up-
date & telaha memadai,
4. Dilakukan secara berkala, atau jika terjadi :
✓ Kecelakaan,
✓ Kejadian berbahaya,
✓ Kejadian akibat penyakit tenaga kerja
✓ Penyakit akibat kerja,
✓ Perubahan peralatan / instalasi / proses / kegiatan,
✓ Adanya proses / kegiatan baru.
22
TUGAS/ PRAKTIK :
Lakukan PENILAIAN
RISIKO ulang. Apakah
Identifikasi BAHAYA UTAMA
(1 - 5) di area tanggung terjadi penurunan
jawab Anda. tingkat risiko?
1
Elemen Kompetensi :
• Melaksanakan peraturan perlindungan
lingkungan pertambangan di area lingkungan
kerjanya,
• Mengidentifikasi potensi dampak terhadap
lingkungan hidup di area kerjanya,
• Melakukan pengelolaan limbah di area kerjanya.
ISTILAH & PENGERTIAN
3
ISTILAH & PENGERTIAN
4
ISTILAH & PENGERTIAN
6
ISTILAH & PENGERTIAN
• UUD 1945
• TAP MPR
• UU/ PERPPU
• Peraturan Pemerintah
• Peraturan Presiden / Keppres
• Perda Propinsi
• Perda Kab. / Kota
Peraturan Lingkungan Hidup :
▪ UU No. 32 / 2009 : Perlindungan & Pengelolaan Lingkungan Hidup
▪ PPNo. 27 / 1999 : AMDAL
▪ PP No. 27 / 2012 : Izin Lingkungan
▪ PP No. 78 / 2010 : Reklamasi & Pasca Tambang
▪ PP No. 27 / 2020 : Pengelolaan Sampah Spesifik
▪ PP No. 18 / 1999 : Pengelolaan Limbah B3
▪ PP No. 41/ 1999 : Pengelolaan Pencemaran Udara
▪ PP No. 74 / 2001 : Pengelolaan B3
▪ PPNo. 82 / 2001 : Pengelolaan Kualitas Air & Pengendalian Pencemaran Air
Peraturan Lingkungan Hidup :
▪ PerMen ESDM No. 07/2014 : Reklamasi & Pasca Tambang Minerba
▪ PerMen LH No. 09/2006 : Baku MutuAir Limbah Bagi Usaha dan atau
Kegiatan Pertambangan Bijih Nikel
▪ KepMen LHNo. 112 / 2003 : Baku MutuAir Limbah Domestik
▪ KepMen LH No. 13/1995 : BakuMutu Emisi Sumber Tidak Bergerak
▪ KepMen LH No. KEP-35/MENLH/10 /1993 : Ambang Batas Emisi Gas Buang
Kendaraan Bermotor
▪ KepMen LH No. KEP-48/MENLH/11/1996 : Baku Tingkat Kebisingan
▪ KepMen LH No. KEP-49/MENLH/11/1996 : Baku Tingkat Getaran
▪ KepMen LH No. KEP-50/MENLH/11 /1996 : Baku Tingkat Kebauan
▪ Kepmen ESDM No. 1827 K/30/MEM/2018
Lampiran V : Pengelolaan Lingkungan Hidup Pertambangan
Ruang Lingkup Pengelolaan
Lingkungan Hidup Pertambangan :
• Pengelolaan & pemantauan sesuai dg dokumen
lingkungan hidup,
• Penanggulangan & pemulihan lingkungan hidup
jika terjadi pencemaran & / perusakan
lingkungan hidup.
12
Pengelolaan Lingkungan Hidup Pertambangan
(Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018, Lampiran V)
Adalah upaya penanganan dampak terhadap lingkungan hidup yang
ditimbulkan akibat dari kegiatan pertambangan.
14
Pengelolaan Lingkungan Hidup
pada Kegiatan Konstruksi :
• Pembukaan Lahan Kegiatan Eksplorasi,
• Pembangunan Sarana & Prasarana,
• Pembuatan Jalan Akses,
• Pengelolaan Lingkungan Hidup pada Bengkel,
• Pengelolaan Lingkungan Hidup pada Fasilitas Pengisian BBC,
• Pengelolaan Lingkungan Hidup pada Generator Listrik
Berbahan Bakar Cair,
• Pengelolaan Lingkungan Hidup pada Kolam Pengendapan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
pada Kegiatan Penambangan
• Pembukaan Lahan,
• Penimbunan Batuan Penutup,
• Pengelolaan Air Larian Permukaan,
Air Tambang, & Air Asam Tambang
16
Pemantauan Lingkungan Hidup :
• Kualitas Air Permukaan,
• Kualitas & Kuantitas Air Tanah,
• Kualitas Air Laut,
• Kualitas Air Limbah,
• Kualitas Tanah,
• Kualitas Udara,
• Keanekaragaman Hayati,
• Penurunan Permukaan Tanah,
• Erosi & Sedimentasi.
17
Penanggulangan Pencemaran &/
Perusakan Lingkungan Hidup
• Tata Cara Baku Penanggulangan Pencemaran & / Perusakan LH,
meliputi penyiapan :
– Ketentuan & prosedur,
– Personil & tim yg kompeten,
– Sarana, peralatan, & bahan,
– Kesiapsiagaan & tanggap darurat lingkungan
• Upaya Penanggulangan Pencemaran & / Perusakan LH,meliputi :
– Identifikasi Sumber & Dampak
– Tindakan Perbaikan thd sumber & dampak,
– Pemantauan & Evaluasi thd Tindakan Perbaikan yg Telah Dilakukan
18
Sistem Pengelolaan Perlindungan
Lingkungan Hidup Pertambangan
• Kebijakan Internal Pengelolaan LH,
• Perencanaan Pengelolaan LH yg terintegrasi dg
perencanaan tambang,
• Struktur Organisasi yg Menangani LH,
• Pelaksanaan Pengelolaan LH,
• Program Evaluasi thd Pelaksanaan Pengelolaan LH,
• Dokumentasi Pengelolaan LH,
• Tinjauan Manajemen thd Pelaksanaan Pengelolaan LH,
19
Identifikasi Aspek &
Dampak Lingkungan :
1. Identifikasi Aspek Lingkungan Terkait Aktifitas, dg
mempertimbangan kriteria : emisi ke udara, buangan ke air,
limbah, kontaminasi tanah, raw material, isulingkungan &
masyarakat.
2. Evaluasi & Menyusun Aspek Lingkungan Penting dg
hierarki / pembobotan : peraturan lingkungan, dampak terhadap
manusia, dampak terhadap property, keluhan masyarakat,
sebaran dampak, kemungkinan terjadi.
3. Memutuskan Aspek Lingkungan Penting yg Harus Dikendalikan.
4. Melakukan Monitoring, Reporting, & Evaluasi Tindakan
Pengendalian.
20
LIMBAH PERTAMBANGAN :
21
Klasifikasi Limbah Berdasarkan Bentuk :
• Limbah Cair, dibagi limbah cair : domestik, industri,
rembesan dan luapan, air hujan.
• Limbah Padat, dibagi : organik, anorganik, abu, bangkai
hewan, limbah padat industri.
• Limbah Gas, dibagi menjadi : limbah partikel (uap air,
debu, asap, kabut, fume) & gas (CO, CO2, Nitrogen Oksida,
Sulfur Oksida, Amoniak, dll).
• Limbah Suara, contoh : suara dari mesin,
kendaraan, pabrik, peledakan, dll.
22
TUGAS / PRAKTIK :
1. Inspeksi Terencana :
➢ Dilakukan secara terencana,
➢ Dilakukan secara sistematis,
➢ Pemeriksaannya menyeluruh & detail,
➢ Tindakan perbaikan yang diambil bersifat corrective & preventive
action untuk mencegahterjadinya kecelakaan & repetitive finding.
Inspeksi Terencana, dibagi :
➢ InspeksiBerkala / Rutin(Umum) : dilakukan
secara berkala & rutin, dengan jadwal yg sudah
ditentukan
Contoh : inspeksi umum,inspeksi housekeeping, inspeksi
bagian kritis, preventive maintenance, pre-use
equipment inspection, dll.
➢ Inspeksi Sewaktu-Waktu / Khusus : dilakukan
ketika mengevaluasi / mengidentifikasi potensi bahaya
yang berisiko tinggi, terdapat proses dan mesinbaru,
pekerjaan berisiko tinggi (observasi tugas).
TAHAPAN INSPEKSI TERENCANA:
✓ Terbentur, ✓ Terjatuh,
✓ Tertabrak, ✓ Tertelan,
✓ Terkait, ✓ Terserap,
✓ Terjepit, ✓ Tersengat
arus listrik,
✓ Terpapar suhu panas /
dingin, ✓ Terhirup.
Obyek Pengamatan / Pemeriksaan :
Petugas K3
Engineer
Quality Control
Technician
Tenaga Ahli
Pengawas
Pekerja Senior
Manfaat / Fungsi JSA :
✓ Sebagai Acuan / Pedoman Ketika Pekerja
Melakukan Pekerjaan,
✓ Sebagai Pedoman Pengawas Ketiak
Melakukan Observasi (ASA),
✓ Sebagai Salah Satu Data Pendukung ProsesInvestigasi
Kecelakaan
✓ Sebagai Materi Pertemuan, Orientasi / Pelatihan Pekerja
/ Pengawas Baru,
Manfaat / Fungsi JSA :
✓ Memastikan semua bahaya signifikan dari suatu pekerjaan
sudah diidentifikasi & dikendalikan
✓ Merencanakan pekerjaan atau tugas baru dengan aman.
✓ Sebagai Dasar Pembuatan SOPbaru atau meninjau
SOP yang sudah ada,
✓ Memeriksa / menguji SOP yang ada.
✓ Sebagai Persyaratan untuk Melakukan Pekerjaan yg
Berisiko Tinggi yang Diatur di Dalam Prosedur Izin Kerja,
✓ Digunakan sebagai prosedur kerja yang disetujui dan untuk
mengembangkan prosedur resmi lainnya.
METODE PENYUSUNAN JSA :
• Metode OBSERVASI & DISKUSI.
Metode ini menggunakan wawancara / observasi
untuk memahami dan menentukan langkah-
langkah kerja & bahayanya.
1. Menentukan jenis pekerjaan, lokasi kerja, & pekerja,
2. Menjelaskan maksud & tujuan observasi,
3. Lakukan pengamatan setiap tahapan kerja pada : posisi, pemakaian
alat/material, pemakaian APD, dll.
4. Mereview & mendiskusikan hasil pengamatan dengan karyawan,
5. Mereview & mendiskusikan hasil pengamatan dg karyawan yang
lain,
6. Identifikasi bahaya, risiko & pengendaliannya dalam setiap tahapan
kerja yang telah dilakukan.
METODE PENYUSUNAN JSA :
• Metode DISKUSI.
Metode ini melibatkan tim & membiarkan mereka
bertukar pikiran terkait langkah-langkah pekerjaan &
potensi bahaya yang ada.
1. Memilih pekerja atau tim yang berpengalaman,
2. Melakukan diskusi sekali / lebih untuk memastikan semua point
telah dipenuhi,
3. Menjelaskan cara pengisian (formulir) & sistem pendekatan di
dalam menyusun JSA,
4. Menetapkan langkah tugas / pekerjaan yang signifikan &
berisiko tinggi,
5. Mengidentifikasi bahaya, risiko dan pengendaliannya untuk
setiap tahapan kerja yang telah ditetapkan.
KETENTUAN :
• JSAharus disusunsebelumsuatu pekerjaan dilakukan & tidak
tersedia prosedur resmi yang mengatur pekerjaan tsb.
• Jika prosedur resmi telah ada, JSA masih dipersyaratkan jika
Kondisi & Ruang Lingkup kerjanya berubah,
• JSAharus dibawa ke lokasi kerja dan digunakan sebagai rujukan
dan memeriksa apakah semua pengendalian sudah diterapkan,
• Apabila terdapat tindakan pengendalian yang tidak berfungsi
atau terdapat bahaya baru yang signifikan dan belum
teridentifikasi di dalam JSA, maka pekerjaan HARUSdihentikan,
LANGKAHPenyusunan& Implementasi JSA: